2. Introduction
Dalam pembahasan kita pada bab-bab sebelumnya selalu mengasumsikan bahwa
pelaku ekonomi memiliki ekspektasi yang statis (tetap), sehingga seringkali dikejutkan
dengan perubahan pada variable tertentu.
Secara umum, permasalahan ekspektasi pertama kali disampaikan oleh Keynes
melalui argumennya bahwa adanya ekspektasi yang membuat mekanisme
konvergensi ke full equilibrium kurang bisa dipastikan.
Dalam teori makroekonomi modern, para ekonom tidak puas dengan asumsi
ekspektasi statis, dan kemudian mereka memfokuskan pada model yang mengandung
ekspektasi pelaku ekonomi yang konsisten dengan model tersebut.
3. Introduction
Saat ini, pemodelan kebijakan stabilisasi lebih difokuskan pada aktivitas yang terus
berlangsung (ongoing operation), bukan aktivitas satu waktu yang terisolasi.
Analisis tersebut juga membatasi pada model dimana pelaku ekonomi benar-benar
mengetahui apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh pemrintah.
Dengan demikian terdapat dua kemungkinan akan terjadinya konvergensi pandangan
para macroeconomists:
1. Semua analisis modern fokus pada model-consistent expectations
2. Sama-sama menekankan pentingnya micro-foundation
4. Introduction
Ada 4 jenis ekspektasi:
1. Static Expectation
2. Adaptive Expectation
3. Perfect Foresight
4. Rational Expectation
5. Static Expectation
Merupakan model yang paling sederhana, dimana pelaku ekonomi akan berekpektasi
tentang variable ekonomi di masa depan sama persis dengan apa yang terjadi pada
masa lalu.
Misalnya: tingkat inflasi Indonesia tahun 2013 (yoy) adalah 7%, maka masyarakat
berekspektasi bahwa inflasi di tahun 2014 adalah sama, 7%.
Pelaku ekonomi diasumsikan tidak rasional, dengan selalu melakukan kesalahan yang
sistematis
6. Ketidakpastian dalam Makroekonomi
Ada tiga aspek ketidakpastian dalam sebuah perekonomian:
1. Situasi dimana pelaku ekonomi memiliki informasi yang tidak lengkap mengenai
variabel eksogen
2. Situasi dimana pelakua ekonomi (dan pengambil kebijakan ekonomi ) tidak
memiliki informasi yang tidak lengkap mengenai parameter slope dari model
3. Situasi dimana bentuk fungsi hubungan makroekonomi yang penting tidak
diketahui secara pasti
Kondisi ketidakpastian sering membuat instrumen-instrumen ekonomi yang telah
dibangun tidak mampu bekerja dengan baik
7. Perfect Foresight
Seorang individu diasumsikan sangat adaptif dalam melakukan peramalan sehingga tidak
pernah melakukan kesalahan dalam ramalan sebuah variabel ekonomi.
Hipotesis ini merupakan sisi esktrim lainnya dari static expectation
Antara static expectation dan perfect forsesight, di tengah-tengahnya terdapat adaptive
expectation.
Tetapi semua 3 hipotesis ini, masih melandaskan pada informasi di masa lalu,
Kenapa tidak menggunakan informasi saat ini ketika melakukan peramalan variabel ekonomi?
Misalnya, ketika bank sentral mengumumkan akan meningkatkan jumlah uang beredar pada
tahun depan, maka sebagian besar orang akan berekspektasi bahwa inflasi akan meningkat.
Akan tetapi, individu dengan pendekatan adaptive expectation tidak akan melakukan
perubahan pada ramalan dia, karena pengumuman terkait kebijakan di masa yang akan
datang tidak bisa merubah hasil saat ini
8. Adaptive Expectations
Hipotesis ini dikembangkan oleh Cagan pada tahun 1956, dan dipopulerkan oleh Friedman
ketika teori ini berperan penting dalam teorinya tentang permanent-income theory of
consumption
Secara sederhana, seorang individu akan meramalkan variabel endogen ekonomi dengan
asumsi bahwa nilai variabel di masa yang akan datang merupakan bobot rata-rata dari nilai
pada periode sebelumnya.
Pendekatan ini tidak terlalu kompleks dan memiliki konsistensi dalam jangka panjang (dalam
arti bahwa pada akhirnya bisa didapatkan nilai yang benar)
Misalnya, ketika tingkat inflasi meningkat dua kali lipat, dalam konteks pendekatan ini maka
inflasi di masa yang akan datang (expected inflation) pada akhirnya akan meningkat dua kali
lipat juga. Namun, butuh waktu untuk mencapai hasil akhir tersebut dan artinya dalam jangka
pendek tidak konsisten dan masih terhadi kesahalan yang sistematis.
9. Adaptive Expectations
Dengan mengabaikan semua unsur kebijakan dan error term, maka fungsi permintaan
dan penawaran (Kurva Philips) yang sudah direvisi menjadi seperti:
π adalah expected inflation. Kurva Philips mengandung asumsi bahwa inflasi inti
merupakan tingkat inflasi yang dibentuk secara adaptif melalui ekspektasi.
The adaptive-expectations hypothesis didefinisikan sebagai berikut:
Disebut juga sebagai error learning model, karena perubahan ramalan pelaku
ekonomi dipengaruhi oleh bagian dari error pada perkiraan sebelumnya.
10. Adaptive Expectations
Jika kita menggunakan hipotesis tersebut untuk beberapa waktu, maka dapat ditulis
sebagai berikut:
Dan jika disubstitusi semuanya, akan menjadi:
Dari formulasi yang terakhir inilah, yang menyatakan bahwa π adalah rata-rata
tertimbang dari nilai di masa lalu.
