Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran parameter hidrologi seperti presipitasi, radiasi matahari, temperatur udara, kecepatan angin, dan lainnya guna memperoleh data klimatologi suatu daerah. Metode pengukuran yang disebutkan meliputi pengukuran hujan dengan alat manual, otomatis, radar, serta pengukuran suhu, kelembaban, radiasi, dan kecepatan angin.
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanDewangga Setiawan
[REFERENSI] Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase - Pengelolaan sampah merupakan tugas dan kewajiban dari Pemerintah Kota/Kabupaten untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang bersih dan sehat; untuk meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarat di wilayahnya; dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Pusat memiliki kewenangan dalam pembinaan dan pengaturan, termasuk dalam pengembangan petunjuk teknis yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten. Buku ini merupakan salah satu petunjuk teknis yang diharapkan dapat membantu pengelola sampah Kota/Kabupaten dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan. Buku standar operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan ini masih memerlukan penyesuaian terutama dalam hal perhitungan biaya pengelolaan dan retribusi; yang dalam hal ini perlu disesuaikan dengan satuan biaya yang berlaku di Kota/Kabupaten. Harapan penyusun semoga buku ini bermanfaat.
Latihan soal Ilmu Ukur Tanah ini berisi beberapa contoh soal yang berkaitan dengan perhitungan jarak, sudut, azimut, bearing, poligon, dan sipat datar (levelling). Disajikan dengan sistematis untuk membantu memahami materi dasar dalam ILmu Ukur Tanah.
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanDewangga Setiawan
[REFERENSI] Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase - Pengelolaan sampah merupakan tugas dan kewajiban dari Pemerintah Kota/Kabupaten untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang bersih dan sehat; untuk meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarat di wilayahnya; dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Pusat memiliki kewenangan dalam pembinaan dan pengaturan, termasuk dalam pengembangan petunjuk teknis yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten. Buku ini merupakan salah satu petunjuk teknis yang diharapkan dapat membantu pengelola sampah Kota/Kabupaten dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan. Buku standar operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan ini masih memerlukan penyesuaian terutama dalam hal perhitungan biaya pengelolaan dan retribusi; yang dalam hal ini perlu disesuaikan dengan satuan biaya yang berlaku di Kota/Kabupaten. Harapan penyusun semoga buku ini bermanfaat.
Latihan soal Ilmu Ukur Tanah ini berisi beberapa contoh soal yang berkaitan dengan perhitungan jarak, sudut, azimut, bearing, poligon, dan sipat datar (levelling). Disajikan dengan sistematis untuk membantu memahami materi dasar dalam ILmu Ukur Tanah.
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Word Ekotoksikologi Pusat Perbelanjaan Modern BanjarbaruAfwan Alkarimy
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pusat perbelanjaan modern atau yang sering disebut dengan mall adalah fenomena yang dapat ditemui baik dikota kecil maupun dikota besar di Indonesia, keberadaan dari pusat perbelanjaan dapat memberikan dampak tertentu terhadap perkembangan suatu kota. Pusat perbelanjaan modern memilikikaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat kota dan telah menjadi gaya hidup masyarakat kota, saat ini mall tidak hanya berfungsi sebagai bertransaksinya penjual dan pembeli namun juga telah menjadi ruang publik tempak masyarakat berinteraksi sosial dan sebagian ada yang menjadikannya sebagai tempat rekreasi.
Q – mall adalah salah satu pusat perbelanjaan modern berlantai 3 dan 1 lantai basement milik H. Nurhin yang ada dikalimantan selatan tepatnya dikota banjarbaru Jl. A. Yani Km 38,6 yang resmi dibuka pada awal tahun 2013 dengan luas 30.000m2. Selain masyarakat dapan berbelanja dengan nyaman, Qmall dianggap memberikan dampak positif bagi kota, terutama jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, sebut saja penyerapan tenaga kerja dan sumbangan pajak, selain itu keberadaan Qmall juga dianggap berkontribusi terhadap perkembangan kota Banjarbaru.Selain dampak positif yang diberikan, kami ingin menganalisis dampak negatif yang mungkin saja terjadi karena operasional kegiatan dari Qmall tersebut. Dalam makalah ini kami menganalisa limbah cair dari operasional kegiatan di pusat perbelanjaan Qmall kota Banjarbaru dan pengaruhnya terhadap mikroorganisme disekitar lokasi yang sesuai dengan disiplin ilmu ekotoksikologi.
Kalkulus kel 5. Penerapan Integral Tak Tentu Terhadap Irigasi TetesRikaMudrikah1
Makalah tentang pengaplikasian kalkulus, atau dalam sempit integral tak tentu ke dalam perhitungan irigasi tetes, dengan mencari jumlah tetesan permenitnya
1. i
TUGAS HIDROLOGI TERAPAN
SEMESTER III (TIGA)
KODE MATA KULIAH : MKK-305
JUMLAH SKS : 2
Disusun Oleh :
Nama : Rendi Fahreza
Nim : 1322201005
Jurusan : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
2015/2016
2. DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
Jl. Yos Sudarso KM. 8 Rumbai – Pekanbaru
Nama : Rendi Fahreza
Nim : 1322201005
Mata Kuliah : HIDROLOGI TERPAN
Dosen Pembimbing : Fadrizal Lubis ST., MT.
Kelas : B (Non Reguler)
LEMBAR ASISTENSI
TUGAS BESAR HIDROLOGI TERAPAN
No Tanggal Keterangan Paraf
Pekanbaru,…………. 2016
Dosen Pembimbing
Fadrizal Lubis ST., MT.
3. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga saya berhasil
menyelesaikan tugas Hidrologi Terapan tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan tugas saya selanjutnya.
Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan tugas ini dari awal sampai akhir. Serta berharap
agar tugas ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin
Pekanbaru, 18 Oktober 2016
Penyusun
4. iii
DAFTAR ISI
LEMBAR ASISTENSI/PERSETUJUAN ....................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
1.2. IDENSIFIKASI MASALAH....................................................................... 1
1.3. RUMUSAN MASALAH............................................................................. 2
1.4. MAKSUD DAN TUJUAN .......................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
2.1. PENGKURAN PRESIPITASI..................................................................... 3
2.2. ALAT PENGUKUR HUJAN ...................................................................... 3
2.2.1. PENGUKURAN HUJAN DENGAN RADAR............................... 4
2.2.2. KRITERIA PEMILIHAN ALAT PENGUKUR HUJAN............... 5
2.2.3. KRITERIA PENENTUAN JUMLAH JARINGAN ....................... 5
2.3. PENGUKURAN KLIMATOLOGI ............................................................. 5
2.3.1. PENGUKURAN LAMA PENYINARAN MATAHARI ............... 5
2.3.2. PENGUKURAN TEMPERATUR UDARA................................... 6
2.3.3. PENGUKURAN KELEMBABAN UDARA.................................. 6
2.3.4. PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN ....................................... 7
2.3.5. PENGUKURAN EVAPORASI DAN TRANSPIRASI.................. 8
2.4. PENGUKURAN ALIRAN AIR .................................................................. 8
2.4.1. PENGUKURAN ELEVASI MUKA AIR SUNGAI....................... 8
2.4.2. PENGUKURAN DEBIT................................................................. 8
2.5. PENGUKURAN INFILTRASI ................................................................... 9
2.6. PENGUKURAN KELEMBABAN TANAH .............................................. 9
2.7. PENGUKURAN PARAMETER AIR TANAH.......................................... 10
2.7.1. PENGUKURAN ELEVASI MUKA AIR TANAH........................ 10
2.7.2. PENGUKURAN DEBIT AIR TANAH.......................................... 11
2.7.3. PENGUKURAN POROSITAS LAPISAN PEMBAWA AIR........ 11
2.7.4. PENGAMATAN MATA AIR......................................................... 11
2.7.5. PENGUKURAN SIFAT-SIFAT FISIK AIR TANAH ................... 11
BAB III. DATA DAN ANALISIS.................................................................... 14
3.1. LOKASI PENELITIAN............................................................................... 14
3.2. PENGUMPULAN DATA ........................................................................... 14
3.3. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ................................................. 14
5. iv
3.3.1. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS ........................ 13
3.3.2. PERHITUNGAN INTENSITAS CURAH HUJAN........................ 14
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN.................................................... 16
4.1. PERHITUNGAN CURAH HUJAN RENCANA........................................ 16
4.1.1. PERHITUNGAN DATA MENTAH............................................... 16
4.1.2. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS NORMAL...... 16
4.1.3. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS GUMBEL ...... 16
4.1.4. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS LOG NORMAL
.......................................................................................................... 21
4.1.5. PERHITUNGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS LOG PEARSON
TYPE III........................................................................................... 23
4.2. PERHITUNGAN INTENSITAS CURAH HUJAN RENCANA................ 26
BAB V. PENUTUP............................................................................................ 34
5.1. KESIMPULAN............................................................................................ 34
5.2. SARAN ........................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 36
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 37
6. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu hidrologi di dunia sebenarnya telah ada sejak orang mulai
mempertanyakan dari mana asal mula air yang berada di sekitar kita yaitu
tepatnya pada abad ke -16. Pada zaman Leonardo Da Vinci dan Bernad Palissy
pengenalan tentang hidrologi mulai dikenal, mereka menemukan konsep siklus
Hidrologi secara benar, melalui penyelidikan ( hubungan infiltrasi sampai kepada
terjadinya mata iar ). Ketidakmampuan orang dahulu dalam menetapkan
pengertian yang tepat karena di dasari pada anggapan bahwa tanah terlalu kedap
sehingga tidak mungkin air masuk ke dalam tanah karena jumlah hujan tidak
cukup banyak untuk dapat menimbulkan air yang sebesar seperti yang sering kita
lihat di sungai, danau dan laut. Seiring dengan perkembangan zaman dan akhirnya
dengan ditemukannya alat pengukur dan pengembangan hidrolika, maka
membuka kemungkinan dilaksanakannya percobaan-percobaan Hidrologi.
Perkembangan hidrologi di indonesia tidak diketahui dengan jelas. Pada
pendidikan tinggi pada tahun 60 – an mata kuliah hidrologi masih merupakan
mata kuliah lain seperti irigasi, bangunan tenaga air. Dan mulai awal tahun 70an
ilmu hidrologi mulai berkembang dengan pesat, diantaranya ditandai dengan
cukup banyaknya penemuan ilmiah dalam bentuk seminar, loka karya yang
mempersoalkan ilmu hidrologi secara kualitatif dan kuantitatif dan kemudian
menjadi pesat. Dan seiring dengan berjalannya waktu, munculnya organisasi
seperti Himpunan Ahli Teknik Hidrolik Indonesia( HATHI ) di Indonesia sangat
mendukung perkembangan tersebut. Dan pada bulan januari tahun 2001 HATHI
melakukan seminar tentang “ Peningkatan Profesionalisme dan Penerapan
Teknologi Air Dalam Pembangunan Daerah “ yang berlangsung di Jakarta. Dan
ini menandakan semakin berperannya HATHI dalam perkembangan ilmu – ilmu
hidrolik di Indonesia.
