2. KOMPETENSI DASAR
• Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ
pada sistem koordinasi dan mebgaitkannya dengan proses
koordinasi sehingga dapat menjelaskan peran saraf dan hormon
dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi
yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi manusia melalui studi
literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
• Mengevaluasi pemahaman diri tentang bahaya penggunaan
senyawa psikotropika dan dampaknya terhadap kesehatan diri,
lingkungan, dan masyarakat.
• Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi
saraf dan hormon pada sistem koordinasi yang disebabkan oleh
senyawa psikotropika yang menyebabkan gangguan sistem
koordinasi manusia dan melakukan kampanye antinarkoba pada
berbagai media.
• Melakukan kampanye antinarkoba melalui berbagai bentuk media
komunikasi, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN AFEKTIF
• Siswa dapat mengubah sikap untuk mengagumi
keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur, fungsi, dan bioproses sistem koordinasi pada
manusia.
• Siswa dapat menunjukkan sikap ilmiah, yaitu teliti,
tekun, jujur sesuai dengan data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, peduli lingkungan, gotong royong,
serta bekerja sama dalam melakukan observasi dan
eksperiman tentang sistem koordinasi pada manusia.
• Siswa dapat mengubah sikap untuk peduli terhadap
keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan
prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan
pengamatan dan percobaan sistem koordinasi di
laboratorium dan di lingkungan sekitar.
4. TUJUAN PEMBELAJARAN KOGNITIF
• Siswa dapat memerinci organ-organ yang tergabung dalam
sistem koordinasi dengan menggunakan gambar/torso
manusia.
• Siswa dapat menunjukkan bagian-bagian neuron dengan
menggunakan gambar neuron.
• Siswa dapat memberikan contoh-contoh gerak refleks yang
biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
• Siswa dapat menjelaskan mekanisme penghantaran impuls
dengan menggunakan gambar.
• Siswa dapat menjelaskan struktur sistem saraf pusat melalui
pengamatan gambar.
• Siswa dapat mengumpulkan informasi atau data-data yang
berkaitan dengan susunan saraf tepi dari media.
5. TUJUAN PEMBELAJARAN
KOGNITIF (lanj.)
• Siswa dapat menganalisis berbagai jenis hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar endokrin.
• Siswa dapat menganalisis perbedaan sistem saraf dengan
sistem hormon.
• Siswa dapat menunjukkan struktur panca indra (mata,
telinga, kulit, lidah, dan hidung) dengan menggunakan
gambar.
• Siswa dapat menyajikan hasil analisis kelainan dan
gangguan sistem koordinasi melalui media presentasi.
• Siswa dapat menjelaskan mekanisme melihat dengan
menggunakan bagan.
• Siswa dapat mengurutkan tahapan mekanisme melihat oleh
mata.
6. TUJUAN PEMBELAJARAN
PSIKOMOTORIK
• Siswa dapat mengumpulkan data informasi berbagai jenis
NAPZA besarta bahayanya melalui media internet.
• Siswa dapat menentukan kiat-kiat untuk menghindari
penyalahgunaan NAPZA.
• Siswa dapat melakukan percobaan untuk menentukan area
kepekaan lidah terhadap rasa.
8. I. SISTEM SARAF PADA MANUSIA
• Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf, terdiri atas
bagian:
• Badan sel. Berfungsi mengendalikan metabolisme
keseluruhan neuron.
• Dendrit. Juluran sitoplasma untuk menerima impuls
dari sel lain untuk dikirimkan ke badan sel.
• Akson. Juluran sitoplasma yang panjang untuk
mengirimkan impuls ke neuron lainnya. Akson
dibungkus selubung mielin. Bagian akson tanpa
mielin disebut nodus Ranvier untuk mempercepat
jalannya impuls. Mielin ditutupi oleh selubung
Schwann (neurilema).
A. Neuron (Sel Saraf)
9. • Neuron tidak dapat melakukan mitosis, namun serabutnya
dapat beregenerasi.
• Neuron berdasarkan fungsi:
• Neuron sensor (aferen): menghantarkan impuls dari organ
sensor ke saraf pusat.
• Neuron motor (eferen): menghantarkan impuls dari saraf
pusat ke organ motor atau kelenjar.
• Neuron konektor: penghubung antar neuron.
