Bioekonomi dan Lumbung Pangan (food estate) di Sumatera Utara membahas konsep bioekonomi dan upaya pembangunan lumbung pangan di provinsi Sumatera Utara melalui pengembangan klaster-klaster pertanian di beberapa kabupaten. Dokumen ini juga menjelaskan rencana pengembangan taman sains dan teknologi serta pusat keunggulan pertanian di lokasi food estate.
Praktik terbaik dan konsep usulan pencatatan sumber daya material dan peralat...
BIOEKONOMI DAN LUMBUNG PANGAN
1. Program Bioekonomi dan Lumbung
Pangan (food estate) di Sumatera Utara
Togar M. Simatupang
Rektor Institut Teknologi Del
Sesi Berbagi Rutin Sabtu 27.03.2021 Jam 09-11 via Pertemuan Zoom yang
diprakarsai oleh Perkumpulan Agripreneur GANESHA
2. Kilasan
• Pendahuluan
• Bioekonomi atau Ekonomi berbasis Hayati
• Sistem Pangan Nasional
• Lumbung Pangan di Sumatera Utara
• Taman Sains dan Tekno Herbal dan Hortikultur Pollung
• Penutup
2
3. Pendahuluan
• Bioekonomi merupakan peluang besar bagi masyarakat lokal dan regional.
• Pertumbuhan pertanian sangat penting dalam pengentasan kemiskinan di
daerah pedesaan, dan satu peluang untuk pertumbuhan tersebut terletak
pada peningkatan produk pertanian.
• Potensi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi nabati berbasis sumber
daya lokal sebagian besar masih belum dimanfaatkan.
• Solusinya adalah mengembangkan opsi teknologi atau model bisnis untuk
penerapan lokal.
• Kegiatan peningkatan kesadaran, pengembangan pengetahuan (studi),
pengelompokan, dan jejaring diperlukan untuk mendukung rantai nilai dan
model bisnis berbasis nabati yang baru.
3
5. Dari Industri 1.0 ke Industri 5.0
Industri 1.0
(1784)
• Produksi mekanis
• Tenaga air dan uap
Industri 2.0
(1870)
• Pembagian kerja
• Produksi massal
• Energi listrik
Industri 3.0
(1969)
• Elektronika
• Sistem TI
• Produksi otomatis
Industri 4.0
(2011)
• Internet untuk segala
(IoT)
• Maha data
• Komputasi awan
Industri 5.0
(masa depan)
• Robotika dan AI
• Keberlanjutan
• SD terbarukan
• Bionik
1784
1800 1900 2000
Alat tenun mekanis pertama
Jalur perakitan pertama
Pengontrol logika
pertama yang dapat
diprogram
Sistem fisik siber
Robot manusia bekerja
sama
Bio-Ekonomi
1870 2011 Tahun
1969
Kompleksitas
5
6. Bioekonomi: Gelombang ekonomi berikutnya
1900 2030
2014
PDB
dan
kesejahteraan
Ekonomi Alami
Ekonomi Fosil
Bio-Ekonomi
• Bioekonomi menggunakan sumber daya alam hayati yang
berkelanjutan untuk menghasilkan bahan, energi,
makanan, dan jasa.
• Tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan pada
bahan baku fosil, mencegah perampasan ekosistem,
mendorong pembangunan ekonomi, dan menciptakan
lapangan kerja baru.
6
8. Bioekonomi adalah produksi dan penggunaan sumber daya,
proses, dan prinsip biologis untuk menyediakan produk,
proses, dan layanan untuk semua sektor ekonomi.
Pertanian, Industri Makanan, Kehutanan dan Industri Kayu, Industri
Bangunan, Energi, Industri Kimia, Plastik, Tekstil, Farmasi ...
Produk, Proses Industri (Ekstraksi, Rantai Nilai, dan
Jaringan), Barang Publik dan Lingkungan Produktif
Organisme Hidup (Tumbuhan, Hewan, Mikroba), Tanah,
Keanekaragaman Hayati, "C" dalam CO2, Prinsip dan
Pengetahuan Biologis
Apa itu Bioekonomi?
8
9. Konsep Bioekonomi
Sumber: Bioeconomy Concepts by Regina Birne (2017) in Bioeconomy pp. 17-38, https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-68152-8_3
Fine & bulk chemicals
and pharma
Fertilizers
Menggunakan penelitian dan inovasi untuk menghasilkan bahan baku terbarukan
secara berkelanjutan di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, dan akuakultur...
