Dokumen tersebut membahas tentang filsafat manusia yang mencakup pengertian, pandangan ahli, hakekat, kedudukan dan hubungan dengan disiplin ilmu lain tentang manusia. Dibahas pula esensi manusia, ciri-ciri filsafat manusia, dan kesimpulan bahwa hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya yang membentuk keatuan diri secara aktual dan dinamik.
1. KELOMPOK 1
1. Ahmad Lutfi Indady (1211800061)
2. Vidia Rahmawati (1211800102)
3. Nandan Prasetyo (1211800263)
TOPIK 1
DOSEN PANGAMPU: DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
MENCARI KEBENARAN
PRNGANTAR ILMU FILSAFAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
2. MENCARI KEBENARAN
Dr. Sigit Sardjono, MS.
Kelompok 1
1. Ahmad Lutfi 1211800061
2. Vidia Rahmawati 1211800102
3. Nandan Prasetyo 1211800263
3. Kelompok 1
1. Ahmad Lutfi 1211800061
2. Vidia Rahmawati 1211800102
3. Nandan Prasetyo 1211800263
4. Filsafat Kebenaran
.
Plato pernah mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Dalam waktu
belakangan yang cukup lama Bradley seakan menjawab bahwa kebenaran itu adalah
kenyataan. Seorang murid Plato bernama Aristoteles, menjawab pertanyaan suhunya ini
dengan pendapat bahwa kebenaran itu subjektif sifatnya, artinya kebenaran bagi seseorang
adalah tidak benar bagi yang lain, sehingga kemudian lahirlah kebenaran relatif dan
kebenaran mutlak. Sekarang agar penelitian cenderung lebih objektif, maka seorang peneliti
yang bertanya kepada seorang responden yang berpendapat subjektif, perlu ditanyakan
kepada beberapa responden lain yang memenuhi syarat agar valid (dalam Islam disebut
dengan shahih) itupun harus diuji kebenarannya, bahkan terkadang dalam kurun waktu
tertentu kebenaran itu berubah sesuai corak berpikir manusia (paradigma).
5. Banyak pakar ilmu filsafat yang
menganggap benar bahwa pengetahuan
itu terdiri atas sebagai berikut:
1. Pengetahuan Akal.
2. Pengetahuan Budi.
3. Pengetahuan Indrawi.
4. Pengetahuan Kepercayaan (otoritatif).
5. Pengetahuan Intuitif.
6. Kebenaran Korespondensi
Adalah kebenaran yang sesuai antara pernyataan dengan fakta di lapangan. Misalkan, bila
dinyatakan Sengkon dan Karta bersalah, lalu dihukum lima tahen maka Sengkon dan
Karta harus benar-benar melakukan kejahatan itu, bukan sekedar membuktikan dengan
berbagai berita acara. Apabila Sengkon dan Karta tidak melakukan maka secara
kebenaran korespondensi itu
tidak benar.
7. Kebenaran Koherensi
Adalah kebenaran atas hubungan antara dua pernyataan. Misalnya, ketika
dinyatakan bahwa monyet mempunyai hidung pada pernyataan pertama, dan pada pernyataan kedua
dinyatakan manusia juga mempunyai hidung. Apabila diberikan kesimpulan. Bahwa monyet. sama
dengan manusia, maka menurut kebenaran koherensi itu tidak benar karena hidung bukan sebagai
syarat sesuatu dinyatakan sebagai monyet, apalagi manusia karena manusia dan monyet ada yang
tidak mempunyai hidung (cacat), jadi hanya untuk pernyataan bahwa manusia dan monyet sebagian
besar mempunyai hidung.
8. Kebenaran Pragmatis
Adalah kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran ini adalah apabila
kemungkinannya luas, oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya hanya dua dan saling bertolak
belakang. Misalnya, semua yang teratur ada yang mengatur, dalam hal ini kita tidak membicarakan
yang tidak teratur. Dengan adanya yang mengatur peredaran darah dalam tubuh maka tubuh manusia
terjadi sendiri tanpa ada yang mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada yang mengatur yaitu
Tuhan, karena hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan tidak ada yang mengatur,
apabila diterima salah satu maka yang lain dicoret karena bertolak belakang.
9. Kebenaran Sintaksis
Adalah kebanaran yang berangkat dari tata bahasa yang melekat. Karena teori
ini dipengaruhi pula oleh kejiwaan dan ekspresi, maka ada kemungkinan mereka yang menerimanya yang
juga mempunyai keterkaitan jiwa akan terpengaruh, apalagi susunan tata bahasa yang bernuansa rasa.
Misalnya pernyataan "Saya makan nasi" akan berbeda bila ditulis dan ditekankan bacaannya (intonasi)
ketika "Saya, makan nasi" atau "Saya makan, nasi" atau "Saya makan nasi!" atau "Saya makan nasi?" yaitu
pada subjek, predikat dan objek. Kebenaran seperti ini juga mirip dengan kebenaran semantis yang
berbicara tentang makna.
10. Kebenaran Logika Berlebihan
Adalah kebenaran yang sebenarnya telah merupakan fakta Jadi, akan menjadi
pemborosan dalam pembuktiannya, misalnya sebuah lingkaran harus berbentuk
bulat. Para ahli agama menganggapnya dengan dalil aksioma yang tidak perlu
dibuktikan, tetapi sebenarnya pembuktian yang berangkat dari keraguan untuk
menjadi keyakinan itu perlu dalam mencari titik temu agama dan ilmu. Misalnya
apakah Allah itu Tuhan? Apakah Muhammad itu Nabi? Apakah Yesus itu Juru
Selamat? Apakah Kresna itu Awatara? Apakah Sidharta Gautama itu Budha? dan
lain sebagainya.
11. Kebenaran Paradigmatik
Adalah kebenaran yang berubah pada berbagai ruang dan waktu. Jadi, setelah kurun waktu
tertentu berubah (untuk kategori waktu) dan pada tempat tertentu berubah (untuk kategori
ruang). Thomas Kuhn adalah orang yang mempercayai kebenaran seperti ini. Contohnya dapat
dilihat ketika pendapat yang mengatakan bumi mengelilingi matahari, merubah pendapat
dahulu yang mengatakan matahari mengelilingi bumi. Dalam dunia ilmu-ilmu sosial perubahan
ini sangat menyolok sehingga keberadaan suatu disiplin ilmu, memerlukan berbagai paradigma
untuk melacaknya.
12. Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq),
itulah sebabnya para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji
Bagi Allah) pada setiap penyelesaian penemuan ilmiahnya, ataupun ketika selesai
melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali. Sebagaimana telah penulis
sampaikan di muka bahwa ilmu tidaklah bebas nilai, karena antara logika dan etika
harus berdialektika, jadi bukan hanya karena penggabungan ilmu dan agama yang
dalam pembicaraan kita sehari-hari biasanya disebut dengan Imtaq (Iman dan Taqwa).
ALLAH LAH YANG MAHA
BENAR
13. PROPOSISI SUATU PERNYATAAN YANG BENAR
Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah pernyataan itu
benar ataukah tidak. Bahkan mereka yang mengatakan bahwa makna sama dengan keadaan yang dapat diverifikasi, akan
bersepakat demikianlah harapan saya bahwa mengetahui syarat- syarat untuk menetapkan suatu pemyataan dapat
diverifikasi tidaklah sama dengan mengetahui bahwa syarat-syarat itu sudah dipenuhi. Untuk sampai pada definisi
tentang kebenaran, marilah kita hubungkan lagi pembicaraan kita dengan kalimat, "Di luar hawanya dingin”. Kalimat, ini
dapat dianalisa sebagai berikut: (l) suatu perangkat tanda, (2) suatu susunan tanda-tanda yang teratur yang sesuai dengan
aturan-aturan sintaksis, (3) makna yang dikandungnya atau dimaksudkannya. Bila kita mencari sesuatu definisi tentang
kebenaran, maka kita tidak berhubungan dengan kalimat-kalimat sebagai sekadar tanda-tanda atau berhubungan dengan
aturan-aturan sintaksis begitu saja.
14. KELOMPOK 1
1. Ahmad Lutfi Indady (1211800061)
2. Vidia Rahmawati (1211800102)
3. Nandan Prasetyo (1211800263)
TOPIK 2
DOSEN PANGAMPU: DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
FILSAFAT MANUSIA
HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI SISI FILSAFAT ILMU
PRNGANTAR ILMU FILSAFAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
16. Pengertian Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara
spesifik mempelajari hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah
metode pemikiran yang membahas tentang sifat dasar dan
hakikat kebenaran yang ada di dunia ini. Filsafat manusia adalah
bagian filsafat yang membahas apa arti manusia sendiri secara
mendetail.
17. Pandangan Beberapa Ahli Tentang Manusia
01
02
03
04
Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan
sehingga berbeda dengan mahluk yang lain.
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar
dalam fikiran adalah berbagai macam perspektif
Ada yang lain menilai tentang manusia adalah
sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan
yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap
kerja.
Marx menunjukan perbedaan antara manusia
dengan binatang tentang kebutuhannya.
Menurut Paulo Freire manusia merupakan satu-
satunya mahluk yang memiliki hubungan dengan
dunia.
05
18. Hakekat Manusia
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya seperti :
Dalam pandangan monoteisme, yang
mencari unsur pokok yang
menentukan yang bersifat tunggal
Materi dalam pandangan materialisme
Unsur rohani dalam pandangan
spritualisme
Dualisme yang memiliki pandangan yang
menetapkan adanya dua unsur pokok
sekaligus yang keduanya tidak saling
menafikan yaitu materi dan rohani,
19. KEDUDUKANFILSAFAT MANUSIA
DALAM
KEHIDUPAN MANUSIA
• Memberikan pengertian dan kesadaran kepada
manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan
yang diberikan oleh filfafat.
• Berdasarkan atas dasar hasil-hasil kenyataan itu,
maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada
manusia.
20. HUBUNGANFILSAFAT MANUSIA DENGAN DISIPLINILMU LAINTENTANG
MANUSIA
Menjelaskan gejala-gejala
jiwa dan mental, bagaimana
pengalaman manusia dapat
mempengaruhi kehidupan
selanjutnya dan menjelaskan
perkembangan manusia dari
masa prenatal hingga
menjelang kematian.
Ilmu ini membatasi din untuk mencoba
menjawab perilaku manusia dari ruang
lingkup sosialnya menjelaskan status
sosial, pranata sosial, dan menjelaskan
bahwa manusia sebagai makhluk sosial
tidak dapat hidup sendiri.
Ilmu ini membatasi pada pola
kebudayaan dan peradaban yang
telah diciptakan manusia atau
ditinggalkan manusia, menjelaskan
hasil-hasil kebudayaan, suku, etnis,
dan ras suatu masyarakat yang
bersifat lokal.
01
Psikologi
membahas objek
materi yakni
manusia. 02
Sosiologi juga
membahas objek
materi yakni
manusia.
Antropologi juga
membahas objek
materi yakni
manusia.
03
21. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT
MANUSIA
Pemahaman manusia secara yang esensial sehingga kritis
dapat meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang
tersembunyi di balik teori-teori antropologi dan psikologi
dan ilmu-ilmu tentang manusia.
Siapa sesungguhnya manusia? Hal ini membutuhkan
pemahaman manusia secara menyeluruh, sehingga
memudahkan mengambil keputusan-keputusan
praktis/menjalankan aktivitas hidup sehari-hari.
• Mencari menemukan jawaban tentang siapakah
sesunguhnya manusia itu, masalah-masalah terkait
manusia sangat kompleks sehingga persoalan tentang
manusia tidak habis untuk dibicarakan.
• Essensi manusia pada prinsipnya adalah sebuah misteri.
22. D
D
D
D
D
Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau
menyeluruhnya objek kajian yang di geluti oleh filsafat.
Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan intelektual
yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau
struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan.
Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir
tidak lain adalah untuk memahami din sendiri maka hal
apa saja yang secara langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan pemahaman din manusia, tidak
luput dari kritik filsafat.
Ciri - Ciri Filsafat Manusia
23. Materialisme adalah paham filsafat yang
meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk
esensi manusia bersifat material atau fisik.
Kebalikan dari materialisme adalah idealisme.
Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah
bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini
sering disebut juga spiritualisme).
Esensi Manusia
24. Kesimpulan
01
02
03
05
04
Hakekat manusia harus dilihat
pada tahapannya nafsu, kelakuan,
diri, ego dimana pada tahap ini
semua unsur membentuk keatuan
diri yang aktual, kekinian dan
dinamik, dan aktualisasi kekinian
yang dinamik yang bearada
dalam perbuatan dan amalnya.
Manfaat mempelajari filsafat
manusia berguna untuk
mengetahui apa dan siapa
manusia secara menyeluruh.
Terdapat dua Esensi aliran tertua
dan terbesar dari filsafat manusia,
yaitu materialisme dan idealisme.
