Dokumen ini membahas tentang drainase perkotaan dan jalan raya. Terdapat penjelasan mengenai tujuan dan maksud drainase untuk mengatur aliran air limbah dan air berlebih di perkotaan agar tidak terjadi genangan. Juga dijelaskan hierarki drainase perkotaan yang terdiri dari berbagai jenis saluran mulai dari saluran kecil hingga saluran utama. Selain itu, dibahas pula tata letak dan bangunan pendukung saluran drainase serta
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Modul TKP M3KB4 - Drainase Perkotaan dan Jalan Raya
1. i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Kegiatan Belajar ke-4; Drainase Perkotaan dan Jalan Raya
4.1 Maksud dan Tujuan Drainase Perkotaan dan Jalan Raya IV-1
4.2 Hierarki Drainase Perkotaan dan Jalan Raya IV-4
4.3 Tata Letak Saluran Drainase Perkotaan dan Jalan Raya IV-10
4.4 Bangunan Bantu pada Saluran Drainase IV-12
4.5 Banjir di Daerah Perkotaan IV-18
RANGKUMAN IV-22
DAFTAR PUSTAKA IV-26
RUBRIK JAWABAN TUGAS IV-32
2. I-2
4.1 Maksud dan Tujuan Drainase Perkotaan dan Jalan Raya
Drainase permukiman/perkotaan adalah ilmu yang mempelajari usaha untuk mengatur
dan mengalirkan air limbah dan air yang berlebihan di suatu permukiman / perkotaan. Maksud
perencanaan drainase adalah melakukan studi daerah pelayanan, untuk mengenal
karakteristiknya dalam rangka menentukan pola dan sistim drainase yang sesuai dengan daerah
tersebut, kemudian melakukan perhitungan-perhitungan untuk menetapkan dimensi saluran dan
bangunan yang dibutuhkan.
Tujuan drainase adalah mengatur pengaliran air limbah dan air berlebih di daerah
permukiman/ perkotaan agar tidak terjadi genangan. Air berlebih dapat berupa air hujan yang
tidak meresap ke dalam tanah dan tak tertampung di sungai atau saluran sehingga menimbulkan
banjir atau genangan. Keadaan tersebut dapat mengganggu kelancaran transportasi. Bila tinggi
genangan mencapai knalpot mobil atau motor, bisa menyebabkan kendaraan mogok, yang
berarti si pengendara atau pengguna jalan dirugikan dan terganggu kepentingannya. Genangan
mengurangi kekuatan jalan, sehingga mudah rusak pada beban kendaraan yang berat. Apabila
tidak segera ditangani, kerusakan akan semakin parah.
Suatu contoh : Timbunan badan jalan yang memotong kontur menghambat aliran
permukaan alami. Air yang tertahan membentuk genangan yang kedalaman dan luasnya
tergantung pada tinggi hujan, luas daerah pematusan dan tinggi timbunan jalan. Genangan yang
terjadi dapat menimbulkan masalah sanitasi lingkungan di daerah permukiman atau kerusakan
tanaman di lahan pertanian yang berada di sekitar jalan tersebut. Lihat Gambar 1.
3. I-3
Gambar 1. Genangan yang ditimbulkan timbunan jalan.
Gambar 1 adalah contoh kasus di mana jalan raya di atas timbunan dapat menghambat
aliran permukaan menuju tempat rendah, yang mengakibatkan timbulnya genangan. Apabila
genangan terjadi di lahan pertanian tentu akan merugikan. Berbeda dengan sistem drainase
tercampur pada saluran drainase perkotaan yang pada musim kemarau tidak dibiarkan dan
sesekali perlu digontor untuk pemeliharaan saluran, maka saluran drainase jalan, makin kering
makin baik atau dengan kata lain air perlu dibuang secepatnya
4.1.1 Daerah Layanan Drainase Perkotaan dan Jalan Raya
Jaringan saluran drainase di wilayah permukiman direncanakan melayani pembuangan
air limbah dan limpasan air hujan. Mulai dari saluran-saluran kecil di depan bangunan/rumah
yang mengalirkan air buangan dari pekarangan bangunan yang bersangkutan, selanjutnya
saluran-saluran tersebut bergabung menjadi satu dalam saluran yang melayani blok/ kompleks
yang bersangkutan, demikian seterusnya sehingga membentuk suatu jaringan saluran drainase
yang mengikuti prinsip tree type network. Saluran terbesar yang menuju ke pembuangan akhir
dapat disebut sebagai saluran drainase utama. Dalam areal yang tidak terlalu luas dekat pantai,
sungai dapat dianggap sebagai saluran drainase utama. Dalam wilayah permukiman atau
B
A
garis kontur
genangan
jalan
A
genangan
timbunan
jalan
B
4. I-4
perkotaan, daerah layanan saluran drainase dapat meliputi tempat-tempat kegiatan dengan
aktivitas tinggi, yaitu :
a. Perumahan : Dalam kota yang teratur tatanannya, kompleks perumahan dikelompokkan
tergantung dari tipe bangunan, luas kapling, kepadatan bangunan, namun tidak
tertutup kemungkinan kompleks yang semula dirancang untuk perumahan berkembang
dan berubah tata ruangnya. Selain air hujan limbah yang dihasilkan berupa air buangan
rumah tangga, yaitu dari dapur, MCK, pekarangan rumah dll.
