SlideShare a Scribd company logo
1 of 58
Obat Pada Sistem Saraf
bekerja pada
Sistem saraf pusat
Obat yang bekerja mempengaruhi
CNS dibagi menjadi dua bagian
 Obat yang berefek menstimulasi
kerja CNS
 Secara langsung maupun tidak
langsung merangsang CNS
 Reaksinya meningkatkan
kewaspadaan dan terjadinya
kejang-kejang
 Obat yang berefek mendepresi
kerja CNS
 Menghambat atau memblokir
proses dalam CNS
 Reaksinya berkisar antara efek
yang lemah sampai hilangya
kesadaran
Obat yang berefek menstimulasi kerja CNS
Amfetamin
• Peningkatan
Konsentrasi &
Kesadaran
• Menurunkan Napsu
Makan
Peredarannya dibatasi
pada beberapa negara
termasuk Indonesia krn
dpt menyebabkan :
• Ketergantungan
Psikologis dan Toleransi
• Gejala Depresi dan
Putus Obat
Diklinik digunakan
pada kasus
• Narkolepsi
• Gangguan
Konsentrasi pada
anak Hiperkinetik
Sering Disalahgunakan utk
• Obat Diet 
Mengurangi Napsu
Makan
• Doping  Efek euforia
dan tahan bekerja
dalam waktu lama
Efek Samping :
• Gelisah
• Insomnia
• Hipertensi
• Anoreksi
• Impoten
Obat yang berefek menstimulasi kerja CNS
Golongan
METIL
XANTIN
Kafein dan Teofilin
• Merangsang
Pernapasan
• Relaksasi Bronkiolus
• Vasokontriksi
• Meningkatkan
Denyut Jantung
• Palpitasi
• Insomnia
• Gelisah
• Tremor
• Teofilin digunakan
untuk penanganan
Asma
• Kafein dikombinasikan
dengan Paracetamol
sebagai indikasi sakit
kepala migrain
• Rumus struktur kafein mirip
adenosin
• Adenosin jika berikatan dg
reseptor  mengantuk
• Jika kafein berikatan dengan
reseptor adenosin 
bertenaga dan segar
• Kafein meningkatkan pasokan
adrenalin  meningkatkan
denyut jantung, relaksasi
bronkiolus
SEDATIF - HIPNOTIK
 Barbiturat
 Benzodiazepin
 Alkohol  obat
yang paling
banyak
disalahgunakan
Sedatif- Hipnotik adalah golongan obat depresi SSP. Efeknya
bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan (menenangkan,
menyebabkan kantuk, menidurkan) hingga yang berat (menghilangkan
kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati
Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat
menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan
emosi sehingga menenangkan.
Hipnotik adalah Zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan
keinginan untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur.
Neurotransmitter GABA
GABA merupakan neurotransmiter inhibitor yang bertugas menghalangi
penghantaran implus diserabut saraf  sehingga pesan saraf tidak tersampaikan
GABA harus berikatan dan mengaktifkan dengan reseptornya yaitu reseptor GABA
Efeknya : sehingga dapat menghalangi penghantaran impuls diserabut saraf
dengan cara menghalangi potensial aksi sel saraf.
GABA merupakan neurotransmiter endogen tubuh. Mempunyai agonis yang
bekerja sebagai obat yaitu :
• Obat golongan Barbiturat
• Obat golongan Benzodiazepin
Keduanya bekerja meningkatkan
Aktivitas neurotransmitter GABA
pada reseptornya.
Tingkatan Efek Terhadap
Organ
1. Sedasi
Benzodiazepin, barbiturat dan sebagian besar
hipnotik sedatif memiliki efek menenangkan serta
menurunkan ansietas pada dosis yang relatif kecil
2. Hipnosis
Semua hipnotik-sedatif menyebabkan tidur jika
diberikan dalam dosis yang cukup tinggi. Efek
hipnoti-sedatif pada tiap tahapan tidur bergantung
pada beberapa faktor, seperti jenis obat, dosis, dan
frekuensi pemberian.
3. Anestesi
Dosis tinggi hipnotik-sedatif tertentu akan menekan
SSP ke titik pada stadium III pada anestesi umum
Tingkatan Efek Terhadap Organ
4. Efek Anti konvulsan
Kebanyakan hipnotik-sedatif sanggup menghambat perkembangan dan
penyebaran aktivitas listrik dalam SSP
5. Relaksasi Otot
Beberapa golongan hipnotik-sedatif seperti benzodiazepin mempunyai
efek menginhibisi refleks polisinaptik dan menekan transmisi pada taut
neuromuskular otot rangka (pelemas otot sentral)
6. Fungsi Respirasi dan Kardiovaskular
Pada dosis terapi dapat menimbulkan depresi pernapasan pada penderita
penyakit paru  berkaitan dengan dosis  penyebab kematian akibat
overdosis hipnotik-sedatif
Pada keadaan hipovolemik, gagal jantung dan penyakit lain yang
melemahkan fx kardiovaskular, dosis normal hipnotik sedatif dapat
menyebabkan depresi kardiovaskular
Efek depresi pernapasan dan kardiovaskular  I.V
Penggunaan Klinis Hipnotik Sedatif
Meredakan Ansietas
Insomnia
Sedasi dan amnesia sebelum dan selama tindakan medis dan bedah
Pengobatan epilepsi dan keadaan bangkitan kejang
Sebagai komponen anastesi yang seimbang (pemberian intravena)
Mengendalikan gejala putus – obat etanol atau hipnotik sedatif lain
Relaksasi otot pada kelainan muskular spesifik
Bantuan diagnostik atau terapi dalam bidang psikiatri
Penggunaan Klinis Hipnotik Sedatif
Toksikologi Klinis Hipnotik-Sedatif
• Dosis yang relatif rendah dapat menyebabkan kantuk, gangguan pengambilan
keputusan dan menurunnya ketrampilan motorik berdampak besar pada
ketrampilan mengemudi dan performa kerja
• Benzodiazepin dapat menurunkan kemampuan untuk mempelajari informasi
baru khususnya menyangkut proses daya kognitif tetapi informasi lama yang
telah dipelajari tetap utuh
• Efek ini digunakan pada saat dilakukan prosedur yang tidak nyaman
semisal endoskopi penderita kooperatif pada saat proses prosedur
namun sesudah tindakan penderita tidak ingat dengan prosedur tersebut
• “Date rape” didasarkan pada efek amnesia yang berkaitan dengan dosis
• Efek “hangover” dapat terjadi pada penggunaan hipnotik waktu paruh
panjang
• Pada dosis tinggi dapat menyebabkan keadaan letargi atau kelelahan
• Sensitivitas meningkat pada pasien gangguan pernapasan, kardiovaskular dan
hati dan penderita usia tua  depresi pernapasan dan kardiovaskular
Klasifikasi
Barbiturat
Masa kerja panjang
Fenobarbital
mengendalikan kejang pada epilepsi.
Masa kerja sedang
Amobarbital
Mempertahankan tidur dalam jangka waktu panjang.
Masa kerja singkat
Pentobarbital
Menimbulkan tidur bagi penderita insomnia.
Masa kerja sangat singkat
Natrium thipental (pentothal)
Anestesi umum
Benzodiazepin adalah jenis obat yang
memiliki efek sedatif atau antiansietas
(menenangkan)
Perubahan pada respon Obat
• Penggunaan menahun hipnotik-sedatif terutama jika dosisnya ditingkatkan
dapat menimbulkan keadaan ketergantungan fisiologik
• Gejala putus obat dapat menyebabkan kegelisahan, ansietas, kelemahan,
hipertensi ortostatik, refleks hiperaktif dan kejang umum  mengancam jiwa
• Biasa terjadi pada penggunaan obat golongan hipnotik sedatif dengan waktu
paruh singkat  gejala putus obat kurang menonjol pada obat waktu paruh
panjang “tappering” karena eliminasi lambat
• Obat yang memiliki waktu paruh panjang seperti chlordiazepoxide, diazepam
dan fenobarbital dapat digunakan untuk meredakan gejala putus obat yang
ditimbulkan oleh obat dengan waktu paruh singkat.
ANTI KONVULSI
Obat-obat yang dipakai untuk serangan
kejang epilepsi
Epilepsi
suatu gangguan kejang berulang secara
periodik yang yang disebabkan oleh
muatan listrik abnormal dari neuron-
neuron serebral dan ditandai dengan
hilangnya atau terganggunya kesadaran
dan biasanya disertai dengan kejang.
Patofisiologi
ketidakseimbangan antara
neurotransmiter eksitatori dan
inhibitori.
Defisiensi neurotransmiter inhibitori seperti
Gamma Amino Butyric Acid (GABA) atau
peningkatan neurotransmiter eksitatori
seperti Glutamat menyebabkan aktivitas
neuron tidak normal.
Klasifikasi Internasional tentang Kejang
Epilepsi
I Kejang Parsial (awal serangan kejang terjadi secara lokal)
A. Sederhana (tanpa gangguan kesadaran)
1. Disertai gejala motor
2. Disertai gejala sensori khusus atau somatosensori
3. Disertai gejala kejiwaan
B. Kompleks (disertai gangguan kesadaran)
1. Mula kejang parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran dengan atau tanpa gerakan
otomatis
2. Gangguan kesadaran pada mula kejang dengan atau tanpa gerakan otomatis.
C. Umum sekunder (mula kejang parsial berubah menjadi kejang tonik klonik umum
II Kejang Umum (simestris bilateral dan tanpa mula kejang lokal
A. Absen  hentakan klonik ringan pada pada anggota tubuh dan automatisme bermula pada
anak2 atau remaja
B. Myoklonik
C. Klonik
D. Tonik kehilangan tonus postural mendadak jatuh tiba-tiba 
E. Tonik-Klonik  kejang dramatik lidah dan pipi dapat tergigit
F. Atonik  kehilangan tonus postural mendadak jatuh tiba-tib
G. Spasme Infantil
III Kejang yang tidak dapat diklasifikasi
IV Status Epileptikus  serangan tonik klonik yang membahayakan dan memerlukan penatalaksnaan
kardiovaskular dan pernapasan dan metabolik yang cepat
Antikonvulsi yang dipakai dalam mengobati epilepsi,
yaitu
Hidantoin (fenitoin),
Barbiturat dengan masa kerja panjang (fenobarbital, mefobarbital)
Suksinimid (etosuksimid)
Benzodiazepin (diazepam, klonazepam)
Karbamazepin
Valproat (asam valproat)
Gabapentin
Tiagabin
Mekanisme Kerja Anti Konvulsi
• Menghambat kanal ion Natrium/sodium
• Meningkatkan efek penghambatan neurotransmitter GABA
• Menghambat kanal ion kalsium
Efek Samping yang sering terjadi
akibat penggunaan obat anti epilepsi
Efek Pada Sistem Saraf Pusat :
• Mengantuk, sedasi,
