Obat-obat emergensi yang kerap digunakan antara lain epinefrin, norepinefrin, dopamin, dobutamin dan atropin. Epinefrin merupakan obat yang digunakan untuk menangani reaksi alergi berat, henti jantung pada resusitasi jantung paru (RJP), serta tekanan darah turun akibat syok.
7. Anti muskarinik terbagi atas 3 klpk:
1. Alkaloid antimuskarinik
2. Derivat semisintetisnya
3. Derivat sintetis
Atropin (campuran α dan l-hiosiamin)
terutama ditemukan pada Atropa
belladonna dan Datura stramonium.
8. Farmakodinamik:
❖ Berkerja mllui reseptor kolinergik (reseptor
nikotinik dan muskarinik)
❖ Reseptor nikotinik: Neuronal dan Muskular
❖ Reseptor muskarinik (M1 – M5)
❖ Hambatan oleh atropin bersifat reversibel.
9. SSP:
➢ Dosis kecil Merangsang SSP
➢ dosis yg sgt besar depresi napas,
eksitasi, disorientasi, delirium, halusinasi,
depresi dan paralisis Med.Ob.
Sistem CV:
➢ Efek bifasik: Dosis kecil: Bradikardi
Dosis besar: Takikardi
10. Mata
➢ Midriasis dan siklopegia pada dosis > 1 mg
➢ Me TIO penderita glaukoma
Saluran napas
➢ Mengurangi sekret sal. Napas
➢ Efek Bronkodilator lemah
Saluran cerna
➢ Antispasmodik
➢ Me sekresi air liur dan lambung
11. Otot polos lain
➢ Relaksasi otot detrusor dan konstriksi sfingter
uretra Retensi urin
➢ Pada saluran empedu dan uterus efek
lemah.
12. Atropin mudah diserap di semua tempat,
kecuali di kulit.
Sebagian di metabolisme di hepar dan
sebagian lagi diekresi di ginjal dalam bentuk
asal.
Waktu paruh sekitar 4 jam.
13. Sesuai dengan mekanisme kerjanya.
Diantaranya: Rhinitis akut, koriza,
parkinsonisme, premedikasi anestesi,
keracunan organofosfat.
Efek samping:
Sesuai dengan efek farmakodinamiknya, spt:
mulut kering, gangguan miksi, meteorismus,
memburuknya penglihatan pada penderita
glaukoma.
14. Premedikasi anestesi:
Anak-anak: 0,01-0,02 mg/kgBB SC/IV
Dewasa: 1 mg SC/IV
Spasme saluran cerna:
Anak 2-6 thn 0,25 mg SC single dose
Anak > 6 thn 0,5 mg SC single dose
Dewasa 0,25-1 mg SC dapat diulang per 6
jam tanpa melebihi 2 mg/hr.
Keracunan organofosfat:
Anak-anak: 0,02 sampai 0,05 mg/kgBB secara
IM atau Injeksi IV pelan.
Dewasa: 2 mg secara IM atau injeksi IV pelan.
15.
16. Merupakan prototipe obat kelompok
adrenergik.
Epinefrin bekerja pada semua reseptor
adrenergik: α1, α2, β1 dan β2.
Farmakodinamik
CV: Konstriksi arteriol kecil, hipotensi
sekunder, epinefrin reversal, inotropik dan
kronotropik positif.
Sal. Cerna: Tonus dan motilitas usus dan
lambung berkurang
17. Uterus: Tonus dan konstraksi uterus dihambat.
Kandung kemih: Retensi urin.
Pernapasan: bronkodilatasi, sekresi bronkus
dan kongesti mukosa
SSP: Tidak mempunyai efek menstimulasi SSP
ttpi kadang-kadang dapat timbul kegelisahan,
cemas nyeri kepala dan tremor.
Mata: Midriasis
Metabolik: Menstimulasi glikogenolisis,
menghambat sekresi insulin, sekresi glukagon
Me kadar lemak bebas dan gliserol dalam
darah.
18. Absorbsi: Pada pemberian oral epi tidak
mencapai dosis terapi krn sbgn bsr dirusak
oleh enzim COMT dan MAO.
Biotransformasi dan ekresi: Epi didegradasi di
hati dan diekresi melalui ginjal.
19. Syok anafilaktik.
Memperpanjang kerja anestetik lokal.
Merangsang jantung pada pasien henti
jantung.
Menghentikan perdarahan kapiler.
20. Dapat menimbulkan gejala seperti gelisah,
nyeri kepala berdenyut, tremor dan palpitasi.
Penyuntikan IV dosis besar dapat menimbulkan
perdarahan otak.
Epinefrin dapat menimbulkan aritmia ventrikel.
Sediaan: 1 mg dalam ampul 1 mL
21. 1. Kardiopulmoner arrest: encerkan 1 ampul 1 mg
dalam 9 mL aqua bidest untuk mendapatkan
larutan 0,1 mg epinefrin per mL.
Anak-anak dan dewasa: 0,01-0,02 mg/kgBB/IV
injeksi, diulangi tiap menit jika belum ada
respon.
2. Shok anafilaktik
Anak-anak: 0,25 mg diencerkan dalam 9 mL aqua
bidest, diberikan secara IV pelan, mL per mL,
tergantung tekanan darah dan nadi, sampai
perbaikan terjadi.
Dewasa 1 mg diencerkan dalam 9 mL aqua
bidest, diberikan secara IV pelan, mL per mL,
tergantung tekanan darah dan nadi, sampai
perbaikan terjadi.
22. 3. Hipotensi yang diinduksi oleh spinal anestesi
(yang tidak berespon terhadap efedrin):
encerkan 1 ampul yang berisi 1 mg dalam 9
mL aqua bidest untuk mendapatkan larutan
0,1 mg epinefrin per mL.
Dewasa 0,1-0,2 mg (1-2 mL larutan yang
telah diencerkan)/IV injeksi, diulangi tiap
menit sampai tekanan darah stabil.
Durasi: Tergantung respon klinis
23. Merupakan alkaloid yg terdapat dlm
tumbuhan ma-huang.
Farmakodinamik
Efek serupa dengan epi, tetapi efedrin bukan
katekolamin.
Efek CV serupa dengan epi tetapi
berlangsung 10 kali lbh lama.
Bronkorelaksasi oleh efedrin lebih lemah
tapi belangsung lebih lama.
24. Hipotensi yang diinduksi oleh regional
anestesi (Spinal dan Epidural anestesi)
Pengobatan pilihan utama anafilaktik shok
pada wanita hamil
25. Oral: kapsul 25 mg
Parenteral: 50 mg/mL dan 30 mg/mL
Dosis:
Encerkan 1 ampul 30 mg dalam 9 mL aqua
bidest untuk mendapatkan larutan berisi 3
mg efedrin per mL.
Dewasa 3-6 mg secara injeksi IV pelan (1-2
ml larutan yang diencerkan), diulangi tiap
menit hingga tekanan darah stabil.
26. Memiliki struktur senyawa yang mirip
dopamine.
Dobutamin menimbulkan efek inotropik yang
lebih kuat daripada efek kronotropik.
Resistensi perifer relatif tidak berubah.