Ciri ciri filsafat manusia ada
tiga, diantaranya ektensif filsafat
manusia, intensif filsafat
manusia, dan Kritis
filsafat manusia.
Filsafat Manusia adalah cabang
filsafat yang hendak secara
khusus merefleksikan hakekat
atau esensi dari manusia.
26. KELOMPOK 1
1. Ahmad Lutfi Indady (1211800061)
2. Vidia Rahmawati (1211800102)
3. Nandan Prasetyo (1211800263)
TOPIK 3
DOSEN PANGAMPU: DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
PENALARAN
PRNGANTAR ILMU FILSAFAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
27. Kelompok 1
Ahmad Lutfi I
(1211800061)
Vidia Rahmawati
(1211800102)
Nandan Prasetyo
(1211800263)
“Penalaran”
29. Pendahuluan
ARGUMENTASI adalah suatu bentuk retorika yang
berusaha untuk mempengaruhi sikap dan penda
pat orang lain, agar mereka itu percaya dan ak
hirnya bertindak sesuai dengan apa yang diingi
nkan oleh penulis atau pembicara.
Argumentasi adalah dasar
yang paling fundamental
dalam ilmu pengetahuan.
Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif
adalah berpikir kritis dan logis. Untuk itu harus
bertolak dari fakta-fakta atau evidensi evidensi
yang ada. Fakta-fakta dan evidensi itu dapat
dijalin dalam metode metode sebagaimana
dipergunakan juga oleh eksposisi.
30. Proposisi
Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha
menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui
menuju kepada suatu kesimpulan.
Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi.
Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena
hanya kalimat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal
kebenarannya.
Proposisi dapat kita batasi sebagai pernyataan
yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat
ditolak karena kesalahan yang terkandung
di dalamnya.
31. Inferensi Dan Implikasi
Untuk membuktikan kebenaran yang terkandung dalam sebuah kesimpulan, harus dicari dan
diuji fakta-fakta yang dijadikan landasan untuk menyusun kesimpulan itu. Fakta adalah apa
saja yang ada, baik perbuatan yang dilakukan maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi
atau sesuatu yang ada di alam ini.
Sebaliknya pendapat merupakan kesimpulan
(inferensi) hanya dapat diterima atau ditolak
karena kebenaran atau kemustahilan faktanya
dan cara menghubung-hubungkan fakta itu
secara absah.
Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu
sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum
dalam fakta atau evidensi itu sendiri.
32. Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi.
Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian,
semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan
untuk membuktikan suatu kebenaran.
Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk
data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informa
si adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber
tertentu.
Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan
keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan
oleh orang-orang semuanya dimasukkan dalam pengertian d
ata (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
33. 01
OBSERVASI
Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang
pengarang atau penulis. Untuk lebih yakin dan sekaligus dapat menggunakannya
sebaik-baiknya dalam usaha mneyakinkan para pembaca, maka kadang kadang
pengarang perlu untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk
mengecek data atau informasi itu.
Cara Menguji Data Dalam kedudukannya yang pasti sebagai
fakta, bahan-bahan itu siap digunakan
sebagai evidensi. Sebab itu perlu diadakan pengujian-pengujian melalui cara-cara tertentu.
02
03
KESAKSIAN
Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilakukan dengan observasi.
Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dengan
meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang telah mengalami sendiri
atati menyelidiki sendiri persoalan itu
AUTORITAS
Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun
evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang
ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat,
memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan
pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
34. Konsistensi
Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga
persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat
konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau
melemahkan evidensi yang lain.
1
Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan
penilaian fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai
evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang
akan digunakan sebagai evidensi harus pula koheren
dengan pcngalaman-pengalaman manusia, atau sesuai
dengan pandangan atau sikap yang berlaku.
2
Cara Menguji Fakta
Penilaian tingkat kedua, yaitu yang mana dari semua fakta itu d
apat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan ya
ng akan diambil. Atau dengan kata lain harus diadakan seleksi unt
uk menentukan fakta-fakta mana yang dapat dijadikan evidensi dal
am argumentasi itu.
35. Cara Menilai Autoritas
Ada kemungkinan bahwa suatu autoritas dapat melakukan kesalahankesalahan, di pihak lain
autoritas-autoritas yang sungguh-sungguh ahli, masih dapat berbeda pendapat mengenai suatu p
ersoalan. Suatu autoritas dapat pula mempergunakan keterangan dari autoritas lain, atau me
mpergunakan kesaksian dan interpretasi orangorang biasa untuk menyusun pendapatnya.
Kemashuran dan Prestise
Hal yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah
pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekadar
bersembunyi di balik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Apakah ahli itu
menyertakan pendapatnya dengan fakta yang meyakinkan
Koherensi dengan Kemajuan
Hal yang perlu diperhatikan penulis Argumentasi adalah apakah pendapat yang
diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajua jaman, atau koheren
dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.Pengetahuan dan pendapat t
erakhir tidak selalu berarti bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui b
ahwa pendapat terakhir dari ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan
01
02
37. KELOMPOK 1
1. Ahmad Lutfi Indady (1211800061)
2. Vidia Rahmawati (1211800102)
3. Nandan Prasetyo (1211800263)
TOPIK 4
DOSEN PANGAMPU: DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
‘’BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU KEPASTIAN DAN KEBENARAN ILMIAH’’
PRNGANTAR ILMU FILSAFAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
38. Kelompok 1
AhmadLutfi I
(1211800061)
VidiaRahmawati
(1211800102)
Nandan Prasetyo
(1211800263)
‘’BERPIKIRSECARAFILSAFAT
MENUJUKEPASTIANDAN
KEBENARANILMIAH’’
39. Mengapa Harus Berfikir
Secara Filsafat Perkembangan globalisasi menuntut seseorang
mengkaji permasalahan secara luas dari sudut
pandang yang berbeda
01
Pemikiran yang cenderung terkotak-kotak,
parsial, atau fragmented adalah wajar.
02
“Berfilsafat adalah berpikir “ Berpikir adalah
proses yang intens untuk memecahkan masalah.
03
Manusia adalah makhluk “multi dimensional’’
04
Filsafat membawa kita berpikir secara
mendalam
05
Sebagian orang beranggapan bahwa filsafat adalah sesuatu
hal yang tidak penting, bahkan sesuatu hal yang tabu untuk
diperbincangkan. Pada dasarnya filsafat bukanlah hal yang
buruk, karena filsafat itu sebenarnya adalah berpikir secara
mendasar (radikal), menyeluruh (holistik), dan spekulatif.
40. Mengukur Berpikir Filsafat
Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh, sifat
mendasar dan sifat spekulatif. Orang yang berpikir filsafati
berarti orang tersebut membongkar tempat berpijak secara
fundamental.