… dan untuk mengolah bahan mentah yang dapat diperbarui menjadi produk bernilai
tambah dalam industri makanan, berbasis nabati, dan energi.
9
11. • Keamanan & nutrisi pangan
• Kesehatan & kesejahteraan
• Air bersih & sanitasi
• Energi yang terjangkau & bersih
• Pertumbuhan ekonomi
• Industri, inovasi & infrastruktur
• Konsumsi & produksi yang bertanggung jawab
• Aksi Iklim
• Kehidupan di bawah air (sumber daya akuatik)
• Kehidupan di darat (sumber daya terestrial)
Bagaimana Bioekonomi berkontribusi pada keberlanjutan?
11
12. Kebijakan Bioekonomi di Seluruh Dunia
Sumber: German Bioeconomy Council (2015) Bioeconomy Policies – Synopsis of National Strategies in the World.
12
13. Nilai Bioekonomi
Masyarakat Eropa
Sumber: “Value of the EU bioeconomy”, https://news.bio-
based.eu/value-of-the-eu-bioeconomy-the-latest-figures/
“Making Bioeconomy Work for
Sustainable Development”
Nature
Biomassa
13
15. Penerapan Strategi Bioekonomi Finlandia
Sumber: “Finnish bioeconomy in numbers”, https://www.luke.fi/en/natural-resources/finnish-bioeconomy-in-numbers/
15
16. Malaysia memiliki Bahan yang Tepat untuk Menjadi Pemimpin
Dunia di Produksi Produk Terbarukan
Sumber: Agensi Inovasi Malaysia (AIM) National Biomass Strategy Delivery Unit (2018), “International Workshop: Future Perspective of Bioenergy
Development in Asia, Session 5: Future Perspective of Regional Development”.
16
17. Konsep Simpul Bio
Sumber: Agensi Inovasi Malaysia (AIM) National Biomass Strategy Delivery Unit (2018), “International Workshop: Future Perspective of Bioenergy
Development in Asia, Session 5: Future Perspective of Regional Development”.
17
18. Kontrak Pertanian dan Pertanian Berdedikasi berbasis masyarakat
memberikan keterlibatan penduduk pedesaan dengan sumber
pendapatan yang berkelanjutan
Sumber: Agensi Inovasi Malaysia (AIM) National Biomass Strategy Delivery Unit (2018), “International Workshop: Future Perspective
of Bioenergy Development in Asia, Session 5: Future Perspective of Regional Development”.
18
19. Thailand sebagai Pusat Bioekonomi di ASEAN
Sumber: “Thai Bioeconomy”, https://www.nstda.or.th/thaibioeconomy/why-bioeconomy/80-why-bioeconomy.html
19
22. Bawang Putih dan Buah-buahan Memiliki Nilai Satuan yang Tinggi
Sumber: Kemenkomarves (2020) 22
23. Margin dari Data Impor ke Harga Ritel Bervariasi dari 63%
hingga 694%
Sumber: Kemenkomarves (2020)
23
24. Ketahanan pangan di persimpangan jalan?
Kegagalan
Proyek Food
Estate Masa
Lalu
Perampasan tanah
dan konflik
kepemilikan lahan
Lahan yang rusak,
tidak produktif,
dan menganggur
Kegagalan
petani
memenuhi swa
sembada
pangan
Kegagalan
berulang untuk
mengatasi
ketahanan
pangan dan dan
bioenergi
Patokan ketahanan pangan: ketersediaan (availability),
keterjangkauan (affordability), dan keamanan (safety) pangan.
24
25. Apakah urusan pangan diberikan kepada petani atau
korporasi?