Indikasi:
Gagal jantung
Efek samping:
Takikardia
Aritmia
27. Sediaan: Parenteral 12,5 mg/mL dalam vial
20 mL dan 25 mg/mL dalam vial 10 mL.
Dosis: awal 100-200 mcg/mnt, ditingkatkan
secara bertahap sampai respon klinis yang
diinginkan tercapai (2,5-10 mcg/kgBB/mnt)
28.
29. Dopamin merupakan katekolamin endogen
yang menimbulkan banyak efek biologis yang
diperantarai oleh interaksi dengan reseptor
dopamin spesifik (D1 – D5 )
D1 menginduksi relaksasi otot polos oleh
karenanya dopamin merupakan vasodilator.
Reseptor D2 bersifat menghambat aktivitas
adenilil siklase yang membuka kanal kalium
dan mengurangi influx kalsium.
30.
31. Dopamin merupakan prekursor NE,
mempunyai kerja langsung dan melepaskan
NE endogen.
Pada kadar rendah, dopamine bekerja pada
reseptor dopaminergik D1 pembuluh darah,
terutama di ginjal, mesenterium, dan
pembuluh darah koroner.
Pada dosis yg sedikit tinggi dopamin
meningkatkan kontraktilitas miokard.
32. Terutama berguna untuk keadaan curah
jantung rendah disertai dengan gangguan
fungsi ginjal, misalnya syok kardiogenik
dengan gagal ginjal yang berat.
Sediaan: Parenteral: 10, 40, 80, 160 mg/mL
dalam ampul 5 mL untuk injeksi; 80, 160, 320
mg/100 mL dalam dextrose 5% atau
aquabidest.
Dosis:
Awal: 2-5 mcg/kgBB/mnt
Maintenance: < 20 mcg/kgBB/mnt
33. Juga dikenal sebagai levarterenol, l-arterenol
atau l-noradrenalin, dan merupakan
neurotransmitter yang dilepas oleh serat
pasca ganglion adrenergik.
NE merupakan 10-20% dari kandungan
katekolamin dalam medulla adrenal, dan
sampai 97% pada feokromositoma.
34. NE terutama bekerja pada reseptor α, tetapi
efeknya sedikit lebih lemah dibandingkan epi.
Infus NE pada manusia menimbulkan
peningkatan tekanan diastolik, tekanan
sistolik, dan biasanya juga tekanan nadi.
Refleks vagal memperlambat denyut jantung.
Aliran darah koroner meningkat.
Efek metabolik NE mirip Epi tetapi hanya
timbul pada dosis yang lebih besar.
35. Sediaan: 1 mg/mL dalam ampul 4 mL.
Dosis: encerkan 4 mL dalam 1000 mL Dex 5%
berikan secara infus IV dengan kecepatan
awal 2-3 mL/mnt, maintenance 0,5-1
mL/mnt.
36. Manfaat nitrat organik sebagi antiangina telah
dikenal sejak 1867.
Farmakokinetik
Nitrat organik diabsorbsi dengan baik lewat
kulit, mukosa sublingual dan oral.
Metabolisme oleh nitrat reduktase dalam hati.
Mengalami efek lintas pertama dlm hati.
Pada pemberian sublingual, kadar puncak
plasma nitrogliserin tercapai dalam 4 menit,
waktu paruh 1-3 menit.
37. Secara in vivo merupakan pro drug yg
menjadi aktif setelah dimetabolisme (NO,
EDRF dan PGl2 dr endotel)
Efek CV:
Mempengaruhi tonus vaskular, Nitrat
menimbulkan venodilatasi (Venous pooling),
preload kebutuhan oksigen miokard
Arteriol: Dilatasi arteriol temporal dan
meningeal menimbulkan kemerahan di muka
(flushing) dan sakit kepala berdenyut.
Tidak menimbulkan steal phenomenon pada
A.coroner.
38. 1. Angina Pektoris
▪ Untuk angina variant dikombinasi dengan
antagonis Ca++
2. Infark Jantung
▪ Mengurangi luas infark
▪ Memperbaiki fungsi jantung
▪ Di kombinasikan dengan Lisinopril
3. Gagal jantung kongestif
▪ Dikombinasikan dengan hidralazin
39. Pada awal terapi sering ditemukan sakit
kepala, flushing karena dilatasi arteri
serebral.
Dapat terjadi hipotensi postural.
Ketergantungan nitrat organik dapat terjadi,
penghentian obat harus dilakukan bertahap
agar tidak timbul rebound angina.
40. Sediaan: Ampul 10 mg/10 mL dan 50 mg/10
mL.
Angina yang tidak stabil: dosis awal 10
mcg/mnt, dengan peningkatan 10 mcg/mnt
dengan interval 30 mnt tergantung pada
besarnya kebutuhan.
41. Derivat xantin yang terdiri dari kafein,
teofilin dan teobromin ialah alkaloid yang
terdapat dalam tumbuhan.
Farmakodinamik:
Teofilin menghambat enzim fosfodiesterase
(PDE) sehingga mencegah pemecahan cAMP
dan cGMP masing-masing menjadi 5-AMP dan
5-GMP.
Teofilin merupakan suatu antagonis
kompetitif pada reseptor adenosin.
42.
43. Teofilin juga memiliki efek antiinflamasi dan
menghambat penglepasan mediator dari sel
radang.
SSP: Teofilin dan kafein merupakan
perangsang SSP yang kuat.
Sistem CV:
Jantung: pada kadar terapi 10-20 µg/mL
menyebabkan kenaikan moderat denyut jantung.
PD: Dilatasi PD
Sirkulasi otak: Resistensi pembuluh darah otak
naik disertai pengurangan aliran darah dan
PO2 di otak.
44. Sirkulasi koroner: Secara eksperimental
terbukti bahwa xantin menyebabkan
vasodilatasi A. koroner.
TD: Efek xantin thd TD tdk dpt diramalkan.
Otot polos: Relaksasi otot polos bronkus
Diuresis: Semua xantin meninggikan produksi
urin.
Sekresi lambung: menyebabkan kenaikan
sekresi lambung yang berlangsung lama.
Metabolik: Peningkatan kadar asam lemak
bebas dalam plasma danjuga meninggikan
metabolisme basal.
45. Metilxantin cepat diabsorpsi setelah
pemberian oral, rectal atau parenteral.
Menghasilkan kadar puncak plasma dalam
waktu 2 jam sedangkan kafein dalam waktu 1
jam.
Metilxantin didistribusikan ke seluruh tubuh,
melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu.
Eliminasi metilxantin terutama melalui
metabolisme dalam hati.
Sebagian besar diekskresi bersama urin
dalam bentuk asam metilurat atau
metilxantin.
46. 1. Asma Bronkial
Pada pasien asma, diperlukan kadar terapi
teofilin sedikitnya 5-8 µg/mL. Toksis mulai
dosis 15 µg/mL dan lebih sering > 20 µg/mL.
Loading dosis 6 mg/kgBB, diberikan secara
infus perlahan-lahan selama 20-40 menit.
Dosis dipertahankan 0,5 mg/kgBB/jam.
Kombinasi dengan agonis β2-adrenergik
meningkatkan efek bronkodilatasi teofilin.
