SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
Anatomi Umum 
ANATOMI UMUM 
Istilah ANATOMI berasal sari kata Yunani purba ANATOME yang berarti melihat, 
mengangkat ke permukaan dengan cara mengiris dan menguraikan, yaitu melakukan 
dissection dengan menggunakan alat scalpel, pincet dan gunting. Jadi ilmu Anatomi 
mempelajari struktur tubuh manusia lapis demi lapis dengan cara menguraikan dan memotong 
bagian-bagiannya. Ilmu Anatomi dibagi menjadi : 
1. Anatomi descriptiva = Anatomi systematica, yang mempelajari morfologi dan lokalisasi 
setiap organ, baik menurut fungsi maupun menurut regio. 
2. Anatomi topografica, mempelajari suatu letak organ terhadap organ lainnya. 
3. Embryologi, mempelajari perubahan-perubahan perkembangan dan pertumbuhan sel-sel 
mulai dari saat pembuahan sampai menjadi manusia. 
4. Anatomi comparativa, membandingkan struktur tubuh manuisa dengan hewan. 
5. Anthropologi ragawi, membandingkan struktur tubuh antar manusia (etnis) 
Nomenclatur yang digunakan berbahasa latin, yang untuk pertama kali 
disepakati pada tahun 1895 di Basel, disebut Nomina Anatomica Baseli. Pada tahun 1935 
disepakati Nomina Anatomica Jenai dan pada tahun 1980 diterbitkan Nomina Anatomica baru, 
yang merupakan “ A Revision by the International Anatomical Nomenclatur Committee 
apporoved by the Elevent International Congress of Anatomists in Mexico, 1980. 
Sebagai dasar untuk menentukan tempat dan arah dipakai SIKAP ANATOMI, yaitu 
suatu Sikap yang berdiri tegak, kepala tegak, mata memandang lurus ke depan, kedua lengan 
tergantung bebas ke bawah dan berada disamping tubuh dengan telapak tangan membuka ke 
arah depan, dan kedua tungkai berdiri lurus serta sejajar dengan keduaa kaki sejajar ke depan. 
TERMINOLOGI 
Ada beberapa kata Latin yang penting dan sering dipakai : 
A. Kata sifat yang menyatakan bidang : 
1. Medianus, bidang yang membagi tubuh menjadi 2 bagian kiri kanan yang simetris 
2. Paramedianus, bidang yang berada disamping dan sejajar dengan bid.medianus. 
3. Sagitalis, setiap bidang yang sejajar dengan bidang medianus
4. Frontalis, bidang yang tegak lurus pada bidang sagitalis, sejajar dengan permukaan 
perut. 
5. Transversalis, bidang yang melintang tegak lurus pada arah memanjang tubuh. 
B. Kata sifat yang menyatakan arah : 
1. Medialis = lebih dekat pada garis tengah badan. 
2. Lateralis = lebih jauh dari garis tengah badan 
3. Ventralis = searah dengan vebter. Istilah ini sama dengan Anterior = searah dengan 
anticus. 
4. Dorsalis = serarah dengan dorsum. Istilah ini sama dengan Posterior = searah dengan 
posticus. 
5. Cranialis = searah dengan cranium. 
6. Caudalis = searah dengan cauda 
7. Longitudinalis = kearah ukuran panjang 
8. Proximalis = lebih dekat ke pangkal 
9. Distalis = lebih dekat ke ujung 
10. Volaris = searah telapak tangan 
11. Plantaris = searah telapak kaki 
12. Ulnaris = kearah ulna 
13. Radialis = kearah radius 
14. Rostralis = kearah moncong 
C. Kata benda yang menyatakan bangunan menonjol : 
1. Processus = nama umum untuk tonjolan 
2. Spina = tonjolan yang tajam 
3. Tuber = benjolan bulat 
4. Tuberculum = benjolan bulat yang kecil 
5. Crista = tepi yang bergerigi 
6. Pecten = bagian pinggir yang menonjol 
7. Condylus = tonjolan bulat di ujung tulang 
8. Epicondylus = benjolan pada condylus 
9. Cornu = tanduk 
10. Linea = garis 
D. Kata benda yang menyatakan bangunan melengkung :
1. Fossa = nama umum 
2. Fossula = fossa yang kecil 
3. Fovea = lekuk yang agak rata 
4. Foveola = fovea yang kecil 
5. Sulcus = alur 
6. Incisura = takik 
E. Kata benda yang menyatakan lubang, saluran, ruangan : 
1. Foramen = lubang 
2. Fissura = celah 
3. Apertura = pintu 
4. Canalis = saluran 
5. Ductus = pembuluh 
6. Meatus = liang 
7. Cavum = rongga 
8. Cellula = ruang kecil berisi udara 
OSTEOLOGI UMUM 
Tubuh manusia tersusun oleh seperangkat tulang yang saling berhubungan 
membentuk persendian, dan dinamakan Skeletaon, adapun fungsi tulang : 
1. Menegakkan dan memberi bentuk pada tubuh 
2. Melindungi organ, seperti enchepalon, cor 
3. Sebagai lat gerak pasif 
4. Memproduksi sel darah 
5. Tempat penyimpanan mineral, mis Ca, P. 
KLASIFIKASI TULANG 
A. Morfologi : 
1. Os longum, yaitu tulang yang pada kedua ujungnya membentuk persendian mis. 
humerus 
2. Os breve, yaitu tulang yang mengadakan persendiaan pada lebih dari dua 
permukaannya, mis. Ossa carpalis, ossa tarsalis 
3. Os planum, berbentuk pipih, mis. scapula 
4. Os pneumaticum, yaitu tulang berongga yang berisi udara, mis. os ethmoidale
5. Os sesamoidea, yaitu tulang yang terdapat di dalam tendo, mis. patella 
6. Os irregulare, yaitu tulang-tulang yang tidak bisa dikelompokkan pada no. 1 sd 5 
B. Histologi : 
1. Osseum 
2. Cartilago 
C. Ontologi : 
1. Osteogenesis desmalis 
2. Osteogenesis chondralis 
D. Lokalisasi : 
1. Skeleton appendiculare 
2. Skeleton axiale 
STRUKTUR TULANG 
Secara makroskop terdiri dari (1) substantia compacta dan (2) substantia 
spongiosa. Pada os Longum substantia compacta berada di bagian tengah dan makin ke ujung 
tulang menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang terdapat substantia spongiosa, yang pada 
pertumbuhan memanjang tulang membentuk cavitis medullaris. Lapisan superficialis tulang 
disebut periosteum dan lapisan profunda disebut endosteum. Bagain tengah os longum disebut 
corpus, ujung tulang berbentuk konveks atau konkaf, membesar, membentuk persendiaan 
dengan tulang lainnya. 
Dari aspek pertumbuhan, bagian tengah tulang disebut diaphysis, ujung tulang 
disebut epiphysis dibentuk oleh cartilago, dan bagian diantara keduanya disebut metaphysis, 
tempat peartumbuhan memanjang dari tulang (peralihan antara cartilago menjadi osseum).
OSTEOLOGI KHUSUS 
Menurut lokalisasi Skeleton dibagi menjadi : 
A. Skeleton appendiculare, membentuk Extremitas superior et inferior 
B. Skeleton axiale, terdiri dari : 
1. Columna vertebralis 
2. Costa 
3. Sternum 
4. Cranium 
A.SKELETON APPENDICULARE 
EXTREMITAS SUPERIOR = OSSA MEMBRI SUPERIORIS 
1. CINGULUM MEMBRI SUPERIORIS (CINGULUM PECTORALE) 
SCAPULA 
Berbentuk segitiga, tepi sebelah medial disebut margo vertebralis, sejajar dengan 
columna vertebralis, tepi yang menghadap cranial disebut margo superior dan tepi lateral 
disebut margo axillaris. Ketiga tepi tersebut membentuk angulus medialis (=angulus superior), 
antara margo superior dan margo vertebralis, angulus inferior dibentuk oleh margo medialis 
dan margo lateralis, dan angulus lateralis (=angulus axillaris) dibentuk oleh margo lateralis dan 
margo superior. 
Pada angulus lateralis terdapat cavitas glenoidalis, suatu lekuk tempat 
persendiaan dengan caput humeri. Antara cavitas glenoidalis dengan bagiam lain dari scapula 
terdapat bagian yang agak mengecil, disebut collum scapulae. 
Pada facies dorsalis terdapat penonjolan yang besar dan memanjang arah miring 
dari caudomedial ke craniolateral, disebut spina scapulae. Di bagian medial dari spina scapulae 
terdapat trigonum spinae scapulae. Ujung lateral spina scapulae membentuk acromion, suatu 
tonjolan besar ke arah lateral. Fossa di sebelah cranial spina scapulae disebut fossa 
supraspinata, dan yang berada di sebelah caudalnya disebut fossa infraspinata. 
Disebelah medial dari cavitas glenoidalis terdapat sebuah taju mengarah ke 
ventral, berbentuk seperti paruh gagak, disebut processus coracoideus. Di sebelah medial dari 
processus coracoideus terdapat incisura scapulae, berupa suatu takik.
Facies ventralis scapulae, berhadapan dengan costae, merupakan suatu lekukan 
yang besar, disebut fossa subscapularis. 
Di bagian cranial dan cavitas glenoidalis tedapat tonjolan-tonjolan kecil, disebut 
tuberossitas supra glenoidalis, di bagian caudalnya cavitas terdapat tuberositas infra 
glenoidalis. Pada acromion terdapat facies articularis acromii. 
CLAVICULA 
Berbentuk seperti huruf S, bagian medial melengkung lebih besar dan menuju ke 
anterior. Lengkungan bagian lateral lebih kecil dan menghadap ke posterior. 
Ujung medial disebut extremitas sternalis, membentuk persendian dengan 
sternum, dan ujung lateral disebut extremitas acromialis, membentuk persendian dengan 
acromion. 
Facies superior clavicula agak halus, dan pada facies inferior di bagian medial 
terdapat tuberositas costalis. Disebelah lateral tuberositas tersebut terdapat sulcus subclavius, 
tempat melekat m.subclavius, dan di sebelah lateralnya lagi terdapat tuberositas coracoidea, 
tempat melekat lig.coracoclavicularis. Pada facies medial clavicula terdapt foramen nutriculum, 
yang dilalui oleh pembuluh darah. 
2.PARS LIBERA MEMBRI SUPERIORIS 
HUMERUS 
Morfologi adalah os longum. Ujung proximal membentuk caput humeri, suatu 
tonjolan bentuk bulat yang serasi dengan cavitas glenoidalis, yang mengarah ke dorso-medial. 
Caput terpisah dari corpus humeri oleh collum anatomicum. Disebelah caudal dari collum 
anatomicum terdapat tuberculum majus yang mengarah ke lateral dan tonjolan tuberculum 
minus yang berada di sebelah medial. Diantara kedua tuberculum tadi terdapat sulcus 
intertubercularis. Ke arah distal tuberculum majus melanjutkan diri menjadi crista tuberculi 
majoris, dan tuberculum minus membentuk crista tuberculi minoris. Di sebelah distal dari 
tuberculum amjus et minus terdapat collum chirurgicum. 
Pada copus humeri, di bagian lateral terdapat tuberositas deltoidea, dan di 
bagian dorsal terdapat sulcus spilaris (= sulcus nervi radialis) dengan arah dari craniomedial 
menuju ke caudolateral.
Ujung distal corpus humeri melebar, disebut epicondylus medialis dan 
epicondylus lateralis humeri. Di abgian dorsal dari epicondylus medialis terdapat sulcus nervi 
ulnaris. Di bagian medial ujung distal humeri terdapat trochlea humeri, yang membentuk 
persendian dengan ulna, dan bagian lateral terdapat capitulum humeri, yang membentuk 
persendian dengan radius. Di sebelah proximal dari trochlea humerio terdapat fossa 
coronoidea, yang sesuai dengan processus coromoideus ulnae, dan fossa radialis yang sesuai 
dengan capitulum radii. Di bagian dorsal terdapat fossa olecranii, yang ditempati oleh 
olecranon. 
RADIUS 
Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii), berbentuk 
roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (=fossa articularis) 
yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut 
circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah 
dari corpus radii oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas 
radii. 
Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea (=crista 
interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo posterior. 
Ujung distal radius melebar ke arah lateral membentuk processus styloideus 
radii, di bagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus 
yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk facies articularis 
carpi. 
ULNA 
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang sebaliknya 
terdapat pada radius. Pada umjung proximal ulna terdapat incisura trochlearis (= incisura 
semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk persendian dengan trochlea humeri. 
Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat 
processus coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat 
perlekatan m.brachialis. di bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang 
berhadapan dengan caput radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi 
supinatoris.
Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, 
margo interosseus, margo anterior dan margo posterior. 
Ujung distal ulna disebut caput ulnae (= capitulum ulnae ). Caput ulnae 
berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapt processus styloideus serta 
silcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan 
dengan radius. 
OSSA CARPI (CARPALIA) 
Terdiri dari 8 buah tulang dan terletak dalam 2 baris. 
Baris I (deretan proximal) : os scaphoideum (=os naviculare), os lunatum, os 
triquentrum dan os pisiforme. 
Baris II (deretan distal) : os trapezium (= os multangulum majus), os 
trapezoideum, (= os multangulum minus). Os capitulum dan os hamatum. 
Os scaphoideum membentuk tuberculum ossis scaphoidei. Os trapezium 
membentuk tuberculum ossis trapezii. Os hamatum membenuk hamalus ossis hamati. 
Tonjolan-tonjolan ini bersama-sama dengan os pisiforme membentuk eminentiae carpi yang 
membatasi sulcus carpi. Sulcus carpi ditutupi oleh ligamentum carpi transcersum dan 
membentuk canalis carpi. 
OSSA METACARPI (METACARPALIA) 
Terdiri dari 5 buah os longum. Setiap os metacarpale mempunyai basis 
metacarpalis, corpus metacarpalis dan caput metacarpalis. 
OSSA DIGITORUM (PHALANGES) 
Setiap jari mempunyai 3 ruas, kecuali ibu jari yang mempunyai 2 ruas, yaitu 
phalanx proximalis, phalanx media dan phalanx distalis. Setiap phalanx mempunyai basis 
phalangis, corpus phalangis dan caput phalangis.
EXTREMITAS INFERIOR = OSSA MEMBRI INFERIORIS 
1.CINGULUM MEMBRI INFERIORIS (CINGULUM PELVICULUM) 
OS COXAE (PELVICUM) 
Terdiri dari tiga buah tulang, yaitu os ilium, os ischium dan os punis. Ketiga tulang 
tersebut bertemu pada acetabulum pada usia kira-kira 16 tahun. 
Os coxae sinister dari os coxae dexter bertemu di bagian anterior pada linea 
mediana, membentuksymphysis pubis, di bagian dorsal membentuk persendian dengan os 
sacrum. Os coxae dxter, os coxae sinister, os sacrum dan os coccygeus membentuk cavum 
pelvicum. 
Os coxae mempunyai dua facies, yakno facies medialis atau facies pelvina dan 
facies lateralis atau facies externa. Facies lateralis dibagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut : 
(1) pars glutealis (aspect posterolateral), (2) pars adductoris (aspect anterior) 
dan (3) pars acetabulum. Pada facies lateralis ini terdapat sebuah lekukan yang dalam, 
berbentuk cangkir, disebut acetabulum, berada di cranialis foramen obturatorium. Tepi 
acetabulum tajam, disebut limbus acetabuli, kecuali di bagian caudal membentuk incisura 
acetabuli. Lantai acetabulum membentuk fossa acetabuli, ditempati oleh ligamentum teres 
femoris. Antara lantai acetabulum dan tepi acetabulum terdapat suatu cartilago, berbentuk 
telapak kuda, disebut facies lunata dan mengadakan persendian dengan caput femoris 
membentuk articulatio coxae. 
Facies medialis dibagi apertura pelvis superior menjadi major, berada di bagian 
cranial, dan pelvis minor yang berda di bagian caudal. Apertura pelvis superior dibentuk oleh : 
promontorium, margo anterior ala osis sacri, linea iliopectinea, crista pubica dan tepi cranial 
symphysis ossis pubis. Kedua buah os coxae membentuk dinding anterior dan dinding lateral 
cavum pelvicum. 
Foramen obturatorium, berbentuk oval, memisahkan os pubis yang terletak di 
bagian anterosuperior dari os ischium yang berada di bagian posteroinferior. Foramen ini 
ditutupi oleh membrana obturatoria, kecuali di bagian cranial pada sulcus obturatorius yang 
dilalui oleh nervus obturatorius dan vasa obturatoria. Pada membrana obturatoria ini melekat 
m.obturator internus dan m.obtorator externus. 
OS PUBIS (PUBIS) 
Terdiri dari corpus, ramus superior dan ramus inferior. Corpus ossis pubis 
berbentuk pipih, dilapisi oleh cartilago hyaline, bersatu yang kiri dan kanan, membentuk
symphysis osseum pubis. Crista pubica adalah suatu peningian yang kasar, berada di sepanjang 
tepr antero-posterior corpus ossis pubis dan berakhir sebagai suatu tonjolan kecil yang 
dinamakan tuberculum pubicum, tempat melekatnya ligamentum inguinale. Letak dari crista 
pubica kira-kira 3 cm di lateral linea mediana dan padanya melekat m.rectus femoris, conjoint 
tendon dan vagina musculi recti. 
Facies interna corpus ossis pubis licin, membentuk dinding anterior cavitas pelvis. 
Permukaan anterior corpus ossis pubis kasar dan merupakan tempat perlekatan dari 
m.adductor longus. Facies pelvina corpus ossis pubis mempunyai permukaan yang halus, 
menghadap ke arah cranial, ditempati oleh vesica urinaria. Facies femoralis corpus ossis pubis 
menghadap ke arah caudal, permukaannya kasar. 
Pada posisi Anatomi, tuberculum pubicum dan spina iliaca anterior superior 
terletak pada bidang frontal yang sama. Demiokian pula crista pubica, os coccygeus, 
pertengahan acetabulum, caput femoris dan ujung trochanter major terletak pada bidang 
horizontal yang sama. 
Ramus superior ossis pubis berbentuk segitiga, meluas dari bagian superior 
corpus ossis pubis menuju ke eminentia iliopectinae (= eminentia iliopubica), yang merupakan 
suatu peninggian pada perbatasan antara ramus superior ossis pubis dengan os ilium. Ramus 
superior mempunyai tiga permukaan, yaitu (1) facies pelvina, (2) facies pectinea, dan (3) facies 
obturatoria. Facies pelvina halus, berbentuk segitiga, turut membentuk dinding cavitas pelvis. 
Facies pectinea berbentuk segitiga, tempat melekat m.pectinea, dan dipisahkan dari facies 
pelvina oleh linea pectinea, meluas dari tuberculum pubicum sampai pada eminentia 
iliopectinea. Facies obturatoria menghadap ke arah caudo-dorsal, turut membentuk sulcus 
obturatorius. Ujung lateral ramus superior membentuk 1/5 bagian dari acetabulum. 
Ramus inferior ossis pubis pendek, meluas dari corpus ossis pubis menuju ke 
arah dorso-caudo-lateral, dan bertemu dengan ramus inferior ossis ischii; turut membentuk 
foramen obturatorium. 
OS ILII (ILIUM) 
Tepi superior os ilii melengkung dan disebut crista iliaca, ke arah interior berakhir 
sebagai spina iliaca anterior superior, dan ke arah superior berakhir spina iliaca posterior 
superior. Crista iliaca membentuk labium externum dan labium internum. Di antaranya 
terdapat linea intermedia. Kira-kira 5 cm di sebelah dorsal dari spina iliaca anterior superior 
labiun externum membentuk tuberculum iliacum. Di bagian anterior crista iliaca melekat 
m.obliquus internus abdominis, m.obliquus externus abdominis dan m.transversus abdominis.
Pada bagian posterior crista iliaca terdapat perlekatan dari m.quadratus lumborum dan 
m.erector spinae. Di antara spina iliaca anterior superior dan acetabulum terdapat suatu 
penonjolan yang bulat, disebut spina iliaca anterior inferior, tempat perlekatan dari ligamentum 
iliofemorale dan m.rectus femoris. 
Pada facies lateralis, di sebelah cranial dari acetabulum os ilii membentuk 
facies glutea (=dorsum ilii), di bagian anterior berbentuk konveks dan di bagian posterior 
berbentuk konkaf. Pada permukaan ini terdapat linea glutea posterior, letak vertikal dan berada 
di sebelah anterior spina iliaca posterior superior. Garis ini memisahkan perlekatan m.gluteus 
maximus daripada m.gluteus medius. Di sebelah anterior dari linea glutea posterior terdapat 
linea glutea anterior, yang mulai dari incisura ischiadica major melengkung ke cranial dan 
berakhir pada crista iliaca dekat pada acetabulum/ di antara linea glutea dan linea glutea 
posterior terdapat perlekatan dari m.glutea medius. 
Garis yang ketiga adalah linea glutea inferior, yang melengkung kira-kira 2,5 cm 
di cranialis dari acetabulum. M.gluteus minimus melekat di antara linea glutea anterior dan 
linea glutea inferior. Sebuah tonjolan yang terletak di sebelah cranial dan incisura ischiadic 
major, di sebelah caudal dari spina iliaca posterior superior, disebut spina iliaca posterior 
inferior. 
Facies medialis dibagi oleh linea arcuata menjadi dua bagian. Bagian yang 
berada di sebelah superior linea arcuata membentuk fossa iliaca, tempat melekat m.iliacus, dan 
bagian yang berada di sebelah inferior linea arcuata mempunyaiu permukaan yang licin, disebut 
corpus ossis ilii dan bersatu dengan facies medialis corpus ossis pubis dan ossis ischii. 
Di sebelah cranialis dari incisura ischiadica major terdapat facies auricularis, 
berbentuk huruf “C” dengan kakinya yang membuka ke arah posterior, membentuk articulatio 
sacroiliaca dengan os sacrum. 
Bagian yang terletak di antara facies auricularis dan crista iliaca disebut 
tuberositas iliaca, mempunyai permukaan yang kasar dan merupakan tempat melekat 
ligamentum sacroiliacum. 
OS ISCHII (ISCHIUM) 
Terdiri atas bagian, yakni (1) corpus, (2) tuber ischiadicum dan (3) ramus ossis 
ischii. Corpus ossis ischii berbentuk segitiga, yang turut membentuk tepi foramen obturatorium, 
acetabulum dan incisura ischiadica major, mempunyai tiga permukaan yakni (1) facies medialis 
(= facies pelvina), (2) facies lateralis (= facies acetabularis) dan (3) facies posterior (= facies
glutealis). Facies glutelis terletak di antara tepi acetabulum dan incisura major, ke arah cranialis 
bersatu dengan corpus ossis ilii dan ke arah caudal melanjutkan diri menjadi tuber ischiadicum. 
Ramus ossis ischii terdiri dari ramus superior dan ramus inferior ossis ischii, 
yang mengelilingi foramen obturatorium. Ramus inferior ossis ischii bersatu dengan ramus 
inferior ossis pubis. 
Tuber ischiadicum adalah bagian yang berada di antara ramus superior dan 
ramus inferior ossis ischii. Ada literature yang tidak membagi ramus ossis ischii menjadi ramus 
superior et inferior dan tuber ischiadicum adalah bagian yang terletak di antara corpus ossis 
ischii dan ramus ossis ischii. Tuber ischiadicum berbentuk oval, mempunyai tepi medial dan tepi 
lateral, berfungsi menempung berat badan ketika seseorang duduk dan tempat melekat 
m.hamstring. 
CAVITITS PELVIS 
Dibentuk oleh pelvis minor, di sebelah cranial dibatasi oleh apertura paevis 
superior dan di sebelah caudal dibatasioleh apertura pelvis inferior. Apertura pelvis superior (= 
inlet atau brim) dibentuk oleh promontorium di sebelah posterior, linea arcuata di lateral dan 
crista pubica di bagian anterior. 
Caldwell dan Moloy membuat klasifikasi pelvis wanita atas dasar bentuk apertura 
pelvis superior, menjadi (1) tipe gynecoid, (2) android, (3) anthropoid dan (4) platypelloid. 
Besar kecilnya cavitas pelvis ditemukan oleh ukuran-ukuran apertura pelvis 
superior, seperti ukuran anterior-posterior (= diameter conjugata) dan diameter transversa. 
Apertura pelvis inferior dibentuk oleh ujung oscoccygeus, tuber ischiadicum dan 
arcus pubis di bagian anterior. Arcus pubis dibentuk oleh ramus inferior ossis pubis sinister dan 
dexter. 
Sumbu cavitas pelvis berbentuk arcus yang melengkung, mengikuti dinding 
anterior yang pendek dan dinding posterior yang panjang. 
Dibandingkan dengan pelvis pria, maka pelvis wanita : 
- lebih ringan
- jarak antara spina iliaca anterior superior lebih panjang 
- tempat melekat otot kurang jelas 
- apertura pelvis superior lebih besar dan bulat 
- arcus pubis lebih besar (sudut tumpul) 
- foramen obturatorium berbentuk seperti segitiga, dan lebih kecil 
- acetabulum lebih kecil, dan mengarah ke anterior 
FEMUR (OS FEMORIS) 
Merupakan tulang yang paling panjang dan paling berat dalam tubuh manusia. 
Panjangnya kira-kira 1/4 sampai 1/3 dari panjang tubuh. Pada posisi berdiri, femur meneruskan 
gaya berat badan dan pelvis menuju ke os tibia. 
Terrdiri dari corpus, ujung proximal dan ujung distal. Pada ujung proximal 
terdapat caput ossis femoris, collum ossis femoris, trochanter major dan trochanter minor. 
Pada ujung distal terdapat condylus medialis dan condylus lateralis. Pada posisi Anatomi kedua 
ujung condylus medialis dan condylus lateralis terletak pada bidang horizontal yang sama. 
Caput ossis femoris berbentuk 2/3 bagian dari sebuah bul;atan (bola), letak 
mengarah ke cranio-medio-anterior. Pada ujung caput femoris, di bagian caudo-posterior dan 
titik sentral, terdapat fovea capitis, yang menjadi tempet perlekatan dari ligamentum teres 
femoris. 
Collum femoris terletak di antara caput dan corpus ossis femoris, ukuran panjang 
5 cm, membentuk sudut sebesar 125 derajat. Pada bayi dan anak-anak sudut tersebut lebih 
besar dan pada wanita lebih kecil. 
Trochanter major adalah sebuah tonjolan ke arah lateral yang terdapat padda 
perbatasan collum dan corpus ossis femoris. Pada facies anteriornya melekat m.gluteus 
minimus. Pada permukaan lateral melekat m.gluteus medius. Pada sisi medial dari trochanter 
major terdapat fossa trochanterica, tempat melekat m.obturator externus 
Trochanter major berada 10 cm di sebelah caudal dari crista iliaca, dan dapat 
dipalpasi pada sisi lateral tungkai. Pada posisi berdiri trochanter major berada pada bidang 
horozontal yang sama dengan tuberculum pubicum, caput femoris dan ujung os coccygeus.
Trochanter minor merupakan suatu tonjolan berbentuk bundar (konus), terletak 
mengarah ke medial dan berada di bagian postero-medial perbatasan collum dengan corpus 
ossis femoris. Di antara trochanter minor dan trochanter major, pada permukaan posterior 
terdapat crista intertrochanterica, tempat melekat m.quadratus femoris. 
Corpus ossis femoris melengkung ke ventral, membentuk sudut sebesar 10 
derajat dengan garis vertical yang ditarik melalui caput femoris, garis tersebut merupakan axis 
longitudinalis dari articulatio coxae. Axis longitudinalis dari corpus ossis femoris dengan 
axislongitudianlis dari collum ossis femoris membentuk sudut inklinasi, yang bervariasi menurut 
usia dan sex. Apabila sudut inklinasi mengecil maka kondisi ini dinamakan coxa valga. 
Bentuk corpus ossis femoris di bagian proximal bulat dan makin ke distal menjadi 
agak pipih dalam arah anterior-posterior. Pada facaies dorsalis terdapat linea aspera, yang 
terdiri atas labium laterale dan labium mediale. Ke arah superior labium laterale membentuk 
tuberositas glutea dan labium medial menjadi linea pectinea sampai pada trochanter minor. Ke 
arah inferior labium laterale berakhir pada epicondylus lateralis dari labium mediale mencapai 
epicondylus medialis femoris. Di antara kedua ujung distal labimu laterale dan labium mediale 
terdapat planum popliteum. Pada linea aspera melekat mm.adductores, m.vastus medialis, 
m.vastus lateralis dan caput breve m.biceps femoris. 
Ujung distal corpus ossis femoris membentuk dua buah tonjolan yang 
melengkung, disebut condylus medialis dan condylus lateralis. Daerah di antara kedua condylus 
itu, di bagian posterior dan caudal disebut fossa intercondyloidea. Di bagian ventral, kedua 
condylus tersebut membentuk facies patellaris, yang dibagi oleh sebuah alur menjadi dua 
bagian yang tidak sama besar, pars lateralis lebih besar dan kurang menonjol dibandingkan 
dengan pars medialis. Pars latralis mengadakan persendiaan dengan facies articularis lateralis 
patellae. Facies medialis lebih kecil dan lebih menonjol ke distal, mengadakan persendiaan 
dengan facies articularis patellae. 
Bagian distal condylus lateralis secara relatif lebih besar dan terjal, sedangkan 
condylus medialis lebih kecil dan melengkung. Facies medial dari condylus medialis femoris 
konveks dan kasar, dan bagian yang paling menonjol disebut epicondylus medialis, 
Bagian yang paling menonjol pada facies lateralis condylus lateralis femoriss 
disebut epicondylus lateralis femoris, bentuknya lebih kecil daripada yang medial. 
PATELLA
Adalah sebuah os sesomoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk segitiga, berada 
di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps femoris. Dalam keadaan otot 
relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit ke cranial dan ke caudal. 
Mempunyai facies anterior dari facies articularis; facies articularis lateralis 
bentuknya lebih besar daripada facies articularis medialis. 
Margo superior atau basis patellae berada di bagian proximal dan apex patellae 
berada di bagian distal. Marga medialis dan margo lateralis bertemu membentuk apex patellae. 
TIBIA 
Sebuah os longum, mempunyai corpus, ujung proximal dan ujung distal, berada 
di sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi berdiri, tibia meneruskan gaya berat badan 
menuju ke pedis. 
Ujung proximal lebar, mengadakan persendian dengan os femur membentuk 
articulatio genu, membentuk condylus medialis dan condylus lateralis tibiae, facies proximalis 
membentuk facies articularis superior, bentuk besar, oval, permukaan licin. 
Facies articularis ini dibagi menjadi dua bagian, dari anterior ke posterior, oleh 
fossa intercondyloidea anterior, eminentia intercondyloidea dan fossa intercondyloidea 
posterior. Fossa intercondyloidea anterior mempunyai bentuk yang lebih besar daripada fossa 
intercondyloidea posterior. Tepi eminentia intercondyloidea membentuk tuberculum 
intercondylare mediale dan tuberculum intercondylare laterale. Eminentia epicondylaris 
bervariasi dalam bentuk dan sering juga absen. 
Facies articularis dari condylus medialis berbentuk oval, sedangkan facies 
articularis condylus lateralis hampir bundar. Condylus lateralis lebih menonjol daripada 
condylus medialis. Pada facies inferior dari permukaan dorsalnya terdapat facies articularis, 
berbentuk lingkaran, dinamakan facies facies articularis fibularis, mengadakan persendian 
dengan capitulum fibulae. Di sebelah inferior daro condylus tibiae terdapat tonjolan ke arah 
anterior, disebut tuberositas tibiae. Di bagian distalnya melekat ligamnetum patellae. 
Corpus tibiae mempunyai tiga buah permukaan, yaitu (1) facies medialis, (2) 
facies lateralis dan (3) facies posterior. Mempunyai tiga buah tepi, yaitu (1) margo anterior, (2) 
margo medialis dan (3) margo interosseus. 
Fossa medialis datar, agak konveks, ditutupi langsung kulit dan dapat dipalpasi 
secara keseluruhan. Facies lateralis konkaf, ditempati oleh banyak otot. Bagian distalnya
menjadi konveks, berputar ke arah ventral, melanjutkan diri menjadi bagian ventral ujung distal 
tibia. Facies posterior berada di antara margo medialis dan margo interosseus. Pada sepertiga 
bagian proximal terdapat linea poplitea, suatu garis yang oblique dari facies articularis menuju 
ke margo medialis. 
Margo anterior disebut crista anterior, sangat menonjol, di bagian proximal 
mulai dari tepi lateral tuberositas tibiae, dan di bagian distal menjadi tepi anterior dari 
malleolus medialis. 
Margo medialis, mulai dari bagian dorsal condylus medialis sampai ke bagian 
posterior malleolus medialis. 
Margo interosseus mempunyai bentuk yang lebih tegas daripada margo medialis, 
tempat melekat membrana interossea. Di bagian proximal mulai pada condylus lateralis sampai 
di apex incisura fibularis tibiae membentuk bifurcatio. 
Ujung distal tibia membentuk malleolus medialis. Malleolus medialis 
mempunyaii facies superior, anterior, posterior, medial, lateral dan inferior. Pada facies 
posterior terdapat sulcus malleolaris, dilalui oleh tendo m.tibialis posterior dan m.flexor 
digitorum longus. Pada permukaan lateral terdapat incisura fibularis yang membentuk 
persendian dengan ujung distal fibula. 
Facies articularis inferior pada ujung distal tibia membentuk persendian dengan 
facies anterior corpus tali. 
FIBULA 
Terletak di bagian lateral crus, sejajar dengan tibia, hampir sepanjang denga 
tibia. Di bagian proximal membentuk persendian dengan tibia dan di bagian distal dengan os 
talus. Bagian intermedia difiksasi oleh membrana interossea pada tibia, membentuk suatu 
syndesmosis. Fibula tidak menampung gaya berat badan, dan karena bagian medial ditutupi 
oleh otot-otot, maka hanya ujung-ujungnya saja yang dapat dipalpasi. Fibula terdiri dari corpus, 
ujung proximalis dan ujung distal. 
Ujung proximalis disebut capitulum fibulae, membentuk persendian dengan 
ujung proximal bagian posterior tibia, disebut articulatio tibiofibularis proximalis, dapat 
dipalpasi di caudalis condylus lateralis tibiae, di bagian posteriornya. 
Capitulum fibulae terletak setinggi dengan tuberositas tibiae. Pada bagian medial 
di ujung capitulum fibulae terdapat facies articularis, yang membentuk persendian dengan
condylus laterlis tibiae. Permukaan persendiaa ini menghadap ke arah ventro-cranio-medial. 
Facies lateralis capitulum fibulaea kasar, tempat melekat m.biceps femoris dan ligamentum 
collaterale. Dari facies latero-posterior terdapat tonjolan yang menjulang ke cranial, disebut 
apex capitis fibulae (=processus styloideus). 
Corpus fibulae pada 3/4 bagian proximal mempunyai tiga margo atau crista, yaitu 
(1) margo anterior, (2) margo interosseus, (3) margo posterior. Corpus fibulae mempunyai tiga 
facies, sebagai berikut : (1) facies lateralis, (2) facies medialis dan (3) facies posterior. 
Margo aanterior lebih menonjol daripada margo lainnya, dan dimulai dari apex 
capitis fibulae, tempat melekat septum intermusculare. Margo posterior meluas mulai dari apex 
capitis fibulae menuju ke caudo-medial mencapai permukaan posterior malleolus lateralis. 
Facies lateralis berada di antara margo anterior dan margo superior, tempat 
melekat m.peroneus longus dan m.peroneus brevis. Facies medialis berada di antara margo 
anterior dan margo interosseus tempat perlekatan m.extensor digitorum longus, m.extensor 
hallucis longus dan m.peroneus tertius. Facies posterior berada di antara margo posterior dan 
margo interosseus, tempat melekat m.soleus, m.flexor hallucis longus dan m.tibialis posterior. 
Malleolus lateralis mempunyai permukaan medialis yang berbentuk segitiga, 
halus dan mengadakan persendian dengan os tatus. Malleolus lateralis lebih menonjol daripada 
malleolus medialis, terletak lebih ke posterior, dan kira-kira 1 cm lebih ke distal. Pada facies 
medialis terdapat facies articularis malleoli, yang mengadakan persendian dengan os talus, dan 
bagian superiornya membentuk articulus dengan tibia. Pada permukaan medialis, disebelah 
posterior facies articularis terdapat fossa malleoli lateralis. Pada facies posterior terdapat sulcus 