Petani
• Sistem pertanian atau perladangan kolektif
berbasis kearifan lokal
• Diversifikasi pangan dan mengembangkan
pangan lokal
• Mekanisasi teknologi bagi petani terbatas dan
mahal
• Peran tengkulak yang mendominasi rantai
pasokan
• Petani sering mengadu keberuntungan
dengan ketidakpastian harga dan mutu
• Permindahan kepemilikan lahan mudah dan
konversi lahan cukup tinggi
• Lemah dalam mewujudkan swasembaga
Korporasi
• Sistem pertanian dan penggunaan lahan skala
luas berbasiskan pada ketahanan pangan
• Monokultur jenis pangan yang mempunyai
nilai jual tinggi
• Mekanisasi lebih efisien memenuhi skala
ekonomi
• Peran korporasi sebagai pengumpul (offtaker)
dan penjamin mutu
• Adanya kontrak pertanian yang kestabilan
mutu dan harga yang menjamin margin
• Permindahan kepemilikan lahan sulit dan
konversi lahan rendah
• Terbukti dapat menjamin pasokan
25
27. Faktor Kunci Keberhasilan
Regulasi
Kelayakan
Infrastruktur
Inovasi Teknologi
Produksi dan
Distribusi
Tata Niaga
Pertanian dan
Tata Kelola
Kelembagaan
Tanaman,
Kesesuaian
Tanah, dan Iklim
Sumber Daya
Manusia
Jaringan irigasi di lahan food
estate, bebas banjir, sarana
dan prasarana produksi
pangan, Pemerintah
menyediakan infrastruktur
dasar
Para petani yang terlibat atau
para pekerja di bidang food
estate memiliki etos kerja
yang sangat baik.
Kepatuhan terhadap
ketentuan ketika bekerja di
perusahaan bidang food
estate. Kompetensi SDM.
Pelatihan dan sertifikasi.
Sekolah vokasi.
Berbasis pada sumber daya,
kelembagaan, dan budaya
lokal, pelaku utama, akses
pasar, akses modal
Efisiensi sistem usaha pangan
dengan teknologi produksi pangan
yang ramah lingkungan, Sistem
sertifikasi produk pertanian atau
Good Agricultural Practices (GAP)
yang bersifat berkelanjutan, benih
unggul, penanganan hama,
pertanian presisi, e-commerce
Luasan lahan
produktif,
kewilayahan
Insentif untuk mendapat
pupuk bersubsidi, benih
gratis, dan pembebasan
PPN
27
28. Pola Pengembangan Food Estate
• Gapoktan
• Koperasi
• BUMDES
• Agribisnis
Sumberluar
(outsource)
• Alokasi Areal Kerja
• Pengaturan pola tanam
• Peningkatan Mutu dan
Volume Produksi
• Pendampingan dan
Pengawasan
Food Estate • Kontrak pembelian
• Jaminan pasar
• Segmentasi pasar
Pengumpul
(offtaker)
Pelibatan masyarakat lokal yang didukung penuh oleh swasta atau Badan Usaha Milik Negera (BUMN) sebagai fasilitator,
pengelolaan lahan tanpa mengalihkan kepemilikan, dan peran Badan Pengembangan Lumbung Pangan Nasional
Kontrak Kerja/
Perjanjian Kerja
Pertanian Kontrak
(contract farming)
Pemutusan
Hubungan Kerja
Pembinaan/
Penelusuran
(traceability)
28
32. 215 Ha dan 785 Ha
LOKASI FOOD
ESTATE 2.000 HA
LOKASI FOOD
ESTATE 785 HA
1.332 Ha
3.669 Ha
2.711 Ha
5.078 Ha
500 Ha
1.000 Ha
33. Lumbung Pangan (FOOD ESTATE) Sumatera Utara
Dikembangkan di 4 kabupaten:
Humbang Hasundutan,
Tapanuli Tengah, Tapanuli
Utara, dan Pakpak Bharat
dengan luas total ±33.942 Ha
TST-H2C
CoE Agriculture
Food Estate
Taman Sains Teknologi Horti dan
Herbal seluas ±500 Ha, sebagai
pusat riset, rekayasa, dan
pengembangan bibit unggul
hortikultura dan tanaman herbal.
Center of Excellence Agriculture
Practices (etalase pertanian
modern) berada di wilayah Desa
Ria-Ria, seluas ± 1.000 Ha.
Kebun Raya diusulkan pada
tahap 2 seluas 1.154 Ha sebagai
taman tematik, taman koleksi,
dan wisata agro.