47. 2. Penyakit paru obstruksi kronis (COPD)
Teofilin juga banyak digunakan pada penyakit
ini dengan tujuan yang sama dengan
pengobatan asma.
Tetapi, gejala lain yg menyangkut sistem CV:
H.Pulmonal, gagal jantung kanan pada cor
pulmonale, tidak diperbaiki oleh teofilin.
3. Apneu pada bayi baru lahir
Pada bayi prematur sering terjadi episode
apneu yg berlangsung lbh dari 15 detik.
Dosis: kadar plasma 3-5 µg/mL yaitu 2,5-5
mg/kgBB dan dipertahankan dgn dosis 2
mg/kgBB/hari.
48. Berbentuk kristal putih, pahit dan sedikit larut
dalam air.
kapsul/kapsul lunak teofilin 130 mg; tablet
teofilin 150 mg; tablet salut selaput lepas
lambat berisi teofilin 125 mg, 250 mg, dan 300
mg; sirup/eliksir yang berisi teofilin sebanyak 50
mg/5 mL, 130 mg/15 mL dan 150 mg/15 mL.
Teofilin juga tersedia dalam kombinasi tetap
dengan efedrin untuk asma bronkial.
Aminofilin merupakan garam teofilin untuk
penggunaan IV, tersedia dalam ampul 10 mL
mengandung 24 mg aminofilin setiap
mililiternya.
49. Merupakan Anti aritmia kelas III.
Farmakokinetik:
Amiodaron diabsorbsi secara lambat dan
tidak sempurna pada pemberian per oral
Bioavailabilitasnya adalah sekitar 30% dan
berbeda antar individu.
Pada pemberian per oral kadar puncak
tercapai setelah 5-6 jam.
Waktu paruhnya panjang yaitu 25-60 hari.
50. Sediaan, dosis dan cara pemberian:
Amiodaron HCl tersedia sebagai tablet 200
mg.
Loading dose: 600-800 mg/hari (selama 4
miggu).
Maintenance dose: dimulai dengan 400-800
mg/hari.
Penggunaan terapi:
Amiodaron dapat digunakan untuk fibrilasi
atrium berulang dan untuk takikardia
ventrikel yang tak stabil dan berkelanjutan.
51. ES meningkat scr nyata stelah 1 tahun
pengobatan, berupa:
1. Efek pada paru-paru
2. Gangguan fungsi hati
3. Mikrodeposit pada kornea
4. Fotosensitivitas kulit
5. Bertambah beratnya aritmia terjadi pada 2-
5% pasien.
6. Amiodaron menghambat konversi tiroksin
menjadi triiodotironin, hipertiroid??
52. Sifat fisikokimia dan farmakokinetik
benzodiazepine sangat mempengaruhi
penggunaannya dalam klinik karena
menentukan lama kerjanya.
Benzodiazepin menurut lama kerjanya dapat
dibagi dalam:
1. Senyawa yang bekerja sangat cepat.
2. Senyawa yang bekerja cepat.
3. Senyawa yang bekerja sedang.
4. Senyawa yang bekerja lama.
53.
54. Benzodiazepin dan metabolit aktifnya terikat
pada protein plasma.
Setelah pemberian benzodiazepine ambilan
ke dalam otak dan organ dengan perfusi
tinggi lainnya terjadi sangat cepat.
Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan
disekresi ke dalam ASI.
Metabolisme benzodiazepine terjadi dalam 3
tahap, yaitu: (1) desalkilasi; (2) hidroksilasi;
dan (3) konjugasi.
55. 1. SSP: Benzodiazepin tidak mampu
menghasilkan tingkat depresi saraf sekuat
golongan barbiturate atau anestesi umum.
2. Pernapasan: Benzodiazepin dosis hipnotik
tidak berefek pada pernapasan orang
normal.
3. Sistem CV: Efek benzodiazepine pada
sistem kardiovaskular umumnya ringan,
kecuali pada intoksikasi berat. TD HR
4. Sal. Cerna: Diduga dapat memperbaiki
berbagai gangguan saluran cerna yang
berhubungan dengan adanya ansietas.
56. Kepala ringan, malas/tak bermotivasi, lamban,
inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi
mental dan psikomotorik, gangguan koordinasi
berfikir, bingung, disatria, dan amnesia
retrogard.
ES yg lbh umum: lemas, sakit kepala, pandangan
kabur, vertigo, mual dan muntah, diare, nyeri
epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada.
Efek samping psikologik yang sering timbul
akibat pemberian benzodiazepin adalah sesekali
meningkatkan insiden mimpi buruk, pasien
menjadi banyak bicara, cemas, mudah
tersinggung, takikardia dan berkeringat.
57. 1. Kejang:
Anak-anak: 0,5 mg/kgBB per rectal atau 0,3
mg/kgBB secara injeksi IV lambat, tetapi
tidak melebihi 10 mg.
Dewasa: 10 mg per rectal atau secara injeksi
IV lambat.
Jika kejang tidak berhenti dalam 5 menit
setelah pemberian pertama, ulangi sekali
lagi.
58. 2. Tetanus: Dosis bervariasi, tergantung derajat
beratnya penyakit. Sebagai informasi: anak-
anak dan dewasa 0,1-0,3 mg/kgBB secara
injeksi IV pelan, diulangi stiap 1-4 jam, di
bawah pengawasan ketat tenaga medis.
3. Agitasi, delirium tremens: Dewasa 5-10 mg
secara injeksi IM, diulangi setelah 1 jam bila
perlu.
Sediaan: Ampul 10 mg (5 mg/mL, 2 mL) untuk
IM atau injeksi IV yang sangat lambat atau
infuse.
59. Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak; dan
mempengaruhi juga fungsi sistem
kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf
dan organ lain.
Farmakokinetik:
Kortisol dan analog sintetiknya pada
pemberian oral diabsorbsi cukup baik.
Perubahan struktur kimia sangat
mempengaruhi kecepatan absorbsi.
Glukokortikoid dapat diabsorbsi melalui kulit,
sakus konjungtiva dan ruang synovial.
60. Metabolisme: Perubahan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak seperti
terjadinya glukoneogenesis di hati,
glikogenesis, merangsang lipogenesis.
Sistem CV: Kortikosteroid dapat
mempengaruhi sistem kardiovaskular secara
langsung maupun tidak langsung.
Otot rangka: Mempertahankan otot rangka
agar dapat berfungsi dengan baik, tp bila
hormon ini berlebihan akan terjadi
penurunan kapasitas kerja otot.
61. SSP: Efek steroid thd SSP dapat dilihat dari
timbulnya perubahan mood, tingkah laku,
EEG.
Elemen pembentuk darah: Glukokortikoid
dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan
jumlah sel darah merah.
Efek anti-inflamasi: Kortisol dan analog
sintetiknya dapat mencegah atau menekan
timbulnya gejala inflamasi. Karena fungsinya
ini maka Kortikosteroid sering disebut life
saving drug dan sering menimbulkan masking
effect.
62. Sediaan: 4 mg deksamethasone fosfat dalam
ampul 1 mL (4 mg/mL) secara IM, injeksi IV
atau infus.
Dosis:
Sindrom inflamasi pada infeksi berat.
