Statistik dan data industri konstruksi memainkan peran yang semakin penting di sektor bangunan.
Data seperti mengukur rasio menang tender, seberapa banyak proyek melebihi anggaran atau jadwal, KPI, semakin banyak angka yang dapat dikumpulkan akan semakin baik semakin baik.
Data tidak hanya memungkinkan visibilitas yang lebih besar ke dalam keadaan proyek tertentu, tetapi statistik dan fakta industri yang relevan dapat memberikan informasi berharga yang diperlukan untuk membuat keputusan penting di masa mendatang terkait prakonstruksi dan perencanaan, alat produktivitas, penilaian risiko, dan efisiensi tenaga kerja dan operasional.
Industri konstruksi sangat kompleks, dengan meningkatnya risiko, bagaimana perusahaan menentukan data yang penting dan mengumpulkannya untuk mengikuti perubahan dan permintaan?
Penentuan kebutuhan data dan ketersediaan data kinerja industri konstruksi termasuk rantai pasoknya, seharusnya memberikan manfaat untuk memahami keadaan industri dan tenaga kerja konstruksi, untuk meningkatkan produktivitas proyek dan mengurangi biaya, dan bagaimana teknologi mutakhir dan transformasi bisnis memegang kunci untuk meningkatkan efisiensi di seluruh industri.
Paparan ini menyajikan metode dan indikator pengukuran kinerja rantai pasok material dan peralatan pad Badan Usaha Jasa Konstruksi.
Metode dan Indikator Pengukuran Kinerja Pengelolaan Rantai Pasokan Konstruksi
1. Metode dan Indikator Pengukuran Kinerja
Pengelolaan Rantai Pasokan Material dan
Peralatan Konstruksi pada Badan Usaha Jasa
Konstruksi
Togar M. Simatupang
Institut Teknologi Bandung
Rapat Penetapan Key Performance Indicators (KPI) Pemantauan dan Evaluasi Kinerja
Pengelolaan Rantai Pasokan Material dan Peralatan Konstruksi (MPK) Tingkat
Meso/Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK)
Direktorat Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kamis, 22 Juli 2021
3. Pendahuluan
• Statistik dan data industri konstruksi memainkan peran yang semakin penting di sektor bangunan.
• Data seperti mengukur rasio menang tender, seberapa banyak proyek melebihi anggaran atau
jadwal, KPI, semakin banyak angka yang dapat dikumpulkan akan semakin baik semakin baik.
• Data tidak hanya memungkinkan visibilitas yang lebih besar ke dalam keadaan proyek tertentu,
tetapi statistik dan fakta industri yang relevan dapat memberikan informasi berharga yang
diperlukan untuk membuat keputusan penting di masa mendatang terkait prakonstruksi dan
perencanaan, alat produktivitas, penilaian risiko, dan efisiensi tenaga kerja dan operasional.
• Industri konstruksi sangat kompleks, dengan meningkatnya risiko, bagaimana perusahaan
menentukan data yang penting dan mengumpulkannya untuk mengikuti perubahan dan
permintaan?
• Penentuan kebutuhan data dan ketersediaan data kinerja industri konstruksi termasuk rantai
pasoknya, seharusnya memberikan manfaat untuk memahami keadaan industri dan tenaga kerja
konstruksi, untuk meningkatkan produktivitas proyek dan mengurangi biaya, dan bagaimana
teknologi mutakhir dan transformasi bisnis memegang kunci untuk meningkatkan efisiensi di
seluruh industri.
• Paparan ini menyajikan metode dan indikator pengukuran kinerja rantai pasok material dan
peralatan pad Badan Usaha Jasa Konstruksi.
3
5. Tantangan Industri Konstruksi
• Sebuah laporan oleh KPMG (2015), Climbing the Curve, menemukan bahwa 69% pemilik
mengatakan kinerja kontraktor yang buruk adalah satu-satunya alasan terbesar untuk
kinerja proyek yang buruk.
• Proyek-proyek besar sering kali membutuhkan waktu penyelesaian 20% lebih lama dari
yang dijadwalkan dan melebihi anggaran hingga 80%.
• McKinsey Global Institute (2015) melaporkan 77% megaproyek di seluruh dunia
terlambat 40% atau lebih dari jadwal.