Kebun Raya
33
Mengacu ketentuan Kepmen LHK No SK.448/2020
1.332 Ha
1.590 Ha
1.256 Ha
341 Ha
33
35. 35
Tahap Pertama: FE Humbahas 215 Ha
Rencana Pengembangan :
1000 Ha
Sebaran komodtias di lahan 215Ha
Kondisi Tanaman di Lahan 200 ha per tanggal 18 Februari 2021
A* B** C*** A+B+C A* B** C*** A+B+C
1 Ganda Marsada Bawang Merah 17,5 9,6 4,8 32,0 11,3 14,3 6,6 32,0
2 Ria Kerja Bawang Merah 11,2 23,4 8,4 43,0 11,1 14,4 16,9 43,0
3 Sehati Bawang Merah 5,5 9,1 10,4 25,0 5,9 10,2 9,0 25,0
4 Maju Bawang Putih 9,9 12,7 8,4 31,0 0,2 10,2 20,7 31,0
5 Ria Bersinar Bawang Putih 2,5 5,3 11,2 19,0 2,8 5,9 10,2 19,0
6 Karejo Kentang 41,3 3,7 - 45,0 39,4 9,3 1,3 50,0
87,8 63,9 43,3 195,0 70,7 64,3 64,8 200,0 -
Keterangan:
* Kondisi tanaman baik, ditingkatkan pemeliharaan identifikasi I : 30 Januari 2021
** Kondisi tanaman kurang baik, masih bisa tumbuh/diperbaiki identifikasi II : 17 Februari 2021
*** Kondisi tanaman tidak baik/kerdil namun masih berumbi
TOTAL
IDENTIFIKASI I (Ha) IDENTIFIKASI II (Ha)
No Poktan Komoditas
Panen di Area Demfarm 15Ha
Hasil panen bawang basah: 16-17 ton per hektar
Hasil panen bawang kering: 10 ton dijual ke PT. Medan Lestari dgn harga
15.000 per kg
36. Pengembangan FE Humbahas: 785 Ha
Tindak Lanjut:
a. CPCL ditetapkan oleh Pemkab dengan luas
total 785 Ha dan tercatat 332 petani dengan
luas dan status lahan bervariasi, ditemukan
beberapa lahan dengan luas 30-40 Ha
b. SK CPCL perlu segera di plot kan menjadi
peta plot area kerja investor. Kab.
Humbahas meminta Dirjen PSP untuk
membantu melaksanakan deliniasi sekaligus
melakukan pemetaan lahan petani.
c. Kementerian ATR bersama dengan Pemkab
dan Kementan didorong untuk segera
melakukan verifikasi dan deliniasi lahan
petani
d. Mitra off-taker ditentukan berdasarkan
kesanggupan pengelolaan block area dan
penilaian Analisa Usaha Tani (AUT) serta
pendampingan petani. Saat ini terdapat 5
dari 11 calon off-taker/ investor yang
bersedia bergabung dalam program food
estate hortikultura 36
37. Tugas dan Tanggung Jawab Stakeholder untuk
Pengembangan Lahan 785 Ha
Sumber: Kemenkomarves (16 Maret 2021) 37
38. Timeline Budidaya Berdasarkan Aktivitas
Petani, Agroklimatologi, dan Kebutuhan Alsintan
Sumber: Kemenkomarves (16 Maret 2021) 38
39. 39
Pengembangan FE Tahap 2
Vegetasi tajuk lebar*
Semak/veg. lebat 2*
Semak/veg. lebat 1*
tanah terbuka 2*
tanah terbuka 1*
Jalan 1*
? (∑ piksel sedikit)
? (∑ piksel sedikit)
Jalan 2*
? (∑ piksel sedikit)
Klasifikasi Tak Terbimbing Citra
SPOT 2019
Sumber Data: Kemenko Marves dan Kementan
40. Lahan Lumbung Pangan:
Status Kepemilikan Tanah Sebaiknya Tetap Berada di Pemerintah
Sumber: Kemenkomarves (2020)
40
42. Kebutuhan Input Data Analisis Penapisan Food Estate
Kabupaten Humbang Hasundutan
• Peta Hak Atas Tanah (HGU,HGB,HPL,dan Hak Milik)
• Peta RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota
• Peta Lahan Baku Sawah (LBS)
• Peta Penggunaan Tanah
Kementerian ATR/BPN
Kementerian Pertanian
• Peta Ketersediaan Lahan untuk Perluasan padi
Sawah
• Peta Lahan Gambut
• Peta Kebun Kelapa Sawit
• Peta kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian
Kementerian PUPR
• Peta Daerah Irigasi Rawa dan Daerah Irigasi Tambak
Kementerian LHK
• Peta Lahan Prima
• Peta Kawasan Hutan
