Dokumen tersebut membahas tentang pengantar filsafat ilmu dengan menjelaskan pengertian pengetahuan dan ilmu serta perbedaannya. Topik utama yang dibahas adalah definisi pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan, hakikat dan sumber pengetahuan, serta perbedaan antara pengetahuan dan ilmu."
Kelompok 11 rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
1. TUGAS MEMBUAT SLIDE PENGANTAR FILSAFAT ILMU
RANGKUMAN MATERI
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 11
MHS SEMESTER 4 KELAS
1. Atikatul Latifah 1211900343
2. Tri Agustin 1211900336
3. Jefri Ardiansyah 1211900338
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
17 AGUSTUS 1945 SURABAYA JUNI 2021
2. FILSAFAT ILMU
NAMA KELOMPOK :
1. Atikatul Latifah (1211900343)
2. Jefri Ardiansyah (1211900338)
3. Tri Agustin (1211900336)
4. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang
pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.2
Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu.
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara Iangsung dari kesadarannya sendiri.
Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di
dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun
yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif .
5. . Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka
di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.
Burhanuddin Salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada
empat, yaitu:
Pertama, Pengetahuan Biasa
Kedua, Pengetahuan Ilmu
Ketiga, Pengetahuan Filsafat
Keempat, Pengetahuan Agama
JENIS PENGETAHUAN
6. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas
manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sungguhsungguh. Binatang juga mempunyai
pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya
(survival).
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-
kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal barn, karena dia
hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Manusia
mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan,
manusia "memanusiakan diri dalam hidupnya" dan masih banyak lagi
pernyataan semacam ini, semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa
manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang
lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan
manusia mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini jugalah yang
mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi ini.
7. Hakikat Pengetahuan
Teori ini mempunyai pandangan Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state).
Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun
gambaran tentang fakta yang ada di luar akal. Persoalannya kemudian adalah apakah gambaran itu
sesuai dengan fakta atau tidak? Apakah gambaran itu benar? Atau apakah gambaran itu dekat pada
kebenaran atau jauh dari kebenaran?
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:
Realisme
Idealisme
Sumber Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari mana pengetahuan itu diperoleh
atau lewat apa pengetahuan didapat. Dari situ timbul pertanyaan bagaimana caranya kita memperoleh
pengetahuan atau dari mana sumber pengetahuan kita? Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh
dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut.
Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:
Empirisme
Rasionalisme
Intuisi
Wahyu
8. PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN ILMU
Pengetahuan dapat berwujud barang-barang fisik, pemahamannya
dilakukan dengan cara persepsi balk lewat indera maupun lewat akal, dapat
pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang
bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Ilmu adalah suatu bentuk aktiva manusia yang dengan melakukannya umat
manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan
lebih cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari,
serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya pada
dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.
9. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).'
Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang
pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.2
Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu.
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara Iangsung dari kesadarannya sendiri.
Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di
dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang menge-tahui itu menyusun
yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif .
12. FILSAFAT KEBENARAN
Plato pernah mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Dalam waktu belakangan yang cukup
lama Bradley seakan menjawab bahwa kebenaran itu adalah kenyataan. Jadi untuk membuktikan
bahwa hari benar-benar hujan, kita harus membedakan dengan melihat kenyataan yang terjadi di luar
rumah.
Tetapi kenyataan yang terjadi sekarang tidak seluruhnya berupa kebenaran, bahkan yang tidak seharusnya
terjadi akhirnya terjadi juga karena das solen tidak sama dengan das sein. Di muka bumi ini berapa banyak
kita melihat ketidakbenaran, seperti berbagai penindasan, penjajahan dan rekayasa.
Seorang murid Plato bernama Aristoteles, menjawab pertanyaan suhunya ini dengan pendapat
bahwa kebenaran itu subjektif sifatnya, artinya kebenaran bagi seseorang adalah tidak benar bagi yang
lain, sehingga kemudian lahirlah kebenaran relatif dan kebenaran mutlak. Sekarang agar penelitian
cenderung (ebih objektif, maka seorang peneliti yang bertanya kepada seorang responden yang
berpendapat subjektif, perlu ditanyakan kepada beberapa responden lain yang memenuhi syarat agar valid
(dalam Islam disebut dengan shahih) itupun harus diuji kebenarannya, bahkan terkadang dalam kurun
waktu tertentu kebenaran itu berubah sesuai corak berpikir manusia (paradigma).
13. Pengetahuan
Indrawi
Banyak pakar ilmu filsafat yang menganggap benar bahwa
pengetahuan itu terdiri atas sebagai berikut :
1 3
2
Pengetahuan
Akal
Pengetahuan
Budi
4 5
Pengetahuan
Kepercayaan
Pengetahuan
intuitif
14. YANG MAHA BENAR
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq), itulah sebabnya para
pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah) pada setiap penyelesaian
penemuan itmiahnya, ataupun ketika selesai melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali.
Seorang ilmuwan sekular dapat saja berkata bahwa agar tidak terkena penyakit kelamin maka
hendaklah memakai kondom bila bersetubuh dengan pelacur. Pada kesempatan lain keberadaan
pejabat pemerintah juga dapat dinilai tidak baik tetapi benar secara logika bila menjatuhkan hukuman
mati kepada pelaku kejahatan. Mereka yang menganggap hukuman mati tidak perlu dijatuhkan atas
pelaku kejahatan, lalu bagaimana dengan pelaku yang memperkosa anak keci) kemudian menyilet
wajahnya untuk kepuasan dan penghilangan jejak, bagaimana dengan pelaku kejahatan yang
memperkosa ibu kandungnya sendiri tanpa rasa kemanusiaan? Maka jawabannya hanyalah satu, yaitu
MATI.
Untuk memperjelas keterangan, penulis mempersilahkan untuk menyimak gambar tersebut di bawah ini
(pada halaman berikutnya) mengenai Hubungan antara Logika Islam dengan Tahmid.
15. Kebenaran Bersifat Semantik
Pernyataan' merupakan suatu istilah yang bersifat sintaktis; 'proposisi' ialah istilah yang bersifat
semantik, dan demikian pula kata 'benar' mengacu kepada makna simbol-sirnbol, dan bukan
kepada simbolnya. Maka kemungkinan untuk mengatakan bahwa 'p' adalah benar, jika dan hanya
jika p itulah halnya; dalam hal ini menurut kebiasaan simbol 'p' menunjukkan pernyataan,
sedangkan simbol p mengacu kepada
proposisi.
Kebenaran' menunjukkan bahwa makna suatu pernyataan artinya" proposisinya - sungguh-
sungguh merupakan halnya. Bila proposisinya tidak merupakan halnya, maka kita mengatakan
bahwa proposisi itu
'sesat'. Kadang-kadang orang juga memakai istilah-istilah yang lain. Misalnya, bila suatu
proposisi
mengandung kontradiksi, maka kita dapat mengatakan bahwa proposisi itu 'mustahil',
sedangkan jika proposisi itu sedemikian rupa sehingga apa pun yang terjadi proposisi itu
berbentuk 'p atau bukan p', maka kita menamakan 'tautologi'. tingkat-tingkat probabilitas
(probability) dan kemungkinan benar juga dapat diterapkan kepada proposisi, sesuai dengan
tingkat-tingkat bahan-bahan bukti untuk mempercayainya sebagai proposisi yang benar atau
sesat.
16. Proposisi suatu
pernyataan yang benar
Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah
pernyataan itu benar ataukah tidak. Bahkan mereka yang mengatakan bahwa makna sama
dengan keadaan yang dapat diverifikasi, akan bersepakat demikianlah harapan saya bahwa
mengetahui syarat- syarat untuk menetapkan suatu pemyataan dapat diverifikasi tidaklah sama
dengan mengetahui bahwa syarat-syarat itu sudah dipenuhi. Untuk sampai pada definisi tentang
kebenaran, marilah kita hubungkan lagi pembicaraan kita dengan kalimat, "Di luar hawanya dingin."
Kalimat, ini dapat dianalisa sebagai berikut: (l) suatu perangkat tanda, (2) suatu susunan tanda -tanda
yang teratur yang sesuai dengan aturan-aturan sintaksis, (3) makna yang dikandungnya
atau dimaksudkannya. Bila kita mencari sesuatu definisi tentang kebenaran, maka kita tidak
berhubungan dengan kalimat-kalimat sebagai sekadar tanda-tanda atau berhubungan dengan aturan-
aturan sintaksis begitu saja.
