SlideShare a Scribd company logo
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
TOPIK 1
MENCARI KEBENARAN
DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
KELOMPOK 10 :
LELLY PURWANTI (1211900295)
ALFAN FATONI (1211900301)
LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Filsafat Kebenaran
 Plato pernah mempertanyakan
apakah kebenaran itu sebenarnya?
Dalam waktu belakangan yang cukup
lama Bradley seakan menjawab
bahwa kebenaran itu adalah
kenyataan. Jadi untuk membuktikan
bahwa hari benar-benar hujan, kita
harus membedakan dengan melihat
kenyataan yang terjadi di luar rumah.
 Seorang murid Plato bernama
Aristoteles, menjawab pertanyaan
suhunya ini dengan pendapat
bahwa kebenaran itu subjektif
Banyak Pakar Ilmu Filsafat Yang
Menganggap Benar Bahwa
Pengetahuan itu terdiri tas
sebagi berikut :
 Pengetahuan Akal : pengetahuan akal
itu disebut ilmu yang kemudian untuk
membahasnva disebut logika
 Pengetahuan Budi : pengetahuan
budi itu disebut moral yang
kemudian untuk membahasnya
disebut etika
 Pengetahuan Indrawi : pengetahuan
indrawi itu disebut seni yang untuk
 Pengetahuan Kepercayaan :
pengetahuan kepercayaan itu disebut
agama, tetapi dalam hal ini tidak boleh
otoritatif karena agama tidak
memaksa, agama harus diterima
secara logika, etika dan estetika dan
agama itu hanyalah Islam yang
terbukti kebenarannya, keinclahannya
dan kebaikannya.
 Pengetahuan Intuitif : kepada
seseorang yang kemudian disebut
nabi harus diuji lebih dahulu seperti
halnya keberadaan Nabi Muhammad
A. Proposisi Suatu
Pertanyaan Yang Benar
 Mengetahui apa yang dimaksudkan
oleh suatu pernyataan tidak sama
dengan mengetahui apakah
pernyataan itu benar ataukah tidak.
Untuk sampai pada definisi tentang
kebenaran, marilah kita hubungkan
lagi pembicaraan kita dengan kalimat,
"Di luar hawanya dingin.“ Kalimat , ini
dapat dianalisa sebagai berikut :
1. Suatu perangkat tanda
2. Suatu susunan tanda-tanda yang
teratur yang sesuai dengan aturan-
Kebenaran Bersifat Semantik
 Pernyataan' merupakan suatu istilah
yang bersifat sintaktis; 'proposisi' ialah
istilah yang bersifat semantik, dan
demikian pula kata 'benar' mengacu
kepada makna simbol-sirnbol, dan
bukan kepada simbolnya.
 Kebenaran' menunjukkan bahwa
makna suatu pernyataan artinya"
proposisinya - sungguh-sungguh
merupakan halnya. Bila proposisinya
tidak merupakan halnya, maka kita
B. Ukuran Kebenaran
 ukuran yang dapat diterapkan pada
proposisi-proposisi untuk
menentukan kebenarannya atau
kenyataannya yaitu mengadakan
pembedaan antara definisi tentang
kebenaran masalah tentang makna
dengan ukuran tentang kebenaran.
Apa yang kita butuhkan ialah sesuatu
yang dapat dipakai untuk
menunjukkan bahwa definisi itu
terpenuhi, karena tidaklah mudah
 Keadaan saling tergantung ini kian
menjadi jelas bila saya membicarakan
jawaban-jawaban yang pokok
terhadap masalah ukuran kebenaran.
Di buku ini, diketengahkan pernyataan
itu benar atau tidak ada 4 (empat)
teori saja. Yang sebetulnya masih ada
teori lain,yaitu :
1. Coherence Theory adalah kebenaran
atas hubungan antara dua
pernyataan. Misalnya ketika
dinyatakan bahwa monyet mempunyai
2. Correspondence Theory adalah
kebenaran yang sesuai antara
pernyataan dengan fakta di
lapangan. Misalnya bila dinyatakan
Sengkon dan Karta bersalah, lalu
dihukum lima tahen maka Sengkon
dan Karta harus benar-benar
melakukan kejahatan itu, bukan
sekedar membuktikan dengan
berbagai berita acara. Apabila
Sengkon dan Karta tidak melakukan
maka secara kebenaran
korespondensi itu tidak benar.
Beberapa pokok penting yang perlu
3. Emperical Theory ialah definisi-
definisi tentang kebenaran paham-
paham empiris mendasarkan diri pada
pelbagai segi pengalaman, dan
biasanya menunjuk kepada
pengalaman inderawi dari orang
seorang. Semua paham tersebut
dalam arti tertentu memandang
proposisi bersifat meramalkan
(predictiue) atau hipotetis, dan
memandang kebenaran proposisi
sebagai terpenuhinya ramalan-
ramalan.