• Neuron berdasarkan juluran sitoplasma:
• Neuron multipolar: satu akson dan dua dendrit atau lebih.
• Neuron bipolar: dua juluran berupa dendrit dan akson.
• Neuron unipolar: neuron bipolar yang tampak hanya
memiliki satu juluran dari badan sel karena akson dan
dendritnya berfusi.
11. B. Sel Neuroglia (Glia)
Adalah sel penunjang pada saraf pusat yang berfungsi
sebagai jaringan ikat.
Jenis sel glia:
• Astrosit, sebagai lem yang menyatukan neuron.
• Oligodendrosit, membentuk lapisan mielin.
• Mikroglia, untuk pertahanan imun.
• Sel ependima, membran epitelium yang melapisi rongga
serebral dan medula spinalis.
12. C. Sinapsis
• Adalah hubungan satu neuron dengan yang lain; titik temu
ujung akson satu neuron dengan dendrit dari neuron lain;
atau hubungan ke otot dan kelenjar.
• Bagian sinapsis: prasinaps (bagian akson terminal), celah
sinaps (ruang antara prasinaps dengan pascasinaps),
dan pascasinaps (bagian dendrit).
• Pada celah sinaps terdapat substansi kimia neurotransmiter
untuk mengirimkan impuls.
• Neurotransmiter dapat bersifat eksitasi (meningkatkan
impuls) atau inhibisi (menghambat impuls).
14. D. Impuls Saraf, Gerak Sadar, dan
Refleks
• Impuls saraf adalah rangsangan yang diterima oleh reseptor
dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron menjalari
serabut saraf.
• Impuls akan menyebabkan terjadinya gerakan.
• Gerak sadar (disengaja/disadari):
impuls reseptor/indra saraf sensoris otak
saraf motor efektor/otot
• Gerak refleks (tidak disengaja/tidak disadari):
Impuls reseptor/indra saraf sensoris sumsum
tulang belakang saraf motor efektor/otot
15. E. Mekanisme Penghantaran Impuls
• Impuls yang diterima oleh reseptor dihantarkan oleh
dendrit menuju badan sel saraf dan akson,
kemudian dihantarkan ke neuron lainnya.
• Neuron dalam keadaan istirahat memiliki energi
potensial membran untuk bekerja mengirim impuls.
Energi tersebut dihasilkan oleh perbedaan
komposisi ion intraseluler dan ekstraseluler.
• Di dalam sel, kation (ion positif) utama adalah K+,
dan Na+ rendah. Di luar sel, kation utamanya Na+.
K+ rendah.
• Energi dipertahankan dengan cara pompa K+ ke
dalam sel dan Na+ ke luar sel.
16. Tahap penghantaran impuls
• Tahap istirahat (polarisasi). Neuron tidak menghantarkan
impuls, ekstraseluler bermuatan positif (+) dan intraseluler
bermuatan negatif (-).
• Tahap depolarisasi. Neuron mendapat rangsang, saluran Na+
terbuka dan Na+ masuk ke dalam sel. Terjadi perubahan
muatan listrik: ekstraseluler bermuatan negatif, intraseluler
bermuatan positif.
• Tahap repolarisasi. Saluran Na+ tertutup, saluran K+ terbuka
sehingga K+ keluar. Kondisi akan kembali seperti tahap
istirahat.
17. F. Sistem Saraf Pusat (SSP)
• Terdiri atas otak (serebral) dan sumsum tulang belakang
(medula spinalis). Keduanya dilapisi jaringan ikat yang
disebut meninges, yang terdiri atas:
• Pia meter, lapisan paling dalam dan mengandung
pembuluh darah.
• Araknoid, lapisan tengah dan mengandung sedikit
pembuluh darah.
• Dura meter, lapisan terluar yang terdiri atas dua
lapisan. Lapisan terluar melekat pada kranium.
• Otak dan medula spinalis memiliki substansi abu-abu
(bagian luar) dan substansi putih (bagian dalam).
18. 1. OTAK
Tersusun dari 100 milyar neuron yang terhubung oleh sinapsis
membentuk anyaman kompleks.
Bagian-bagian otak:
(1) Serebrum (otak besar). Mengisi bagian depan dan atas
rongga tengkorak. Bagian terluarnya disebut korteks
serebral, dan bagian dalamnya disebut nukleus (ganglia)
basal. Area fungsional korteks serebral:
• Area motor primer, mengendalikan kemampuan bicara.