7. 2
1.2. Rumusan Masalah
Pada pembahasan kali ini penulis akan memproses dan menghitung hujan
rencana dari data curah hujan yang di peroleh dari BMKG dengan beberapa
metode peritungan antara lain :
1. Perhitungan hujan rencana dengan metode Probabilitas Normal.
2. Perhitungan hujan rencana dengan metode Gumbel.
3. Perhitungan hujan rencana dengan metode Log Normal.
4. Perhitungan hujan rencana dengan metode Log Person Type III.
5. Perhitungan intensitas curah hujan dengan metode Talbot.
6. Perhitungan intensitas curah hujan dengan metode Ishiguro.
7. Perhitungan intensitas curah hujan dengan metode Sherman.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Maksud dan tujan penulis dalam pembuatan tugas besar ini adalah agar kita
dapat memahami bagaimana cara menghitung atau merencanakan suatu bangunan
air dengan memperhatikan curah hujan yang ada.
8. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran Presipitasi
Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan dari atmosphere ke permukaan
bumi, presipitasi bias berwujud dalam 2 bentuk :
a. Presipitasi cair : Hujan, embun.
b. Presipitasi beku : salju, hujan es, dan lain sebagainya.
Presipitasi termasuk factor pengontrol yang mudah diamati dalam sirkulasi
hidrologi pada suatu D.A.S. seorang perencana harus dapat menentukan variasi
karakteristik hujan di suatu D.A.S, dari hasil pengumpulan, perhitunga/analisa
data, serta dapat menentukan bagaimana pengukurannya maupun cara
menganalisa data hasil pengukuran. Karena selain tergantung pada data yang
tersedia, maka kebutuhan akan data hujan akan tergantung pula pada kebutuhan
lebih lanjut, apakah akan seteliti data harian, bulanan atau harus data tahunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Presipitasi :
1. Adanya uap air di atmosphere
2. Faktor-faktor metereologis
3. Lokasi daerah, sehubungan dengan system sirkulasi secara umum
4. Rintangan yang disebabkan oleh gunung dan lain-lain.
2.2 Alat Pengkur Hujan
Banyaknya hujan dapat diukur dengan alat pengukur hujan
a. Alat pengukur hujan biasa
b. Alat pengukur hujan automatis
9. 4
2.2.1 Pengukuran hujan dengan radar
Cara terbaru mengukur hujan adalah dengan microwave radar. Radar
dipakai untuk mendapatakan informasi kasar dari distribusi hujan.
Prinsip kerja yaitu Layar radar menginterpretasikan intensitas hujan, apabila
jumlah refleksi energi tergantung kepada ukuran butir-butir hujan dan jarak
terhadap pemancar. Adapun sebab-sebab kesalahan dalam merekam pengukuran
dengan alat penakar hujan automatic adalah sebagai berikut :
1. Kesalahan dalam membaca skala
2. Kehilangan air hujan yang tidak terukur akibat percikan air dan akibat angin
3. Kemiringan mulut penakar/collector mempengaruhi jumlah air yang
tertangkap Beda 10%. Kemiringan menyebabkan 1,5% pengurangan air
hujan.
Adapun keuntungan penggunaan alat pengukur hujan otomatis adalah sebagai
berikut :
1. Hujan direkam secara otomatis, sehingga tidak perlu ditunggui terus-menerus
dan dapat diletakkan pada lokasi yang jauh dari pengamat.
2. Hasil rekaman memberikan gambaran terhadap nilai intensitas setiap saat.
3. Dapat memperkecil kesalahan pembacaan.
Adapun kerugian penggunaan alat pengukur hujan otomatis adalah sebagai
berikut:
1. Biaya lebih mahal
2. kesalahan elektris dan mekanik bias terjadi.
10. 5
2.2.2. Kriteria pemilihan alat pengukur hujan
Adapun kriteria pemilihan alat pengukur hujan dapat dilihat dari :
1. Mutu alat
2. Sebanding dengan alat-alat pengukur hujan yang sudah ada di daerah yang
sama
3. Biaya pemasangan
4. Kesulitan pemeliharaan (sehubungan dengan mudah masuknya debu dan
kotoran)
5. Kesulitan untuk diobservasi/ditinjau
6. Tidak mudah dirusak/dicuri
2.2.3. Kriteria penentuan jumlah/kerapatan jaringan pos-pos
hujan/klimatologi.
Adapun kriteria dalam penentuan jumlah atau kerapatan jaringan pos-pos hujan
atau klimatologi adalah sebagai berikut :
1. Tujuan dari study (missal untuk distribusi hujan, mencari data hujan rata-rata,
surface run off).
2. Sifat klimatologi daerah tersebut (missal: homogen atau heterogen).
3. Keadaan daerah yang bersangkutan (missal : keadaan tanahnya yang
memungkinkan pengembangan pertanian dan sebagainya)
4. Jumlah pengamat.
2.3 Pengukuran Klimatologi
Selain pengukuran hujan, maka pengukuran radiasi matahari, derajat hari,
angin, temperature, kelembaban udara serta penguapan seringkali dibutuhkan
untuk mendapatkan gambaran lokal tentang cuaca di suatu daerah
2.3.1 Pengukuran lama penyinaran matahari
Dengan alat “Campbell stokes Recorder”. Campbell stokes Recorder ini
dipasang di atas pasangan bata. Alat ini terdiri dari bola gelas padat dengan
diameter 4 inches yang dipasang konsentris di dalam suatu bidang cekung,
berbentuk bola, dengan diameter sedemikian sehingga sinar matahari difokuskan
dengan tajam.
11. 6
2.3.2 Pengukuran temperatur udara
Temperature udara harus diukur 2 meter di atas permukaan tanah/air.
Pengamatan / pencatatan temperature yang kontinu patut diharapkan, tetapi bila
tidak ada maka pencatatan temperature dengan interval waktu 1 jam, 2 jam atau 6
jam dapat dianggap cukup. Di dalam mengukur temperatur udara, thermometer
harus terlindung dari sinar matahari dengan pertukaran udara bebas / ventilasi
yang tidak terbatas. Pengukuran temperatur udara dan radiasi matahari biasanya
dilakukan pada lokasi yang sama. Temperatur udara diukur dengan sepasang
thermometer (maksimum dan minimum) yang dipasang dalam sangkar meteo.