malleolaris (= sulcus tendinis mm. Peronaeorum) 
OSSA TARSI (TARSALIA) 
Terdiri dari tujuh buah tulang, yakni talus, calcaneus, os naviculare, os 
cuneiforme mediale, os cuneiforme intermedium, os cuneiforma lateralis dan os coboideum. 
TALUS 
Bagian posteriornya bedar, disebut corpus tali, bagian anterior kecil yang disebut 
caput tali dan di antaranya terdapat collum tali. Caput tali mengarah ke medialis. 
Facies superior corpus talli membentuk facies articularis, berbentuk konveks ke 
arah anterior-posterior, dan konkaf pada sisi-sisinya. Facies articularis tersebut kecil di bagian
posterior dan besar di abgian anterior, membentuk persendian dengan ujung distalis tibia. 
Facies superior berlanjut ke sisi medial dan mengadakan persendian dengan malleolus medialis, 
ke arah lateral membentuk articulus dengan malleouls lateralis. Fadies articularis tersebut 
disebut trochlea tali. Pada facies posterior corpus terdapt tonjolan yang disebut processus 
posterior tali, yang dipisahkan oleh sulcus m.flexoris hallucis longi menjadi dua bagian, yaitu 
tuberculum mediale dan tuberculum lateralis tali. 
Caput tali ke arah anterior membentuk facies articularis navicularis, yang 
bmembentuk articulus dengan os naviculare. Berdekatan dengan facies articularis tersebut 
pada facies inferior caput tali terdapat facies articularis calcanea antrior dan facies articularis 
calcanea media, yang mengadakan persendian dengan calcaneus. Pada facies inferior, di antara 
facies articularis calcanea posterior dan facies articularis anterior et media terdapat sulcus tali. 
CALCANEUS 
Adalah tulang yang terbesar dari semua assa tarsi. Bagian posterior-inferior 
disebut tuber calcanei, yang membentuk tumit. Permukaan posterior kasar, tempat melekat 
tendo calcaneus. Facies inferior membentuk processus medialis dan apraocessus lateralis yang 
bertumpu pada lantai. Facies anterior mengadakan persendian dengan os cuboideum melalui 
facies articularis cuboidei. 
Pada facies medialis terdapat sebuah tonjolan yang disebut sustentaculum tali. 
Pada facies superior sustentaculum tali terdapat facies articularis talaris media, yang 
mengadakan persendian dengan facies articularis calcanea media tali yang terdapat pada facies 
inferior caput tali. Pada faacies inferior sustentaculum tali terdapat sulcus m.flexor hallucis 
longi. 
Pada facies superior calcaneus, di bagian pertengahan, terdapat facies articularis 
talaris posterior, yang besar, oval, konveks, mempunyai axis panjang yang mengarah ke antero 
lateral, membentuk persendian dengan facies articularis calcanea posterior, di antara facies 
articularis posterior dengan facies articularis mesia terdapat sulcus calcanei. Sulcus tali dan 
sulcus calcanei bersama-sama membentuk sinus tarsi. Di sebelah anterior dari facies articularis 
media terdapat facies articularis talaris anterior, yang mengadakan persendian dengan facies 
articularis calcanea anterior tali. Pada facies lateralis, di bagian anterior calcaneus, terdapat 
processus trochlearis, yang memisahkan tendo m.peroneus longus daripada tendo m.peroneus 
brevis.
OS NAVICULARE 
Terletak di sebelah anterior caput tali. Permukaan posteriornya membentuk 
facies articularis yang konkaf, mengadakan articulus dengan caput tali ; permukaan anteriornya 
membentuk facies articularis yang konveks dan mengadakan persendian dengan os cuneiforme 
I – II – III. Facies lateralis agak sempit dan membentuk facies articularis uyntuk bertemu dengan 
os cuboideum. Pada sisi medial terdapat tuberositas ossis navicularis, yang dapat dipalpasi 3 cm 
di sebelah caudo-anterior dari malleolus medialis. 
OS CUBOIDEUM 
Terletak pada sisi lateral pedis, mengadakan persendian di bagian dorsal dengan 
calcaneus, di bagian medial dengan os cuneiforme lateralis, dan di bagian anterior dengan os 
metatarsale IV dan V. 
Pada facies inferior terdapat tuberositas ossis cuboidei, dan di sebelah anterior 
terdapat sulcus tendinis m.peronaeai longi. Pada permukaan inferior tersebut melekat m.flexor 
hallucis brevis. 
OSSA CUNEIFORMIA 
Terdiri dari : (1) os cuneiforme mediale , (2) os cuneifoemr intermedium dan (3) 
os cuneiforme laterale . Ossa cuneiforme di bagian posterior membentuk articulus dengan os 
naviculare dan os cuboidem, dan di bagian anterior membentuk articulus dengan os 
metatarsale I,II dan III. 
Os cuneiforme I (mediale) lebih besar daripada kedua ossa cuneiforme lainnya, 
dan os cuneiforme II (intermedia) adalah yang terkecil. Os cuneiforme III (laterale) membentuk 
persendian dengan os cuboideum. Pada os cuneiforme mediale melekat tendo m.peronaeus 
dengan os cuboideum. Pada os cuneiforme mediale melekat tendo m.peronaeus longus dan 
m.tibialis anterior. Tendo m.tibialis possterior melekat pada ketiga ossa cuneiformia, os 
cuboideum dan ossa metatarsalia II, III, IV dan V. 
OSSA METATARSI (METATARSALIA) 
Ada lima buah ossa metetarsi, masing-masing mempunyai caput metatarsale, 
caput metatarsale dan basis metatarsalis. Basis ossa metatarsalis I, II dan III mengadakan
persendian dengan ossa cuneiformia. Basis ossis metatarsi IV dan V membentuk persendian 
dengan os cuboideum. Caput ossis metatarsalis I, II, III dan IV mengadakan araticulus dengan 
basisi ossis phalangis proximalis. 
Os metatarsale I mempunyai bentuk yang lebih besar dan lebih kokoh daripada 
ossa metatarsi lainnya. Di bagian inferior caput ossis metatarsalis I terdapat sua buah ossa 
sesamoidea, yang berada di dalam tendo m.flexor hallucis brevis. Basis ossis metatarsalis V 
membentuk tuberositas ossis metatarsalis V, yang menonjol ke arah lateral. 
OSSA DIGITORUM (PHALANGES) 
Setiap os phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis dan caput 
phalangis. Jari pertama hanya mempunyai dua buah ossa phalanges, sedangkan jari-jari lainnya 
mempunyai tiga buah ossa phalnges. Os phalanx jari I lebih besar dari semua ossa phalanges 
yang ada. Basis ossis phalanges mengadakan persendian dengan caput ossis metatarsalis. 
B. SKELETON AXIALE 
1. Columna vertebralis 
2. costa 
3. sternum 
4. cranium 
1. COLUMNA VERTEBRALIS 
Terdiri atas : 
1.1. Vertebra cevicales 7 ruas 
Vertebra thoracales 12 ruas 
Vertebra lumbales 5 ruas 
Vertebra sacrales 5 ruas, membentuk os sacrum 
Vertebra coccygeales 4 ruas, membentuk os coccygeus
MORFOLOGI VERTEBRA 
Pada umumnya terdiri atas corpus, arcus, processus spinosus dan processus 
transversus. Di tengah setiap vertebra terdapat lubang yang disebut foramen vertebrale, yang 
berada di antara corpus dan arcus vertebrae. 
Di bagian cranial dan caudal dari arcus vertebrae terdapat incisura vertebralis 
superior dan incisura vertebralis inferior. Incisura superior dengan incisura inferior dari vertebra 
di sebelah cranialnya membentuk lubang yang dinamakan foramen intervertebrale, dilalui oleh 
nervus spinalis. 
Foramen vertebralia dari ruas-ruas tulang belakang bersama-sama membentuk 
suatu saluran, disebut canalis vertebralis yang berisikan medulla spinalis. 
Arcus vertebrae di bagian kiri dan kanan mempunyai taju yang menuju ke 
superior dan inferior untuk berhubungan dengan vertebra di cranialisnya dan vertebra yang 
berada di caudalisnya. Taju tersebut disebut processus articularaais superior dan processus 
articularis inferior. Setiap processus articularis mempunyai facies articularis untuk membentuk 
persendian dengan processus articularis dari vertebra di cranial dan di caudalisnya. 
Diantara satu corpus vertebrae dengan corpus vertebrae lainnya terdapat discus 
intervertebralis. 
1.1. VERTEBRA CERVICALIS 
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 
1. corpus vertebrae kecil, pendek dan berbentuk segiempat, 
2. foramen vertebrale berbentuk segitiga dan besar, 
3. processus transversus terletak di sebelah vebtral processus articularis 
4. pada processus transversus terdapat foramen costotransversarium, dilalui 
oleh arteri dan vena vertebralis, 
5. processus transversus mempunyai dua tonjolan, yaitu tuberculum anterius 
dan tuberculum posterius yang dipisahkan oleh sulcus spinalis, dilalui oleh nervus spinalis 
6. processus spinosus pendek dan bercabang dua.
Vertebra cervicalis I mengalami modifikasi, disebut ATLAS, dengan ciri-ciri 
sebagai berikut : 
a) tidak mempunyai corpus vertebrae, 
b) hanya mempunyai arcus anterior dan arcus posterior atlantis, 
c) arcus anterior di bagian tengah membentuk tonjolan ke ventral disebut 
tuberculum anterius, dan arcus posterior membentuk tonjolan ke posterior di bagian tengah, 
disebut tuberculum posterius atlantis, 
d) facies articularis suoerior, yang membentuk persendian dengan condyly 
occipitalis, merupakan suatu lekukan dan disebut fovea articularis superior. 
e) pada facies internus arcus anterior di bagian medial terdapat fovea dentis, 
yang membentuk articulus dengan dens epistrophei, 
f) arcus anterior dihubungkan dengan arcus posterior oleh massa lateralis yang 
agak menonjol ke dalam foramen vertebrale. 
g) di bagian dorsal massa lateralis terdapat sulcus arteriae vertebralis, yang 
ditempati oleh arteria vertebralis. 
Vertebra cervicalis II mengalami modifikasi, disebut EPISTROPHEUS = AXIS 
Corpus vertebrae membentuk taju yang menonjol ke cranial, disebut Dens 
epistrophei, yang merupakan modifikasi dari corpus vertebrae cervicalis I (Atlas). Di bagian 
anterior dan dens epistrophei terdapat facies articularis anterior dentis, dan pada facies 
posterior terdapat facies articularis posterior dentis, tempat persendian dengan atlas. 
Di sebelah kanan dan kiri dari dens epistrophei terdapat facies articularis 
superior, dan didorsalisnya terdapat sulcus spinalis II. 
Vertevra cervicalis VI mempunyai tuberculum anterius processus transversi yang 
agak besar, disebut tuberculum caroticum (Chassaignac). 
Vertebra cervicalis VII mempunyai processus spinosus yang jauh lebih panjang 
dari vertebra cervicalis lainnya sehingga dapat dilihat dan dipalpasi dari luar. Sehubungan
dengan itu vertebra ini disebut vertebra prominens. Tuberculum posterius lebih panjang 
daripada yang lainnya. Foramen costotransversarium hanya dilalui oleh vena vertebralis. 
Acapkali pada tepi caudal corpus vertebrae terdapat fovea costalis untuk costa I. 
Bagian dari processus transversus yang terletak di sebelah anterior foramen 
costotransversarium dapat dipersamakan dengan costa. Kadang-kadang bagian ini memanjang, 
disebut processus costarius, bahkan dapat terjadi bagian itu diganti oleh costa, yang betul-betul 
dapat bergerak terhadap vertebra, costa semacam ini dinamakan costa cervicalis. 
VERTEBRA THORACALIS 
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 
1. corpus verterbra berukuran sedang, berbentuk jantung kartu, bagian 
anterior lebih rendah daripada bagian posterior, 
2. foramen vertebrale bulat, 
3. processus spinosus panjang dan runcing, 
4. pada processus transversus dan pada corpus vertebrae terdapat fovea 
costalis, tempat perhubungan dengan costa. 
Pada corpus vertebraea terdapat sua buah fovea costalis, yaitu sebuah di bagian 
superior dan sebuah di bagian inferior, oleh karena setiap costa melekat antara dua buah 
corpus nertebrae. Vertebrae Th.X –XII hanya mempunyai sepasang fovea costalis. 
VERTEBRA LUMBALIS 
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 
1. corpus besar, berbentuk sebagai ginjal melintang, bagian dorsal lebih rendah 
daripada bagian anterior,
2. processus spinosus besar dan pendek, 
3. pada tepi dorsal processus articularis terdapat tonjolan yang tumpul, disebut 
processus mamillaris, 
4. processus transversus arahnya melintang, 
5. pada pangkal processus mamillaris di sebelah caudolateral terdapat 
processus accessories. 
VERTEBRA SACRALIS 
Terdirir atas 5 ruas tulang yang saling melekat menjadi satu mmbentuk os 
Sacrum. Os sacrum berbentuk segitiga, dasarnya berada di sebelah cranial, disebut basis ossis 
sacri, dan puncaknya berada di bagian caudal, disebut apex ossis sacri. Dataran ventral 
melengkung membentuk facies pelvina, dataran dorsal disebut facies dorsalis. Facies pelvina 
agak halus. Sisa-sisa batas antara ruas-ruas nampak sebagai garis-garis melintang, disebut linea 
transversus. Di sebelah lateral dari linea transversa terdapat foramina intervertebralia yang 
membentuk foramina sacralia anteriora. Bagian dari os sacrum yang terletak di lateral dari 
foramina sacralia disebut lars lateralis. 
Facies dorsalis terbentuk dari perlekatan antara arcus-arcus vertebrae sacrales 
dengan taju-tajunya. Di garis median terlihat crista saacralis media yang terjadi dari perlekatan 
antara processus spinosis. Seperti pada facies pelvina, di sini terdapat juga lubang-lubang yang 
disebut foramina sacralia posteriora yang menuju ke canalis sacralis ( yaitu saluran yang 
tersusun oleh foramina vertebralis sacrales). Di sebelah medial dari foramina itu terdapat crista 
sacralis articularis yang sesuai dengan processus articularis, di sebelah lateral dari lubang-lubang 
itu terdapat crista sacralis lateralis yang sesuai dengan processus transversus. 
Processus articularis superior vertebra sacralis I masih berhubungan dengan 
vertebra lumbalis V. 
Canalis sacralis di bagian arcus posterior vertebrae sacralis V di tengah-tengah 
tidan menutup. Lubang itu disebut hiatus sacralis. Bagian yang melekat menonjol membentuk 
comu sacralis. 
Pars lateralis, dibagian superior besar dan makin ke caudal makin mengecil. 
Pada dataran lateralis terdapat permukaan persendian yang berbentuk sebagai telinga, disebut 
facies auricularis, yang mengadakan persendian dengan os coxae. Di sebelah dorsal facies
auricularis pars lateralis datarannya tidak rata akan tetapi berbenjol-benjol untuk perlekatan 
ligamenta, tonjolan-tonjolan tersebut disebut tuberositas sacralis. 
OS COCCYGEUS 
Terdiri atas 4 ruas ( 3 – 6 ) yang melekat menjadi satu tulang. Vertebra 
coccygeus I masih mempunyai sisa-sisa processus transversus, membentuk comu coccygeus. 
COLUMNA VERTEBRALIS 
Ruas-ruas tulang vbelakang tersusun menjadi columna vertebralis. Bentuk 
columna vertebralis tidak lurus. Di beberapa tempat membentuk lengkungan, yaitu : 
1. Lordosis cervicalis, melengkung ke anterior di daerah cervical. 
2. Kyphosis thoracalis, melengkung ke dorsal di aerah thoracal. 
3. Lordosis lumbalis, melengkung ke anterior di daerah lumbal. 
4. Kyphosis sacralis, melengkung ke dorsal di daerah sacral. 
Bayi yang baru lahir hanya mempunyai kyphose thoracalis, setelah usia 3 – 4 
bulan saat bayimulai mengangkat kepala mala terbentuk lordosis cervicalis. Umur 8 – 9 bulan 
saat bayi mulai belajar duduk dan brdiri maka terbentuk lordosis lumbalis. Kyphose thoracalis 
yang dibawa lahir sdisebut curvatura primer lordosis lumbalis yang terbentuk kemudian disebut 
curvatura secunder. 
Lengkungan-lengkungan tersebut terbentuk oleh gaya berat badan yang harus 
dipikul oleh columna vertebralis. 
Bilamana columna vertebralis dilihat dari arah ventral, sebenarnya tidak lurus 
betul, kadang-kadang berbelok sedikit ke kanan atau ke kiri, keadaan ini disebut scoliose 
(apabila sangat jelas berarti suatu keadaan patologis). 
Foramina vertebralia merupakan saluran dari regio cervicalis sampai di regio 
sacralis, disebut camalis vertebralis, yang ke arah cranial berhubungan dengan cavum cranii dan 
ke arah caudal berakhir pada hiatus sacralis. Canalis ini ditempati oleh medulla spinalis. Nervus 
spinalis berjalan melalui foramina intervertebralis.
Antara vertebra lumbalis I dan basis ossis sacri terdapat promontorium, yaitu 
diascus intervertebralis yang menonjol ke anterior. 
Pada vertebra cervicalis I dan II foramen intervertebralenya terletak di sebelah 
dorsal processus articularis, sedangkan pada vertebra lainnya terletak di bagian anterior 
processus articularis. 
2. COSTA 
Ada 12 pasang costa, yang berdasarkan perlekatannya pada sternum, dapat 
dibagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut : 
1. Costa vera, melekat langsung pada sternum, yaitu costa I – VII. 
2. Costa spuria, melekat pada costa di cranialisnya, yaitu costa VIII – X. 
3. Costa fluctuantes, melayang-layang, tidak melekat di bagian anterior, yaitu 
costa XI – XII. 
MORFOLOGGI COSTA 
Setiap costa terdiri dari capitulum, collum dan corpus. 
Capitulum costae mempunyai facies articularis untuk berhubungan dengan 
corpus vertebrae. Pada permukaan persendian di bagian tengah terdapat crista capituli costae. 
Antara collum dan corpus costae terdapat suatu tonjolan yang disebut tuberculum costae, pada 
tuberculum tersebut terdapat facies articularis tuberculi costae yang membntuk persendian 
dengan processus transversus thoracalis. 
Di sebelah lateral tuberculum costae, costa membelok ke medial dan 
membentuk sudut, yang disebut angulus costae. 
Pada margo inferior costae di bagian medial terdapat sulcus costae, oleh arteri 
dan nervus. 
Costa terdiri dari substantia compacta yang tipis dan substantia spongiosa 
yang tebal. Costa berhubungan dengan sternum dengan perantaraan cartilago, disebut pars 
cartilaginios, dan bagian costa lainnya dinamakan pars osseum.
Costa I 
Mempunyai facies yang menghadap ke superior. Di bagian tengah terdapat 
sulcus subclavius, dilalui oleh arteria subclavia, dan di sebelah medialnya lagi terdapat 
tuberculum scaleni (Lisfranci), tempat perlekatan m.scaleneus anterior. 
Costa II 
Mempunyai tuberositas II, tenpat melekat scaleneus posterior. 
Costa XI – XII 
Mempumnyai bentuk yang amat sederhana. Collum, angulus, tuberculum dan 
sulcus costae tidak begitu jelas. 
3. STERNUM 
Mempunyai bentuk seperti keris, terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni, 
dan pada ujung corpus sterni terdapat processus xiphoideus sterni (= processus ensiformis 
sterni) yang berbentuk tajam dan runcing. Ketiga bagian tersebut dihubungan satu sama lain 
oleh cartilago. 
Tepi cranial manibrium sterni, di bagian tengah membentuk incisura jugularis. Di 
sebelah lateral dan incisura sterni terdapat incisura clavicularis, tempat persendian dengan 
clavicula. Di sebelah caudal dari incisura clavicularis terdapat incisura costalis I, tempat 
persendiaan dengan costa I. 
Antara manubrium dan corpus sterni terbentuk angulus sterni (dapat dipalpasi). 
Pada tepi lateral corpus sterni terdapat incisura costalis, tempat articulus dengan 
costa II – VII. Costa II melekat pada perbatasan copus dan manubrium sterni, dipakai sebagai 
patokan untuk menghitung costa. 
Processus xiphoideus amat tipis dan bentuknya tidak tetap.
Vertebrae thoracales, costaae dan sternum dinamakan ossa thoracica, 
membentuk dinding cavitas thoracis. Lobang di bagian cranial disebur apertura thoracis 
superior, dibatasi oleh corpus vertebrae thoracalis I, costa I dan incisura jugularis sterni. Lobang 
dari cavitas thoracis di bagian caudal, disebut apertura thoracis inferior, dibentuk oleh 
Processus xiphoideus, tepi medialis pars cartilaginis costae VII – X, ujung costa XI dan XII, dan 
corpus vertebrae thoracalis XII. 
Tepi caudal pars cartilaginis costa VII – X membentuk arcus costalis. Arcus 
costalis sinister dan arcus coastalis dexter membentuk angulus infrasternalis. 
4. CRANIUM 
Pendahuluan 
Cranium (Gr) terdiri atas serangkaian tulang-tulang yang saling berhubungan, 
sebagian besar membentuk Synarthrosis dan hanya sebuah tulang, yakni mandibula yang 
membentuk persendian dengan os temporale, berbentuk Diarthrosis (= articulatio 
temporomandibularis). 
Tulang-tulang yang membentuk cranium ada yang berpasangan dan ada yang 
tidak. Menurut klasifikasinya adalah os planum. Os pneumaticum dan os irregular. 
Os planum terdiri atas lapisan tabula externa, tabula interna dan diantaranya 
terdapat diploe (lapisan spongiosa). Tabula externa bersifat elastis, tabula interna lebih tipis 
dan mudah retak. Suatu benturan pada cranium dapat menyebabkan tabula interna retak tanpa 
adanya retakan pada tabula externa. 
Lapisan superficialis membentuk pericranium, lapisan profunda yang 
menghadap meninx disebut endocranium. 
Ada ahli yang berpendapat bahwa Mandibula tidak termasuk dalam cranium, 
jadi suatu tulang tersendiri, tetapi sebagian besar ahli memasukkannya dalam cranium. 
Cranium dibagi menjadi 2 bagian, sebagai berikut : 
1. NEUROCRANIUM
2. VISCEROCRANIUM (= SPLANCHNOCRANIUM) 
Neurocranium membentuk cavitas cranii, yang ditempati oleh encephalon, dan 
dibagi menjadi bagian yang membentuk basis cranii dan calvaria cranii. 
Tulang-tulang yang membentuk neurocranium adalah os frontale, os ethmoidale, 
os sphenoidale, os nasale, os lacrimale, os temporale dan os parietale. Dua tulang yang tersebut 
terakhir ini berpasangan. 
Masih ada tulang-tulang lainnya yang berada di bagian profunda, yaitu sebuah os 
vomer, sepasang os palatinum, sepasang os concha nasalis inferior. 
Pada viscerocranium terdapat rongga-rongga yang ditempati oleh organum 
visuale, organum vestibulocochleare, organum olfactus, organus gustatus. Juga terdapat 
lubang-lubang yang berfungsi sebagai pintu masuk (dan keluar) untuk makanan dan udara 
respirasi. Selain itu terdapat dentes pada maxilla dan mandibula, yang berperan dalam 
mastikasi. 
Yang dimaksud dengan Bidang Franfurt adalah suatu bidang yang ditarik 
melalui margo inferior orbita dan margo superior porus acusticus externus. 
NORMA VERTIKALIS 
Dari arah vertikalis (superior) cranium berbentuk oval dengan bagian posterior 
yang lebih besar. Dibentuk oleh empat buah tulang, yaitu os frontale di bagian anterior, 
sepasang os parietale yang berada di bagian postero-lateral di sebelah kiri dan kanan linea 
mediana, dan sebuah os occipitale yang terletak di bagian posterior. Di antara keempat buah 
tulang tersebut terdapat sutura ( merupakan salah satu bentuk synarthorosis), yakni sutura 
coronaria ( L, mahkota ) yang menghubungkan os frontale dengan os poarietale, sugura sagitalis 
( L, anak panah = arrow ) yang menghubungkan os parietale sinister denganos apreitale dexter, 
dan sutura lambdoidea (Gr, huruf L) yang menghubungkan os parietale dengan os occipitale. 
Pertemuan antara sutura coronaria dengan sutura sagitalis membentuk 
bregma, yang pada masa bayi masih terbuka dan dinamakan fontanei anterior, menutup pada 
usia dua tahun. Pertemuan antara sutura sagitalis dengan kedua sutura lambdoidea disebur 
lambda, yang pada masa kehidupan foetal masik terbuka membentuk fontanel posterior, dan 
segera menutup sebelum bayi lahir.
Bagian tertinggi dari cranium disebut vertex yang terletak pada sutura sagitalis, 
beberapa sentimeter di sebelah posterior dari bregma. 
Di sebelah anterior dari lambda di lateral dari sutura sagitalis, terdapat 
foramen parietale,yaitu lubang kecil dilalui oleh vena emisaria. 
NORMA POSTERIOR 
Bagian ini dibentuk oleh sebagian dari os parietale, os occipitale danpars 
mastoidea ossis temporalis. Pada norma posterior terdapat lambda, yang dapat diraba sebagai 
sebuah cekungan. Ujung inferior dari sutura lambdoidea bertemu dengan sutura 
parietomastoidea dan sutura occipitomastoidea, membentuk Asterion. Dekat pada sutura 
occipitamastoidea seringkali terdapat foramen mastoideum, suatu lubang yang dilalui oleh vea 
emisaria. 
Protuberantia occipitalis externa adalah sebuah penonjolan yang terdapat di 
bagian tengah pada pertengahan jarak antara lambda dan foramen occipitale magnum. 
Penonjolan ini terletak sedikit di bagian caudal dari bagian yang paling mencuat 
dari os occipitale sehingga tidak dapat dilihat dari norma vertikalis. Bagian tengah (pusat) dari 
protuberantia occipitalis externe disebut Inion. 
Kearah lateral dari protuberantia occipitalis externa terdapat dua buah 
peninggalan ke arah kanan dan kiri yang dinamakan linea nuchae superior. Linea ini dipakai 
sebagai patokan untuk menetukan batas cranial dari collum. Kira-kira 1 sentimeter di cranalis 
dari linea nuchae superior terdapat linea nuchae suprema (tidak selamanya ada). 
NORMA ANTERIOR (NORMA FACIALIS) 
Bagian anterior dari cranium membentuk dahi (= forehead), orbita, tonjolan 
pipi, hidung, rahang atas dan rahang bawah. 
DAHI (= FOREHEAD) 
Dibentuk oleh os frontale. Ke arah caudal, disebelah kiri dan kanan linea 
mediana, os frontale membentuk persendian dengan os nasale. Pertemuan antara os frontale
dengan kedua os nasale pada linea mediana disebut Nasion. Daerah yang berada di cranalis dari 
nasion, di antara kedua arcus superficillaris disebut Glabella. 
Sampai usia anak kira-kira enam tahun, di antaa os frontale sinistra dan os 
frontale dextra terdapat sutura metopica, yang dapt saj menetap sampai usia dewasa. 
ORBITA 
Yang di,aksud dengan orbita adalah suatu rongga (cavum orbitae) yang 
ditempati oleh bulbus oculi. Orbita mempunyai margo superior, lateral, inferior dan medial. 
Margo superior orbitae (= margo supraorbitalis) dibentuk oleh os frontalis. 
Pada bagian medial terdapat incisura supra orbitalis, kadang-kadang membentuk foramen 
supraorbitalis, dilalui oeh nervus supraorbitalis dan vasa supraorbitalis. Ke arah lateral margo 
supraorbialis berakhir pada processus zygomaticus ossis frontalis. 
Dari margo superior ke arah posterior os frontale membentuk pars orbitalis 
yang membentuk sebagian besar atap dari orbita. 
Margo lateralis orbitae dibentuk oleh os zygomaticum (= pars orbitalis ossis 
zygomatici) dan os frontale (=pars zygomaticus ossis frontalis) 
Margo inferior orbitae dibentuk oleh os zygomaticum dan os maxilla. 
Margo medialis orbitae dibentuk oleh os maxilla, os lacrimale dan os frontale, 
ddan berbentuk tumpul ( tidak tajam seperti margo lainnya). Di sebelah caudalis dari margo ini, 
pada os maxilla terdapat foramen infraorbitale, dilalui oleh nervus infra orbitalis dan vasa 
infraorbitalis. 
TONJOLAM PIPI (= PROMINENCE OF CHEEK) 
Dibentuk oleh os zygomaticum. Os zygomaticum bertumpu pada maxilla, 
membentuk facies lateralis wajah, dinding lateral orbita dan facies temporalis yang turut 
membentuk fossa tempopralis. 
Processus frontalis ossis zygomatici membentuk persendian dengan processus 
zygomaticus ossis frontalis. Tonjolan lainnya, yang dinamakam processus temporalis ossis 
zygomatici membentuk persendian dengan processus zygomaticus ossis temporalis.
Pada sisi lateral dari os zygomaticum terdapat foramen zygomaticofaciale, 
dilalui oleh nervus zygomaticofacialis. 
HIDUNG (= BONY EXTERNAL NOSE) 
Di bentuk oleh os nasale dan maxilla, membatasi apertura piriformis. Bagian 
hidung yang dapat digerakkan ( ala nasi dan apex nasi ) di bentuk oleh carti;ago yang difiksasi 
oleh jaringan ikat kepada apertura pisiformis. 
Os nasale membentuk persendian dengan os frontale di bagian cranial dan di 
bagian caudal dofiksasi pada cartilago nasalis. 
RAHANG ATAS (= UPPER JAW) 
Dibentuk oleh dua buah tulang maxilla. Pertumbuhan maxilla menentukan 
panjang wajah (ukuran vertical), yang berlangsung antara usia anak 6 – 12 tahun. 
Setiap os maxilla terdiri atas : 
1. Corpus, yang mengandung sinus maxillaries. 
2. Processus zygomaticus, ke arah lateral membentuk persendian denganos 
zygomaticum. 
3. Processus frontalis, tonjolan ke cranialis, membentuk persendian dengan os 
frontale. 
4. Processus palatinus, terletak horizontal dan bertemu dengan pihak sebelah 
membentuk sbagian besar palatum durum. 
5. Processus alveolaris, yang ditempati oleh dentes. 
CORPUS MAXILLAE 
Berbentuk pyramid, terdiri atas : 
1. facies natalis (=basis), membentuk dinding lateral cavitas nasi ; 
2. facies onfratemporalis, membentuk dinding anterior fossa infratemporale ;
3. fcies anterior, ditutupi oleh otot-otot mimik. 
RAHANG BAWAH (= LOWER JAW) 
Dibentuk olehmandibula, bersama-sama dengan dentes yang berada pada pars 
alveolaris mandibulae. 
NORMA LATERALIS 
Dibentuk oleh sebagian dari os temporale. Di bagian ini terdapat fossa 
temporalis dan fossa infratemporalis. Bagian-bagian dari os temporale yang membentuk norma 
lateralis adalah : 
1. PARS SQUAMOSA, mengadakan persendian dengan margo inferior os 
parietale, membentuk sutura squamosa. Ke arah anterior mengadakan persendian dengan ala 
magna ossis sphenoidalis. Pars squamosa membentuk processus zygomaticus (= zygoma), 
menonjol ke anterior mengadakan persendian dengan os zygomaticum, membentuk arcus 
zygomaticus, yang dapat dipalpasi in vivo. Margo supeior dari arcus zygomaticus berada 
setinngi margo inferior hemispheriumcerebri; di tempat ini melekat fascia temporalis. Pada 
margo inferior dan facies medialis arcus zygomaticus terdapat origo dari m.masseter. margo 
inferior dan facies medialis arcus zygomaticus di bagian sebelah dorsal dari tuberculum 
articulare terletak caput mediale, yang mengadakan persendian dengan fossa mandibularis 
membentuk articulatio temporamandibularis. Di sebelah dorsal caput mandibulae terletak 
meatus acusticus externus, panjang 3 – 4 cm dan mencapai dorsal membentuk tuberculum 
articulare, tempat melekat ligamentum laterale. Di membrana tympani. Sepertiga bagian 
lateralnya dibentuk oleh cartilago sehingga tidak diketemukan pada preparat kering. Atap dan 
dinding posterior dari meatus acusticus externus dibentuk oleh pars squamosa ossis temporalis, 
dan bagian lainnya dibentuk oleh pars tympanica ossis temporalis. Ujung medial darimeatus 
acusticus externus terpisah ari cavitas tympanica oleh membrana tympani. Cavum tympani 
adalah sebuah lubang yang terdapat di dalam os temporale. Di sebelah cranio-dorsal meatus 
acusticus externus terdapat suatu cekungan berbentuk segitiga, disebut foveola suprameatica. 
Kira-kira 1 cm di sebelah medial dari foveola suprameatica terdapat antrum mstoideum, yaiut 
salah satu rongga yang terdapat di dalam os temporale. 
2. PARS TYMPANICA, membentuk lantai dan dinding anterior meatus acusticus 
externus.
3. PARS STYLOIDEUS, membentuk processus styloideus, suatu tonjolan tulang 
yang memanjang, runcing, kadang-kadang berukuran 8 cm, yang merupakan penonjolan ke 
arah caudo-lateral. Antara processus styloideus dan os hyoideum terdapat ligamentum 
stylohyoideum. Pada processus styloideus terdapat origo dari m.styloideus, m.styloglossus dan 
m.stylopharyngeus, dan juga tempat perlekatan dari ligamnetum stylomandibulare. Di sebelah 
lateral dari processus styloideus terdapat glandula parotis. 
4. PARS MASTOIDEA, merupakan bagian posterior dari os temporale, bersatu 
dengan pars squamosa. Pada usia dewasa pars mastoidea mengandung rongga-rongga kecil 
berisi udara, membentuk cellulae mastoidea dan mengadakan hubungan dengan telinga bagian 
tengah (middle ear) melalui antrum mastoideum. Pada pars mastoidea ini terdapat processus 
mastoide – us, sebuah penonjolan agak bulat, yang pada waktu lahir belum terbentuk dan 
berkembang mengikuti pertumbuhan anak. Posisi kedua processus mastoideus berada pada 
satu garis lurus dengan foramen occipitale magnum. Pada processus mastoideus melekat otot, 
antara lain m.sternocleidoimastoideus. 
Antara pars mastoidea dengan pars tympanica (tympanica plate) terdapat fissura 
tympanomastoidea, yang dilalui oleh ramus auricularis nervi vagi. 
5. PARS PETROSA, berada di bagian profunda. 
FOSSA TEMPORALIS 
Linea temporalis, tempat melekatnya fascia temporalis, mulai di bagian antrior 
pada processus zygomaticus ossis frontalis, melengkung ke dorsal, berada pada os frontale dan 
os parietale. Jaraknya dari sutura sagitalis cukup bervariasi. Ujung posterior linea ini menjadi 
kurang jelas dan berakhir pada crista supramastoidea ossis temporalis. Sering diketemukan dua 
buah linea temporalis, yaitu linea temporalis superior dan linea temporalis inferior. Pada linea 
temporalis inferior melekat m.temporalis. 
Fossa temporalis adalah suatu cekungan yang dibatasi di sebelah cranial oleh 
linea temporalis dan di bagian caudal zygomaticus. Fossa ini dibentuk oleh os parietale, os 
frontale, ala magna ossis sphenoidalis dan pars squamosa ossis temporalis. Tempat di mana 
keempat tulang tersebut bertemu dinamakan Pterion. Posisi pterion adalah setinggi dengan 
amus anterior anteria meningea media, yang terdapat di bagian interna cranium, dan juga 
berada setinngi dengan pangkal sulcus lateralis cerebri. Lokalisasi dari bagian tengah (sentrum) 
pterion adalah kira-kira 4 cm di cranialis dari midpoint arcus zygomaticus.
FOSSA INFRATEMPORALIS 
Adalah suatu fossa yang tidak beraturan, terletak di sebelah posterior maxilla, 
di sebelah caudal fossa temportalis. Atapnya dibentuk oleh facies infratemporalis ala magna 
ossis sphenoialis. Dinding medial dibentuk oleh lamina lateralis pterygoidei ossis sphenoidalis, 
dan dinding lateral dibentuk oleh ramus mandibulae bersama processus coronoideus 
mandibulae. 
Di dalam fossa infratemporalis terdapat : 
- bagian caudal m.temporalis ; 
- m.pterygoideus lateralis et medialis ; 
- arteris maxillaries dan percabangannya ; 
- plexus venosus pterygoidei 
- nervus maxillaries 
- nervus mandibularis 
- chorda tympani 
Fossa infratemporalis mempunyai hubungan dengan orbita melalui fissura 
orbitalis inferior. Fissura orbitalis inferior ke arah dorsal berhubumgan dengan fissura 
pterygomaxillaris, suatu celah yang dibentuk oleh lamina lateralis pterygoidei ossis temporalis 
dengan maxilla. 
Fossa infratemporalis juga mempunyai hubungan dengan fossa pterygopalatina 
melalui fissura pterygomaxillaris, dan mel;alui fissura ini berjalan arteria maxillaries. Pemberian 
nama fossa pterygopalatina adalah dengan alasan : fossa tersebut terletak di antara kedua 
lamina pterygoidei ossis sphenoidalis dan os palatinum. Fossa ini nerlokasi di sebelah caudal 