• Area sensor korteks, meliputi area sensor, area visual,
area auditori, area alfaktori, dan area pengecap.
• Area asosiasi, meliputi area frontal (pusat intelektual dan
fisik), area somatik (pusat interpretasi), area visual, dan
area wicara Wernicke.
Nukleus basal merupakan pusat koordinasi motor.
21. (2) Diensefalon. Terletak di antara serebrum dan otak tengah.
Terdiri atas:
• Talamus, berfungsi menerima dan meneruskan
impuls ke korteks otak besar, serta berperan dalam
sistem kesadaran dan kontrol motor.
• Hipotalamus, berfungsi mengendalikan sistem saraf
otonom, pusat pengaturan emosi, dan memengaruhi
sistem endokrin.
• Epitalamus, berperan dalam dorongan emosi.
(3) Sistem limbik, yaitu cincin struktur otak depan yang
mengelilingi otak dan berfungsi dalam pengaturan emosi,
mempertahankan kelangsungan hidup, pola perilaku
soioseksual, motivasi, dan belajar.
23. (4) Mesensefalon (otak tengah), menghubungkan pons dan
serebelum (otak kecil) dengan otak besar, berfungsi sebagai
jalur penghantar dan pusat refleks, serta meneruskan
informasi penglihatan dan pendengaran.
(5) Pons Varolii (jembatan varol), mengatur frekuensi dan
kekuatan bernapas.
(6) Serebelum (otak kecil), mempertahankan keseimbangan,
kontrol gerakan mata, meningkatkan kontraksi otot, serta
koordinasi gerakan sadar yang berkaitan dengan
keterampilan.
(7) Medula oblongata, berfungsi dalam pengendalian ferkuensi
denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, gerakan alat
pencernaan makanan, menelan, muntah, sekresi kelenjar
pencernaan, dan mengatur gerak refleks.
(8) Formasi retikuler, berfungsi memicu dan mempertahankan
kewaspadaan serta kesadaran.
24. 2. MEDULA SPINALIS (SUMSUM TULANG BELAKANG)
• Berfungsi mengendalikan aktivitas refleks, komunikasi antara
otak dengan semua bagian tubuh, serta menghantarkan
rangsangan koordinasi antara otot dan sendi ke serebelum.
• Substansi abu-abu mengisi struktur dalam dan substansi putih
mengisi struktur bagian luar.
26. G. Sistem Saraf Tepi (SST)
1. Saraf kranial
No Nama saraf kranial Fungsi
1 Saraf olfaktori (CN I) Indra penciuman
2 Saraf optik (CN II) Indra penglihatan
3 Saraf okulomotor (CN III) Impuls dari dan ke otot mata
4 Saraf troklear (CN IV) Impuls dari dan ke otot sadar mata
5 Saraf trigeminal (CN V) Impuls otot mastikasi, wajah, hidung, dan mulut
6 Saraf abdusen (CN VI) Impuls dari dan ke otot rektus lateral mata
7 Saraf fasial (CN VII) Impuls ekspresi wajah, lidah, kelenjar air mata dan saliva
8 Saraf vestibulokoklear (CN VIII) Impuls dari indra pendengaran
9 Saraf glosofaring (CN IX) Impuls otot bicara, menelan, kelenjar liudah, rasa pada lidah
10 Saraf vagus (CN X) Impuls organ pada toraks dan abdomen
11 Saraf aksesori spinal (CN XI) Impuls faring, laring, trapezius, dan sternokleidomastoid
12 Saraf hipoglosal (CN XII) Impuls dari dan ke otot lidah
27. 2. Saraf spinal
• Terdiri atas 31 pasang saraf yang muncul dari segmen-
segmen medula spinalis dan diberi nama sesuai nama ruas
tulang belakang.
Berdasarkan arah impuls, SST dibagi menjadi divisi
aferen (membawa informasi dari reseptor ke SSP
dan divisi eferen (membawa instruksi dari SSP ke
organ efektor.
Divisi eferen: sistem saraf somatik (neuron motor
pada otot rangka) dan sistem saraf otonom (neuron
motor pada otot polos)
Sistem saraf otonom: sistem saraf simpatis dan
sistem saraf parasimpatis.