Thermometer maksimum dapat mencatat temperatur tertinggi dalam hari itu,
karena dengan adanya penyempitan pada pipa kapiler di atas bejana/bola air raksa.
Air raksa di dalam bola/bejana yang berkembang akibat suhu udara naik, akan
terdorong keluar melalui bagian penyempitan pipa kapiler. Keadaan ini tidak
dapat kembali walaupun suhu udara menurun. Thermometer minimum berisi
cairan alkohol dengan bejana alkohol berbentuk garpu atau bola dapat
menunjukkan suhu minimum selama waktu pemasangan sampai pembacaan.
Temperatur rata-rata harian =
2
minrtemperatu+maksimumtemperatur
2.3.3 Pengukuran kelembaban udara
Pengukuran kelembaban udara dilakukan pada lokasi yang sama dengan
pengukuran temperatur udara. Kelembaban udara dinyatakan oleh tekanan uap
oleh koefisien hygrometric atau kelembaban relative sebab sesungguhnya tekanan
uap tidaklah cukup mencirikan kelembaban sebenarnya.
Titik embun adalah temperatur di mana udara menjadi jenuh dengan uap
air. Temperatur ini akan dilampaui oleh keadaan uap air (udara lembab) yang
sedang didinginkan sehingga zat air akan mulai berkondensasi.
Kelembaban relatif: adalah persentasi uap air maksimum di dalam udara
pada saat pencatatan. Kelembaban diukur dengan psychrometer yang dilengkapi
dengan 2 thermometer yang serupa. Themometer thermocouple ini berfungsi
untuk mencatat temperatur bola basah dan temperatur bola kering yang
memberikan hasil memadai. Bola thermometer dari thermometer bola basah
dibungkus dengan kain tipis dan dibasahi dengan air bersih. Sedang pada
12. 7
thermometer bola kering dibiarkan tetap kering. Penurunan temperatur bola basah
yang disebabkan oleh penguapan airnya tergantung pada keadaan uap air di udara.
Sehingga untuk menentukan titik embun dan kelembaban relatif dapat
ditentukan dengan tabel psychrometer setelah selisih temperatur bola basah dan
bola kering dketahui.
The Unaspirat Psychrometer
2.3.4 Pengukuran kecepatan angin
Kecepatan angin diukur dekat dengan pengukuran evaporasi, pada
ketinggian 2 meter di atas permukaan air / tanah. Berbagai tipe anemometer
dipakai untuk menentukan kecepatan angin rata-rata harian. Rotor dengan 3
mangkuk atau anemometer fan adalah pengukur kecepatan angin yang terbaik.
Alat ini dilengkapi dengan gaya torsi pemula yang besar, dengan sistem rantai dan
counter penjumlahan atau hubungan/peralatan elektris yang berfungsi untuk
mencatat gerakan angin. Pembacaan counter pada anemometer harus dilakukan
dengan interval tertentu, misalkan harian.
13. 8
gambar : Anemometer
2.3.5 Pengukuran evaporasi dan transpirasi
Memperkirakan evaporasi permukaan air bebas dan permukaan tanah serta
memperkirakan transpirasi dari tanaman adalah penting dalam studi hidrologi.
Syarat penampilan stasiun evaporasi adalah lokasi stasiun harus datar dan bebas
dari halangan.
2.4 Pengkuran Aliran Air
Ada beberapa macam pengukuran aliran air yaitu sebagai berikut :
2.4.1 Pengukuran evelasi muka air sungai, danau dan reservoir
Tujuan pengukuran elevasi muka air adalah untuk meramalkan aliran daerah
banjir, merencanakan dimensi bangunan yang akan dibangun pada sungai atau
didekatnya. Elevasi muka air adalah elevasi permukaan air pada saluran sungai,
danau, diukur relative terhadap datum. Pemilihan tempat untuk melakukan
pengukuran tergantung pada :
1. Tujuan pengumpulan data
2. Kemudahan dalam mencapai tempatnya
3. Kesanggupan dari pengamat.
2.4.2 Pengukuran debit
Pada umumnya pengukuran debit dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
Pengukur ini pada umumnya mempunyai hubungan erat dengan usaha untuk
mendapatkan rating curve. Makin banyak pengukuran dilakukan, makin teliti
14. 9
analisa datanya, tetapi dalam menentukan jumlah pengukuran yang dilakukan
tergantung pada :
1. Tujuan pengukuran
2. Kepekaan sungai
3. Ketelitian yang ingin dicapai.
2.5 Pengukuran Infiltrasi
Presipitasi/hujan yang jatuh di atas permukaan tanah sebagian atau
semuanya akan mengisi pori-pori tanah. Pergerakan air kea rah bawah ini
disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Kecepatan pergerakan aliran
gravitasi bebas dibatasi oleh ukuran pori-pori. Makin kecil pori-pori, berarti
makin besar gaya geser sehingga pada pori-pori yang besar, gaya kapiler dapat
diabaikan dan air akan bergerak kebawah akibat gravitasi.
2.6 Pengukuran Kelembaban Tanah
Soil moisture/lembab tanah adalah sejumlah air yang tersimpan di dalam ruang
pori dari lapisan tanah tak jenuh.
1. Metode pengukuran kelembaban tanah
Gravity method, contoh tanah diambil dengan tabung yang dimasukkan ke
dalam tanah, contoh tanah ditimbang. Kemudian dikeringkan dalam oven dan
tanah kering ditimbang kembali untuk dapat mengevaluasi berat serta volume
air soil yang terdapat dalam contoh tanah. Contoh-contoh tanah diambil
dengan kedalaman yang berbeda, untuk mendapatkan nilai lembab tanah pada
suatu profil. Walaupun penyelidikan ini mudah dan murah, hasil metode ini
hanya dapat dikatakan baik, apabila dilakukan pengukuran contoh-contoh
tanah yang dapat mewakili nilai soil moisture rata-rata pada suatu area kecil.