• Kombinasi dari kekurangan tenaga kerja terampil, meningkatnya biaya peralatan dan
material, lanskap kompetitif, dan persyaratan kepatuhan yang semakin ketat telah
mendorong lebih banyak kompleksitas dalam operasi konstruksi.
• Sejalan dengan itu, sebuah studi Forum Ekonomi Dunia (2016) menemukan bahwa
pengurangan 1% dalam biaya konstruksi dapat menghemat $100 miliar bagi masyarakat
secara global.
• Selain masalah risiko, pengerjaan ulang telah menjadi standar yang mahal, dengan
hampir sepertiga pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor sebenarnya adalah
pengerjaan ulang. Menurut sebuah laporan oleh Autodesk, 52% pengerjaan ulang dapat
dikaitkan dengan data proyek yang buruk dan miskomunikasi.
Sumber: “100+ Construction Industry Statistics”, https://constructionblog.autodesk.com/construction-industry-statistics/
“The construction productivity imperative”, https://www.mckinsey.com/business-functions/operations/our-insights/the-construction-productivity-imperative
5
6. Buruknya Kinerja Mega Proyek Konstruksi
Sumber: “How to build megaprojects better”, https://www.mckinsey.com/business-functions/operations/our-
insights/the-construction-productivity-imperative
• 98% megaproyek mengalami
pembengkakan biaya lebih dari
30 persen;
• 77% setidaknya 40 persen
terlambat
• Biaya rata-rata meningkat
sebesar 80% dari nilai aslinya
• Rata-rata keselipan terlambat 20
bulan dari jadwal semula
98% proyek mengalami pembengkakan biaya dan penundaan
6
7. Faktor Penyebab Buruknya Kinerja
Sumber: “How to build megaprojects better”, https://www.mckinsey.com/business-functions/operations/our-insights/the-construction-productivity-imperative
Organisasi yang buruk
Proses pengambilan keputusan dan
pengadaan tidak memiliki kecepatan
dan skala yang dibutuhkan.
Komunikasi yang tidak
memadai
Inkonsistensi dalam pelaporan berarti
bahwa subkontraktor, kontraktor, dan
pemilik tidak memiliki pemahaman
yang sama tentang bagaimana proyek
berjalan pada waktu tertentu.
Manajemen kinerja yang
salah
Masalah yang belum terselesaikan
menumpuk karena kurangnya
komunikasi dan akuntabilitas.
Kesalahpahaman kontrak
Tim pengadaan biasanya
menegosiasikan kontrak, dan ini
hampir selalu padat dan rumit. Ketika
masalah muncul, manajer proyek
mungkin tidak mengerti bagaimana
untuk melanjutkan.
Koneksi yang tidak terjawab
Ada berbagai tingkat perencanaan,
dari persiapan kelas atas hingga
program harian. Jika pekerjaan sehari-
hari belum selesai, penjadwal perlu
mengetahuinya—tetapi seringkali
tidak—agar mereka dapat
memperbarui prioritas secara waktu
riil.
Perencanaan jangka pendek
yang buruk
Perusahaan umumnya pandai
memahami apa yang perlu terjadi
dalam dua hingga tiga bulan ke depan,
tetapi tidak terlalu memahami satu
atau dua minggu ke depan. Akibatnya,
peralatan yang diperlukan mungkin
tidak tersedia.
Manajemen risiko yang
tidak memadai
Risiko jangka panjang mendapatkan
pertimbangan yang cukup besar; jenis
yang muncul di tempat kerja tidak
sebanyak itu.
Manajemen talenta
terbatas
Perusahaan tunduk pada orang dan
tim yang sudah dikenal daripada
bertanya di mana mereka dapat
menemukan orang terbaik untuk
setiap pekerjaan.
7
8. Pentingnya Data
• Dengan proyek menjadi lebih kompleks —
secara fisik, komersial, lingkungan, dan sosial
— proses konstruksi tradisional berjuang
untuk memberikan hasil yang dapat diterima.
• Kekurangan data membuat sulitnya
menghindari masalah sumber daya terbatas
yang menentukan proses historis.
• Perusahaan Jasa Konstruksi perlu
memanfaatkan teknologi untuk
menghubungkan alur kerja, tim, dan data di
setiap tahap konstruksi untuk mengurangi
risiko, memaksimalkan efisiensi, dan
meningkatkan keuntungan.
