Dokumen tersebut membahas tentang studi kasus farkoterapi pada pasien wanita berusia 65 tahun yang didiagnosa kanker ovarium dan menerima terapi kemoterapi. Terapi kemoterapi yang diberikan adalah kombinasi Carboplatin dan Paclitaxel beserta obat pendukung untuk mencegah mual dan muntah seperti Ondensetron, Diphenhydramine, Famotidine dan Dexamethasone.
2. NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1
Angela Merici 132210101001
Marsalita Irine P. 132210101002
Vabella Eka R. 132210101003
Qurnia Wahyu F. 132210101004
Herlina Ekawati 132210101005
Putri Sakinah 132210101007
Nurul Shalikha 132210101011
Elsa Dwi 132210101013
Linda Hadi S 132210101015
3. pergerakan lambung, yaitu pergerakan yang sulit
pada rongga perut dan otot-otot di rongga dada.
Mual
pengeluaran paksa isi dalam perut dengan kekuatan penuh,
disebabkan oleh gerakan peristaltik kembali Gastro Intestinal,
gerakan ini memerlukan koordinasi kontraksi dari otot perut,
pylorus dan antrum, kenaikan cardiagastric, menurunkan
tekanan dan dilatasi esophageal (DiPiro dan Taylor, 2005).
Mun
tah
Chemotherapy Induced Nausea
and Vomiting (CINV).
4. PATOFISIOLOGI MUAL
MUNTAH
Beberapa mekanisme patofisiologi diketahui menyebabkan mual muntah yaitu
pada kumpulan saraf-saraf yang berlokasi di medulla oblongata.
Saraf –saraf ini menerima input dari :
Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema
Sistem vestibular (yang berhubungan dengan mabuk darat dan mual karena
penyakit telinga tengah)
Nervus vagus (yang membawa sinyal dari traktus gastrointestinal)
Sistem spinoreticular (yang mencetuskan mual yang berhubungan dengan cedera
fisik)
Nukleus traktus solitarius (yang melengkapi refleks dari gag refleks)
5. ETIOLOGI
Penyakit psikogenik
Proses-proses sentral (misal : tumor otak)
Proses sentral tak langsung (misal : obat-obatan, kehamilan)
Penyakit perifer (misal : peritonitis)
Iritasi lambung atau usus (Walsh, 1997: 310).
6. STUDI KASUS
KJ adalah seorang peremuan berusia 65 tahun. Dia datang ke klinik kanker untuk menjalani
kemoterapi yang pertama. Dia Didiagnosa kanker ovarium stage II. Dia direncanakan akan
menerima kemoterapi sebanyak 5 kali dengan regimen Carboplatin dan Paclitaxel (Carboplatin
AUC 6 IV selama 30 menit setiap 21 hari sekali + Paclitaxel 175 mg/ m2 i.v selama 3 jam setiap
21 hari sekali). Pada hari pertama kemoterapi dia mendapatkan obat sebagai berikut:
Carboplatin AUC 6 i.v selama 30 menit
Paclitaxel 175 mg/ m2 i.v. selama 3 jam
Ondensetron 24 mg p.o. 30 menit sebelum chemotheraphy
Dipenhydramine 25 mg i.v. 30 menit sesudah chemotherapy
Ny. KJ juga mendapatkan resep:
Ondensetron 8 mg p.o. setiap 6 jam jika mual muntah
Metclopraminde + dexamathasone selama 4 hari
7. Yaitu pertumbuhan sel-sel asing yang
berbahaya pada beberapa bagian dari
ovarium. Ovarium adalah organ reproduktif
wanita, dimana sel telur berkembang.
Umumnya kanker ovarium diklasifikasikan
sebagai epithelial dan tumbuh dari
permukaan ovarium.
8. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KANKER OVARIUM
• Biasanya wanita usia>63thn
Usia
• menstruasi usia <12 thn
• Tdk punya anak
• Memiliki anak usia >30 thn
• menopause usia >50 tahun
Sejarah reproduksi
• Konsumsi clomiphene citrate dalam waktu lama
obt penyubur
kehamilan
• resiko mengidap > tinggi
Sejarah keluarga
terkena kanker
• gemuk atau yang malas bergerak
Obesitas
• penyebab kanker ovarium
mutasi gen BRCA1
atau BRCA2
9. Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada
kanker secara sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker
stadium lanjut, local maupun metastatis.
Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena
bersifat sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara
pemberian melalui infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif dalam
mengatasi kanker terutama kanker stadium lanjut local (Desen, 2008).
Teknik pemberian kemoterapi ditentukan dari jenis keganasan dan jenis
obat yang diperlukan (Adiwijono,2006).
10. OBAT UNTUK PASIEN KEMOTERAPI
Pada pasien kemo digunakan dua atau lebih obat sebagai suatu
kombinasi.