17. Ukuran Kebenaran
Kiranya semua ini cukup terang dan jelas. Mengenai makna apa yang didukung oleh
perkataan
'kebenaran' tampaknya dapat dijawab dengan mudah. Tetapi kesulitan-kesulitan akan timbul bila
saya menanyakan "Bagaimana cara saya mengetahui bila proposisi itu benar?" Dengan perkataan
lain, ukuran apakah yang dapat diterapkan pada proposisi-proposisi untuk menentukan
kebenarannya atau kenyataannya? Ini berarti mengadakan pembedaan antara definisi tentang
kebenaran masalah tentang makna dengan ukuran tentang kebenaran. Apa yang kita butuhkan
ialah sesuatu yang dapat dipakai untuk menunjukkan bahwa definisi itu terpenuhi, karena tidaklah
mudah untuk menerapkan suatu definisi secara langsung.
Misalnya, saya mengatakan "di luar hawanya dingin" kepada seseorang di kamar sebelah, dan ia
ingin sekali mengetahui apakah proposisi tersebut benar atau tidak. Definisi itu sesungguhnya
tidak banyak membantunya, karena apa yang ingin ia ketahui ialah apakah definisi itu betul-betul
terpenuhi ataukah tidak. Ia mungkin ke luar untuk melihat bagaimana caranya orang berpakaian
atau ia mungkin pergi ke luar untuk mengamati termometer. Tetapi bagaimana dengan orang
yang akan membaca hal itu, yang mungkin dibacanya dua tahun kemudian dan yang berada 500
mil dari tempat tersebut? Dapatlah digambarkan bahwa masalahnya bersifat pelik serta sukar.
18. Ukuran Kebenaran
Catatan-catatan yang terakhir ini dimaksudkan untuk sekali lagi menegaskan bahwa jawaban-
jawaban terhadap masalah-masalah kefilsafatan itu saling berkaitan. Tidaklah mungkin untuk
memisahkan- misahkan jawaban terhadap masalah kebenaran serta ukurannya dari jawaban-
jawaban yang diberikan terhadap masalah-masalah kefilsafatan yang lain, meskipun ada orang-
orang yang ingin percaya bahwa demikianlah halnya. Yang demikian ini serupa dengan mencoba
untuk menyatu-hasilkan permainan 'teka-teki' anak-anak (rumah-rumahan, dan sebagainya, pen.).
Bagian dari'teka-teki' yang kita tempatkan pada suatu tempat, mungkin karena bangunnya,
membantu atau menghalangi bagi kita untuk menemukan bagian 'teka- teki' lain yang cocok.
Keadaan saling tergantung ini kian menjadi jelas bila saya membicarakan jawaban-jawaban
yang pokok terhadap masalah ukuran kebenaran. Di buku ini, diketengahkan pernyataan itu
benar atau tidak ada 4 (empat) teori saja. Yang sebetulnya masih ada teori lain,yaitu : (1).
Coherence Theory; (2). Corespodensy theory, (3). Emperical Theory; (4). Pragmatis.
19. Allah Lah Yang Maha Benar
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq), itulah sebabnya
para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah) pada setiap
penyelesaian penemuan itmiahnya, ataupun ketika selesai melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak
tiga puluh tiga kali.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka bahwa ilmu tidaklah bebas nilai, karena antara
logika dan etika harus berdialektika, jadi bukan hanya karena penggabungan ilmu dan agama
yang dalam pembicaraan kita sehari-hari biasanya disebut dengan Imtaq (Iman dan Taqwa).
Seorang ilmuwan sekular dapat saja berkata bahwa agar tidak terkena penyakit kelamin
maka hendaklah memakai kondom bila bersetubuh dengan pelacur. Pada kesempatan lain
keberadaan pejabat pemerintah juga dapat dinilai tidak baik tetapi benar secara logika bila
menjatuhkan hukuman mati kepada pelaku kejahatan. Mereka yang menganggap hukuman mati
tidak perlu dijatuhkan atas pelaku kejahatan, lalu bagaimana dengan pelaku yang memperkosa
anak keci) kemudian menyilet wajahnya untuk kepuasan dan penghilangan jejak, bagaimana
dengan pelaku kejahatan yang memperkosa ibu kandungnya sendiri tanpa rasa kemanusiaan?
Maka jawabannya hanyalah satu, yaitu MATI.
21. Di susun oleh :
Kelompok 11
1. Atikatul Latifah (1211900343)
2. Jefry Ardiansyah (1211900338)
3. Tri Agustin (1211900336)
BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU
KEPASTIAN
DAN KEBENARAN ILMIAH
22. Sebagian orang beranggapan bahwa filsafat adalah sesuatu hal yang tidak penting, bahkan sesuatu
hal yang tabu untuk diperbincangkan. Pada dasarnya filsafat bukanlah hal yang buruk, karena filsafat
itu sebenarnya adalah berpikir secara mendasar (radikal), menyeluruh (holistik), dan spekulatif.
Pemikiran yang cenderung terkotak-kotak, parsial, atau fragmented adalah wajar. Namun perlu
disadari, manusia hidup pada suatu sistem besar yang saling terkoneksi satu dengan lainnya. Apabila,
manusia tetap mengkhususkan diri dengan pemikirannya yang sempit, maka tidak tertutup
kemungkinan dia akan menjadi seseorang yang fanatik, tidak berkembang. Sebuah fenomena
yangterjadi di dunia harus disikapi dari kaca mata yang berbeda karena adanya suatu jalinan yang
saling kait-mengkait. Dengan demikian, filsafat mengajak berpikir secara holistik dalam rangka
mananggapi dan memecahkan suatu masalah demi mewujudkan suatu sistem kehidupan manusia yang
seimbang secara ragawi dan rohani
Mengapa Harus Berpikir Secara Filsafat
23. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan untuk berpikir (homothinking),
makhluk yang mampu membangun atau mengembangkan potensi rasa dan karsa (emotional quotion),
dan makhluk yang mampu membangun kualitas kedekatan pada Tuhan (spiritual.quotion)
Dengan ungkapan lain, manusia adalah makhluk 'multi dimensional', dengan segalakemampuan yang
dimiliki manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan itulah yang menjadi
senjata pamungkas bagi manusia dalam menguasai atau memberdayakan alam seisinya.
Kemampuan multidimensi tersebut, menyebabkan manusia mampu mengembangkan beragam ilmu
pengetahuan atau kebudayaan yang kompleks menuju keunggulan hidup (civilization).
24. Di antara bagian terpenting dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan adalah
lemampuan manusia untuk menalar’. Dari kemampuan menalar itulah manusia dapat;
1. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara maksimal
2. memilih danmembedakan sesuatu itu benar atau salah, sesuatu itu baik atau tidak baik .
3. memilih beragamalternatif pilihan jalan hidup yang benar atau tidak benar, bermanfaat
atau tidak bermanfaat.
4. tents melakukan inovasi diberbagai bidang kehidupan dengan pola perubahan
yangbersifat progress of change.
25. • Berfilsafat adalah berpikir. Ini tidak berarti bahwa berpikir adalah berfilsafat. Kalau dikatakan
berfilsafat adalah berpikir, hal ini dimaksudkan bahwa berfilsafat termasuk kegiatanberpikir. Berpikir
adalah berbicara dengan dirinya sendiri di dalam batin. Sedangkan berpikir dengan benar mengandung
pengertian mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan sesuatu, menunjukkan
alasan alasan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari bagaimana berbagai hal berhubungan satu sama
lain, menarik kesimpulan, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi dan membahasakan suara realitas.
• Filsafat membawa kita berpikir secara mendalam, maksudnya untuk mencari kebenaran substansial
atau kebenaran yang sebenarnya dan mempertimbangkan semua aspek, serta menuntunkita untuk
mendapatkan pemahaman yang lengkap. Lagi-lagi bagi banyak orang, pertanyaan "Untuk apa
berfilsafat?" menyiratkan suatukepentingan praktis. Ada sebuah jawaban yang juga praktis untuk
pertanyaan itu. Keterlibatan kita secara kritis dalam filsafat dapat mengubah keyakinan-keyakinan
dasar kita, termasuk sistem nilai yang kita miliki dan bagaimana kita memandang dunia secara "Mum.
26. Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada diri
manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa dirinya sangat
kecil dan lemah, terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila seseorang
merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau
kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan keterbatasan dirinya tadi manusia mulai
berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang
tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki..
Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam
kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri,
semacamkeberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari
telah dijangkau.
27. Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh, sifat mendasar dan sifat spekulatif.
Orang yang berpikir filsafati berarti orang tersebut membongkar tempat berpijak secara
fundamental.