• Depresi
• Pusing
• Bicara cadel
• Ataxia : hilangnya koordinasi otot
• Nistagmus : gerakan spontan bola
mata secara ritmik yang tidak
terkontrol
• Diploplia : penglihatan obyek
menjadi ganda
• Vertigo
• Sakit kepala
• Kebingungan
• Tremor
• Gangguan fungsi kognitif pada
situasi belajar
Efek pada sistem Gastrointestinal
• Mual
• Muntah
• Mulut kering
• Anoreksia
• Diare
Ruam
Kelainan dan cacat lahir pada janin
Fenitoin
Indikasi:
• Pilihan pertama untuk kejang umum tonik-klonik dan kejang parsial komplek
• Beberapa khasiat dalam klonik, mioklonik, atonic,
• Tidak berpengaruh pada kejang absens
• Pasien trauma kepala/bedah saraf
• Dapat digunakan pada kasus status epileptikus
Fenitoin memiliki range terapetik sempit dengan konsentrasi plasma adalah 10-20
µg/ml
Interaksi obat:
• Mengurangi jumlah obat dalam darah pada banyak obat-obatan
• Meningkatkan kadar fenobarbital & warfarin
Mekanisme aksi :
Menghambat kanal ion sodium (Na+) yang mengakibatkan influk (pemasukan) ion Na+ ke
dalam membran sel berkurang sehingga terjadi penghambatan potensial aksi oleh karena
terjadi depolarisasi terus-menerus pada neuron .
Dampak buruk:
• Hirsutisme & Fitur wajah menjadi kasar
• Jerawat
• Hiperplasia gingival (20-40%)
• Sikat gigi> 8 kali per hari
• Alasan utama untuk tidak meresepkan untuk anak-anak
• Penurunan konsentrasi serum asam folat, tiroksin, dan vitamin K pada
penggunaan jangka panjang.
Anak berusia 17 tahun diberikan
300mg / hari fenitoin selama 2
tahun (tanpa pengawasan)
Pemulihan secara parsial
setelah penghentian selama 3
bulan
Indikasi:
Pilihan pertama untuk kejang umum tonik-klonik dan kejang parsial kompleks.
Kontraindikasi:
• Mungkin memperburuk kejang absens dan kejang mioklonik.
• Kelainan darah
• Gangguan hati
Dampak buruk:
• Leukopenia ringan atau hiponatremia
• Menekan konsentrasi hormon tiroid namun TSH tetap normal.
Karbamazepin
Karbamazepin menghambat kanal Na+ yang
mengakibatkan influk (pemasukan) ion
Na+ kedalam membran sel berkurang dan
menghambat terjadinya potensial aksi oleh
depolarisasi terus-menerus pada neuron
Fenobarbital
Indikasi:
• Pilihan kedua untuk kejang umum tonik-klonik dan
kejang parsial.
• Pilihan utama kejang pada bayi karena absorbsinya
cepat,
• Gangguan efek kognitif yang merugikan pada anak
dan dewasa sehingga telah dikurangi
penggunaannya sebagai obat utama.
• Status epileptikus
Kontraindikasi:
Kejang absens
Mekanisme :
Meningkatkan kerja penghambatan GABA
Dampak buruk:
• Agitasi dan kebingungan pada orang tua.
• Memburuknya kondisi anak yang hiperaktif
agresivitas
• Efek samping seksual
• Ketergantungan fisik
Interaksi Obat
• Meningkatkan metabolisme vitamin D dan K
Efikasi, toksisitas yang rendah, serta
harga yang murah menjadikan
fenobarbital obat yang penting
untuk tipe-tipe epilepsi ini.
Benzodiazepin
Mekanisme aksi :
• Aktivasi reseptor benzodiazepin akan
meningkatkan frekuensi pembukaan
reseptor GABA.
Indikasi:
• Hanya clonazepam & clorazepate
disetujui untuk pengobatan jangka
panjang.
• Clorazepate
• Dalam kombinasi untuk kejang
parsial
• Clonazepam
• Kejang mioklonik, atonic, dan
kejang absens
• Toleransi berkembang setelah
sekitar 6 bulan
Indikasi :
• Diazepam dan lorazepam digunakan dalam pengobatan status epileticus.
• Diazepam diberikan secara i.v atau per rektal sangat efektif untuk
mengatasi kejang kontinue terutama status epileptikus tonik klonik
• Lorazepam bekerja lebih lama dari diazepam dan lebih dianjurkan oleh
beberapa ahli
• Diazepam sering dikombinasikan dengan fenitoin.
Kontraindikasi:
• Diazepam tidak boleh digunakan pada anak usia di bawah 9
• Glaukoma sudut sempit
Dampak buruk:
• Hipotonia, Dysarthria
• Gangguan Otot di (clonazepam)
• Gangguan perilaku (terutama pada anak-anak)
• Agresi, Hiperaktif, lekas marah dan Kesulitan berkonsentrasi
Batasan
Dua aspek yang menonjol dalam penggunaan benzodiapen, yaitu :
• Efek sedatif yang hebat merugikan untuk status epileptikus dan terapi kronik
• Dapat terjadi toleransi
Tiagabin
Mekanisme Aksi
Bekerja dengan cara menghambat ambilan GABA di neuron dan glia sehingga
memperpanjang kerja inhibisi yang dimiliki GABA.
Indikasi:
• Disetujui pada tahun 1998 sebagai terapi tambahan untuk kejang parsial pada
pasien berusia setidaknya 12 tahun.
• Efektif sebagai terapi tambahan bagi untuk kejang parsial dalam dosis 16-56
mg/hari.
Kontraindikasi:
Kejang Absens
Dampak buruk:
Kelemahan
Sakit perut
Etosuksimid
Indikasi :
• Pilihan pertama pada kejang absens
Kontraindikasi :
• Memperburuk kejang parsial dan
tonik klonik
Mekanisme Aksi :
• Menghambat pada kanal Ca2+ di talamus sehingga pengeluaran glutamat
dihambat yang berperan dalam pembentukan ritme sentakan yang diperantarai
oleh ion Ca2+ pada kejang absens, sehingga penghambatan pada kanal
tersebut akan mengurangi sentakan pada kejang absens.
Kadar terapeutik 60-100mcg/ml dapat dicapai pada
orang dewasa ,menggunakan dosis 750-1500
mg/hari yang diberikan 2 kali sehari untuk
menghindarkan efek samping pada pencernaan
Dampak buruk:
• perilaku psikotik
• diskrasia darah
• sakit kepala
persisten
• anoreksia
• cegukan
• sindrom seperti
lupus
Toksisitas:
• Gejala seperti parkinson
• ketakutan dipotret (photophobia)
Gabapentin
Indikasi:
• Terapi tambahan pada orang dewasa dan anak-
anak dengan parsial & umum sekunder kejang.
• Juga efektif sebagai monoterapi.
Kontraindikasi:
Dapat memperburuk mioklonik & tidak adanya
kejang.
Dampak buruk:
• Berat Badan (5%) dengan pergelangan kaki
edema
• Sifat lekas marah
• masalah perilaku pada anak-anak (6%)
• Telah dikaitkan dengan gangguan gerakan
Mekanisme Aksi :
• Gabapentin tidak bekerja
langsung pada reseptor
GABA namun bekerja pada
presinaptik untuk
menurunkan pelepasan
glutamat dengan cara
menurunkan masukan Ca²⁺
pra sinaptik
Asam valproat
Mekanisme Aksi:
1) Meningkatkan produksi GABA dan menurunkan metabolisme GABA
2) Beberapa menghambat kanal ion Ca2
3) Beberapa menghambat kanal ion Natrium
Indikasi:
• Kejang parsial sederhana atau kompleks parsial & Kejang utama tonik-klonik
• Digunakan untuk kejang absen, mioklonik, dan kejang atonic.
• Sangat efektif pada untuk epilepsi fotosensitif dan epilepsi mioklonik pada
remaja.
Kontraindikasi:
• Penyakit hati
Dampak buruk:
• Peningkatan berat badan (30-50%)
• Tremor yang berhubungan dengan dosis
• Kerontokan rambut sementara
• Sindrom ovarium polikistik dan gangguan menstruasi
• Keropos tulang
• Pembengkakan pergelangan kaki
Aspek Khusus Toksikologi Obat Antiepilepsi
• Potensi teratogenitas OAE masih kontroversional dan penting untuk
diperhatikan
• Kontroversional karena epilepsi dan OAE bersifat heterogen
• Penting karena efek teratogenitas akibat penggunaan kronik pada jutaan
orang
• Kelahiran anak dengan ibu yang mendapatkan terapi OAE memiliki resiko
2x lipat mengalami malformasi
• Fenitoin, fenobarbital dan karbamazepin  mengakibatkan sindrom fetal
hidantoin
• Valproat, karbamazepin  spina bifida
ANESTESI
Merupakan tindakan “meracuni” penderita,
mempergunakan obat-obatan khusus yaitu obat
anestetikum yang umumnya bersifat depresan
yang bersifat reversibel pada sistem organ tubuh
Tindakan anestesi yang
memadai meliputi tiga
komponen:
• Hipnotik (tidak sadarkan diri=mati
ingatan)
• Analgesia (bebas nyeri = mati
rasa)
• Relaksasi otot rangka (mati gerak)
trias anestesia
Klasifikasi
Anestesi
1. Anestesia Umum
2. Anestesia Lokal yang meliputi Anestesia Regional.
3. Anestesia Topikal
Adapun stadium pada anastesi umum dibagi menjadi empat yaitu:
Stadium I.
Stadium Analgesia. Penderita tetap sadar tetapi telah mengalami pengurangan kesadaran akan nyeri
Stadium II.
Stadium Eksitasi. Dimulai dari hilangnya kesadaran sampai stadium operasi. Penderita mengalami amnesia
setelah kejadian tersebut, tetapi refleks dan otonomik jadi tidak teratur serta kontrol respirasi meningkat
selama stadium ini. Dapat disertai dengan aritmia jantung, spasme bronkus, spasme laring dan muntah.
Stadium III.
Stadium anestesi operasi. Penderita tidak sadar dan tidak memiliki refleks nyeri. Ditandai paling sering
dengan adanya relaksasi otot rangka, tetapi respirasi teratur dan tekanan darah dapat dipertahankan
dengan baik.
Stadium IV.
Stadium depresi medular. Penderita mengalami depresi pernapasan (paralisis diagfragma) dan depresi
tekanan darah yang berat. Tanpa ventilasi mekanik dan bantuan farmakologi terhadap tekanan darah,
Anestesi seimbang merupakan
kombinasi obat-obatan yang
sering dipakai dalam anestesi
umum
Golongan Hipnotik yang diberikan semalam
sebelumnya
Golongan Premedikasi yang diberikan kira-kira 1
jam sebelum pembedahan
Golongan Anestesi Intravena sebagai induksi
anestesi
Golongan Anestesia Inhalasi sebagai maintanance
proses anestesi
Golongan Obat Pelumpuh Otot dan Penawarnya
Premedikasi adalah tindakan awal anestesia dengan obat-obatan pendahuluan
yang terdiri dari obat-obat anti kolinergik, sedatif/trankuikizer dan analgetik
Tujuan pemberian
pramedikasi agar
dapat menimbulkan
rasa nyaman dan