Dalam menghadapi berbagai
masalah hidup di dunia ini, manusia
akan menampilkan berbagai alat
untuk mengatasinya. Alat itu adalah
pikiran atau akal yang berfungsi di
dalam pembahasannya secara
filosofis tentang masalah yang
dihadapi.
41. Ciri-Ciri Berpikir Filsafat
Filsuf adalah pemikir yang radikal.
Karena berpikir secara radikal, ia tidak
akan pernah berhenti hanya pada suatu
wujud realitas tertentu.
Radikal
Suatu sistem filsafat harus bersifat
komprehensif, dalam arti tidak ada
sesuatu pun yang berada di
luar jangkauannya.
Menyeluruh
Konsepsi merupakan hasil generalisasi
dan abstraksi dari pengalaman tentang
hal-hal serta proses-proses satu demi
satu.
Konsepsional
Filsuf adalah pemburu kebenaran,
kebenaran yang diburunya adalah
kebenaran hakiki tentang seluruh
realitas dan setiap hal yang dapat
dipersoalkan.
Pemburu Kebenaran
Yang dimaksudkan dengan bagan
konsepsionl yang bersifat rasional ialah
bagan yang bagian-bagiannya secara
logis berhubungan satu dengan yang
lain.
Rasional
Secara singkat, istilah koheren ialah
runtut. Bagan konsepsional yang
merupakan hasil perenungan kefilsafatan
haruslah bersifat runtut.
Koheren
42. konsep penting perlu dipahami tentang hakikat makna filsafat
filsafat adalah mendorong manusia untuk berpikir
secara kritis
berpikir filsafat adalah berpikir dalam bentuk
yang sistematis
filsafat harus
menghasilkan sesuatu yang runtut
berpikir filsafat adalah berpikir secara rasional
dan logis
proses berpikir filsafat harus bersifat mendalam
dan komprehensif.
43. Teori ini dianut oleh kaum
rasionalis. Kebenaran tidak lagi
ditemukan dalam kesesuaian
dengan kenyataan, melainkan
dalam relasi antara proposisi baru
dengan proposisi lama atau yang
sudah ada.
Kebenaran sebagai Keteguhan
Kebenaran memiliki arti yang
sama dengan kegunaan. Suatu ide
benar adalah ide yang bisa
memungkinkan seseorang
melakukan sesuatu secara paling
berhasil dan tepat guna.
Teori Pragmatis tentang
Kebenaran
Pendasar teori ini adalah
Aristoteles. Menurutnya,
mengatakan sesuatu yang ada
sebagai tidak ada, atau yang tidak
ada sebagai ada adalah salah.
Kebenaran sebagai Persesuaian
Suatu pernyataan dianggap benar
kalau is menciptakan realitas.
Teori Kebenaran Performatif
kebenaran selalu bersifat historis
dan selalu berpusat pada
kebebasan batin setiap manusia,
dan bukannya ditentukan lebih
dahulu atau ditentukan oleh orang
lain.
Teori Kebenaran Historis
Te0ri Kebenaran
Dalam telaah-telaah mengenai Filsafat Ilmu Pengetahuan
kita menemukan banyak masalah dan pemecahannya.
Masalah-masalah itu antara lain, kepastian,
kebarangkalian, kesesatan dalam ilmu-ilmu empiris dan
ilmu eksakta dan lain-lain.
44. Sifat-Sifat Kebenaran
Ilmiah 80%
01
Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-
logis (berdasarkan kesimpulan yang logis-
rasional dari premis-premis tertentu). Karena
itu bersifat rasional, maka semua orang rasional
dapat menggunakan akal budinya secara balk
dan memahami kebenaran ilmiah ini.
60%
02
Isi empiris: kebenaran ilmiah perlu diuji dengan
kenyataan yang ada (empiris).
40%
03 Sifat pragmatis mau menggabungkan dua sifat
kebenaran di atas. Pernyataan itu logis dan
empiris, maka harus juga berguna dalam hidup
manusia dalam memecahkan permasalahan.
Kita tahu bahwa paling kurang ada
dua macam kebenaran yaitu
kebenaran empiris dan logis yang
kiranya dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Karena itu
terdapat tiga sifat dasar kebenaran
ilmiah:
45. Kepastian danKebenaran
Dari sudut pengetahuan kita mengenal apa yang disebut
evidensi dan kepastian. Dalam hubungan S dan 0, evidensi
terletak pada pihak obyek. Sedangkan kepastian ada pada pihak
subyek. Evidensi adalah terang atau daya obyek yang
menampakkan diri, sedangkan kepastian ialah keyakinan dalam
diri subyek bahwa apa yang dikenalnya sungguh adalah obyek
yang ingin diketahuinya. Kepastian berkaitan dengan subyek
(rasionalis).
46. Kepastian dalam
ilmu-ilmuempiris
kepastian tentang explanans dari gejala-gejala
yang diselidiki, terutama menyangkut
kebenaran pernyataan dari gejala-gejala itu
kepastian mengenai kesimpulan yang dapat
ditarik dari suatu hukum yang berlaku.
Namun yang dicapai adalah satu
ketakpercayaan (tidak pernah mencapai nilai
1). Bahkan walaupun hipotesis dan hukum
sangat terpercaya, keduanya harus tetap
terbuka untuk dibuktikan salah (keduanya
bersifat sementara).
47. Kepastian dalam ilmu-ilmu
e k s a k t a
Dalam konteks penemuan (context of discovery), dalam
usaha mencoba-coba, apa yang dikatakan tentang ilmu-
ilmu empiris juga berlaku untuk ilmu-ilmu pasti (di mans
ilmu itu belum pasti). Namun dalam konteks pembenaran
(context of justification), dalam satu sistem matematika
atau logika yang sudah jadi dan berdiri sendiri, tidak ada
lagi hipotesis, melainkan hanya ungkapan-ungkapan yang
bersifat aksiomatis (yang terdiri dari dalil-dalil) yang
semuanya bernilai 1.
48. Berpikir Induktif
dan Deduktif
Pekerjaan semacam ini tidak lain
adalah pekerjaan induktif
(menginduksi). Dapatlah dikatakan
bahwa pekerjaan induktif ini
dimulai dari hal-hal yang khusus
(particular) yang terpikirkan
sebagai kelas dari suatu fenomena,
menuju generalisasi
berpikir deduktif. Bekerjanya
berangkat dari hal yang umum (dari
induksi/teori/dalil/hukum) kepada hal-
hal yang khusus (particular). Prinsip
dasarnya ialah "segala yang dipandang
benar pada semua peristiwa dalam situ
kelas atau jenis, berlaku pula sebagai
hal yang benar pada semua peristiwa
yang terjadi pada hal yang khusus, asal
hal yang khusus ini benar-benar
merupakan bagian atau unsur dari hal
yang umum itu".