28. Perbedaan Saraf Simpatis Saraf Parasimpatis
Asal serat saraf Berasal dari bagian toraks
dan lumbar medula
spinalis
Berasal dari area
kranium (kepala) dan
sakrum
Ukuran serat
praganglion
Pendek Panjang
Ukuran serat
pascaganglion
Panjang Pendek
Jenis
neurotransmiter
Aaasetilkolin dan
noradrenalin
Asetilkolin
efek Untuk aktivitas fisik berat Untuk keadaan tenang
Perbedaan saraf simpatis dengan parasimpatis
29. H. Gangguan Sistem Saraf
• Meningitis, radang selaput otak karena infeksi bakteri atau virus.
• Ensefalitis, peradangan jaringan otak, biasanya disebabkan oleh virus.
• Neuritis, gangguan saraf tepi akibat peradangan, keracunan, atau
tekanan.
• Rasa baal (kebas) dan kesemutan, gangguan sistem saraf akibat
gangguan metabolisme, tertutupnya aliran darah, atau kekurangan
vitamin neurotropik (B1, B6, dan B12).
• Epilepsi (ayan), penyakit serangan mendadak karena trauma kepala,
tumor otak, kerusakan otak saat kelahiran, stroke, dan alkohol.
• Alzheimer, sindrom kematian sel otak secara bersamaan.
• Gegar otak, bergeraknya jaringan otak dalam tengkorak menyebabkan
perubahan fungsi mental atau kesadaran.
30. II. SISTEM ENDOKRIN (HORMON)
• Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang
memproduksi hormon, yaitu senyawa organik pembawa
pesan kimiawi di dalam aliran darah menuju sel atau jaringan
tubuh.
• Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi
mengatur aktivitas tubuh seperti metabolisme, homeostasis,
pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus reproduksi,
siklus tidur, serta siklus nutrisi.
31. A. Karakteristik Kelenjar Endokrin
• Tidak memiliki saluran dan menyekresikan hormon
langsung ke dalam cairan di sekitar sel.
• Menyekresi lebih dari satu jenis hormon, kecuali
kelenjar paratiroid.
• Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi
banyak pembuluh darah dan ditopang oleh jaringan
ikat.
• Masa aktif kelenjar endokrin dalam menghasilkan
hormon berbeda-beda.
• Sekresi hormon dapat distimulasi atau dihambat
oleh kadar hormon lainnya dan senyawa nonhormon
dalam darah, serta impuls saraf.
32. B. Kelenjar Endokrin dan Sekresi
Hormon
1. HIPOFISIS (PITUITARI)
a. Lobus anterior, menghasilkan hormon:
• Hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH):
Mengendalikan pertumbuhan sel, tulang, dan
kartilago; mengatur laju sintesis protein; serta
mengatur pemakaian lemak.
• Hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating
Hormone/TSH): meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan kelenjar tiroid (gondok), laju produksi
hormonnya (tiroksin), dan metabolisme sel.
33. • Hormon adrenokortikotropik (Adrenocorticotropic
Hormone/ACTH): merangsang kelenjar korteks
adrenal untuk menyekresi glukokortikoid.
• Hormon gonadotropin:
Follicle Stimulating Hormone (FSH): menstimulasi
pertumbuhan foliker ovarium dan memproduksi
hormon estrogen (wanita); menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan spermatozoa
(laki-laki)
Luteinizing Hormone (LH): bekerjasama dengan
FSH menstimulasi produksi estroge, berperan
dalam ovulasi dan sekresi progesteron (wanita);
menstimulasi produksi testosteron (laki-laki)
34. b. Lobus intermedia, menghasilkan endorfin
(mengilangkan nyeri alamiah, merespon stres, dan
aktivitas seperti olahraga) dan Melanocyte
Stimulating Hormone (MSH) (merangsang
pembentukan pigmen dan penyebaran sel
penghasilnya (melanosit) pada epidermis.
c. Lobus inferior, menghasilkan Antidiuretic
Hormone (ADH) (menurunkan volume air yang
hilang dalam urine) dan oksitosin (menstimulasi
kontraksi otot polos saat melahirkan dan
pengeluaran ASI pada ibu menyusui.