menghilangkan rasa
cemas.
Obat antikolinergik
Contoh turunan preparat alkaloid belladon;
atropin sulfas dan skopolamin.
Pemberian obat tersebut bertujuan mengurangi
pengeluaran sekresi kelenjar, saliva, saluran
cerna dan saluran napas
Obat sedatif/tranquiler
Contohnya derivat benzodiazepin seperti
diazepam, midazolam, klordiazepoksid.
Obat golongan ini berkhasiat sedasi dan
mengurangi rasa cemas
Obat analgetik opiod
Golongan narkotik yang sering digunakan
adalah petidin dan morfin, sedangkan fentanil
digunakan sebagai suplemen anestesia.
Digunakan karena mempunyai efek analgesik
dan efek sedasi.
ANESTESI
INTRAVENA
Anestesi intravena dapat dipakai
untuk anestesi umum atau tahap
induksi dari anestesi.
Bagi pasien rawat jalan untuk
pembedahan jangka waktu singkat,
anestetik intravena merupakan
bentuk pilihan.
Tiopental
Menginduksi status hipnotik cepat dalam waktu
Dimetabolisme di hati secara perlahan sehingga akumulasi
racun dapat terjadi
Penggunaan dengan infus berkelanjutan sebaiknya tidak
dilakukan
Ketamin
Digunakan pada pasien anak karena efek anestesi dan analgesia
dapat dicapai dengan pemberian intramuskular.
Digunakan pada lansia dengan resiko tinggi dan pada kasus
syok karena agen anestesi ini dapat juga menstimulasi jantung.
Propofol
Induksi cepat dan durasi singkat aksinya mirip tiopental
Namun pasien dapat pulih lebih cepat dengan sedikit kejadian
mual dan muntah
Fentanil
Analgesik opiod jarang mempengaruhi sistem kardiovaskular
maka obat ini berguna untuk operasi jantung dan operasi yang
beresiko tinggi.
Opiod bereaksi secara langsung di sum-sum tulang belakang,
dan sering digunakan di epidural untuk anestesi spinal.
OBAT WAKTU
INDUKSI
PERTIMBANGAN PEMAKAIAN
Inhalasi : Cairan
Menguap
Eter
Halotan
Enfluran
Isofluran
Lambat
Cepat
Cepat
Cepat
Sangat Mudah terbakar. Tidak menimbulkan efek
yang berat pada sistem kardiovaskular atau hati
Pemulihan cepat. Dapat menurunkan tekanan darah,
mempunyai efek bronkodilator. Kontraksi pada
obstetri
Dapat menyebabkan hipotensi. Kontraindikasi pada
gangguan ginjal
Mempunyai efek yang minimal pada kardiovaskular.
Dapat menimbulkan disterss pernapasan.
Inhalasi : Gas
Nitrous Oksida
Siklopropan
Sangat cepat
Sangat cepat
Pemulihan cepat. Mempunyai efek yang minimal
pada kardiovaskular. Harus diberikan bersama-sama
oksigen. Potensi rendah
Sangat mudah terbakar dan meledak. Jarang
digunakan.
ANESTESI INHALASI
Relaksasi otot rangka merupakan
salah satu dari trias anestesi yang
harus dipenuhi pada operasi-operasi
besar
seperti laparotomi, toraktomi dan operasi-
operasi yang memerlukan napas kendali
Pilihan obat pelumpuh otot
Gangguan Fungsi Ginjal : atrakurium dan vekuronium
Gangguan Fungsi Hati : atrakurium
Bedah singkat : atrakurium, rokuronium, mivakurium
Kasus obstetri : semua dapat digunakan kecuali galamin
Pemulihan tonus otot rangka akibat pengaruh obat pelumpuh otot
bisa berlangsung secara spontan setelah masa kerja berakhir.
Namun untuk mempercepat pemulihannya perlu diberikan obat antagonisnya yaitu
golongan kolinergik yang bekerja sebagai antikolinesterase seperti neostigmin atau
prostigmin meningkatkan kadar asetilkolin diujung saraf
Anestesi Lokal menghilangkan
sakit pada tempat dimana obat
diberikan, dan kesadaran tetap di
pertahankan.
Anestesi spinal membutuhkan anestetik lokal
untuk diinjeksikan pada ruang subarakhnoid
setinggi ruang lumbal tiga atau empat.
Jenis anestetik lokal yang digunakan
adalah kokain, prokain, lidokain dan
bupivakain.
Obat anestesi lokal mencegah proses
terjadinya depolarisasi membran
Keadaan ini menyebabkan aliran impuls yang
melewati saraf tersebut terhenti, sehingga
segala macam rangsang atau sensasi tidak
sampai ke susunan saraf pusat.
Anestesi Topikal
Larutan, spray, salep, krim dan gel yang digunakan
pada membran mukosa permukaan kulit baik yang
rusak maupun utuh dan luka bakar untuk
mengurangi sensitivitas ujung saraf di daerah yang
terkena.
Analgesik adalah suatu senyawa yang
dalam dosis terapetik dapat menimbulkan
efek penghilangan rasa nyeri tanpa memiliki
kerja anestesi umum.
Berasal dari bahasa yunani terdiri dari kata
‘an’ yang berarti tanpa dan ‘algia’ yang
berarti nyeri
Nyeri merupakan suatu gejala yang
berfungsi untuk melindungi dan
memberikan tanda bahaya ‘alarm’ tentang
adanya gangguan pada sistem tubuh
seperti :
1. Peradangan (Inflamasi)
2. Infeksi mikroorganisme,
3. Kejang otot
4. Pertanda adanya penyakit
Berdasarkan durasinya, nyeri
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu
1. Nyeri Akut
2. Nyeri Kronis
Berdasarkan sumber nyerinya, nyeri ini
digolongkan menjadi 3, yaitu :
1. Nyeri permukaan
2. Nyeri somatis
3. Nyeri viseral
Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis,
kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan.
Rangsangan tersebut memicu
pelepasan zat-zat tertentu yang
disebut dengan mediator nyeri
seperti histamin, bradikinin,
leukotrien dan prostaglandin
Semua mediator nyeri tersebut
merangsang reseptor nyeri
(nociceptor) yang berada di seluruh
jaringan dan organ tubuh kecuali CNS
untuk disalurkan ke otak melalui divisi
neuron sensorik yang dilanjutkan
melalui sumsum tulang belakang
(spinal cord) dan otak tengah. Dari
talamus impuls kemudian diteruskan ke
pusat nyeri di otak besar, dimana
impuls dirasakan sebagai nyeri.
Fakta :
• Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri (endogen), terutama
dalam batang otak dan sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri.
• Sistem opiod endogen berupa neurotransmitter seperti enkepalin, dinorfin dan endorfin
• Neurotransmitter tersebut mempunyai reseptor khusus yaitu µ. δ, κ yang berada di sistem
saraf pusat (CNS).
• Jika opioid endogen terikat pada reseptor opiod maka akan menghambat rangsangan nyeri.
TERAPI NYERI
Merintangi pembentukan rangsangan
dalam reseptor nyeri perifer, oleh analgetika
perifer atau anestetika lokal.
Merintangi penyaluran rangsangan nyeri
dalam syaraf-syaraf sensoris oleh anestetika
lokal.
Blokade pusat nyeri pada SSP dengan
analgetika sentral (narkotika) atau
anestetika umum.
PENGGOLONGAN
ANALGETIK
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik
dibagi menjadi 2 golongan :
1. Analgesik Opioid
2. Analgesik Non Opioid
Analgesik opiod adalah obat yang
menyerupai peptida opiod endogen
dan menyebabkan aktivasi reseptor
opiod yaitu reseptor µ (miu).
Peptida endogen tersebut adalah
endorfin, dinorfin dan enkefalin
Obat-obat yang kerjanya
menyerupai opiod endogen
adalah analgesik opiod dan yang
bekerja memblokade nyeri di
sistem saraf pusat adalah anastesi
umum.
Fakta Analgesik Opioid
o Bekerja pada otak untuk menghambat rasa nyeri sistemik
o Dapat mengakibatkan ketagihan
o Termasuk golongan narkotik
o Memiliki efek pada sistem saraf pusat dan pada organ-organ
tertentu
o Tidak memiliki aktivitas antipiretik dan antiinflamasi
o Berdasarkan sumber bahan aktif, analgesik opioid dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu :
o Alami  alkaloid opium
o Morfin
o Kodein
o Semi sintetik
o Oksikodon
o Sintetik  disintesis di laboratorium
o Metadon
o Berdasarkan mekanisme aksinya dibagi menjadi 3 kategori :
o Agonis Opioid
o Agonis Parsial
o Antagonis Opioid
Efek pada sistem saraf pusat:
• Menurunkan rasa nyeri
• Sedasi
• Meniadakan rasa takut (ansiolitik)
• Menghambat pusat pernafasan dan
pusat batuk
• Menimbulkan miosis (pengecilaN pupil)
• Meningkatkan kerja ADH (hormon
antidiuretik)
Efek pada Perifer
• Menghambat pengosongan lambung
• Mengurangi motilitas saluran cerna
• Mengurangi tonus pembuluh
darah tekanan darah dapat turu
• Meningkatkan pembebasan histamin
Indikasi: nyeri yang sangat kuat akibat kecelakaan, nyeri operasi, nyeri
akibat kanker
Agonis Opioid  prototipe Morfin
PENGGUNAAN MORFIN
Efek sebagai analgesik morfin baik digunakan untuk mengobati nyeri tumpul dan
nyeri konstan daripada nyeri tajam dan nyeri periodik
Efek samping yang berbahaya adalah toleransi, ketergantungan dan terjadi
depresi pusat pernapasan
Gejala ketergantungan dapat terjadi akibat penghentian obat
penyebab umum sebagian besar kematian akibat morfin overdosis adalah
sesak napas
Sejumlah besar efek samping termasuk:
Sembelit
Eksisatory
Euphoria
Mual
Penyempitan pupil mata
Toleransi dan ketergantungan
Agonis Parsial (Mixed Opioid Agonist–
Antagonists)
Buprenorfin
Turunan fenantren yang kuat dan bekerja lama dan merupakan suatu agonis
parsial reseptor mu.
Penggunaan klinik lebih banyak untuk mendetoksifikasi dan
mempertahankan penderita penyalahgunaan heroin.
Antagonis Opiod
Nalokson dan Nalterkson
Merupkan antagonis opiod murni yang terikat secara kompetitif ke reseptor
opiod, tetapi tidak menghasilkan respon analgesik.
Digunakan untuk mengatasi efek toksik dari opiod agonis dan opiod
agonis-antagonis. Nalokson mempunyai masa kerja singkat sedangkan
Nalterkson mempunyai masa kerja panjang.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Obat sistem saraf
Obat sistem sarafObat sistem saraf
Obat sistem saraf
 