• Peta Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG)
• Peta Kesesuaian Lahan Berdasarkan Hasil KLHS
Kementerian Desa PDTT
• Peta Kawasan dan Lokasi Transmigrasi Eksisting
• Peta Rencana Kawasan dan Lokasi Transmigrasi
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
• Peta Rupa Bumi Indonesia
• Peta Penutupan Lahan
• Peta Recommended Development Area (RDA)
LAPAN
• Citra Satelit Resolusi Tinggi
42
43. Food Estate Kabupaten Humbang Hasundutan
Peta Ketersediaan Lahan Sawah (Kementan)
Peta Lahan Prima (KLHK)
Peta Kesatuan Hidrologis Gambut (KLHK)
Peta RDA (BIG)
Peta Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian (Kementan)
Peta Kawasan Hutan Konservasi (KLHK)
Peta Tutupan Lahan Gabungan
Peta Tutupan Eukaliptus dan Kemenyan (Kementan)
Peta Tutupan Lahan (BIG)
Peta Penggunaan Tanah (ATR/BPN)
Peta Daerah Irigasi (PUPR)
Peta Hak Atas Tanah (ATR/BPN)
Peta RTRW (ATR/BPN)
Peta Lokasi/Kawasan Transmigrasi (PDTT)
Peta KLHS (KLHK)
KAB. HUMBANG HASUNDUTAN
Peta Lahan Baku Sawah (ATR/BPN)
Baseline: Peta Rupa Bumi Indonesia dan Peta Batas
Administrasi Daerah
Lahan Sesuai (Non Perkebunan, Non Permukiman,
dan Lahan Terbangun)
Potensi Area of Interest (AOI) Food Estate Kab.
Humbang Hasundutan
Lahan Sesuai Komoditas Pertanian
Lahan Sesuai di Non Hutan Konservasi
Potensi Area of Interest (AOI) Ketahanan Pangan
Area of Interest (AOI) Food Estate
Kab. Humbang Hasundutan
Diverifikasi Melalui CSRT (LAPAN)
43
44. Taman Sains dan Tekno Herbal dan Hortikultur
(TSTH2) Pollung di Humbang Hasundutan
44
45. 45
Potret KHDTK Nasional
Distribusi KHDK Sebaran KHDTK yang dikelola oleh Badan Litbang dan Inovasi KLHK
• KHDTK pertama kali diberikan tahun 2003 kepada LIPI untuk Kebun Raya di Bali
• Baru 10% menunjukkan keberhasilan dalam kemandirian pengelolaan KHDTK: UGM, UNDIP, ITB, Aek Nauli, Kepau Jaya, Kemampo,
Malili, Nusa Penida dan Rarung
• SK Penetapan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan IT Del: SK.331/Menlhk/Setjen/Pla.2/8/2020
Diolah dari Data Dit. RPP, Ditjen PKTL, KLHK
Sudah tata batas : 32
Belum tata batas : 53
1
35
11
38
KHDTK Religi dan Budaya
KHDTK Pemda, LIPI dll.
KHDTK Diklat Kehutanan
KHDTK Litbang Kehutanan
Sudah tata batas : 32
Belum tata batas : 53
TOTAL KHDTK : 85
(Diolah dari data Ditjen PKTL, Agustus 2020)
Sumber: Kemenkomarves (2021)
46. KHDTK di Pollung, Humbang Hasundutan
KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN DAN KEHUTANAN
NOMOR SK.331/MENLHK/SETJEN/PLA.2/8/2020
46
47. Visi dan Misi Kawasan TSTH2 Pollung
Visi :
TSTH2 Pollung menjadi pusat riset dan inovasi tanaman obat dan
hortikultura kelas dunia
Misi :
1. Riset dan Inovasi Teknologi Tanaman Obat/Herbal dan Hortkultura
2. Etalase dunia potensi tanaman obat & Hortikultura Indonesia
3. Simpul dan akselerator riset tanaman obat & Hortikultura Indonesia
4. Inkubasi teknologi untuk melahirkan PPBT (start-up)
5. Layanan kontrak riset (Contract Research Organization)
6. Industri/pabrik pengajaran untuk perguruan tinggi dan lembaga terkait lainnya
47
48. Kawasan TSTH2
48
Potensi pemberdayaan masyarakat
1. Mengutamakan penduduk setempat untuk bekerja di TSTH2 sesuai dengan kompetensi
2. Melakukan kerjasama inti plasma untuk herbal dan hortikultura
3. Melakukan kerjasama penanaman pohon yang bernilai ekonomis seperti makademia, kemenyan, aren, dan matoa