b. Daerah perkantoran, komplek Universitas dan fasilitas umum : Di kota-kota di
Indonesia daerah dengan peruntukan sebagai daerah perkantoran dan fasilitas umum,
umumnya berbaur dengan pertokoan dan daerah perdagangan, serta jarang terdapat
terpisah dan berkelompok dalam satu areal yang luas. Air buangan di wilayah ini
umumnya berasal dari kamar mandi dan kakus.
c. Daerah Perdagangan : Dalam daerah perdagangan terdapat pertokoan, gudang dan lain
sebagainya dengan kegiatan yang beragam. Air buangan seperti di daerah perkantoran.
d. Kompleks pasar tradisional : Air buangan bisa berasal dari MCK. Namun tidak sedikit
pasar tradisional yang kurang memperhatikan kebersihan dan manjemen persampahan
yang buruk. Perhatikan pasar yang berada dekat saluran! Saluran tersebut menjadi tempat
pembuangan sampah.
e. Daerah pertokoan , Mall, restoran dll : Bila pertokoan berupa “Ruko”, maka air
buangannya tidak berbeda dengan air buangan rumah tangga. Air buangan restoran bila
tidak dikelola dengan baik, banyak mengandung sisa-sisa makanan, minyak/ lemak dsb
yang membuat saluran cepat kotor.
f. Ruang terbuka hijau : Dapat berupa taman umum, jalur hijau, kuburan, lapangan
bermain/lapangan olahraga. Air buangan berasal dari air hujan. Umumnya jarang terjadi
genangan karena di daerah hijau peresapannya lebih mudah. Sedang yang berasal dari
lapangan olahraga, khususnya lapangan golf, air buangan umumnya sudah dikelola
sendiri. Air buangan dapat mengandung residu pupuk.
g. Rumah sakit. : Air buangan harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran
kota, karena tercampur berbagai bibit penyakit yang dapat membahayakan lingkungan.
5. I-5
h. Pabrik : Air buangan pabrik tergantung jenis produksinya, dapat mengandung zat
organik, atau zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan. Air limbah harus diolah terlebih
dahulu di instalasi pengolahan air limbah (PAL).
i. Kebun binatang dan tempat wisata lainnya : Dari kebun binatang tentu tercampur
kotoran dan sisa-sisa makanan hewan, sedang dari tempat wisata limbah cair yang
dihasilkan seperti dari tempat-tempat umum di kota.
j. Daerah terbuka/ belum di kembangkan : Biasanya lahan dipenuhi tumbuhan liar, alang-
alang dan semak-semak. Peresapan masih cukup baik. Apabila di wilayah kota masih
terdapat lahan pertanian (tegalan), maka perlu pula dimasukkan dalam perhitungan.
k. Pelabuhan dan lapangan terbang : Daerah pelayanannya umumnya cukup luas, di mana
didalamnya sebagian besar permukaan lahan ditutup oleh bangunan dan permukaan yang
relatif kedap air.
4.2 Hierarki Drainase Perkotaan dan Jalan Raya
Saluran dalam pola ini meliputi :
Saluran tepi jalan (side ditch), atau saluran di depan rumah.
Beberapa saluran tepi jalan bergabung dalam saluran tersier.