2.2. hipnotik dan sedatif
2.2. hipnotik dan sedatif2.2. hipnotik dan sedatif
2.2. hipnotik dan sedatif
 
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)
 
Obat antipsikosis
Obat antipsikosisObat antipsikosis
Obat antipsikosis
 
Presentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPresentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan ssp
 
Penatalaksanaan gg-jiwa
Penatalaksanaan gg-jiwaPenatalaksanaan gg-jiwa
Penatalaksanaan gg-jiwa
 
Hipnotik sedativ
Hipnotik sedativHipnotik sedativ
Hipnotik sedativ
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Obat Syaraf Pusat, Syaraf Otonom, dan Antibiotik
Obat Syaraf Pusat, Syaraf Otonom, dan AntibiotikObat Syaraf Pusat, Syaraf Otonom, dan Antibiotik
Obat Syaraf Pusat, Syaraf Otonom, dan Antibiotik
 
Antidepresi
AntidepresiAntidepresi
Antidepresi
 
Stimulan sistem saraf pusat (ssp)
Stimulan sistem saraf pusat (ssp)Stimulan sistem saraf pusat (ssp)
Stimulan sistem saraf pusat (ssp)
 
Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)
Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)
Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 
antidepresiva (Farmakologi PPT)
antidepresiva  (Farmakologi PPT)antidepresiva  (Farmakologi PPT)
antidepresiva (Farmakologi PPT)
 
Depresan
DepresanDepresan
Depresan
 
Terapi somatik
Terapi somatik Terapi somatik
Terapi somatik
 
Obat pelumpuh otot dan ganglion
Obat pelumpuh otot dan ganglionObat pelumpuh otot dan ganglion
Obat pelumpuh otot dan ganglion
 
Anti headache dan vertigo
Anti headache dan vertigoAnti headache dan vertigo
Anti headache dan vertigo
 
Antiparkinson
AntiparkinsonAntiparkinson
Antiparkinson
 
Obat gangguan ssp
Obat gangguan sspObat gangguan ssp
Obat gangguan ssp
 

Similar to Obat sistem saraf pusat

126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem sarafnataliaayp
 
movement disorder in neurology department.pptx
movement disorder in neurology department.pptxmovement disorder in neurology department.pptx
movement disorder in neurology department.pptxFirstiafinaTiffany1
 
nyeri kepala yang sering terjadi pada pasien hipertensi
nyeri kepala yang sering terjadi  pada pasien hipertensinyeri kepala yang sering terjadi  pada pasien hipertensi
nyeri kepala yang sering terjadi pada pasien hipertensiNuriyaJuanda
 
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksana
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksanaKp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksana
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksanaAhmad Muhtar
 
Obat_obat_pada_sistem_saraf_pusat_SSP.pptx
Obat_obat_pada_sistem_saraf_pusat_SSP.pptxObat_obat_pada_sistem_saraf_pusat_SSP.pptx
Obat_obat_pada_sistem_saraf_pusat_SSP.pptxAPRIL765663
 
Kp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmakaKp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmakaAhmad Muhtar
 
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxSISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxelly394769
 
3.1.5.1 psikofarmakoterapi
3.1.5.1   psikofarmakoterapi3.1.5.1   psikofarmakoterapi
3.1.5.1 psikofarmakoterapiAhmad Muhtar
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-pjj_kemenkes
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxAdnalKhemalPasha
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokal2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokaltarmizitaher
 
Makalah psikotropika
Makalah psikotropikaMakalah psikotropika
Makalah psikotropikaYadhi Muqsith
 

Similar to Obat sistem saraf pusat (20)

126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem saraf
 
movement disorder in neurology department.pptx
movement disorder in neurology department.pptxmovement disorder in neurology department.pptx
movement disorder in neurology department.pptx
 