Dalam sifat spekulatif berpikir filsafati, tidaklah mungkin manusia menangguk pengetahuan
secara keseluruhan, bahkan manusiapun tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar
pemikiran yang mendasar. Itu hanya sebuah spekulasi. Menyusun sebuah lingkaran memang
harus dimulai dari sebuah titik, bagaimanapun spekulatifnya. Yang penting dalam prosesnya
nanti, dalam analisis maupun pembuktiannya, manusia harus dapat memisahkan spekulasi
mana yang palingdapat diandalkan.
Mengukur Berpikir Filsafat
28. Filsafat juga mempunyai fungsi khusus dalam lingkungan sosial budaya Indonesia. Bangsa Indonesia
berada di tengahtengah dinamika proses modernisasi yang meliputi semakin banyaknya bidang dan
hanya untuk sebagiannya dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan.
Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan normanorma itu,
filsafat membantu untuk mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis.Filsafat merupakan sarana baik
untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisitradisi, dan filsafat Indonesia untuk mengaktuali
sasikan nya bagi Indonesia modern yang sedang
kita bangun. Filsafatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara verbalistik,
melainkan secara evaluatif, kritis dan refleksif, sehingga kekayaan rohani bangsa dapatmenjadi modal dalam
pembentukan terusmenerus identitas modern bangsa Indonesia
29. Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan
intelektual bangsa pada umumnya dan khususnya dalam kehidupan intelektual di universitas-
universitas dan lingkungan akademis.
Cara terpenting untuk memahami apa itu filsafat tidak lain adalah dengan berfilsafat.
Berfilsafat, artinya menyelidiki suatu permasalahan dengan menerapkan argumen-argumen
yang filosofis. Maksud argumen-argumen yang filosofis adalah argumen-argumen yang
memiliki sifatsifat deskriptif, kritis atau analitis, evaluatif atau normatif, spekulatif, rasional,
sistematis,mendalam, mendasar, dan menyeluruh. Dengan perkataan lain, berfilsafat berarti
mempertanyakan dasar dan asal-usul dari segala-galanya, mencari orientasi dasar bagi
kehidupan manusia.
30. Beberapa buku menjelaskan ciri-ciri berpikir filsafat dengan bermacam macam pula. Diantaranya
dijelaskan sebagai berikut.
1. Konsepsional. Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagian konsepsional.
Konsepsi merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta
proses-proses satu demi satu.
2. Koheren. Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren
yang konsepsional.
3. Memburu kebenaran. Filsuf adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah
kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan.
4. Radikal. Berfilsafat berarti berpikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir
secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu.
5. Rasional. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional yang bersifat
rasional. Yang dimaksudkan dengan bagan konsepsionl yang bersifat rasional ialah bagan yang
bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.
6. Menyeluruh. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang
memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri.
31. Dalam telaah-telaah mengenai Filsafat Ilmu Pengetahuan kita menemukan banyak masalah dan
pemecahannya. Masalah-masalah itu antara lain, kepastian, kebarangkalian, kesesatan dalam ilmu-ilmu
empiris dan ilmu eksakta dan lain-lain. Suatu masalah pokok yang harus dicerap adalah kebenaran
dankepastian. Pengetahuan selalu mengandung kebenaran dalam arti bahwa apa yang kita klaim sebagai isi
pengetahuan kita haruslah benar.
Kita menemukan beberapa teori mengenai kebenararan yaitu :
1. Teori Kebenaran sebagai Persesuaian
2. Teori Kebenaran sebagai Keteguhan
3. Teori Pragmatis tentang Kebenaran
4. Teori Kebenaran Performatif
5. Teori Kebenaran Historis.
32. Kita tahu bahwa paling kurang ada dua macam kebenaran yaitu kebenaran empiris dan logis yang
kiranya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu terdapat tiga sifat dasar kebenaran
ilmiah:
● Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis (berdasarkan kesimpulan yang logis-rasional dari
premis-premis tertentu). Karena itu bersifat rasional, maka semua orang rasional dapat
menggunakan akal budinya secara balk dan memahami kebenaran ilmiah ini. Sebab itu is bersifat
universal. Sifat rasional harus dibedakan dari `masuk akal' (reasonableness). Sifat rasional berlaku
untuk kebenaran ilmiah. `Masuk akal' berlaku terutama bagi kebenaran tertentu yang berada di luar
lingkup ilmu pengetahuan. Misalnya, sikap marah atau menangis dapat masuk akal walau tidak
rasional.
● Isi empiris: kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada (empiris).
● Sifat pragmatis mau menggabungkan dua sifat kebenaran di atas. Pernyataan itu logis dan
empiris,maka harus juga berguna dalam hidup manusia dalam memecahkan permasalahan.
Sifat-Sifat Kebenaran Ilmiah
34. PENALARAN
Di susun oleh :
Kelompok 11
1. Atikatul latifah (1211900343)
2. Jefry Ardiansyah (1211900338)
3. Tri Agustin (1211900336)
35. ARGUMENTASI adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui argumentasi penulis berusaha
merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu
pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi merupakan dasar yang
paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dan dalam• dunia ilmu pengetahuan,
argumentasi itu tidak lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan
kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
1. PENDAHULUAN
36. Dalam tulisan sering kita mengutip pendapat Orang yang
terkenal untuk memperkuat pembuktian kita. Tetapi harus
diperhatikan bahwa kemashuran dan ketiesaran seseorang tidak
selalu bisa dijadikan alasan untuk mengutip begitu saja pendapat
dan pikiran autoritas itu tanpa memberikan suatu penilaian yang
kritis. Yang benar adalah bahwa orang itu menjadi besar dan
terkenal karena pendapat dan pikirannya yang diterima dan
dikagumi orang sebagai pendapat dan pikiran yang benar dan luhur.
Sebagai manusia, siapa saja dapat membuat kesalahan dan
kekhilafan. Sebab itu setiap penulis harus bersikap kritis
menghadapi pendapat orang-orang lain, baik orang yang terkenal
maupun yang kurang terkenal.
37. Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha
menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada
suatu kesimpulan. Bila kita bandingkan argumentasi dengan sebuah bangunan, maka fakta, evidensi, dan
sebagainya dapat disamakan dengan batu bata, batu kali, semen, dsb., sedangkan
proses penalaran itu sendiri dapat disamakan dengan bagan atau arsitektur untuk membangun gedung
tersebut. Penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.
2. PROPOSISI
Sebaliknya sebuah pernyataan atau
proposisi dapat disangkal atau ditolak bila terdapat fakta-fakta yang menentangnya. Untuk
menjelaskan hal itu perhatikan contoh-contoh berikut:
Semua manusia akan mati pada suatu waktu.
Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah. Kota Bandung
hancur dalam Perang Dunia Kedua karena born atom. Sernua gajah telah punah tahun
1980.
Keempat kalimat di atas merupakan proposisi; kedua kalimat yang pertama dapat
dibuktikan kebenarannya, dan kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta-fakta yang ada
menentang kebenarannya. Tetapi keempatnya tetap merupakan proposisi.
38. 3. INFERENSI DAN IMPLIKASI
Tiap proposisi dapat mencerminkan dua macam kemungkinan. Pertama, ia
merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai akibat dari pengalaman atau
pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal. Kedua, proposisi dapat juga
merupakan pendapat, atau kesimpulan seseorang mengenai sesuatu hal.
Kalimat-kalimat seperti "Tadi terjadi sebuah tabrakan di depan Universitas"
merupakan sebuah proposisi yang bersifat pernyataan faktual, yaitu sebuah
pernyataan yang menyangkut fakta atau peristiwa yang dialami oleh seseorang.
Tetapi bila informasi tadi dilanjutkan dengan meriggtakan "Sopir bis yang
melakukan kesalahan, karena tiba-tiba ia menghentikan kendaraannya", maka
proposisi ini merupakan suatu kesimpulan atau pendapat, karena pembicara
menyampaikan pernyataan itu dengan bertolak dari beberapa fakta untuk
sampai kepada pernyataan yang Baru itu.
39. Untuk membuktikan kebenaran yang terkandung dalam sebuah kesimpulan, harus dicari
dan diuji fakta-fakta yang dijadikan landasan untuk menyusun kesimpulan itu. Fakta adalah apa
saja yang ada, baik perbuatan yang dilakukan maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi atau
sesuatu yang ada di alam ini. Fakta adalah hal yang ada tanpa memperhatikan atau
mempersoalkan bagaimana pendapat orangorang tentangnya. Sebaliknya pendapat merupakan
kesimpulan (inferensi), penilaian, pertimbangan, dan keyakinan seseorang tentang fakta atau
fakta-fakta itu. Sebab itu setiap ucapan yang bersifat faktual, atau suatu pernyataan yang
didasarkan atas fakta, harus selalu dapat dibuktikan sebagai sesuatu yang benar atau yang
mustahil
40. Sedangkan implikasi adalah
rangkuman, yaitu sesuatu dianggap
ada karena sudah dirangkum dalam
fakta atau evidensi itu sendiri.