• Data diperlukan untuk mengurangi biaya
secara signifikan, meningkatkan kecepatan,
dan menghasilkan hasil yang lebih baik.
8
9. Manfaat Data
Mengilangkan kotak-kotak atau silo dan manfaatkan data untuk meningkatkan pengambilan
keputusan dan memberikan nilai lebih di sepanjang siklus hidup konstruksi.
Manajemen proyek terpadu
Memenuhi kewajiban kontrak
dengan merampingkan
pengelolaan proyek modal
Hancurkan silo data
Tingkatkan visibilitas ke status
proyek di seluruh siklus hidup
proyek
Kurangi pengerjaan ulang
Kurangi kebingungan yang
mengarah pada permintaan
informasi (RFI) dan pengerjaan
ulang dengan visibilitas waktu nyata
ke dalam proyek di setiap tahap
Kemajuan yang dapat diaudit
Tingkatkan akuntabilitas dengan
visibilitas yang jelas ke dalam
tanggung jawab dan kemajuan
proyek di setiap tahap
Memperdalam kemitraan
Bangun hubungan yang lebih kuat
dengan tim yang membantu
mengambil lebih banyak peran
langsung dalam proyek
Serah terima mudah dan lengkap
Menangkap informasi yang dibutuhkan
untuk memulai operasi pada hari
pertama
9
11. Konsep Mikro-Meso-Makro Dalam Rantai Pasokan Konstruksi
Sumber: Sholeh, M.N. dan Wibowo, M.A. (2020), “Supply Chain in the Construction Industry: Micro, Meso, Macro”, Journal of Advanced Civil and
Environmental Engineering, 3(2), 50-57.
Lintas Organisasi
Tingkat Nasional
Antar Organisasi
Tingkat Perusahaan
Intra Organisasi
Tingkat Proyek
Makro
Meso Meso Meso
Mikro
Mikro
Mikro
Mikro
Mikro
Mikro
Mikro
Mikro
Mikro
Rantai pasokan konstruksi
di tingkat mikro adalah
basis utama dalam aliran
rantai pasokan. Pemangku
kepentingan utama
adalah pemasok,
kontraktor, dan pemilik
atau klien.
Tingkat ini berfokus pada
RP perusahaan konstruksi
dan pemasok tetapi lebih
banyak di kontraktor.
Strategi RP adalah
perencanaan sumber
daya perusahaan (ERP).
Rantai pasok di tingkat
makro membutuhkan
integrasi dari berbagai
pihak mulai dari pelaku di
lapangan hingga
pemerintah.
11
12. Sumber: Sholeh, M.N., Wibowo, M.A., Handayani, N.U. (2020), “Supply Chain Performance
Measurement Framework for Construction Materials: Micro, Meso, Macro”, Jurnal Optimasi Sistem
Industri, 19(2), 101-110, DOI: 10.25077/josi.v19.n2.p101-110.2020
Konsep Pengukuran
Kinerja Rantai Pasokan
Konstruksi di Setiap Level
(Mikro, Meso, Makro)
Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan di tingkat
mikro (intra-organisasi) meliputi keandalan,
daya tanggap, kelincahan, biaya, efisiensi
pengelolaan aset (aset), dan indikator
tambahan (penerapan teknologi dan aktivitas
pemasok).
Di tingkat meso, aktivitas lebih menonjol di
kontraktor, dengan peran sebagai perantara
antara pemasok dan pemilik proyek.
Rantai pasok pada fase makro memerlukan
keterpaduan berbagai pihak, mulai dari pelaku
di lapangan hingga pemerintah, yang secara
khusus ditugaskan di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, dengan peran
penting dalam rantai pasok nasional untuk
pembuatan kebijakan.
12
13. Representasi Konseptual Rantai Pasokan Konstruksi
Sumber: Vrijhoef, R. (1998). Co-makership in Construction: Towards Construction Supply Chain Management. Thesis of Graduate Studies, Delft University
of Technology/VTT Building Technology, Espoo, Finland.
