Dokumen tersebut membahas tentang sistem jaringan irigasi dan bangunan yang terkait, meliputi empat tingkatan petak irigasi (primer, sekunder, tersier, kuarter), jenis-jenis saluran irigasi dan pembuangan, serta berbagai bangunan pendukung seperti bendung, bangunan bagi, sadap, dan lainnya beserta fungsinya.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Rekayasa irigasi adalah suatu disiplin ilmu dan praktek teknik yang berkaitan dengan perancangan, pembangunan, operasi, dan pemeliharaan sistem irigasi. Sistem irigasi ini dirancang untuk mengelola dan mendistribusikan air secara efisien ke lahan pertanian agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal.Rekayasa irigasi memiliki peran krusial dalam mendukung pertanian berkelanjutan, meningkatkan produktivitas tanaman, dan memastikan pengelolaan sumber daya air yang efisien. Seiring dengan perkembangan teknologi, rekayasa irigasi terus berkembang untuk memenuhi tuntutan pertanian modern.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
2. JARINGAN IRIGASI
Jaringan Irigasi merupakan suatu kesatuan saluran
dan bangunan yang dipergunakan untuk
mengalirkan air dari sungai ke sawah berdasarkan
besarnya kebutuhan air pada petak - petak kuarter
Besarnya kebutuhan akan air dipetak kuarter untuk
irigasi ini akan mempengaruhi kapasitas saluran
kuarter. Besarnya kapasitas saluran pada petak
kuarter akan mempengaruhi besarnya kapasitas
saluran di saluran tersier, besarnya, kapasitas
saluran tersier akan berpengaruh pada kapasitas
saluran sekunder kemudian akan berpengaruh
terhadap kapasitas saluran primer dan bangunan
utama (Headworks).
3. PETAK IRIGASI
Petak irigasi terbagi dalam empat kategori :
Petak Primer
Petak Sekunder
Petak Tersier
Petak kuarter
Saluran Sekunder
Intake In take
bendung
Bangunan bagi
dengan pintu sadap
Bangunan sadap
Saluran Primer
Saluran
tersier
Saluran pembuang
4. PETAK IRIGASI : PETAK PRIMER
Petak Primer
Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang
mengambil aimya langsung dari sumber air, biasanya
sungai. berupa bendung, bendungan, rumah pompa,
dll.
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang
mengambil air langsung dari saluran primer
Bila satu bendung terdapat dua pintu (intake) kiri dan
kanan, maka terdapat dua petak primer.
Saluran primer diusahakan sejajar dengan kontur atau
garis tinggi.
5. PETAK IRIGASI : PETAK SEKUNDER
Petak Sekunder
Biasanya petak sekunder menerima air dari
bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau
sekunder.
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier
yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran
sekunder
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa
tanda-tanda topografi yang jelas, misal saluran
pembuang.
Luas petak sekunder bisa berbeda beda
tergantung pada situasi daerah.
6. PETAK IRIGASI : PETAK TERSIER
Petak Tersier
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan
diukur pada bangunan sadap (off take) tersier.
Petak tersier harus terletak langsung berbatasan
langsung dengan saluran sekunder atau saluran
primer, kecuali apabila petak-petas tersier tidak
secara langsung terletak disepanjang jaringan
saluran irigasi utama.
Petak tersier mempunyai batas-batas yang jelas
misalnya : parit, jalan, batas desa dan sesar medan.
Ukuran optimum suatu petak tersier adalah antara
50 - 100 ha. Ukurannya dapat ditambah sampai
maksimum 150 ha jika keadaan topografi memaksa
demikian.
7. PETAK IRIGASI : PETAK KUARTER
Petak Kuarter
Ukuran optimum suatu petak kuarter adalah 8 - 15
ha.
Lebar petak akan bergantung pada cara pembagian
air, yakni apakah air dibagi dari satu sisi atau kedua
sisi saluran kuarter.
Di daerah-daerah datar atau bergelombang, petak
kuarter dapat membagi air ke dua sisi. Dalam hal ini
lebar maksimum petak akan dibatasi sampai 400 m
(2 x 200 m).
Pada tanah terjal, dimana saluran kuarter
mengalirkan air ke satu sisi saja, lebar maksimum
diambil 300 m. Panjang maksimum petak ditentukan oleh
panjang saluran kuarter yang diisinkan (500 m).