Alasan terapi kombinasi: untuk menggunakan obat yang bekerja
pada bagian yang berbeda dari proses metabolisme sel, sehingga
akan meningkatkan kemungkinan dihancurkannya jumlah sel-sel
kanker. Selain itu, efek samping yang berbahaya dari kemoterapi
dapat dikurangi jika obat dengan efek beracun yang berbeda
digabungkan, masing-masing dalam dosis yang lebih rendah dari
pada dosis yang diperlukan jika obat itu digunakan tersendiri.
11. CONTOH resimen kemoterapi untuk kanker ovarium adalah
paclitaxel-carboplatin
paclitaxel-cisplatin
12. Ny. KJ menjalankan terapi kemoterapi untuk pengobatan kanker
ovarium yang dia derita. Digunakan kombinasi obat Carboplatin AUC
6 i.v selama 30 menit dan Paclitaxel 175 mg/ m2 i.v. selama 3 jam.
Kedua obat tersebut adalah golongan obat sitotoksik yang
merupakan pilihan utama dalam pengobatan kanker menggunakan
kemoterapi (first line therapy) karena keduanya memiliki efek
sinergis untuk menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel-sel
kanker.
13. CARBOPLATIN
Indikasi : terapi kanker ovarium stadium lanjut
Dosis
• dewasa 400 mg/m2
sebagai infes iv tunggal
selama 15-60
menit.terapi tidak boleh
diulangi s/d 4 minggu
sesudah pemberian
dosis sebelumnya
Efek Samping
• supresi sum-sum tulang
,leucopenia,
trombositopenia,
anemia, mual dan
muntah, diare,
konstipasi, peningkatan
bersihan
kreatinin,peningkatan
asam urat, nitrogen urea
darah dan kreatinin
serum.neuropati perifer,
disgeusia, ototoksisitas,
peningkatan enzim hati,
reaksi alergi,
alopesia,sindroma
menyerupai flu,reaksi
pada tempat injeksi
Mekanisme Kerja
• obat ini merupakan
suatu agen kemoterapi
berbasis platinum yang
mengikat atom amonia
dan 1,1-
cyclobutanedicarboxylat.
Obat ini bekerja merusak
sel-sel kanker dengan
mengganggu DNA
melalui intra strand antar
cross link dan protein
DNA cross link sehingga
dapat mencegah
pembelahan sel kanker
dan juga
pertumbuhannya.
14. PACLITAXEL
Indikasi : terapi untuk kanker ovarium dan kanker payudara yang sudah
bermetastasis
Dosis
• monoterapi 175
mg/m2 secara infuse
iv selama 3 jam tiap
3 minggu.terapi
kombinasi 175
mg/m2 secara infuse
iv selama 3 jam tiap
3 minggu ,diikuti
dengan pemberian
komponen platinum
atau 135mg/m2
secara infuse iv
selama 24 jam diikuti
dengan pemberian
komponen platinum
Efek Samping
• reaksi
hipersensitivitas,
neutropenia,
trombositopenia,
anemia, infeksi
misalnya pada
pernapasan, ISK
& sepsis,hipotensi
dan bradikardi,
aritmia,blok AV,
kelainan EKG
Mekanisme Kerja
• Obat akan menembus membran
sel dan berinteraksi dengan
berbagai substansi dan molekul
regulator pada reseptor
mikotubulus di sitoplasma
sehingga menyebabkan
distorsi/kerusakan mikrotubulus.
Sinyal ini kemudian ditangkap
oleh penginduksi tumor
suppressor gene p53 pada
nukleus dan Cyclin Dependent
Kinase Inhibitor agar siklus sel
berhenti pada fase G2/M untuk
memperbaiki kerusakan
mikrotubulus. Bila kerusakan
tersebut tidak bisa diperbaiki
maka akan terjadi peningkatan
faktor-faktor pro-apoptosis (Bax,
Bak, Bim, Bok, Bad) dan
penurunan faktor-faktor
antiapoptosis (Bcl-2 dan Bcl-x) di
mitokrodria dan mengaktivasi
sitokrom C, APAF-1 dan caspase
9 untuk terjadinya proses
apoptosis
15. TERAPI NON FARMAKOLOGI
Pasien dengan keluhan ringan,mungkin berkaitan dengan konsumsi makanan
dan minuman di anjurkan untuk menghindari masuknya makanan
Intervensi non farmakologi di klasifikasikan sebagai intervensi perilaku
termasuk relaksasi,biofeedback,self-hypnosis, distraksi kognitif dan
desensitisasi sistematik.
Muntah psikogenik mungkin diatasi dengan intervensi psikologik.
16. TERAPI FARMAKOLOGI
1. ONDANSETRON
Indikasi :
Untuk menangani mual dan muntah yang diinduksi oleh obat kemoterapi dan
radioterapi sitotoksik, pencegahan mual dan muntah pasca operasi, narfoz
sebaiknya tidak digunakan pada keadaan mual atau muntah karena sebab lain.