Memverifikasi Pernyataan
Yang Benar
 Menurut Dewey, kita baru mengetahui
setelah kita mengadakan verifikasi, dan
yang demikian ini kita kerjakan dengan
cara berjalan ke kiri. Jika dengan
berjalan ke arah kiri, kita sungguh-
sungguh ke luar dari hutan, maka
barulah proposisi tersebut sungguh-
sungguh benar. Proposisi yang kita
ajukan merupakan suatu hipotesa
yang meramalkan konsekuensi-
konsekuensi. Dan karenanya, akan
benar jika dan hanya jika - konsekuensi-
konsekuensi tersebut terwujud.
Kumpulan Kebenaran Akal Yang
Tidak Beretika Moral
1. Menampar murid yang tidak menjawab
dengan benar.
2. Menceraikan isteri yang tidak dapat
memberikan anak.
3. Sistem komando yang militeristik.
4. Sistem jihad yang tidak kasih sayang.
5. Melakukan Daerah Operasi Militer
terhadap wilayah yang separatis.
6. Memaksakan konsensus nasional.
7. Memaksakan mufakat pada masyarakat
yang heterogen.
Allah Yang Maha Benar
 Puncak kebenaran itu sendiri
sebenarnya adalah Allah Yang Maha
Benar (AI Haq), itulah sebabnya para
pedzikir senantiasa mengucapkan
"Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi
Allah) pada setiap penyelesaian
penemuan itmiahnya, ataupun ketika
selesai melaksanakan Shalat Fardhu
sebanyak tiga puluh tiga kali.
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
TOPIK 2
PENALARAN
DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
KELOMPOK 10 :
LELLY PURWANTI (1211900295)
ALFAN FATONI (1211900301)
LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
 ARGUMENTASI adalah suatu bentuk
retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat
orang lain, agar mereka itu percaya
dan akhirnya bertindak sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh penulis atau
pembicara. Melalui argumentasi
penulis berusaha merangkaikan fakta-
fakta sedemikian rupa, sehingga ia
mampu menunjukkan apakah suatu
pendapat atau suatu hal tertentu itu
benar atau tidak. Argumentasi
 Proposisi
Penalaran (reasoning, jalan pikiran)
adalah suatu proses berpikir yang
berusaha menghubung-hubungkan
fakta-fakta atau evidensi-evidensi
yang diketahui menuju kepada suatu
kesimpulan. Bila kita bandingkan
argumentasi dengan sebuah
bangunan, maka fakta, evidensi, dan
sebagainya dapat disamakan dengan
batu bata, batu kali, semen, dsb.,
sedangkan proses penalaran itu
sendiri dapat disamakan dengan
bagan atau arsitektur untuk
 Inferensi dan Implikasi
Tiap proposisi dapat mencerminkan dua
macam kemungkinan. Pertama, ia
merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai
akibat dari pengalaman atau pengetahuan
seseorang mengenai sesuatu hal. Kedua,
proposisi dapat juga merupakan pendapat,
atau kesimpulan seseorang mengenai
sesuatu hal. Kalimat-kalimat seperti "Tadi
terjadi sebuah tabrakan di depan
Universitas" merupakan sebuah proposisi
yang bersifat pernyataan faktual, yaitu
sebuah pernyataan yang menyangkut fakta
atau peristiwa yang dialami oleh
seseorang. Tetapi bila informasi tadi
dilanjutkan dengan meriggtakan "Sopir bis
 Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu
tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada
hakikatnya evidensi adalah semua fakta
yang ada, semua kesaksian, semua
informasi, atau autoritas, dan sebagainya
yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Fakta
dalam kedudukan sebagai evidensi tidak
boleh dicampur-adukkan dengan apa yang
dikenal sebagai pernyataan atau
penegasan. Pernyataan tidak mempunyai
pengaruh apa-apa terhadap sebuah
evidensi, ia hanya sekadar menegaskan
apakah suatu fakta itu benar atau tidak.