Beberapa saluran tersier bergabung dalam saluran sekunder
Beberapa saluran sekunder bergabung dalam saluran primer.
Saluran primer membuang airnya ke pembuangan akhir (outfall) yang dapat berupa
saluran dari suatu sistem yang lebih besar, sungai, danau/ rawa atau laut.
Susunan lainnya hanya terdiri dari saluran pengumpul (saluran kolektor, saluran cabang,
collector drain) yang membuang airnya ke saluran utama (conveyor drain), kemudian ke
pembuangan akhir
Pola jaringan drainase dapat dipilih dan disusun sesuai kondisi di lapangan. Di bawah
ini ada beberapa macam pola jaringan, yaitu :
1. Pola alamiah atau tree type network : Dimulai dari saluran-saluran kecil di tepi jalan, dari
beberapa jalan bermuara pada saluran tersier. Beberapa saluran tersier bermuara pada
saluran sekunder, dan beberapa saluran sekunder bermuara di saluran primer. Selanjutnya
6. I-6
saluran primer bermuara di suatu badan air lain, yang bisa berupa saluran drainase dari sub
basin lain, sungai, danau, rawa atau langsung laut.
Disusun menurut hirarki saluran - saluran
kwarter – tersier - sekunder –primer -
pembuangan akhir.
Gambar 2. Pola Jaringan Alamiah
2. Pola siku :
Beberapa
saluran cabang (cllector drain) langsung masuk ke
saluran utama (conveyor drain). dapat dari satu sisi
atau dari dua sisi (kiri kanan). Saluran utama bisa
berupa sungai. Dicari lintasan yang paling pendek.
Gambar 3. Pola Jaringan Siku
3. Pola paralel :
Saluran
cabang (collector drain) yang menerima air dari
saluran-saluran yang lebih kecil dibuat sejajar,
kemudian masuk ke saluran utama (conveyor drain)
Gambar 4. Pola Jaringan Paralel
4. Pola radial :
Pola ini sesuai untuk daerah berbukit, sehingga pola
saluran memencar ke segala arah dan masing-
masing mempunyai pem- buangan akhir sendiri. Air
dikeluarkan dari tengah kota seperti jari-jari roda,
terkumpul dari saluran-saluran yang lebih kecil.
Untuk saluran yang membawa limbah domestik,
dibuat inatalasi pengolahan air limbah sebelum
dibuang ke sungai atau badan air lainnya.
Gambar 5. Pola Jaringan Radial
7. I-7
4.2.1 Perencanaan Drainase Perkotaan dan Jalan Raya
Perhitungan debit saluran drainase sudah dijelaskan di KB3, sedangkan langkah-langkah
yang dilakukan untuk merencanakan layout jaringan saluran drainase adalah sebagai berikut:
a. Menentukan sub basin sekaligus menentukan jaringan salurannya dan pembuangan
akhirnya (outlet). Dengan bantuan peta situasi/peta garis, area dibagi-bagi menjadi
beberapa sub basin/blok. Sub basin juga ditetapkan dengan mempertimbangkan wilayah
administrasi, karena berkaitan dengan pengelolaan dan pemeliharaan
b. Penentuan alinyemen saluran hendaknya mempertimbangkan topografi daerah, agar
diperoleh saluran yang ekonomis (dari segi biaya pekerjaan tanah). Diusahakan agar
saluran cepat mencapai pembuangan akhir.
c. Panjang saluran drainase tersier hendaknya dibuat tidak terlalu panjang dan diusahakan
agar dapat mencapai saluran dengan hirarki yang lebih tinggi yaitu saluran sekunder.
Demikian pula halnya dengan saluran sekunder.
d. Untuk jalan yang sempit saluran (sekunder, primer) dapat diletakkan di tengah-tengah
jalan (di bawah permukaan jalan), sedang bila jalan cukup lebar saluran dapat
ditempatkan di tepi kiri kanan jalan. Untuk ini diperlukan inlet-inlet.
e. Bentuk penampang saluran dipilih sesuai kebutuhan. Untuk fluktuasi debit yang besar
dapat dipilih saluran dengan penampang ganda. Penampang ekonomis dapat dipilih untuk
saluran, bila muka air di pembuangan akhir cukup rendah terhadap posisi dasar saluran.