Kontra indikasi:
narfoz jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap
Ondansetron.
17. Efek samping :
Efek samping yang biasanya terjadi adalah sakit kepala, sensasi kemerahan atau
hangat pada kepala dan epigastrium, gangguan irama jantung.
Mekanisme kerja :
Ondansetron termasuk kelompok obat Antagonis serotonin 5-HT3, yang bekerja
dengan menghambat secara selektif serotonin 5-hydroxytriptamine (5HT3)
berikatan pada reseptornya yang ada di CTZ (chemoreseceptor trigger zone) dan
di saluran cerna.
Dosis :
30 menit sebelum kemoterapi. Diberikan 30 menit sebelum kemoterapi.
18. 2.DIPENHIDRAMIN
Indikasi : antihistamin
Efek samping :
sedative,hipotensi,mengantuk,pusing,gangguan koordinasi, sakit kepala,kelelahan,
insomnia.
Mekanisme kerja :
Dipenhidramin berkompetisi dengan histamine bebas untuk mengikat reseptor
H1.obat ini bersifat antagonis kompetitif terhadap efek histamine pada saluran
GI,uterus,pembuluh darah besar,dan otot bronchial.penghambatan reseptor H1 juga
menekan pembentukan edema, panas gatal yang di sebabkan histamine
19. Dosis :
10 gram secara intravena. Pemberian 30-60 menit sebelum kemoterapi
Onset :
efek sedatif maksimum 1-3 jam
Durasi :
4-7 jam
20. 3. FAMOTIDINE
Indikasi :
antikolinergik, tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis,
Dosis :
20 mg tiap 6 jam (dosis lebih tinggi pada pasien yang sebelumnya telah menggunakan
antagonis reseptor H2 lain)
Efek samping :
kebiasaan buang air besar berubah,pusing,ruam kulit, letih, keadaan bingung yang reversible,
sakit kepala, jarang terjadi gangguan darah, nyeri otot atau sendi, hipersensitivitas,bradikardi
dan blok AV,nefritis interstitial dan pankreatiti akut,ginekomastia kadang-kadang. Pasien
mengalami gejala mual dan muntah sebagai efek samping dari kemotrapi yang dijalaninya
Mekanisme kerja :
Famotidin bekerja dengan menghambat secara kompetitif reseptor histamin H2 menghambat
kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung.
21. 4. METOKLOPRAMINDE
Indikasi :
meningkatkan tonus stingfer esophagus,membantu pengosongan lambung dan
meningkatkan perpindahan usus halus,kemungkinan lewat pelepasan asetilkolin.
Dosis :
Ini diberikan untuk pencegahan dan antisipasi efek samping pemberian iv
difenhidramin 20-50 mg
Mekanisme kerja :
Mekanisme yang pasti dari sifat antiemetik metoklopramida tidak jelas, tapi
mempengaruhi secara langsung CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) medulla yaitu
dengan menghambat reseptor dopamin pada CTZ
23. Mekanisme kerja :
Mekanisme kerjanya berhubungan dengan mencegah pembentukan prostaglandin
dan merangsang pelepasan endorphin, yang mempengaruhi mood dan tingkat
ketenangan. Melalui mekanisme menghambat pelepasan prostaglandin secara
sentral sehingga terjadi penurunan kadar 5-HT3 di sistem saraf pusat, menghambat
pelepasan serotonin di saluran cerna sehingga tidak terjadi ikatan antara serotonin
dengan reseptor 5-HT3, pelepasan endorphin, dan anti inflamasi yang kuat di daerah
pembedahan.
24. DAFTAR PUSTAKA
Abdulmuthalib. 2006. Prinsip dasar terapi sistemik pada kanker, dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Simadibrata, M.K., & Setiati, S. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. (3 rd Ed.). (hlm 1879-1881).
Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI
Adiwijono. 2006. Teknik-teknik pemberian kemoterapi, dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M.K., & Setiati, S. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. (3rd Ed.). Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Penyakit Dalam FKUI
Anonin. 2009. Informasi Spesialite Obat. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
Chabner BA, Longo L. 2006. Cancer chemotherapy and biotherapy, principles and practice. 4th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins
Davey, Patrick.2006. Kanker Payudara. Dalam: Davey, Patrick, ed. At a Glance. Medicine. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Neal M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis Edisi V. Penerbit Erlangga.Jakarta
Pazdur. 2001. Mual dan Muntah PadaPasien dengan Kemoterapi. Diunduh di
http//www.scribd.com/doc/35152956/Evaluasi-Mual-Muntah-Paien-kemoterapi.html pada tanggal 10
N0vember 2014
Solimando, D.A.2003. Drug Information Handbook for Oncology. Ohio: Lexi-Comp, Inc.
Sukandar,E.Y dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFIL
Tan. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Alex Media Kompetindo
Walsh,T.D. 1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta: EGC Buku Kedokteran