Farmakologi antiepilepsi
Farmakologi antiepilepsiFarmakologi antiepilepsi
Farmakologi antiepilepsi
 
psikofarma4.pptx
psikofarma4.pptxpsikofarma4.pptx
psikofarma4.pptx
 
Praktikum sedasi
Praktikum sedasi Praktikum sedasi
Praktikum sedasi
 
Obat gangguan ssp
Obat gangguan sspObat gangguan ssp
Obat gangguan ssp
 
nyeri kepala yang sering terjadi pada pasien hipertensi
nyeri kepala yang sering terjadi  pada pasien hipertensinyeri kepala yang sering terjadi  pada pasien hipertensi
nyeri kepala yang sering terjadi pada pasien hipertensi
 
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksana
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksanaKp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksana
Kp 3.1.42 efek samping psikotropika dan tata laksana
 
Obat_obat_pada_sistem_saraf_pusat_SSP.pptx
Obat_obat_pada_sistem_saraf_pusat_SSP.pptxObat_obat_pada_sistem_saraf_pusat_SSP.pptx
Obat_obat_pada_sistem_saraf_pusat_SSP.pptx
 
Obat susunan saraf pusat AKPER PEMKAB MUNA
Obat susunan saraf pusat AKPER PEMKAB MUNAObat susunan saraf pusat AKPER PEMKAB MUNA
Obat susunan saraf pusat AKPER PEMKAB MUNA
 
Kp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmakaKp 3.1.35 psikofarmaka
Kp 3.1.35 psikofarmaka
 
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxSISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
 
3.1.5.1 psikofarmakoterapi
3.1.5.1   psikofarmakoterapi3.1.5.1   psikofarmakoterapi
3.1.5.1 psikofarmakoterapi
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokal2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokal
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah psikotropika
Makalah psikotropikaMakalah psikotropika
Makalah psikotropika
 

More from Fina Ratih Wiraputri (14)

Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan Perbekalan FarmasiPengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan Perbekalan Farmasi
 
Uterotonika
UterotonikaUterotonika
Uterotonika
 
Farmakologi hormon
Farmakologi hormonFarmakologi hormon
Farmakologi hormon
 
Antelhmintik
AntelhmintikAntelhmintik
Antelhmintik
 
Antiprotozoa
AntiprotozoaAntiprotozoa
Antiprotozoa
 
Farmakologi Antibiotik
Farmakologi AntibiotikFarmakologi Antibiotik
Farmakologi Antibiotik
 
Konsep penggunaan obat untuk ibu hamil dan menyusui
Konsep penggunaan obat untuk ibu hamil dan menyusuiKonsep penggunaan obat untuk ibu hamil dan menyusui
Konsep penggunaan obat untuk ibu hamil dan menyusui
 
Kejadian Tidak Diinginkan Selama Pengobatan
Kejadian Tidak Diinginkan Selama PengobatanKejadian Tidak Diinginkan Selama Pengobatan
Kejadian Tidak Diinginkan Selama Pengobatan
 
Obat sistem saluran pencernaan
Obat sistem saluran pencernaanObat sistem saluran pencernaan
Obat sistem saluran pencernaan
 
Obat kardiovaskular
Obat kardiovaskularObat kardiovaskular
Obat kardiovaskular
 
Obat sistem respirasi
Obat sistem respirasiObat sistem respirasi
Obat sistem respirasi
 
Obat sistem saraf autonom
Obat sistem saraf autonomObat sistem saraf autonom
Obat sistem saraf autonom
 
Farmakodinamika
FarmakodinamikaFarmakodinamika
Farmakodinamika
 
The Lord Of The Immune System : Sistem Imun
The Lord Of The Immune System : Sistem ImunThe Lord Of The Immune System : Sistem Imun
The Lord Of The Immune System : Sistem Imun
 

Recently uploaded

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 

Recently uploaded (20)