Bibir saluran harus lebih rendah dari permukaan tanah di sekitarnya.
f. Kedalaman air dan kecepatan aliran di saluran drainase direncanakan dengan
mempertimbangkan keamanan.
g. Saluran drainase tidak boleh ditanam berdekatan dengan saluran air minum, untuk
mencegah perembesan air limbah ke dalam pipa air minum bila saluran drainase bocor.
h. Menentukan lokasi bangunan perlengkapan/ pertolongan yang dibutuhkan seperti
manhole (bak kontrol), curb, bangunan terjun dan lain-lain.
i. Bila diperlukan menentukan lokasi rumah pompa, pintu pengatur, retarding basin/ busem/
kolam penampung.
Saluran tepi dan saluran median dapat dibuat dari tanah asli, tanah asli dengan
plengsengan, saluran prefabricated atau lainnya. Bentuk penampang saluran dipilih berdasarkan
8. I-8
jenis tanah dasar, kedalaman saluran, kecepatan aliran dan lahan yang tersedia. Dimensi saluran
dihitung menggunakan rumus Manning atau Chezy. Kriteria perencanaan saluran drainase untuk
jalan raya tidak berbeda dengan saluran drainase kota di mana kecepatan di saluran tidak boleh
menyebabkan gerusan pada saluran atau menyebabkan pengendapan sedimen. Berikut adalah
tabel dimensi penampang saluran beserta material yang digunakan :
Tabel 1. Penampang Saluran dan Material yang digunakan
No Tipe Selokan Samping Potongan Melintang Bahan yang dipakai
1. Bentuk trapesium Tanah asli
2. Bentuk segitiga Pasangan batu kali atau
tanah asli
3. Bentuk trapesium Pasangan batu kali
4. Bentuk segi empat Pasangan batu kali
9. I-9
5. Bentuk segi empat Beton bertulang pada
bagian dasar diberi lapisan
pasir + 10 cm
6. Bentuk segi empat Beton bertulang pada
bagian dasar diberi lapisan
pasir + 10 cm pada bagian
atas ditutup dengan plat
beton bertulang
7. Bentuk segi empat Pasangan batu kali pada
bagian dasar diberi lapisan
pasir + 10 cm pada bagian
atas ditutup dengan plat
beton bertulang.
Lebar penampang saluran tergantung pada kemudahan membuang airnya ke tempat lain
atau meresap di sepanjang saluran. Bila tanah dasar cukup porus, lebar saluran dapat dibuat sama
sepanjang ruas jalan. Bila tanah relatif kedap air dan lokasi pembuangan cukup jauh, maka lebar
saluran perlu disesuaikan agar lebih ekonomis. Umumnya kemiringan dasar saluran drainase
dibuat kurang lebih sama dengan kemiringan medan. Dalam hal kemiringan jalan curam,
kemiringan saluran disesuaikan agar tetap memenuhi kriteria perencanaan saluran, dengan cara
membuat terjunan sederhana.
10. I-10
Gambar 6. Saluran pada kemiringan medan curam
4.3 Tata Letak Saluran Drainase Perkotaan dan Jalan Raya
Pada drainase permukaan, saluran ditempatkan di kiri dan kanan jalan, disebut saluran
samping (side ditch). Permukaan jalan dibuat miring ke arah saluran agar air limpasan hujan di
permukaan jalan cepat mengalir ke saluran samping. Kemiringan jalan tergantung pada material
lapisan perkerasan jalan. Makin kasar permukaannya, kemiringan dibuat lebih besar untuk
mendapatkan kecepatan alir di atas permukaan lebih cepat makin besar kemiringannya.
Tabel 2. Kemiringan Jalan (SNI 03-3424-1994)
No Jenis lapisan perkerasan jalan Kemiringan melintang, i (%)
1 Aspal, beton 2% - 3%
2 Japat 4% - 6%
3 Kerikil 3% - 6%
4 Tanah 4% - 6%
Pada jalan yang mendatar, air dapat langsung menuju saluran, sedang pada jalan yang
kemiringan vertikalnya besar (menanjak atau menurun) arah aliran menyerong menuju
saluran. Agar air cepat mencapai saluran, maka digunakan harga maksimum dari Tabel 2. di
atas. Penampang melintang jalan dengan saluran samping dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Penampang melintang jalan dengan saluran samping
permukaan
jalan
dasar saluran
terjunan
Bahu
jalan
Bahu jalanPerkerasan
jalan
i
%
i
%
(i+2) %(i+2) %
salura
n
salura
n
11. I-11
Pada jalan satu jalur yang menyusur bukit dan jalan di tikungan , kemiringan melintang
dapat dibuat satu arah. Saluran samping yang berada di sisi yang lebih tinggi dihubungkan
dengan saluran di sisi lain dengan gorong-gorong. Lihat Gambar 7. Bila daerah pematusan lahan
atau bukit cukup luas, maka limpasan hujannya perlu dibuatkan saluran drainase tersendiri. Lihat
Gambar 8
.