13
14. Pola Umum dalam Rantai Pasok Konstruksi
Sumber: Susilawati. (2005). Studi Supply Chain Konstruksi Pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung, Tesis Magister. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
14
15. Ranah Pertukaran Informasi
Badan Usaha Jasa
Konstruksi (BUJK)
Proyek Konstruksi
Rantai Pasokan
Proyek Konstruksi
Bangunan (BIM)
Konsorsium
(Asosiasi) BUJK
Siklus hidup proyek dari
definisi hingga penghentian
bangunan
Lokasi Proyek Konstruksi:
Pertukaran Informasi Konstruksi-
Operasi Gedung
https://www.wbdg.org/bim/cobie
Hubungan antara pemasok
dan kontraktor yang terlibat
dalam keseluruhan proyek
2
3
4
5
1
COBie (Construction Operations
Building Information Exchange)
Sistem Informasi
Manajemen Proyek
Manajemen Rantai
Pasokan Konstruksi (MRPK)
MRPK Berbasis BIM
dan GIS
Sistem Informasi Kinerja
Rantai Pasokan MPK
15
16. Aliran Informasi Selama Proyek Konstruksi Tipikal
1
Sumber: Bharmal, M. (2016), Information Exchange in the Design, Construction, Operation and Maintenance of Public Transit infrastructure,
Master Thesis, University of Washington.
Building Information Modeling adalah proses menghasilkan dan mengelola informasi tentang sebuah
bangunan selama seluruh siklus hidupnya.
16
17. ISO 1950.2 untuk BIM Dijelaskan Secara Grafis
1
Sumber: “the new ISO standards for BIM (Building Information Modelling)”, https://www.atd.london/bim/iso-19650-2
17
18. Sistem Informasi Proyek
• Dirancang untuk memastikan
penyelesaian proyek yang
disesuaikan dengan kebutuhan
spesifik setiap proyek
konstruksi.
• Mengatur konfigurasi proyek
• Menyiapkan dan memadukan
dokumen dan gambar
• Mendukung tim dengan
pelatihan berkelanjutan
• Membantu mengambil
keputusan yang tepat selama
fase penting Sumber: “The Collaborative Mobile Platform”, https://resolving.com/
2
18
19. Manajemen Rantai Pasokan Konstruksi (MRPK)
Sumber: Davide Aloini et al. (2012), "Supply Chain Management: A Review of Implementation Risks in the Construction Industry",
Business Process Management Journal, 18(5), 735-761, DOI: 10.1108/14637151211270135
3
19
20. Indeks Evaluasi Pemilihan Proyek EPC dalam Kinerja Rantai
Pasokan Konstruksi
Sumber: Hong Ke et al. (2015), “The Impact of Contractual Governance and Trust on EPC projects in Construction Supply Chain Performance”,
Engineering Economics, 26(4), 349–363, DOI: 10.5755/j01.ee.26.4.9843
3
20
21. BIM dan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk Manajemen Rantai
Pasokan Konstruksi (CSCM)
Sumber: Yichuan Deng et al. (2019), "Integrating 4D BIM and GIS for Construction Supply Chain Management“, Journal of
Construction Engineering and Management, 145(4), https://doi.org/10.1061/(ASCE)CO.1943-7862.0001633
4
Model manajemen integrasi informasi rantai pasokan konstruksi berbasis BIM
Integrasi yang diusulkan
digunakan untuk
menyelesaikan tiga tugas
umum di CSCM, yaitu:
(1) Pemilihan pemasok,
(2) Penentuan jumlah
pengiriman material,
dan
(3) Alokasi pusat
konsolidasi,
menggunakan
informasi dari 4D
BIM dan GIS.
21
23. Rekomendasi Perbaikan Sistem Informasi Kinerja
Rantai Pasokan Konstruksi
• Pertukaran Informasi (information
exchange) dengan pemangku
kepentingan kontraktor
• Pertukaran informasi dapat didefinisikan
sebagai transfer data proyek yang tepat
waktu dan bebas kesalahan di antara
berbagai pemangku kepentingan pada
proyek konstruksi untuk memungkinkan
masing-masing pihak mencapai tujuan
mereka.
• Metode penyelesaian konstruksi
kolaboratif untuk mencapai hasil yang
lebih baik, yaitu lebih banyak proyek
konstruksi selesai tepat waktu, tepat
anggaran, dan tepat mutu
23
24. Ranah Pertukaran Informasi
Badan Usaha Jasa
Konstruksi (BUJK)
Proyek Konstruksi
Rantai Pasokan
Proyek Konstruksi
Bangunan (BIM)
Asosiasi
(Konsorsium)
BUJK
2
3
4
5
1
Transformasi digital yang sedang
berlangsung menyediakan alat untuk
mengelola dan mengomunikasikan
data produk dan proyek antara
pemangku kepentingan dan sepanjang
fase siklus hidup, dan dengan
demikian untuk meningkatkan
interoperabilitas.
