...: epilepsi adalah Suatu serangan berulang secara periodik dengan dan tanpa kejang.Serangan tersebut disebabkan
kelebihan neuron kortikal dan ditandai dengan perubahan aktivitas listrik seperti yang diukur dengan elektro enselofogram (EEG).
...: epilepsi adalah Suatu serangan berulang secara periodik dengan dan tanpa kejang.Serangan tersebut disebabkan
kelebihan neuron kortikal dan ditandai dengan perubahan aktivitas listrik seperti yang diukur dengan elektro enselofogram (EEG).
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. ANGGOTA KELOMPOK
Tutor: dr Maryam Kathrin L
Ketua : Risko Agung Julian
Sekretaris : Nurmalisa Gita Savitri
Anggota Kelompok :
1. Muhammad Imam Hanafi
2. Sheylla Nanda Todingbua
3. NurCahyani Apaseray
4. Priscillia J. Korwa
5. Nova Togodly
6. Ronny Ronald Yogi
7. Ruth Novia Yuliana Loisa Msiren
8. Veby Hamadi
4. Sikap di ugd : PENEGAKAN diagnosis
• Identitas Pasien : Anak berusia 2
tahun
• Keluan Utama : Kejang 1 kali di
rumah
• Riwayat Penyakit Sekarang :
• Kejang terjadi selama 5 menit
• Kesadaran pasien baik
(Sebelum-sesudah kejang)
Didapatkan :
• Pemeriksaan ekstremitas:
• Kejang tonik-klonik pada
ektremitas dan badan : nervus
XI (aksesorius)
• Pemeriksaan saraf kranial:
• Terdapat doll’s eye movement:
Saraf otak III-IV-VI
(okulomotorius, troklearis,
abdusen)
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
5. Pemeriksaan Penunjang
- Dikerjakan untuk mengevaluasi
sumber infeksi penyebab demam,
atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi disertai
demam.
- Pemeriksaan laboratorium yang
dikerjakan :
Darah perifer
Elektrolit
Gula darah
- Pemeriksaan cairan serebrospinal
dilakukan untuk menyingkirkan atau
menegakan kemungkinan meningitis.
Risiko terjadinya meningitis bacterial
adalah 0,6%-6,7%.
- Sulit untuk menegakan diagnosis
karena manifestasinya tidak jelas,
sehingga dianjurkan :
- Bayi kurang dari 12 bulan sangat
dianjurkan dilakukan
- Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
- Bayi > 18 bulan tidak rutin
Pemeriksaan
Laboratorium
PUNGSI LUMBAL
6. Elektroensefalografi (EEG)
● EEG adalah instrumen untuk yang digunakan untuk
menangkap aktifitas listrik di otak. EEG
mencerminkan status kerja otak manusia dan
dianggap sebagai data fisiologis paling baik yang
dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi
dan mendiagnosis depresi suatu kelainan.
● EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang
atau memprediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi.
● Pada EEG dilakukan pada kejang demam tidak
khas seperti kejang demam kompleks, pada anak
usia lebih dari 6 tahun, kejang demam fokal
7. Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti
CT-Scan atau MRI jarang sekali dikerjakan,
tidak rutin dan dikerjakan hanya atas indikasi
seperti :
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap
(hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
PENCITRAAN
9. Definisi kejang
Manifestasi klinis yang disebabkan oleh lepasnya
muatan listrik di neuron. Kejang dapat disertai oleh
gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik,
sensorik dan atau otonom.
2011; IDAI; Buku Ajar Kegawatdaruratan Pediatri; Jakarta
10. PATOFISIOLOGI KEJANG
Patofisiologi kejang pada tingkat selular berhubungan dengan
terjadinya paroxysmal depolarization shift (PDS) yaitu depolarisasi
potensial pascasinaps yang berlangsung lama (50 ms). Paroxysmal
depolarization shift merangsang lepas muatan listrik yang berlebihan
pada neuron otak dan merangsang sel neuron lain untuk melepaskan
muatan listrik secara bersama-sama sehingga timbul
hipereksitabilitas neuron otak.
Paroxysmal depolarization shift diduga disebabkan oleh
kemampuan membran sel melepaskan muatan listrik yang berlebihan,
berkurangnya inhibisi oleh neurotransmiter asam gama amino butirat
(GABA), atau meningkatnya eksitasi sinaptik oleh neurotransmiter
glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang
2011; IDAI; Buku Ajar Kegawatdaruratan Pediatri; Jakarta
11. Kejang demam
Kejang demam ialah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38 C) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam terjadi pada 2-4 % anak berumur
6 bulan-5 tahun.