49. Metode Ilmiah
Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan adalah:
(1) mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah
(2) menyusun kerangka pikiran (logical contract)
(3) merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah)
(4) menguji hipotesis secara empirik
(5) Melakukan pembahasan
(6) menyimpulkan.
Kedudukan metode penelitian dalam metode ilmiah dapat dikatakan
hanya sebagian dari langkah-langkah sistematis dalam memperoleh ilmu,
sebab metode penelitian baru merupakan prosedur sistematis dari
bekerjanya pikiran aiau logic yang hanya menghasilkan kesimpulan atau
ketetapan rasional saja.
51. KELOMPOK 1
1. Ahmad Lutfi Indady (1211800061)
2. Vidia Rahmawati (1211800102)
3. Nandan Prasetyo (1211800263)
TOPIK 5
DOSEN PANGAMPU: DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
FILSAFAT KEBENARAN
(Proposisi Akan Benar Jika Dilandasi Teori, Hanya Allah Yang Maha Benar)
PRNGANTAR ILMU FILSAFAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
52.
53. FILSAFAT KEBENARAN
Plato pernah mempertanyakan
apakah kebenaran itu sebenarnya?
Aristoteles menjawab pertanyaan
suhunya ini dengan pendapat bahwa
kebenaran itu subjektif sifatnya,
artinya kebenaran bagi seseorang
adalah tidak benar bagi yang lain,
kemudian lahirlah kebenaran relatif
dan mutlak.
Kebenaran Mutlak adalah kebenaran
yang hakiki dan sejati secara objektif
Kebenaran Relatif adalah kebenaran
manusia dari sudut padangnya
sendiri secara subjektif
54. TEORI
KEBENARAN
Kebenaran koherensi adalah kebenaran atas
hubungan antara dua pernyataan
Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya
dalam salah satu konsekuensi saja
Kebenaran sintaksis adalah kebanaran yang
berangkat dari tata bahasa yang melekat.
Kebenaran logika adalah kebenaran yang
sebenarnya telah merupakan fakta.
Kebenaran paradigmatik adalah kebenaran
yang berubah pada berbagai ruang dan waktu
Pengetahuan kepercayaan itu disebut agama, tetapi dalam hal ini tidak boleh otoritatif karena agama tidak
memaksa, agama harus diterima secara logika, etika dan estetika. Jadi titik temu antara logika, etika dan estetika
adalah Islam, oleh karena itu pengetahuan intuitif kepada seseorang yang kemudian disebut nabi harus diuji dahulu
seperti halnya keberadaan Nabi Muhammad SAW.
55. ‘’Yang Maha Benar’’
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya
adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq),
itulah sebabnya para pedzikir senantiasa
mengucapkan "Alhamdulillah" pada setiap
penyelesaian penemuan itmiahnya, ataupun
ketika selesai melaksanakan Shalat Fardhu
sebanyak tiga puluh tiga kali.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di
muka bahwa ilmu tidaklah bebas nilai,
karena antara logika dan etika harus
berdialektika, jadi bukan hanya karena
penggabungan ilmu dan agama yang dalam
pembicaraan kita sehari-hari biasanya
disebut dengan Imtaq (Iman dan Taqwa).
56. Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu
pernyataan tidak sama dengan mengetahui
apakah pernyataan itu benar ataukah tidak.
Bahkan yang mengatakan bahwa makna sama
dengan keadaan yang dapat diverifikasi, akan
bersepakat demikianlah harapan saya bahwa
mengetahui syarat syarat untuk menetapkan
suatu pemyataan dapat diverifikasi tidaklah
sama dengan mengetahui bahwa syarat-syarat
itu sudah dipenuhi.
57. Kebenaran Bersifat Semantik
Pernyataan merupakan suatu istilah yang bersifat sintaktis; 'proposisi'
ialah istilah yang bersifat semantik, dan demikian pula kata 'benar'
mengacu kepada makna simbol-simbol.
Kebenaran “ menunjukkan bahwa makna suatu pernyataan artinya”
proposisinya sungguh-sungguh merupakan halnya. Bila
proposisinya tidak merupakan halnya, maka kita mengatakan bahwa
proposisi itu 'sesat'. Kadang-kadang orang juga memakai istilah-
istilah yang lain.
58. UKURAN KEBENARAN
‘’Ukuran kebenaran sesungguhnya tergantung pada
apakah sebenarnya yang diberikan kepada kita oleh
metode metode untuk memperoleh pengetahuan’’
• Penganut skeptisisme mengatakan bahwa
sesungguhnya tidak ada satu pun ukuran tentang
kebenaran.
• penganut dogmatisme berpendirian sama
gigihnya dengan mengatakan bahwa ukuran
yang dipunyainya merupakan ukuran yang dapat
dipercaya secara mutlak.
• Penganut idealisme dan realisme Mereka
berpendapat bahwa ukuran yang mereka punyai,
meskipun tidak selalu merupakan ukuran
terakhir serta penutup.
59. Paham Koherensi (Coherence Theory)
Teori ini dianut oleh kaum rasionalis. Kebenaran tidak
lagi ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan,
melainkan dalam Relasi antara proposisi baru
dengan proposisi lama atau yang sudah ada.
• Epistemologi Dalam Teori Koherensi
Karena praktek sesungguhnya yang kita kerjakan tidak
hanya menunjukkan bahwa ukuran kebenaran ialah
keadaan-saling-berhubungan.
• Korespondensi Adalah Hukum Yang Saling
Berhubungan
Bradley mengemukakan dua ciri pokok. Pertama, adanya
keharusan bahwa semua fakta terangkum. Kedua ide-ide
tersebut harus teratur secara laras dan tidak mengandung
• Pernyataan Yang Saling Berhubungan
Jika peristiwa yang dilukiskan di dalam sistem tadi dapat diamati, maka peramalan itu telah diverifikasi. Ini tidak
berarti bahwa keadaan-saling berhubungan itu kadang-kadang tidak merupakan ukuran yang sangat berharga
tentang kebenaran.
60. Teory Kebenaran Korespodensi
“Kebenaran korespondensi adalah
kebenaran yang sesuai antara
pernyataan dengan fakta
dilapangan”
• Kata dan Makna Yang Sesuai
K. Rogers, seorang penganut realisme kritis di Amerika,
menunjukkan bahwa kita perlu mengadakan perbedaan
antara dua segi dari makna.