Dosis dan situasi sangat bervariasi tergantung
pada derajat beratnya infeksi dan respon
klinis:
➢ Anak-anak: 0,2-0,4 mg/kgBB/hari
➢ Dewasa: dosis awal 0,5-24 mg/hari
Maturasi paru janin
Diberikan pada ibu: 6 mg melalui injeksi IM
tiap 12 jam selama 2 hari (dosis total: 24 mg)
63. Nalorfin (Antagonis parsial), Nalokson
(antagonis opioid murni), Naltrekson dapat
diberikan PO dan masa kerja yg lbh lama dari
Nalokson.
Farmakokinetik:
Nalokson hanya dapat diberikan parenteral
dan efeknya segera terlihat setelah
penyuntikan IV (1-2 jam).
Naltrekson efektif setelah pemberian per
oral, tetapi langsung mengalami metabolism
lintas pertama, kadar puncaknya dalam
plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam
64.
65. Naltrekson lebih poten dari nalokson dmn
100 mg secara oral dapat menghambat efek
euphoria yang ditimbulkan oleh 25 mg heroin
IV selama 48 jam.
Farmakodinamik:
Semua efek agonis opioid pada reseptor µ
diantagonis oleh nalokson dosis kecil (0,4-0,8
mg) yang diberikan IM atau IV.
Antagonisme nalokson terhadap efek agonis
opioid sering disertai dengan terjadinya
fenomena Overshoot.
66. Adapun indikasi penggunaan antagonis opioid
adalah sbb:
1. Untuk mengatasi depresi napas akibat
overdosis opioid.
2. Pada bayi yg baru dilahirkan dimana ibu
mendapat opioid.
3. tentamen suicide dengan suatu opioid;
dalam hal ini nalokson merupakan obat
terpilih.
67. Sediaan:
Nalorfin: Tersesdia utk pggunaan parenteral
yaitu 0,2 mg nalorfin/mL untuk anak, 5 mg
nalorfin/mL untuk orang dewasa.
Nalokson tersedia dalam nalokson 0,4 mg/mL
dalam ampul 2 mL, 10 mL dan yang
mengandung 40 µg (20 µg/mL) untuk
penggunaan pada anak.
Naltrekson tersedia dalam tab 50 mg.
Dosis:
0,4 mg dalam ampul 1 mL (0,4 mg/mL) untuk
injelsi IV, IM atau infus dalam natrium klorida
0,9% atau glukosa 5%.
68. Neonatus: dosis awal 10 µg/kg secara injeksi
IV, diikuti dengan 10 µg/kg secara injeksi IM
tiap 90 menit.
Anak-anak: 5-10 µg/kg secara injeksi IV,
diulangi bila perlu setelah 2-3 menit, hingga
ventilasi spontan adekuat. diikuti dengan
infus berkelanjutan 1-5 µg/kg/jam, atau 5-10
µg/kg secara injeksi IM tiap 90 menit.
Dewasa: 1-3 µg/kg secara injeksi IV, diulangi
apabila perlu setelah 2-3 menit, hingga
ventilasi spontan yang adekuat kembali,
diikuti dengan infus berkelanjutan 1-5
µg/kg/jam, atau 5-10 µg/kg secara injeksi IM
tiap 90 menit.
70. Pengertian VITAMIN
Kata “vitamin” berasal dari bahasa latin, yaitu
gabungan dari kata “vital” artinya “hidup” dan
“amina (amin)” yang mengacu pada suatu
gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N).
Pengertian ini didasarkan pada konsep awal
penemuan vitamin, yaitu semua vitamin dianggap
mengandung atom N. Akan tetapi, pada akhirnya
diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali
tidak memiliki atom N (Bender, 2003)
71. Nama generik vitamin Vitamer (nama kimia vitamin) Pro-vitamin
Vitamin A Retinol, retinal, asam retinoat β-karoten
kriptoxantin
Vitamin D Kolekalsiferol (D3), Ergokalsiferol (D2)
Vitamin E α-tokoferol, γ-tokoferol
Vitamin K Filokuinon (K1), Menakuinon (K2),
menadion(K3)
Vitamin C Asam askorbat, asam dehidroaskorbat
Vitamin B1 Tiamin
Vitamin B2 Riboflavin
Vitamin B3 (niacin) Asam nikotinat, nikotinamida
Vitamin B6 (piridoksin) Piridoksol, piridoksal, piridoksamin
Vitamin B9 /
Asam Folat (folic acid)
Asam folat, poliglutamil folasin
Vitamin B7/ Biotin Biotin
Vitamin B5 (pantothenic
acid)
Asam pantotenat
Vitamin B12 (cobalamin) Sianokobalamin, hidroksokobalamin,
metilkobalamin
75. VITAMIN larut lemak
Penyimpanan dlm tubuh
disimpan di hati &
jaringan lemak
Dapat bertahan lebih lama
di dalam tubuh (longevity)
dlm bntuk cadangan
Vitamin larut lemak
diserap melalui usus kecil
bersama lemak-lemak
makanan dan
diekskresikan perlahan
Dapat menyebabkan toksisitas.
Krn sifatnya dapat disimpan dlm
tubuh. Umumnya gejala
toksisitas terjadi akibat
penggunaan suplemen vitamin
pada dosis tinggi
77. Vitamin A
• Vitamin A terdapat dalam produk hewani,
produk nabati, maupun dari suplemen
• Vitamin A berfungsi sebagai:
– Pigmen penglihatan di retina
– Regulasi ekspresi gen dan diferensiasi sel
– Antioksidan (β-karoten)
78. Hubungan Vitamin A dengan Penglihatan
Copyright 2012, John Wiley & Sons
Canada, Ltd.
79. Vitamin A untuk Ekspresi gen
Copyright 2012, John Wiley & Sons Canada, Ltd.
80. Defisiensi Vitamin A
•Adaptasi pada gelap lebih sulit,
Rabun senja, Xerosis, keratomalasia,
bitot’s spots, xeroftalmia (biasanya
pada gizi buruk
•Gangguan pertumbuhan
•Gangguan kekebalan tubuh
(imunitas)
•Keratinasi kulit
81. Dampak kelebihan VITAMIN A
• Hipervitaminosis terjadi akibat suplementasi jangka panjang
dengan dosis 5 – 10 kali dari kebutuhan gizi yang dianjurkan
(KGA) untuk vitamin A retinoid
• Terdapat 3 jenis dampak kelebihan vitamin A ➔ AKUT,
KRONIS, TERATOGENIK
• Akut: gg. Saluran pencernaan, sakit kepala, penlihatan
kabur, menurunnya koordinasi otot
• Kronik: disebabkan konsumsi berulang diatas RDA lbh dari
10x ➔ penurunan nafsu makan, gg. Pada kulit, sakit
kepala, penurunan mineral tulang, gg hati, perdarahan,
koma
• Teratogenik: aborsi spontan pada ibu hamil dan bayi lahir
cacat termasuk malformasi kongenital (hasil studi di lab
oleh hewan)
• Sedangkan kelebihan beta karoten (hiperkarotenimia) dapat
menyebabkan kulit menjadi kuning-orange
82. Vitamin D
• Biasa disebut dengan “vitamin sinar matahari”
karena diproduksi oleh kulit yang terpapar
sinar UV
• Hanya sedikit makanan mengandung vitamin
D sprti: hati, lemak ikan, minyak ikan, dan
telur
• Vitamin D berguna untuk kesehatan tulang,
fungsi kelenjar paratiroid, regulasi sistem imun
83. Copyright 2012, John Wiley & Sons Canada, Ltd.
Vitamin D dari
sinar UV atau dari
makanan
84. • Anak ➔ riketsia akibat gangguan
mineralisasi tulang
• Dewasa ➔ osteomalasia akibat
demineralisasi tulang
Defisiensi Vitamin D
85. Dampak kelebihan VITAMIN D
• Batas konsumsi vitamin D 50μg/hari atau 2000
IU/hari
• Kondisi kelebihan vitamin D tidak terjadi akibat
konsumsi secara alami dari makanan atau pajanan
sinar UV karena vitamin D di kulit sangat mudah
dipecah.