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 

Obat sistem saraf pusat

  • 1. Obat Pada Sistem Saraf bekerja pada Sistem saraf pusat
  • 2. Obat yang bekerja mempengaruhi CNS dibagi menjadi dua bagian  Obat yang berefek menstimulasi kerja CNS  Secara langsung maupun tidak langsung merangsang CNS  Reaksinya meningkatkan kewaspadaan dan terjadinya kejang-kejang  Obat yang berefek mendepresi kerja CNS  Menghambat atau memblokir proses dalam CNS  Reaksinya berkisar antara efek yang lemah sampai hilangya kesadaran
  • 3. Obat yang berefek menstimulasi kerja CNS Amfetamin • Peningkatan Konsentrasi & Kesadaran • Menurunkan Napsu Makan Peredarannya dibatasi pada beberapa negara termasuk Indonesia krn dpt menyebabkan : • Ketergantungan Psikologis dan Toleransi • Gejala Depresi dan Putus Obat Diklinik digunakan pada kasus • Narkolepsi • Gangguan Konsentrasi pada anak Hiperkinetik Sering Disalahgunakan utk • Obat Diet  Mengurangi Napsu Makan • Doping  Efek euforia dan tahan bekerja dalam waktu lama Efek Samping : • Gelisah • Insomnia • Hipertensi • Anoreksi • Impoten
  • 4. Obat yang berefek menstimulasi kerja CNS Golongan METIL XANTIN Kafein dan Teofilin • Merangsang Pernapasan • Relaksasi Bronkiolus • Vasokontriksi • Meningkatkan Denyut Jantung • Palpitasi • Insomnia • Gelisah • Tremor • Teofilin digunakan untuk penanganan Asma • Kafein dikombinasikan dengan Paracetamol sebagai indikasi sakit kepala migrain • Rumus struktur kafein mirip adenosin • Adenosin jika berikatan dg reseptor  mengantuk • Jika kafein berikatan dengan reseptor adenosin  bertenaga dan segar • Kafein meningkatkan pasokan adrenalin  meningkatkan denyut jantung, relaksasi bronkiolus
  • 5. SEDATIF - HIPNOTIK  Barbiturat  Benzodiazepin  Alkohol  obat yang paling banyak disalahgunakan
  • 6. Sedatif- Hipnotik adalah golongan obat depresi SSP. Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan (menenangkan, menyebabkan kantuk, menidurkan) hingga yang berat (menghilangkan kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Hipnotik adalah Zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur.
  • 7. Neurotransmitter GABA GABA merupakan neurotransmiter inhibitor yang bertugas menghalangi penghantaran implus diserabut saraf  sehingga pesan saraf tidak tersampaikan GABA harus berikatan dan mengaktifkan dengan reseptornya yaitu reseptor GABA Efeknya : sehingga dapat menghalangi penghantaran impuls diserabut saraf dengan cara menghalangi potensial aksi sel saraf. GABA merupakan neurotransmiter endogen tubuh. Mempunyai agonis yang bekerja sebagai obat yaitu : • Obat golongan Barbiturat • Obat golongan Benzodiazepin Keduanya bekerja meningkatkan Aktivitas neurotransmitter GABA pada reseptornya.
  • 8. Tingkatan Efek Terhadap Organ 1. Sedasi Benzodiazepin, barbiturat dan sebagian besar hipnotik sedatif memiliki efek menenangkan serta menurunkan ansietas pada dosis yang relatif kecil 2. Hipnosis Semua hipnotik-sedatif menyebabkan tidur jika diberikan dalam dosis yang cukup tinggi. Efek hipnoti-sedatif pada tiap tahapan tidur bergantung pada beberapa faktor, seperti jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian. 3. Anestesi Dosis tinggi hipnotik-sedatif tertentu akan menekan SSP ke titik pada stadium III pada anestesi umum
  • 9. Tingkatan Efek Terhadap Organ 4. Efek Anti konvulsan Kebanyakan hipnotik-sedatif sanggup menghambat perkembangan dan penyebaran aktivitas listrik dalam SSP 5. Relaksasi Otot Beberapa golongan hipnotik-sedatif seperti benzodiazepin mempunyai efek menginhibisi refleks polisinaptik dan menekan transmisi pada taut neuromuskular otot rangka (pelemas otot sentral) 6. Fungsi Respirasi dan Kardiovaskular Pada dosis terapi dapat menimbulkan depresi pernapasan pada penderita penyakit paru  berkaitan dengan dosis  penyebab kematian akibat overdosis hipnotik-sedatif Pada keadaan hipovolemik, gagal jantung dan penyakit lain yang melemahkan fx kardiovaskular, dosis normal hipnotik sedatif dapat menyebabkan depresi kardiovaskular Efek depresi pernapasan dan kardiovaskular  I.V
  • 10. Penggunaan Klinis Hipnotik Sedatif Meredakan Ansietas Insomnia Sedasi dan amnesia sebelum dan selama tindakan medis dan bedah Pengobatan epilepsi dan keadaan bangkitan kejang Sebagai komponen anastesi yang seimbang (pemberian intravena) Mengendalikan gejala putus – obat etanol atau hipnotik sedatif lain Relaksasi otot pada kelainan muskular spesifik Bantuan diagnostik atau terapi dalam bidang psikiatri Penggunaan Klinis Hipnotik Sedatif
  • 11. Toksikologi Klinis Hipnotik-Sedatif • Dosis yang relatif rendah dapat menyebabkan kantuk, gangguan pengambilan keputusan dan menurunnya ketrampilan motorik berdampak besar pada ketrampilan mengemudi dan performa kerja • Benzodiazepin dapat menurunkan kemampuan untuk mempelajari informasi baru khususnya menyangkut proses daya kognitif tetapi informasi lama yang telah dipelajari tetap utuh • Efek ini digunakan pada saat dilakukan prosedur yang tidak nyaman semisal endoskopi penderita kooperatif pada saat proses prosedur namun sesudah tindakan penderita tidak ingat dengan prosedur tersebut • “Date rape” didasarkan pada efek amnesia yang berkaitan dengan dosis • Efek “hangover” dapat terjadi pada penggunaan hipnotik waktu paruh panjang • Pada dosis tinggi dapat menyebabkan keadaan letargi atau kelelahan • Sensitivitas meningkat pada pasien gangguan pernapasan, kardiovaskular dan hati dan penderita usia tua  depresi pernapasan dan kardiovaskular
  • 12. Klasifikasi Barbiturat Masa kerja panjang Fenobarbital mengendalikan kejang pada epilepsi. Masa kerja sedang Amobarbital Mempertahankan tidur dalam jangka waktu panjang. Masa kerja singkat Pentobarbital Menimbulkan tidur bagi penderita insomnia. Masa kerja sangat singkat Natrium thipental (pentothal) Anestesi umum
  • 13. Benzodiazepin adalah jenis obat yang memiliki efek sedatif atau antiansietas (menenangkan)
  • 14. Perubahan pada respon Obat • Penggunaan menahun hipnotik-sedatif terutama jika dosisnya ditingkatkan dapat menimbulkan keadaan ketergantungan fisiologik • Gejala putus obat dapat menyebabkan kegelisahan, ansietas, kelemahan, hipertensi ortostatik, refleks hiperaktif dan kejang umum  mengancam jiwa • Biasa terjadi pada penggunaan obat golongan hipnotik sedatif dengan waktu paruh singkat  gejala putus obat kurang menonjol pada obat waktu paruh panjang “tappering” karena eliminasi lambat • Obat yang memiliki waktu paruh panjang seperti chlordiazepoxide, diazepam dan fenobarbital dapat digunakan untuk meredakan gejala putus obat yang ditimbulkan oleh obat dengan waktu paruh singkat.
  • 15. ANTI KONVULSI Obat-obat yang dipakai untuk serangan kejang epilepsi
  • 16. Epilepsi suatu gangguan kejang berulang secara periodik yang yang disebabkan oleh muatan listrik abnormal dari neuron- neuron serebral dan ditandai dengan hilangnya atau terganggunya kesadaran dan biasanya disertai dengan kejang.
  • 17. Patofisiologi ketidakseimbangan antara neurotransmiter eksitatori dan inhibitori. Defisiensi neurotransmiter inhibitori seperti Gamma Amino Butyric Acid (GABA) atau peningkatan neurotransmiter eksitatori seperti Glutamat menyebabkan aktivitas neuron tidak normal.
  • 18. Klasifikasi Internasional tentang Kejang Epilepsi I Kejang Parsial (awal serangan kejang terjadi secara lokal) A. Sederhana (tanpa gangguan kesadaran) 1. Disertai gejala motor 2. Disertai gejala sensori khusus atau somatosensori 3. Disertai gejala kejiwaan B. Kompleks (disertai gangguan kesadaran) 1. Mula kejang parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran dengan atau tanpa gerakan otomatis 2. Gangguan kesadaran pada mula kejang dengan atau tanpa gerakan otomatis. C. Umum sekunder (mula kejang parsial berubah menjadi kejang tonik klonik umum II Kejang Umum (simestris bilateral dan tanpa mula kejang lokal A. Absen  hentakan klonik ringan pada pada anggota tubuh dan automatisme bermula pada anak2 atau remaja B. Myoklonik C. Klonik D. Tonik kehilangan tonus postural mendadak jatuh tiba-tiba  E. Tonik-Klonik  kejang dramatik lidah dan pipi dapat tergigit F. Atonik  kehilangan tonus postural mendadak jatuh tiba-tib G. Spasme Infantil III Kejang yang tidak dapat diklasifikasi IV Status Epileptikus  serangan tonik klonik yang membahayakan dan memerlukan penatalaksnaan kardiovaskular dan pernapasan dan metabolik yang cepat
  • 19. Antikonvulsi yang dipakai dalam mengobati epilepsi, yaitu Hidantoin (fenitoin), Barbiturat dengan masa kerja panjang (fenobarbital, mefobarbital) Suksinimid (etosuksimid) Benzodiazepin (diazepam, klonazepam) Karbamazepin Valproat (asam valproat) Gabapentin Tiagabin
  • 20. Mekanisme Kerja Anti Konvulsi • Menghambat kanal ion Natrium/sodium • Meningkatkan efek penghambatan neurotransmitter GABA • Menghambat kanal ion kalsium
  • 21. Efek Samping yang sering terjadi akibat penggunaan obat anti epilepsi Efek Pada Sistem Saraf Pusat : • Mengantuk, sedasi, • Depresi • Pusing • Bicara cadel • Ataxia : hilangnya koordinasi otot • Nistagmus : gerakan spontan bola mata secara ritmik yang tidak terkontrol • Diploplia : penglihatan obyek menjadi ganda • Vertigo • Sakit kepala • Kebingungan • Tremor • Gangguan fungsi kognitif pada situasi belajar Efek pada sistem Gastrointestinal • Mual • Muntah • Mulut kering • Anoreksia • Diare Ruam Kelainan dan cacat lahir pada janin
  • 22. Fenitoin Indikasi: • Pilihan pertama untuk kejang umum tonik-klonik dan kejang parsial komplek • Beberapa khasiat dalam klonik, mioklonik, atonic, • Tidak berpengaruh pada kejang absens • Pasien trauma kepala/bedah saraf • Dapat digunakan pada kasus status epileptikus Fenitoin memiliki range terapetik sempit dengan konsentrasi plasma adalah 10-20 µg/ml Interaksi obat: • Mengurangi jumlah obat dalam darah pada banyak obat-obatan • Meningkatkan kadar fenobarbital & warfarin Mekanisme aksi : Menghambat kanal ion sodium (Na+) yang mengakibatkan influk (pemasukan) ion Na+ ke dalam membran sel berkurang sehingga terjadi penghambatan potensial aksi oleh karena terjadi depolarisasi terus-menerus pada neuron .
  • 23. Dampak buruk: • Hirsutisme & Fitur wajah menjadi kasar • Jerawat • Hiperplasia gingival (20-40%) • Sikat gigi> 8 kali per hari • Alasan utama untuk tidak meresepkan untuk anak-anak • Penurunan konsentrasi serum asam folat, tiroksin, dan vitamin K pada penggunaan jangka panjang. Anak berusia 17 tahun diberikan 300mg / hari fenitoin selama 2 tahun (tanpa pengawasan) Pemulihan secara parsial setelah penghentian selama 3 bulan
  • 24. Indikasi: Pilihan pertama untuk kejang umum tonik-klonik dan kejang parsial kompleks. Kontraindikasi: • Mungkin memperburuk kejang absens dan kejang mioklonik. • Kelainan darah • Gangguan hati Dampak buruk: • Leukopenia ringan atau hiponatremia • Menekan konsentrasi hormon tiroid namun TSH tetap normal. Karbamazepin Karbamazepin menghambat kanal Na+ yang mengakibatkan influk (pemasukan) ion Na+ kedalam membran sel berkurang dan menghambat terjadinya potensial aksi oleh depolarisasi terus-menerus pada neuron
  • 25. Fenobarbital Indikasi: • Pilihan kedua untuk kejang umum tonik-klonik dan kejang parsial. • Pilihan utama kejang pada bayi karena absorbsinya cepat, • Gangguan efek kognitif yang merugikan pada anak dan dewasa sehingga telah dikurangi penggunaannya sebagai obat utama. • Status epileptikus Kontraindikasi: Kejang absens Mekanisme : Meningkatkan kerja penghambatan GABA Dampak buruk: • Agitasi dan kebingungan pada orang tua. • Memburuknya kondisi anak yang hiperaktif agresivitas • Efek samping seksual • Ketergantungan fisik Interaksi Obat • Meningkatkan metabolisme vitamin D dan K Efikasi, toksisitas yang rendah, serta harga yang murah menjadikan fenobarbital obat yang penting untuk tipe-tipe epilepsi ini.
  • 26. Benzodiazepin Mekanisme aksi : • Aktivasi reseptor benzodiazepin akan meningkatkan frekuensi pembukaan reseptor GABA. Indikasi: • Hanya clonazepam & clorazepate disetujui untuk pengobatan jangka panjang. • Clorazepate • Dalam kombinasi untuk kejang parsial • Clonazepam • Kejang mioklonik, atonic, dan kejang absens • Toleransi berkembang setelah sekitar 6 bulan
  • 27. Indikasi : • Diazepam dan lorazepam digunakan dalam pengobatan status epileticus. • Diazepam diberikan secara i.v atau per rektal sangat efektif untuk mengatasi kejang kontinue terutama status epileptikus tonik klonik • Lorazepam bekerja lebih lama dari diazepam dan lebih dianjurkan oleh beberapa ahli • Diazepam sering dikombinasikan dengan fenitoin. Kontraindikasi: • Diazepam tidak boleh digunakan pada anak usia di bawah 9 • Glaukoma sudut sempit Dampak buruk: • Hipotonia, Dysarthria • Gangguan Otot di (clonazepam) • Gangguan perilaku (terutama pada anak-anak) • Agresi, Hiperaktif, lekas marah dan Kesulitan berkonsentrasi Batasan Dua aspek yang menonjol dalam penggunaan benzodiapen, yaitu : • Efek sedatif yang hebat merugikan untuk status epileptikus dan terapi kronik • Dapat terjadi toleransi
  • 28. Tiagabin Mekanisme Aksi Bekerja dengan cara menghambat ambilan GABA di neuron dan glia sehingga memperpanjang kerja inhibisi yang dimiliki GABA. Indikasi: • Disetujui pada tahun 1998 sebagai terapi tambahan untuk kejang parsial pada pasien berusia setidaknya 12 tahun. • Efektif sebagai terapi tambahan bagi untuk kejang parsial dalam dosis 16-56 mg/hari. Kontraindikasi: Kejang Absens Dampak buruk: Kelemahan Sakit perut
