2. DEFINISI EPILEPSI
• Epilepsi adalah suatu gangguan saraf kronik, dimana terjadi kejang yang bersifat recurent (berulang).
• Kejang: manifestasi klinik dari aktivitas neuron cortical yang berlebihan di dalam korteks cerebral dan
ditandai dengan adanya perubahan aktifitas elektrik pada saat dilakukan pemeriksaan
electroencephalography (EEG).
• Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi tergantung dari daerah otak fungsional mana yang terlibat.
4. ETIOLOGI
• Gangguan/abnormalitas dari pelepasan neuron.
• Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya abnormalitas pelepasan neuron, seperti:
1. Birth trauma
2. Cedera kepala
3. Tumor otak
4. Penyakit cerebrovascular
5. Genetik
6. Idiopatik
5.
6. PATOFISIOLOGI
• Kejang disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak,
terjadi karena:
• Kurangnya transmisi inhibitori. Contoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian
agonis GABA (alcohol, benzodiazepin).
• Meningkatnya aksi eksitatori meningkatnya aksi glutamat atau aspartat di dalam otak.
7. DIAGNOSA
• Pasien didiagnosis epilepsi, jika mengalami gejala
serangan kejang secara berulang.
• Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari
gejala, diperlukan berbagai alat diagnostic:
• EEG
• CT-Scan
• MRI
• Dan lain-lain
8. KLASIFIKASI EPILEPSI
•Berdasarkan data klinik dan EEG, kejang dapat dibagi menjadi:
1. Kejang umum (generalized seizure): jika aktivasi terjadi pada kedua hemisphere
otak secara bersama-sama.
2. Kejang Parsial/focal: jika dimulai dari daerah tertentu dari otak.
9. KEJANG UMUM
1. Tonik-klonik = grand mal
• Merupakan bentuk paling banyak terjadi.
• Pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur.
• Bisa terjadi sianosis, ngompol, atau
menggigit lidah.
• Terjadi beberapa menit, kemudian diikuti
lemah, kebingungan, sakit kepala atau tidur.
10. 2. Abscense attacks = petit mal
• Jenis yang jarang.
• Umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja.
• Penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala terkulai.
• Kejadiannya Cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari.
3. Kejang mioklonik
• Biasanya terjadi pada pagi hari, setelah bangun tidur.
• Pasien mengalami sentakan tiba-tiba.
• Jenis yang sama (tapi non epileptic) bisa terjadi pada pasien normal.
4. Kejang atonik
• Jarang terjadi.
• Pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, namun bisa segera recovered.
11. KEJANG PARSIAL
1. Simple partial seizure
• Pasien tidak kehilangan kesadaran.
• Terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh.
2. Complex partial seizure
• Pasien melakukan gerakan –gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah, meringis dll tanpa kesadaran.
12. SASARAN TERAPI
•Mengontrol (mencegah dan mengurangi frekuensi) supaya tidak terjadi kejang
beraktivitas normal kembali.
•Meminimalisir adverse effect of drug.
Strategi terapi:
Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik saraf yg berlebihan melalui
perubahan kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter.
13. PRINSIP PENGOBATAN PADA EPILEPSI
• Monoterapi
• Menurunkan potensi AE
• Meningkatkan kepatuhan pasien
• Hindari / minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif
• Jika monoterapi gagal, dapat diberikan sedatif atau politerapi
• Pemberian terapi sesuai dengan jenis epilepsinya
• Mulai dengan dosis terkecil (dapat ditingkatkan sesuai dengan kondisi pasien)
14. PRINSIP PENGOBATAN PADA EPILEPSI
•Variasi individual -- perlu pemantauan
•Monitoring kadar obat dalam darah - penyesuaian dosis
•Lama pengobatan tergantung jenis epilepsinya, kondisi pasien dan
kepatuhan pasien
•Jangan menghentikan pengobatan secara tiba-tiba (mendadak).
15. PENATALAKSANAAN TERAPI
•Non farmakologi :
•Amati faktor pemicu.
•Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR, konsumsi kopi
atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
•Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi
21. DRUG
Partial
Seizure
Generalized
Tonic- Clonic/
Grand Mal
Absence
Atypical
Absence
Drug of
Choice
Carbamazepine
Phenytoin
Valproate
Valproate
Carbamazepine
Phenytoin
Ethosuximide
Valproate
Valproate
Alternative
Lamotrigine
Gabapentine
Topiramate
Tiagabine
Primidone
Phenobarbital
Lamotrigine
Topiramate
Primidone
Phenobarbital
Clonazepam
Lamotrigine
Clonazepam
Lamotrigine
Topiramate
Felbamate
22. EPILEPSI PADA KEHAMILAN
•The possibility of increased maternal seizures,
•Pregnancy complications,
•Adverse fetal outcome.
•Approximately 25% to 30% of women have increased seizures during pregnancy
•Increased seizure activity may result from either a direct effect on seizure threshold or a
reduction in AED concentration.
•Barbiturates and phenytoin are associated with congenital heart malformations, orofacial
clefts, and other malformations.
•Valproic acid and carbamazepine are associated with spina bifida (neural tube defect) and
hypospadias.
23. •Lamotrigin dan gabapentin : tidak ditemui efek teratogen pada hewan uji,
tetapi data pada manusia belum cukup kuat.
•Pemberian suplemen asam folat dan vitamin k diperlukan selama wanita
hamil yang mengkonsumsi obat-obat antiepilepsi.
EEG: jadi nanti dilihat bagaimana aktifitas listrik diotak.
febrile seizure adalah kejang yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh (lebih dari 38 derajat Celsius).
Kejang demam pada bayi juga terjadi akibat suatu proses ekstranium (di luar kelainan otak).
“Kondisi ini umumnya dialami oleh anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Orang awam menyebut demam ini dengan ‘step’ pada anak. Biasanya, peningkatan suhu yang menyebabkan kejang ini bisa dipengaruhi oleh adanya faktor infeksi pada tubuh anak
Sampai saat ini, belum ada penyebab pasti yang buat seorang bayi bisa alami demam kejang. Namun, ada beberapa risiko yang buat bayi alami febrile seizure seperti riwayat kejang dari keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperatur rendah saat kejang (tidak perlu suhu tinggi untuk kejang), dan cepat kejang setelah demam
Penyakit saraf ada hubnya dgn NT ini. NT ini ibarat mak comblang yg mghubungkan antara rangsangan dgn rseptor/sarafnya.
GABA inhibitori. Jd di SSP ada yg Namanya inhibitori dan eksitatori. Nah Inhibitori dan eksitatori ini harus seimbang didalam saraf kita. Inhibitori >> otomatis byk yg dihambat, kalo eksitatori yg >> lebih byk yg dipacu. Ketidakseimbangan tsb inilah yg akan menyebabkan nanti gangguan saraf.
1. Adanya masalah pada proses kelhiran bayi.
Epilepsi pada bayi juga punya gejala kejang dan bisa terjadi berulang meski sedang tidak demam.
Jika kejang demam umumnya akan berhenti sendiri tanpa pengobatan, berbeda dengan epilepsi. Epilepsi membutuhkan obat rutin untuk mencegah kejang kambuh.
Penderita epilepsi pada bayi atau anak, biasanya akan terus minum obat jika kejang sering terjadi. Namun, apabila sudah jarang kambuh, dokter bisa saja menghentikan pemberian obat.
Kalau kejang hanya sekali2, blm bisa didiagnosa epiepsi bisa jd krn penyakit ttntu. Seperti missal pada anak dgn demam tinggi, bisa trjdi kejang namun tdk berulang terjdi jka demam sgt tggi.
GABA transaminase: enzim yg menguraikan GABA tdk ada pemecahan GABA.
Gaba transporter memperlama aksi GABA.
Levetiracetam: modulasi aktivitas synaptic vesicel protein 2A dan pengaruh pada signaling Ca2+.
Harus diperhatikan dsni, bagaimana kemgkinan trjdinya pengkatan kejang pd ibu hamil,
Dan bagaimana jka mengonsumsi obat antiepilepsi pd ibu hamil apakah bs trjdi komplikasi yg dpt mempengaruhi janin pd ibu hamil.
Spina bifida: kelainan pada tulang blkg bayi. Hipospadias: saluran kencing pd penis tdk brda diujung.