dari apex orbita. Di dalam fossapterygopalatina terdapat nervus maxillaris, arteria maxillaris 
dan ganglion pterygopalatinum. 
Dengan cavitas nasi, fossapterygopalatina dihubungkan melalui foramen 
sphenopalatinum.
NORMA BASALIS 
Tanpa mandibula, norma basalis (= norma basilaris) dibentuk oleh processus 
palatinus ossis maxilae, os palatinum, os vomer, os sphenoidale (processus pterygoideus, ala 
major, corpus), facies inferior os temporale (pars squamosa, pars petrosa) dan facies inferior os 
occipitale. 
OS OCCIPITALE terdiri dari empat bagian dan mengelilingi foramen occipitale 
magnum. Foramen ini terletak pada pertengahan jarak antar processus nastoideus, dilalui oleh 
medulla spinalis yang segera berubah menjadi medulla oblongata, meninx, ramus spinalis 
N.accessories, ramus meningealis nervus spimalis C 1 – 3 dam arteria vertebralis. Pada margo 
anterior dan margo posterior foramen occipitale magnum terdapat perlekatan dari membrana 
atlantio-occipitalis. Titik tengah dari margo inferior foramen occipitale magnum disebut Basion. 
Bagian-bagian dari os occipitale adalah : 
1) SQUAMA OCCIPITALIS 
2) PARS LATERALIS 
3) PARS BASILARIS 
Bagian tersebut menyatu pada usia 6 tahun. 
SQUAMA OCCIPITALIS 
Membentuk basis cranii dan bagian posterior cranium, dan batasnya adalah 
protuberantia occipitalis externa bersama-sama dengan linea nuchae superior. Dari 
protuberantia occipitalis externa ke arah foramen occipitale magnum terdapat suatu 
peninggian, yang dinamakan crista occipitalis externa, tempat melekat ligamnetum nuchae. 
Kira-kira dari pertengahan crista terdapat linea nuchae inferior yang menuju ke arah lateral. 
Pada linea nuchae superior melekat galea aponeurotica dan beberapa otot, 
seperti m.trapezius, m.sternocleidomastoideus. 
PARS LATERALIS 
Membentuk condylus occipitalis, dua buah tonjolan besar yang berada pada 
sisi-sisi foramen occipitale magnum. Condylus ini membentuk persendian dengan atlas dan 
sekaligus meneruskan berat cranium ke columna vertebralis. Posisi condylus occipitalis adalah
setinggi dengan palatum durum. Di sebelah dorsal dari condylus occipitalis terdapat fossa 
condyloidea, yang mengandung canalis condyloideus dan dilalui oleh vena emmisaria. Di 
sebelah cranial dari condylus occipitalis terdpat canalis hypoglossi, dilalui oleh Nervus 
hypoglossus. 
Pars lateralis juga membentuk processus jugularis, yang meluas ke arah lateral 
menuju os temporale, membentuk dinding posterior foramen jugulare. Foramen jugulare 
dilalui oleh vena jugularis interne, sinus petrosus inferior, Nervus glossopharyngeus, Nervus 
vagus dan Nervus accessories. 
PARS BASILARIS (=BASI-OCCIPUT) 
Membentuk persendian dengan os sphenoidale, persendian ini menutup pda 
pria usia 13 – 18 tahun dan pada wanita di usia 12 – 16 tahun. 
Di sebelah ventral foramen occipitale magnum terdapat tuberculum 
pharyngeum, tempat melekat m.constrictor pharyngeus dan raphe pharyngeum. Tuberculum 
ini dipakai sebagai patokan untuk menentukan batas antara pharynx di bagian ventral dan 
vertebra cervicalis beserta otot-otot di bagian dorsal. 
Pada sisi pars basilaris terdapat foramen lacerum yang tertutup oleh cartilago, 
kecuali di bagian cranial dilalui oleh arteria carotis interna. 
MORFOLOGI TULANG-TULANG CRANIUM 
OS FRONTALE 
Terdiri dari dua bagian, yakni squama frontalis yang membentuk dahi dan pars 
orbitalis atau pars horizontal yang membentuk atap orbita dan cavitas nasi. 
Facies externa squama frontalis berbentuk konveks dan pada linea mediana 
masih terdapat sisa dari sutura metopica, yaitu sutura yang dibentuk oleh squama frontalis 
sinistra dan squama frontalis dextra, yang menghilang pada usia 8 tahun, namun dapat juga 
menetap seumur hidup. 
Pada squama frontalis terdapat : 
1. Tuber frontale (= eminentia frontale), terletak di sebelah kiri dan kanan linea 
mediana kira-kira 3 cm di sebelah cranial dari margo supraorbitalis ;
2. Arcus supercillaris, suatu penonjolan yang berada di sebelah caudal tuber 
frontale dan dipisahkan oleh suatu cekungan dari tuber frontale, arcus superciliaris sinister dan 
dexter bertemu pada linea mediana, membentuk Glabella. Pada pria bentuk arcus superciliaris 
lebih besar daripada wanita, dan turut ditentukan oleh ukuran sinus frontale ; 
3. Margo supraorbitalis adalah tepi caudal dari squama frontalis yang 
membentuk batas dari orbita, terletak di sebelah caudal dari arcus superciliaris dan berbentuk 
arcus; bagian lateral dari margo supraorbitalis tajam dan agak menonjol, berfungsi melindungi 
bulbus oculi, sedangkan bagian medial dari margo supraorbitalis berbentuk bulat dan pada 
perbatasan atau bagian medial dan sepertiga intermedia incisura supraorbitalis atau foramen 
orbitale, dilalui oleh nervus dan vasa supraorbitalis. Ke arah lateral margo supraorbitalis 
berakhir pada processus zygomaticus ossis temporalis. Processus zygomaticus ini membentuk 
persendian dengan os zygomaticum. Dari processus zygomaticus ossis frontalis terdapat linea 
temporale (linea temporalis superior et inferior) yang melanjutkan diri dengan linea yang sama 
pada os parietale ; 
4. pars nasalis yang berada di antara kedua margo supraorbitalis, menonjol ke 
arah inferior, membentuk incisura nasalis yang mengadakan persendian dengan os nasale, 
processus frontalis maxillae dan os lacrimale. Pertengahan dari sutura frontonasalis disebut 
Nasion. Dari bagian tengah incisura nasalis terdapat spina nasalis yang menonjol ke arah 
inferior, turut membentuk septum nasi dengan mengadakan persendian dengan os nasale dan 
lamina perpendicularis ossis ethomoidalis. 
Facies interna squama frontalis berbentuk konkaf dan pada linea mediana 
terdapat sulcus sagitalis yang berakhir pada crista frontalis. Sulcus sagitalis ditempati oleh sinus 
sagitalis superior. Pada tepi sulcus sagitalis dan pada crista frontalis melekat falx cerebri. Pada 
ujung caudal crista frontalis terdapat foramen caecum yang dilalui oleh sebuah vena dari 
cavitas nasi yang menuju dan bermuara ke dalam sinus sagitalis superior. 
Pars orbitalis (=pars horizontalis) membentuk lamina orbitalis yang membentuk 
orbita dan dipisahlan satu sama lian oleh incisura ethmoidalis. Facies inferiornya konkaf dan 
licin, di bagian lateral membentuk fossa glandulae lacrimalis, ditempati oleh glandula lacrimalis, 
dan di bagian medial membentuk fovea trochlearis spina trochlearis. Facies superior atau facies 
infracranialis dari pars orbitalis berbentuk konveks dan tidak rata (cekungan-cekungan), 
ditempati oleh lobus frontalis cerebri dan vasa meningealis. 
Incisura ethmoidalis memisahkan kedua pars orbitalis satu sama lain, dan 
ditempati oleh lamina cribriformis ossis ethmoidalis. Tepi incisura ethmoidalis bersatu dengan 
facies Incisura ethnoidalis memisahkan kedua pars orbitalis satu sama lian, dan ditempati oleh 
superior ossis ethmoidalis membentuk (melengkapi) cellulae ethmoidales.
Di sebelah anterior dari incisura ethmoidalis terdapat sinus frontalis, yang berada 
di dalam os frontale. Melalui ductus frontonasalis sinus frontalis dihubungkan dengan cavitas 
nasi, dan bermuara ke dalam meatus nasi medius (infudibulum). 
Antara os frontale dan os parietale terbentuk sutura coronalis. 
OS PARIETALE 
Tulang pipih (os planum) berbentuk segiempat, bertemu dengan pihak yang 
sebelah membentuk sutura sagitalis . sutura sagitalis membentuk sudut tegak lurus dengan 
sutura coronalis. Mempunyai empat buah tepi, masing-masing adalah (1) margo sagitalis (di 
cranial), (2) margo frontalis (di anterior), (3) margo occipitalis (di posterior) dan (4) margo 
squamos (di caudal). Membentuk empat buah sudut, yaitu (1) angulus frontalis, (2) angulus 
occipitalis, (3) angulus mastoideus dan (4) angulus sphenoidalis. 
Facies externa (facies lateralis) konveks, permukaan licin, di bagian tengah 
membentuk eminentia parietalis (pusat penulangan). Pada facies lateralis terdapat juga linea 
temporalis superior, tempat melekat fascia temporalis, dan linea temporalis inferior, tempat 
melekat m.temporalis. di sebelah cranial dari linea temporalis superior melekat galea 
aponeurotica. Dekat pada margo sagitalisa terdapat foramenparietale, dilalui oleh sebuah vena 
yang menuju ke sinus sagitalis superior. Adakalanya foramen parietale tidak terbentuk, dan 
kalau ada maka ukurannya bervariasi. 
Facies interna (= facies cerebralis) konkaf sesuai dengan bentuk lobus parietalis 
cerebri yang dilindunginya, dan membentuk sulcus arteriosus ( dilalui oleh arteria meningea 
media) serta sulcus sagitalis (dilalui oleh sinus sagitalis superior). Pada tepi sulcus sagitalis 
melekat falx cerebri. Di sebelah kiri dan kanan sulcus sagitalis terdapat foveolae granulares 
(Pacchioni), berupa cekungan-cekungan kecil yang ditempati oleh granulatio arachnoidales. 
Os parietale membentuk sutura lambdoidea dengan os occipitale, dan tempat 
pertemuan sutura sagitalis dengan kedua sutura lambdoidea membentuk lambda. 
Yang dimaksud dengan Bregma adalah pertemuan sutura sagialis dengan 
sutura coronalis. Daerah tersebut pada anak-anak sampai usia 1,5 – 2 tahun tetap terbukan 
(ditutupi oleh jaringan ikat), disebut Fonticulus anterior (=Fontanelia anterior).
OS OCCIIPATALE 
Berada di bagia postero-caudal dan bertumpu pada atlas membentuk 
articulatio atlanto-occipitalis. Dataran facies cerebralis berbentuk konkaf, permukaan facies 
superficialis berbentuk konveks. Bagian-bagian darios occipitale membatasi suatu lobang yang 
oval, dinamalan foramen occipitale magnum. Pada tepi foramen ini melekat membrana atlanto-occipitalis 
anterior e posterior. Bagian anterior tepi foramen occiptale magnum dibentuk oleh 
tepi medial condylus occipitalis. 
Pada facies externa squama occipitalis terdapt protuberantia occipitalis 
externa, linea nuchae superior, linea nuchae inferior. Daerah squama occipitalis yang berada di 
sebelah superior linea nuchae superior disebut planum occipitale, ditempati oleh m.occipitalis, 
dan daerah yang berada di sebelah inferior linea nuchae superior disebut planum nuchale. 
Pada facies interna (=facies cerebralis) terdapat eminentia cruciformis yang 
memisahkan empat buah lekukan. Dua buah lekukan (=fossae) berada di bagian superior yang 
berbentuk segitiga dan ditempati oleh lobus occipitalis cerebri; dua buah lkukan lainnya berada 
di sebelah inferior berbentuk segiempat adalah tempat lokasi dari hemispherium cerebelil. 
Tempat pertemuan darai keempat fossa tersebut tadi disebut protuberantia occipitalis interna. 
Bagian dari eminentia cruciformis yang berada di sebelah inferior protuberantia 
occipitalis interna disebut crista occipitalis interna, yang membentuk bifurcatio dekat pada 
foramen occipitale magnum; pada crista ioni melekat falx cerebelli. 
Ke arah superior dari protuberantia occipitalis interne terdapat sulcus sagitalis, 
biasanya di sebelah kanan, yang merupakan tempat dari bagian posterior sinus sagitlis superior. 
Pada tepi sulcus ini melekat falx cerebri. Dari protuberantia occipitalis interna ke arah lateral 
terdapat sulcus transversus (= sulcus sinus transversi), ditempati oleh sinus transversus, pada 
tepi sulcus ini melekat tentorium cerebelli. Biasanya sulcus transversus dexter lebih besar dari 
yang sinister, dan merupakan lanjutan dari sulcus sagitalis superior. 
Pars lateralis ossis occipitalis terletak pada sisi lateral foramen occipitale 
magnum, dan pada facies inferiornya terbentuk condylus occipitalis. Condylus tersebut 
berbentuk oval, bagian anterior (ujung anterior) bersatu dengan pars basilaris ossis occipitalis 
dan bagian posterior (ujung posterior) letak saling menjauhi sampai mencapai bagian tengah 
foramen occipitale magnum. Permukaan persendian berbentuk konveks, menghadap ke arah 
latero-caudal. Pada tepi condylis occipitalis melekat capsula articularis atlanto-occipitalis. Pada 
basis condylus occipitalis terdapat cana;is hypoglossi, dilalui oleh Nervus hypoglossus. Di
sebelah posterior dari condylus occipitalis terletak fossa condylaris, pada fossa ini terdapat 
canalis condylaris (dilaui oleh vena emissaria). 
Di sebelah lateral dari bagian posterior condylus occipitalis terdapat suatu 
daerah berbentuk segoempat, disebut processus jugularis, yang ke arah anterior membentuk 
incisura jugularis, dan merupakan bagian posterior dari foramen jugulare. Ke arah lateral 
processus jugularis membentuk suatu daerah segiempat atau segitiga, yantg mengadakan 
persendian dengan facies jugularis ossis temporalis. 
Favies superior (-facies cerebralis) dari pars lateralis ossis occipitalis 
membentuk tuberculum jugulare, suatu penonjolan yang berbentuk oval yang menutupi canalis 
hypoglossi. Pada permukaan tuberculum ini terdapat suatu sulcus yang dilalui oleh Nervus 
glossopharungeus, Nervus vagus dan Nervus accessories. 
Pada permukaan superior processus jugularis terdapat sebuah sulcus yang 
berjalan ke arah medial dan anterior, melanjutkan diri pada incisura jugularis. Pada tepi medial 
sulcus ini terdapat lubang dari canalis condylaris. 
Pars basilaris ossis occipitalis terletak di bagian anterior foramen occipitalis 
magnum, bersatu dengan corpus ossis sphenoidalis. Sampai usia 25 tahun di antara kedua 
ujung tulang itu terdapat jaringan cartilago, dan selanjutnya membentuk synostosis. Pada facies 
inferior pars basilaris terdapat tuberculum pharyngeum, yang terletak 1 cm di sebelah anterior 
foramen occipitale magnum, tempat melekat raphe pharyngeum. Facies superior (facies 
cerebralis) berbentuk suatu lekukan yang cukup luas, ditempati oleh medulla oblongata. 
Dekat tepi foramen occipitale magnum terdapat perlekatan dari membrana 
tectoria. 
Pada tepi lateral pars basilaris, pada facies cerebralis, terdapat sulcus petrosus 
inferior. Os occipitale mengadakan hubungan dengan tulang-tulang disekitarnya, sebagai 
berikut : 
1. di sebelah superior dengan os parietale, membentuk fonticulus posterior 
(=fonticulus occipitalis) ; 
2. di bagian inferior dengan corpus ossis spheinoidalis ; 
3. di sebelah lateral dengan pertemuan antara angulus mastoisdeus ossis 
parietalis dengan pars mastoidea ossis temporalis.
OS TEMPORALE 
Istilah Temporale berasal dari Tumpus (bahasa latin) yang berarti waktu, dan 
digunakan dengan alasan rambut uban dimulai tampak di daerah tersebut. 
Os temporale terdiri dari lima bagian, sebagai berikut : (1) pars squamosa, (2) 
pars tympanica, (3) pars styloideus, (4) pars mastoidea dan (5) pars petrosa. 
PARS SQUAMOSA tipis, membentuk bagian anterior dan superior dari os 
temporale. Facies externus halus dan konveks, membentuk sebagian dari fossa temporalis, dan 
merupakan tempat perlekatan m.temporalis. te,pat perlekatan m.temporalis dibatasi oleh linea 
temporalis. Di bagian inferior pars squamosa terdapat proicessus zygomaticus yang menonjol 
ke arah anterior. Tepi superior dari processus zygomaticus berbetuk panjang, tipis dan tajam, 
menjaditempat perlekatan fascia temporalis, sedangkan tepi inferior pendek, tebal dan 
melengkung, tempat melekat dari m.masseter. permukaan lateral dari processus zygomaticus 
berbentuk konveks dan terletak subcutaneus (dapat dipalpasi), permukaan medial konkaf dan 
tempat melekat dari m.masseter. ujung anterior mengadakan articulus dengan os zygomaticum 
membentuk arcus zygomaticus. 
Tepi superior dari ujung posterior processus zygomaticus ke arah posterior 
membentuk radix posterior, yang terletak di cranialis dan meatus acusticus externus, dan 
melamjutkan diri pada linea temporalis. Radix anterior dari processus zygomaticus ke arah 
anterior melanjutkan diri dengan tepi inferior processus zygomaticus, membentuk tuberculum 
articulare, suatu tonjolan yang besar, bundar, kuat dan mengarah ke medial. Tuberculum 
articulare membentuk tepi anterior dari fossa mandibularis. Di antara dinding posterior meatus 
acusticus externus dan radix posterior dari processus zygomaticus terdapat suatu daerah 
segitiga yang disebut spina supra meatum (= fossa mastoidea = foveola suprameatica). 
Fossa mandibularis di bagian anterior dibentuk oleh tuberculum articulare, 
mempunyai permukaan yang halus, dilapisi oleh cartilago, dan mengadakan persendian dengan 
processus condyloideus mandibulae, membentuk articulatio temporamandibularis. Bagian 
posterior dari fossa mandibularis yang dibentuk oleh pars tympanica ossis temporalis bersifat 
non articularis. 
Facies superior (= facies cerebralis) dari pars squamosa mempunyai lekukan-lekukan 
yang sesuai dengan bentuk lobus temporalis cerebri dan vasa meningea media. Tepi 
superior dari squama tipis, menutupi tepi os parietale, membentuk sutura squamosa.
PARS TYMPANICA 
Adalah tulangf berbentuk melengkung, terletak di bagian onferior yang 
squamosa dan di sebelah anterior processus mastoideus. Permukaan posterior konkaf, 
membentuk dinding anterior, lantai dan sebagian dari dinding posterior pars osseum meatus 
acusticus externus. Permukaan anterro-inferioi dari pars tympanica berbentuk segiempat, 
sedikit konkaf, membentuk bagian posterior fossa mandibularis. Permukaan lateral bebas dan 
kasar, tempet melekat dari pars cartilaginis meatus acusticus externus. 
Pada pars tympanica terdapat meatus acusticus externus, suatu saluran yang 
mengarah sedikit ke anterior, dinding anterior, lantai dan bagian inferior dinding posterior 
dibentuk oleh pars tympanica, sedangkan dinding atap dan bagian superior dinding posterior 
dibentuk oleh pars squamosa. Pada ujung medialis (inner end) dari meatus acusticus externus 
terdapat membrana tympanica. 
PARS MASTOIDEA 
Adalah bagian posterior dari os temporale dan bersaru dengan os squamosa. 
Permukaan externus kasar, tempat melekat m.occipitalis. dekat pada tepi posterior terdapat 
foramen mastoideum, dilalui oleh sebuah vena yang menuju ke sinus transversus (= sinus 
sigmoideus) dan sebuah cabang-cabang kecil dari arteria occipitalis yang menuju ke dura mater. 
Foramen mastoideum bervariasi menurut lokalisasi dan ukurannya, seringkali juga tidak ada. 
Processus mastoideus adalah suatu tonjolan agak bulat atau berbetuk konus 
(bervariasi dalam bentuk dan ukuran), tempat melekat m.stemocleidomastoideus, m.splenius 
capitis dan m.longisimus capitis. Pada facies medialis dan processus mastoideus terdapat 
incisura mastoidea (= fossa digistrica), tempat melekat m.digastricus, dan di sebelah medialnya 
terdapat sulcus occipitalis, dilalui oleh arteria occipitalis. Pada faciea medialis (= facies cerbralis) 
terdapat sulcus sigmoideus, ditempati oleh sinus sigmoideus ( kelanjutan dari sinus 
transversus). Antara sulcus sigmoideus dengan cellulae mastoidei terdapat lembaran tulang 
yang sangat tipis, bahkan bisa tidak sempurna. 
Tepi superior pars mastoidea agak lebar dan bergerigi, membentukbpersendian 
dengan angulus mastoideus ossis parietalis.
Tepi posterior pars mastoidea juga bergerigi dan membentuk persendian dengan 
tepi inferior os occipitele. 
Ke arah anterior pars mastoidea bersatu dengan pars squamosa, turut 
membentuk meatus acusticus externus dan cavitas tympanica. 
Processus mastoideus dibentuk oleh rongga-rongga kecil berisi udara yang 
diberi nama cellulae mastoidei. Salah satu rongganya yang besar disebut antrum tympanicum, 
terletak di bagian antero-lateral. 
PARS PETROSA (=PYRAMIS) 
Berbentuk pyramid, terletak di antara os sphenoidale dan os occipitale, berada 
pada basis carnii. Mempunyai apex, basis, 3 permukaan dan 2 buah tepi, di dalamnya berisi 
organ pendengaran dan equilibrium (= organum vestibulocochlearis). 
Basis bersatu dengan facies interna pars squamosa dan pars mastoidea. Apex 
dari pars petrosa (= apex pyramidis) mempunyai permukaan yang kasar dan tidak datar, 
terletak di antara tepi posterior ala magna ossis sphenoidalis dan pars basalis ossis occipitalis 
dan os sphenoidale. Pada daerah ini terdapat orificium internum (anterior) canalis coraticus, 
dan membentuk bagian pastero-lateral foramen lacerum. 
Facies anterior pyramidis merupakan dinding posterior dari fossa cranii media, 
melanjutkan diri pada facies interna pars squamosa dan membentuk sutura petrosquamosa. 
Pada permukaan ini terdapat : 
1. Eminentia arcuata, suatu penonjolan yang terletak di bagian tengah, 
merupakan indikasi untuk menentukan letak dari canalis senicircularis superior ; 
2. Di sebelah antero-lateral dari eminetia arcuata terdapat suatu cekungan 
yang menjadi indikasi posisi cavitas tympani, disebut tegmen tympani ; 
3. Sulcus nervi petrosi majori yang menuju ke hiatus canalis facialis, dilalui oleh 
nervus petrosus superficialis major ; 
4. Sulcus nervi petrosi minoris, berada di sebelah lateral hiatus canalis facialis, 
dilalui oleh n.petrosis superficialis minor ; 
5. Ujung terminal canalis caroticus, terletak dekat pada apex pyramidis, 
kadang-kadang dinding canalis carticus di sini dangat tipis ;
6. Impressio trigemini, suatu cekungan yang berada pada apex pyramidis, 
ditempati oleh gengion semilunare Gasseri. 
Facies posterior pyramidis membentuk pars anterior fossa cranii posterior. Dekat 
pada pertengahannya terdapat meatus acusticus internus, yang melanjutkan menjadi porus 
acusticus internus. Meatus internus ini bulat dan mempunyai tepi yang rata. Di sebelah lateral 
meatus acusticus internus terdapat fossa subarcuata. 
Facies inferior mempunyai permukaan yang kasar dan tidak beraturan, turut 
membentuk sebagian dari norma basalis cranii. Pada facies ini terdapt foramen coraticum 
externum, dilalui oleh arteria carotis interna. Di sebelah posterior foramen coraticum externum 
terletak fossa jugularis, yang ditempeti oleh bulbus superior vena jugularis interna. 
Di antara processus styloideus dan processus mastoideus terdapat foramen 
stylomastoideum, yang merupakan ujung terminal dari canais facialis, dilalui oleh cabang 
perifer Nervus facialis. 
Pada margo superior terdapat sulcus petrosus superior, ditempati oleh sinus 
petrosus superior, dan menjadi tempat perlekatan dari tentorium cerbelli. Pada ujung medial 
sulcus tersebut terletak Nervus trigemionus. 
Pada bagian medial margo posterior pyramidis terdapat sebuah sulcus yang 
dilalui oleh sinus petrosus inferior, berkaitan dengan sulcus yang sama pada pars basilaris ossis 
occipitalis. 
Pada bagian lateral margo posterior pyramidis terdapat fossa jugularis, yang 
bersama-sama dengan incisura jugularis ossis occipitalis membentuk foramen jugulare; banyak 
kali foramen ini terbagi dua. 
Margo anterior bersatu dengan pars squamosa membentuk sutura 
petrosquamosa, juga bersatu dengan os sphenoidale. 
OS SPHENOIDALE 
Turut membentuk basis cranii, terletak di sebelah anterior os temporale dan 
basis ossis temporalis. Terdiri dari (1) sebuah corpus di bagian medial, (2) dua buah ala major
dan (3) dua buah ala minor yang berada di bagian lateral, memberi bentuk sperti kupu-kupu (4) 
dua buah processus pterygoideus yang berada pada facies inferior. 
CORPUS SPHENOIDALE berbentuk kubus, mengandung dua buah ruangan yang 
berisi udara, disebut sinus sphenoidalis, dipisahkan satu sama lain oleh sebuah septum yang 
tipis. Facies superior atau facies infracranial dari corpus membentuk spina ethmoidale ke arah 
rostral, yang mengadakan persendian dengan lamina cribrosa ossis ethmoidalis; di sebelah 
dorsalnya terdapat suatu dataran dengan permukaan yang licin, disebut jugum sphenoidale, 
agak meninggi di bagian medial dan melekuk pada kedua sisinya. Daerah ini di bagian posterior 
dibatasi oleh margo anterior dari sulcus chiasmatis. Pada sulcus ini terletak chiasma opticum, 
dan sulcus ini di sebelah lateral berakhir pada foramen opticum, dilalui oleh Nervus opticus dan 
arteria ophthalmica. Di sebelah posterior dari sulcus chiamatis terdapat tuberculum sellae dan 
lebih ke posteior lagi terdapat suatu cekungan yang dalam, disebut sella tursica, ditempati oleh 
hypophyse, oleh karena itu cekungan ini disebut juga fossa hypophysialis. Fossa ini ditutupi 
(membentuk atap) oleh dura meter yang membentuk diaphragma sellae. Di sebelah anterior 
dari sellal tursica terdapat dua buah tonjolan, dinamakan processus clinoideus medius, tidak 
selamanya ada. Batas dorsal dari sella trusica adalah sebuah dataran, disebut dorsum sellae, 
membentuk dua tonjolan ke arah superior, disebut processus clinoideus posterior,. Yang 
mempunyai bentuk dan ukuran yang berveriasi. Pada processus clinoideus posterior melekat 
tentorium cerbelli. Facies dorsalis dorsum sellae membentuk suatu cekungan yang dangkal, 
disebut clivus, selanjutnya bersatu dengan pars basilaris ossis occipitalis. Pada kedua sisi 
dorsum sellae terdapat sebuah cekungan yang dilalui oleh Nervus abducens, di sebelah 
inferiornya terdapat processus petrosus yang membentuk persendian dengan apex pyramidis 
ossis temporalis, membentuk dinding medial foramen lacerum. 
Facies lateralis dari corpus bersatu dengan ala major dan lamina medialis 
(processus pterygoidea). Pada tempat perlekatan dengan ala major ini terdapat sulcus 
coraticus. Di bagian posterior dari sulcus tadi, tepi lateralnya pada tempat pertemuan corpus 
dengan ala major membentuk suatu penonjolan yang dinamakan lingual sphenoidalis. 
Facies posterior dari corpus bersatu dengan pars basilaris corpus occipitalis. 
Facies anterior dari corpus membentuk dinding posterior cavitas nasi, dan pad 
alinea mediana membentuk crista sphenoidalis, yang mengadakan persendian dengan lamina 
perpendicularis ossis ethmoidalis, membentuk septum nasi. Pada kedua sisi dari crista ini 
terdapat muara dari sinus sphenoidalis. 
Sinus sphenoidalis bervariasi dalam bentuk dan ukurannya, jarang simetris, 
bisa meluas sampai mendekati foramen occipitale magnum. Sebagian dari sinus ini ditutupi 
oleh concha sphenoidalis, yang berupa suatu tulang yang tipis dan melengkung. Sisi lateral dari
facies anterior sinus sphenoidalis membentuk persendian dengan lamina orbitalis ossis 
ethmoidalis. Tepi inferior membentuk persendian dengan processus orbitalis ossis palatini; tepi 
superior mengadakan persendian dengan lamina orbitalis ossis frontalis. 
Facies inferior dari corpus turut membentuk sebagian dari dinding cavitas nasi, 
dan pada linea mediana membentuk tonjolan berbentuk segitiga, disebut rostrum sphenoidale, 
menyatu dengan crista sphenoidalis pada permukaan anterior dan masuk ke dalam celah yang 
dibenruk oleh alea vomeris. Disebelah lateral dan rostrum terdapat suatu penonjolan yang 
disebut processus vaginalis, mengarah ke medial dan berasal dari basis lamina medialis 
pterygoidei. 
ALA MAGNA (= ALA MAJOR) adalah tonjolan ke arah lateral dari corpus 
sphenoidalis. Bagian posterior dari tonjolan ini bebrbetuk segitiga, terletak pada sudut yang 
dibentuk oleh pars squamosa dan pars petrosa ossis temporalis, dan membentuk spina 
angularis (= spina ossis sphenoidalis) pada ujung inferiornya. 
Facies cerebralis atau facies superior turut membentuk cranii media, ditempati 
oleh lobus temporalis cerebri. Di bagian antero-medial terdapt foramen rotundum, berbentuk 
bulat, dilalui oleh nervus maxillaries, di sebelah postero-lateralnya terdapat foramen ovale, 
dilalui oleh nervus mandibularis. Di sebelah posterior dari foramen ovale, pada angulus 
posterior dekat pada spina angulus terdapat foramen spinosum, dilewati oleh vasa meningea 
media. 
Facies lateralis (= facies temporalis) berbentuk konveks, dibagi oleh crista 
infratemporalis yang letaknya transversal menjadi dua bagian, yaitu pars superior (= pars 
temporalis yang menjadi tempat perlekatan m.temporalis dan pars inferior (= pars 
infratemporalis) yang bentuknya lebih kecil, turut membentuk fossa infratemporalis. 
Pada crista ionfratemporalis dan pada pars inferior melekat m.pterygoideus 
lateralis. Pada pars infratemporalis terdapat foramen ovale dan foramen spinosum, dan di 
sebelah posteriornya terdapat spina ossis sphenoidalis (= spina angularis). Pada facies medialis 
spina sphenoidalis terdapat chorda tympani. Pada spina ossis sphenoidalis melekat ligamentum 
sphenomandibulare dan m.tensor veli palatini. 
Facies orbitalis membentuk pars posterior dinding lateral orbita. Tepi 
superiornya, bergerigi, melekat pada facies orbitalis ossis frontalis. Tapi inferiornya bulat, 
membentuk bagian pastero-lateral fissura orbitalis inferior. Tepi medialnya, tajam , membentuk 
bagian dari fissura orbitalis superior, dan membentuk sebuah tonjolan kecil yang menjadi 
tempat perlekatan m,rectus lateralis oculi.
Tepi lateral facies orbitalis bergerigi dan membentuk persendian dengan os 
zygomaticum. 
Di sebelah inferior dari pars medialis fissura orbitalis superior terletak dinding 
posterior fossa pterygopalatina. 
Bagian posterior dari tepi ala magna yang berada dekat pada corpus membentuk 
dinding anferior foramen lacerum, dan pada bagian ini terdapat lobang dari canalis 
pterygoideus. Sisi lateral dari ala major membentuk synchondrosis dengan pars petrosa ossis 
temporalis, dan di bagian inferiornya terdapt sulcus tubae auditivae, ditempati oleh pars 
cartilaginis tubae auditivae. 
Margo squamosa melekat pada pars squamosa ossis temporalis. Margo parietalis 
melekat pada os parietale (angulus sphenoidale) Margo frontalis bersatu dengan os frontale, 
tepi ini melanjutkan diri kemedial dan membentuk bagian inferior fissura orbitalis superior, 
Margo zygomaticus melekat pada os zygomaticum. 
ALA PARVA (=ALA MINOR) adalah dua buah lembaran tipis yang berbentuk 
segitiga, berasal dari bagian antero-superior dari corpus, mengarah ke lateral dan berakhir 
dengan ujung yang lancip. Facies superiornya datar, ditempati oleh sebagian dari lobus frontalis 
cerebri. Facies interior membentuk pars posterior dinding superior (atap) orbita dan pars 
superior fissura orbitalis superior. 
Margo anterior bergerigi, bersatu dengan os frontale. Margo posterior halus dan 
bundar, letaknya sesuai dengan fissura lateralis cerebri, dan ujung medialnya membentuk 
processus clinoideus anterior yang menjadi tempat melekatnya tentorium cerebelli. 
Ala minor melekat pada corpus melalui radix superior dan radix inferior dan 
diantaranya terbentuk canalis opticus, dilalui oleh Nervus opticus dan arteria ophthalmica. 
PROCESSUS PTERYGOIDEUS adalah tonjolan ke lateral, berada dibagian inferior 
pasa tempat pertemuan corpus dengan ala major ossis sphenodalis. Terdiri atas lamina 
lateralius dan lamina medialis, bagian superiornya bersatu disebelah anterior, pada tempat 
pertemuan ini terdapat sulcus pterygopalatinus. Dibagian inferior lamina lateralius terpisah dari 
lamina medialis oleh fissura pterigoideus. Tepinya kasar dan membentuk persendian dengan 
processus pyramidalis ossis palatini. Kedua lamina itu ke arah posterior letak saling menjauhi 
satu sama lain (divergen) dan membatasi fossa pterygoidea, berbentuk huruf V. Pada fossa 
pterygoidea terdapat m. pterygoideus medialis dan m.tensor veli palatini. Disebelah superior 
dari fossa pterygoidea terdapat suatu cekungan berbentuk oval, disebut fossa scaphoidea, 
tempat melekat m.tensor veli palatini. Facies anterior dan processus pterygoideus luas, 
membentuk dinding posterior fossa pterygopalatina.
Lamina lateralis processus pterygoidei bentuknya luas, tipis dan melengkung 
;facies lateralisnya membentuk sebagian dari dinding medial fossa infratemporalis dan menjadi 
tempat perlekatan m.pterygoideus lateralis. Facies medial dari lamina lateralis dinding lateral 
fossa pterygoideus, tempat melekat m.ptertgoideus medialis. 
Lamina medialis processus pterygoideus mempunyai bentuk yang lebih 
ramping, tetapi lebih panjang daripada lamina lateralis. Ujung inferior melengkung ke lateral, 
membentuk hamulus pterygoideus. Facies lateral membentuk dinding medial fossa 
pterygoidea. Facies medial membentuk batas lateral danchoanea. 
Ke arah superior lamina medialis meluas sampai pada permukaan inferior corpus 
sphenoidalis, membentuk processus vaginalis, yang di bagian anterior bersatu dengan 
processus sphenoidalis ossis palatini dan di bagian posterior bersatu dengan ala vomeris. 
Di antara tepi posterior processus vaginalis dan sisi medial fossa scaphoidea 
terdapat tuberculum pterygoideum, di sebelah superiornya terdapat canalis pterygoideus, yang 
di bagian posterior berhubungan dengan foramen lacerum dan di bagian tengan anterior 
dengan fossa pterygopalatina. 
Pada facies inferior processus vaginalis terdapat sebuah sulcus yang dibentuk 
bersama-sama dengan processus sphenoidalis ossis palatini, dilalui oleh ramus pharyngealis 
arteria maxillaries dan nervus pharyngealis yang dipercabangkan oleh nervus pterygopalatina. 
Di sepanjang tepi posterior lamina medialis melekat aponeurasis pharyngealis, 
daripada sepertiga bagian inferiornya terdapat origa dan m.constictor pharyngealis superior. 
Tepi anterior lamina medialis bersatu dengan tepi posterior pars perpendicularis 
ossis palatini. 
CONCHAE SPHENOIDALES adalah dua buah lembaran tipis, melengkung, 
terletak di bagian anterior corpus sphenoidalis. Pada dinding anterior terdapat lubang keluar 
dari sinus sphenoidalis yang menuju ke recessus sphenoidalis di dalam cavitas nasi. 
OS ETHMOIDALE 
Tulang yang ringan dan mempunyai rongga-rongga kecil, terletak di bagian 
anterior dari basis cranii, berada di antara kedua belah orbita, membentuk sebagian besar 
dinding superior cavitas nasi. Terdiri dari empat bagian ; (1) lamina cribrosa atau lamina
Anatomi umum
Anatomi umum
Anatomi umum
Anatomi umum
Anatomi umum
Anatomi umum
Anatomi umum
Anatomi umum