Gambar 8. Saluran samping pada jalan yang menyusur bukit atau di tikungan
Pada jalan di perkotaan, saluran tepi jalan umumnya menjadi satu dengan saluran
drainase di tempat tersebut. Di luar kota seringkali tidak dibuat saluran tepi secara khusus,
namun dibuang langsung ke lahan di tepi jalan, atau dibuang ke saluran pembuang irigasi yang
ada. Bila jalan raya sejajar dengan sungai, limpasan hujan dapat langsung dibuang ke
sungai tersebut. Sejauh limpasan
hujan tidak merusak lahan (pertanian), atau saluran yang ada masih mencukupi kapasitasnya,
cara ini dapat dipakai.
Apabila jalan raya direncanakan 2 jalur dan cukup lebar, misalnya masing-masing jalur
terdiri dari 2 lajur, di tengah-tengahnya dapat dibuat saluran drainase sekaligus untuk
memisahkan jalur kiri dan jalur kanan Saluran ini disebut saluran median (median ditch).
Untuk dapat membuang air dari saluran median, dipilih tempat yang baik untuk menyalurkan
airnya ke sisi jalan melalui gorong-gorong. Pada pertemuan antara saluran median dan gorong-
gorong dibuat lubang kontrol (manhole) untuk pengaturan muka airnya. Lihat Gambar 9
gorong-gorong
0.5 – 2 %
Bak
penampung
Gorong-
gorong
Gorong-
gorong
0.5 – 2 % 0.5 – 2 %
media
n
bak penampung
saluran saluran saluran
12. I-12
Gambar 9. Penampang melintang jalan dengan saluran median dan gorong-gorong
Pada saat curah hujan tinggi dan air dalam saluran tidak habis meresap di sepanjang
saluran, perlu dibuatkan jalan (saluran bantu) untuk menuju alur alam atau sungai terdekat. Pada
jalan yang berubah dari menurun kemudian menanjak, saluran bantu dibuat pada tempat
perubahan tersebut. Lihat Gambar 10
Gambar 10. Pembuangan air ke alur atau ke sungai
4.4 Bangunan Bantu pada Saluran Drainase Perkotaan dan Jalan Raya
4.4.1 Manhole (Lubang Kontrol) : Manholes berfungsi untuk memudahkan pengawasan dan
pemeliharaan saluran drainase penampang pipa. Oleh karena dibuat di antara lebih dari
satu saluran, maka diusahakan agar tidak menyebabkan gangguan hidrolis aliran dalam
saluran drainase.
a. Jarak penempatan :
- Manholes ditempatkan pada hubungan antara pipa dan saluran drainase, tempat
perubahan diameter pipa dan di tempat-tempat perubahan kemiringan dan
perubahan alinyemen. Pertemuan jalan seringkali dipilih untuk menempatkan
manholes.
- Manholes yang terakhir, ditempatkan di ujung hulu saluran untuk memudahkan
pembersihan/ penggontoran.
Sal. samping
Ke sungai
Gorong-gorong
Sal. samping
Saluran
Permukaan jalan
Dasar
jalan
Saluran bantuGorong-
13. I-13
- Pada saluran drainase rumah tangga (sanitary sewer) manholes hendaknya
ditempatkan sedemikian rupa atau dilindungi agar tidak kemasukan limpasan air
hujan.
- Manholes tidak ditempatkan dilapisan perkerasan jalan.
- Jarak maksimum 90 – 120 m
- Untuk saluran besar yang dapat dilalui satu orang, jarak manholes > 150 m.
b. Prinsip pokok perencanaan manholes :
- Ruang cukup untuk satu orang yang bekerja di dalamnya.
