Gangguan pendengaran dan gangguan keseimbangan sering terjadi pada lansia akibat proses degeneratif. Gangguan pendengaran pada lansia umumnya berupa tuli sensorineural yang disebabkan oleh presbikusis. Sedangkan gangguan keseimbangan pada lansia diantaranya BPPV, penyakit Meniere, dan stroke batang otak. Diagnosis dan tatalaksananya dilakukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang.
1. GANGGUAN PENDENGARAN DAN
GANGGUAN KESEIMBANGAN PADA USIA LANJUT
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-BKL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERANATE
2023
Abkari Rizal Wahid | 10119210066
Pembimbing : dr. Andre Iswara Sp.THT-BKL
Referat
2. Pendahuluan
Lansia merupakan salah satu kelompok
berisiko yang semakin meningkat jumlahnya.
Populasi berisiko (population at risk) adalah
kumpulan orang-orang yang masalah
kesehatannya memiliki kemungkinan akan
berkembang lebih buruk karena adanya factor-
faktor yang mempengaruhi.
4. Gangguan
Pendengaran Pada
Lansia
Perubahan patologik pada organ auditori
akibat proses degenerasi pada usia lanjut
dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok
geriatri umumnya tuli sensorineural, namum
dapat juga berupa tuli konduktif
7. Tuli Konduktif pada Lansia
Pada gangguan pendengaran tipe
konduktif, transmisi gelombang
suara tidak dapat mencapai telinga
dalam secara efektif.
Meatus akustikus eksterna | Kerusakan membran timpani
Dalam cavum timpani | Pada osikula
8. Tuli Sensorineural pada Lansia (Presbikusis)
Presbikusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 Tahun,
simetris pada telinga kiri dan kanan. Presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000 Hz atau lebih.
Umumnya diketahui bahwa presbikusis
merupakan akibat dari proses degenerasi.
Diduga kejadian presbikusis mempunyai
hubungan dengan multifaktor.
Etiologi
9. Patogenesis
1)Degenerasi Koklea; degenerasi stria vaskularis yang berefek pada nilai
potensial endolimfe yang menurun menjadi 20mV atau lebih.
Degenerasi Sentral; Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus
auditorius meningkatkan nilai ambang dengar atau compound action potensial
(CAP).
1)Mekanisme Molekuler ( Faktor genetic dan Stress Oksidatif )
Gangguan Transduksi Sinyal; Ujung sel rambut organ korti berperan terhadap
transduksi mekanik, Terjadinya mutasi pada gen penyusun sel rambut koklea
menimbulkan defek dalam interaksi molekul ini dan menyebabkan gangguan
pendengaran.
11. Gejala Klinis
Berkurangnya pendengaran
secara perlahan-lahan dan
progresif
Penurunan pendengaran Simetris
pada kedua telinga
Telinga berdenging(tinitus nada
tinggi).
Pasien dapat mendengar suara
percakapan, tetapi sulit untuk
memahaminya,
Bila intensitas suara ditinggikan
akan timbul rasa nyeri di telinga
12. adapun beberapa gambaran klinis dapat
dipergunakan untuk menetapkan presbikusis
yang mendekati murni, yaitu:
• usia 60 tahun keatas,
• tidak mempunyai penyakit serius,
• pemeriksaan otoskopi dan rinoskopi tidak ada
kelainan,
• gambaran audiogram nada murni: tuli
sensorineural dengan penurunan pada nada
tinggi secara gradual tidak lebih dari 10-15 dB
per oktaf,
• serangan penurunan ketajaman pendengaran
secara gradual progresif paling sedikit 10
tahun sebelum pemeriksaan,
• audiogram simetris kanan dan kiri, perbedaan
tidak lebih dari 15 dB,
• rerata penurunan ketajaman frekuensi 500,
1000, 2000 Hz antara 10 – 60 dB.8
Diagnosis
13. Diagnosis
No. Tipe Audiometri nada murni
Audiometri
tutur
1 Sensori Penurunan ambang dengar
yang curam pada frekuensi
tinggi (sharply slooping)
Bergantung
pada frekuensi
yang terkena
2 Neural Penurunan pendengaran
sedang pada semua
frekuensi (gently slooping)
Gangguan
diskriminasi
tutur berat
3 Metabolik
(strial)
Penurunan pendengaran
dengan gambaran flat dan
berjalan progresif pelan
Gangguan
diskriminasi
tutur ringan
4 Mekanik Penurunan pendengaran
dengan kurva menurun
pada frekuensi tinggi secara
lurus berjalan progresif
pelan
Bergantung
pada kecuraman
penurunan
14. Tatalaksana
Rehabilitasi sebagai upaya
mengembalikan fungsi
pendengaran dilakukan
dengan pemasangan alat
bantu dengar (hearing iad).