4. Menyediakan pelatihan budidaya herbal dan hortikultura
5. Kerjasama pengembangan perhutanan sosial lainnya
49. Rencana Kerjasama dengan Kelompok
Penyadap Kemenyan
1. Kerjasama untuk identifikasi
kelompok penyadap kemenyan
2. Identifikasi lokasi luasan per
kelompok penyadap kemenyan
3. Kerjasama dengan KPH XIII untuk
rekognisi penyadap kemenyan
yang mempunyai akses ke
perhutanan sosial
4. Pemberian kartu identitas (kartu
pass) untuk menghindarkan
penyadap liar dan kerusakan
hutan
5. Pembinaan pelestarian hutan dan
penanaman ulang (regenerasi
tanaman hutan)
6. Kerjasama pengembangan eko-
wisata hutan (pemandu wisata)
49
50. Progress Pengembangan Kawasan TSTH2
(Tata Batas)
• Berita acara penataan batas telah
ditandatangani oleh pihak-pihak
terkait
• Dokumen laporan penataan batas
tersebut direncanakan akan
dikirim ke Kementerian pada
minggu keempat bulan Maret
2021
50
51. Rencana Pengelolaan Blok 6
2.29058, 98.62533
2.28565, 98.62348
2.28605, 98.62382
± 15 ha
Sarana Prasarana: 5 ha
6.1
6.2
Kebun Koleksi: 3 ha
Peternakan: 1 ha
Nursery: 2 ha
6.3
6.4
51
54. Denah Lansekap TST-H2C
54
Gedung
Inkubasi Bisnis
Guest House
Fasum
Gedung Riset
Waste water
treatment
Integrated
Farming Green house
Pilot plan
herbal
Herbarium
Theater & cafe
Gedung manajemen
1. ZONA MANAJEMEN
2. ZONA INKUBASI BISNIS
3. ZONA RISET
4. ZONA PENDUKUNG
55. Progress Pembangunan Jalan
• Balai Pelaksanaan Jalan
Nasional (BPJN) akan memulai
pembangunan jalan pada Bulan
Maret 2021
• Jalan yang akan dibangun yaitu
sekitar ±12.3 km di luar
kawasan dan ±2.5 km di dalam
kawasan.
55
57. Linimsa Pengembangan TSTH2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
DOK PRE
MASTERPLAN
(IT DEL)
30 JAN 2021
PENETAPAN
LOKASI
(IT DEL)
MINGGU 4/5 JAN
SITE PLAN/
VISION PLAN
(MITRA – BPPT)
MINGGU 2 FEB
SURVEY JALAN
DALAM KAWASAN
(PUPR)
MINGGU 1 JAN
SURVEY EMBUNG
(IT DEL - BPPT)
MINGGU 3 FEB
SID EMBUNG
(IT DEL - BPPT)
MINGGU 3 MARET
AMDAL
(BPPT - IT DEL)
MINGGU 3 APRIL
DOK DED
(BPPT – IT DEL –
MITRA)
MINGGU 2 JULI
JALAN AKSES
(PUPR)
MINGGU 2 JULI
GROUNDBREAKING
--------------------------
10 Agustus 2021
DOKUMEN FS &
BUSSINES PLAN,
INVENTARISASI
(BPPT – IT DEL)
MINGGU 4 FEB
DOK MASTER PLAN
& ACTION PLAN
(BPPT – IT DEL)
MINGGU 4 MARET
Januari Februari Maret April Juli
57
59. Penutup
• Bioekonomi mencoba menjawab salah satu isu nasional yaitu mewujudkan
ketahanan pangan yang merata dan bernilai tambah tinggi.
• Ketahanan pangan hanya bisa dijawab dengan pemanfaatan kawasan yang
produktif dan berkelanjutan.
• Pengembangan kawasan FE memerlukan kesatuan visi, koordinasi, integrasi,
teknologi, dan investasi (pembiayaan).
• Kawasan dapat dari lahan pemerintah daerah, kawasan hutan, maupun
konsorsium dari para petani atau pemilih lahan.
• Penyediaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Food Estate telah diatur dalam
Peraturan Menteri LHK P.24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2020 tentang
Penyediaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Food Estate.
• Tantangan di lapangan rumit karena melibatkan banyak pihak, kelembagaan yang
belum terbentuk, keterbatasan infrastruktur, pembeli (offtaker), permodalan, dan
memerlukan stamina yang tinggi untuk mengatasi berbagai hambatan atau
persoalan.
59