- Penutup (cover) yang ada di permukaan jalan harus cukup kuat terhadap beban
lalu lintas di atasnya.
- Pemasangan harus rata agar tidak mengganggu lalu lintas (pejalan kaki,
kendaraan) diatasnya.
- Mudah dibuka oleh petugas, tapi tidak mudah dibuka oleh orang yang tidak
berwenang.
Beberapa konstruksi manholes dapat dilihat pada gambar-gambar terlampir.
14. I-14
Gambar 11. Konstruksi Manhole
1.4.2 Tikungan : Alinyemen tikungan saluran pipa perlu dibuat dengan hati-hati, sehingga
diperoleh konstruksi yang seragam penampangnya, kemiringan dan jari-jarinya. Untuk
saluran drainase yang besar tikungan dibuat dari beberapa jari-jari. Di beberapa tempat
perlu ditempatkan manhole. Gambar konstruksi tikungan seperti berikut ini:
15. I-15
Gambar 12. Konstruksi tikungan saluran pipa
4.4.3 Street Inlet : Street inlet adalah lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi menyalurkan
limpasan air hujan dari permukaan jalan ke saluran drainase. Saluran drainase yang
membutuhkan street ilet adalah saluran drainase bentuk pipa atau saluran bentuk lain yang
berada di bawah trotoir. Saluran drainase yang terbuka di permukaan jalan tidak memerlukan
street inlet. Cukup dibuat alur dan lubang menuju saluran. Macam-macam street inlet dapat
dilihat pada gambar berikut :
16. I-16
Gambar 13. Macam-macam street inlet
a. Curb inlet : Curb inlet mempunyai bukaan vertikal untuk pemasukan limpasan air
hujan. Ada tiga macam bentuk bagian depan curb inlet, yaitu : dengan lantai
horizontal (slope normal) disebut undepressed, dengan lantai berkemiringan terjal
ke arah lubang curb disebut depressed dan curb yang dilengkapi dengan kisi-kisi
disebut deflector inlet. Kemiringan ke arah curb dapat diambil 1 : 12 dengan jarak
+ 0.9 m (+ 3 ft) dari garis curb.
b. Gutter inlet : Lubang berupa bukaan horizontal yang ditutup dengan kisi-kisi.
Bukaan lubang tidak boleh lebih dari 2.5 cm agar roda sepeda tidak terperosok ke
celahnya. Arah kisi-kisi sejajar dengan curb memudahkan aliran masuk ke dalam
inlet.
c. Kombinasi : Konstruksi curb merupakan kombinasi antara curb dan gutter inlet.
Umumnya gutter inlet ditempatkan tepat di depan curb, tapi dapat pula
ditempatkan di sisi hulu atau hilirnya.
17. I-17
Pemasangan inlet mempunyai ketentuan sebagai berikut :
Diletakkan pada tempat yang tidak menyebabkan gangguan terhadap lalu lintas
maupun pejalan kaki.
Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke arah
tersebut.
Air yang masuk melalui street inlet harus dapat secepatnya masuk ke saluran.
Jumlah street inlet harus cukup untuk menangkap limpasan air hujan pada jalan yang
bersangkutan.
Air yang masuk melalui street inlet harus dapat secepatnya masuk ke saluran.
Untuk kemiringan jalan lebih besar dari 5%, deflector inlet lebih sesuai, asal kotoran
dari jalan tidak tertahan di kisi-kisinya. Untuk kemiringan kurang dari 5%
dimana kemungkinan mudah terjadi penyumbatan, maka undepressed inlet atau tipe
kombinasi lebih cocok.
Jarak antara inlet :
- Praktis : antara 90 – 120 m, dengan jarak yang lebih pendek untuk kemiringan memanjang
yang kecil.
- Dengan perumusan :
S
w
280
D
(1)
Dimana :
D = jarak antara street inlet (m)
w = lebar jalan (m)
s = kemiringan (%)
18. I-18
4.4.4 Catch Basin : Saat hujan besar, pasir atau debris dapat masuk ke dalam inlet. Bangunan ini
adalah inlet yang diperlebar dan diperdalam dimaksudkan untuk menahan pasir dan
debris dari jalan yang tak diperkeras agar tidak masuk ke saluran bersama aliran dan dapat
dilihat pada Gambar 12 . Catch Basin perlu dibersihkan secara periodic, karena air yang
tertahan dapat membusuk serta mengeluarkan gas yang berbau tidak sedap, dan menjadi
tempat bertelur nyamuk. Pada sistem drainase modern, bangunan semacam ini tidak lagi
digunakan.