More Related Content

What's hot

histologi ginjal 2015
histologi ginjal 2015histologi ginjal 2015
histologi ginjal 2015koko ryannur
 
Cavum orbita
Cavum orbitaCavum orbita
Cavum orbitadadadony
 
Buku Biologi SMA Kelas X [BSE] 2009 – Riana Yani
Buku Biologi SMA Kelas X [BSE] 2009 – Riana YaniBuku Biologi SMA Kelas X [BSE] 2009 – Riana Yani
Buku Biologi SMA Kelas X [BSE] 2009 – Riana YaniRian Maulana
 
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWAN
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWANMAKALAH osmoregulasi PADA HEWAN
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWANikhsan saputra
 
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuhFungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuhFerdiana Agustin
 
2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..asih gahayu
 
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis selTahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis selpjj_kemenkes
 
Sistem Otot pada Manusia
Sistem Otot pada ManusiaSistem Otot pada Manusia
Sistem Otot pada ManusiaMichu OH
 
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUS
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUSSISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUS
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUSJihan Nabilah
 
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiTaxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiPSPDG-UNUD
 

What's hot (20)

histologi ginjal 2015
histologi ginjal 2015histologi ginjal 2015
histologi ginjal 2015
 
Nama latin organ tubuh manusia
Nama latin organ tubuh manusiaNama latin organ tubuh manusia
Nama latin organ tubuh manusia
 
Cavum orbita
Cavum orbitaCavum orbita
Cavum orbita
 
Modul 6 histologi
Modul 6 histologiModul 6 histologi
Modul 6 histologi
 
Slide jantung
Slide jantungSlide jantung
Slide jantung
 
Anatomi
AnatomiAnatomi
Anatomi
 
Buku Biologi SMA Kelas X [BSE] 2009 – Riana Yani
Buku Biologi SMA Kelas X [BSE] 2009 – Riana YaniBuku Biologi SMA Kelas X [BSE] 2009 – Riana Yani
Buku Biologi SMA Kelas X [BSE] 2009 – Riana Yani
 
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWAN
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWANMAKALAH osmoregulasi PADA HEWAN
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWAN
 
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuhFungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
Fungsi mukosa rongga mulut sebagai pertahanan pertama tubuh
 
2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..2. dental anatomi gigi permanen ..
2. dental anatomi gigi permanen ..
 