9. SALURAN IRIGASI
Saluran terbagi dalam 4 kategori :
Saluran Irigasi Utama
Saluran Irigasi Tersier
Saluran Pembuang Utama
Saluran Pembuang Tersier
Saluran Sekunder
Intake In take
bendung
Bangunan bagi
dengan pintu sadap
Bangunan sadap
Saluran Primer
Saluran
tersier
Saluran pembuang
10. SALURAN IRIGASI UTAMA
Terdiri dari saluran irigasi Primer dan Sekunder
Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke
saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang
diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir
Saluran sekunder membawa air dari saluran primer
ke petak-petas tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. Batas saluran sekunder adalah
pada bangunan sadap terakhir.
11.
12. SALURAN IRIGASI TERSIER
Saluran irigasi tersier membaa air dari bangunan
sadap tersier di jaringan utama ke dalam petak
tersier lalu di saluran kuarter.
Batas ujung saluran ini adalah box bagi kuarter yang
terakhir.
Saluran kuarter membawa air dari box bagi kuarter
melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke
sawah.
13. SALURAN PEMBUANG UTAMA
Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari
saluran pembuang sekunder keluar daerah irigasi.
Saluran pembuang primer sering berupa saluran
pembuang alam yang mengalirkan kelebihan air ke
sungai, anak sungai atau ke laut.
Saluran pembuang sekunder menampung air dari
jaringan pembuang tersir dan membuang air
tersebut ke pembuang primer atau langsung ke
pembuang alam dan keluar daerah irigasi.
14. SALURAN PEMBUANG TERSIER
Saluran pembuang tersier terletak di dan antara
petak-petek tersier yang termasuk dalam unit irigasi
sekunder yang sarna danmenampung air, baik dari
pembuangan kuarter maupun dari sawah-sawah.
Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang
sekunder.
Saluran pembuang sekunder menerima buangan air
dari saluran pembuang kuarter yang menampung air
langsung dari sawah.
15. STANDAR TATA NAMA
Nama-nama yang diberikan untuk petak, saluran,
bangunan dan daerah irigasi harus jelas, pendek
dan tidak mempunyai tafsiran ganda.
Nama-nama yang dipilih dibuat sedemikan sehingga
jika dibuat bangunan baru kita tidak perlu mengubah
semua nama yang sudah ada.
16. STANDAR TATA NAMA
: DAERAH IRIGASI
Nama yang diberikan sesuai dengan nama daerah
setempat, atau desa terdekat dengan jaringan
bangunan utama atau sungai yang aimya diambil
untuk keperluan irigasi.
Apabila ada dua pengambilan atau lebih maka
daerah irigasi tersebut sebaiknya diberi nama sesuai
dengan desa-desa terdekat didaerah layanan
setempat
17. STANDAR TATA NAMA
: JARINGAN IRIGASI UTAMA
Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai
dengan daerah irigasi yang dilayani.
Saluran irigasi sekunder diberi nama sesuai dengan
nama desa yang terletak di petak sekunder.
Petak sekunder sebaiknya diberi nama sesuai
dengan nama saluran sekundemya.
18. STANDAR TATA NAMA
: JARINGAN IRIGASI TERSIER
Petak tersier diberi nama sesuai bangunan sadap
tersier dari jaringan utama.
Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai
dengan nama box yang terletak diantara kedua box.
Box tersier diberi kode T, diikuti nomor urut menurut
arah jarum jam, mulai dari box pertama dihilir
bangunan sadap tersier, dst.
Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak
rotasi, diikuti dengan nomor urut menurut jarum jam.
Diberi kode A, B, C, dst.
Box kuarteri diberi kode K, diikuti dengan nomor urut
menurut arah jarum jam (KI, K2, dst).
Saluran kuarter diberi nama sesuai dengan petak
kuarter
19. STANDAR TATA NAMA
: JARINGAN PEMBUANG
Pada umumnya pembuang primer berupa sungai-sungai
alamiah yang kesemuanya akan diberi nama.
Apabila ada saluran-saluran pembuang primer baru yang
akan dibuat, maka saluran-saluran itu harus diberi nama
tersendiri.
Jika saluran pembuang dibagi menjadi ruas-ruas maka
masing-masing ruas akan diberi nama mulai dari ujung
hilir.
Pembuang sekunder pada umumnya bempa sungai atau
anak sungai yang lebih keeil.
Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang
tetap bisa dipakai, jika tidak sungai tersebut akan
ditunjukan dengan sebuah huruf d (d =drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan
akan dibagi-bagi menjadi ruas-ruas dengan debit
seragam, masing-masing diberi nomor seri sendiri-sendiri
22. BANGUNAN IRIGASI DAN FUNGSINYA
Bendung
Bendung (weir) dipakai untuk meninggikan muka air di
sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar
air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier
Kantong Lumpur
Kantung Lumpur dibuat untuk mencegah sedimen
layang agar tidak masuk ke saluran pembawa dan ke
petak sawah. Kantung Lumpur pada umumnya dibuat
di sebelah hilir pintu intake bendung, sebelum saluran
induk
Saluran Primer
Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke
saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang
diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir
23. BANGUNAN IRIGASI DAN FUNGSINYA
Saluran Sekunder
Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir
Saluran Tersier
Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di
jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter.
Batas ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter melalui
bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah
Saluran pembuang primer
mengalirkan air lebih dari saluran pembuang sekunder ke luar
daerah irigasi. Pembuang primer sering berupa saluran
pembuang alamiah yang mengalirkan kelebihan air tsb ke
sungai, anak sungai, atau ke laut
24. BANGUNAN IRIGASI DAN FUNGSINYA
Bangunan Bagi
Bangunan bagi adalah bangunan irigasi yangberfungsi membagi
air dari saluran primer ke saluran sekunder, atau dari saluran
sekunder ke saluran sekunder lain.
Bangunan Sadap
Bangunan sadap berfungsi membagi air dari saluran sekunder
atau saluran primer ke saluran tersier
Bangunan Pengukur
Aliran akan diukur di hulu saluran primer, di cabang saluran
primer, dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier.
Peralatan ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur aliran atas
bebas (free overflow) dan alat ukur aliran bawah (underflow).
Bangunan Pengatur
Untuk mencegah meninggi atau menurunnya muka air di saluran,
dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium (trapezoidal
notch)
25. BANGUNAN UTAMA
Bendung (weir)
dipakai untuk
meninggikan muka
air di sungai
sampai pada
ketinggian yang
diperlukan agar air
dapat dialirkan ke
saluran irigasi dan
petak tersier
Bendung
BANGUNAN AIR
Lokasi: Tirtanegara, Majalengka
26. BANGUNAN UTAMA
Bendung
BANGUNAN AIR
Pintu Bilas
Lokasi: Tirtanegara, Majalengka
Pintu
Intake
Pintu
Pengambilan /
Intake Bendung
terletak pada awal
saluran irigasi yang
berfungsi untuk
memasukan air
dari bendung ke
saluran sesuai
kebutuhan
27. BANGUNAN UTAMA
Bendung
BANGUNAN AIR
Pintu Bilas Pintu
Intake
Lokasi: Tirtanegara, Majalengka
Pintu Bilas
Bendung pada
umumnya
dibangun
berdampingan
dengan badan
bendung, berfungsi
untuk
membersihkan
sedimen dasar dan
kotoran lainnya
yang mengendap
di belakang tubuh
bendung
37. BANGUNAN UTAMA
Kantung Lumpur
BANGUNAN AIR
Pintu Bilas
Kantung Lumpur
Kantung Lumpur
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Kantung Lumpur
dibuat untuk
mencegah sedimen
layang agar tidak
masuk ke saluran
pembawa dan ke
petak sawah.
Kantung Lumpur
pada umumnya
dibuat di sebelah
hilir pintu intake
bendung, sebelum
saluran induk
38. BANGUNAN UTAMA
Kantung Lumpur
BANGUNAN AIR
Pintu Bilas
Kantung Lumpur
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Saluran Bilas
39. SALURAN
Saluran Primer
BANGUNAN AIR
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Saluran primer
membawa air dari
jaringan utama ke
saluran sekunder
dan ke petak-petak
tersier yang diairi.
Batas ujung
saluran primer
adalah pada
bangunan bagi
yang terakhir
Dengan Lining
Tanpa Lining
40. SALURAN
Saluran Sekunder
BANGUNAN AIR
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Saluran
sekunder
membawa air dari
saluran primer ke
petak-petak tersier
yang dilayani oleh
saluran sekunder
tersebut. Batas
ujung saluran ini
adalah pada
bangunan sadap
terakhir
Dengan Lining
Tanpa Lining
41. SALURAN
Saluran Tersier
BANGUNAN AIR
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Saluran tersier
membawa air dari
bangunan sadap
tersier di jaringan
utama ke dalam
petak tersier lalu
ke saluran kuarter.