Gambar 14. Catch Basin
4.5 Banjir di Daerah Perkotaan :
Ada dua kejadian banjir yang dapat terjadi di perkotaan, yaitu :
1. Banjir yang disebabkan oleh peluapan sungai yang melalui kota atau di dekat kota.
2. Banjir (genangan) yang disebabkan oleh hujan lokal yang tidak tersalurkan dengan
baik.
Banjir yang disebabkan oleh peluapan sungai, umumnya menimbulkan kerugian lebih
besar dibanding oleh genangan lokal. Penyebab banjir adalah sebagai berikut :
Kerusakan DAS di hulu karena penebangan, menyebabkan limpasan tak tertahan
lagi di permukaan tanah, melainkan hanyut bersama lipasan permukaan.
Curah hujan yang terjadi melampaui intensitas hujan rencana yang dipakai untuk
perencanaan kapasitas penampang sungai.
Kapasitas sungai berkurang akibat pengendapan.
Banjir pada daerah perkotaan terjadi, karena beberapa kasus :
Curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah tidak dapat masuk kesaluran drainase,
karena tertahan oleh bermacam penghalang antara lain : bangunan, bagian
19. I-19
permukaan tanah yang lebih tinggi.
Permukaan jalan yang tidak mempunyai saluran tepi jalan. Air genangan akan
hilang karena menguap dan meresap ke dalam tanah.
Hujan terjadi di lahan/ lapangan yang luas dan di daerah perkembangan yang tidak
mempunyai fasilitas drainase yang memadai.
Debit banjir lebih besar dari kapasitas saluran yang ada , karena curah hujan yang
terjadi melampaui intensitas hujan yang dipakai untuk perencannaan
Kapasitas saluran drainase berkurang karena adanya sedimentasi atau pengotoran
oleh sampah.
Kelancaran aliran tergganggu oleh adanya hambatan di saluran, antara lain
jembatan, pipa listrik, telpon, air minum yang melintang saluran, dan bangunan
lain yang mengurangi penampang basah saluran, kapasitas gorong-gorong lebih
kecil daripada kapasitas saluran dsb.
Perubahan tata guna lahan , dan pengurangan lahan hijau yang menyebabkan
berkurangnya daerah resapan air hujan, sehingga koefisien pematusan meningkat.
Luapan dari saluran drainase akibat kenaikan permukaan air di saluran primer/
sungai saat banjir atau saat muka air laut pasang, yaitu akibat adanya arus balik
yang masuk lewat out let/ out fall.
4.5.1 Mengatasi Banjir di Daerah Perkotaan :
Dalam penataan suatu daerah permukiman, elevasi halaman/pekarangan dan jalan harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya genangan. Limpasan hujan harus mampu
ditampung di saluran drainase. Halaman/pekarangan rumah dan jalan harus bebas dari
genangan. Tata letak yang ideal seperti pada Gambar 15 berikut ini :
Gambar 15. Penataan Elevasi
20. I-20
Elevasi permukaan masing-masing dapat direncanakan dengan mengingat kondisi banjir/
genangan setempat. Masalah genangan untuk daerah yang sudah terbangun lebih rumit, karena
kemungkinan penataan ruang kurang diperhatikan sebelumnya, dan sebab-sebab lain seperti
disebutkan di atas. Banjir di daerah permukiman/ perkotaan dapat dihindari. Kendala yang ada
di negeri kita, adalah elevasi permukaan jalan (terutama jalan utama) yang tidak tetap, di mana
pada perbaikan perbaikan jalan ketinggian permukaan jalan selalu ditambah.
Pengaliran akhir pada out let sangat tergantung pada kondisi permukaan air hilir, dan
terhadap permukaan air laut untuk daerah di pantai.. Dasar saluran drainase paling hilir tidak
boleh di buat lebih rendah dari dasar muara.
a. Pada kondisi muka air laut surut, air saluran drainase dapat dialirkan ke laut secara
gravitasi.
b. Pada kondisi pasang, pembuangan masih bisa di lakukan apabila saluran drainase
mempunyai kemiringan dasar besar dan pada saat debit besar elevasi muka air di saluran
> elevasi muka air pasang.
c. Apabila kemiringan dasar saluran kecil/ landai, pada saat muka air laut pasang, air laut
masuk ke saluran drainase dan terjadi kenaikan muka air di saluran tersebut.