Banyak dari kesimpulan sebagai
hasil dari proses berpikir yang logis
harus disusun dengan
memperhatikan kemungkinan-
kemungkinan yang tercakup dalam
evidensi (= implikasi), dan
kesimpulan yang masuk akal
berdasarkan implikasi (= inferensi).
Kata inferensi berasal dari kata
Latin inferre yang berarti
menarik kesimpulan. Kata
implikasi juga berasal
daribahasa Latin, yaitu dari
kata implicare yang berarti
melibat atau merangkum.
Dalam logika, juga dalam
bidang ilmiah lainnya, kata
inferensi adalah kesimpulan
yang diturunkan dari apa yang
ada atau dari fakta-fakta yang
ada.
41. Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada
hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau
autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang
dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa
terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekadar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau
tidak. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada
pernyataan saja, bila ia menganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta
memahami sepenuhnya kesimpulankesimpulan yang diturunkan daripadanya.
4. WUJUD EVIDENSI
42. Dalam wujudnya yang paling
rendah evidensi itu berbentuk
data atau informasi. Yang
dimaksud dengan data atau
informasi adalah bahan
keterangan yang diperoleh
dari suatu sumber tertentu.
Biasanya semua bahan
informasi berupa statistik,
dan keterangan-keterangan
yang dikumpulkan atau
diberikan oleh orang-orang
kepada .seseorang,
semuanya dimasukkan dalam
pengertian data (apa yang
diberikan) dan informasi
(bahan keterangan)
43. 5. CARA MENGUJI DATA
a. a. Observasi
Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan
seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya
sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam
usaharneyakinkan para pembaca, maka kadang- kadang pengarang
merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat
untuk mengecek data atau informasi itu. Dan sesungguhnya dalam
banyak hal pernyataan- pernyataan yang diberikan oleh seseorang,
biasanya didasarkan Pula atas observasi yang telah diadakan.
Sebab itu, tiap pengarang atau penulis harus mengadakan pengujian lagi dengan
mengobservasi sendiri data atau informasi itu. Sesudah mengadakan observasi, pengarang
dapat menentukan sikap apakah informasi atau data itu sesungguhnya merupakan fakta
atau tidak, atau barangkali hanya sebagian saja yang benar sedangkan sebagian lain hanya
didasarkan pada perasaan dan prasangka para informan.
44. b. KESAKSIAN
Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu
harus dilakukan dengan
observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk
mengharuskan seseorang mengadakan
observasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan
itu terjadi karena waktu, tempat, dan
biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu
penulis atau pengarang dapat
melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau
keterangan dari orang lain, yang
telah mengalami sendiri atati menyelidiki sendiri
persoalan itu
45. Dalam kehidupan kita sehari-
hari kita mengetahui bahwa
untuk memutuskan suatu
perkara, hakim tidak perlu
mengadakan penyelidikan
sendiri tentang fakta-fakta dari
perkara yang tengah diadili. Ia
dapat memanggil orang-orang
lain yang telah mengalami
sendiri peristiwa tersebut.
Demikian pula halnya
dengan semua
pengarang atau penulis.
Untuk memperkuat
evidensinya, mereka
dapat mempergunakan
kesaksiankesaksian
orang lain yang telah
mengalami sendiri
peristiwa tersebut
Yang dimaksudkan dengan
kesaksian di sini tidak hanya
mencakup apa
yang didengar langsung dari
seseorang yang mengalami
suatu peristiwa, tetapi juga
diketahui melalui buku-buku,
dokumendokumen, dan
sebagainya.
46. C. AUTORITAS
Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji
fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah
meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni
pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah
menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat,
memperhatikan semua kesaksian, menilai semua
fakta kemudian memberikan pendapat mereka
sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
47. 6. CARA MENGUJI FAKTA
Sebagai telah dikemukakan di atas, untuk menetapkan apakah data atau
informasiyang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian,
apakah data-data atau informasi merupakan kenyataan atau hal yang sungguh-
sungguh terjadi. Penilaian tersebut Baru merupakan penilaian-penilaian tingkat
pertama. Penilaian tingkat pertama hanya diarahkan untuk mendapatkan
keyakinan, bahwa semua bahan itu adalah fakta. Dan penilaian itu tidak saja
berhenti di sini. Pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat
kedua, yaitu yang mana dari semua fakta itu dapat digunakan sehingga benar-
benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Atau dengan kata lain harus
diadakan seleksi untuk menentukan fakta-fakta mana yang dapat dijadikan
evidensi dalam argumentasi itu.
48. A. KONSISTENSI
Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai
sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan
mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat
konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi
yang lain.
B. KOHERENSI
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana yang
dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan
digunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan pcngalaman-pengalaman
manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku. Bila penulis
menginginkan agar sesuatu hal dapat diterima, is harus meyakinkan pembaca bahwa
karena pembaca setuju atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang
dikemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu
konklusinya
49. 7. CARA MENILAI AUTIRITAS
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas-
de- sus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan
membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat
yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data-data
eksperimental. Demikian pula .sikap seorang penulis menghadapi pendapat
autoritas. Ada kemungkinan bahwa suatu autoritas dapat melakukan kesalahan-
kesalahan. Di pihak lain autoritas-autoritas yang sungguh-sungguh ahli, masih
dapat berbeda pendapat mengenai suatu persoalan. Suatu autoritas dapat pula
mempergunakan keterangan dari autoritas lain, atau mempergunakan
kesaksian dan interpretasi orang-
orang biasa untuk menyusun pendapatnya.
50. A. KEMASRUHAN DAN PRESTISE
Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas
adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas
itu hanya sekadar bersembunyi di balik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
Apakah ahli itu menyertakan pendapatnya dengan fakta-fakta yang meyakinkan?
Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise tertentu,
dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Seorang yang menjadi terkenal karena
memperoleh lima medali emas berturut-turut dalam pertandingan lomba lari jarak lima
ribu meter, diminta pendapatnya tentang cara-cara pemberantasan korupsi. Selama apa
yang dikatakannya hanya merupakan pendapat, maka tidak menjadi masalah. Tetapi
sangat menyedilikan bila pendapatnya itu dikutip dan diperlakukan sebagai suatu
autoritas, tanpa mengadakan penilaian sampai di mana kebenaran pendapatnya itu, dan
dasar-dasar mana yang dipakai dan diandalkan untuk menyusun pendapat itu.
51. B. KOHERENSI DENGAN KEMAJUAN
Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah
pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan
kemajuanjaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam
bidang itu. Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti bahwa
pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapatpendapat
terakhir dari ahli-ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan,
karena autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling
baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala
kebaikan dan keburukannya atau kelemahannya, sehingga
mereka dapat mencetuskan suatu pendapat yang lebih baik, yang lebih
dapat dipertanggungjawabkan.
52. Untuk memperlihatkan
bahwa penulis sungguh-
sungguh siap dengan
persoalan yang tengah
diargumentasikan, maka
sebaiknya seluruh
argumentasi itu jangan
didasarkan hanya pada satu
autoritas. Dengan bersandar
pada satu autoritas saja,
maka hal itu memperlihatkan
bahwa penulis kurang
menyiapkan diri.
53. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik
THANKS!
.
56. PENGERTIAN
Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari
hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah metode pemikiran yang membahas tentang
sifat dasar dan hakikat kebenaran yang ada di dunia ini. Filsafat manusia adalah
bagian filsafat yang membahas apa arti manusia sendiri secara mendetail. Filsafat
manusia terus berkembang karena manusia adalah objek yang penuh dengan misteri.
Titik tolak filsafat manusia adalah pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia
yang melingkupinya. Dalam sejarah ada beberapa istilah yang mendahului filsafat
manusia, yaitu psikologi filsafat, psikologi rasional, eksperimental dan empiris.
Antropologi filsafat atau yang lebih dikenal dengan filsafat manusia adalah
bagian integral dan sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau
esensi manusia. Objek material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia
(misalnya psikologi dan antropologi) adalah gejala manusia. Pada dasarnya ilmu
ini bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala
atau ekspresi-ekspresi manusia.
57. Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam
pandangan monoteisme, yang mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat tunggal,
yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme,
atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus
yang keduanya tidak saling menafikan yaitu materi dan rohani, yakni pandangan pluralisme
yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya
mencerminkan unsur yang ada dalam marco kosmos atau pandangan mono dualis yang
menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralisme yang meletakkan
hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya.
Manusia secara individu tidak pernah menciptakan dirinya, akan tetapi bukan berarti bahwa ia
tidak dapat menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan eksistensinya dalam kehidupan
dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan andil atas
jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia
hadapi.
HAKEKAT MANUSIA
58. 1. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang
kenyataan yang diberikan oleh filfafat.
2. Berdasarkan atas dasar hasil-hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman
hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia
sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannyadengan yang lain. Kita juga mengetahui
bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa, dan kehendak. Dengan akal filsafat
memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan
kehendak, maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.
KEDUDUKAN FILSAFAT MANUSIA DALAM
KEHIDUPAN MANUSIA
59. HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN
DISIPLIN ILMU LAIN TENTANG MANUSIA
1.Psikologi membahas objek materi yakni manusia. Ilmu ini hanya membahas manusia dan
segi psikis yang dapat diperoleh dan melihat perilaku manusia, menjelaskan gejala-gejala jiwa
dan mental, bagaimana pengalaman manusia dapat mempengaruhi kehidupan selanjutnya
dan menjelaskan perkembangan manusia dari masa prenatal hingga menjelang kematian.
2.Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi din untuk
mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang lingkup sosialnya, menjelaskan status sosial,
pranata sosial, dan menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup
sendiri.
3.Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi pada
pola kebudayaan dan peradaban yang telah diciptakan manusia atau ditinggalkan manusia,
menjelaskan hasil-hasil kebudayaan, suku, etnis, dan ras suatu masyarakat yang bersifat
lokal.
60. ESENSI DAN EKSISTENSI FILSAFAT MANUSIA
SERTA PERANAN MANUSIA
Di dalam filsafat manusia terdapat beberapa
aliran. Tiap-tiap aliran memiliki pandangan
tentang hakikat atau esensi manusia yang
berbeda-beda. Dari sekian banyak aliran,
terdapat dua aliran tertua dan terbesar, yaitu
materialisme dan idealisme. Sedangkan aliran-
aliran lain, pada prinsipnya merupakan reaksi
yang berkembang kemudian terhadap kedua
aliran tersebut.
Manusia sebagai mahluk yang berdimensional
memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia.
Tetapi sebelum membahas tentang peran dan
kedudukan, pengulangan kembali tentang esensi
dan eksistensi manusia.
Manusia yang memiliki eksistensi dalam hidupnya
sebagai abdullah (kedudukan ketuhanan), an¬nas
(kedudukan antar manusia), al insan (kedudukan
antar alam), al basyar (peran sebagai manusia
biasa) dan khalifah (peran sebagai pemimpin).
1. Esensi manusia menurut
sejumlah aliran dalam filsafat
2. EKSISTENSI DAN
PERANAN MANUSIA
61. PERBEDAAN FILSAFAT MANUSIA DAN ILMU TENTANG
MANUSIA (SPIKOLOGI DAN ANTROPOLIGI)
Ilmu Tentang Manusia Filsafat Manusia
Bersifat positifistik menggunakan metodologi
ilu alam, observasional dan eksperimental yang
terbatasa tampak secara empiris
Bersifat metafisis menggunakan metode ilmu
kemanusiaan, sintetis, reflektif, intensif, dan kritis
yang merupakan gejala seperti filsafat manusia.
Oleh karena itu tidak dapat menjawab
pertanyaan yang mendasar tentang manusia
Oleh karena itu dapat menjawab pertanyaan yang
berdasar tentang manusia
Metode lebih fragmentaris yaitu menyelidiki
hanya bagian tertentu dari manusia, contohnya :
psikologis manusia sebagai organisme.
Antropologi dan sosiologi pada gejala budaya
dan pranata sosial.
Metode sintetis dan reflektif (ektensif) atau
menyeluruh, intensif (mendalam) dan kritis, contoh:
filsafat manusia menekankan kesatuan dua aspek/lebih
dalam satu visi.
62. MANFAAT DAN TUJUAN MEMPELAJARI
FILSAFAT MANUSIA
1. Secara praktis
Siapa sesungguhnya manusia? Hal ini membutuhkan
pemahaman manusia secara menyeluruh, sehingga
memudahkan mengambil keputusan-keputusan
praktis/menjalankan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Secara teoritis
Pemahaman manusia secara yang esensial sehingga kits dapat
meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di
balik teori-teori antropologi dan psikologi dan ilmu-ilmu
tentang manusia.
3. Manfaat lain:
a. Mencari menemukan jawaban tentang siapakah
sesunguhnya manusia itu, masalah-masalah terkait manusia
sangat kompleks sehingga persoalan tentang manusia tidak
habis untuk dibicarakan.
b. Essensi manusia pada prinsipnya adalah sebuah misteri.
Filsafat manusia muncul berawal dari pertanyaan akan
manusia. Pertanyaan¬pertanyaan dalam filsafat
manusia yang dapat menunjukkan tujuan filsafat
manusia adalah:
1. Apakah dan siapakah manusia pada hakikatnya?
2. Bagaimanakah kodrat manusia itu?
3. Apakah sifat-sifat manusia yang unik yang
membedakannya dan makhluk¬mahluk yang lain?
4. Bagaimanakah hubungan antara badan atau raga
dengan jiwa manusia?
5. Bagaimana mungkin manusia dapat bebas dan
merdeka untuk melakukan segala yang dia inginkan?
6. Apakah arti kepribadian seorang manusia?
A. MANFAAT B. TUJUAN
64. Pengantar Filsafat Ilmu
NAMA KELOMPOK 11 :
1. JEFRI ARDIANSYAH 1211900338
2. ATIKATUL LATIFAH 1211900343
3. TRI AGUSTIN 1211900336
Filsafat Etika dan Moral
65. FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
Para ilmuwan yang jujur dan patuh pada norma-norma keilmuan saja belum cukup melainkan is harus
dilapisi olehmoral dan akhlaq, balk moral umum yang dianut oleh masyarakat atau bangsanya (moraVetika
Pancasila bagi bangsa Indonesia), maupun moral religi yang dianutnya. Hal tersebut dimaksudkan agar jangan
sampai terjadi hal-hal yang menyimpang yang akibatnya menyengsarakan umat manusia.
Didalam perkembangan pembangunan bangsa etika Pancasila atau moral Pancasila seyogyanya dipertimbangkan
sebagai landasan moral bagi para ilmuwan Indonesia. Hal ini disebabkan oleh karena mereka mempunyai tugas
dan tanggung jawab untuk membangun bangsa dan negaranya. Sesungguhnya ini merupakan moral khusus namun
amat penting agar pembangunan tidak menyimpang dari tujuan luhur keilmuan (objektivitas) dan kepentingan
kemanusiaan agar dapat selalu berdampingan dengan alam yang lestari dan harmoni.
66. Socrates, seorang filsuf besar Yunani, telah berbicara pada abad sebelum masehi. Kenalilah dirimu
sendiri,demikianlah kurang lebih pesan yang ingin is sampaikan. Manusia ialah makhluk berpikir yang
dengan itu menjadikan dirinya ada. R.F. Beerling, seorang profesor Belanda mengemukakan teorinya
tentang manusia bahwa manusia itu ialah makhluk yang suka bertanya.
Sebagaimana Aristoteles, filsuf Yunani yang lain mengemukakan bahwa manusia ialah hewan yang
berakal sehat, yang mengeluarkan pendapat, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal that
reason). W.E. Hacking, dalam bukunya What is Man, menulis bahwa: "tiada cara penyampaian yang
meyakinkan mengenai apa yang dipikirkan oleh hewan, namun agaknya aman untuk mengatakan bahwa
manusia jauh lebih berpikir dari hewan mana pun.
67. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara, hingga pergaulan hidup tingkat internasional,
diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan
itu menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tats krama, protokoler, dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka
senang, tenang, tenteram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang
tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hakhak asasi
umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.
Hakikat Etika
68. Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos", yang berarti watak kesusilaan atau
adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari
bahasa Latin, yaitu "mos" dan dalam bentuk jamaknya "mores," yang berarti juga adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan
yang buruk..Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat
perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika yaitu untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu:
1. usila (Sanskerta), lebih menunjiikkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik
(su).
2. akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
69. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai:
(1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
(2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan
(3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Sementara itu, Bertens (1993: 6) mengartikan etika sejalan dengan arti dalam kamus tersebut.