35. 2. TIROID (KELENJAR GONDOK)
• Menghasilkan hormon tiroksin (meningkatkan laju
metabolisme sel, menstimulasi konsumsi oksigen,
meningkatkan pengeluaran energi panas, serta mengatur
pertumbuhan dan perkembangan normal tulang, gigi,
jaringan ikat, dan saraf) dan triiodotironin.
3. PARATIROID (KELENJAR ANAK GONDOK)
• Menghasilkan hormon parathormon (parathyroid
Hormone/PTH) untuk mengendalikan keseimbangan kalsium
dan fosfat dalam tubuh melalui stimulasi aktivitas osteoklas
(sel penghancur tulang), aktivasi vitamin D, dan stimulasi
reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
36. 4. ADRENAL (SUPRARENALIS/ANAK GINJAL)
• Adrenal bagian medula menghasilkan adrenalin
(epinefrin) (meningkatkan frekuensi jantung,
metabolisme, dan konsumsi oksigen) dan
noradrenalin (norepinefrin) (meningkatkan tekanan
darah dan menstimulasi otot jantung).
• Adrenal bagian korteks menghasilkan aldosteron
(mengatur keseimbangan air dan elektrolit),
glukokortikoid (memengaruhi metabolisme glukosa,
protein, lemak, dan menjaga membran lisosom),
dan gonadokortikoid (sebagai prekursor
pengubahan testosteron dan estrogen oleh jaringan
lain.
37. 5. PANKREAS
• Menghasilkan hormon glukagon (meningkatkan penguraian
glikogen di hati menjadi glukosa, dan sintesis glukosa dari
sumber nonkarbohidrat), insulin (menurunkan katabolisme
lemak dan protein, menurunkan kadar gula darah, serta
meningkatkan sintesis protein dan lemak), somatostatin
(penghalang hormon pertumbuhan dan penghambat sekresi
glukagon dan insulin), dan polipeptida pankreas (fungsi
belum diketahui)
38. 6. PINEAL (EPIFISIS SEREBRI)
• Menghasilkan melatonin yang berpengaruh pada pelepasan
gonadotropin dan menghambat produksi melanin.
7. TIMUS
• Menghasilkan timosin untuk pengendalian perkembangan
sistem imun.
8. OVARIUM, TESTIS DAN PLASENTA
• Ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron; testis
menghasilkan testosteron; plasenta menghasilkan
gonadotropin korion, estrogen, progesteron, dan
somatotropin.
40. III. PERBEDAAN SISTEM SARAF
DENGAN SISTEM ENDOKRIN
No Aspek
Pembeda
Sistem Hormon Sistem Saraf
1. Aksi Lambat Cepat atau segera
2. Respons Tidak langsung, distribusi
lebih luas
Langsung, distribusi lebih
sempit
3. Pengaturan Jangka panjang (misal
pertumbuhan)
Jangka pendek (misal
kontraksi otot jantung)
4. Sekresi Hormon Neurotransmiter
5. Komunikasi Melalui sistem sirkulasi Antarneuron melalui
sinapsis
41. IV. SISTEM INDRA
• Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas
cahaya pada fotoreseptor dan mengubah energi
cahaya menjadi impuls saraf.
• Aksesori mata: alis, orbita, kelopak mata, otot mata,
dan air mata.
A. Indra Penglihat (Mata)
42. Struktur mata
• Lapisan luar bola mata: tunika fibrosa, sklera, dan
kornea (untuk mentransmisikan dan memfokuskan
cahaya).
• Lapisan tengah bola mata: koroid, badan siliari, iris
(bagian yang berwarna, mengendalikan diameter
pupil), dan pupil (ruang terbuka yang dilalui cahaya)
• Lensa, struktur bikonveks yang bening.
• Rongga mata, ruang anterior berisi aqueous humor
(mengandung nutrisi untuk lensa dan kornea) dan
ruang posterior berisi vitreous humor
(mempertahankan bentuk bola mata dan posisi
retina terhadap kornea).
43. • Retina, lapisan paling dalam, tersusun dari:
• Bagian luar, terpigmentasi dan menyimpan vitamin A
• Bagian dalam, terdapat sel batang (berpigmen
rodopsin, tidak sensitif terhadap warna) dan sel
kerucut (berpigmen iodopsin, sensitif terhadap
warna).
• Lutea makula
• Fovea sentralis (bintik kuning). Jika bayangan
benda tepat jatuh di bintik kuning, bayangan akan
terlihat jelas.