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis selTahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
 
Trauma maksilofasial
Trauma maksilofasialTrauma maksilofasial
Trauma maksilofasial
 
Sistem Otot pada Manusia
Sistem Otot pada ManusiaSistem Otot pada Manusia
Sistem Otot pada Manusia
 
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
 
Diferensiasi sel
Diferensiasi selDiferensiasi sel
Diferensiasi sel
 
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUS
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUSSISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUS
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA FETUS
 
Proses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan frakturProses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur
 
Anatomi hidung
Anatomi hidungAnatomi hidung
Anatomi hidung
 
Mekanisme nyeri
Mekanisme nyeriMekanisme nyeri
Mekanisme nyeri
 
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiTaxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
 

Similar to Anatomi umum

Anfis tulang
Anfis tulangAnfis tulang
Anfis tulangVina W
 
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)Osteologi axiale i (kuliah anvet i)
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)Izmoend Dy
 
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)Osteologi axiale i (kuliah anvet i)
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)Izmoend Dy
 
ANATOMIMUSKULOSKELETAL.ppt
ANATOMIMUSKULOSKELETAL.pptANATOMIMUSKULOSKELETAL.ppt
ANATOMIMUSKULOSKELETAL.pptazizainul
 
PRESENTASI_PPT_Powerpoint_SKELETON_Rangk.pptx
PRESENTASI_PPT_Powerpoint_SKELETON_Rangk.pptxPRESENTASI_PPT_Powerpoint_SKELETON_Rangk.pptx
PRESENTASI_PPT_Powerpoint_SKELETON_Rangk.pptxDzakiyahrafa
 
Sistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusiaSistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusiaTitik Kadarsih
 
Bab 2 sistem gerak pada manusia
Bab 2 sistem gerak pada manusiaBab 2 sistem gerak pada manusia
Bab 2 sistem gerak pada manusiaBudi Setyawansby
 
refarat tes fungsi pendengaran
refarat tes fungsi pendengaranrefarat tes fungsi pendengaran
refarat tes fungsi pendengaranwiwi purnama
 
Struktur dan fungsi_anatomi_tubuh_mnusia
Struktur dan fungsi_anatomi_tubuh_mnusiaStruktur dan fungsi_anatomi_tubuh_mnusia
Struktur dan fungsi_anatomi_tubuh_mnusiaJariahJariah1
 
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas b
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas bThv makalah kelompok 1 urophoda kelas b
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas bMaratus Solikhah
 
Anatomimuskuloskeletal
AnatomimuskuloskeletalAnatomimuskuloskeletal
AnatomimuskuloskeletalSujana Pkm
 
Kuliah Arthologi Olahraga prodi pjkr ubi
Kuliah Arthologi Olahraga prodi pjkr ubiKuliah Arthologi Olahraga prodi pjkr ubi
Kuliah Arthologi Olahraga prodi pjkr ubissuser371f83
 
Anatomi_Manusia_ppt.ppt
Anatomi_Manusia_ppt.pptAnatomi_Manusia_ppt.ppt
Anatomi_Manusia_ppt.pptferdiriansyah4
 

Similar to Anatomi umum (20)

Anfis tulang
Anfis tulangAnfis tulang
Anfis tulang
 
Susunan kerangka manusia
Susunan kerangka manusiaSusunan kerangka manusia
Susunan kerangka manusia
 
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)Osteologi axiale i (kuliah anvet i)
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)
 
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)Osteologi axiale i (kuliah anvet i)
Osteologi axiale i (kuliah anvet i)
 
ANATOMIMUSKULOSKELETAL.ppt
ANATOMIMUSKULOSKELETAL.pptANATOMIMUSKULOSKELETAL.ppt
ANATOMIMUSKULOSKELETAL.ppt
 
PRESENTASI_PPT_Powerpoint_SKELETON_Rangk.pptx
PRESENTASI_PPT_Powerpoint_SKELETON_Rangk.pptxPRESENTASI_PPT_Powerpoint_SKELETON_Rangk.pptx
PRESENTASI_PPT_Powerpoint_SKELETON_Rangk.pptx
 
Tanpa tulang
Tanpa tulangTanpa tulang
Tanpa tulang
 
Sistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusiaSistem gerak pada manusia
Sistem gerak pada manusia
 
Anatomi
AnatomiAnatomi
Anatomi
 
Anatomi
AnatomiAnatomi
Anatomi
 
Bab 2 sistem gerak pada manusia
Bab 2 sistem gerak pada manusiaBab 2 sistem gerak pada manusia
Bab 2 sistem gerak pada manusia
 
refarat tes fungsi pendengaran
refarat tes fungsi pendengaranrefarat tes fungsi pendengaran
refarat tes fungsi pendengaran
 
Struktur dan fungsi_anatomi_tubuh_mnusia
Struktur dan fungsi_anatomi_tubuh_mnusiaStruktur dan fungsi_anatomi_tubuh_mnusia
Struktur dan fungsi_anatomi_tubuh_mnusia
 
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas b
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas bThv makalah kelompok 1 urophoda kelas b
Thv makalah kelompok 1 urophoda kelas b
 
Anatomimuskuloskeletal
AnatomimuskuloskeletalAnatomimuskuloskeletal
Anatomimuskuloskeletal
 
Skeleton
SkeletonSkeleton
Skeleton
 
PPT tenggorok.pptx
PPT tenggorok.pptxPPT tenggorok.pptx
PPT tenggorok.pptx
 
Anatomimuskuloskeletal
AnatomimuskuloskeletalAnatomimuskuloskeletal
Anatomimuskuloskeletal
 
Kuliah Arthologi Olahraga prodi pjkr ubi
Kuliah Arthologi Olahraga prodi pjkr ubiKuliah Arthologi Olahraga prodi pjkr ubi
Kuliah Arthologi Olahraga prodi pjkr ubi
 
Anatomi_Manusia_ppt.ppt
Anatomi_Manusia_ppt.pptAnatomi_Manusia_ppt.ppt
Anatomi_Manusia_ppt.ppt
 

Recently uploaded

konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 

Recently uploaded (20)

konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 

Anatomi umum

  • 1. Anatomi Umum ANATOMI UMUM Istilah ANATOMI berasal sari kata Yunani purba ANATOME yang berarti melihat, mengangkat ke permukaan dengan cara mengiris dan menguraikan, yaitu melakukan dissection dengan menggunakan alat scalpel, pincet dan gunting. Jadi ilmu Anatomi mempelajari struktur tubuh manusia lapis demi lapis dengan cara menguraikan dan memotong bagian-bagiannya. Ilmu Anatomi dibagi menjadi : 1. Anatomi descriptiva = Anatomi systematica, yang mempelajari morfologi dan lokalisasi setiap organ, baik menurut fungsi maupun menurut regio. 2. Anatomi topografica, mempelajari suatu letak organ terhadap organ lainnya. 3. Embryologi, mempelajari perubahan-perubahan perkembangan dan pertumbuhan sel-sel mulai dari saat pembuahan sampai menjadi manusia. 4. Anatomi comparativa, membandingkan struktur tubuh manuisa dengan hewan. 5. Anthropologi ragawi, membandingkan struktur tubuh antar manusia (etnis) Nomenclatur yang digunakan berbahasa latin, yang untuk pertama kali disepakati pada tahun 1895 di Basel, disebut Nomina Anatomica Baseli. Pada tahun 1935 disepakati Nomina Anatomica Jenai dan pada tahun 1980 diterbitkan Nomina Anatomica baru, yang merupakan “ A Revision by the International Anatomical Nomenclatur Committee apporoved by the Elevent International Congress of Anatomists in Mexico, 1980. Sebagai dasar untuk menentukan tempat dan arah dipakai SIKAP ANATOMI, yaitu suatu Sikap yang berdiri tegak, kepala tegak, mata memandang lurus ke depan, kedua lengan tergantung bebas ke bawah dan berada disamping tubuh dengan telapak tangan membuka ke arah depan, dan kedua tungkai berdiri lurus serta sejajar dengan keduaa kaki sejajar ke depan. TERMINOLOGI Ada beberapa kata Latin yang penting dan sering dipakai : A. Kata sifat yang menyatakan bidang : 1. Medianus, bidang yang membagi tubuh menjadi 2 bagian kiri kanan yang simetris 2. Paramedianus, bidang yang berada disamping dan sejajar dengan bid.medianus. 3. Sagitalis, setiap bidang yang sejajar dengan bidang medianus
  • 2. 4. Frontalis, bidang yang tegak lurus pada bidang sagitalis, sejajar dengan permukaan perut. 5. Transversalis, bidang yang melintang tegak lurus pada arah memanjang tubuh. B. Kata sifat yang menyatakan arah : 1. Medialis = lebih dekat pada garis tengah badan. 2. Lateralis = lebih jauh dari garis tengah badan 3. Ventralis = searah dengan vebter. Istilah ini sama dengan Anterior = searah dengan anticus. 4. Dorsalis = serarah dengan dorsum. Istilah ini sama dengan Posterior = searah dengan posticus. 5. Cranialis = searah dengan cranium. 6. Caudalis = searah dengan cauda 7. Longitudinalis = kearah ukuran panjang 8. Proximalis = lebih dekat ke pangkal 9. Distalis = lebih dekat ke ujung 10. Volaris = searah telapak tangan 11. Plantaris = searah telapak kaki 12. Ulnaris = kearah ulna 13. Radialis = kearah radius 14. Rostralis = kearah moncong C. Kata benda yang menyatakan bangunan menonjol : 1. Processus = nama umum untuk tonjolan 2. Spina = tonjolan yang tajam 3. Tuber = benjolan bulat 4. Tuberculum = benjolan bulat yang kecil 5. Crista = tepi yang bergerigi 6. Pecten = bagian pinggir yang menonjol 7. Condylus = tonjolan bulat di ujung tulang 8. Epicondylus = benjolan pada condylus 9. Cornu = tanduk 10. Linea = garis D. Kata benda yang menyatakan bangunan melengkung :
  • 3. 1. Fossa = nama umum 2. Fossula = fossa yang kecil 3. Fovea = lekuk yang agak rata 4. Foveola = fovea yang kecil 5. Sulcus = alur 6. Incisura = takik E. Kata benda yang menyatakan lubang, saluran, ruangan : 1. Foramen = lubang 2. Fissura = celah 3. Apertura = pintu 4. Canalis = saluran 5. Ductus = pembuluh 6. Meatus = liang 7. Cavum = rongga 8. Cellula = ruang kecil berisi udara OSTEOLOGI UMUM Tubuh manusia tersusun oleh seperangkat tulang yang saling berhubungan membentuk persendian, dan dinamakan Skeletaon, adapun fungsi tulang : 1. Menegakkan dan memberi bentuk pada tubuh 2. Melindungi organ, seperti enchepalon, cor 3. Sebagai lat gerak pasif 4. Memproduksi sel darah 5. Tempat penyimpanan mineral, mis Ca, P. KLASIFIKASI TULANG A. Morfologi : 1. Os longum, yaitu tulang yang pada kedua ujungnya membentuk persendian mis. humerus 2. Os breve, yaitu tulang yang mengadakan persendiaan pada lebih dari dua permukaannya, mis. Ossa carpalis, ossa tarsalis 3. Os planum, berbentuk pipih, mis. scapula 4. Os pneumaticum, yaitu tulang berongga yang berisi udara, mis. os ethmoidale
  • 4. 5. Os sesamoidea, yaitu tulang yang terdapat di dalam tendo, mis. patella 6. Os irregulare, yaitu tulang-tulang yang tidak bisa dikelompokkan pada no. 1 sd 5 B. Histologi : 1. Osseum 2. Cartilago C. Ontologi : 1. Osteogenesis desmalis 2. Osteogenesis chondralis D. Lokalisasi : 1. Skeleton appendiculare 2. Skeleton axiale STRUKTUR TULANG Secara makroskop terdiri dari (1) substantia compacta dan (2) substantia spongiosa. Pada os Longum substantia compacta berada di bagian tengah dan makin ke ujung tulang menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang terdapat substantia spongiosa, yang pada pertumbuhan memanjang tulang membentuk cavitis medullaris. Lapisan superficialis tulang disebut periosteum dan lapisan profunda disebut endosteum. Bagain tengah os longum disebut corpus, ujung tulang berbentuk konveks atau konkaf, membesar, membentuk persendiaan dengan tulang lainnya. Dari aspek pertumbuhan, bagian tengah tulang disebut diaphysis, ujung tulang disebut epiphysis dibentuk oleh cartilago, dan bagian diantara keduanya disebut metaphysis, tempat peartumbuhan memanjang dari tulang (peralihan antara cartilago menjadi osseum).
  • 5. OSTEOLOGI KHUSUS Menurut lokalisasi Skeleton dibagi menjadi : A. Skeleton appendiculare, membentuk Extremitas superior et inferior B. Skeleton axiale, terdiri dari : 1. Columna vertebralis 2. Costa 3. Sternum 4. Cranium A.SKELETON APPENDICULARE EXTREMITAS SUPERIOR = OSSA MEMBRI SUPERIORIS 1. CINGULUM MEMBRI SUPERIORIS (CINGULUM PECTORALE) SCAPULA Berbentuk segitiga, tepi sebelah medial disebut margo vertebralis, sejajar dengan columna vertebralis, tepi yang menghadap cranial disebut margo superior dan tepi lateral disebut margo axillaris. Ketiga tepi tersebut membentuk angulus medialis (=angulus superior), antara margo superior dan margo vertebralis, angulus inferior dibentuk oleh margo medialis dan margo lateralis, dan angulus lateralis (=angulus axillaris) dibentuk oleh margo lateralis dan margo superior. Pada angulus lateralis terdapat cavitas glenoidalis, suatu lekuk tempat persendiaan dengan caput humeri. Antara cavitas glenoidalis dengan bagiam lain dari scapula terdapat bagian yang agak mengecil, disebut collum scapulae. Pada facies dorsalis terdapat penonjolan yang besar dan memanjang arah miring dari caudomedial ke craniolateral, disebut spina scapulae. Di bagian medial dari spina scapulae terdapat trigonum spinae scapulae. Ujung lateral spina scapulae membentuk acromion, suatu tonjolan besar ke arah lateral. Fossa di sebelah cranial spina scapulae disebut fossa supraspinata, dan yang berada di sebelah caudalnya disebut fossa infraspinata. Disebelah medial dari cavitas glenoidalis terdapat sebuah taju mengarah ke ventral, berbentuk seperti paruh gagak, disebut processus coracoideus. Di sebelah medial dari processus coracoideus terdapat incisura scapulae, berupa suatu takik.
  • 6. Facies ventralis scapulae, berhadapan dengan costae, merupakan suatu lekukan yang besar, disebut fossa subscapularis. Di bagian cranial dan cavitas glenoidalis tedapat tonjolan-tonjolan kecil, disebut tuberossitas supra glenoidalis, di bagian caudalnya cavitas terdapat tuberositas infra glenoidalis. Pada acromion terdapat facies articularis acromii. CLAVICULA Berbentuk seperti huruf S, bagian medial melengkung lebih besar dan menuju ke anterior. Lengkungan bagian lateral lebih kecil dan menghadap ke posterior. Ujung medial disebut extremitas sternalis, membentuk persendian dengan sternum, dan ujung lateral disebut extremitas acromialis, membentuk persendian dengan acromion. Facies superior clavicula agak halus, dan pada facies inferior di bagian medial terdapat tuberositas costalis. Disebelah lateral tuberositas tersebut terdapat sulcus subclavius, tempat melekat m.subclavius, dan di sebelah lateralnya lagi terdapat tuberositas coracoidea, tempat melekat lig.coracoclavicularis. Pada facies medial clavicula terdapt foramen nutriculum, yang dilalui oleh pembuluh darah. 2.PARS LIBERA MEMBRI SUPERIORIS HUMERUS Morfologi adalah os longum. Ujung proximal membentuk caput humeri, suatu tonjolan bentuk bulat yang serasi dengan cavitas glenoidalis, yang mengarah ke dorso-medial. Caput terpisah dari corpus humeri oleh collum anatomicum. Disebelah caudal dari collum anatomicum terdapat tuberculum majus yang mengarah ke lateral dan tonjolan tuberculum minus yang berada di sebelah medial. Diantara kedua tuberculum tadi terdapat sulcus intertubercularis. Ke arah distal tuberculum majus melanjutkan diri menjadi crista tuberculi majoris, dan tuberculum minus membentuk crista tuberculi minoris. Di sebelah distal dari tuberculum amjus et minus terdapat collum chirurgicum. Pada copus humeri, di bagian lateral terdapat tuberositas deltoidea, dan di bagian dorsal terdapat sulcus spilaris (= sulcus nervi radialis) dengan arah dari craniomedial menuju ke caudolateral.
  • 7. Ujung distal corpus humeri melebar, disebut epicondylus medialis dan epicondylus lateralis humeri. Di abgian dorsal dari epicondylus medialis terdapat sulcus nervi ulnaris. Di bagian medial ujung distal humeri terdapat trochlea humeri, yang membentuk persendian dengan ulna, dan bagian lateral terdapat capitulum humeri, yang membentuk persendian dengan radius. Di sebelah proximal dari trochlea humerio terdapat fossa coronoidea, yang sesuai dengan processus coromoideus ulnae, dan fossa radialis yang sesuai dengan capitulum radii. Di bagian dorsal terdapat fossa olecranii, yang ditempati oleh olecranon. RADIUS Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii), berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (=fossa articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas radii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea (=crista interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo posterior. Ujung distal radius melebar ke arah lateral membentuk processus styloideus radii, di bagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk facies articularis carpi. ULNA Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang sebaliknya terdapat pada radius. Pada umjung proximal ulna terdapat incisura trochlearis (= incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris.
  • 8. Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo interosseus, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae (= capitulum ulnae ). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapt processus styloideus serta silcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius. OSSA CARPI (CARPALIA) Terdiri dari 8 buah tulang dan terletak dalam 2 baris. Baris I (deretan proximal) : os scaphoideum (=os naviculare), os lunatum, os triquentrum dan os pisiforme. Baris II (deretan distal) : os trapezium (= os multangulum majus), os trapezoideum, (= os multangulum minus). Os capitulum dan os hamatum. Os scaphoideum membentuk tuberculum ossis scaphoidei. Os trapezium membentuk tuberculum ossis trapezii. Os hamatum membenuk hamalus ossis hamati. Tonjolan-tonjolan ini bersama-sama dengan os pisiforme membentuk eminentiae carpi yang membatasi sulcus carpi. Sulcus carpi ditutupi oleh ligamentum carpi transcersum dan membentuk canalis carpi. OSSA METACARPI (METACARPALIA) Terdiri dari 5 buah os longum. Setiap os metacarpale mempunyai basis metacarpalis, corpus metacarpalis dan caput metacarpalis. OSSA DIGITORUM (PHALANGES) Setiap jari mempunyai 3 ruas, kecuali ibu jari yang mempunyai 2 ruas, yaitu phalanx proximalis, phalanx media dan phalanx distalis. Setiap phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis dan caput phalangis.
  • 9. EXTREMITAS INFERIOR = OSSA MEMBRI INFERIORIS 1.CINGULUM MEMBRI INFERIORIS (CINGULUM PELVICULUM) OS COXAE (PELVICUM) Terdiri dari tiga buah tulang, yaitu os ilium, os ischium dan os punis. Ketiga tulang tersebut bertemu pada acetabulum pada usia kira-kira 16 tahun. Os coxae sinister dari os coxae dexter bertemu di bagian anterior pada linea mediana, membentuksymphysis pubis, di bagian dorsal membentuk persendian dengan os sacrum. Os coxae dxter, os coxae sinister, os sacrum dan os coccygeus membentuk cavum pelvicum. Os coxae mempunyai dua facies, yakno facies medialis atau facies pelvina dan facies lateralis atau facies externa. Facies lateralis dibagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut : (1) pars glutealis (aspect posterolateral), (2) pars adductoris (aspect anterior) dan (3) pars acetabulum. Pada facies lateralis ini terdapat sebuah lekukan yang dalam, berbentuk cangkir, disebut acetabulum, berada di cranialis foramen obturatorium. Tepi acetabulum tajam, disebut limbus acetabuli, kecuali di bagian caudal membentuk incisura acetabuli. Lantai acetabulum membentuk fossa acetabuli, ditempati oleh ligamentum teres femoris. Antara lantai acetabulum dan tepi acetabulum terdapat suatu cartilago, berbentuk telapak kuda, disebut facies lunata dan mengadakan persendian dengan caput femoris membentuk articulatio coxae. Facies medialis dibagi apertura pelvis superior menjadi major, berada di bagian cranial, dan pelvis minor yang berda di bagian caudal. Apertura pelvis superior dibentuk oleh : promontorium, margo anterior ala osis sacri, linea iliopectinea, crista pubica dan tepi cranial symphysis ossis pubis. Kedua buah os coxae membentuk dinding anterior dan dinding lateral cavum pelvicum. Foramen obturatorium, berbentuk oval, memisahkan os pubis yang terletak di bagian anterosuperior dari os ischium yang berada di bagian posteroinferior. Foramen ini ditutupi oleh membrana obturatoria, kecuali di bagian cranial pada sulcus obturatorius yang dilalui oleh nervus obturatorius dan vasa obturatoria. Pada membrana obturatoria ini melekat m.obturator internus dan m.obtorator externus. OS PUBIS (PUBIS) Terdiri dari corpus, ramus superior dan ramus inferior. Corpus ossis pubis berbentuk pipih, dilapisi oleh cartilago hyaline, bersatu yang kiri dan kanan, membentuk
  • 10. symphysis osseum pubis. Crista pubica adalah suatu peningian yang kasar, berada di sepanjang tepr antero-posterior corpus ossis pubis dan berakhir sebagai suatu tonjolan kecil yang dinamakan tuberculum pubicum, tempat melekatnya ligamentum inguinale. Letak dari crista pubica kira-kira 3 cm di lateral linea mediana dan padanya melekat m.rectus femoris, conjoint tendon dan vagina musculi recti. Facies interna corpus ossis pubis licin, membentuk dinding anterior cavitas pelvis. Permukaan anterior corpus ossis pubis kasar dan merupakan tempat perlekatan dari m.adductor longus. Facies pelvina corpus ossis pubis mempunyai permukaan yang halus, menghadap ke arah cranial, ditempati oleh vesica urinaria. Facies femoralis corpus ossis pubis menghadap ke arah caudal, permukaannya kasar. Pada posisi Anatomi, tuberculum pubicum dan spina iliaca anterior superior terletak pada bidang frontal yang sama. Demiokian pula crista pubica, os coccygeus, pertengahan acetabulum, caput femoris dan ujung trochanter major terletak pada bidang horizontal yang sama. Ramus superior ossis pubis berbentuk segitiga, meluas dari bagian superior corpus ossis pubis menuju ke eminentia iliopectinae (= eminentia iliopubica), yang merupakan suatu peninggian pada perbatasan antara ramus superior ossis pubis dengan os ilium. Ramus superior mempunyai tiga permukaan, yaitu (1) facies pelvina, (2) facies pectinea, dan (3) facies obturatoria. Facies pelvina halus, berbentuk segitiga, turut membentuk dinding cavitas pelvis. Facies pectinea berbentuk segitiga, tempat melekat m.pectinea, dan dipisahkan dari facies pelvina oleh linea pectinea, meluas dari tuberculum pubicum sampai pada eminentia iliopectinea. Facies obturatoria menghadap ke arah caudo-dorsal, turut membentuk sulcus obturatorius. Ujung lateral ramus superior membentuk 1/5 bagian dari acetabulum. Ramus inferior ossis pubis pendek, meluas dari corpus ossis pubis menuju ke arah dorso-caudo-lateral, dan bertemu dengan ramus inferior ossis ischii; turut membentuk foramen obturatorium. OS ILII (ILIUM) Tepi superior os ilii melengkung dan disebut crista iliaca, ke arah interior berakhir sebagai spina iliaca anterior superior, dan ke arah superior berakhir spina iliaca posterior superior. Crista iliaca membentuk labium externum dan labium internum. Di antaranya terdapat linea intermedia. Kira-kira 5 cm di sebelah dorsal dari spina iliaca anterior superior labiun externum membentuk tuberculum iliacum. Di bagian anterior crista iliaca melekat m.obliquus internus abdominis, m.obliquus externus abdominis dan m.transversus abdominis.
  • 11. Pada bagian posterior crista iliaca terdapat perlekatan dari m.quadratus lumborum dan m.erector spinae. Di antara spina iliaca anterior superior dan acetabulum terdapat suatu penonjolan yang bulat, disebut spina iliaca anterior inferior, tempat perlekatan dari ligamentum iliofemorale dan m.rectus femoris. Pada facies lateralis, di sebelah cranial dari acetabulum os ilii membentuk facies glutea (=dorsum ilii), di bagian anterior berbentuk konveks dan di bagian posterior berbentuk konkaf. Pada permukaan ini terdapat linea glutea posterior, letak vertikal dan berada di sebelah anterior spina iliaca posterior superior. Garis ini memisahkan perlekatan m.gluteus maximus daripada m.gluteus medius. Di sebelah anterior dari linea glutea posterior terdapat linea glutea anterior, yang mulai dari incisura ischiadica major melengkung ke cranial dan berakhir pada crista iliaca dekat pada acetabulum/ di antara linea glutea dan linea glutea posterior terdapat perlekatan dari m.glutea medius. Garis yang ketiga adalah linea glutea inferior, yang melengkung kira-kira 2,5 cm di cranialis dari acetabulum. M.gluteus minimus melekat di antara linea glutea anterior dan linea glutea inferior. Sebuah tonjolan yang terletak di sebelah cranial dan incisura ischiadic major, di sebelah caudal dari spina iliaca posterior superior, disebut spina iliaca posterior inferior. Facies medialis dibagi oleh linea arcuata menjadi dua bagian. Bagian yang berada di sebelah superior linea arcuata membentuk fossa iliaca, tempat melekat m.iliacus, dan bagian yang berada di sebelah inferior linea arcuata mempunyaiu permukaan yang licin, disebut corpus ossis ilii dan bersatu dengan facies medialis corpus ossis pubis dan ossis ischii. Di sebelah cranialis dari incisura ischiadica major terdapat facies auricularis, berbentuk huruf “C” dengan kakinya yang membuka ke arah posterior, membentuk articulatio sacroiliaca dengan os sacrum. Bagian yang terletak di antara facies auricularis dan crista iliaca disebut tuberositas iliaca, mempunyai permukaan yang kasar dan merupakan tempat melekat ligamentum sacroiliacum. OS ISCHII (ISCHIUM) Terdiri atas bagian, yakni (1) corpus, (2) tuber ischiadicum dan (3) ramus ossis ischii. Corpus ossis ischii berbentuk segitiga, yang turut membentuk tepi foramen obturatorium, acetabulum dan incisura ischiadica major, mempunyai tiga permukaan yakni (1) facies medialis (= facies pelvina), (2) facies lateralis (= facies acetabularis) dan (3) facies posterior (= facies
  • 12. glutealis). Facies glutelis terletak di antara tepi acetabulum dan incisura major, ke arah cranialis bersatu dengan corpus ossis ilii dan ke arah caudal melanjutkan diri menjadi tuber ischiadicum. Ramus ossis ischii terdiri dari ramus superior dan ramus inferior ossis ischii, yang mengelilingi foramen obturatorium. Ramus inferior ossis ischii bersatu dengan ramus inferior ossis pubis. Tuber ischiadicum adalah bagian yang berada di antara ramus superior dan ramus inferior ossis ischii. Ada literature yang tidak membagi ramus ossis ischii menjadi ramus superior et inferior dan tuber ischiadicum adalah bagian yang terletak di antara corpus ossis ischii dan ramus ossis ischii. Tuber ischiadicum berbentuk oval, mempunyai tepi medial dan tepi lateral, berfungsi menempung berat badan ketika seseorang duduk dan tempat melekat m.hamstring. CAVITITS PELVIS Dibentuk oleh pelvis minor, di sebelah cranial dibatasi oleh apertura paevis superior dan di sebelah caudal dibatasioleh apertura pelvis inferior. Apertura pelvis superior (= inlet atau brim) dibentuk oleh promontorium di sebelah posterior, linea arcuata di lateral dan crista pubica di bagian anterior. Caldwell dan Moloy membuat klasifikasi pelvis wanita atas dasar bentuk apertura pelvis superior, menjadi (1) tipe gynecoid, (2) android, (3) anthropoid dan (4) platypelloid. Besar kecilnya cavitas pelvis ditemukan oleh ukuran-ukuran apertura pelvis superior, seperti ukuran anterior-posterior (= diameter conjugata) dan diameter transversa. Apertura pelvis inferior dibentuk oleh ujung oscoccygeus, tuber ischiadicum dan arcus pubis di bagian anterior. Arcus pubis dibentuk oleh ramus inferior ossis pubis sinister dan dexter. Sumbu cavitas pelvis berbentuk arcus yang melengkung, mengikuti dinding anterior yang pendek dan dinding posterior yang panjang. Dibandingkan dengan pelvis pria, maka pelvis wanita : - lebih ringan
  • 13. - jarak antara spina iliaca anterior superior lebih panjang - tempat melekat otot kurang jelas - apertura pelvis superior lebih besar dan bulat - arcus pubis lebih besar (sudut tumpul) - foramen obturatorium berbentuk seperti segitiga, dan lebih kecil - acetabulum lebih kecil, dan mengarah ke anterior FEMUR (OS FEMORIS) Merupakan tulang yang paling panjang dan paling berat dalam tubuh manusia. Panjangnya kira-kira 1/4 sampai 1/3 dari panjang tubuh. Pada posisi berdiri, femur meneruskan gaya berat badan dan pelvis menuju ke os tibia. Terrdiri dari corpus, ujung proximal dan ujung distal. Pada ujung proximal terdapat caput ossis femoris, collum ossis femoris, trochanter major dan trochanter minor. Pada ujung distal terdapat condylus medialis dan condylus lateralis. Pada posisi Anatomi kedua ujung condylus medialis dan condylus lateralis terletak pada bidang horizontal yang sama. Caput ossis femoris berbentuk 2/3 bagian dari sebuah bul;atan (bola), letak mengarah ke cranio-medio-anterior. Pada ujung caput femoris, di bagian caudo-posterior dan titik sentral, terdapat fovea capitis, yang menjadi tempet perlekatan dari ligamentum teres femoris. Collum femoris terletak di antara caput dan corpus ossis femoris, ukuran panjang 5 cm, membentuk sudut sebesar 125 derajat. Pada bayi dan anak-anak sudut tersebut lebih besar dan pada wanita lebih kecil. Trochanter major adalah sebuah tonjolan ke arah lateral yang terdapat padda perbatasan collum dan corpus ossis femoris. Pada facies anteriornya melekat m.gluteus minimus. Pada permukaan lateral melekat m.gluteus medius. Pada sisi medial dari trochanter major terdapat fossa trochanterica, tempat melekat m.obturator externus Trochanter major berada 10 cm di sebelah caudal dari crista iliaca, dan dapat dipalpasi pada sisi lateral tungkai. Pada posisi berdiri trochanter major berada pada bidang horozontal yang sama dengan tuberculum pubicum, caput femoris dan ujung os coccygeus.
  • 14. Trochanter minor merupakan suatu tonjolan berbentuk bundar (konus), terletak mengarah ke medial dan berada di bagian postero-medial perbatasan collum dengan corpus ossis femoris. Di antara trochanter minor dan trochanter major, pada permukaan posterior terdapat crista intertrochanterica, tempat melekat m.quadratus femoris. Corpus ossis femoris melengkung ke ventral, membentuk sudut sebesar 10 derajat dengan garis vertical yang ditarik melalui caput femoris, garis tersebut merupakan axis longitudinalis dari articulatio coxae. Axis longitudinalis dari corpus ossis femoris dengan axislongitudianlis dari collum ossis femoris membentuk sudut inklinasi, yang bervariasi menurut usia dan sex. Apabila sudut inklinasi mengecil maka kondisi ini dinamakan coxa valga. Bentuk corpus ossis femoris di bagian proximal bulat dan makin ke distal menjadi agak pipih dalam arah anterior-posterior. Pada facaies dorsalis terdapat linea aspera, yang terdiri atas labium laterale dan labium mediale. Ke arah superior labium laterale membentuk tuberositas glutea dan labium medial menjadi linea pectinea sampai pada trochanter minor. Ke arah inferior labium laterale berakhir pada epicondylus lateralis dari labium mediale mencapai epicondylus medialis femoris. Di antara kedua ujung distal labimu laterale dan labium mediale terdapat planum popliteum. Pada linea aspera melekat mm.adductores, m.vastus medialis, m.vastus lateralis dan caput breve m.biceps femoris. Ujung distal corpus ossis femoris membentuk dua buah tonjolan yang melengkung, disebut condylus medialis dan condylus lateralis. Daerah di antara kedua condylus itu, di bagian posterior dan caudal disebut fossa intercondyloidea. Di bagian ventral, kedua condylus tersebut membentuk facies patellaris, yang dibagi oleh sebuah alur menjadi dua bagian yang tidak sama besar, pars lateralis lebih besar dan kurang menonjol dibandingkan dengan pars medialis. Pars latralis mengadakan persendiaan dengan facies articularis lateralis patellae. Facies medialis lebih kecil dan lebih menonjol ke distal, mengadakan persendiaan dengan facies articularis patellae. Bagian distal condylus lateralis secara relatif lebih besar dan terjal, sedangkan condylus medialis lebih kecil dan melengkung. Facies medial dari condylus medialis femoris konveks dan kasar, dan bagian yang paling menonjol disebut epicondylus medialis, Bagian yang paling menonjol pada facies lateralis condylus lateralis femoriss disebut epicondylus lateralis femoris, bentuknya lebih kecil daripada yang medial. PATELLA
  • 15. Adalah sebuah os sesomoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk segitiga, berada di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps femoris. Dalam keadaan otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit ke cranial dan ke caudal. Mempunyai facies anterior dari facies articularis; facies articularis lateralis bentuknya lebih besar daripada facies articularis medialis. Margo superior atau basis patellae berada di bagian proximal dan apex patellae berada di bagian distal. Marga medialis dan margo lateralis bertemu membentuk apex patellae. TIBIA Sebuah os longum, mempunyai corpus, ujung proximal dan ujung distal, berada di sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi berdiri, tibia meneruskan gaya berat badan menuju ke pedis. Ujung proximal lebar, mengadakan persendian dengan os femur membentuk articulatio genu, membentuk condylus medialis dan condylus lateralis tibiae, facies proximalis membentuk facies articularis superior, bentuk besar, oval, permukaan licin. Facies articularis ini dibagi menjadi dua bagian, dari anterior ke posterior, oleh fossa intercondyloidea anterior, eminentia intercondyloidea dan fossa intercondyloidea posterior. Fossa intercondyloidea anterior mempunyai bentuk yang lebih besar daripada fossa intercondyloidea posterior. Tepi eminentia intercondyloidea membentuk tuberculum intercondylare mediale dan tuberculum intercondylare laterale. Eminentia epicondylaris bervariasi dalam bentuk dan sering juga absen. Facies articularis dari condylus medialis berbentuk oval, sedangkan facies articularis condylus lateralis hampir bundar. Condylus lateralis lebih menonjol daripada condylus medialis. Pada facies inferior dari permukaan dorsalnya terdapat facies articularis, berbentuk lingkaran, dinamakan facies facies articularis fibularis, mengadakan persendian dengan capitulum fibulae. Di sebelah inferior daro condylus tibiae terdapat tonjolan ke arah anterior, disebut tuberositas tibiae. Di bagian distalnya melekat ligamnetum patellae. Corpus tibiae mempunyai tiga buah permukaan, yaitu (1) facies medialis, (2) facies lateralis dan (3) facies posterior. Mempunyai tiga buah tepi, yaitu (1) margo anterior, (2) margo medialis dan (3) margo interosseus. Fossa medialis datar, agak konveks, ditutupi langsung kulit dan dapat dipalpasi secara keseluruhan. Facies lateralis konkaf, ditempati oleh banyak otot. Bagian distalnya
  • 16. menjadi konveks, berputar ke arah ventral, melanjutkan diri menjadi bagian ventral ujung distal tibia. Facies posterior berada di antara margo medialis dan margo interosseus. Pada sepertiga bagian proximal terdapat linea poplitea, suatu garis yang oblique dari facies articularis menuju ke margo medialis. Margo anterior disebut crista anterior, sangat menonjol, di bagian proximal mulai dari tepi lateral tuberositas tibiae, dan di bagian distal menjadi tepi anterior dari malleolus medialis. Margo medialis, mulai dari bagian dorsal condylus medialis sampai ke bagian posterior malleolus medialis. Margo interosseus mempunyai bentuk yang lebih tegas daripada margo medialis, tempat melekat membrana interossea. Di bagian proximal mulai pada condylus lateralis sampai di apex incisura fibularis tibiae membentuk bifurcatio. Ujung distal tibia membentuk malleolus medialis. Malleolus medialis mempunyaii facies superior, anterior, posterior, medial, lateral dan inferior. Pada facies posterior terdapat sulcus malleolaris, dilalui oleh tendo m.tibialis posterior dan m.flexor digitorum longus. Pada permukaan lateral terdapat incisura fibularis yang membentuk persendian dengan ujung distal fibula. Facies articularis inferior pada ujung distal tibia membentuk persendian dengan facies anterior corpus tali. FIBULA Terletak di bagian lateral crus, sejajar dengan tibia, hampir sepanjang denga tibia. Di bagian proximal membentuk persendian dengan tibia dan di bagian distal dengan os talus. Bagian intermedia difiksasi oleh membrana interossea pada tibia, membentuk suatu syndesmosis. Fibula tidak menampung gaya berat badan, dan karena bagian medial ditutupi oleh otot-otot, maka hanya ujung-ujungnya saja yang dapat dipalpasi. Fibula terdiri dari corpus, ujung proximalis dan ujung distal. Ujung proximalis disebut capitulum fibulae, membentuk persendian dengan ujung proximal bagian posterior tibia, disebut articulatio tibiofibularis proximalis, dapat dipalpasi di caudalis condylus lateralis tibiae, di bagian posteriornya. Capitulum fibulae terletak setinggi dengan tuberositas tibiae. Pada bagian medial di ujung capitulum fibulae terdapat facies articularis, yang membentuk persendian dengan
  • 17. condylus laterlis tibiae. Permukaan persendiaa ini menghadap ke arah ventro-cranio-medial. Facies lateralis capitulum fibulaea kasar, tempat melekat m.biceps femoris dan ligamentum collaterale. Dari facies latero-posterior terdapat tonjolan yang menjulang ke cranial, disebut apex capitis fibulae (=processus styloideus). Corpus fibulae pada 3/4 bagian proximal mempunyai tiga margo atau crista, yaitu (1) margo anterior, (2) margo interosseus, (3) margo posterior. Corpus fibulae mempunyai tiga facies, sebagai berikut : (1) facies lateralis, (2) facies medialis dan (3) facies posterior. Margo aanterior lebih menonjol daripada margo lainnya, dan dimulai dari apex capitis fibulae, tempat melekat septum intermusculare. Margo posterior meluas mulai dari apex capitis fibulae menuju ke caudo-medial mencapai permukaan posterior malleolus lateralis. Facies lateralis berada di antara margo anterior dan margo superior, tempat melekat m.peroneus longus dan m.peroneus brevis. Facies medialis berada di antara margo anterior dan margo interosseus tempat perlekatan m.extensor digitorum longus, m.extensor hallucis longus dan m.peroneus tertius. Facies posterior berada di antara margo posterior dan margo interosseus, tempat melekat m.soleus, m.flexor hallucis longus dan m.tibialis posterior. Malleolus lateralis mempunyai permukaan medialis yang berbentuk segitiga, halus dan mengadakan persendian dengan os tatus. Malleolus lateralis lebih menonjol daripada malleolus medialis, terletak lebih ke posterior, dan kira-kira 1 cm lebih ke distal. Pada facies medialis terdapat facies articularis malleoli, yang mengadakan persendian dengan os talus, dan bagian superiornya membentuk articulus dengan tibia. Pada permukaan medialis, disebelah posterior facies articularis terdapat fossa malleoli lateralis. Pada facies posterior terdapat sulcus malleolaris (= sulcus tendinis mm. Peronaeorum) OSSA TARSI (TARSALIA) Terdiri dari tujuh buah tulang, yakni talus, calcaneus, os naviculare, os cuneiforme mediale, os cuneiforme intermedium, os cuneiforma lateralis dan os coboideum. TALUS Bagian posteriornya bedar, disebut corpus tali, bagian anterior kecil yang disebut caput tali dan di antaranya terdapat collum tali. Caput tali mengarah ke medialis. Facies superior corpus talli membentuk facies articularis, berbentuk konveks ke arah anterior-posterior, dan konkaf pada sisi-sisinya. Facies articularis tersebut kecil di bagian