• etika diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dengan kata lain, etika di sini diartikan sebagai sistem nilai yang
dianut oleh sekelompok masyarakat dan sangat memengaruhi tingkah lakunya. Sebagai contoh, etika Hindu,
etika Protestan, dan etika Masyarakat Badui.
• etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, atau biasa disebut kode etik. Sebagai contoh etika
kedokteran, kode etik jurnalistik, dan kode etik guru.
• etika diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku yang baik dan buruk. Etika merupakan ilmu apabila asas atau
nilai-nilai etis yang berlaku begitu saja dalam masyarakat dijadikan bahan refleksi atau kajian secara sistematis
dan metodis.
70. Menurut K. Bertens (2011), secara etimologis kata moral sama dengan etika, meskipun kata asalnya beda.
Moral yaitu nilai-niai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Ada lagi istilah moralitas yang mempunyai arti sama dengan moral (dari kata sifat Latin
moralis), artinya suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas yaitu sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai
yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensif rumusan formalnya sebagai berikut:
1. Moral sebagai perangkat ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh
sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa is terikat oleh keharusan
untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
Hakikat Moral Versus Ilmu
71. 1. Moralitas Versus Legalitas dalam Ilmu Pengetahuan
Menurut Immanuel Kant dalam Tjahjadi (1991), filsafat Yunani dibagi menjadi tiga bagian, ya' itu fisika,
etika, dan logika. Logika bersifat apriori, maksudnya tidak membutuhkan pengalaman empiris. Logika si-
buk dengan pemahaman dan rasio itu sendiri, dengan hukum pemikiran universal. Fisika, di samping
memiliki unsur apriori juga memiliki unsur empiris atau aposteriori, sebab sibuk dengan hukum alam
yang berlaku bagi alam sebagai objek pengalaman. Demikian pula halnya dengan etika, di samping
memiliki unsur apriori juga memiliki unsur empiris, sebab sibuk dengan hukum tindakan manusia yang
dapat diketahui dari pengalaman. Tindakan manusia dapat kita tangkap melalui indra kita, akan tetapi
prinsip yang mendasari tindakan itu tidak dapat kita tangkap dengan indra kita. Menurut Kant, filsafat
moral atau etika yang murni justru yang bersifat apriori itu. Etika apriori ini disebut metafisika
kesusilaan.
Aspek dan Sifat Moral Dalam Ilmu Pengetahuan
72. 2. Moralitas Objektivistik Versus Relativistik dalam Ilmu Pengetahuan
Menurut Kurtines dan Gerwitz (1992), timbulnya perbedaan pandangan tentang sifat moral.
sebagaimana dikemukakan itu tak terlepas dari sejarah perkembangan intelektual Barat yang dibagi
dalam tiga periode, yaitu zaman Abad Klasik, Abad Pertengahan, dan Abad Modern. Sejarah ide dunia
Barat dimulai sejak zaman Yunani Kuno sekitar abad ke-5 SM, dengan ahli pikirnya yang sangat
terkenal, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ketiga pemikir terbesar Abad Klasik ini berpandangan
bahwa prinsip moral itu bersifat objektivistik, naturalistik, dan rasional. Maksudnya, meskipun bersifat
objektif sebagaimana yang telah dikemukakan, akan tetapi moral itu merupakan bagian dari kehidupan
duniawi (natural) dan dapat dipahami melalui proses penalaran atau penggunaan akal budi (rasional).
73. 3. Sifat Moral dalam Perspektif Objektivistik Versus Relativistik
Pembicaraan tentang moral seperti yang telah dikemukakan terdapat perbedaan pandangan yang
menyangkut pertanyaan, apakah moral itu sifatnya objektivistik atau relativistik? Pertanyaan yang hampir
sama, apakah moral itu bersifat absolut atau relatif, universal atau kontekstual, kultural, situasional, dan
bahkan individual? Menurut perspektif objektivistik, baik dan buruk itu bersifat pasti atau tidak berubah.
Suatu perilaku yang dianggap baik akan tetap baik, bukan kadang baik dan kadang tidak baik. Senada
dengan pandangan objektivistik, yaitu pandangan absolut yang menganggap bahwa baik dan buruk itu
bersifat mutlak, sepenuhnya, dan tanpa syarat.
Menurut pandangan ini perbuatan mencuri itu sepenuhnya tidak baik, sehingga orang tidak boleh
mengatakan bahwa dalam keadaan terpaksa, mencuri itu bukan perbuatan yang jelek. Demikian pula
halnya dengan pandangan yang universal, prinsip moral itu berlaku di mana saja dan kapan saja. Prinsip
moral itu bebas dari batasan ruang dan waktu.
74. Menurut Jhon G. Kemeny dalam The Liang Gie (2005) mengatakan, ilmu adalah seluruh pengetahuan
yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method).
Terlepas berbagai makna dari pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas dan metode itu bila ditinjau lebih
mendalam sesungguhnya tidak bertentangan bahkan sebaliknya, hal ini merupakan kesatuan logis yang mesti
ada secara berurutan. Ilmu tidak harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan
dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Hakikat Ilmu Pengetahuan dan Kemasan
75. Ilmu pengetahuan merupakan warisan bersama umat manusia, bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu.
Permulaannya dimulai dengan permulaan umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa mencapai kedewasaan
yang memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain-Eropa lainnya, ilmu
eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan bare menyeluruh melalui Renaisans, Abad
Kebangkitan.
Sejatinya ilmu pengetahuan yaitu mengarahkan kecerdasan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat tanpa
mengharapkan keuntungan materi, melakukan pengkajian tak kenal lelah dan terperinci tentang alam semesta untuk
menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya, dan mengikuti metode yang diperlukan untuk mencapai tujuan
itu, maka ketiadaan hal-hal ini memiliki anti bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi harapan kita.
Hakikat Ilmu Pengetahuan dan Kemasan
76. Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dalam sebaik-baik ciptaan, maka manusia memiliki kelebihan yang
istimewa, yaitu kemampuannya dalam menalar, merasa, dan mengindra. Melalui kelebihan ini manusia mampu
mengembangkan ilmu pengetahuannya, dan hal inilah yang secara prinsip menjadi furgan (pembeda) manusia dengan
makhluk lainnya, bahkan pembeda kualitas antarmanusia itu sendiri. Atas kemampuan yang dimiliki manusia itu,
diharapkan dapat berimplikasi terhadap peningkatan taraf kehidupan manusia.
Kemampuan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan telah melahirkan temuan-temuan barn yang belum ada
sebelumnya, atas penemuan itu manusia mendapatkan manfaat secara langsung.
Etika dan Moral Dalam Ilmu Pengetahuan
77. Dalam perspektif sejarah hukum, juga dikenal nama Hugo de Groot (Grotius) sebagai orang yang pertama memakai
hukum alam atau hukum kodrat yang berasal dari pikiran terhadap hal-hal kenegaraan, dia mengemas teorinya sebagai
berikut: Pertama, pada dasarnya manusia mempunyai sifat mau berbuat baik kepada sesama manusia. Kedua, manusia
mempunyai "appetitus societaties" yang dimaknai hasrat kemasyarakatan. Atas dasar appetites societaties ini manusia
bersedia mengorbankan jiwa dan raganya untuk kepentingan orang lain, golongan, dan masyarakat.
Ada empat macam hidup dalam masyarakat menurut teori hukum kodrat:
• Abstinentia alieni (hindarkan diri dari milik orang lain).
• Oblagatio implendorum promissorum (penuhilah janji).
• Damni culpa dati reparatio (bayarlah kerugian yang disebabkan kesalahan sendiri).
• Poenae inter humanies meratum (berilah hukum yang setimpal).
Etika dan Moral Dalam Ilmu Pengetahuan
78. Etika sosial berfungsi membuat manusia menjadi sadar akan tanggungjawabnya sebagai manusia dalam kehidupannya
sebagai anggota masyarakat, menurut semua dimensinya. Demikian juga etika profesi yang merupakan etika khusus dalam
etika sosial mempunyai tugas dan tanggungjawab kepada ilmu dan profesi yang disandangnya. Dalam hal ini, pars ilmuwan
harus berorientasi pada rasa sadar akan tanggungjawab profesi dan tanggungjawab sebagai ilmuwan yang melatar
belakangi corak pemikiran ilmiah dan sikap ilmiahnya.