 Cara Menguji Data
 a. Observasi, fakta-fakta yang
diajukan sebagai evidensi mungkin
belum memuaskan seorang
pengarang atau penulis. Untuk lebih
meyakinkan dirinya sendiri dan
sekaligus dapat menggunakannya
sebaik-baiknya dalam usaha
rneyakinkan para pembaca, maka
kadang- kadang pengarang merasa
perlu untuk mengadakan peninjauan
atau observasi singkat untuk
 b. Kesaksian, keharusan menguji data
dan informasi, tidak selalu harus
dilakukan dengan observasi. Kadang-
kadang sangat sulit untuk
mengharuskan seseorang
mengadakan observasi atas obyek
yang akan dibicarakan. Kesulitan itu
terjadi karena waktu, tempat, dan
biaya yang harus dikeluarkan. Untuk
mengatasi hal itu penulis atau
pengarang dapat melakukan
pengujian dengan meminta kesaksian
 c. Autoritas, cara ketiga yang dapat
dipergunakan untuk menguji fakta dalam
usaha menyusun evidensi adalah meminta
pendapat dari suatu autoritas, yakni
pendapat dari seorang ahli, atau mereka
yang telah menyelidiki fakta-fakta itu
dengan cermat, memperhatikan semua
kesaksian, menilai semua fakta kemudian
memberikan pendapat mereka sesuai
dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
Nasihat seorang dokter tentang penyakit
yang diderita akan ditaati oleh pasien,
karena dokter itu dianggap sebagai suatu
 Cara Menguji Fakta
 a. Konsistensi Dasar pertama yang
dipakai untuk menetapkan fakta mana
yang akan dipakai sebagai evidensi
adalah kekonsistenan. Sebuah
argumentasi akan kuat dan mempunyai
tenaga persuasif yang tinggi, kalau
evidensi-evidensinya bersifat konsisten,
tidak ada satu evidensi bertentangan atau
melemahkan evidensi yang lain.
 b. Koherensi Dasar kedua yang dapat
dipakai untuk mengadakan penilaian fakta
mana yang dapat dipergunakan sebagai
 Cara Menilai Autoritas
 Seorang penulis yang baik dan obyektif
selalu akan menghindari semua desas-
de- sus, atau kesaksian dari tangan
kedua. Penulis yang baik akan
membedakan pula apa yang hanya
merupakan pendapat saja, atau
pendapat yang sungguh-sungguh
didasarkan atas penelitian atau data-data
eksperimental.
 Apa yang harus dilakukan bila seorang
menghadapi kenyataan bahwa pendapat
autoritas-autoritas itu berbeda-beda?
Yang dapat dilakukan adalah
 a. Kemashuran dan Prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan
oleh penulis untuk menilai autoritas
adalah meneliti apakah pernyataan
atau pendapat yang akan dikutip
sebagai autoritas itu hanya sekadar
bersembunyi di balik kemashuran dan
prestise pribadi di bidang lain. Apakah
ahli itu menyertakan pendapatnya
dengan fakta-fakta yang meyakinkan?
 b. Koherensi dengan Kemajuan
Hal keempat yang perlu diperhatikan
penulis argumentasi adalah apakah
pendapat yang diberikan autoritas itu
sejalan dengan perkembangan dan
kemajuan jaman, atau koheren dengan
pendapat atau sikap terakhir dalam bidang
itu. Pengetahuan dan pendapat terakhir
tidak selalu berarti bahwa pendapat itulah
yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa
pendapatpendapat terakhir dari ahli-ahli
dalam bidang yang sama lebih dapat
diandalkan, karena autoritas-autoritas
semacam itu memperoleh kesempatan
yang paling baik untuk membandingkan
semua pendapat sebelumnya, dengan
PENGANTAR FILSAFAT
MU FILSAFAT
TOPIK 3
BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU KEPASTIAN DAN KEBENARAN ILMIAH
DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
KELOMPOK 10 :
LELLY PURWANTI (1211900295)
ALFAN FATONI (1211900301)
LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Mengapa Harus Berpikir Secara Filsafat
 Berpikir filsafat sangatlah penting untuk semua orang
dalam rangka menjalani aktivitas sehari-hari, atau untuk
mencari solusi bagi sebuah permasalahan. Jika ditelaah
secara mendalam, begitu banyak manfaat, serta
pertanyaan-pertanyaan yang mungkin orang lain tidak
pernah memikirkan jawabannya. Karena filsafat
merupakan induk dari semua ilmu. Beberapa manfaat
berpikir filsafat, di antaranya mengajarkan cara berpikir
kritis, sebagai dasar dalam mengambil keputusan,
menggunakan akal secara proporsional, membuka
wawasan berpikir menuju ke arah penghayatan, dan masih
banyak lagi.
Mengukur Berpikir Filsafat
Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh,
sifat mendasar dan sifat spekulatif. Dalam sifat
spekulatif berpikir filsafati, tidaklah mungkin manusia
menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan
manusiapun tidak yakin pada titik awal yang menjadi
jangkar pemikiran yang mendasar. berpikir filsafat
mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus.
Ciri – Ciri Berfikir Filsafat
Pertama, Konsepsional. Perenungan filsafat berusaha
untuk menyusun suatu bagian konsepsional. Konsepsi
merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi
satu.