Batas ujung
saluran ini adalah
boks bagi kuarter
melalui bangunan
sadap tersier atau
parit sawah ke
sawah-sawah
Dengan Lining
Dengan Lining
43. SALURAN
Saluran Pembuang
BANGUNAN AIR
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Saluran
pembuang
primer
mengalirkan air
lebih dari saluran
pembuang
sekunder ke luar
daerah irigasi.
Pembuang primer
sering berupa
saluran pembuang
alamiah yang
mengalirkan
kelebihan air tsb
ke sungai, anak
sungai, atau ke
laut
44. SALURAN
Saluran Pembuang
BANGUNAN AIR
Saluran
pembuang
sekunder
menampung air
dari jaringan
pembuang tersier
dan membuang air
tersebut ke
pembuang primer
atau langsung ke
jaringan pembuang
alamiah dan ke
luar daerah irigasi
Saluran
pembuang
tersier terletak di
dan antara petak-petak
tersier yang
termasuk dalam
unit irigasi
sekunder yang
sama dan
menampung air,
baik dari
pembuang kuarter
maupun dari
sawah-sawah. Air
tersebut dibuang
ke dalam jaringan
pembuang
sekunder
Saluran
pembuang
kuarter terletak di
dalam satu petak
tersier,
menampung air
langsung dari
sawah dan
membuang air
tersebut ke dalam
saluran pembuang
tersier
45. BANGUNAN BAGI & SADAP
Bangunan bagi terletak di saluran primer dan
sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi
untuk membagi aliran antara dua saluran atau
lebih
Bangunan Bagi Sadap
BANGUNAN AIR
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Pintu Bagi (1)
Pintu Bagi (2)
Pintu Sadap (3)
46. BANGUNAN BAGI & SADAP
Bangunan Bagi Sadap
BANGUNAN AIR
Pintu Bagi (1)
Pintu Bagi (2)
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Celah
Trapesium
47. BANGUNAN BAGI & SADAP
Bangunan Bagi Sadap
BANGUNAN AIR
Pintu Bagi (2)
Pintu Sadap (3)
Bangunan bagi dan
sadap mungkin digabung
menjadi satu rangkaian
bangunan
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Bangunan sadap tersier
mengalirkan air dari saluran
primer atau saluran sekunder
ke saluran tersier penerima
Pintu Sadap (3)
48. BANGUNAN BAGI & SADAP
Bangunan Bagi Sadap
BANGUNAN AIR
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Pintu Bagi (4)
Pintu Bagi (5)
Pintu Sadap (6)
Pintu Sadap
(7), (8)
49. BANGUNAN BAGI & SADAP
Bangunan Bagi Sadap
BANGUNAN AIR
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Pintu Bagi (4)
Pintu Bagi (5)
Pintu Sadap (6)
50. BANGUNAN BAGI & SADAP
Bangunan Sadap
BANGUNAN AIR
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Pintu Sadap
Pintu Sadap
51. BANGUNAN BAGI & SADAP
Bangunan Sadap
BANGUNAN AIR
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Pintu Sadap
52. BANGUNAN BAGI & SADAP
Bangunan Sadap
BANGUNAN AIR
Lokasi: Tirtanegara, Majalengka
53. BANGUNAN BAGI & SADAP
Bangunan Sadap
BANGUNAN AIR
Lokasi: Tirtanegara, Majalengka
Tampak Hulu
Pintu Sadap
Tampak Hilir
Tampak Samping
54. BANGUNAN BAGI & SADAP
Bangunan Sadap
BANGUNAN AIR
Lokasi: Tirtanegara, Majalengka
Tampak Hulu
Tampak Hilir
Tampak Samping
55. BANGUNAN BAGI & SADAP
Boks Bagi Tersier
BANGUNAN AIR
Lokasi: Tirtanegara, Majalengka
Boks-boks bagi di saluran
tersier membagi aliran untuk
dua saluran atau lebih (tersier,
subtersier, dan/atau kuarter)
56. BANGUNAN PENGUKUR
Ambang (free overflow)
BANGUNAN AIR
Lokasi: Ujungjaya, Sumedang
Aliran akan diukur di hulu
saluran primer, di cabang
saluran primer, dan di
bangunan sadap sekunder
maupun tersier. Peralatan
ukur dapat dibedakan
menjadi alat ukur aliran atas
bebas (free overflow) dan
alat ukur aliran bawah
(underflow).
57. BANGUNAN PENGATUR
Celah Trapesium
BANGUNAN AIR
Lokasi: Tirtanegara, Majalengka
Untuk mencegah meninggi
atau menurunnya muka air di
saluran, dipakai mercu tetap
atau
celah kontrol trapesium
(trapezoidal notch)