1. segi kejiwaan
2. segi makna
• Menggunakan Perantara Simbol
suatu simbol harus berlaku sebagai semacam perantara
antara apa yang ditunjukkan dalam keadaan
sesungguhnya dengan esensi atau makna yang terdapat
di dalam pikiran seorang pendengar atau pembaca.
61. Paham Empiris
Definisi-definisi tentang kebenaran paham-
paham empiris mendasarkan diri pada berbagai
segi pengalaman, dan biasanya menunjuk
kepada pengalaman inderawi dari orang
seorang. Semua paham tersebut dalam arti
tertentu memandang proposisi bersifat
meramalkan (predictiue) atau hipotetis, dan
memandang kebenaran proposisi sebagai
terpenuhinya ramalan-ramalan. Yang demikian
ini menyebabkan kebenaran menjadi pengertian
yang bersifat subjektif serta nisbi.
62. Teory Pragmatisme
Kebenaran pragmatis adalah kebenaran
hanya dalam salah satu konsekuensi saja.
• Memverifikasi Pernyataan Yang Benar
John Dewey memandang makna yang
dikandung suatu proposisi terletak di dalam
konsekuensi konsekuensinya terhadap
tingkah laku seseorang. Suatu proposisi
mengandung suatu makna, jika proposisi itu
membuat perubahan. Atau jika proposisi itu
menyediakan suatu perangkat cara untuk
melakukan sesuatu..
64. KELOMPOK 1
1. Ahmad Lutfi Indady (1211800061)
2. Vidia Rahmawati (1211800102)
3. Nandan Prasetyo (1211800263)
TOPIK 6
DOSEN PANGAMPU: DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA
PRNGANTAR ILMU FILSAFAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
66. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat) tertentu yang
menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan
pemerintahannya Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber
hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara.
B. Manfaat
Dapat menambah pengetahuan akan makna filsafat dan dasar filsafat pancasila serta
kedudukan pancasila sebagai sistem filsafat bangsa.
67. PENDAPAT BAHWA PANCASILAADALAH SUATU FILSAFAT
Muh. Yamin Soediman
Kartohadiprodjo
Drijrkoro Notonagoro Roeslan
Abdoelgani
Dalam bukunya Naskah
Persiapan UUD1945,
menyebutkan bahwa
ajaran Pancasila adalah
tersusun secara
harmonis dalam suatu
sistem filsafat
Dalam bukunya beliau
mengemukakan bahwa
pancasila itu disajikan
sebagai pidato untuk
memenuhi permintaan
memberikan dasar
fiilsafat negara, maka
disajikannya Pancasila
sebagai filsafat.
Dalam seminar
Pancasila beliau
berpendapat bahwa
filsafat ada di dalam
lingkungan ilmu
pengetahuan dan
Weltanschauung
didalam lingkungan
hidup
Dalam Lokakarya
Pengamalan Pancasila
di Yogyakarta beliau
berpendapat bahwa
kedudukan Pancasila
dalam Negara
Republik Indonesia
adalah sebagai dasar
negara, dalam
pengertian dasar
filsafat.
Di dalam bukunya
Resapkan dan Amalkan
Pancasila berpendapat
bahwa Pancasila adalah
filsafat Negara yang
lahir sebagai collective-
ideologie dari seluruh
bangsa Indonesia.
68. Pengertian Filsafat Dan Dasar Filsafat Pancasila
Landasan
Ontologis
Pancasila
Landasan
Epistemologis
Pancasila
Landasan
Aksiologis
Pancasila
Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi
bangsa Indonesia dalam memandang realitas
alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa,
dan negara tentang makna hidup serta
sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
hidup dan kehidupan.
aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki
makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai
dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan
dan agama.
Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang
memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh
karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis.
Subyek pendukungnya adalah manusia
Filsafat Pancasila adalah refleksi
kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara
dan kenyataan budaya bangsa
dengan tujuan untuk mendapatkan
pokok-pokok pengertian secara
mendasar dan
69. Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara
adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah
darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga
negara Indonesia yang pro dan kontra, karena
Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat
bangsa Indonesia.
Arti Pancasila
Sebagai Filsafat
Fungsi Filsafat Pancasila
1. Memberi jawaban atas pernyataan yangbersifat fundamental
atau mendasar dalam kehidupan bernegara
2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari
kebenaran yang substansi tentang hakikat negara, ide negara,
dan tujuan negara
3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi
perangkat dan pemersatu dari berbagai ilmu yang
dikembangkan di Indonesia
70. Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat
Di dalam Pancasila tercakup filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa
Indonesia tentang hubunagan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan
lingkungannya. Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh
dasarnya pada eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari
keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila merupakan filsafat
tentang kodrat manusia.
Dalam pancasila tersimpul hal hal
yang asasi tentang manusia. Oleh
karena itu pokok-pokok Pancasila
bersifat universal. Dari
pembahasan ini dapat diperoleh
unsure inti yang tetap dari
Pancasila, yang tidak mengalami
perubahan dalam dunia yang
selalu berubah ini.
71. PANDANGAN INTEGRALISTIK
DALAM FILSAFAT PANCASILA
Aspek-aspek hakikat kodrat manusia itu dalam realitasnya saling berhubungan erat, saling
brkaitan, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat monopluralis, dan
hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan sila-sila
Pancasilayang merupakan dasar filsafat Negara Indonesia. Pancsila yang bulat dan utuh yang
bersifat majemuk tunggal itu menjadi dasar hidup bersama bangsa Indonesia yang bersifat
majemuk tunggal pula. Dalam kenyataannay, bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku
bangsa, adat istiadat, kebudayaan dan agama yang berbeda. Dan diantara perbedaan yang ada
sebenarnya juga terdapat kesamaan.
72. Dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat
Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasila diakui
sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang
dipraktekkan.
2. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia
mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat negara)
RI.
3. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya
Indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya manapun.
Jadi, Pancasila adalah filsafat yang diwarisi dalam
budaya Indonesia.
4. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang
bersama dinamika budaya; filsafat Pancasila akan
berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan
kepustakaan secara kuantitas dan kualitas..
73. Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa filsafat adalah cinta akankebijakan. Sedangkan
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang
lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang
mendasar.
Kesimpulan
75. KELOMPOK 1
1. Ahmad Lutfi Indady (1211800061)
2. Vidia Rahmawati (1211800102)
3. Nandan Prasetyo (1211800263)
TOPIK 7
DOSEN PANGAMPU: DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
PRNGANTAR ILMU FILSAFAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
77. Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).'