• Tetapi konsekuensi toksisitas vitamin D sangat
serius, kelebihan vitamin D dapat menyebabkan
kelebihan penyerapan kalsium dan hiperkalsemia.
Penumpukkan kalsium terjadi di ginjal, hati, dan
paru. Dapat terjadi anoreksia, mual, muntah,
demineralisasi tulang, kelelahan dan disorientasi.
86. Vitamin E
• Vitamin E biasa disebut dgn tokoferol
• Vitamin E merupakan antioksidan
• Penyerapan vitamin E berasal dari absorpsi
lemak
• Jika terjadi defisiensi vitamin E pada bayi baru
lahir maka akan terjadi anemia hemolitik
88. Defisiensi Vitamin E
• Bayi ➔ anemia hemolitik
• Dewasa ➔ miopati, anemia, neuropati, disfungsi
sistem saraf serius, tetapi sangat jarang terjadi
Dampak kelebihan Vitamin E
• Vitamin E relatif tidak toksik, tetapi kelebihan
konsumsi dapat mempengaruhi vitamin K dalam
proses pembekuan darah yang menyebabkan
insufisiensi pembekuan dan risiko perdarahan.
• Toksisitas vitamin E ditetapkan batas atas knsumsi
sebanyak 1000mg atau 1500 UI alfa-tokoferol dari
sumber alami atau 1100 IU dari sumber sintetik.
89. Vitamin K
• Vitamin K dikenal dengan “koagulasi”
• Koagulasi darah yang abnormal pada “mayor
simptom” penyebabnya adalah defisiensi
vitamin K
• Defisiensi vitamin K sangat jarang terjadi di
negara US
90.
91.
92. Defisiensi Vitamin K
• Gangguan pembekuan darah
• Penyakit hemoragik (hemorrhagic disease)
Dampak kelebihan Vitamin K
• Konsumsi vitamin K alami dalam bentuk filokuinon
atau menakuinon menyebabkan peningkatan
jumlah vitamin K, tetapi tidak menyebabkan efek
yang berbahaya.
• Namun, jumlah vitamin K dalam bentuk menadion
(bentuk sintetik vitamin K) yang tinggi dapat
mengakibatkan anemia hemolitik, peningkatan
bilirubin dalam darah, dan kematian bayi baru lahir
93. Sifat VITAMIN larut air
Setelah dikonsumsi dan melalui usus, vitamin larut air akan diserap
kedalam pembuluh darh portal ➔ tidak dapat dipertahankan dlm
jangka waktu lama oleh tubuh, kecuali vitamin B12 (kobalamin)
Penyimpanan vitamin larut air terjadi dari hasil ikatannya dengan
enzim dan transpor protein
Vitamin larut air akan dibuang melalu urin setiap kali kadar dalam
plasma melebihi batas ambang ginjal sehingga tidak menyebabkan
gejala toksisitas
94. Vitamin B
Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin B2 (riboflavin)
Vitamin B3 (niacin)
Vitamin B6 (piridoksin)
Vitamin B9 /Asam Folat
Vitamin B7/ Biotin
Vitamin B5 (pantothenic
acid)
12
Vitamin B (cobalamin)
Vitamin C
Asam
askorbat
asam
dehidro-
askorbat
95. B Kompleks
Energy-releasing
• Tiamin, riboflavin,
niacin, biotin, asam
pantotenat, biotin,
vitamin B6
Hematopoetik
• Asam folat dan
kobalamin, vitamin
B6, asam pantotenat
Aktivitas lain
• Seluruh jenis Vitamin
B6, tiamin, asam
folat, niacin
Membantu proses
pembentukan energi
Membantu
pembentukan
komponen sel darah
97. Vitamin B1 (Tiamin)
• Tiamin adalah vitamin B yang pertama dan
kita kenal sebagai Vitamin B1
• Tiamin dapat ditemukan dibanyak makanan
seperti biji-bijian dan kacang-kacangan
• Tiamin membantu produksi energi,
metabolisme karbohirat, dan untuk kesehatan
sistem saraf
98. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin)
• Beri-beri, otot lemah, anoreksia,
takikardia, pembesaran hati, edema
• Gangguan saraf perifer, atau lesi sistem
saraf pusat (wernicke-Korsakoff syndrome)
Kelompok risiko defisiensi
• Pengguna alkohol
• Lansia
• Gangguan penyerapan
99. Vitamin B2 (riboflavin)
• Sumber yang bagus untuk riboflavin adalah produk
susu
• Tanaman yang mengandung riboflavin terdiri dari
jamur, brokoli, asparagus, biji-bijian hijau, sayuran
berdaun
• Sumber dari hewani adalah daging merah dan ikan
• Riboflavin sangat mudah hancur dengan panas dan
terpapar cahaya
• Riboflavin berguna dalam komponen dari “citric acid
cycle” untuk membantu tubuh mengabsorpsi vitamin
lain
100. Defisiensi Vitamin B2
(riboflavin)
• Ariboflavinosis, glositis, hiperemia
• Edema faring dan mukosa membran mulut
• Angular stomatitis photofobia, seborhoic
dermatitis
Kelompok risiko defisiensi
• Pengguna alkohol
• trauma
• Kondisi hipermetabolik
101. Vitamin B3 (niacin)
• Niacin ditambahkan dalam produk tepung di
Amerika Utara
• Defisiensi niacin disebut dgn “pellagra”
• Niacin dapat disintesis dalam tubuh dari asam
amino esensial “tryptophan”
• Niacin berperan dalam produksi energi dan
metabolisme tubuh
103. Defisiensi Vitamin B6
(piridoksin)
•Dermatitis, glositis
•Emosi tidak stabil (convulsion)
•Gangguan metabolisme asam amino
Kelompok risiko defisiensi
• Pengguna alkohol
• lansia
• Penggunaan obat tertentu
104. Vitamin B9 (Asam Folat)
• Ko-enzim folat dibutuhkan untuk sintesis DNA
dan metabolisme beberapa asam amino
• Kadar asam folat yang rendah pada saat
kehamilan awal berhubungan dengan
peningkatan risiko “neural tube defects”