SIKO
SIMRPK SIMP
SIB
SIMRPK-BIM-GIS
SIP
24
25. Sistem Informasi Sumberdaya Konstruksi
Surat Edaran Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi tentang Implementasi
Sistem Informasi Sumberdaya
Konstruksi Terintegrasi (SISKO):
• Instalasi aplikasi SISKO dan pemberian
akun BUJK
• Pemutakhiran data dan portofolio
proyek BUJK sesuai panduan
• Penggunaan SISKO untuk ajuan dan
perpanjangan sertifikasi
1
2
Profil
Kualifikasi
Kompetensi
Pelaksanaan Proyek
Penunjang
Penghargaan
Layanan Sertifikasi
3 Pengisian Data dan Verifikasi
Tambah
Data
Simpan
Ajukan
Perubahan Data
Verifikasi
Tarik Berkas
Ajuan
Pengguna Akhir
4 Verifikator dapat menerima
dan menolak
5 Sinkronisasi dengan basis
data pendukung
25
26. Pemanfaatan SISKO
Analisis Data
Metrik/KPI yang dapat dianalisis
(contoh):
1. Status Kinerja Pelaksanaan
Proyek
1. % Proyek tepat waktu
2. % Proyek sesuai anggaran
3. # proyek selesai
4. Waktu proyek rata-rata
5. # dari pesanan penukar
6. $ nilai pesanan perubahan
7. Waktu pengadaan rata-rata
8. # dan nilai sengketa hukum
2. Status kinerja pemasok atau
vendor MPK
1. Keandalan
2. Daya tanggap
3. Biaya
4. Fleksibilitas
3. Status penerapan teknologi
1
2
Manfaat bagi BUJK
Uji banding tentang
kinerja proyek dan
kinerja rantai
pasokan MPK dan
pebaikan internal
3
Manfaat bagi
Pemilik Proyek
Informasi biaya,
keandalan,
ketepatan waktu,
mutu, dan risiko
proyek dan risiko
rantai pasokan MPK
4
Manfaat bagi Pembuat
Kebijakan
Kebijakan dan
pembinaan kinerja
BPUJK:
• Kepantasan biaya
• Pengurangan
pemborosan
• Pembiayaan
• Ketepatan waktu
• Mutu, dll.
5
Manfaat bagi
Asosiasi
Umpan balik
kebijakan dan
peningkatan
kompetensi, sistem
kerjasama, dan
kinerja anggota
BUJK dan
perlindungan
pelanggan 26
28. Penutup
• Manajemen atau pengelolaan rantai pasokan konstruksi mempunyai kompleksitas
yang tinggi. Kebutuhan data dan informasi untuk koordinasi dan perbaikan kinerja
sangatlah dibutuhkan guna menghindari komunikasi yang buruk, keterlambatan
umpan balik, dan kesalahan prosedur.
• Sistem informasi kinerja sumberdaya konstruksi (MPK) bukan hanya yang
berkaitan dengan kebutuhan internal (pribadi) namun terkait dengan data
agregat yang bersifat publik yang dapat membantu BUJK dan pembuat kebijakan
untuk memahami situasi yang terjadi dan melakukan perbaikan yang kontinu.
• Paparan ini menunjukkan adanya 5 sistem informasi yang terkait dengan
konstruksi, antara lain bangunan, proyek, rantai pasokan klasik, rantai pasokan
berbasis BIM dan GIS, dan sumberdaya konstruksi (SISKO).
• Indikator yang perlu ditampilkan di SISKO yang terutama adalah:
• kinerja proyek,
• kinerja pemasok atau vendor, dan
• kinerja penerapan teknologi.