Pusponegoro, H. D., Widodo, D. P., & Ismail, S. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. jakarta .
12. KlaSIFIKASI KEJANG DEMAM
kejang demam yang
berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang
tidak berulang dalam 24 jam.
Sebagian besar kejang
demam sederhana berlangsung
kurang dari 5 menit.
Kejang demam kompleks
dengan salah satu ciri dibawah
ini :
1. Kejang lama < 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu
sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam.
Kejang demam sederhana
(Simple febrite seizuite)
Kejang demam kompleks
(compleks febrite seizuite)
Pusponegoro, H. D., Widodo, D. P., & Ismail, S. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. jakarta .
14. First Unprovoked Seizure (FUS)
• Kejang tanpa provokasi, terjadi dalam 1 episode 24 jam
• Onset akut
• Pulihnya kesadaran diantara kejang dan tidak diketahui adanya faktor pemicu terjadinya
kejang seperti demam, trauma kepala, infeksi sistem saraf pusat, tumor, atau kelainan
metabolik seperti hipoglikemia serta obat-obatan
• Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium, EEG, pencitraan
EpILEPSI
●Kejang tanpa provokasi ≥ 2 kali, interval lebih dari 24 jam
●Onset akut
●Serangan : gangguan kesadaran, perilaku, emosi, motorik/sensoris, berhenti secara spontan
●Post iktal : tampak bingung, lelah, kadang keluar air liur/busa/inkontinensia urin, setelah itu
tidur
●Diluar serangan anak kembali normal
●Anamnesis dapat memunculkan informasi tentang trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, ensefalitis, malformasi vaskuler, meningitis, gangguan metabolik dan obat-obatan
tertentu.
●Untuk penderita anak-anak, pemeriksa harus memperhatikan adanya keterlambatan
perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukan
awal gangguan pertumbuhan
●Dapat dilakukan pemeriksaan EEG, neuroimaging
17. Kejang pada
Tumor otak
Lokasi
Subkorteks
Korteks serebri
Sawar darah otak
Aktivitas proliferasi sel-sel tumor akan
menghasilkan zat-zat yang akan merusak sawar
darah otak, sehingga menurunkan fungsi protein
transmembran, sehingga dihasilkan Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF)
Gap Juction Hipereaktivitas dari connexins merupakan salah
satu faktor pencetus kejang
18. KELAINAN METABOLIK
1 PENYAKIT DASAR • Syok
• Sesak Napas
• Gangguan Elktrolit
• Krisis Hipertensi/Uremia
• Sirosis bilier, gagal hati.
2 Kejang • Penurunan kesadaran
3 Pemeriksaan Penunjang • Tergantung indikasi
• DPL
• AGD
• CXR
• Kultur darah
• Fungsi ginjal
• Fungsi hati
• EKG/ECHO
19. Prinsip TATALAKSANA
• Menghentikan kejang sesegera mungkin
• Mencegah menjadi status epilepticus
• Mencegah komplikasi yang mungkin terjadi
21. Ugd / HOSPITAL
o Fase stabilisasi ( 0 – 5 mnit pertama )
1. Airway => Bebaskan jalan nafas, posisi, suction
2. Breathing => Oksigen
3. Circulation => Monitor nadi, tekanan darah, EKG
4. Dextrose => Cek GD ( koreksi bila hipoglikemia <
60mg/dl )
5. Established => Askes vena
22.
23. b. Di rumah
Diberikan Diazepam rektal → Dosis diazepam rektal
adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg
dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg.
Diulagi 5 menit kemudian bila masih kejang bila masih
kejang diberikan Diazepam Intravena (Di RS)
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: IDAI
24. Pemberian obat saat demam
A. Antipiretik
Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis
ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
1. B.Antikonvulsa
Pemberian obat antikonvulsan intermiten → hanya pada saat demam. Profilaksis
intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
a. Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral.
b. Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
c. Usia <6 bulan
d. Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 390C
e. Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh
meningkat dengan cepat.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: IDAI
25. Lanjutaan…..
C. Antikonvulsan
Pemberian obat antikonvulsan intermiten
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per
oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan
10 mg untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan
dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali.
Pemberian obat antikonvulsan rumat
Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3.Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: IDAI
26. Lanjutan antikonvulsan…..
Pemberian obat antikonvulsan rumat Jenis antikonvulsan
untuk pengobatan rumat adalah asam valproat. Dosis asam
valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan
fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.
Lama pengobatan rumat → Pengobatan diberikan
selama 1 tahun, penghentian pengobatan rumat untuk kejang
demam tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan
pada saat anak tidak sedang demam.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: IDAI