• Saraf mata, terhubung di sisi superior kelenjar
hipofisis.
• Bintik buta, bagian yang tidak mengandung
fotoreseptor.
46. 1. MEKANISME MELIHAT
• Cahaya yang dipantulkan oleh benda ditangkap
mata, menembus kornea dan pupil.
• Inttensitas cahaya diatur oleh pupil, lalu cahaya
diteruskan menembus lensa mata ke retina.
• Daya akomodasi mata mengatur cahaya agar tepat
jatuh di bintik kuning retina.
• Impuls cahaya disampaikan saraf optik ke otak.
• Cahaya akan diinterpretasikan sehingga kita bisa
mengetahui apa yang kita lihat.
Titik jauh: jarak benda terjauh yang masih dapat
dilihat dengan jelas.
Titik dekat: jarak benda terdekat yang masih dapat
dilihat dengan jelas.
47. 2. ADAPTASI TERHADAP GELAP DAN TERANG
• Adalah penyesuaian penglihatan secara otomatis
terhadap intensitas cahaya yang memasuki retina
saat bergerak dari tempat gelap ke tempat terang,
atau sebaliknya.
• Dalam cahaya terang, semua rodopsin akan terurai
dengan cepat dan hanya tersisa sedikit. Berpindah
tempat dari terang ke gelap akan membutuhkan
waktu untuk menyintesis ulang rodopsin agar dapat
melihat jelas pada kondisi gelap.
• Sintesis rodopsin dan iodopsin perlu vitamin A.
• Pupil akan melebar dalam ruang gelap dan
menyempit dalam ruang terang
49. B. Indra Pembau (Hidung)
• Hidung memiliki kemoreseptor olfaktori untuk menerima
rangsangan berupa bau atau zat kimia yang berbentuk gas.
• Epitelium olfaktori mengandung sel penunjang, sel basal, dan
sel olfaktori.
• Mekanisme mencium bau: gas masuk ke hidung larut
pada selaput mukosa merangsang silia sel reseptor
rangsangan diteruskan ke otak untuk diolah jenis bau
dapat diketahui.
• Gangguan indra pembau: hiposmia dan anosmia,
hiperosmia, sinusitis, dan polip.
51. C. Indra Pengecap (Lidah)
• Lidah memiliki kemoreseptor berupa kuncup pengecap yang
terdapat pada papila lidah langit-langit lunak, epiglotis, dan
faring.
• Bentuk papila: filiformis (kerucut), fungiformis (bulat),
sirkumvalata (menonjol dan tersusun seperti huruf V), dan
foliata (seperti daun).
• Area kepekaan rasa:
• Rasa manis, di ujung lidah.
• Rasa asin, reseptor banyak di bagian samping.
• Resa asam, bagian samping lidah agak ke belakang.
• Rasa pahit, bagian belakang pangkal lidah.
52. D. Indra Pendengar (Telinga)
Struktur telinga
• Telinga luar: pinna/aurikula (daun telinga) dan membran
timpanum (gendang pendengar).
• Telinga tengah: tabung Eustachius (penghubung telinga
dengan faring, berfungsi menyeimbangkan tekanan udara
pada kedua sisi membran timpanum) dan osikel auditori
(tulang pendengaran maleus (martil), inkus (landasan), dan
stapes (sanggurdi)).
• Telinga dalam: labirin tulang (terbagi menjadi vestibula
(mengandung reseptor keseimbangan tubuh), kanalis
semisirkularis (tiga saluran setengah lingkaran), dan koklea
(mengandung reseptor pendengaran)) dan labirin
membranosa (terdiri dari utrikulus dan sakulus yang
dihubungkan oleh duktus endolimfa).
53. 1. MEKANISME MENDENGAR
• Gelombang bunyi ditangkap daun telinga ke kanal auditori
eksternal membantuk getaran pada membran timpanum
ke osikel auditori ke fenestra vestibuli terbentuk
gelombang tekanan pada perilimfa skala vestibuli ke skala
timpani getaran pada membran basilar sel-sel rambut
melengkung memicu impuls saraf ke serabut saraf
vestibulokoklear (CN VIII) ke korteks auditori di otak
bunyi diinterpretasikan.