Kerugiannya : teknik pengambilan contoh tanah, mengganggu keadaan tanah.
Nuclear method, metode ini lebih teliti, dan tidak mengganggu keadaan soil
moisture. Alat ini terdiri dari, nuclear probe, pipa dari metal yang dipasang
pada tanah, alat penghitung dan pencatat
15. 10
2.7 Pengukuran parameter air tanah
Air tanah adalah air yang terjadi terdapat di bawah muka tanah pada lapisan
jenuh, dan tekanan hydrostatic adalah sama atau lebih besar dari tekanan
atmosphere.
Air tanah merupakan salah satu bagian siklus hidrologi yang bersifat
rahasia, karena manusia tidak dapat melihat aliran air di dalam tanah. Manusia
membuat lubang kemudian mengamati air tanah dalam sumur itu, baik dengan
metode elektrik, maupun metode sonic. Lubang tanah yang dibuat untuk
mengamati air tanah ada 3 jenis yaitu :
a. Piezometer
Terdiri dari pipa casing bamboo atau PVC yang dilubangi bagian ujung
bawahnya, kemudian dimasukkan kedalam lubang bor sampai menembus
formasi geologi yang hendak diamati muka airnya. Casing ini diikat terhadap
formasi geologi dengan lempung yang ditimbun diantara dinding tanah pada
lubang bor dan pipa. Tinggi muka air di dalam piezometer menunjukkan
tinggi tekan air di titik ujung bawah dari piezometer.
b. Sumur pengamat
Terdiri dari pipa yang dindingnya digergaji dan langsung dimasukkan lubang
bor tanpa dinding pengikat, tidak menembus lapisan kedap air, karena
sumuran ini berfungsi sebagai tempat pengamatan muka air bebas.
c. Sumur produksi
Sumur produksi berfungsi sebagai sumuran pengamat bagi air dari lapisan
pembawa air yang tertekan. Casing yang dipasang di sini diikat terhadap
formasi geologis dengan lempung sampai kedalaman permukaan lapisan
pembawa airnya. Dinding pipa setebal lapisan pembawa air digergaji.
Permukaan air di dalam sumur menyatakan tinggi tekan air rata-rata untuk
titik-titk pada interval pipa yang berlubang.
2.7.1. Pengukuran Elevasi muka air tanah
Prosedur pengukuran adalah:
1. Mengukur elevasi muka tanah pada sumur itu dengan alat altimeter.
2. Mengukur ketinggian bibir sumur terhadap muka tanah
16. 11
3. Mengukur kedalaman permukaan air dari bibir sumur dengan alat water level
indicator
4. Mengukur dasar sumur dari bibir sumur
5. Mengetahui konstruksi sumurnya
2.7.2. Pengukuran Debit Air Tanah
Dengan melakukan kegiatan pemompaan uji selama interval waktu tertentu
pada konstruksi sumur, akan didapatkan perkiraan debit jenis air tanah di suatu
tempat pada formasi tertentu.
2.7.3. Pengukuran porositas/permeabilitas lapisan pembawa air
Contoh-contoh tanah diambil di tempat-tempat yang representative dan
diselidiki dalam laboratorium dengan peralatan khusus. Dari hasil penyelidikan
ini, didapatkan harga rata-rata permeabilitas yang menggambarkan keadaan di
lapangan. Nilai permeabilitas bias juga didapatkan dari hasil kegiatan pemompaan
uji.
2.7.4. Pengamatan mata air
Lokasi dan ketinggian mata air dicatat, disamping debit mata airnya. Pengukuran
debit mata air dapat dilakukan dengan :
1. Ember yang diketahui volumenya dan stopwatch sebagai pengamatan waktu.
2. Ambang ukur
3. Flow meter/current meter
2.7.5. Pengukuran sifat-sifat fisik air tanah lainnya
Pengukuran sifat fisik air tanah lainnya dapat dilakukan dengan alat-alat
elektrik. Electro conductivity meter adalah alat untuk mengukur daya hantar listrik
(kadar garam). Logger adalah peralatan yang dilengkapi dengan sinar gamma atau
neutron untuk mendeteksi jenis batuan dan muka airnya.
17. BAB III
DATA DAN PERHITUNGAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tugas ini dilakukan di Stasiun Pengamatan Lirik, Jl. Lintas
Timur Sumatra, Kel. Sidomulyo, Kec. Lirik, Kab. Indragiri Hulu, Prov. Riau.
Gambar 3.1 Denah lokasi penelitian
3.2. Pengumpulan Data
Data-data yang akan digunakan dalam perencanaan dan analisa yang
dibutuhkan untuk perhitungan curah hujan dan intensitas curah hujan adalah :
1. Data curah hujan bulanan selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada lampiran
3.3. Pengelolaan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan diproses dengan menggunakan rumus-
rumus yang berlaku untuk menentukan curah hujan dan intensitas rencana.
18. 13
3.3.1. Perhitungan distribusi probabilitas
Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan probabilitas hujan dalam
menentukan hujan rencana adalah sebagai berikut : (I Made Kamiana, 2011).
1. Distribusi probabilitas Normal
SKXX TT . (3.1)
Dimana :
XT= Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
X = Nilai rata-rata dari data curah hujan (x) mm.
S = Standar deviasi dari data hujan (x) mm
KT= Faktor frekuensi, nilainya bergantung dari T
2. Distribusi probabilitas Log Normal
XLog.SKXLogLogX TT (3.2)
Dimana :
Log XT = Nilai logaritmis hujan rencana dengan periode ulang T.