Rehabilitasi jaringan saluran drainase dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Apabila kapasitas saluran tidak mencukupi, perlu di desain ulang berdasarkan debit
rencana yang dipilih. (normalisasi). Kendalanya adalah bila ada keterbatasan lahan di
kiri kanan saluran.
2) Normalisasi dengan memperdalam saluran (memperbesar h), harus mempertimbangan
dasar saluran di muaranya (saluran tersier ke sekunder, saluran sekunder ke primer,
saluran primer ke pembuangan akhir (sungai, laut).
3) Membuat sudetan apabila tersedia lahan, elevasi muka air dan kapasitas saluran yang
dituju memungkinkan untuk menerima tambahan debit.
4) Membuat busem atau kolam penampung sementara.
5) Pompa, dipilih untuk daerah-daerah rendah yang sulit mengalirkan air secara
gravitasi.
21. I-21
RANGKUMAN
1. Drainase permukiman/perkotaan adalah ilmu yang mempelajari usaha untuk mengatur dan
mengalirkan air limbah dan air yang berlebihan di suatu permukiman / perkotaan.
2. Secara hierarki debit aliran dari saluran tepi jalan berkumpul menjadi satu di saluran
tersier. Dari saluran tersier disalurankan ke saluran sekunder dan berakhir di saluran
primer. Dari saluran primer dibuang ke badan air yang lebih besar.
3. Menurut sistem pengalirannya, drainase dibedakan menjadi sistem drainase gravitasi dan
sistem drainase pompa.
4. Pola jaringan drainase terbagi atas pola alamiah, pola siku, pola parallel, pola radial.
5. Parameter alam yang mempengaruhi perencanaan drainase adalah tanah dan air tanah,
topografi dan data hidrologi.
6. Bentuk penampang saluran dipilih berdasarkan jenis tanah dasar, kedalaman saluran,
kecepatan aliran dan lahan yang tersedia.
7. Bangunan pertolongan pada sistem drainase adalah Manhole, tikungan, Street Inline dan
Catch Basin.
22. I-22
DAFTAR PUSTAKA
Asdak Chay (1995). Hidrologi dan Pengeloaan daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah
Mada Press.
ASCE dan WPCF (American Society of Civil Engineers dan The Water Pollution Control
Federation), Design and Construction of Sanitary and Storm Sewers, 1996.
Cedergren, Harry R., Drainage of Highway and Airfield Pavements, John Wiley & Sons, 1974,
New York.
Chow, V. T. 1992. Hidrolika saluran Terbuka. Jakarta, Erlangga, Jakarta.
Fair, M. Gordon, Geyer, John c., Okun, Daniel A, Water and Wasterwater Engineering,
Volume 1, John Wiley and Sons Inc, New York, 1966.
Geyer, John C., Okun, Daniel A, Water and Wastewater Engineering, Volume 1, John Wiley
and Sons, Inc, New York, 1966.
Hardjosuprapto, Masduki Moh., Drainase Perkotaan, DPU Kanwil Propinsi Jawa Barat,
Proyek Peningkatan Prasarana Permukiman Jawa Barat, 1999.
Hendarsin, Shirley L., Penuntun Praktis Perencanaan, Perencanaan Teknik Jalan Raya,
Politeknik Jalan Raya, Politeknik Negeri Bandung Jurusan Teknik Sipil.
Jansen, Bendegon, Berg, Vries dan Zanen. 1979. Principle of River Engineering The Non-Tidal
Aluvial River, Delft Uitgevers Maatsschappij.
Linsley, Ray K, Franzini, Joseph B. 1991. Teknik Sumber Daya Air Jilid II, CV. Citra Media,
Surabaya
23. I-23
Sastrodarsono Suyono dan Kensaku Takeda, (1999), Hidrologi untuk Pengairan.Penerbit
Erlangga Jakarta
Wibowo, Sony Sulaksono c.s, Pengantar Rekayasa Jalan, diktat kuliah, Sub Jurusan Rekayasa
Transportasi, Jurusan Teknik Sipil ITB, 2001.