Adakalanya pemasangan alat
bantu dengar perlu
dikombinasikan dengan
latihan membaca ujaran
(speech reading) dan latihan
mendengar (auditory
training); prosedur pelatihan
tersebut dilakukan bersama
ahli terapi wicara (speech
therapist).
16. Gangguan
Keseimbangan Pada
Lansia
Gangguan keseimbangan merupakan
gangguan yang sering terjadi pada pasien
lansia dan berkontribusi terhadap risiko jatuh
dan cidera pada pasien lansia.
Kesimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankan orientasi tubuh dan bagian-
bagian tubuh dalam hubungannya dengan
lingkungan sekitarnya.
17. Anatomi dan Fisiologi
Sistem Vestibular
(Perifer)
Sistem vestibular perifer terdapat di telinga tengah dan
dalam, terdiri dari tulang dan membrane labirin, juga
termasuk di dalamnya sel rambut (hair cells) yang
berfungsi sebagai sensor gerakan dari sistem vestibular
18. Anatomi dan Fisiologi Sistem Vestibular
(Central)
Jalur vestibular sentral
mengkoordinasi dan
mengintegrasi informasi
informasi tentang gerakan
kepala dan tubuh serta
menggunakannya untuk
mengontrol keluaran dari
neuron motorik yang
meyesuaikan kepala, mata,
dan posisi tubuh.
19. Penyebab Gangguan Keseimbangan Pada
Lansia
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan sekitarnya
Vertigo
Vestibular
Perifer
BPPV
Meniere
Disease
Central
Stroke
batang otak
Non
Vestibular
20. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
BPPV merupakan salah satu penyebab
vertigo tersering. Prevelansi vertigo
meningkat setiap tahunnya berkaian
dengan meningkatnya usia sebesar
tujuh kali pada seseorang yang
berusia 60 tahun, BPPV terjadi saat
otokonia terperangkap dalam
endolimfe labirin vestibular termasuk
kanalis vestibularis. Sebagian besar
penyebabnya adalah idiopatik. BPPV
dapat pula terjadi pasca trauma,
pasca labirintitis virus.
BPPV
hipotesis
kupulolitiasis
hipotesis
kanlitiasis
21. Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV)
vertigo timbul mendadak pada perubahan posisi
Serangan berlangsung singkat 10-30 detik.
Bisa disertai mual muntah.
Setelah rasa berputar menghilang, pasien merasa melayang
dan diikuti disekuilbrium selama beberapa hari sampai minggu.
Gejala Klinis
22. Diagnosis
Abnormal : timbul nistagmus posisional yaitu ada
masa laten, lamanya <30 detik, disertai vertigo
lamanya sama dengan nistagmus dan vertigo yang
makin berkurang setiap maneuver diulang.
• Anamnesis : vertigo terasa
berputar, timbul mendadak
pada perubahan posisi kepala
atau badan, lamanya <30
detik, dapat disertai mual dan
muntah
• Pemeriksaan fisik : pada
umumnya tidak ditemukan
kelainan
Tes Dix Hallpike
23. Tatalaksana
• Komunikasi dan informasi
• Medika mentosa : obat
antivertigo seringkali tidak
diperlukan, namun apabila
terjadi disekuilibrium pasca
BPPV, pemberian betahistin
berguna untuk mempercepat
kompensasi.
Manuver Lampert Roll Manuver Semont
24. Meniere Disease
Penyakit meniere adalah sesuatu
ganguan kronis telinga dalam yang
ditandai dengan episode vertigo
disertai tuli sensorinerual, tinnitus,
dan sensasi tekanan pada telinga
Etiologi
(Idiopatik)
peningkatan
cairan endolimfe
Kelainan
anatomis
Infeksi virus dan
faktor
imunologis
gangguan
vaskularisasi
25. Diagnosis
Kriteria
diagnosis
penyakit
Meniere
menurut
AAO-HNS
tahun
1995
1.Vertigo bersifat episodik, spontan
selama minimal 20 menit, dapat disertai
disekuilibrium yang berlangsung berhari-
hari, dan disertai nistagmus, dan
nausea.
