PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
KANKER PARU DAN ANEMIA
1. F A R M A K O T E R A P I 2
K A S U S 3
K A N K E R P A R U D A N A N E M I A
N U R A L F I A H I R FAYA N T I , M . S I . , A P T
2. KASUS 3
• Ny. T (60th) datang ke poli RS. dengan keluhan pusing, mual,
muntah, dan lemas. Pasien juga datang untuk program
chemotherapy S VI. Riwayat penyakit pasien sebelumya telah
melakukan program kemo ke 4. Adeno Ca paru dextra dan
anemia. BB saat ini 39 kg dan TB 150 cm. Pada kasus ini
pasien menerima obat ranitidine iv, sulcralfat , dexametason,
ondansentron untuk mengatasi efek samping mual muntah dari
penggunaan obat cisplatin.
3. DATA LAB
TTV NORMAL 20/3 21/3 22/3 23/3 KETERANGAN
TD 120/80 120/80
110/8
0
110/8
0
110/7
0 normal
N 60-90 92 88 90 88 normal
RR 16-20 18 - - - normal
SUHU 36,5-37,5 35,8 36,8 36,8 36,4 normal
6. KASUS 3
• Apa yang dimaksud dengan KANKER PARU dan ANEMIA?
• Bagaimana patofisiologi KANKER PARU dan ANEMIA?
• Bagaimana farmakoterapi KANKER PARU dan ANEMIA?
• Apa terapi pilihan terbaik untuk mengobati KANKER PARU dan
ANEMIA pada pasien T ?
8. PENYELESAIAN KASUS
• Pre treatment:
Hari pertama:ondansentron 8 mg po + dexametason 12 mg po
Hari delapan: dexamethason 12 mg po
• Post treatment:
Hari pertama: dexametason 4 mg po sore setelah kemoterapi,
dilanjutkan 4 mg 2 x 1 selama 3 hari + metoklorpromide 40 mg po
prn selama 3 hari (prn)
Hari delapan: dexamethason 4 mg po 2x1 selama 3 hari
• Menurut Chu (2015), gemcitabin memiliki efek emetic 10-30%
dan cisplatin memiliki efek emetic sebesar 90%. Hal tersebut
tergolong moderate-high emetogenicity, efek mual muntah
muncul 2-3 jam setelah kemoterapi hingga 24 jam setelah
kemoterapi. Sehingga pasien memerlukan antiemetic sebelum
kemoterapi dan sesudah kemoterapi.
9. CONT’
• Metoklorpromide
Lebih efektif untuk mengatasi emetic yang disebabkan pemberian cisplastin
dibandingkan prochlorperazine (Harder, 2017), selain itu prochlorperazine
sebaiknya dihindari untuk pasien dengan disfungsi renal mengingat clcr
pasien hanya 35ml/menit
ES : reaksi hipersensitivitas, mulut kering
• 0ndansentron
Menurut Honskin (2012), ondansentron dan granisentron memiliki efektivitas
yang sama, dan pada kasus pasien telah menerima ondansentron sehingga
tetap dipilih ondansentron
ES : Sakit kepala, panas, diare
• Dexametason
Berdasarkan protokol pengobatan untuk sebelum dan sesudah kemoterapi
antiemetic dikombinasikan dengan dexamethason (Hoskins, 2012).
ES : Perubahan mood, hipertensi
10. • Ranitidine memiliki mekanisme aksi dengan menghambat
stimulasi asam lambung yang memicu terjadinya mual dan
muntah sedangkan sulcralfat merupakan agen proteksi
lambung sehingga ranitidine dan sulcralfat kurang efektif
sebagai antiemetic pada pasien kemoterapi (Stevens dan
Brenner, 2013). Berdasarkan hal tersebut, pemberian ranitidine
dan sulcralfat dihentikan dan diganti dengan obat sesuai
protocol premedikasi kemoterapi.
11. KEMOTERAPI
• Gemcitabine, cisplatin (Berdasarkan protocol untuk kemoterapi
pada kanker paru)
• Dosis Cisplatin 47,8125mg pada hari pertama dan gemcitabine
1195,3125 mg pada hari pertama dan delapan
Monitoring CBC, proteinuria, fungsi renal (BUN, creatinin),
serum elektrolit (Na, Ca, Mg, K)
ES : Mual muntah, flu-like syndrome
13. TERAPI ANEMIA
• Darbopoetin alfa 2, 25 mcg/kg tiap minggu
Frekuensi penggunaan darbopoetin alfa lebih sedikit dibandingkan epoetin
alfa dengan efektivitas yang sama, selain itu darbopoetin alfa terbukti
meningkatkan kualitas hidup pasien kanker dan menurunkan frekuensi
transfuse pada pasien kanker paru (Crawford et al, 2006).
Monitoring Hb, HCT, MCH, dan MCHC
ES : Demam, sakit kepala, fatigue
Menurut Crawford et al (2006), anemia induced chemotherapy dengan nilai
Hb <10 mg/dl dapat diterapi dengan ESA (agen stimulasi eritropoiesis).
Terapi ESA yang dapat diberikan yaitu epoetin alfa, dan darbopoetin alfa.
Darbopoetin alfa memiliki frekuensi penggunaan lebih sedikit dibandingkan
epoetin alfa dengan efektivitas yang sama, selain itu darbopoetin alfa terbukti
meningkatkan kualitas hidup pasien kanker dan menurunkan frekuensi
transfusi pada pasien kanker paru (Crawford et al, 2006). Darbepoetin 2,25
mcg / kg secara subkutan sekali seminggu atau 500 mcg secara
subkutan setiap tiga minggu. Biasanya akan memberi efek peningkatan Hb
setelah 4 minggu terapi sehingga dimonitoring setiap 2 minggu sekali untuk
mencegah Hb <12 Dosis diturunkan 40% jika setelah kemoterapi, Hb
pasien>10mg/dl.
14. TERAPI TANPA INDIKASI
• Pasien mendapat terapi antibiotik yaitu antibiotik amoksisilin.
Antibiotik diindikasikan untuk infeksi bakteri dan data lab dan
tanda-tanda vital pasien tidak ada yang menunjukan bahwa
pasien mengalami infeksi. Bagi pasien yang menerima
kemoterapi juga ada peningkatan risiko infeksi karena jumlah
sel darah putih rendah (neutropenia) yang disebabkan oleh efek
racun kemoterapi pada sumsum tulang (Gafter et al, 2012).
Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring terhadap tanda-
tanda adanya infeksi seperti tanda-tanda vital dan hasil cek
darah.
15. TERAPI NON FARMAKOLOGI
• Makan makanan secara sedikit-sedikit tetapi sering
• Menghindari makanan pedas berlemak, dan terlalu manis
• Mengonsumsi jahe
• Mengkonsumsi sayur
• Konsumsi vitamin C, E
• Konsumsi makanan yang mengandung Branched-chain amino
acids (BCAA) seperti polong-polongan, kacang, tempe
• Konsumsi makanan kaya zat besi seperti buah, kacang-
kacangan
• Konsumsi vitamin C guna meningkatkan absorbsi zat besi oleh
tubuh