Dewasa ini dalam upaya penerapan ilmu dan teknologi orang beranggapan atau dipengaruhi oleh Bacon dalam keadaannya
tidak sadar. Bacon menyatakan "Knowledge is power", siapa yang ingin menguasai alam semesta kuasailah ilmu, bahwa
manusia haruslah menguasai alam dan memperlakukannya tanpa memperhitungkan norma-norma etis dalam hubungannya
dengan alam, sehingga akibatnya banyak terjadi kerusakan lingkungan hidup yang pada gilirannya akan mengancam
kelangsungan hidup manusia.
Sikap Manusia
79. Secara intrinsik sifat-sifat yang ada dalam alam semesta juga dimiliki manusia, karena pada hakikatnya dalam did
manusia terdapat pula unsur-unsur yang bersifat alamiah. Manusia sebagai mahluk alamiah dan bersifat real adalah
merupakan bagian dari alam semesta dan oleh karena itu tunduk pada hukum-hukum alam. Menurut Heidegger seperti
dikutip oleh Bakker (1987), bahwa dunia bersama-sama manusia itu bersifat "hodologik". Alam semesta dengan segala
sifatnya menunjukkan jalan pada manusia sesuai dengan sifat-sifat hokum alam. Hubungan itu bersifat timbal-balik dan
bersifat interaktif.
Sebagai ciri utarna mahluk manusia bilamana dibandingkan dengan mahluk-mahluk yang lain maka manu3ia memiliki
ciri sebagai mahluk berbudaya. Kebudayaan ini terwujud karena dalam rangka interaksinya dengan sesama manusia
dan dengan alam lingkungan hidupnya. Dikembangkannya ilmu dan teknologi karena pada awal mulanya manusia ingin
memanfaatkan dan mengolah alam. Dalam masalah ini alam memiliki nilai intrinsik yang sangat vital. Alam dipakai
sebagai sarana dan wahana dalam proses kebudayaan manusia
Sikap Manusia
81. TUGAS SLIDE
Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 11 :
1. Tri Agustin (1211900336)
2. Jefri Ardiansyah (1211900338)
3. Atikatul Latifah (1211900343)
Dosen Pengampu : DR.Sigit Sardjono,M.Ec
TOPIK XIII :
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA
83. Pendahuluan
Latar belakang
Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat) tertentu
yang menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan
pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup bangsa yang diyakini
kebenarannnya dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat yang mendiami
negara tersebut. Pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh
setiap bangsa.
Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat
budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber
hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara.
84. Dalam bukunya Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa ajaran
Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Hakikat filsafatnya
ialah satu sinthese fikiran yang lahir dari antithese fikiran. Dari pertentangan pikiran lahirlah
perpaduan pendapat yang harmonis, begitu pula halnya dengan ajaran Pancasila, satu
sinthese negara yang lahir dari pada satu antithese.
Pendapat Muh.Yamin
Dalam seminar Pancasila beliau berpendapat bahwa filsafat ada di dalam lingkungan
ilmu pengetahuan dan Weltanschauung didalam lingkungan hidup. Dengan belajar
filsafat orang tidak dengan sendirinya mempelajari Weltanscauung. Dan juga tidak
pada tempatnya jika dalam filsafat aspek Weltanschauug ditekan-tekan dengan
berlebih-lebihan.
02.
BEBERAPA PENDAPAT BAHWA
PANCASILA ADALAH SUATU FILSAFAT
01.
Pendapat Drijrkoro
85. Pengertian Filsafat Dan Dasar Filsafat
Pancasila
Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri
dari kata philo, philos, philein yang mempunyai arti cinta / pecinta / mencintai dan sophia
yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Pada umumnya terdapat dua
pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu,
ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup.
Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam
sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka
berada. Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-
pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh
86. ontologi, menurut Aristoteles adalah
ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu
atau tentang ada, keberadaan atau
eksistensi dan disamakan artinya
dengan metafisika. Jadi ontologi adalah
bidang filsafat yang menyelidiki makna
yang ada (eksistensi dan keberadaan),
sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada,
termasuk ada alam, manusia, metafisika
dan kesemestaan atau kosmologi.
Landasan Ontologis
Pancasila
01.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang
menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan
validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan
manusia sebagai hasil pengalaman dan
pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana
manusia mengetahui bahwa ia tahu atau
mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan
menjadi penyelidikan epistemologi.
Landasan Epistemologis
Pancasila
02.
Dasar yang menjadikan pancasila sebagai
filsafat bangsa Indonesia
87. Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau
ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang
menyelidiki :
a. Tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c. Sosio politik yang berwujud ideologi.
Landasan Aksiologis
Pancasila
03.
Dasar yang menjadikan pancasila sebagai
filsafat bangsa Indonesia
88. PANCASILA SEBAGI FILSAFAT
1. Arti Pancasila sebagai Filsafat
Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh
tumpah darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan
kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.
2. Fungsi Filsafat Pancasila
Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam
kehidupan bernegara.
Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi
tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara.
Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu
dari berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat
jelas, kalau di negara itu sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara.
89. PANCASILA SEBAGAI SISTEM
FILSAFAT
Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing
silanya saling kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam
Pancasila tercakup filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang
hubunagan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesame manusia,
hubungan manusia dengan lingkungannya.
Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia
sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila merupakan
filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi
tentang manusia. Oleh karena itu pokok-pokok Pancasila bersifat universal.
90. PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM
FILSAFAT PANCASILA
Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia
bersifat majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari
sila-silanya.
Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodratnya adalah sebagai
makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri (otonom).
Aspek-aspek hakikat kodrat manusia itu dalam realitasnya saling berhubungan erat,
saling brkaitan, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat monopluralis,
dan hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi dasar persatuan dan
kesatuan sila-sila Pancasilayang merupakan dasar filsafat Negara Indonesia.
91. Dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Negara kita Indonesia dalam pengelolaan atau pengaturan kehidupan bernegaranya
dilandasi oleh filsafat atau ideologi pancasila. Fundamen negara ini harus tetap kuat dan
kokoh serta tidak mungkin diubah. Mengubah fundamen, dasar, atau ideologi berarti
mengubah eksistensi dan sifat negara.
Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai
Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.
2. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara
(filsafat negara) RI.
3. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa
dan budaya manapun.
4. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya; filsafat
Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan kepustakaan
secara kuantitas dan kualitas.
93. TUGAS SLIDE
Pengantar Filsafat Ilmu
SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN
FILSAFAT SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH
Dosen Pengampu : DR.Sigit Sardjono,M.Ec
Kelompok 11 :
1. Tri Agustin (1211900336)
2. Jefri Ardiansyah (1211900338)
3. Atikatul Latifah (1211900343)
94. Definisi Sarana Berpikir Ilmiah
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Berpikir
ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi
adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari
pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi
ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
95. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan
yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah
adalah :
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka
diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika.
b. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Definisi Sarana Berpikir Ilmiah
96. Sarana Berpikir Ilmiah
a. Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah.
b. Matematika
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan
lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika
merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau
situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun
pemecahan masalah.
97. Sarana Berpikir Ilmiah
c. Statistika
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.Konsep
statistikasering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu
populasi tertentu. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat
ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan
pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka
makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.
d. Logika
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapat dipertanggung
jawabkan. Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang
dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran
yang salah
98. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika,
Matematika, Dan Statistika
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan
jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah – langkah metode ilmiah seperti
perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik
kesimpulan. Kesemua langkah – langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus
didukung dengan alat / sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang
kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.
Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-
hari.
99. DEFINISI HAKIKAT SARANA BERFIKIR ILMIAH
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris
adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan,
selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan
mengembangkan.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :
1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk
sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
100. DEFINISI HAKIKAT SARANA BERFIKIR ILMIAH
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh
pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan
induksi dan deduksi.
3. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam
hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-
pembuktian.
4. Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan
pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan
ilmiah yang sudah ada.
101. PERAN BAHASA DALAM SARANA BERFIKIR
ILMIAH
Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai
serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, diterangkan bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Adapun ciri-ciri bahasa di antaranya yaitu:
1. Sistematis artinya memiliki pola dan aturan.
2. Arbitrer (manasuka) artinya kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan
apayang disimbolkannya.
3. Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi
4. Sebagai symbol yang mengaju pada objeknya dan lain sebagainya.
102. Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi
ilmiah yaitu :
Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif,
deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah
pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnya
Ketikamengomunikasikan pengetahuan informatifnya
103. PERAN BAHASA DALAM SARANA BERFIKIR
ILMIAH
Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
seluruh proses berpikir ilmiah. Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah
yang merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan
informasi yang berupa pengetahuan dengan syarat-syarat: Bebas dari unsur
emotif, Reproduktif, Obyektif, Eksplisit.