28
31. Model Referensi Operasi Rantai Pasokan (SCOR):
Proses Manajemen Dasar
Rencana-Sumber-Buat-Kirim-Kembali
Pemasok
dari
pemasok
Buat Kirim
Sumber Buat Kirim
Buat
Sumber
Kirim sumber
Kirim
Sumber
Pelanggan
dari
pelanggan
Rencana
Pemasok
(internal atau
eksternal) Perusahaan Anda
Pelanggan
(internal atau
eksternal)
Retur
Retur Retur
Retur
Retur Retur
Rencana-Sumber-Buat-Kirim-Retur memberikan struktur organisasi model SCOR
3
31
33. Level Kerangka SCOR
Rantai
Pasokan
Level-1 Menetapkan Lingkup
dan Konteks, Geografi,
Segmen, dan Produk
M3
Buat
Rekayasa untuk Pesan
M2
Buat
Buat untuk Pesan
M1
Buat
Buat untuk Stok
Level-2 Mengidentifikasi
Konfigurasi Utama dalam
Geografi, Segmen, dan
Produk
M2.01
Jadwalkan Kegiatan
Produksi
M2.02
Memutuskan
Produk
M2.03
Produksi dan Uji
M2.04
Kemas
M2.05
Pentaskan Produk
M2.06
Rilis Produk untuk
Dikirim
Level-3 Mengidentifikasi
aktivitas bisnis utama
dalam konfigurasi
Plan
Return
Deliver
Make
Source
Rencana
Retur
Kirim
Buat
Sumber
3
33
34. Pemodelan Proses SCOR –
Memetakan aliran material apa adanya
Pemasok Bahan Baku
Perusahaan
Manufaktur
Pemasok
komponen Eropa
Gudang
Perusahaan manufaktur
yang memproduksi dengan
perkiraan 15 hari
Pasokan bahan baku dalam
jumlah besar dari Timur Jauh
dengan perkiraan bulanan
Menarik komponen dari
Prancis berdasarkan volume
produksi
Mengirimkan barang jadi
mingguan ke Gudang
Distribusi yang berbasis di
Eropa Tengah
S1
D1
S1
D1
D2
M1
S2
Sumber: Enrico Camerinelli (2012), "Introduction to SCOR (Supply Chain Operations Reference)", Aite Group LLC.
3
34
35. Contoh Peta Proses yang dibuat di ARIS EasySCOR
Sumber: Ozgun C. Demirag (2004), "Supply Chain Operations Reference Model (SCOR)".
3
35
36. Aset
Keandalan Biaya
Daya
Tanggap
Kinerja pengiriman
Tingkat pengisian
Pemenuhan pesanan yang sempurna
Waktu tunggu pemenuhan pesanan
Waktu Respons Rantai Pasokan
Fleksibilitas produksi
Total biaya SCM
Harga pokok penjualan
Produktivitas nilai tambah
Biaya garansi atau biaya pemrosesan retur
Waktu siklus tunai-ke-tunai
Hari persediaan pasokan
Perputaran Aset
Fleksibilitas
Atribut Kinerja
Metrik Kinerja Level 1
Menghadapi Pelanggan
Menghadap
ke dalam
3
36
37. Proyek Konstruksi Pusat Siswa Sekolah Menengah Dua Lantai
Sumber: Jack C.P. Cheng et al. (2010), "Modeling and monitoring of construction supply chains", Advanced
Engineering Informatics, 24, 435–455, doi:10.1016/j.aei.2010.06.009
3
37
38. Model SCOR Level 3 untuk rantai pasokan konstruksi tipikal
untuk produk standar yang distok
Sumber: Jack C.P. Cheng et al. (2010), "Modeling and monitoring of construction supply chains", Advanced Engineering
Informatics, 24, 435–455, doi:10.1016/j.aei.2010.06.009
3
38
39. Penggambaran BPMN dari model SCOR Level 3 untuk produk
standar yang distok
Sumber: Jack C.P. Cheng et al. (2010), "Modeling and monitoring of construction supply chains", Advanced Engineering Informatics, 24, 435–455,
doi:10.1016/j.aei.2010.06.009
3
39
40. Metrik kinerja terstruktur secara hierarkis dalam pedoman SCOR
Sumber: Jack C.P. Cheng et al. (2010), "Modeling and monitoring of construction supply chains", Advanced Engineering
Informatics, 24, 435–455, doi:10.1016/j.aei.2010.06.009
3
40
41. Menggabungkan model SCOR Level 3 dan Level 4 di SC Collaborator
Sumber: Jack C.P. Cheng et al. (2010), "Modeling and monitoring of construction supply chains", Advanced Engineering Informatics, 24, 435–455,
doi:10.1016/j.aei.2010.06.009
Web Service Description Language
Business Process Execution Language
3
41