1.Tanpa atau dengan tuli saraf yang
berfluktuasi atau menetap disertai
dengan disekuilibrium dengan episode
yang tidak menentu
1.Penyebab vertigo lain disingkirkan
1.Probable:
2.Satu episode vertigo definitif
3.Audiometri tuli sensoris minimal satu kali.
4.Tinnitus atau rasa penuh pada telinga yang
sakit.
5.Penyebab vertigo lain dapat disingkirkan.
1.Definite:
2.Minimal dua episode vertigo definitive dengan
durasi 20 menit.
3.Audiometri tuli sensoris minimal satu kali.
4.Tinnitus atau rasa penuh pada telinga yang sakit.
5.Penyebab vertigo lain dapat disingkirkan.
Certain :
Memenuhi criteria definite ditambah dengan
konfirmasi histopatologi postmortem
26. Tatalaksana
-Farmakologi
-Anti vertigo : Betahistin 48mg/hari
-Diuretik : Hydrochlorthiazide/asetasolamid 50mg/hari
-Steroid : Prednisone 80mg/hari selama 7 hari kemudian diturunkan bertahap.
-KCl
-Antihistamin
-Diet
-Rendah garam (1,5-2
gram sehari)
-Tinggi kalium, tinggi
protein
-Hidrasi
-Hindari faktor pencetus
(kopi, makanan asin,
alcohol,gula)
-Intevensi non destruktif
-Injeksi steroid
intratimpanik
-Endolymphatic sac-
mastoid
decompression/shunt
1.Intervensi destruktif :
injeksi gentamisin
intratimpanik
Rehabilitasi
27. Stroke Batang Otak
Sistem arteri vertebrobasilar member perfusi menuju
medulla, serebelum, pons, midbrain, thalamus, dan
korteks oksipitalis. Stroke vertebrobasiler memiliki
tingkat mortalitas yang lebih tinggi yaitu 85%.
Banyak kasus tidak terdiagnosis atau terlambat
terdiagnosis. Gejala yang sering muncul seperti
dizziness atau penurunan kesadaran.
28. Stroke Batang Otak
• Gejala yang sering terjadi pada iskemia vertebrobasilar
adalah vertigo dan disfungsi visual. Paresthesia
perioral episodic juga merupakan tanda spesifik untuk
iskemia vertebrobasilar. Gejala lain yang mungkin
terjadi antara lain: ataksia, disarthria, sinkop, nyeri
kepala, mual muntah, tinnitus, keluhan motorik atau
sensorik bilateral , dan disfungsi nervus kranialis.
Disfungsi nervus kranialis dapat menyebabkan facial
palsy, disfagia, disarthria, diplopia, nistagmus, facial
numbness, atau tortikolis
• Temuan pemeriksaan fisik yang sering muncul pada
stroke vestebrobasilar adalah penurunan kesadaram,
hemiparesis, kuadriparesis, abnormalitas pupil,
manifestasi bulbar, kelemahan fasial, disfonia,
disarthria, disfagia.
29. Stroke Batang Otak
Pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan adalah pemeriksaan CT scan
untuk mengidentifikasikan adanya
perdarahan.
Penanganan stroke vertebrobasilar sama
seperti penangan stroke lainnya disesuaikan
dengan patofisiologi penyebab stroke.
Pada meatus akustikus eksterna : cairan (secret,air), benda asing, polip telinga, serumen.
Kerusakan membran timpani : perforasi, ruptur, sikatriks.
Dalam cavum timpani : kekurangan udara pada oklusi tuba, cairan(darah atau hematotimpanum karena pada trauma kepala, secret pada otitis media baik akut maupun kronis), tumor.
Pada osikula: gerakannya terganggu oleh sikatriks, mengalami destruksi karena otitis media, oleh ankilosis stapes pada otosklerosis, adanya perlekatan-perlekatan dan luksasi karena trauma maupun infeksi.6