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui oleh manusia secara langsung dari kesadarannya
sendiri.
Pengertian Pengetahuan
78. Pengertian Ilmu
Batas penjelasan ilmu yaitu ketika manusia berhenti berpikir untuk
mencari pengetahuan, ilmu didapatkan dari penjelasan pengalaman
manusia, sehingga jika manusia memulai penjelasannya pada pengalaman
manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu membatasi
lingkup penjelasannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan
metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji secara empiris.
79. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah
pengetahuan. Dari asal katanya, kita dapat ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari kata Arab.
Pengetahuan merupakan basil tabu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk
memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang fisik, pemahamannya
dilakukan dengan cara persepsi balk lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami
oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Ilmu adalah suatu bentuk aktiva manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu
pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan
kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya pada dan mengubah
lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.'3
80. Tujuan Ilmu Pengetahuan
Pertama, berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan untuk
keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk
memenuhi rasa keingintahuan manusia. Kedua, ilmu,
pengetahuan pragmatis.
Kedua, ilmu pengetahuan formal, yaitu matematika dan logis.
Ini juga sering disebut sebagai alat ilmu pengetahuan, berbagai
disiplin keilmuan, dan dia tidak menggolongkan matematika
sebagai ilmu pengetahuan, tetapi cara berpikir deduktif.
81. Jenis ilmu Pengetahuan
Burhanudin Salma (2005) mengemukakan, pengetahuan yang
dimiliki manusia ada empat macam, yaitu:
Pengetahuan Ilmu
Pengetahuan Biasa
Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan Agama
83. DASAR ONTOLOGI
Amsal Bakhtiar (2012) mengemukakan ontologi
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on/ontos yakni ada, dan
logos yakni ilmu, sehingga ontologi adalah ilmu tentang
yang ada.
Menurut istilah ontologi adalah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada, baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
85. 1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, baik yang asal berupa materi ataupun
rohani.
2. Dualisme
Berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal
sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani.
3. Pluralisme
Dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang
menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari
satu atau dua entitas.
86. 4. Nihilisme
Berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Dick Hartoko mendefinisikan nihil =
ketiadaan; tak ada sesuatu yang ada, yang benar, yang berharga. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh
Ivan Turgeniev. Namun doktrin nihilisme sudah ada pada pandangan Gorgias (483-360 SM) yang
memberikan tiga proposisi ten-tang realitas.
5. Agnostisisme
Kata agnostisisme berasal dari bahasa grik agnostos yang berarti unknown artinya not, gno
artinya know. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda.
Menurut Dick Hartoko, agnostisisme sama dengan skeptisme menyangkal bahwa hakikat sesuatu
dapat diketahui (melawan pengetahuan metafisik), apalagi pengetahuan mengenai adanya Tuhan
dan sifat-sifatnya.
87. Ontologi pertama kali diperkenalkan Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M untuk
menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembangan
selanjutnya Christian Wolf (1679 – 1754 M) membagi Metafisika menjadi 2 yaitu :
Metafisika Umum
Cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari
segala sesuatu yang ada.
Metafisika Khusus
Kosmologi, Psikologi, Teologi
88. Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), dasar epistemologis
yaitu metode atau cara-cara mendapatkan pengetahuan yang
benar. Kemudian Amsal Bakhtiar (2012) menjelaskan,
ontologis yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar-
dasarnya serta pertanggungjawaban atas pertanyaan
mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Dasar Epistemologis
89. Ontologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos
yang berarti teori.
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), aksiologi adalah dasar ilmu
pengetahuan yang berbicara tentang nilai kegunaan ilmu. Di dalam ontologi
dibicarakan mengenai ilmu dan moral, tanggung jawab sosial serta berbagai
etika dalam pengembangan keilmuan. Ontologi berasal dari perkataan axios
(Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori
Dasar Aksiologi
90.
91. KELOMPOK 1
1. Ahmad Lutfi Indady (1211800061)
2. Vidia Rahmawati (1211800102)
3. Nandan Prasetyo (1211800263)
TOPIK 8
DOSEN PANGAMPU: DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
PRNGANTAR ILMU FILSAFAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
92. FILSAFATETIKA DAN MORAL
KELOMPOK 1
1. Ahmad Lutfi Indady (1211800061)
2. Vidia Rahmawati (1211800102)
3. Nandan Prasetyo (1211800263)
93. pendahuluan
Socrates, seorang filsuf besar Yunani, telah berbicara pada abad sebelum masehi. Kenalilah dirimu
sendiri, demikianlah kurang lebih pesan yang ingin is sampaikan. Manusia ialah makhluk berpikir yang
dengan itu menjadikan dirinya ada. R.F. Beerling, seorang profesor Belanda mengemukakan teorinya
tentang manusia bahwa manusia itu ialah makhluk yang suka bertanya. Dengan berpikir, dengan bertanya,
manusia menjelajahi pengembaraannya, mulai dari dirinya sendiri kemudian lingkungannya bahkan
kemudian sampai pada hal lain yang menyangkut asal mula atau mungkin akhir dari semua yang
dilihatnya. Kesemuanya itu telah menempatkan manusia sebagai makhluk yang sedikit berbeda dengan
hewan.
94. Hakekat etika
Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu
"ethos", yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan
(custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral
yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "mos" dan dalam
bentuk jamaknya "mores," yang berarti juga adat kebiasaan atau
cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
95. Hakekat moral versus ilmu
01
02
03
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam
bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya tata cara
atau adat istiadat.
Selanjutnya berbicara tentang ilmu, yaitu istilah yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu scientia, atau dalam kaidah bahasa
Arab berasal dari kata Ilmu atau sains adalah pengkajian
sejumlah pernyataan yang terbukti dengan fakta dan ditinjau
yang disusun secara sistematis dan terbentuk menjadi hukum
umum. Ilmu akan melahirkan kaidah umum
Perkembangan ilmu tidak pernah terlepas dari
ketersinggungannya dengan berbagai masalah moral. Baik
atau buruknya ilmu sangat dipengaruhi oleh kebaikan atau
keburukan moral para penggunanya. Peledakan bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat, merupakan
suatu contoh penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sudah maju pada zamannya.
96. Aspek dan sifat moral dalam ilmu pengetahuan
Moralitas Versus Legalitas dalam
Ilmu Pengetahuan
Sifat Moral dalam Perspektif
Objektivistik Versus Relativistik
Moralitas Objektivistik Versus Relativistik
dalam Ilmu Pengetahuan
97. Hakekat ilmu pengetahuan dan kemanusiaan
• Ilmu pengetahuan merupakan warisan bersama umat
manusia, bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu.
