4. Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE)
• Bovine spongiform encephalopathy (BSE) adalah penyakit progresif dan fatal pada
sistem saraf ternak yang disebabkan oleh akumulasi protein abnormal yang disebut
‘prion’ di jaringan saraf.
• BSE merupakan salah satu dari transmissible spongiform encephalopathies (TSE)
atau penyakit prion, yang ditandai dengan akumulasi protein infeksi abnormal
dalam jaringan saraf yang disebut prion.
• BSE merupakan zoonosis karena mengakibatkan kejadian varian penyakit
Creutzfeldt-Jakob pada manusia.
• BSE merupakan penyakit hewan menular strategis (PHMS) dan masuk sebagai
penyakit yang harus dilaporkan ke OIE
5. Agen Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh suatu jenis protein
bersifat infeksius yaitu PRION (Proteinaceous Infectious)
yang merupakan suatu molekul protein tanpa asam inti.
Berbeda dengan virus yang mempunyai asam inti, baik DNA
maupun RNA. Prion diketahui memiliki sifat tahan terhadap
panas dan beberapa bahan yang lazim digunakan sebagai
disinfektan.
7. Saat ini penyakit BSE lebih dikenal dengan penyakit prion
Prion Protein (PRP) atau biasa disebut prion adalah sejenis protein
yang diperoleh dari jaringan otak hewan yang terkena penyakit radang
otak yang tidak diketahui sebabnya yang disebut bovine spongiform
encephalopathy
Prion dapat dibedakan dari virus atau viroid karena tidak memiliki
asam nukleat dan oleh karenanya dia tahan terhadap semua prosedur
yang bertujuan mengubah atau menghidrolisa asam nukleat termasuk
enzim protease, sinar ultraviolet, radiasi dan berbagai zat kimia seperti
deterjen, zat yang menimbulkan denaturasi protein seperti obat
disinfektan atau pemanasan.
Etiologi
8. BSE Klasik
Terjadi akibat pemberian
pakan yang
terkontaminasi oleh prion
yang bisa terbawa oleh
bahan akan tepung
daging dan tulang atau
meat and bone meal
(MBM).
BSE Atypical
Terjadi secara alamiah dan
sporadis, tidak terkait
pemberian bahan pakan
tertentu dan kejadiannya
sangat jarang ditemukan,
kecuali melalui sistem
surveilans yang sangat
sensitif.
Dua Bentuk BSE
10. Penyebaran penyakit prion diketahui dapat melalui mekanisme berikut:
1. Hewan ke hewan, melalui transmisi oral (praktik pemberian pakan
hewan yang berasal dari hewan sakit, melalui meat borne meal/MBM
dan juga secara eksperimental melalui inokulasi langsung ke otak.
2. Hewan ke manusia, melalui makanan yang berasal dari hewan (sapi)
penderita, material medis dan produk hewan seperti enzim, kapsul,
vaksin yang menggunakan biakan sel otak yang berasal dari hewan
penderita.
3. Manusia ke manusia, melalui jalur infeksi antara lain praktik
kanibalisme (memakan otak manusia penderita) seperti pada penyakit
Kuru di Papua New Guinea, melalui jalur iatrogenic seperti transplantasi
kornea, penggunaan elektrode terkontaminasi (deep insertion) pada
EEG, alat-alat nekropsi yang terkontaminasi, hormone pituitary,
tranfusi darah, dan produk asal darah dan terakhir secara genetik.
Penyebaran Penyakit
12. • Perubahan mental: ketakutan, kegelisahan, dan mudah terkejut
apabila diganggu.
• Perubahan sikap: ataksia, tremor, dan kadang-kadang tidak
dapat bangun apabila terjatuh.
• Perubahan sensasi (hiperastesia): khususnya rangsangan rabaan
dan rangsangan suara
• Kehilangan berat badan dan kondisi tubuh serta penurunan
produksi susu, sedangkan nafsu makan masih terus dipertahankan
Pada Hewan
13. • Masa inkubasi Transmissible Encelophaty (transmisi
antarspesies) yang slow degeneration pada sistem syaraf
pusat domba selama 2-4 tahun, sapi selama 3-6 tahun dan
gejala kliniknya muncul dalam beberapa bulan
• BSE menyerang sapi berumur 3-5 tahun dengan gejala
penurunan produksi susu, gemetar/kejang-kejang dan TSE
(Transmissible Encelophaty).
14. Gejala klinis awal berupa sakit kepala, ketidakseimbangan refleks berjalan,
gangguan penglihatan (mata kabur), dan vertigo. Juga gangguan mental
berupa hilang ingatan dan perubahan mood (bisa menjadi kalem, marah atau
romantis)
Gejala ini muncul berkisar dua tahun sampai sepuluh tahun setelah
seseorang mengkonsumsi daging sapi gila
Gejala klinis yang tampak adalah degenerasi neurologik seperti ataxia
(serupa dengan gejala Penyakit Alzaimer atau Parkinson), tremor, kelelahan,
ngantuk, kerusakan daya ingat, perubahan tingkah laku, vertigo, kemunduran
mental yang sangat cepat diikuti dengan dementia, gangguan motorik (bagian
kepala/leher, pundak sampai gluteus lumbal sensitive terhadap rangsangan
suara, cahaya dan sentuhan), dan gambaran spesifik dari elektro
encephalogram (EEG) dan perubahan patologinya adalah terbentuk
amyloidplaque di otak cerebral (terlihat berlubang-lubang)
Pada Manusia
16. Sebagaimana penyakit-penyakit pada ternak lainnya beberapa kriteria
untuk penegasan diagnosis perlu dilakukan meliputi:
a. Gejala klinis: ataxia, tremor, kelemahan, kekurusan, haus, sensitif
terhadap suara dan sinar, perubahan behavior, gangguan motorik.
b. Histopatologik: Perubahan utama adalah adanya vakuolisasi/ degenerasi
spongious pada susunan saraf pusat.
c. Imunohistokimia: menggunakan antibodi terhadap prion protein, melalui
teknik histopatologik.
d. Isolasi PrPSc menggunakan beberapa teknik yang berbasis
Elektroforesis.
e. Uji biologik menggunakan hewan coba.
Diagnosis Penyakit BSE
18. 1) Meminimalisasi risiko pada manusia akibat penggunaan produk dan alat
medis yang berasal dari sapi (terinfeksi)
2) Meminimalisasi risiko pada manusia akibat penggunaan produk dan alat
medis yang berasal dari orang terinfeksi
3) Minimalisasi risiko transmisi CJD akibat konsumsi produk makanan yang
berasal dari hewan ruminansia (terinfeksi).
4) Sosialisasi pada masyarakat luas terutama konsumen produk asal ternak
tentang bahaya, cara penanganan dan pengendalian penyakit BSE/PRION.
19. 5) Melarang importasi ternak, bahan (pakan, medis dan lainnya) yang dapat
menularkan BSE dari negara yang tidak bebas penyakit tersebut.
6) Penegakan Hukum dan aturan yang berlaku setiap kegiatan yang
berkaitan dengan peternakan, khususnya masuknya bahan yang dapat
menularkan BSE
7) Melarang penggunaan bahan baku pakan ternak yang terbuat dari
tepung daging dan tulang sapi/ruminansia (meat and bone meal/MBM) yang
tercemar Prion.
20. Status BSE Indonesia
Berdasarkan hasil surveilans dan penilaian
risiko, Indonesia menyatakan diri sebagai negara
bebas BSE melalui Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 367/Kpts/TN.530/12/2002