XLog = Nilai rata-rata dari Log X =
n
XLog
n
1i
i
S Log X = Deviasi standar dari Log X =
5,0
1
2
1
n
LogXLogX
n
i
i
KT = Faktor frekuensi, nilainya bergantung dari nilai T
3. Distribusi probabilitas Log Perason Type III
XLog.SKXLogLogX TT (3.3)
Dimana :
Log XT = Nilai logaritmis hujan rencana dengan periode ulang T.
XLog = Nilai rata-rata dari Log X =
n
XLog
n
1i
i
S Log X = Deviasi standar dari Log X =
5,0
1
2
1
n
LogXLogX
n
i
i
KT = Variabel standar, besarnya bergantung koefisien kepencengan (Cs)
19. 14
4. Distribusi probabilitas Gumbel
SKXX T . (3.4)
Dimana :
XT = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
X = Nilai rata-rata dari data curah hujan (x) mm.
S = Standar deviasi dari data hujan (x) mm
K = Faktor frekuensi, K =
n
nt
S
YY .
Yt = Reduced variate
Sn = Redused standar deviasi
Yn = Reduced mean
3.3.2. Perhitungan intensitas curah hujan
Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan probabilitas hujan dalam
menentukan intensitas rencana adalah sebagai berikut : (I Made Kamiana, 2011),
yaitu :
1. Intensitas menurut Talbot
bt
a
I
(3.5)
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Durasi hujan (,emit atau jam)
a dan b = Tetapan
n = Jumlah data
))(()(
)(
2
22
IIIn
xtInItxI
a
))(()(
)()).((
2
2
IIIn
xtIntxII
b
2. Intensitas menurut Ishiguro
bt
a
I
(3.6)
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
20. 15
t = Durasi hujan (,emit atau jam)
a dan b = Tetapan
n = Jumlah data
))(()(
))(()(
2
22
IIIn
ItxInItIx
a
))(()(
)())((
2
2
IIIn
txIntIxI
b
3. Intensitas menurut Sherman
n
t
a
I (3.7)
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Durasi hujan (,emit atau jam)
a dan b = Tetapan
n = Jumlah data
))(()(
))(.())((
aLog 2
2
LogtLogtLogtn
LogtLogILogtLogtLogI
))(()(
).())((
2
2
LogtLogtLogtn
LogILogtnLogtLogI
n
21. 16
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan Curah Hujan Rencana
4.1.1. Perhitungan data mentah
Dari lampiran curah hujan stasiun lirik didapatkan data data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data mentah curah hujan bulanan
No Bulan
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Januari 53,40 23,50 27,00 36,20 48,00
2 Februari 29,30 53,20 28,70 33,00 60,30
3 Maret 60,20 50,00 78,40 34,50 40,00
4 April 180,20 32,80 24,10 33,00 35,40
5 Mei 88,00 79,30 54,90 36,00 42,00
6 Juni 80,30 33,50 29,70 14,50 28,00
7 Juli 36,70 48,70 28,20 11,00 35,00
8 Agustus 52,30 21,10 14,50 68,70 32,00
9 September 26,70 20,00 30,60 79,00 24,00
10 Oktober 48,50 55,60 27,20 49,50 44,00
11 Nopember 81,50 54,30 26,20 64,50 39,00
12 Desember 42,60 40,00 20,70 29,00 58,00
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
4.1.2. Perhitungan distribusi probabilitas Normal
Tabel 4.2 Perhitungan data dengan probabilitas Normal
No Curah Hujan
(1) (2) (3) (4)
1 53.40 9.12 83.27
2 29.30 -14.98 224.25
3 60.20 15.93 253.61
4 180.20 135.93 18475.61
5 88.00 43.73 1911.88
6 80.30 36.03 1297.80
7 36.70 -7.58 57.38
8 52.30 8.02 64.40
9 26.70 -17.58 308.88
10 48.50 4.22 17.85
)( xxi 2
)( xxi
23. 18
No Curah Hujan
(1) (2) (3) (4)
50 60.30 16.03 256.80
51 40.00 -4.28 18.28
52 35.40 -8.88 78.77
53 42.00 -2.28 5.18
54 28.00 -16.28 264.88
55 35.00 -9.28 86.03
56 32.00 -12.28 150.68
57 24.00 -20.28 411.08
58 44.00 -0.28 0.08
59 39.00 -5.28 27.83
60 58.00 13.73 188.38
2656.50 38889.99
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
Dari data diatas dapat dihitung :
1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh :
a. Harga rata-rata )(x
n
x
x
n
i
i
1
= 28,44
60
99,38889
mm
b. Standar Deviasi (S)
1
1
2
n
xx
S
n
i
i
= 67,25
160
99,38889
S mm
2. Menghitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dari lampiran 3.5, didapat untuk T = 5
tahun maka nilai KT = 0,84
3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5)
.SKxX TT
65,8425,67x0,8444,28XT mm
)( xxi 2
)( xxi
25. 20
No Curah Hujan
(1) (2) (3) (4)
37 36.20 -8.08 65.21
38 33.00 -11.28 127.13
39 34.50 -9.78 95.55
40 33.00 -11.28 127.13
41 36.00 -8.28 68.48
42 14.50 -29.78 886.55
43 11.00 -33.28 1107.23
44 68.70 24.43 596.58
45 79.00 34.73 1205.83
46 49.50 5.22 27.30
47 64.50 20.23 409.05
48 29.00 -15.28 233.33
49 48.00 3.72 13.88
50 60.30 16.03 256.80
51 40.00 -4.28 18.28
52 35.40 -8.88 78.77
53 42.00 -2.28 5.18
54 28.00 -16.28 264.88
55 35.00 -9.28 86.03
56 32.00 -12.28 150.68
57 24.00 -20.28 411.08
58 44.00 -0.28 0.08
59 39.00 -5.28 27.83
60 58.00 13.73 188.38
2656.50 38889.99
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
Dari data diatas dapat dihitung :
1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh :
a. Harga rata-rata )(x
n
x
x
n
i
i
1
= 28,44
60
99,38889
mm
b. Standar Deviasi (S)
1
1
2
n
xx
S
n
i
i
= 67,25
160
99,38889
S mm
)( xxi 2
)( xxi
26. 21
2. Menghitung nilai K
Dengan jumlah data (n) = 60 data maka di dapat :
Yn = 0,5521 (lampiran 3.3)
Sn = 1,1750 (lampiran 3.3)
Dengan periode ulang T = 5 tahun didapat :
Yt = 1,4999 (lampiran 3.4)
Dengan Yn, Sn dan Yt yang sudah didapat maka nilai K dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
n
nt
S
YY
K
= 81,0
1750,1
5521,04999,1
3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5)
K.SxXT
64,9825,67x0,8144,28XT mm
4.1.4. Perhitungan distribusi probabilitas Log Normal
Tabel 4.4 Perhitungan data dengan probabilitas Log Normal
No Curah Hujan
(xi)
Log xi
(1) (2) (3) (4)
1 53.40 1.7275 0.0185
2 29.30 1.4669 0.0156
3 60.20 1.7796 0.0354
4 180.20 2.2558 0.4411
5 88.00 1.9445 0.1245
6 80.30 1.9047 0.0981
7 36.70 1.5647 0.0007
8 52.30 1.7185 0.0161
9 26.70 1.4265 0.0272
10 48.50 1.6857 0.0089
11 81.50 1.9112 0.1021
12 42.60 1.6294 0.0014
13 23.50 1.3711 0.0486
14 53.20 1.7259 0.0180
15 50.00 1.6990 0.0115
16 32.80 1.5159 0.0057
17 79.30 1.8993 0.0947
18 33.50 1.5250 0.0044
2
i xLogxLog
28. 23
No Curah Hujan
(xi)
Log xi
(1) (2) (3) (4)
59 39.00 1.5911 0.0000
60 58.00 1.7634 0.0295
95.49 2.7304
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
Dari data diatas dapat dihitung :
1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh :
a. Harga rata-rata xLog
n
xLog
xLog
n
1i
ii
= 5916,1
60
49,95
mm
b. Standar Deviasi (S Log x)
1
xLogxLog
xLogS 1
2
i
n
n
i
= 2151,0
160
7304,2
xLogS
mm
2. Menghitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dan nilai Cs dari lampiran 3.6b, didapat
untuk T = 5 tahun maka nilai KT = 0,84
3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5)
xLog.SKxLogX TT
1,770,2151x0,841,5916XT
mm59,19XT
4.1.5. Perhitungan distribusi probabilitas Log Pearson Type III
Tabel 4.5 Perhitungan data dengan probabilitas Log Pearson Type III
No Curah Hujan
(xi)
Log xi
(1) (2) (3) (4) (5)
1 53.40 1.7275 0.0185 0.0025
2 29.30 1.4669 0.0156 -0.0019
3 60.20 1.7796 0.0354 0.0066
4 180.20 2.2558 0.4411 0.2930
5 88.00 1.9445 0.1245 0.0440
6 80.30 1.9047 0.0981 0.0307
2
i xLogxLog
2
i xLogxLog 3
i xLogxLog
30. 25
No Curah Hujan
(xi)
Log xi
(1) (2) (3) (4) (5)
46 49.50 1.6946 0.0106 0.0011
47 64.50 1.8096 0.0475 0.0104
48 29.00 1.4624 0.0167 -0.0022
49 48.00 1.6812 0.0080 0.0007
50 60.30 1.7803 0.0356 0.0067
51 40.00 1.6021 0.0001 0.0000
52 35.40 1.5490 0.0018 -0.0001
53 42.00 1.6232 0.0010 0.0000
54 28.00 1.4472 0.0209 -0.0030
55 35.00 1.5441 0.0023 -0.0001
56 32.00 1.5051 0.0075 -0.0006
57 24.00 1.3802 0.0447 -0.0094
58 44.00 1.6435 0.0027 0.0001
59 39.00 1.5911 0.0000 0.0000
60 58.00 1.7634 0.0295 0.0051
95.49 2.7304 0.0961
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
Dari data diatas dapat dihitung :
1. Hitung parameter statistik data (lihat Tabel 4.2), diperoleh :
a. Harga rata-rata xLog
c. Standar Deviasi (S Log x)
1
xLogxLog
xLogS 1
2
i
n
n
i
= 2151,0
160
7304,2
xLogS
mm
b. Koefisien kepencengan Cs atau G
3
1
3
i
LogS21
xLogxLog
xnn
n
Cs
n
i
=
2,0
0961,05859
7304,260
3
2. Menghitung nilai KT
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai T dan nilai Cs dari lampiran 3.6b, didapat
untuk T = 5 tahun maka nilai KT = 0,83
2
i xLogxLog 3
i xLogxLog
31. 26
3. Hitung hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun (X5)
xLog.SKxLogX TT
1,770,2151x0,831,5916XT
mm58,90XT
4.2. Menghitung Intensitas Hujan Rencana
1. Perhitungan data mentah
Dari lampiran curah hujan stasiun lirik didapatkan data data sebagai
berikut :
Tabel 4.6 Data mentah curah hujan menitan
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
2. Merubah data hujan menjadi intensitas hujan sebagai berikut :
00,240
5
6020
Dimana :
20 = Curah Hujan (mm)
5 = Durasi (menitan)
Intensitas rata-rata =
dataJumlah
intensitasJumlah
Dimana n = 10 data
Selanjutnya perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
32. 27
Tabel 4.7 Perhitungan intensitas curah hujan
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
3. Menghitung Standar Deviasi (S) intensitas curah hujan
Tabel 4.8 Perhitungan Standar Deviasi (S)
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
(240 – 220)2
= 324
Sehingga deviasi standar (S) = 86,58
110
31176
5,0
4. Menghitung intensitas hujan rencana (mm/jam) dengan metode Gumbel
Tabel 4.9 Koefisien Sn, Yn, Yt dan K
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
33. 28
a. Perhitungan intensitas curah hujan durasi 5 menitan.