• Kadar asam folat yang rendah juga
berhubungan dengan peningkatan risiko
penyakit jantung yang berhubungan dengan
metabolisme asam amino homosistein
105. Copyright 2010, John Wiley & Sons, Inc.
Defisiensi ASAM FOLAT menyebabkan
neural tube defect
106. Copyright 2010, John Wiley & Sons, Inc.
Defisiensi ASAM FOLAT menyebabkan
anemia megaloblastik
107. Defisiensi asam folat
•Anemia megaloblastik
•Diare, kelelahan
•Depresi, konvulsif
Kelompok risiko defisiensi
• Pengguna alkohol
• Gangguan penyerapan (malabsorpsi)
• Penggunaan obat tertentu
108. Vitamin B12 (kobalamin)
• Defisiensi kobalamin menyebabkan anemia
pernisiosa
• Anemia pernisiosa➔anemia yang tidak bisa
menyerap zat besi (Fe)
• Asupan asam folat yang berlebih dapat menutupi
kekurangan kobalamin
• Kobalamin paling banyak dalam produk hewani
• Gastritis atrofi dapat menderita defisiensi
kobalamin
110. Vitamin C (asam askorbat)
• Vitamin C dikenal dengan asam askorbat
• Vitamin C dalam makanan dapat dihancurkan
oleh oksigen, cahaya dan panas, kontak
langsung dengan peralatan masak besi
• Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dalam
tubuh, membantu sistem imun, penting untuk
produksi kolagen dan absorpsi Fe
112. Jumlah vitamin yang dapat diserap dan
dimanfaatkan oleh tubuh pada tingkat seluler
Tidak semua vitamin dalam makanan dapat digunakan secara
keseluruhan oleh tubuh. Untuk itu perlu diketahui jumlah
kandungan vitamin dalam setiap bahan makanan agar
diketahui berapa jumlah yang harus dikonsumsi sehingga dapat
terpenuhi kecukupan suatu vitamin
Bioavailabilitas VITAMIN
113. Faktor yang memengaruhi bioavailabilitas vitamin (I)
• Perbedaan vitamer dapat memengaruhi
perbedaan biopotensi
Perbedaan
biopotensi
• Beberapa jenis vitamin dalam bahan makanan atau
makanan hilang selama proses penyimpanan, pengolahan,
dan pemasakan
Kehilangan
vitamin
• Komposisi makanan yang dikonsumsi akan memengaruhi
penyerapan vitamin pada saat transit di usus, contoh: vitamin A
sangat kurang penyerapannya pada makanan rendah lemak
Efek
makanan
• Pengaruh umur individu akan memengaruhi fungsi gastrointestinal
dalam penyerapan vitamin, contoh: penyerapan vitamin B12 pada
lansia akan menurun akibat turunnya fungsi sel gastrik parietal
Pengaruh
fisiologis
• Penyakit tertentu akan memengaruhi penyerapan, contoh:
penyerapan folat menurun pada penderita sariawan
Status
kesehatan
Sumber: Comb (2012)
114. Faktor yang memengaruhi bioavailabilitas vitamin (II)
Banyak vitamin diserap oleh transpor aktif sehingga memudahkan proses
penyerapan. Namun persentase penyerapan akan menurun pada saat asupan
vitamin meningkat
Vitamin larut lemak (A,D,E,K) diserap dalam bentuk “misel” yang larut dalam
lemak. Penyerapan akan terganggu jika makanan yang dikonsumsi rendah lemak
Penggunaan obat-obatan dan senyawa lainnya yangs ecara alamiah sudah
terdapat dalam makanan akan memengaruhi penyerapan vitamin
Zat yang secara alamiah terdapat dalam makanan dapat berperan sebagai
antivitamin yang dapat berpengaruh pada kerusakan vitamin yang akhirnya
menjadi inaktif
Beberapa vitamin terdapat dalam makanan dalam bentuk kimia (bukan bentuk
aktif) sehingga tidak mudah dihidrolisis oleh enzim selama proses pencernaan
Sumber: Bender (2003)
122. PENDAHULUAN
⚫ Mineral merupakan elemen anorganik yang berasal dari sisa
pembakaran senyawa organik
⚫ Cairan tubuh berkaitan erat dengan elektrolit/mineral yang terlarut di
dalamnya
⚫ Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan
tubuh
Mekanisme transpor pasif (difusi & osmosis) dan transpor aktif
(pompa elektron)
⚫ Penting bagi kehidupan sel → sel harus terus menerus berada dalam
cairan dengan komposisi tertentu
Konsentrasi & komposisi elektrolit berbeda dalam cairan ekstrasel &
intrasel
⚫ Terdapat 4% dari berat badan, paling banyak terkonsentrasi pada
tulang dan gigi
123. FUNGSI MINERAL
1. Unsur penyusun struktur tulang & gigi : (Ca, P, Mg)
2. Pengaturan komposisi cairan tubuh → tekanan osmotik
(extracellular & blood = sodium & klor)
(intracellular = Potassium, fosfor, magnesium)
3. Bagian dari enzim & protein (sulfur termasuk penyusun dari
asam amino methionine & cysteine)
4. Berperan dlm konduksi impuls saraf, kontraksi otot,
koagulasi darah & pengaturan pH
124. KLASIFIKASI MINERAL
1. Berdasarkan kegunaan
▪ Golongan yang esensial
▪ Golongan yang non esensial
2. Berdasarkan jumlah
• Mineral makro
• Mineral mikro
tulang
sistem
tidak
3. Berdasarkan distribusi pada jaringan dan organ tubuh
• Mineral yang didistribusikan pada jaringan
(osteotropic)
• Mineral yang didistribusikan ke dalam
reticuloendothelial.
• Mineral yang didistribusikan pada jaringan yang
spesifik
125. MINERAL ESENSIAL
⚫ Diperlukan dalam proses fisiologis manusia
⚫ Merupakan unsur mineral penting yang jika kekurangan dapat
menyebabkan kelainan proses fisiologis (defisiensi mineral)
⚫ Biasanya terkait dengan protein, termasuk enzim untuk proses
metabolisme tubuh.
⚫ Yang termasuk mineral esensial : kalsium (Ca), fosfor (P), kalium
(K), natrium (Na), klorida (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi
(Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin
(I), dan selenium (Se).
126. MINERAL NON ESENSIAL
⚫ Merupakan golongan mineral yang tidak berguna, atau belum
diketahui kegunaannya dalam tubuh manusia.
⚫ Apabila kadarnya di dalam tubuh lebih dari normal dapat
menyebabkan keracunan.
⚫ Sangat berbahaya bagi makhluk hidup.
⚫ Yang termasuk mineral non esensial : timbal (Pb), merkuri (Hg),
arsenik (As), kadmium (Cd), dan aluminium (Al).
127. MINERAL MAKRO
⚫ Merupakan mineral yang diperlukan untuk membentuk komponen
organ di dalam tubuh
⚫ Terdapat dalam tubuh dalam jumlah besar
⚫ Memerlukan protein pembawa untuk absorbsinya. Absorbsinya jarang
lengkap, karena dipengaruhi oleh nutrien dan senyawa lain dalam
makanan (misalnya oksalat & fitat).