54. 2. PERANAN TELINGA DALAM KESEIMBANGAN
a. Ekuilibrium statis: kesadaran akan posisi kepala
terhadap gaya gravitasi jika tubuh diam.
• Reseptor yang berperan: makula pada dinding
utrikulus dan sakulus. Makula terdiri atas sel
penunjang dan sel rambut. Kumpulan sel rambut
membentuk masa gelatin yang mengandung otolit.
• Jika posisi kepala tegak lurus, otolit berada di
puncak sel rambut. Jika kepala miring arah otolit
berubah dan sel rambut melengkung aktivasi sel
reseptor ke saraf vestibulokoklear.
55. b. Ekuilibrium dinamis: kesadaran akan posisi kepala saat
merespons gerakan.
• Reseptor yang berperan: ampula yang berisi krista, pada
duktus semisirkular.
• Krista terdiri atas sel penunjang dan sel rambut yang
menonjol membentuk lapisan gelatin kupula
3. GANGGUAN INDRA PENDENGAR
• Tuli (tuna rungu), furunkulosis, otitis media, dan mastoiditis.
56. E. Indra Peraba (Kulit)
Reseptor sensor pada kulit:
• Korpuskula Pacini, mendeteksi tekanan yang
dalam (kuat) dan getaran.
• Korpuskula Meissner, mendeteksi sentuhan.
• Cakram Merkel, mendeteksi sentuhan dan sebagai
reseptor raba yang beradaptasi lambat.
• Korpuskula Ruffini, reseptor tekanan dan
tegangan di sekitar jaringan ikat.
• Ujung bulbus Krause, mendeteksi tekanan
sentuhan, kesadaran posisi, dan gerakan.
• Ujung saraf bebas, mendeteksi rasa nyeri,
sentuhan ringan, dan suhu (panas/dingin).
57. V. PENGARUH NAPZATERHADAP
SISTEM KOORDINASI
• NAPZA adalah singkatan dari narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif, yaitu zat-zat yang jika
dikonsumsi akan memengaruhi sistem saraf pusat.
• Narkotika: zat/obat yang menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan
ketergantungan.
• Psikotropika: zat/obat yang menyebabkan perubahan pada
aktivitas normal dan perilaku.
• Zat adiktif: zat/obat yang dapat menyebabkan ketagihan.
A. Pengertian NAPZA
58. B. Jenis NAPZA
1. Stimulan, dapat merangsang sistemsaraf pusat dan
menyebabkan organ tubuh bekerja lebih cepat.
Penggunanya lebih bertenaga serta lebih senang dan
gembira untuk sementara waktu. Contoh: amfetamin,
ekstasi, kokain, kafein, dan alkohol.
2. Depresan, menekan/mengurangi kerja sistem saraf
sehingga menurunkan aktivitas pemakainya menjadi
lambat atau tertidur. Contoh: opiat, barbiturat, alkohol,
dan ganja.
3. Halusinogen, mengacaukan sistem saraf pusat,
memberi mengaruh halusinasi berlebihan, dan
khawatir berlebihan. Contoh: ganja, bunga kecubung,
lem, bensin, dan jamur kotoran sapi.
59. C. Dampak Buruk Penyalahgunaan
NAPZA
Gangguan fisik
• Jumlah zat yang sama tidak mampu menghasilkan
rasa atau akibat yang sama.
• Gejala berhenti menggunakan obat: rasa sakit di
sekujur tubuh.
• Mengacaukan denyut nadi, jantung, dan paru-paru.
Psikologis
• Kemampuan berpikir rasional menurun drastis.
• Ketergantungan psikologis
• Gangguan mental dan emosional
60. Ekonomi
• Butuh biaya besar untuk memenuhi ketergantungan terhadap
obat-obatan.
• Kerugian dalam berbagai aspek, seperti kemanan, biaya
kesehatan, dan kesempatan pendidikan.
Sosial
• Rusuknya hubungan kekeluargaan dan pertemanan.
• Berpengaruh pada kesehatan masyarakat.
61. D. Kiat-kiat Menghindari
Penyalahgunaan NAPZA
• Tidak mencoba-coba menggunakan obat terlarang.
• Meyakinkan diri tidak membutuhkan NAPZA dalam
menghadapi persoalan hidup.
• Membatasi pergaulan dengan kelompok pengguna
NAPZA.