  • 18. posterior dan besar di abgian anterior, membentuk persendian dengan ujung distalis tibia. Facies superior berlanjut ke sisi medial dan mengadakan persendian dengan malleolus medialis, ke arah lateral membentuk articulus dengan malleouls lateralis. Fadies articularis tersebut disebut trochlea tali. Pada facies posterior corpus terdapt tonjolan yang disebut processus posterior tali, yang dipisahkan oleh sulcus m.flexoris hallucis longi menjadi dua bagian, yaitu tuberculum mediale dan tuberculum lateralis tali. Caput tali ke arah anterior membentuk facies articularis navicularis, yang bmembentuk articulus dengan os naviculare. Berdekatan dengan facies articularis tersebut pada facies inferior caput tali terdapat facies articularis calcanea antrior dan facies articularis calcanea media, yang mengadakan persendian dengan calcaneus. Pada facies inferior, di antara facies articularis calcanea posterior dan facies articularis anterior et media terdapat sulcus tali. CALCANEUS Adalah tulang yang terbesar dari semua assa tarsi. Bagian posterior-inferior disebut tuber calcanei, yang membentuk tumit. Permukaan posterior kasar, tempat melekat tendo calcaneus. Facies inferior membentuk processus medialis dan apraocessus lateralis yang bertumpu pada lantai. Facies anterior mengadakan persendian dengan os cuboideum melalui facies articularis cuboidei. Pada facies medialis terdapat sebuah tonjolan yang disebut sustentaculum tali. Pada facies superior sustentaculum tali terdapat facies articularis talaris media, yang mengadakan persendian dengan facies articularis calcanea media tali yang terdapat pada facies inferior caput tali. Pada faacies inferior sustentaculum tali terdapat sulcus m.flexor hallucis longi. Pada facies superior calcaneus, di bagian pertengahan, terdapat facies articularis talaris posterior, yang besar, oval, konveks, mempunyai axis panjang yang mengarah ke antero lateral, membentuk persendian dengan facies articularis calcanea posterior, di antara facies articularis posterior dengan facies articularis mesia terdapat sulcus calcanei. Sulcus tali dan sulcus calcanei bersama-sama membentuk sinus tarsi. Di sebelah anterior dari facies articularis media terdapat facies articularis talaris anterior, yang mengadakan persendian dengan facies articularis calcanea anterior tali. Pada facies lateralis, di bagian anterior calcaneus, terdapat processus trochlearis, yang memisahkan tendo m.peroneus longus daripada tendo m.peroneus brevis.
  • 19. OS NAVICULARE Terletak di sebelah anterior caput tali. Permukaan posteriornya membentuk facies articularis yang konkaf, mengadakan articulus dengan caput tali ; permukaan anteriornya membentuk facies articularis yang konveks dan mengadakan persendian dengan os cuneiforme I – II – III. Facies lateralis agak sempit dan membentuk facies articularis uyntuk bertemu dengan os cuboideum. Pada sisi medial terdapat tuberositas ossis navicularis, yang dapat dipalpasi 3 cm di sebelah caudo-anterior dari malleolus medialis. OS CUBOIDEUM Terletak pada sisi lateral pedis, mengadakan persendian di bagian dorsal dengan calcaneus, di bagian medial dengan os cuneiforme lateralis, dan di bagian anterior dengan os metatarsale IV dan V. Pada facies inferior terdapat tuberositas ossis cuboidei, dan di sebelah anterior terdapat sulcus tendinis m.peronaeai longi. Pada permukaan inferior tersebut melekat m.flexor hallucis brevis. OSSA CUNEIFORMIA Terdiri dari : (1) os cuneiforme mediale , (2) os cuneifoemr intermedium dan (3) os cuneiforme laterale . Ossa cuneiforme di bagian posterior membentuk articulus dengan os naviculare dan os cuboidem, dan di bagian anterior membentuk articulus dengan os metatarsale I,II dan III. Os cuneiforme I (mediale) lebih besar daripada kedua ossa cuneiforme lainnya, dan os cuneiforme II (intermedia) adalah yang terkecil. Os cuneiforme III (laterale) membentuk persendian dengan os cuboideum. Pada os cuneiforme mediale melekat tendo m.peronaeus dengan os cuboideum. Pada os cuneiforme mediale melekat tendo m.peronaeus longus dan m.tibialis anterior. Tendo m.tibialis possterior melekat pada ketiga ossa cuneiformia, os cuboideum dan ossa metatarsalia II, III, IV dan V. OSSA METATARSI (METATARSALIA) Ada lima buah ossa metetarsi, masing-masing mempunyai caput metatarsale, caput metatarsale dan basis metatarsalis. Basis ossa metatarsalis I, II dan III mengadakan
  • 20. persendian dengan ossa cuneiformia. Basis ossis metatarsi IV dan V membentuk persendian dengan os cuboideum. Caput ossis metatarsalis I, II, III dan IV mengadakan araticulus dengan basisi ossis phalangis proximalis. Os metatarsale I mempunyai bentuk yang lebih besar dan lebih kokoh daripada ossa metatarsi lainnya. Di bagian inferior caput ossis metatarsalis I terdapat sua buah ossa sesamoidea, yang berada di dalam tendo m.flexor hallucis brevis. Basis ossis metatarsalis V membentuk tuberositas ossis metatarsalis V, yang menonjol ke arah lateral. OSSA DIGITORUM (PHALANGES) Setiap os phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis dan caput phalangis. Jari pertama hanya mempunyai dua buah ossa phalanges, sedangkan jari-jari lainnya mempunyai tiga buah ossa phalnges. Os phalanx jari I lebih besar dari semua ossa phalanges yang ada. Basis ossis phalanges mengadakan persendian dengan caput ossis metatarsalis. B. SKELETON AXIALE 1. Columna vertebralis 2. costa 3. sternum 4. cranium 1. COLUMNA VERTEBRALIS Terdiri atas : 1.1. Vertebra cevicales 7 ruas Vertebra thoracales 12 ruas Vertebra lumbales 5 ruas Vertebra sacrales 5 ruas, membentuk os sacrum Vertebra coccygeales 4 ruas, membentuk os coccygeus
  • 21. MORFOLOGI VERTEBRA Pada umumnya terdiri atas corpus, arcus, processus spinosus dan processus transversus. Di tengah setiap vertebra terdapat lubang yang disebut foramen vertebrale, yang berada di antara corpus dan arcus vertebrae. Di bagian cranial dan caudal dari arcus vertebrae terdapat incisura vertebralis superior dan incisura vertebralis inferior. Incisura superior dengan incisura inferior dari vertebra di sebelah cranialnya membentuk lubang yang dinamakan foramen intervertebrale, dilalui oleh nervus spinalis. Foramen vertebralia dari ruas-ruas tulang belakang bersama-sama membentuk suatu saluran, disebut canalis vertebralis yang berisikan medulla spinalis. Arcus vertebrae di bagian kiri dan kanan mempunyai taju yang menuju ke superior dan inferior untuk berhubungan dengan vertebra di cranialisnya dan vertebra yang berada di caudalisnya. Taju tersebut disebut processus articularaais superior dan processus articularis inferior. Setiap processus articularis mempunyai facies articularis untuk membentuk persendian dengan processus articularis dari vertebra di cranial dan di caudalisnya. Diantara satu corpus vertebrae dengan corpus vertebrae lainnya terdapat discus intervertebralis. 1.1. VERTEBRA CERVICALIS Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. corpus vertebrae kecil, pendek dan berbentuk segiempat, 2. foramen vertebrale berbentuk segitiga dan besar, 3. processus transversus terletak di sebelah vebtral processus articularis 4. pada processus transversus terdapat foramen costotransversarium, dilalui oleh arteri dan vena vertebralis, 5. processus transversus mempunyai dua tonjolan, yaitu tuberculum anterius dan tuberculum posterius yang dipisahkan oleh sulcus spinalis, dilalui oleh nervus spinalis 6. processus spinosus pendek dan bercabang dua.
  • 22. Vertebra cervicalis I mengalami modifikasi, disebut ATLAS, dengan ciri-ciri sebagai berikut : a) tidak mempunyai corpus vertebrae, b) hanya mempunyai arcus anterior dan arcus posterior atlantis, c) arcus anterior di bagian tengah membentuk tonjolan ke ventral disebut tuberculum anterius, dan arcus posterior membentuk tonjolan ke posterior di bagian tengah, disebut tuberculum posterius atlantis, d) facies articularis suoerior, yang membentuk persendian dengan condyly occipitalis, merupakan suatu lekukan dan disebut fovea articularis superior. e) pada facies internus arcus anterior di bagian medial terdapat fovea dentis, yang membentuk articulus dengan dens epistrophei, f) arcus anterior dihubungkan dengan arcus posterior oleh massa lateralis yang agak menonjol ke dalam foramen vertebrale. g) di bagian dorsal massa lateralis terdapat sulcus arteriae vertebralis, yang ditempati oleh arteria vertebralis. Vertebra cervicalis II mengalami modifikasi, disebut EPISTROPHEUS = AXIS Corpus vertebrae membentuk taju yang menonjol ke cranial, disebut Dens epistrophei, yang merupakan modifikasi dari corpus vertebrae cervicalis I (Atlas). Di bagian anterior dan dens epistrophei terdapat facies articularis anterior dentis, dan pada facies posterior terdapat facies articularis posterior dentis, tempat persendian dengan atlas. Di sebelah kanan dan kiri dari dens epistrophei terdapat facies articularis superior, dan didorsalisnya terdapat sulcus spinalis II. Vertevra cervicalis VI mempunyai tuberculum anterius processus transversi yang agak besar, disebut tuberculum caroticum (Chassaignac). Vertebra cervicalis VII mempunyai processus spinosus yang jauh lebih panjang dari vertebra cervicalis lainnya sehingga dapat dilihat dan dipalpasi dari luar. Sehubungan
  • 23. dengan itu vertebra ini disebut vertebra prominens. Tuberculum posterius lebih panjang daripada yang lainnya. Foramen costotransversarium hanya dilalui oleh vena vertebralis. Acapkali pada tepi caudal corpus vertebrae terdapat fovea costalis untuk costa I. Bagian dari processus transversus yang terletak di sebelah anterior foramen costotransversarium dapat dipersamakan dengan costa. Kadang-kadang bagian ini memanjang, disebut processus costarius, bahkan dapat terjadi bagian itu diganti oleh costa, yang betul-betul dapat bergerak terhadap vertebra, costa semacam ini dinamakan costa cervicalis. VERTEBRA THORACALIS Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. corpus verterbra berukuran sedang, berbentuk jantung kartu, bagian anterior lebih rendah daripada bagian posterior, 2. foramen vertebrale bulat, 3. processus spinosus panjang dan runcing, 4. pada processus transversus dan pada corpus vertebrae terdapat fovea costalis, tempat perhubungan dengan costa. Pada corpus vertebraea terdapat sua buah fovea costalis, yaitu sebuah di bagian superior dan sebuah di bagian inferior, oleh karena setiap costa melekat antara dua buah corpus nertebrae. Vertebrae Th.X –XII hanya mempunyai sepasang fovea costalis. VERTEBRA LUMBALIS Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. corpus besar, berbentuk sebagai ginjal melintang, bagian dorsal lebih rendah daripada bagian anterior,
  • 24. 2. processus spinosus besar dan pendek, 3. pada tepi dorsal processus articularis terdapat tonjolan yang tumpul, disebut processus mamillaris, 4. processus transversus arahnya melintang, 5. pada pangkal processus mamillaris di sebelah caudolateral terdapat processus accessories. VERTEBRA SACRALIS Terdirir atas 5 ruas tulang yang saling melekat menjadi satu mmbentuk os Sacrum. Os sacrum berbentuk segitiga, dasarnya berada di sebelah cranial, disebut basis ossis sacri, dan puncaknya berada di bagian caudal, disebut apex ossis sacri. Dataran ventral melengkung membentuk facies pelvina, dataran dorsal disebut facies dorsalis. Facies pelvina agak halus. Sisa-sisa batas antara ruas-ruas nampak sebagai garis-garis melintang, disebut linea transversus. Di sebelah lateral dari linea transversa terdapat foramina intervertebralia yang membentuk foramina sacralia anteriora. Bagian dari os sacrum yang terletak di lateral dari foramina sacralia disebut lars lateralis. Facies dorsalis terbentuk dari perlekatan antara arcus-arcus vertebrae sacrales dengan taju-tajunya. Di garis median terlihat crista saacralis media yang terjadi dari perlekatan antara processus spinosis. Seperti pada facies pelvina, di sini terdapat juga lubang-lubang yang disebut foramina sacralia posteriora yang menuju ke canalis sacralis ( yaitu saluran yang tersusun oleh foramina vertebralis sacrales). Di sebelah medial dari foramina itu terdapat crista sacralis articularis yang sesuai dengan processus articularis, di sebelah lateral dari lubang-lubang itu terdapat crista sacralis lateralis yang sesuai dengan processus transversus. Processus articularis superior vertebra sacralis I masih berhubungan dengan vertebra lumbalis V. Canalis sacralis di bagian arcus posterior vertebrae sacralis V di tengah-tengah tidan menutup. Lubang itu disebut hiatus sacralis. Bagian yang melekat menonjol membentuk comu sacralis. Pars lateralis, dibagian superior besar dan makin ke caudal makin mengecil. Pada dataran lateralis terdapat permukaan persendian yang berbentuk sebagai telinga, disebut facies auricularis, yang mengadakan persendian dengan os coxae. Di sebelah dorsal facies
  • 25. auricularis pars lateralis datarannya tidak rata akan tetapi berbenjol-benjol untuk perlekatan ligamenta, tonjolan-tonjolan tersebut disebut tuberositas sacralis. OS COCCYGEUS Terdiri atas 4 ruas ( 3 – 6 ) yang melekat menjadi satu tulang. Vertebra coccygeus I masih mempunyai sisa-sisa processus transversus, membentuk comu coccygeus. COLUMNA VERTEBRALIS Ruas-ruas tulang vbelakang tersusun menjadi columna vertebralis. Bentuk columna vertebralis tidak lurus. Di beberapa tempat membentuk lengkungan, yaitu : 1. Lordosis cervicalis, melengkung ke anterior di daerah cervical. 2. Kyphosis thoracalis, melengkung ke dorsal di aerah thoracal. 3. Lordosis lumbalis, melengkung ke anterior di daerah lumbal. 4. Kyphosis sacralis, melengkung ke dorsal di daerah sacral. Bayi yang baru lahir hanya mempunyai kyphose thoracalis, setelah usia 3 – 4 bulan saat bayimulai mengangkat kepala mala terbentuk lordosis cervicalis. Umur 8 – 9 bulan saat bayi mulai belajar duduk dan brdiri maka terbentuk lordosis lumbalis. Kyphose thoracalis yang dibawa lahir sdisebut curvatura primer lordosis lumbalis yang terbentuk kemudian disebut curvatura secunder. Lengkungan-lengkungan tersebut terbentuk oleh gaya berat badan yang harus dipikul oleh columna vertebralis. Bilamana columna vertebralis dilihat dari arah ventral, sebenarnya tidak lurus betul, kadang-kadang berbelok sedikit ke kanan atau ke kiri, keadaan ini disebut scoliose (apabila sangat jelas berarti suatu keadaan patologis). Foramina vertebralia merupakan saluran dari regio cervicalis sampai di regio sacralis, disebut camalis vertebralis, yang ke arah cranial berhubungan dengan cavum cranii dan ke arah caudal berakhir pada hiatus sacralis. Canalis ini ditempati oleh medulla spinalis. Nervus spinalis berjalan melalui foramina intervertebralis.
  • 26. Antara vertebra lumbalis I dan basis ossis sacri terdapat promontorium, yaitu diascus intervertebralis yang menonjol ke anterior. Pada vertebra cervicalis I dan II foramen intervertebralenya terletak di sebelah dorsal processus articularis, sedangkan pada vertebra lainnya terletak di bagian anterior processus articularis. 2. COSTA Ada 12 pasang costa, yang berdasarkan perlekatannya pada sternum, dapat dibagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut : 1. Costa vera, melekat langsung pada sternum, yaitu costa I – VII. 2. Costa spuria, melekat pada costa di cranialisnya, yaitu costa VIII – X. 3. Costa fluctuantes, melayang-layang, tidak melekat di bagian anterior, yaitu costa XI – XII. MORFOLOGGI COSTA Setiap costa terdiri dari capitulum, collum dan corpus. Capitulum costae mempunyai facies articularis untuk berhubungan dengan corpus vertebrae. Pada permukaan persendian di bagian tengah terdapat crista capituli costae. Antara collum dan corpus costae terdapat suatu tonjolan yang disebut tuberculum costae, pada tuberculum tersebut terdapat facies articularis tuberculi costae yang membntuk persendian dengan processus transversus thoracalis. Di sebelah lateral tuberculum costae, costa membelok ke medial dan membentuk sudut, yang disebut angulus costae. Pada margo inferior costae di bagian medial terdapat sulcus costae, oleh arteri dan nervus. Costa terdiri dari substantia compacta yang tipis dan substantia spongiosa yang tebal. Costa berhubungan dengan sternum dengan perantaraan cartilago, disebut pars cartilaginios, dan bagian costa lainnya dinamakan pars osseum.
  • 27. Costa I Mempunyai facies yang menghadap ke superior. Di bagian tengah terdapat sulcus subclavius, dilalui oleh arteria subclavia, dan di sebelah medialnya lagi terdapat tuberculum scaleni (Lisfranci), tempat perlekatan m.scaleneus anterior. Costa II Mempunyai tuberositas II, tenpat melekat scaleneus posterior. Costa XI – XII Mempumnyai bentuk yang amat sederhana. Collum, angulus, tuberculum dan sulcus costae tidak begitu jelas. 3. STERNUM Mempunyai bentuk seperti keris, terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni, dan pada ujung corpus sterni terdapat processus xiphoideus sterni (= processus ensiformis sterni) yang berbentuk tajam dan runcing. Ketiga bagian tersebut dihubungan satu sama lain oleh cartilago. Tepi cranial manibrium sterni, di bagian tengah membentuk incisura jugularis. Di sebelah lateral dan incisura sterni terdapat incisura clavicularis, tempat persendian dengan clavicula. Di sebelah caudal dari incisura clavicularis terdapat incisura costalis I, tempat persendiaan dengan costa I. Antara manubrium dan corpus sterni terbentuk angulus sterni (dapat dipalpasi). Pada tepi lateral corpus sterni terdapat incisura costalis, tempat articulus dengan costa II – VII. Costa II melekat pada perbatasan copus dan manubrium sterni, dipakai sebagai patokan untuk menghitung costa. Processus xiphoideus amat tipis dan bentuknya tidak tetap.
  • 28. Vertebrae thoracales, costaae dan sternum dinamakan ossa thoracica, membentuk dinding cavitas thoracis. Lobang di bagian cranial disebur apertura thoracis superior, dibatasi oleh corpus vertebrae thoracalis I, costa I dan incisura jugularis sterni. Lobang dari cavitas thoracis di bagian caudal, disebut apertura thoracis inferior, dibentuk oleh Processus xiphoideus, tepi medialis pars cartilaginis costae VII – X, ujung costa XI dan XII, dan corpus vertebrae thoracalis XII. Tepi caudal pars cartilaginis costa VII – X membentuk arcus costalis. Arcus costalis sinister dan arcus coastalis dexter membentuk angulus infrasternalis. 4. CRANIUM Pendahuluan Cranium (Gr) terdiri atas serangkaian tulang-tulang yang saling berhubungan, sebagian besar membentuk Synarthrosis dan hanya sebuah tulang, yakni mandibula yang membentuk persendian dengan os temporale, berbentuk Diarthrosis (= articulatio temporomandibularis). Tulang-tulang yang membentuk cranium ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Menurut klasifikasinya adalah os planum. Os pneumaticum dan os irregular. Os planum terdiri atas lapisan tabula externa, tabula interna dan diantaranya terdapat diploe (lapisan spongiosa). Tabula externa bersifat elastis, tabula interna lebih tipis dan mudah retak. Suatu benturan pada cranium dapat menyebabkan tabula interna retak tanpa adanya retakan pada tabula externa. Lapisan superficialis membentuk pericranium, lapisan profunda yang menghadap meninx disebut endocranium. Ada ahli yang berpendapat bahwa Mandibula tidak termasuk dalam cranium, jadi suatu tulang tersendiri, tetapi sebagian besar ahli memasukkannya dalam cranium. Cranium dibagi menjadi 2 bagian, sebagai berikut : 1. NEUROCRANIUM
  • 29. 2. VISCEROCRANIUM (= SPLANCHNOCRANIUM) Neurocranium membentuk cavitas cranii, yang ditempati oleh encephalon, dan dibagi menjadi bagian yang membentuk basis cranii dan calvaria cranii. Tulang-tulang yang membentuk neurocranium adalah os frontale, os ethmoidale, os sphenoidale, os nasale, os lacrimale, os temporale dan os parietale. Dua tulang yang tersebut terakhir ini berpasangan. Masih ada tulang-tulang lainnya yang berada di bagian profunda, yaitu sebuah os vomer, sepasang os palatinum, sepasang os concha nasalis inferior. Pada viscerocranium terdapat rongga-rongga yang ditempati oleh organum visuale, organum vestibulocochleare, organum olfactus, organus gustatus. Juga terdapat lubang-lubang yang berfungsi sebagai pintu masuk (dan keluar) untuk makanan dan udara respirasi. Selain itu terdapat dentes pada maxilla dan mandibula, yang berperan dalam mastikasi. Yang dimaksud dengan Bidang Franfurt adalah suatu bidang yang ditarik melalui margo inferior orbita dan margo superior porus acusticus externus. NORMA VERTIKALIS Dari arah vertikalis (superior) cranium berbentuk oval dengan bagian posterior yang lebih besar. Dibentuk oleh empat buah tulang, yaitu os frontale di bagian anterior, sepasang os parietale yang berada di bagian postero-lateral di sebelah kiri dan kanan linea mediana, dan sebuah os occipitale yang terletak di bagian posterior. Di antara keempat buah tulang tersebut terdapat sutura ( merupakan salah satu bentuk synarthorosis), yakni sutura coronaria ( L, mahkota ) yang menghubungkan os frontale dengan os poarietale, sugura sagitalis ( L, anak panah = arrow ) yang menghubungkan os parietale sinister denganos apreitale dexter, dan sutura lambdoidea (Gr, huruf L) yang menghubungkan os parietale dengan os occipitale. Pertemuan antara sutura coronaria dengan sutura sagitalis membentuk bregma, yang pada masa bayi masih terbuka dan dinamakan fontanei anterior, menutup pada usia dua tahun. Pertemuan antara sutura sagitalis dengan kedua sutura lambdoidea disebur lambda, yang pada masa kehidupan foetal masik terbuka membentuk fontanel posterior, dan segera menutup sebelum bayi lahir.
  • 30. Bagian tertinggi dari cranium disebut vertex yang terletak pada sutura sagitalis, beberapa sentimeter di sebelah posterior dari bregma. Di sebelah anterior dari lambda di lateral dari sutura sagitalis, terdapat foramen parietale,yaitu lubang kecil dilalui oleh vena emisaria. NORMA POSTERIOR Bagian ini dibentuk oleh sebagian dari os parietale, os occipitale danpars mastoidea ossis temporalis. Pada norma posterior terdapat lambda, yang dapat diraba sebagai sebuah cekungan. Ujung inferior dari sutura lambdoidea bertemu dengan sutura parietomastoidea dan sutura occipitomastoidea, membentuk Asterion. Dekat pada sutura occipitamastoidea seringkali terdapat foramen mastoideum, suatu lubang yang dilalui oleh vea emisaria. Protuberantia occipitalis externa adalah sebuah penonjolan yang terdapat di bagian tengah pada pertengahan jarak antara lambda dan foramen occipitale magnum. Penonjolan ini terletak sedikit di bagian caudal dari bagian yang paling mencuat dari os occipitale sehingga tidak dapat dilihat dari norma vertikalis. Bagian tengah (pusat) dari protuberantia occipitalis externe disebut Inion. Kearah lateral dari protuberantia occipitalis externa terdapat dua buah peninggalan ke arah kanan dan kiri yang dinamakan linea nuchae superior. Linea ini dipakai sebagai patokan untuk menetukan batas cranial dari collum. Kira-kira 1 sentimeter di cranalis dari linea nuchae superior terdapat linea nuchae suprema (tidak selamanya ada). NORMA ANTERIOR (NORMA FACIALIS) Bagian anterior dari cranium membentuk dahi (= forehead), orbita, tonjolan pipi, hidung, rahang atas dan rahang bawah. DAHI (= FOREHEAD) Dibentuk oleh os frontale. Ke arah caudal, disebelah kiri dan kanan linea mediana, os frontale membentuk persendian dengan os nasale. Pertemuan antara os frontale
  • 31. dengan kedua os nasale pada linea mediana disebut Nasion. Daerah yang berada di cranalis dari nasion, di antara kedua arcus superficillaris disebut Glabella. Sampai usia anak kira-kira enam tahun, di antaa os frontale sinistra dan os frontale dextra terdapat sutura metopica, yang dapt saj menetap sampai usia dewasa. ORBITA Yang di,aksud dengan orbita adalah suatu rongga (cavum orbitae) yang ditempati oleh bulbus oculi. Orbita mempunyai margo superior, lateral, inferior dan medial. Margo superior orbitae (= margo supraorbitalis) dibentuk oleh os frontalis. Pada bagian medial terdapat incisura supra orbitalis, kadang-kadang membentuk foramen supraorbitalis, dilalui oeh nervus supraorbitalis dan vasa supraorbitalis. Ke arah lateral margo supraorbialis berakhir pada processus zygomaticus ossis frontalis. Dari margo superior ke arah posterior os frontale membentuk pars orbitalis yang membentuk sebagian besar atap dari orbita. Margo lateralis orbitae dibentuk oleh os zygomaticum (= pars orbitalis ossis zygomatici) dan os frontale (=pars zygomaticus ossis frontalis) Margo inferior orbitae dibentuk oleh os zygomaticum dan os maxilla. Margo medialis orbitae dibentuk oleh os maxilla, os lacrimale dan os frontale, ddan berbentuk tumpul ( tidak tajam seperti margo lainnya). Di sebelah caudalis dari margo ini, pada os maxilla terdapat foramen infraorbitale, dilalui oleh nervus infra orbitalis dan vasa infraorbitalis. TONJOLAM PIPI (= PROMINENCE OF CHEEK) Dibentuk oleh os zygomaticum. Os zygomaticum bertumpu pada maxilla, membentuk facies lateralis wajah, dinding lateral orbita dan facies temporalis yang turut membentuk fossa tempopralis. Processus frontalis ossis zygomatici membentuk persendian dengan processus zygomaticus ossis frontalis. Tonjolan lainnya, yang dinamakam processus temporalis ossis zygomatici membentuk persendian dengan processus zygomaticus ossis temporalis.
  • 32. Pada sisi lateral dari os zygomaticum terdapat foramen zygomaticofaciale, dilalui oleh nervus zygomaticofacialis. HIDUNG (= BONY EXTERNAL NOSE) Di bentuk oleh os nasale dan maxilla, membatasi apertura piriformis. Bagian hidung yang dapat digerakkan ( ala nasi dan apex nasi ) di bentuk oleh carti;ago yang difiksasi oleh jaringan ikat kepada apertura pisiformis. Os nasale membentuk persendian dengan os frontale di bagian cranial dan di bagian caudal dofiksasi pada cartilago nasalis. RAHANG ATAS (= UPPER JAW) Dibentuk oleh dua buah tulang maxilla. Pertumbuhan maxilla menentukan panjang wajah (ukuran vertical), yang berlangsung antara usia anak 6 – 12 tahun. Setiap os maxilla terdiri atas : 1. Corpus, yang mengandung sinus maxillaries. 2. Processus zygomaticus, ke arah lateral membentuk persendian denganos zygomaticum. 3. Processus frontalis, tonjolan ke cranialis, membentuk persendian dengan os frontale. 4. Processus palatinus, terletak horizontal dan bertemu dengan pihak sebelah membentuk sbagian besar palatum durum. 5. Processus alveolaris, yang ditempati oleh dentes. CORPUS MAXILLAE Berbentuk pyramid, terdiri atas : 1. facies natalis (=basis), membentuk dinding lateral cavitas nasi ; 2. facies onfratemporalis, membentuk dinding anterior fossa infratemporale ;
  • 33. 3. fcies anterior, ditutupi oleh otot-otot mimik. RAHANG BAWAH (= LOWER JAW) Dibentuk olehmandibula, bersama-sama dengan dentes yang berada pada pars alveolaris mandibulae. NORMA LATERALIS Dibentuk oleh sebagian dari os temporale. Di bagian ini terdapat fossa temporalis dan fossa infratemporalis. Bagian-bagian dari os temporale yang membentuk norma lateralis adalah : 1. PARS SQUAMOSA, mengadakan persendian dengan margo inferior os parietale, membentuk sutura squamosa. Ke arah anterior mengadakan persendian dengan ala magna ossis sphenoidalis. Pars squamosa membentuk processus zygomaticus (= zygoma), menonjol ke anterior mengadakan persendian dengan os zygomaticum, membentuk arcus zygomaticus, yang dapat dipalpasi in vivo. Margo supeior dari arcus zygomaticus berada setinngi margo inferior hemispheriumcerebri; di tempat ini melekat fascia temporalis. Pada margo inferior dan facies medialis arcus zygomaticus terdapat origo dari m.masseter. margo inferior dan facies medialis arcus zygomaticus di bagian sebelah dorsal dari tuberculum articulare terletak caput mediale, yang mengadakan persendian dengan fossa mandibularis membentuk articulatio temporamandibularis. Di sebelah dorsal caput mandibulae terletak meatus acusticus externus, panjang 3 – 4 cm dan mencapai dorsal membentuk tuberculum articulare, tempat melekat ligamentum laterale. Di membrana tympani. Sepertiga bagian lateralnya dibentuk oleh cartilago sehingga tidak diketemukan pada preparat kering. Atap dan dinding posterior dari meatus acusticus externus dibentuk oleh pars squamosa ossis temporalis, dan bagian lainnya dibentuk oleh pars tympanica ossis temporalis. Ujung medial darimeatus acusticus externus terpisah ari cavitas tympanica oleh membrana tympani. Cavum tympani adalah sebuah lubang yang terdapat di dalam os temporale. Di sebelah cranio-dorsal meatus acusticus externus terdapat suatu cekungan berbentuk segitiga, disebut foveola suprameatica. Kira-kira 1 cm di sebelah medial dari foveola suprameatica terdapat antrum mstoideum, yaiut salah satu rongga yang terdapat di dalam os temporale. 2. PARS TYMPANICA, membentuk lantai dan dinding anterior meatus acusticus externus.
  • 34. 3. PARS STYLOIDEUS, membentuk processus styloideus, suatu tonjolan tulang yang memanjang, runcing, kadang-kadang berukuran 8 cm, yang merupakan penonjolan ke arah caudo-lateral. Antara processus styloideus dan os hyoideum terdapat ligamentum stylohyoideum. Pada processus styloideus terdapat origo dari m.styloideus, m.styloglossus dan m.stylopharyngeus, dan juga tempat perlekatan dari ligamnetum stylomandibulare. Di sebelah lateral dari processus styloideus terdapat glandula parotis. 4. PARS MASTOIDEA, merupakan bagian posterior dari os temporale, bersatu dengan pars squamosa. Pada usia dewasa pars mastoidea mengandung rongga-rongga kecil berisi udara, membentuk cellulae mastoidea dan mengadakan hubungan dengan telinga bagian tengah (middle ear) melalui antrum mastoideum. Pada pars mastoidea ini terdapat processus mastoide – us, sebuah penonjolan agak bulat, yang pada waktu lahir belum terbentuk dan berkembang mengikuti pertumbuhan anak. Posisi kedua processus mastoideus berada pada satu garis lurus dengan foramen occipitale magnum. Pada processus mastoideus melekat otot, antara lain m.sternocleidoimastoideus. Antara pars mastoidea dengan pars tympanica (tympanica plate) terdapat fissura tympanomastoidea, yang dilalui oleh ramus auricularis nervi vagi. 5. PARS PETROSA, berada di bagian profunda. FOSSA TEMPORALIS Linea temporalis, tempat melekatnya fascia temporalis, mulai di bagian antrior pada processus zygomaticus ossis frontalis, melengkung ke dorsal, berada pada os frontale dan os parietale. Jaraknya dari sutura sagitalis cukup bervariasi. Ujung posterior linea ini menjadi kurang jelas dan berakhir pada crista supramastoidea ossis temporalis. Sering diketemukan dua buah linea temporalis, yaitu linea temporalis superior dan linea temporalis inferior. Pada linea temporalis inferior melekat m.temporalis. Fossa temporalis adalah suatu cekungan yang dibatasi di sebelah cranial oleh linea temporalis dan di bagian caudal zygomaticus. Fossa ini dibentuk oleh os parietale, os frontale, ala magna ossis sphenoidalis dan pars squamosa ossis temporalis. Tempat di mana keempat tulang tersebut bertemu dinamakan Pterion. Posisi pterion adalah setinggi dengan amus anterior anteria meningea media, yang terdapat di bagian interna cranium, dan juga berada setinngi dengan pangkal sulcus lateralis cerebri. Lokalisasi dari bagian tengah (sentrum) pterion adalah kira-kira 4 cm di cranialis dari midpoint arcus zygomaticus.
  • 35. FOSSA INFRATEMPORALIS Adalah suatu fossa yang tidak beraturan, terletak di sebelah posterior maxilla, di sebelah caudal fossa temportalis. Atapnya dibentuk oleh facies infratemporalis ala magna ossis sphenoialis. Dinding medial dibentuk oleh lamina lateralis pterygoidei ossis sphenoidalis, dan dinding lateral dibentuk oleh ramus mandibulae bersama processus coronoideus mandibulae. Di dalam fossa infratemporalis terdapat : - bagian caudal m.temporalis ; - m.pterygoideus lateralis et medialis ; - arteris maxillaries dan percabangannya ; - plexus venosus pterygoidei - nervus maxillaries - nervus mandibularis - chorda tympani Fossa infratemporalis mempunyai hubungan dengan orbita melalui fissura orbitalis inferior. Fissura orbitalis inferior ke arah dorsal berhubumgan dengan fissura pterygomaxillaris, suatu celah yang dibentuk oleh lamina lateralis pterygoidei ossis temporalis dengan maxilla. Fossa infratemporalis juga mempunyai hubungan dengan fossa pterygopalatina melalui fissura pterygomaxillaris, dan mel;alui fissura ini berjalan arteria maxillaries. Pemberian nama fossa pterygopalatina adalah dengan alasan : fossa tersebut terletak di antara kedua lamina pterygoidei ossis sphenoidalis dan os palatinum. Fossa ini nerlokasi di sebelah caudal dari apex orbita. Di dalam fossapterygopalatina terdapat nervus maxillaris, arteria maxillaris dan ganglion pterygopalatinum. Dengan cavitas nasi, fossapterygopalatina dihubungkan melalui foramen sphenopalatinum.