  • 29. Etosuksimid Indikasi : • Pilihan pertama pada kejang absens Kontraindikasi : • Memperburuk kejang parsial dan tonik klonik Mekanisme Aksi : • Menghambat pada kanal Ca2+ di talamus sehingga pengeluaran glutamat dihambat yang berperan dalam pembentukan ritme sentakan yang diperantarai oleh ion Ca2+ pada kejang absens, sehingga penghambatan pada kanal tersebut akan mengurangi sentakan pada kejang absens. Kadar terapeutik 60-100mcg/ml dapat dicapai pada orang dewasa ,menggunakan dosis 750-1500 mg/hari yang diberikan 2 kali sehari untuk menghindarkan efek samping pada pencernaan Dampak buruk: • perilaku psikotik • diskrasia darah • sakit kepala persisten • anoreksia • cegukan • sindrom seperti lupus Toksisitas: • Gejala seperti parkinson • ketakutan dipotret (photophobia)
  • 30. Gabapentin Indikasi: • Terapi tambahan pada orang dewasa dan anak- anak dengan parsial & umum sekunder kejang. • Juga efektif sebagai monoterapi. Kontraindikasi: Dapat memperburuk mioklonik & tidak adanya kejang. Dampak buruk: • Berat Badan (5%) dengan pergelangan kaki edema • Sifat lekas marah • masalah perilaku pada anak-anak (6%) • Telah dikaitkan dengan gangguan gerakan Mekanisme Aksi : • Gabapentin tidak bekerja langsung pada reseptor GABA namun bekerja pada presinaptik untuk menurunkan pelepasan glutamat dengan cara menurunkan masukan Ca²⁺ pra sinaptik
  • 31. Asam valproat Mekanisme Aksi: 1) Meningkatkan produksi GABA dan menurunkan metabolisme GABA 2) Beberapa menghambat kanal ion Ca2 3) Beberapa menghambat kanal ion Natrium Indikasi: • Kejang parsial sederhana atau kompleks parsial & Kejang utama tonik-klonik • Digunakan untuk kejang absen, mioklonik, dan kejang atonic. • Sangat efektif pada untuk epilepsi fotosensitif dan epilepsi mioklonik pada remaja. Kontraindikasi: • Penyakit hati Dampak buruk: • Peningkatan berat badan (30-50%) • Tremor yang berhubungan dengan dosis • Kerontokan rambut sementara • Sindrom ovarium polikistik dan gangguan menstruasi • Keropos tulang • Pembengkakan pergelangan kaki
  • 32. Aspek Khusus Toksikologi Obat Antiepilepsi • Potensi teratogenitas OAE masih kontroversional dan penting untuk diperhatikan • Kontroversional karena epilepsi dan OAE bersifat heterogen • Penting karena efek teratogenitas akibat penggunaan kronik pada jutaan orang • Kelahiran anak dengan ibu yang mendapatkan terapi OAE memiliki resiko 2x lipat mengalami malformasi • Fenitoin, fenobarbital dan karbamazepin  mengakibatkan sindrom fetal hidantoin • Valproat, karbamazepin  spina bifida
  • 33. ANESTESI Merupakan tindakan “meracuni” penderita, mempergunakan obat-obatan khusus yaitu obat anestetikum yang umumnya bersifat depresan yang bersifat reversibel pada sistem organ tubuh
  • 34. Tindakan anestesi yang memadai meliputi tiga komponen: • Hipnotik (tidak sadarkan diri=mati ingatan) • Analgesia (bebas nyeri = mati rasa) • Relaksasi otot rangka (mati gerak) trias anestesia
  • 35. Klasifikasi Anestesi 1. Anestesia Umum 2. Anestesia Lokal yang meliputi Anestesia Regional. 3. Anestesia Topikal
  • 36. Adapun stadium pada anastesi umum dibagi menjadi empat yaitu: Stadium I. Stadium Analgesia. Penderita tetap sadar tetapi telah mengalami pengurangan kesadaran akan nyeri Stadium II. Stadium Eksitasi. Dimulai dari hilangnya kesadaran sampai stadium operasi. Penderita mengalami amnesia setelah kejadian tersebut, tetapi refleks dan otonomik jadi tidak teratur serta kontrol respirasi meningkat selama stadium ini. Dapat disertai dengan aritmia jantung, spasme bronkus, spasme laring dan muntah. Stadium III. Stadium anestesi operasi. Penderita tidak sadar dan tidak memiliki refleks nyeri. Ditandai paling sering dengan adanya relaksasi otot rangka, tetapi respirasi teratur dan tekanan darah dapat dipertahankan dengan baik. Stadium IV. Stadium depresi medular. Penderita mengalami depresi pernapasan (paralisis diagfragma) dan depresi tekanan darah yang berat. Tanpa ventilasi mekanik dan bantuan farmakologi terhadap tekanan darah,
  • 37. Anestesi seimbang merupakan kombinasi obat-obatan yang sering dipakai dalam anestesi umum Golongan Hipnotik yang diberikan semalam sebelumnya Golongan Premedikasi yang diberikan kira-kira 1 jam sebelum pembedahan Golongan Anestesi Intravena sebagai induksi anestesi Golongan Anestesia Inhalasi sebagai maintanance proses anestesi Golongan Obat Pelumpuh Otot dan Penawarnya
  • 38. Premedikasi adalah tindakan awal anestesia dengan obat-obatan pendahuluan yang terdiri dari obat-obat anti kolinergik, sedatif/trankuikizer dan analgetik Tujuan pemberian pramedikasi agar dapat menimbulkan rasa nyaman dan menghilangkan rasa cemas. Obat antikolinergik Contoh turunan preparat alkaloid belladon; atropin sulfas dan skopolamin. Pemberian obat tersebut bertujuan mengurangi pengeluaran sekresi kelenjar, saliva, saluran cerna dan saluran napas Obat sedatif/tranquiler Contohnya derivat benzodiazepin seperti diazepam, midazolam, klordiazepoksid. Obat golongan ini berkhasiat sedasi dan mengurangi rasa cemas Obat analgetik opiod Golongan narkotik yang sering digunakan adalah petidin dan morfin, sedangkan fentanil digunakan sebagai suplemen anestesia. Digunakan karena mempunyai efek analgesik dan efek sedasi.
  • 39. ANESTESI INTRAVENA Anestesi intravena dapat dipakai untuk anestesi umum atau tahap induksi dari anestesi. Bagi pasien rawat jalan untuk pembedahan jangka waktu singkat, anestetik intravena merupakan bentuk pilihan. Tiopental Menginduksi status hipnotik cepat dalam waktu Dimetabolisme di hati secara perlahan sehingga akumulasi racun dapat terjadi Penggunaan dengan infus berkelanjutan sebaiknya tidak dilakukan Ketamin Digunakan pada pasien anak karena efek anestesi dan analgesia dapat dicapai dengan pemberian intramuskular. Digunakan pada lansia dengan resiko tinggi dan pada kasus syok karena agen anestesi ini dapat juga menstimulasi jantung. Propofol Induksi cepat dan durasi singkat aksinya mirip tiopental Namun pasien dapat pulih lebih cepat dengan sedikit kejadian mual dan muntah Fentanil Analgesik opiod jarang mempengaruhi sistem kardiovaskular maka obat ini berguna untuk operasi jantung dan operasi yang beresiko tinggi. Opiod bereaksi secara langsung di sum-sum tulang belakang, dan sering digunakan di epidural untuk anestesi spinal.
  • 40. OBAT WAKTU INDUKSI PERTIMBANGAN PEMAKAIAN Inhalasi : Cairan Menguap Eter Halotan Enfluran Isofluran Lambat Cepat Cepat Cepat Sangat Mudah terbakar. Tidak menimbulkan efek yang berat pada sistem kardiovaskular atau hati Pemulihan cepat. Dapat menurunkan tekanan darah, mempunyai efek bronkodilator. Kontraksi pada obstetri Dapat menyebabkan hipotensi. Kontraindikasi pada gangguan ginjal Mempunyai efek yang minimal pada kardiovaskular. Dapat menimbulkan disterss pernapasan. Inhalasi : Gas Nitrous Oksida Siklopropan Sangat cepat Sangat cepat Pemulihan cepat. Mempunyai efek yang minimal pada kardiovaskular. Harus diberikan bersama-sama oksigen. Potensi rendah Sangat mudah terbakar dan meledak. Jarang digunakan. ANESTESI INHALASI
  • 41. Relaksasi otot rangka merupakan salah satu dari trias anestesi yang harus dipenuhi pada operasi-operasi besar seperti laparotomi, toraktomi dan operasi- operasi yang memerlukan napas kendali Pilihan obat pelumpuh otot Gangguan Fungsi Ginjal : atrakurium dan vekuronium Gangguan Fungsi Hati : atrakurium Bedah singkat : atrakurium, rokuronium, mivakurium Kasus obstetri : semua dapat digunakan kecuali galamin Pemulihan tonus otot rangka akibat pengaruh obat pelumpuh otot bisa berlangsung secara spontan setelah masa kerja berakhir. Namun untuk mempercepat pemulihannya perlu diberikan obat antagonisnya yaitu golongan kolinergik yang bekerja sebagai antikolinesterase seperti neostigmin atau prostigmin meningkatkan kadar asetilkolin diujung saraf
  • 42. Anestesi Lokal menghilangkan sakit pada tempat dimana obat diberikan, dan kesadaran tetap di pertahankan. Anestesi spinal membutuhkan anestetik lokal untuk diinjeksikan pada ruang subarakhnoid setinggi ruang lumbal tiga atau empat.
  • 43. Jenis anestetik lokal yang digunakan adalah kokain, prokain, lidokain dan bupivakain. Obat anestesi lokal mencegah proses terjadinya depolarisasi membran Keadaan ini menyebabkan aliran impuls yang melewati saraf tersebut terhenti, sehingga segala macam rangsang atau sensasi tidak sampai ke susunan saraf pusat.
  • 44. Anestesi Topikal Larutan, spray, salep, krim dan gel yang digunakan pada membran mukosa permukaan kulit baik yang rusak maupun utuh dan luka bakar untuk mengurangi sensitivitas ujung saraf di daerah yang terkena.
  • 45. Analgesik adalah suatu senyawa yang dalam dosis terapetik dapat menimbulkan efek penghilangan rasa nyeri tanpa memiliki kerja anestesi umum. Berasal dari bahasa yunani terdiri dari kata ‘an’ yang berarti tanpa dan ‘algia’ yang berarti nyeri
  • 46. Nyeri merupakan suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya ‘alarm’ tentang adanya gangguan pada sistem tubuh seperti : 1. Peradangan (Inflamasi) 2. Infeksi mikroorganisme, 3. Kejang otot 4. Pertanda adanya penyakit
  • 47. Berdasarkan durasinya, nyeri digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu 1. Nyeri Akut 2. Nyeri Kronis Berdasarkan sumber nyerinya, nyeri ini digolongkan menjadi 3, yaitu : 1. Nyeri permukaan 2. Nyeri somatis 3. Nyeri viseral
  • 48. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut dengan mediator nyeri seperti histamin, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin
  • 49. Semua mediator nyeri tersebut merangsang reseptor nyeri (nociceptor) yang berada di seluruh jaringan dan organ tubuh kecuali CNS untuk disalurkan ke otak melalui divisi neuron sensorik yang dilanjutkan melalui sumsum tulang belakang (spinal cord) dan otak tengah. Dari talamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. Fakta : • Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri (endogen), terutama dalam batang otak dan sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri. • Sistem opiod endogen berupa neurotransmitter seperti enkepalin, dinorfin dan endorfin • Neurotransmitter tersebut mempunyai reseptor khusus yaitu µ. δ, κ yang berada di sistem saraf pusat (CNS). • Jika opioid endogen terikat pada reseptor opiod maka akan menghambat rangsangan nyeri.
  • 50. TERAPI NYERI Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor nyeri perifer, oleh analgetika perifer atau anestetika lokal. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam syaraf-syaraf sensoris oleh anestetika lokal. Blokade pusat nyeri pada SSP dengan analgetika sentral (narkotika) atau anestetika umum.
  • 51. PENGGOLONGAN ANALGETIK Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan : 1. Analgesik Opioid 2. Analgesik Non Opioid
  • 52. Analgesik opiod adalah obat yang menyerupai peptida opiod endogen dan menyebabkan aktivasi reseptor opiod yaitu reseptor µ (miu). Peptida endogen tersebut adalah endorfin, dinorfin dan enkefalin Obat-obat yang kerjanya menyerupai opiod endogen adalah analgesik opiod dan yang bekerja memblokade nyeri di sistem saraf pusat adalah anastesi umum.
  • 53. Fakta Analgesik Opioid o Bekerja pada otak untuk menghambat rasa nyeri sistemik o Dapat mengakibatkan ketagihan o Termasuk golongan narkotik o Memiliki efek pada sistem saraf pusat dan pada organ-organ tertentu o Tidak memiliki aktivitas antipiretik dan antiinflamasi o Berdasarkan sumber bahan aktif, analgesik opioid dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : o Alami  alkaloid opium o Morfin o Kodein o Semi sintetik o Oksikodon o Sintetik  disintesis di laboratorium o Metadon o Berdasarkan mekanisme aksinya dibagi menjadi 3 kategori : o Agonis Opioid o Agonis Parsial o Antagonis Opioid
  • 54.
  • 55.
  • 56. Efek pada sistem saraf pusat: • Menurunkan rasa nyeri • Sedasi • Meniadakan rasa takut (ansiolitik) • Menghambat pusat pernafasan dan pusat batuk • Menimbulkan miosis (pengecilaN pupil) • Meningkatkan kerja ADH (hormon antidiuretik) Efek pada Perifer • Menghambat pengosongan lambung • Mengurangi motilitas saluran cerna • Mengurangi tonus pembuluh darah tekanan darah dapat turu • Meningkatkan pembebasan histamin Indikasi: nyeri yang sangat kuat akibat kecelakaan, nyeri operasi, nyeri akibat kanker Agonis Opioid  prototipe Morfin
  • 57. PENGGUNAAN MORFIN Efek sebagai analgesik morfin baik digunakan untuk mengobati nyeri tumpul dan nyeri konstan daripada nyeri tajam dan nyeri periodik Efek samping yang berbahaya adalah toleransi, ketergantungan dan terjadi depresi pusat pernapasan Gejala ketergantungan dapat terjadi akibat penghentian obat penyebab umum sebagian besar kematian akibat morfin overdosis adalah sesak napas Sejumlah besar efek samping termasuk: Sembelit Eksisatory Euphoria Mual Penyempitan pupil mata Toleransi dan ketergantungan
  • 58. Agonis Parsial (Mixed Opioid Agonist– Antagonists) Buprenorfin Turunan fenantren yang kuat dan bekerja lama dan merupakan suatu agonis parsial reseptor mu. Penggunaan klinik lebih banyak untuk mendetoksifikasi dan mempertahankan penderita penyalahgunaan heroin. Antagonis Opiod Nalokson dan Nalterkson Merupkan antagonis opiod murni yang terikat secara kompetitif ke reseptor opiod, tetapi tidak menghasilkan respon analgesik. Digunakan untuk mengatasi efek toksik dari opiod agonis dan opiod agonis-antagonis. Nalokson mempunyai masa kerja singkat sedangkan Nalterkson mempunyai masa kerja panjang.