b. Perhitungan intensitas curah hujan durasi 10 menitan
c. Perhtingan intensitas curah hujan 15 menitan
d. Perhitungan intensitas curah hujan 30 menitan
34. 29
e. Perhitungan intensitas curah hujan 45 menitan
f. Perhitungan intensitas curah hujan 60 menitan
g. Perhitungan intensitas curah hujan 120 menitan
h. Perhitungan intensitas curah hujan 180 menitan
35. 30
i. Perhitungan intensitas curah hujan 360 menitan
j. Perhitungan intensitas curah hujan 720 menitan
k. Perhitungan intensitas curah hujan 1440 menitan
l. Perhitungan intensitas curah hujan 2880 menitan
37. 31
6. Perhitungan tiga jenis rumus intensitas curah hujan
Tabel 4.10 Perhtiungan tiga rumus intensitas curah hujan periode 2 tahun
(Sumber : Analisis Perhitungan 2016)
38. 32
a. Intensitas menurut Talbot
bt
a
I
Dimana :
))(()(
)(
2
22
IIIn
tInII
a t
))(()(
)()).((
2
2
IIIn
tInII
b t
713,4314
)776,735)(776,735()800,90112(12
)694,1512558(12800,90112372,38205
a
44,18
)776,735)(776,735()800,90112(12
)694,1512558(12)372,38205).(776,735(
b
Sehingga :
44,18
713,4314
t
I
untuk t = 5 menit
038,184
44,18)5(
713,4314
I
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.10s
b. Intensitas menurut Sherman
n
t
a
I
Dimana :
))(()(
))(.())((
aLog 2
2
LogtLogtLogtn
LogtLogILogtLogtLogI
))(()(
).())((
2
2
LogtLogtLogtn
LogILogtnLogtLogI
n
Sehingga perhitungan sebagai berikut :
17,3
)149,24)(149,24()000,57(12
)149,24)(583,26()000,57)(861,16(
aLog
33,1465a
39. 33
87,0
)149,24)(149,24()000,57(12
)583,26(12)000,57)(861,16(
n
Sehingga :
87,0
33,1465
t
I
Untuk t = 5 menit
394,358
)5(
33,1465
87,0
I
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.10
c. Intensitas menurut Ishiguro
bt
a
I
Dimana :
))(()(
))(()(
2
22
IIIn
ItInItI
a
))(()(
)())((
2
2
IIIn
tIntII
b
Sehingga perhitungan sebagai berikut :
57,226
)776,735)(776,735()800,90112(12
)776,735)(585,315384(12)800,90112(845,3932
a
65,1
)776,735)(776,735()800,90112(12
)585,315384(12)845,3932)(776,735(
b
Sehingga :
65,1
57,226
t
I
Untuk t = 5 menit
531,386
65,15
57,226
I
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.10
40. 32
d. Membuta kurva Intensitas Curah Hujan untuk Tiga Metode
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Intensitas(mm/jam)
Lamanya Curah Hujan t (menit)
Metode Talbot
Metode Sherman
Metode Ishiguro
42. BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari perhitungan diatas yang telah dijabarkan, maka dapat di simpulkan
sebagai berikut :
1. Metode Probabilitas Normal
.SKxX TT
65,8425,67x0,8444,28XT mm
2. Metode Probabilitas Gumbel
K.SxXT
64,9825,67x0,8144,28XT mm
3. Metode Probabilitas Log Normal
xLog.SKxLogX TT
1,770,2151x0,841,5916XT
mm59,19XT
4. Metode Probabilitas Log Pearson Type III
xLog.SKxLogX TT
1,770,2151x0,831,5916XT
mm58,90XT
43. 35
5. Intensitas curah hujan menggunakan tiga rumus di tampilkan pada formula
berikut ini :
a. Metode Talbot didapat rumus
44,18
713,4314
t
I
b. Metode Sherman didapat rumus
87,0
33,1465
t
I
c. Metode Ishiguro didapat rumus
65,1
57,226
t
I
5.2. Saran
Dalam proses perhitungan ada baiknya memperoleh data yang benar-benar
valid dan tidak mengandung banyak angka karena jika terlalu banyak angka maka
perhitungan pun akan semakin rumit paling tidak cukup 3 angka saja. Kemudian
dalam proses perhitungan ada baiknya mempersiapkan alat-alat tulis seperti
bolpoint, pensil, penghapus, kalkulator dll. Dan untuk akurasi perhitungan penulis
menyarankan agar menggunakan program computer yaitu Ms. Excel untuk lebih
akuratnya perhitungan.
44. DAFTAR PUSTAKA
Hino, Hasebe. (1984). Identification and Prediction of Nonlinier Hydrologic
systems by the Filter-separation Autoregressive (AR) Method : Extension to
Hourly Hydrologic Data. Journal of Hidrology : 68:182 - 210.
Titiek. (2005). Analisis Agihan Hujan Berdasarkan Data Hidrograf. Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta : Tesis.
Uniadi. (2005). Penurunan Hidrograf Satuan Tanpa Data Hujan. Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta : Tesis.
Ir. Joyce Martha w, Ir. Wanny adidarma Dipl.H ; “ mengenal dasar-dasar
hidrologi.
http://pazfauzi.blogspot.com/2010/07/hidrologi-bahan-makalah.html