⚫ Pengangkutan dan penyimpanan juga perlu protein khusus
⚫ Ekskresi terjadi didalam feses, urine dan keringat
⚫ Dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah besar (> 100 mg/hari)
⚫ Yang termasuk mineral makro : kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium
(Mg), natrium (Na), kalium (K), klorida (Cl) dan sulfur (S).
128. MINERAL MIKRO
⚫ Merupakan mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat
sedikit (< 100 mg per hari)
⚫ Umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat
kecil
⚫ Termasuk dalam golongan mineral esensial untuk kehidupan
karena peranannya dalam menunjang kesehatan dan
reproduksi.
⚫ Yang termasuk mineral mikro :besi (Fe), tembaga (Cu), seng
(Zn), Iodium (I), selenium (Se), molibdenun (Mo), mangan
(Mn), fluor (F), krom (Cr).
129. KALSIUM (Ca)
• Pembentukan tulang dan gigi
• Mengatur pembekuan darah
• Katalisator reaksi biologik
• Relaksasi dan kontraksi otot, dengan interaksi protein
yaitu aktin dan myosin
• Berperan dalam fungsi saraf, tekanan darah dan fungsi
kekebalan
• Memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel
• Mengaktifkan reaksi enzim dan pengularan hormon
PERANAN DAN FUNGSI KALSIUM
131. KALSIUM (Ca)
KEBUTUHAN KALSIUM
• Kebutuhan per hari : ± 800 mg/hari
• Kebutuhan kalk 0,5 gram/hari (Depkes)
• Saat hamil perlu tambahan 0,5 gram/hari
• Diet rata-rata terkandung dalam susu 0,4-1,4 gram
132. KALSIUM (Ca)
sempurna dan
• Karies dentis atau kerusakan pada gigi
• Pertumbuhan tulang menjadi tidak
dapat menimbulkan rakhitis
• Apabila bagian tubuh terluka, maka darah akan sukar
membeku, pengeluaran darah akibatnya bertambah.
• Terjadi kekejangan otot
DEFISIENSI KALSIUM
133. FOSFOR (P)
80% Fosfor berada dengan Kalsium, terdapat dalam tulang
dan gigi
10% bergabung dengan protein, lemak, karbohidrat, dan
senyawa lain dalam darah dan otot
10% berbentuk ester fosfat, untuk transfer energi
Kadarnya dalam tubuh = 0,8 – 1,1 % berat badan
134. FOSFOR (P)
PERANAN DAN FUNGSI FOSFOR
• Mempengaruhi semua proses perombakan dan pembentukan
zat
• Membentuk fosfatida, yaitu bagian penting dari plasma
• Pembelahan inti sel dan memindahkan sifat-sifat turunan
• Membentuk matriks tulang (bersama dengan Ca)
• Membantu proses pengerutan otot
• Absorbsi glukosa dan gliserol
• Transpor asam lemak
• Sebagai bagian dari RNA dan DNA
• Membentuk fosfolipid
• Penting dalam senyawa ATP
135. FOSFOR (P)
SUMBER FOSFOR
• Daging merah
• Makanan bersusu
• Ikan unggas
• Roti
• Beras
• Gandum
KEBUTUHAN FOSFOR
• Dewasa : 550 mg per hari
136. ⚫ Terdapat dalam semua sel
⚫ Merupakan kation terbanyak setelah natrium di dalam cairan
intraselular.
⚫ Terdapat sebanyak 0,5 gram per kilogram jaringan bebas lemak
⚫ 60% berada dalam jaringan tulang
⚫ 1/3 unsur Mg yang tersedia di dalam tubuh bercampur dengan
unsur fosfat, sisanya dalam keadaan bebas melekat pada
permukaan susunan mineral.
MAGNESIUM (Mg)
137. MAGNESIUM (Mg)
• Magnesium berperan penting dalam sistem enzim dalam
tubuh
• Berperan sebagai katalisator dalam reaksi biologik
(metabolisme energi, KH, lipid, protein, dan asam nukleat)
• Berperan dalam sintesis, degradasi dan stabilitas bahan gen
DNA di dalam semua sel jaringan lunak
• Ekstraselular :
• Transmisi saraf
• Kontraksi otot
• Pembekuan darah
PERANAN DAN FUNGSI MAGNESIUM
138. SUMBER MAGNESIUM
• Cokelat
• Kacang-kacangan
• Ikan laut
• Sayuran hijau
KEBUTUHAN MAGNESIUM
• P: 300 mg per hari; W : 270 mg per hari
DEFISIENSI MAGNESIUM
• Akibat dari gangguan absorbsi, menimbulkan diare
berat, muntah-muntah yang menyebabkan tubuh lemah
dan lesu
MAGNESIUM (Mg)
139. NATRIUM (NA)
⚫ Tubuh manusia menganduk sekitar 1,8 gram Natrium per
kilogram berat badan bebas lemak
⚫ Sebagian besar dijumpai dalam cairan ekstraselular
⚫ Sebagai kation utama dari cairan ekstraselular
Pengendalian osmolaritas dan volume cairan tubuh sangat
tergantung pada ion Na dan rasio NA terhadap ion lainnya.
⚫ Kandungan Natrium dalam plasma sekitar 300-355 mg/100 ml
140. PERANAN DAN FUNGSI NATRIUM
• Transmisi saraf dan Kontraksi otot
• Menjaga tekanan osmotik darah
• Sebagai buffer (Na-karbonat)
• Mempertahankan iritabilitas sel otot
• Komponen anorganik cairan ekstra sel
• Berperan dalam absorbsi glukosa dan sebagai alat angkut zat
gizi lainnya
SUMBER NATRIUM
• Daging
• Garam
• Mentega
NATRIUM (NA)
141. KEBUTUHAN NATRIUM
• Sekitar 2,5 gram Natrium per hari = 6 gram garam
DEFISIENSI NATRIUM
• Dehidrasi
• Shock
• Gangguan pada jantung
• Kejang otot
• Kelelahan
• Suhu tubuh meningkat
NATRIUM (NA)
142. ⚫ Tubuh mengandung sekitar 2,6 mg kalium per kilogram berat
badan bebas lemak
⚫ Bagian tubuh yang banyak mengandung kalium : sel-sel syaraf
dan otot
yang
⚫ Dalam cairan ekstraseluler jumlahnya hanya sedikit
⚫ Dalam cairan intraseluler merupakan kation penting
berperan dalam keseimbangan pH dan osmolalitas.
KALIUM (K)
143. • Merupakan unsur anorganik yang penting di dalam cairan
inraselular
• Penting dalam transmisi impul-impul syaraf
• Penting untuk kontraksi otot-otot
• Penting untuk pertumbuhan sel tubuh
dan metabolisme
• Penting untuk biosintesis protein
karbohidrat
• Mempengaruhi kerja otot jantung
FUNGSI KALIUM
KEBUTUHAN KALIUM
• Dewasa : 3500 mg per hari
KALIUM (K)
144. menimbulkan
• Terjadi karena ekskresi yang berlebihan melalui ginjal
• Otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat
kelumpuhan
• Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika tidak hati-hati
memungkinkan terlalu banyak kalium masuk ke dalam pembuluh
darah
SUMBER KALIUM
• Pisang
• Alpukat
• Kentang
• Yogurt
• Ikan
• Kurma
DEFISIENSI KALIUM
KALIUM (K)
145. KLORIDA (Cl)
jumlahnya
⚫ Merupakan anion utama dalam cairan ekstraselular
⚫ Dijumpai dalam bentuk perpaduan dengan Na,
sedikit, terikat pada protein
⚫ Klorida dalam darah dan eritrosit (Shift-Cl) merupakan
mekanisme homeostatik utama dalam mengendalikan pH darah
146. • Memelihara keseimbangan asam basa, elektrolit, dan
tekanan osmosis.