Editor's Notes

  1. Migrain : terjadi dilatasi pembuluh darah diotak sehingga menekan sel-sel saraf yang mengakibatkan rasa nyeri. Di dalam otak terdapat reseptor adenosin, zat kimia yang membuat kita mengantuk. Jika adenosin berkurang, tubuh akan semakin segar. Sebaliknya, semakin banyak adenosin, tubuh akan semakin terasa lelah. Hebatnya, struktur kafein mirip dengan reseptor adenosin. Setelah minum kopi, kafein secara otomatis akan menggantikan adenosin pada reseptor. Hilangnya adenosin akan membuat tubuh terasa lebih bertenaga dan segar. Namun, semakin sering kita minum kopi, otak akan menghasilkan lebih banyak reseptor adenosin. Bersamaan dengan itu, tubuh jadi membutuhkan lebih banyak asupan kafein. Inilah yang menyebabkan minum kopi bisa membuat ketagihan. Jika kebutuhan kafein tidak terpenuhi, adenosin yang semakin banyak itu akan membuat tubuh lebih cepat dan mudah lelah. Saat efek kafein berkurang, adenosin akan kembali muncul. Akhirnya, tubuh pun meminta asupan kafein yang baru. Efek positifnya, kafein dapat membangun pasokan adrenalin yang akan meningkatkan denyut jantung, memompa darah, dan membuka saluran udara. Efek kafein juga diklaim bisa membuat orang lebih bahagia, sama seperti efek kokain pada tubuh.
  2. Hirsutisme adalah gejala munculnya rambut pada bagian tubuh perempuan yang biasanya tidak ditumbuhi rambut seperti di bawah dagu atau di atas bibir.Hirsutisme bukanlah merupakan penyakit namun gejala (symptom) saja. Kemungkinan ada kelainan medis lainnya, apalagi jika hal ini muncul setelah pubertas.