13. Rational Expectation (Ratex)
Backward-looking vs forward-looking
Hipotesis ini digunakan pada model yang menggambarkan sebuah perekonomian
yang sedang mengalami gejolak yang acak (a series of stochastic shocks), sehingga
pelaku ekonomi tidak mengetahui segalanya.
Akan tetapi, pelaku ekonomi memahami distribusi probabilitas penyebab gejolak
tersebut, sehingga mereka dapat membentuk ekspektasi yang lebih terarah.
Pelaku ekonomi dalam model ini juga melakukan kesalahan (error), akan tetapi tidak
sistematis. Ini sesuai dengan metode penyelesaian secara matematis dalam banyak
model ekonomi, dimana error diasumsikan bersifat stochastic.
14. Rational Expectation (Ratex)
Pada tahun 70an dan 80an kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang
sesuai dengan ajaran Keynes telah gagal total dalam menghadapi
masalah-masalah ekonomi.
Kegagalan tersebut menimbulkan pemikiran ekonomi baru yang disebut
aliran gelombang baru (New Wave). Aliran ini meninjau kembali premi-
premi yang digunakan kubu Keynesian (orang-orang yang mengikuti
ajaran Keynes) yaitu perlunya campur tangan pemerintah seperti
penerapan kebijaksanaan dan pengaruh ekspektasi terhadap pola
konsumsi masyarakat
15. Rational Expectation (Ratex)
Penganut rational expectation (ratex) tidak lain adalah kelompok klasik baru (new-
classical), karena asumsi ratex dijadikan oleh kaum tersebut sebagai landasan
pokok seluruh analisis dan pemikirannya. John Muth merupakan pencetus
pertama ide ratex dimana pada awal 1960-an ia mengemukan premis : ”ekspektasi
tiap individu bersifat rasional bila ekspentasi tersebut identik dengan hasil prediksi
model”.
Premis ini mengandung pengertian bahwa apabila masyarakat mengetahui benar
informasi tentang suatu peristiwa atau kebijakan maka mereka akan bereaksi
dimana reakasi tersebut berciri rasional
Sebagai gambaran, jika masyarakat mengetahui bahwa jumlah uang beredar
meningkat dan mereka menyadari bahwa dampaknya akan terasa di dalam
peningkatan harga maka ekspektasi harga juga akan ikut meningkat
16. Rational Expectation (Ratex)
Menurut penganut model ratex jika dan hanya jika masyarakat membuat kesalahan
ekspektasi maka kebijakan pemerintah dapat memberi hasil, contohnya pada
kebijakan peningkatan jumlah uang beredar berdampak pada peningkatan output.
Walau demikian, paham klasik tentang kekuatan pasar nampaknya sangat kuat
berakar juga pada penganut model ratex. Menurut pandangan penganut ratex jika
kesalahan terjadi, intervensi pemerintah semacam contoh di atas tetap tidak
diinginkan karena ia justru akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar lagi.
Menurut penganut ratex kesalahan ekspektasi karena kesulitan memperoleh
informasi memang tak dapat dihindarkan meskipun yang bersangkutan sangat
rasional dalam pengambilan keputusan. Dengan pengertian lain, menurut mereka
untuk mempunyai ekspektasi rasional tidak harus selalu bebas dari membuat
kesalahan ekspektasi
17. Pokok Pikiran Ratex
Tidak ada peluang kebijaksanaan fiskal maupun moneter untuk menstabilkan
perekonomian
Masalah-masalah/peristiwa ekonomi terjadi karena kesalahan dalam memperkirakan
peristiwa ekonomi pada masa yang akan dating. Kesalahan tersebut tidak terjadi
secara sistematis melainkan secara acak/random
Kritik terhadap Keynes tentang perlunya campur tangan pemerintah dan
pembentukan ekspektasi yang didasarkan pada informasi masa lalu
18. Asumsi Dasar Ratex (1)
Semua pelaku kegiatan ekonomi bertindak secara rasional, mengetahui seluk
beluk kegiatan ekonomi dan mempunyai informasi yang lengkap mengenai
peristiwa-peristiwa dalam perekonomian.
Keadaan yang berlaku di masa depan dapat diramalkan, selanjutnya dengan
pemikiran rasional dapat menentukan reaksi terbaik terhadap perubahan yang
diramalkan akan berlaku.
Akibat dari asumsi ini, teori ekspektasi rasional mengembangkan analisis
berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam teori mikroekonomi yang juga
bertitik tolak dari anggapan bahwa pembeli, produsen, dan pemilik faktor
produksi bertindak secara rasional dalam menjalankan kegiatannya.
19. Asumsi Dasar Ratex (2)
Semua jenis pasar beroperasi secara efisien dan dapat dengan cepat membuat penyesuaian-
penyesuaian ke arah perubahan yang berlaku.
Asumsi kedua ini sesuai dengan pendapat ahli-ahli ekonomi klasik, dan merupakan salah satu
alasan yang menyebabkan teori ini dinamakan new classical economics. Menurut asumsi
kedua, tingkat harga dan tingkat upah dapat dengan mudah mengalami perubahan.
Kekurangan penawaran barang akan menaikkan harga, dan kelebihan penawaran
mengakibatkan harga turun. Buruh yang berkelebihan akan menurunkan upah, sebaliknya
kekurangan buruh akan menaikkan upah mereka. Semua pasar bersifat persaingan sempurna,
dan informasi yang lengkap akan diketahui oleh semua pelaku kegiatan ekonomi di berbagai
pasar.