• Pembentukan HCl dalam lambung yang berperan
dalam penyerapan Fe dan emulsi lemak
• Aktivator enzim
• Bahan ion klorit yang penting untuk transfer CO2 dari
darah ke paru
• Mengatur sistem rennin-angiotensin-aldosteron yang
mengatur keseimbangan cairan tubuh.
PERANAN DAN FUNGSI KLORIDA
KLORIDA (Cl)
147. SUMBER KLORIDA
• Garam, Susu, Daging, Telur
KEBUTUHAN KLORIDA
• 15-20 gram per hari
DEFISIENSI KLORIDA
• Kontraksi otot abnormal, Hilangnya rambut dan gigi,
Pencernaan terganggu
KLORIDA (Cl)
148. PERANAN DAN FUNGSI SULFUR
• Berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi,
• Merupakan bagian dari tiamin, biotin dan hormon insulin
• Membantu detoksifikasi
• Melarutkan sisa metabolisme
SUMBER SULFUR
• Sayuran, Telur, Daging, Buah-buahan
KEBUTUHAN SULFUR
• 15-30 mg perhari
DEFISIENSI SULFUR
• Anemia, Gondok, Pendengaran berkurang
SULFUR (S)
149. BESI (Fe)
⚫ Tersedia dalam tubuh bersumber dari makanan yang
dikonsumsi setiap hari
⚫ Tidak mudah diserap ke dalam darah
⚫ Penyerapannya dipengaruhi oleh HCl dalam lambung
⚫ Dalam makanan, bentuk ikatan ferro dan ferri.
150. PERANAN DAN FUNGSI BESI
• Pembentukan hemoglobin
• Komponen enzim sitokrom
SUMBER BESI
• Daging, Sayuran hijau, Biji-bijian
KEBUTUHAN BESI
• 0-1 tahun, kebutuhan harian zat besi adalah 7-8 mg
• Terus meningkat sebanyak 1 mg setiap 3-9 tahun.
• Pada usia 13-15 tahun, yaitu 19mg pada pria dan di usia 13-49 tahun
pada wanita, yaitu sebanyak 26 mg
DEFISIENSI BESI
• Anemia
BESI (Fe)
151. • Pada bayi berusia 0-1 tahun, kebutuhan harian zat besi
adalah 7-8 mg dan terus meningkat sebanyak 1 mg setiap 3
tahun hingga berumur 9 tahun. Setelah berumur 9 tahun,
kebutuhan zat besi pada pria dan wanita akan berbeda.
Kebutuhan tertinggi adalah pada usia 13-15 tahun, yaitu 19mg
pada pria dan di usia 13-49 tahun pada wanita, yaitu
sebanyak 26 mg
KEBUTUHAN BESI
• Anemia
DEFISIENSI BESI
BESI (Fe)
152. PERANAN DAN FUNGSI TEMBAGA
• Pembentukan eritrosit dan hemoglobin
• Komponen enzim dan protein
• Aktivitas saraf
• Sintesis substansi seperti hormon
SUMBER TEMBAGA
• Padi-padian, Polong-polongan
• Kerang, Hati
KEBUTUHAN TEMBAGA
• Dewasa 1,2 mg per hari
TEMBAGA (Cu)
153. • Membantu membuat sel baru dan enzim
• Membantu pemrosesan karbohidrat, lemak, protein
• Membantu proses penutupan luka
• Berperan dalam pembentukan kulit
• Berperan dalam pengembangan fungsi sistem
reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma
• Berperan dalam kekebalan tubuh
• Berperan dalam pemeliharaan keseimbangan asam basa
PERANAN DAN FUNGSI SENG
SENG (Zn)
154. SUMBER SENG
• Kerang-kerangan, Keju, Roti, Sereal
KEBUTUHAN SENG
• Pria : 5,5 – 9,5 mg per hari
• Wanita : 4-7 mg per hari
DEFISIENSI SENG
• Anemia dan Kerusakan tulang
SENG (Zn)
155. IODIUM (I)
⚫ Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg iodium, tersebar di
semua jaringan
⚫ Kandungannya sekitar 1/3, terdapat dalam kelenjar tiroid
⚫ Iodium diserap dalam bentuk iodida, di dalam kelenjar tiroid
dioksidasi menjadi Iodium
156. IODIUM (I)
FUNGSI IODIUM
• Sebagai komponen penting dalam pembentukan tiroksin pada kelenjar
gondok (tiroid)
• Tiroksin termasuk Iodium merupakan pengendali transduksi energi
selular
SUMBER IODIUM
• Ikan laut, dan kerang-kerangan
• Sereal dan Padi-padian
KEBUTUHAN IODIUM
• Dewasa : 0,14 mg per hari
DEFISIENSI IODIUM
• Penyakit gondok
157. SELENIUM (Se)
PERANAN DAN FUNGSI SELENIUM
• Berperan penting pada fungsi sistem imun
• Metabolisme hormon tiroid dan reproduksi
• Sistem pertahanan antioksidan tubuh
• Mencegah kerusakan sel dan jaringan
SUMBER SELENIUM
• Kacang, roti, ikan, daging, telur
KEBUTUHAN SELENIUM
• Pria : 0,075 mg per hari
• Wanita : 0,06 mg per hari
DEFISIENSI SELENIUM
• Selenosis (kerontokan rambut, kulit, kuku)
158. MOLIBDENUM (Mo)
• Membantu dan mengaktifkan beberapa enzim yang terlibat
dalam perbaikan dan pembuatan materi genetik
FUNGSI MOLIBDENUM
• Kacang kapri, sayuran gelap (brokoli dan bayam), bunga kol,
sayuran kaleng, sereal gandum
SUMBER MOLIBDENUM
159. MANGAN (Mn)
• Berperan sebagai katalisator dari beberapa reaksi metabolik
yang penting pada protein, karbohidrat, dan lemak.
FUNGSI MANGAN
• Roti, kacang-kacangan, sereal, sayuran hijau (buncis), teh
SUMBER MANGAN
161. KROM (Cr)
PERANAN DAN FUNGSI KROM
• Berpengaruh terhadap kerja insulin di dalam tubuh, sehingga
mungkin berpengaruh pula terhadap besarnya energi yang
dihasilkan dari makanan.
• Berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak.
SUMBER KROM
• Daging, biji-bijian (gandum), rempah-rempah
KEBUTUHAN KROM
• 0,025 gram per hari
162. KOBALT (Co)
PERANAN DAN FUNGSI MANGAN
• Berperan membentuk bagian dari struktur Vitamin B12
• Untuk mematangkan sel darah merah
• Menormalkan fungsi semua sel
SUMBER MANGAN
• Ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau (brokoli dan bayam),
sereal