  • 36. NORMA BASALIS Tanpa mandibula, norma basalis (= norma basilaris) dibentuk oleh processus palatinus ossis maxilae, os palatinum, os vomer, os sphenoidale (processus pterygoideus, ala major, corpus), facies inferior os temporale (pars squamosa, pars petrosa) dan facies inferior os occipitale. OS OCCIPITALE terdiri dari empat bagian dan mengelilingi foramen occipitale magnum. Foramen ini terletak pada pertengahan jarak antar processus nastoideus, dilalui oleh medulla spinalis yang segera berubah menjadi medulla oblongata, meninx, ramus spinalis N.accessories, ramus meningealis nervus spimalis C 1 – 3 dam arteria vertebralis. Pada margo anterior dan margo posterior foramen occipitale magnum terdapat perlekatan dari membrana atlantio-occipitalis. Titik tengah dari margo inferior foramen occipitale magnum disebut Basion. Bagian-bagian dari os occipitale adalah : 1) SQUAMA OCCIPITALIS 2) PARS LATERALIS 3) PARS BASILARIS Bagian tersebut menyatu pada usia 6 tahun. SQUAMA OCCIPITALIS Membentuk basis cranii dan bagian posterior cranium, dan batasnya adalah protuberantia occipitalis externa bersama-sama dengan linea nuchae superior. Dari protuberantia occipitalis externa ke arah foramen occipitale magnum terdapat suatu peninggian, yang dinamakan crista occipitalis externa, tempat melekat ligamnetum nuchae. Kira-kira dari pertengahan crista terdapat linea nuchae inferior yang menuju ke arah lateral. Pada linea nuchae superior melekat galea aponeurotica dan beberapa otot, seperti m.trapezius, m.sternocleidomastoideus. PARS LATERALIS Membentuk condylus occipitalis, dua buah tonjolan besar yang berada pada sisi-sisi foramen occipitale magnum. Condylus ini membentuk persendian dengan atlas dan sekaligus meneruskan berat cranium ke columna vertebralis. Posisi condylus occipitalis adalah
  • 37. setinggi dengan palatum durum. Di sebelah dorsal dari condylus occipitalis terdapat fossa condyloidea, yang mengandung canalis condyloideus dan dilalui oleh vena emmisaria. Di sebelah cranial dari condylus occipitalis terdpat canalis hypoglossi, dilalui oleh Nervus hypoglossus. Pars lateralis juga membentuk processus jugularis, yang meluas ke arah lateral menuju os temporale, membentuk dinding posterior foramen jugulare. Foramen jugulare dilalui oleh vena jugularis interne, sinus petrosus inferior, Nervus glossopharyngeus, Nervus vagus dan Nervus accessories. PARS BASILARIS (=BASI-OCCIPUT) Membentuk persendian dengan os sphenoidale, persendian ini menutup pda pria usia 13 – 18 tahun dan pada wanita di usia 12 – 16 tahun. Di sebelah ventral foramen occipitale magnum terdapat tuberculum pharyngeum, tempat melekat m.constrictor pharyngeus dan raphe pharyngeum. Tuberculum ini dipakai sebagai patokan untuk menentukan batas antara pharynx di bagian ventral dan vertebra cervicalis beserta otot-otot di bagian dorsal. Pada sisi pars basilaris terdapat foramen lacerum yang tertutup oleh cartilago, kecuali di bagian cranial dilalui oleh arteria carotis interna. MORFOLOGI TULANG-TULANG CRANIUM OS FRONTALE Terdiri dari dua bagian, yakni squama frontalis yang membentuk dahi dan pars orbitalis atau pars horizontal yang membentuk atap orbita dan cavitas nasi. Facies externa squama frontalis berbentuk konveks dan pada linea mediana masih terdapat sisa dari sutura metopica, yaitu sutura yang dibentuk oleh squama frontalis sinistra dan squama frontalis dextra, yang menghilang pada usia 8 tahun, namun dapat juga menetap seumur hidup. Pada squama frontalis terdapat : 1. Tuber frontale (= eminentia frontale), terletak di sebelah kiri dan kanan linea mediana kira-kira 3 cm di sebelah cranial dari margo supraorbitalis ;
  • 38. 2. Arcus supercillaris, suatu penonjolan yang berada di sebelah caudal tuber frontale dan dipisahkan oleh suatu cekungan dari tuber frontale, arcus superciliaris sinister dan dexter bertemu pada linea mediana, membentuk Glabella. Pada pria bentuk arcus superciliaris lebih besar daripada wanita, dan turut ditentukan oleh ukuran sinus frontale ; 3. Margo supraorbitalis adalah tepi caudal dari squama frontalis yang membentuk batas dari orbita, terletak di sebelah caudal dari arcus superciliaris dan berbentuk arcus; bagian lateral dari margo supraorbitalis tajam dan agak menonjol, berfungsi melindungi bulbus oculi, sedangkan bagian medial dari margo supraorbitalis berbentuk bulat dan pada perbatasan atau bagian medial dan sepertiga intermedia incisura supraorbitalis atau foramen orbitale, dilalui oleh nervus dan vasa supraorbitalis. Ke arah lateral margo supraorbitalis berakhir pada processus zygomaticus ossis temporalis. Processus zygomaticus ini membentuk persendian dengan os zygomaticum. Dari processus zygomaticus ossis frontalis terdapat linea temporale (linea temporalis superior et inferior) yang melanjutkan diri dengan linea yang sama pada os parietale ; 4. pars nasalis yang berada di antara kedua margo supraorbitalis, menonjol ke arah inferior, membentuk incisura nasalis yang mengadakan persendian dengan os nasale, processus frontalis maxillae dan os lacrimale. Pertengahan dari sutura frontonasalis disebut Nasion. Dari bagian tengah incisura nasalis terdapat spina nasalis yang menonjol ke arah inferior, turut membentuk septum nasi dengan mengadakan persendian dengan os nasale dan lamina perpendicularis ossis ethomoidalis. Facies interna squama frontalis berbentuk konkaf dan pada linea mediana terdapat sulcus sagitalis yang berakhir pada crista frontalis. Sulcus sagitalis ditempati oleh sinus sagitalis superior. Pada tepi sulcus sagitalis dan pada crista frontalis melekat falx cerebri. Pada ujung caudal crista frontalis terdapat foramen caecum yang dilalui oleh sebuah vena dari cavitas nasi yang menuju dan bermuara ke dalam sinus sagitalis superior. Pars orbitalis (=pars horizontalis) membentuk lamina orbitalis yang membentuk orbita dan dipisahlan satu sama lian oleh incisura ethmoidalis. Facies inferiornya konkaf dan licin, di bagian lateral membentuk fossa glandulae lacrimalis, ditempati oleh glandula lacrimalis, dan di bagian medial membentuk fovea trochlearis spina trochlearis. Facies superior atau facies infracranialis dari pars orbitalis berbentuk konveks dan tidak rata (cekungan-cekungan), ditempati oleh lobus frontalis cerebri dan vasa meningealis. Incisura ethmoidalis memisahkan kedua pars orbitalis satu sama lain, dan ditempati oleh lamina cribriformis ossis ethmoidalis. Tepi incisura ethmoidalis bersatu dengan facies Incisura ethnoidalis memisahkan kedua pars orbitalis satu sama lian, dan ditempati oleh superior ossis ethmoidalis membentuk (melengkapi) cellulae ethmoidales.
  • 39. Di sebelah anterior dari incisura ethmoidalis terdapat sinus frontalis, yang berada di dalam os frontale. Melalui ductus frontonasalis sinus frontalis dihubungkan dengan cavitas nasi, dan bermuara ke dalam meatus nasi medius (infudibulum). Antara os frontale dan os parietale terbentuk sutura coronalis. OS PARIETALE Tulang pipih (os planum) berbentuk segiempat, bertemu dengan pihak yang sebelah membentuk sutura sagitalis . sutura sagitalis membentuk sudut tegak lurus dengan sutura coronalis. Mempunyai empat buah tepi, masing-masing adalah (1) margo sagitalis (di cranial), (2) margo frontalis (di anterior), (3) margo occipitalis (di posterior) dan (4) margo squamos (di caudal). Membentuk empat buah sudut, yaitu (1) angulus frontalis, (2) angulus occipitalis, (3) angulus mastoideus dan (4) angulus sphenoidalis. Facies externa (facies lateralis) konveks, permukaan licin, di bagian tengah membentuk eminentia parietalis (pusat penulangan). Pada facies lateralis terdapat juga linea temporalis superior, tempat melekat fascia temporalis, dan linea temporalis inferior, tempat melekat m.temporalis. di sebelah cranial dari linea temporalis superior melekat galea aponeurotica. Dekat pada margo sagitalisa terdapat foramenparietale, dilalui oleh sebuah vena yang menuju ke sinus sagitalis superior. Adakalanya foramen parietale tidak terbentuk, dan kalau ada maka ukurannya bervariasi. Facies interna (= facies cerebralis) konkaf sesuai dengan bentuk lobus parietalis cerebri yang dilindunginya, dan membentuk sulcus arteriosus ( dilalui oleh arteria meningea media) serta sulcus sagitalis (dilalui oleh sinus sagitalis superior). Pada tepi sulcus sagitalis melekat falx cerebri. Di sebelah kiri dan kanan sulcus sagitalis terdapat foveolae granulares (Pacchioni), berupa cekungan-cekungan kecil yang ditempati oleh granulatio arachnoidales. Os parietale membentuk sutura lambdoidea dengan os occipitale, dan tempat pertemuan sutura sagitalis dengan kedua sutura lambdoidea membentuk lambda. Yang dimaksud dengan Bregma adalah pertemuan sutura sagialis dengan sutura coronalis. Daerah tersebut pada anak-anak sampai usia 1,5 – 2 tahun tetap terbukan (ditutupi oleh jaringan ikat), disebut Fonticulus anterior (=Fontanelia anterior).
  • 40. OS OCCIIPATALE Berada di bagia postero-caudal dan bertumpu pada atlas membentuk articulatio atlanto-occipitalis. Dataran facies cerebralis berbentuk konkaf, permukaan facies superficialis berbentuk konveks. Bagian-bagian darios occipitale membatasi suatu lobang yang oval, dinamalan foramen occipitale magnum. Pada tepi foramen ini melekat membrana atlanto-occipitalis anterior e posterior. Bagian anterior tepi foramen occiptale magnum dibentuk oleh tepi medial condylus occipitalis. Pada facies externa squama occipitalis terdapt protuberantia occipitalis externa, linea nuchae superior, linea nuchae inferior. Daerah squama occipitalis yang berada di sebelah superior linea nuchae superior disebut planum occipitale, ditempati oleh m.occipitalis, dan daerah yang berada di sebelah inferior linea nuchae superior disebut planum nuchale. Pada facies interna (=facies cerebralis) terdapat eminentia cruciformis yang memisahkan empat buah lekukan. Dua buah lekukan (=fossae) berada di bagian superior yang berbentuk segitiga dan ditempati oleh lobus occipitalis cerebri; dua buah lkukan lainnya berada di sebelah inferior berbentuk segiempat adalah tempat lokasi dari hemispherium cerebelil. Tempat pertemuan darai keempat fossa tersebut tadi disebut protuberantia occipitalis interna. Bagian dari eminentia cruciformis yang berada di sebelah inferior protuberantia occipitalis interna disebut crista occipitalis interna, yang membentuk bifurcatio dekat pada foramen occipitale magnum; pada crista ioni melekat falx cerebelli. Ke arah superior dari protuberantia occipitalis interne terdapat sulcus sagitalis, biasanya di sebelah kanan, yang merupakan tempat dari bagian posterior sinus sagitlis superior. Pada tepi sulcus ini melekat falx cerebri. Dari protuberantia occipitalis interna ke arah lateral terdapat sulcus transversus (= sulcus sinus transversi), ditempati oleh sinus transversus, pada tepi sulcus ini melekat tentorium cerebelli. Biasanya sulcus transversus dexter lebih besar dari yang sinister, dan merupakan lanjutan dari sulcus sagitalis superior. Pars lateralis ossis occipitalis terletak pada sisi lateral foramen occipitale magnum, dan pada facies inferiornya terbentuk condylus occipitalis. Condylus tersebut berbentuk oval, bagian anterior (ujung anterior) bersatu dengan pars basilaris ossis occipitalis dan bagian posterior (ujung posterior) letak saling menjauhi sampai mencapai bagian tengah foramen occipitale magnum. Permukaan persendian berbentuk konveks, menghadap ke arah latero-caudal. Pada tepi condylis occipitalis melekat capsula articularis atlanto-occipitalis. Pada basis condylus occipitalis terdapat cana;is hypoglossi, dilalui oleh Nervus hypoglossus. Di
  • 41. sebelah posterior dari condylus occipitalis terletak fossa condylaris, pada fossa ini terdapat canalis condylaris (dilaui oleh vena emissaria). Di sebelah lateral dari bagian posterior condylus occipitalis terdapat suatu daerah berbentuk segoempat, disebut processus jugularis, yang ke arah anterior membentuk incisura jugularis, dan merupakan bagian posterior dari foramen jugulare. Ke arah lateral processus jugularis membentuk suatu daerah segiempat atau segitiga, yantg mengadakan persendian dengan facies jugularis ossis temporalis. Favies superior (-facies cerebralis) dari pars lateralis ossis occipitalis membentuk tuberculum jugulare, suatu penonjolan yang berbentuk oval yang menutupi canalis hypoglossi. Pada permukaan tuberculum ini terdapat suatu sulcus yang dilalui oleh Nervus glossopharungeus, Nervus vagus dan Nervus accessories. Pada permukaan superior processus jugularis terdapat sebuah sulcus yang berjalan ke arah medial dan anterior, melanjutkan diri pada incisura jugularis. Pada tepi medial sulcus ini terdapat lubang dari canalis condylaris. Pars basilaris ossis occipitalis terletak di bagian anterior foramen occipitalis magnum, bersatu dengan corpus ossis sphenoidalis. Sampai usia 25 tahun di antara kedua ujung tulang itu terdapat jaringan cartilago, dan selanjutnya membentuk synostosis. Pada facies inferior pars basilaris terdapat tuberculum pharyngeum, yang terletak 1 cm di sebelah anterior foramen occipitale magnum, tempat melekat raphe pharyngeum. Facies superior (facies cerebralis) berbentuk suatu lekukan yang cukup luas, ditempati oleh medulla oblongata. Dekat tepi foramen occipitale magnum terdapat perlekatan dari membrana tectoria. Pada tepi lateral pars basilaris, pada facies cerebralis, terdapat sulcus petrosus inferior. Os occipitale mengadakan hubungan dengan tulang-tulang disekitarnya, sebagai berikut : 1. di sebelah superior dengan os parietale, membentuk fonticulus posterior (=fonticulus occipitalis) ; 2. di bagian inferior dengan corpus ossis spheinoidalis ; 3. di sebelah lateral dengan pertemuan antara angulus mastoisdeus ossis parietalis dengan pars mastoidea ossis temporalis.
  • 42. OS TEMPORALE Istilah Temporale berasal dari Tumpus (bahasa latin) yang berarti waktu, dan digunakan dengan alasan rambut uban dimulai tampak di daerah tersebut. Os temporale terdiri dari lima bagian, sebagai berikut : (1) pars squamosa, (2) pars tympanica, (3) pars styloideus, (4) pars mastoidea dan (5) pars petrosa. PARS SQUAMOSA tipis, membentuk bagian anterior dan superior dari os temporale. Facies externus halus dan konveks, membentuk sebagian dari fossa temporalis, dan merupakan tempat perlekatan m.temporalis. te,pat perlekatan m.temporalis dibatasi oleh linea temporalis. Di bagian inferior pars squamosa terdapat proicessus zygomaticus yang menonjol ke arah anterior. Tepi superior dari processus zygomaticus berbetuk panjang, tipis dan tajam, menjaditempat perlekatan fascia temporalis, sedangkan tepi inferior pendek, tebal dan melengkung, tempat melekat dari m.masseter. permukaan lateral dari processus zygomaticus berbentuk konveks dan terletak subcutaneus (dapat dipalpasi), permukaan medial konkaf dan tempat melekat dari m.masseter. ujung anterior mengadakan articulus dengan os zygomaticum membentuk arcus zygomaticus. Tepi superior dari ujung posterior processus zygomaticus ke arah posterior membentuk radix posterior, yang terletak di cranialis dan meatus acusticus externus, dan melamjutkan diri pada linea temporalis. Radix anterior dari processus zygomaticus ke arah anterior melanjutkan diri dengan tepi inferior processus zygomaticus, membentuk tuberculum articulare, suatu tonjolan yang besar, bundar, kuat dan mengarah ke medial. Tuberculum articulare membentuk tepi anterior dari fossa mandibularis. Di antara dinding posterior meatus acusticus externus dan radix posterior dari processus zygomaticus terdapat suatu daerah segitiga yang disebut spina supra meatum (= fossa mastoidea = foveola suprameatica). Fossa mandibularis di bagian anterior dibentuk oleh tuberculum articulare, mempunyai permukaan yang halus, dilapisi oleh cartilago, dan mengadakan persendian dengan processus condyloideus mandibulae, membentuk articulatio temporamandibularis. Bagian posterior dari fossa mandibularis yang dibentuk oleh pars tympanica ossis temporalis bersifat non articularis. Facies superior (= facies cerebralis) dari pars squamosa mempunyai lekukan-lekukan yang sesuai dengan bentuk lobus temporalis cerebri dan vasa meningea media. Tepi superior dari squama tipis, menutupi tepi os parietale, membentuk sutura squamosa.
  • 43. PARS TYMPANICA Adalah tulangf berbentuk melengkung, terletak di bagian onferior yang squamosa dan di sebelah anterior processus mastoideus. Permukaan posterior konkaf, membentuk dinding anterior, lantai dan sebagian dari dinding posterior pars osseum meatus acusticus externus. Permukaan anterro-inferioi dari pars tympanica berbentuk segiempat, sedikit konkaf, membentuk bagian posterior fossa mandibularis. Permukaan lateral bebas dan kasar, tempet melekat dari pars cartilaginis meatus acusticus externus. Pada pars tympanica terdapat meatus acusticus externus, suatu saluran yang mengarah sedikit ke anterior, dinding anterior, lantai dan bagian inferior dinding posterior dibentuk oleh pars tympanica, sedangkan dinding atap dan bagian superior dinding posterior dibentuk oleh pars squamosa. Pada ujung medialis (inner end) dari meatus acusticus externus terdapat membrana tympanica. PARS MASTOIDEA Adalah bagian posterior dari os temporale dan bersaru dengan os squamosa. Permukaan externus kasar, tempat melekat m.occipitalis. dekat pada tepi posterior terdapat foramen mastoideum, dilalui oleh sebuah vena yang menuju ke sinus transversus (= sinus sigmoideus) dan sebuah cabang-cabang kecil dari arteria occipitalis yang menuju ke dura mater. Foramen mastoideum bervariasi menurut lokalisasi dan ukurannya, seringkali juga tidak ada. Processus mastoideus adalah suatu tonjolan agak bulat atau berbetuk konus (bervariasi dalam bentuk dan ukuran), tempat melekat m.stemocleidomastoideus, m.splenius capitis dan m.longisimus capitis. Pada facies medialis dan processus mastoideus terdapat incisura mastoidea (= fossa digistrica), tempat melekat m.digastricus, dan di sebelah medialnya terdapat sulcus occipitalis, dilalui oleh arteria occipitalis. Pada faciea medialis (= facies cerbralis) terdapat sulcus sigmoideus, ditempati oleh sinus sigmoideus ( kelanjutan dari sinus transversus). Antara sulcus sigmoideus dengan cellulae mastoidei terdapat lembaran tulang yang sangat tipis, bahkan bisa tidak sempurna. Tepi superior pars mastoidea agak lebar dan bergerigi, membentukbpersendian dengan angulus mastoideus ossis parietalis.
  • 44. Tepi posterior pars mastoidea juga bergerigi dan membentuk persendian dengan tepi inferior os occipitele. Ke arah anterior pars mastoidea bersatu dengan pars squamosa, turut membentuk meatus acusticus externus dan cavitas tympanica. Processus mastoideus dibentuk oleh rongga-rongga kecil berisi udara yang diberi nama cellulae mastoidei. Salah satu rongganya yang besar disebut antrum tympanicum, terletak di bagian antero-lateral. PARS PETROSA (=PYRAMIS) Berbentuk pyramid, terletak di antara os sphenoidale dan os occipitale, berada pada basis carnii. Mempunyai apex, basis, 3 permukaan dan 2 buah tepi, di dalamnya berisi organ pendengaran dan equilibrium (= organum vestibulocochlearis). Basis bersatu dengan facies interna pars squamosa dan pars mastoidea. Apex dari pars petrosa (= apex pyramidis) mempunyai permukaan yang kasar dan tidak datar, terletak di antara tepi posterior ala magna ossis sphenoidalis dan pars basalis ossis occipitalis dan os sphenoidale. Pada daerah ini terdapat orificium internum (anterior) canalis coraticus, dan membentuk bagian pastero-lateral foramen lacerum. Facies anterior pyramidis merupakan dinding posterior dari fossa cranii media, melanjutkan diri pada facies interna pars squamosa dan membentuk sutura petrosquamosa. Pada permukaan ini terdapat : 1. Eminentia arcuata, suatu penonjolan yang terletak di bagian tengah, merupakan indikasi untuk menentukan letak dari canalis senicircularis superior ; 2. Di sebelah antero-lateral dari eminetia arcuata terdapat suatu cekungan yang menjadi indikasi posisi cavitas tympani, disebut tegmen tympani ; 3. Sulcus nervi petrosi majori yang menuju ke hiatus canalis facialis, dilalui oleh nervus petrosus superficialis major ; 4. Sulcus nervi petrosi minoris, berada di sebelah lateral hiatus canalis facialis, dilalui oleh n.petrosis superficialis minor ; 5. Ujung terminal canalis caroticus, terletak dekat pada apex pyramidis, kadang-kadang dinding canalis carticus di sini dangat tipis ;
  • 45. 6. Impressio trigemini, suatu cekungan yang berada pada apex pyramidis, ditempati oleh gengion semilunare Gasseri. Facies posterior pyramidis membentuk pars anterior fossa cranii posterior. Dekat pada pertengahannya terdapat meatus acusticus internus, yang melanjutkan menjadi porus acusticus internus. Meatus internus ini bulat dan mempunyai tepi yang rata. Di sebelah lateral meatus acusticus internus terdapat fossa subarcuata. Facies inferior mempunyai permukaan yang kasar dan tidak beraturan, turut membentuk sebagian dari norma basalis cranii. Pada facies ini terdapt foramen coraticum externum, dilalui oleh arteria carotis interna. Di sebelah posterior foramen coraticum externum terletak fossa jugularis, yang ditempeti oleh bulbus superior vena jugularis interna. Di antara processus styloideus dan processus mastoideus terdapat foramen stylomastoideum, yang merupakan ujung terminal dari canais facialis, dilalui oleh cabang perifer Nervus facialis. Pada margo superior terdapat sulcus petrosus superior, ditempati oleh sinus petrosus superior, dan menjadi tempat perlekatan dari tentorium cerbelli. Pada ujung medial sulcus tersebut terletak Nervus trigemionus. Pada bagian medial margo posterior pyramidis terdapat sebuah sulcus yang dilalui oleh sinus petrosus inferior, berkaitan dengan sulcus yang sama pada pars basilaris ossis occipitalis. Pada bagian lateral margo posterior pyramidis terdapat fossa jugularis, yang bersama-sama dengan incisura jugularis ossis occipitalis membentuk foramen jugulare; banyak kali foramen ini terbagi dua. Margo anterior bersatu dengan pars squamosa membentuk sutura petrosquamosa, juga bersatu dengan os sphenoidale. OS SPHENOIDALE Turut membentuk basis cranii, terletak di sebelah anterior os temporale dan basis ossis temporalis. Terdiri dari (1) sebuah corpus di bagian medial, (2) dua buah ala major
  • 46. dan (3) dua buah ala minor yang berada di bagian lateral, memberi bentuk sperti kupu-kupu (4) dua buah processus pterygoideus yang berada pada facies inferior. CORPUS SPHENOIDALE berbentuk kubus, mengandung dua buah ruangan yang berisi udara, disebut sinus sphenoidalis, dipisahkan satu sama lain oleh sebuah septum yang tipis. Facies superior atau facies infracranial dari corpus membentuk spina ethmoidale ke arah rostral, yang mengadakan persendian dengan lamina cribrosa ossis ethmoidalis; di sebelah dorsalnya terdapat suatu dataran dengan permukaan yang licin, disebut jugum sphenoidale, agak meninggi di bagian medial dan melekuk pada kedua sisinya. Daerah ini di bagian posterior dibatasi oleh margo anterior dari sulcus chiasmatis. Pada sulcus ini terletak chiasma opticum, dan sulcus ini di sebelah lateral berakhir pada foramen opticum, dilalui oleh Nervus opticus dan arteria ophthalmica. Di sebelah posterior dari sulcus chiamatis terdapat tuberculum sellae dan lebih ke posteior lagi terdapat suatu cekungan yang dalam, disebut sella tursica, ditempati oleh hypophyse, oleh karena itu cekungan ini disebut juga fossa hypophysialis. Fossa ini ditutupi (membentuk atap) oleh dura meter yang membentuk diaphragma sellae. Di sebelah anterior dari sellal tursica terdapat dua buah tonjolan, dinamakan processus clinoideus medius, tidak selamanya ada. Batas dorsal dari sella trusica adalah sebuah dataran, disebut dorsum sellae, membentuk dua tonjolan ke arah superior, disebut processus clinoideus posterior,. Yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berveriasi. Pada processus clinoideus posterior melekat tentorium cerbelli. Facies dorsalis dorsum sellae membentuk suatu cekungan yang dangkal, disebut clivus, selanjutnya bersatu dengan pars basilaris ossis occipitalis. Pada kedua sisi dorsum sellae terdapat sebuah cekungan yang dilalui oleh Nervus abducens, di sebelah inferiornya terdapat processus petrosus yang membentuk persendian dengan apex pyramidis ossis temporalis, membentuk dinding medial foramen lacerum. Facies lateralis dari corpus bersatu dengan ala major dan lamina medialis (processus pterygoidea). Pada tempat perlekatan dengan ala major ini terdapat sulcus coraticus. Di bagian posterior dari sulcus tadi, tepi lateralnya pada tempat pertemuan corpus dengan ala major membentuk suatu penonjolan yang dinamakan lingual sphenoidalis. Facies posterior dari corpus bersatu dengan pars basilaris corpus occipitalis. Facies anterior dari corpus membentuk dinding posterior cavitas nasi, dan pad alinea mediana membentuk crista sphenoidalis, yang mengadakan persendian dengan lamina perpendicularis ossis ethmoidalis, membentuk septum nasi. Pada kedua sisi dari crista ini terdapat muara dari sinus sphenoidalis. Sinus sphenoidalis bervariasi dalam bentuk dan ukurannya, jarang simetris, bisa meluas sampai mendekati foramen occipitale magnum. Sebagian dari sinus ini ditutupi oleh concha sphenoidalis, yang berupa suatu tulang yang tipis dan melengkung. Sisi lateral dari
  • 47. facies anterior sinus sphenoidalis membentuk persendian dengan lamina orbitalis ossis ethmoidalis. Tepi inferior membentuk persendian dengan processus orbitalis ossis palatini; tepi superior mengadakan persendian dengan lamina orbitalis ossis frontalis. Facies inferior dari corpus turut membentuk sebagian dari dinding cavitas nasi, dan pada linea mediana membentuk tonjolan berbentuk segitiga, disebut rostrum sphenoidale, menyatu dengan crista sphenoidalis pada permukaan anterior dan masuk ke dalam celah yang dibenruk oleh alea vomeris. Disebelah lateral dan rostrum terdapat suatu penonjolan yang disebut processus vaginalis, mengarah ke medial dan berasal dari basis lamina medialis pterygoidei. ALA MAGNA (= ALA MAJOR) adalah tonjolan ke arah lateral dari corpus sphenoidalis. Bagian posterior dari tonjolan ini bebrbetuk segitiga, terletak pada sudut yang dibentuk oleh pars squamosa dan pars petrosa ossis temporalis, dan membentuk spina angularis (= spina ossis sphenoidalis) pada ujung inferiornya. Facies cerebralis atau facies superior turut membentuk cranii media, ditempati oleh lobus temporalis cerebri. Di bagian antero-medial terdapt foramen rotundum, berbentuk bulat, dilalui oleh nervus maxillaries, di sebelah postero-lateralnya terdapat foramen ovale, dilalui oleh nervus mandibularis. Di sebelah posterior dari foramen ovale, pada angulus posterior dekat pada spina angulus terdapat foramen spinosum, dilewati oleh vasa meningea media. Facies lateralis (= facies temporalis) berbentuk konveks, dibagi oleh crista infratemporalis yang letaknya transversal menjadi dua bagian, yaitu pars superior (= pars temporalis yang menjadi tempat perlekatan m.temporalis dan pars inferior (= pars infratemporalis) yang bentuknya lebih kecil, turut membentuk fossa infratemporalis. Pada crista ionfratemporalis dan pada pars inferior melekat m.pterygoideus lateralis. Pada pars infratemporalis terdapat foramen ovale dan foramen spinosum, dan di sebelah posteriornya terdapat spina ossis sphenoidalis (= spina angularis). Pada facies medialis spina sphenoidalis terdapat chorda tympani. Pada spina ossis sphenoidalis melekat ligamentum sphenomandibulare dan m.tensor veli palatini. Facies orbitalis membentuk pars posterior dinding lateral orbita. Tepi superiornya, bergerigi, melekat pada facies orbitalis ossis frontalis. Tapi inferiornya bulat, membentuk bagian pastero-lateral fissura orbitalis inferior. Tepi medialnya, tajam , membentuk bagian dari fissura orbitalis superior, dan membentuk sebuah tonjolan kecil yang menjadi tempat perlekatan m,rectus lateralis oculi.
  • 48. Tepi lateral facies orbitalis bergerigi dan membentuk persendian dengan os zygomaticum. Di sebelah inferior dari pars medialis fissura orbitalis superior terletak dinding posterior fossa pterygopalatina. Bagian posterior dari tepi ala magna yang berada dekat pada corpus membentuk dinding anferior foramen lacerum, dan pada bagian ini terdapat lobang dari canalis pterygoideus. Sisi lateral dari ala major membentuk synchondrosis dengan pars petrosa ossis temporalis, dan di bagian inferiornya terdapt sulcus tubae auditivae, ditempati oleh pars cartilaginis tubae auditivae. Margo squamosa melekat pada pars squamosa ossis temporalis. Margo parietalis melekat pada os parietale (angulus sphenoidale) Margo frontalis bersatu dengan os frontale, tepi ini melanjutkan diri kemedial dan membentuk bagian inferior fissura orbitalis superior, Margo zygomaticus melekat pada os zygomaticum. ALA PARVA (=ALA MINOR) adalah dua buah lembaran tipis yang berbentuk segitiga, berasal dari bagian antero-superior dari corpus, mengarah ke lateral dan berakhir dengan ujung yang lancip. Facies superiornya datar, ditempati oleh sebagian dari lobus frontalis cerebri. Facies interior membentuk pars posterior dinding superior (atap) orbita dan pars superior fissura orbitalis superior. Margo anterior bergerigi, bersatu dengan os frontale. Margo posterior halus dan bundar, letaknya sesuai dengan fissura lateralis cerebri, dan ujung medialnya membentuk processus clinoideus anterior yang menjadi tempat melekatnya tentorium cerebelli. Ala minor melekat pada corpus melalui radix superior dan radix inferior dan diantaranya terbentuk canalis opticus, dilalui oleh Nervus opticus dan arteria ophthalmica. PROCESSUS PTERYGOIDEUS adalah tonjolan ke lateral, berada dibagian inferior pasa tempat pertemuan corpus dengan ala major ossis sphenodalis. Terdiri atas lamina lateralius dan lamina medialis, bagian superiornya bersatu disebelah anterior, pada tempat pertemuan ini terdapat sulcus pterygopalatinus. Dibagian inferior lamina lateralius terpisah dari lamina medialis oleh fissura pterigoideus. Tepinya kasar dan membentuk persendian dengan processus pyramidalis ossis palatini. Kedua lamina itu ke arah posterior letak saling menjauhi satu sama lain (divergen) dan membatasi fossa pterygoidea, berbentuk huruf V. Pada fossa pterygoidea terdapat m. pterygoideus medialis dan m.tensor veli palatini. Disebelah superior dari fossa pterygoidea terdapat suatu cekungan berbentuk oval, disebut fossa scaphoidea, tempat melekat m.tensor veli palatini. Facies anterior dan processus pterygoideus luas, membentuk dinding posterior fossa pterygopalatina.
  • 49. Lamina lateralis processus pterygoidei bentuknya luas, tipis dan melengkung ;facies lateralisnya membentuk sebagian dari dinding medial fossa infratemporalis dan menjadi tempat perlekatan m.pterygoideus lateralis. Facies medial dari lamina lateralis dinding lateral fossa pterygoideus, tempat melekat m.ptertgoideus medialis. Lamina medialis processus pterygoideus mempunyai bentuk yang lebih ramping, tetapi lebih panjang daripada lamina lateralis. Ujung inferior melengkung ke lateral, membentuk hamulus pterygoideus. Facies lateral membentuk dinding medial fossa pterygoidea. Facies medial membentuk batas lateral danchoanea. Ke arah superior lamina medialis meluas sampai pada permukaan inferior corpus sphenoidalis, membentuk processus vaginalis, yang di bagian anterior bersatu dengan processus sphenoidalis ossis palatini dan di bagian posterior bersatu dengan ala vomeris. Di antara tepi posterior processus vaginalis dan sisi medial fossa scaphoidea terdapat tuberculum pterygoideum, di sebelah superiornya terdapat canalis pterygoideus, yang di bagian posterior berhubungan dengan foramen lacerum dan di bagian tengan anterior dengan fossa pterygopalatina. Pada facies inferior processus vaginalis terdapat sebuah sulcus yang dibentuk bersama-sama dengan processus sphenoidalis ossis palatini, dilalui oleh ramus pharyngealis arteria maxillaries dan nervus pharyngealis yang dipercabangkan oleh nervus pterygopalatina. Di sepanjang tepi posterior lamina medialis melekat aponeurasis pharyngealis, daripada sepertiga bagian inferiornya terdapat origa dan m.constictor pharyngealis superior. Tepi anterior lamina medialis bersatu dengan tepi posterior pars perpendicularis ossis palatini. CONCHAE SPHENOIDALES adalah dua buah lembaran tipis, melengkung, terletak di bagian anterior corpus sphenoidalis. Pada dinding anterior terdapat lubang keluar dari sinus sphenoidalis yang menuju ke recessus sphenoidalis di dalam cavitas nasi. OS ETHMOIDALE Tulang yang ringan dan mempunyai rongga-rongga kecil, terletak di bagian anterior dari basis cranii, berada di antara kedua belah orbita, membentuk sebagian besar dinding superior cavitas nasi. Terdiri dari empat bagian ; (1) lamina cribrosa atau lamina