Permulaannya dimulai dengan permulaan umat manusia.
• Sejatinya ilmu pengetahuan yaitu mengarahkan kecerdasan
menuju kebahagiaan dunia dan akhirat tanpa mengharapkan
keuntungan materi
• Sebelum Kristen, Islam ialah pembawa obor pengetahuan
ilmiah. Gagasan ilmu pengetahuan berdasarkan wahyu
Ilahi, yang mendorong penelitian ilmiah di dunia Islam
98. Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dalam sebaik-baik ciptaan, maka manusia memiliki kelebihan yang
istimewa, yaitu kemampuannya dalam menalar, merasa, dan mengindra.
Empat macam hidup dalam masyarakat menurut
teori hukum kodrat:
a. Abstinentia alieni (hindarkan diri dari milik
orang lain).
b. Oblagatio implendorum promissorum
(penuhilah janji).
c. Damni culpa dati reparatio (bayarlah kerugian
yang disebabkan kesalahan sendiri).
d. Poenae inter humanies meratum (berilah
hukum yang setimpal).
ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN
tiga tolok ukur atau unsur utama dalam teori
hukum, yaitu
a. Supremasi hukum atau supremacy of law.
b. Persamaan di hadapan hukum atau equality
before the law.
c. Konstitusi yang didasarkan pada hak-hak
perorangan
99. SIKAP MANUSIA
Etika sosial berfungsi membuat manusia menjadi sadar akan tanggung jawabnya
sebagai manusia dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat, menurut semua
dimensinya
Manusia sebagai mahluk Tuhan berada bersama-sarna dengan alam dan berada
di dalam alam itu. Manusia akan menemukan pribadinya dan membudayakan
dirinya bilamana manusia hidup dalam hubungannya dengan alamnya
Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan itu antara lain
1. tidak ada rasa pamrih (disinterstedness)
2. bersikap selektif
3. Adanya rasa percaya
4. Kepercayaan
5. Adanya kegiatan rutin
6. Memiliki sikap etis
100. Di samping etika keilmuan yang berupa sikap ilmiah berlaku
secara umum, pada kenyataannya masih ada etika keilmuan yang
secara spesifik berlaku bagi kelompok-kelompok ilmuwan
tertentu. Misalnya, etika kedokteran, etika rekayasa, etika bisnis,
etika polltisi, serta etika-etika profesi lainnya yang secara
normatif berlaku dan dipatuhi oleh kelompoknya itu.
102. KELOMPOK 1
1. Ahmad Lutfi Indady (1211800061)
2. Vidia Rahmawati (1211800102)
3. Nandan Prasetyo (1211800263)
TOPIK 9
DOSEN PANGAMPU: DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
HUBUNGAN FILSAFAT DAN METODOLOGI PENELITIAN
PRNGANTAR ILMU FILSAFAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
104. Latar belakang
Sejak lama manusia telah memikirkan hal-hal yang mendasar dalam fenomena kehidupannya secara
kritis. Hal tersebut secara alamiah menjadi fitrah seorang manusia. Manusia selalu ragu terhadap segala
sesuatu, selalu memiliki rasa ingin tahu, selalu mencari kebenaran yang hakiki, dan mencari solusi dalam
kehidupannya. akhir dari proses tersebut disebut proses berfilsafat. Pada perkembangan filsaat sebagai
ilmu atau ilmu filsafat, terdapat hal pokok yang menjadi cabang kajian mengenai cara manusia berfikir.
Ketiga cabang tersebut merupakan Ontology, Epistemologi dan Aksiologi.
105. Filsafat ilmu menurut para ahli
• Menurut Berry dalam buku A. Susanto
• Robert Ackermann
• Beerling
• Jujun S, Suriasumantri
• Stephen R. Toulman dalam H endang komara
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin
menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, baik ditinjau dari segi
ontologis, epistemologis maupun aksiologisnya.
Dengan kata lain filsafat ilmumerupakan
bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu.
106. Filsafat dan metpen
filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara
spesifik mengkaji hakikat ilmu untuk mencapai suatu
kebenaran. Metodologi penelitian adalah berarti ilmu tentang
metode. Sedang penelitian adalah kegiatan mencari dan
mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan
mengkaji data yang dilakukan secara sistematis dan objektif.
Jadi metodologi penelitian ilmu yang mempelajari,
menelusuri, mencari dan mengumpulkan data kemudian
mengolah, menganalisa dan menyajikan data yang dilakukan
secara sistematis supaya diperoleh suatu kebenaran yang
objektif.
107. Mencari Kebenaran ilmiah
1. Proses
2. mencari masalah,
3. menentukan hipotesis
4. menghimpun data
5. Menguji hipotesis
Prinsip ini berlaku untuk semuasains operasionalisasi Metode
ilmiah itu dikatakan pada bidang studi metodologi penelitian.
Dari sini tampak dengan jelas hubungan antara filsafat ilmu
dengan metodologi penelitian.
108. Ilmu dan pengetahuan merupakan dua istilah yang berbeda.
Soetriono dan SRDm Rita Hanafie mengemukakan bahwa ilmu
adalah pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu.
Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang
menghubungan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan
atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang
berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas yang
hakiki dan universal. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang
menjelaskan kausalitas dari suatu objek menurut metode tertentu
yang merupakan suatu kesatuan sistematis
Ilmu & pengetahuan
109. Kedudukan filsafat ilmu dan penelitian
Sesungguhnya berubungan atau tidaknya filsafat ilmu
pengetahuan dan penelitian merupakan masalah rumit,
yang tidak mungkin dijawab dengan sekedar ada
hubungan atau tidak ada hubungan dari keduanya.
Filsafat ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan
salah satu cara untuk mebuktikan kebenaran,
sedangkan penelitian juga merupakan wahana untuk
menguji kebenaran.
110. Kesimpulan
• Filsafat Ilmu merupakan cabang dari Ilmu filsafat yang
termasuk dataranepistemologi
• Filsafat Ilmu membahas tentang ontology, epistemologi, dan
aksiologi
• Metodologi ditinjau dari Ilmu filsafat juga termasuk dalam
tataran epistemologi
• Filsafat Ilmu dan metodologi penelitian menduduki posisi
yang sama dalam Ilmufilsafat yaitu pada tataran
epistemologi
• Dan untuk mencapai hasil penelitian yang valid, metodologi
harus di landasi filsafatI lmu.