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni,
1. Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
2. Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang
mempergunakan bahasa tersebut.
104. PERAN MATEMATIKA DALAM BERFIKIR
ILMIAH
Penguasaan secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Matematika adalah bahasa yang melambaikan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika
bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu
maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
105. Peranan Matematika sebagai sarana berfikir ilmiah dapat menggunakan alat-alat
yang mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1. Menggunakan algoritma.
2. Melakukan manupulasi secara matematika.
3. Mengorganisasikan data.
4. Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
5. Mengenal dan menenukan pola.
6. Menarik kesimpulan.
7. Membuat kalimat atau model matematika.
8. Membuat interpretasi bangun geometri.
9. Memahami pengukuran dan satuanya.
10.Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel
matematika, kalkulator, dan komputer.
106. PERAN STATISKA DALAM BERFIKIR
ILMIAH
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistika sering dikaitkan
dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika mampu memberikan
secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya
didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin
tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
1. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populas.
2. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen..
3. Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
4. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan
107. Kesimpulan
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni, pertama, sebagai sarana
komunikasi antar manusia, dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok
manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan
unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan
sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan.
109. TUGAS SLIDE
Pengantar Filsafat Ilmu
HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DENGAN
METODOLOGI PENELITIAN.
Dosen Pengampu : DR.Sigit Sardjono,M.Ec
Kelompok 11 :
1. Tri Agustin (1211900336)
2. Jefri Ardiansyah (1211900338)
3. Atikatul Latifah (1211900343)
110. Pendahuluan
Latar belakang
Sejak lama manusia telah memikirkan hal-hal yang mendasar dalam fenomena
kehidupannya secara kritis. Pada perkembangan filsaat sebagai ilmu atau ilmu
filsafat, terdapat hal pokok yang menjadi cabang kajian mengenai cara manusia
berfikir. Ketiga cabang tersebut merupakan Ontology, Epistemologi dan Aksiologi.
Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas.
Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.
Epistemologi berasal dari kata “Episteme” yaitu pengetahuan dan juga “logos
yang bermakna ilmu, uraian atau alasan sehingga secara etimologi, epistemologi
dapat diartikan sebagai teori tentang ilmu pengetahuan atau Theory of Knowledge.
111. Hubungan antara Filsafat Ilmu dengan Metodologi
Penelitian
Keterkaitan antara filsafat ilmu dengan metode penelitian jelas ada, serta sulit dibantah.
Filsafat ilmu jelas merupakan dasar keilmuan, yang banyak dijadikan fondasi metode
penelitian. Metode penelitian merupakan jalur andal bagi filsafat ilmu untuk
menemukan kebenaran.
Metodologi penelitian adalah berarti ilmu tentang metode. Sedang penelitian adalah
kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan
mengkaji data yang dilakukan secara sistematis dan objektif.Metodologi penelitian
merupakan bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis
dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah,
dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.
112. Hubungan antara Filsafat Ilmu dengan Metodologi
Penelitian
. Berfikir filsafat selalu mengikuti penalaran yang logic dan mendasar. Tujuan berfilsafat
adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun
secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat.
Sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat, yaitu:
(1) teori pengetahuan
(2) teori hakikat dan
(3) teori nilai.
Jadi filsafat sebagai suatu proses berfikir bebas, sistematis, radikal dan mencapai dataran
makna yang mempunyai cabang ontologi, epistimologi dan aksiologi.
113. Hubungan antara Filsafat Ilmu dengan Metodologi
Penelitian
Penelitian membutuhkan pemikiran ontology, yaitu sebagai teori hakikat. Teori hakikat ini
sangat luas, segala yang ada mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan-
pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Setiap
cabang penelitian, pasti terkait dengan persoalan yang sedang diteliti.
Di dalam ontology membahas dua bidang yaitu:
(1) kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga hakikat
tujuan, kosmos.
(2) Metafisik atau antropologi secara etimologis berarti dibalik atau di belakang fisika artinya
ia ingin mengerti atau mengetahui apa yang ada dibalik dari ala mini atau suatu yang tidak
Nampak.
114. Hubungan antara Filsafat Ilmu dengan Metodologi
Penelitian
Dalam metode penelitian, secara tegas akan mengaitkan persoalan apa fenomena
yang diteliti, ada apa dibalik fenomena itu, dan sejauhmana eksistensi fenomena yang diteliti.
Hal ini, dalam konteks filsafat ilmu sering dibahas dalam epistemology.
Menurut Bahtiar, tujuan filsafat adalah:
(1) Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami
sumber hakikat dan tujuan ilmu,
(2) Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai
bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara
historis.
115. Hubungan antara Filsafat Ilmu dengan Metodologi
Penelitian
metode ilmiah untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar diperlukan cara-cara
yang benar pula. Meurut para pakar, mencari kebenaran, cara-cara memperoleh kebenaran
ilmiah disebut metode ilmiah, yang terdiri dari proses
(1) mencari masalah,
(2) menentukan hipotesis,
(3) menghimpun data,
(4) menguji hipotesis,
(5) prinsip ini berlaku untuk semua sains operasionalisasi Metode ilmiah itu dikatakan pada
bidang studi metodologi penelitian.
116. Ilmu dan Pengetahuan
Pengertian
Ilmu dan pengetahuan merupakan dua istilah yang berbeda. Soetriono dan SRDm Rita
Hanafie mengemukakan bahwa ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan
adalah ilmu.
Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungan atau menjalin
sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang
berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas yang hakiki dan universal.
Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas dari suatu objek menurut
metode tertentu yang merupakan suatu kesatuan sistematis
117. Kedudukan Filsafat Ilmu Dan Penelitian
Sesungguhnya berubungan atau tidaknya filsafat ilmu pengetahuan dan penelitian merupakan
masalah rumit, yang tidak mungkin dijawab dengan sekedar ada hubungan atau tidak ada
hubungan dari keduanya.
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan
ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun
demikian untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu
pengetahuan, maka diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna
khusus tentang istilah tersebut.
Sedangkan penelitian adalah suatu penyelidikan yang sistematis dan metodis atas suatu
masalah untuk menemukan solusi atas masalah tersebut dan menambah hazanah pengetahuan.
118. Kedudukan Filsafat Ilmu Dan Penelitian
filsafat ilmu pengetahuan memerlukan penelitian untuk mendapatkan atau mebuktikan
kebanaran. Contohnya :Pertama, Ketika kita meninjau ulang dan mensistesiskan pengetahuan yang
ada kita memerlukan penelitian dan filsafat ilmu pengetahuan. Kedua, Menyelidiki beberapa
masalah atau situasi yang ada.
Isi filsafat ditentukan oleh obyek apa yang dipikirkan, obyek yang difikirkan oleh filosof ialah segala
yang ada dan yang mungkin ada. Jadi filsafat sebagai suatu proses berfikir bebas, sistematis, radkal
dan mencapai dataran makna yang mempunyai cabang ontology, epistemologi dan aksiologi.
119. Kedudukan Filsafat Ilmu Dan Penelitian
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh
pengetahuan. epistemologi dari sini dapat disimpulkan bahwa bila ontology memahami sesuatu
adalah tunggal maka cara memperoleh kebenarannya dengan menggunakan jenis penelitian
kuantitatif, akan tetapi bila ontologynya memahami sesuatu secara jamak, maka digunakan jenis
penelitian kualitatif.
Aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai (value), tindakan moral melahirkan
nilai etika, ekspresi keindahan yang melahirkan nilai esthetika dan kehidupan sosiolah yang
menjelaskan apa yang di anggap baik dalam tingkah laku manusia, apa yang di maksud indah dalam
seni.
120. Kedudukan Filsafat Ilmu Dan Penelitian
Menurut para pakar , mencari kebenaran, cara-cara memperoleh kebenaran ilmiah diebut metode
ilmiah, yang terdiri mencari masalah, menentukan hipotesis, menghimpun data, menguji hipotesis,
prinsip ini berlaku untuk untuk semua sains oprasionalisasi, metode ilmiah itu dilakukan bidang
studi metodologi penelitian.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa:
• Filsafat Ilmu merupakan cabang dari Ilmu filsafat yang termasuk dataran epistemologi
• Filsafat Ilmu membahas tentang ontology, epistemologi, dan aksiologi
• Metodologi ditinjau dari Ilmu filsafat juga termasuk dalam tataran epistemologi
• Filsafat Ilmu dan metodologi penelitian menduduki posisi yang sama dalam Ilmu filsafat yaitu pada
tataran epistemologi
• Dan untuk mencapai hasil penelitian yang valid, metodologi harus di landasi filsafat
Ilmu.