Kedua, Koheren. Perenungan kefilsafatan berusaha untuk
menyusun suatu bagan yang koheren yang konsepsional.
Secara singkat, istilah koheren ialah runtut. Bagan
konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan
haruslah bersifat runtut.
Ketiga, Memburu kebenaran. Filsuf adalah pemburu
kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah kebenaran
hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat
dipersoalkan.
Keempat, Radikal. Berfilsafat berarti berpikir radikal. Filsuf adalah
pemikir yang radikal. Karena berpikir secara radikal, ia tidak akan
pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Berpikir
radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau
menjungkirbalikkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya,
yaitu berpikir secara mendalam
Kelima, Rasional. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun
suatu bahan konsepsional yang bersifat rasional. Yang
dimaksudkan dengan bagan konsepsional yang bersifat rasional
ialah bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan
satu dengan yang lain.
Keenam, Menyeluruh. Perenungan kefilsafatan berusaha
menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk dunia
tempat kita hidup maupun diri kita sendiri. Suatu sistem filsafat
harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun
yang berada di luar jangkauannya.
Teori mengenai kebenaran
2. Kebenaran sebagai Keteguhan (the coherent
theory of truth). Pandangan ini dudukung oleh
Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Teori
ini dianut oleh kaum rasionalis. Kebenaran tidak
lagi ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan,
melainkan dalam relasi antara proposisi baru
dengan proposisi lama atau yang sudah ada.
1. Kebenaran sebagai Persesuaian (the
correspondent theory of truth). Pendasar teori
ini adalah Aristoteles. Menurutnya,
mengatakan sesuatu yang ada sebagai tidak
ada, atau yang tidak ada sebagai ada adalah
salah. Sebaliknya mengatakan hal yang ada
sebagai ada, dan yang tidak ada sebagai tidak
ada, adalah benar
3. Teori Pragmatis tentang Kebenaran (the pragmatic
theory of truth). Teori ini dikembangkan oleh Charles
Sanders Peirce dan William James. Kebenaran memiliki
arti yang sama dengan kegunaan. Suatu ide benar adalah
ide yang bisa memungkinkan seseorang melakukan sesuatu
secara paling
4. Teori Kebenaran Performatif (Performative theory of
truth). Anggapan tentang terlaksananya kebenaran dalam
bahasa (ungkapan) manusia berasal dari Inggris (Frank
Ramsey, John Austin, dan Peter Strawson). Mereka melawan
teori klasik bahwa benar dan salah adalah ungkapan
deskriptif. Suatu pernyataan dianggap benar kalau is
menciptakan realitas
5. Teori Kebenaran Historis. Ini pada umumnya diakui oleh
kelompok post-modernis atau strukturalis dan post-
strukturalis. Menurut mereka kebenaran selalu bersifat historis
dan selalu berpusat pada kebebasan batin setiap manusia, dan
bukannya ditentukan lebih dahulu atau ditentukan oleh orang
lain. Dalam diri setiap manusia dan kebudayaan terdapat
unsur kebenaran.
Sifat-sifat kebenaran ilmiah
1. Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis
(berdasarkan kesimpulan yang logis-rasional dari
premis-premis tertentu). Karena itu bersifat rasional,
maka semua orang rasional dapat menggunakan akal
budinya secara baik dan memahami kebenaran ilmiah
ini.
2. Isi empiris,kebenaran ilmiah perlu diuji dengan
kenyataan yang ada (empiris).
3. Sifat pragmatis mau menggabungkan dua sifat
kebenaran di atas. Pernyataan itu logis dan empiris,
maka harus juga berguna dalam hidup manusia dalam
memecahkan permasalahan.
Kepastian dan kebenaran
 Dalam diskusi tentang macam-macam teori kebenaran
pertanyaan yang muncul ialah apakah kebenaran ilmiah
bersifat pasti atau sementara? Jawaban atas pertanyaan
ini memunculkan dua pandangan berbeda, yaitu
pandangan kaum rasionalis yang menekankan kebenaran
logis-rasional dan pandangan kaum empiris yang
menekankan kebenaran empiris. Karena itu kita harus
berbicara tentang taraftaraf kepastian (subyektivitas dan
obyektivitas).
Taraf Kepastian Ilmu Empiris dan Ilmu
Eksakta
 Kepastian dalam ilmu-ilmu empiris
Semua ilmu empiris, termasuk ilmu-ilmu manusia, mengajar tentang
kepastian dalam dua arti, yaitu:
a. kepastian tentang explanans dari gejala-gejala yang diselidiki, terutama
menyangkut kebenaran pernyataan dari gejala-gejala itu
b. kepastian mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari suatu hukum yang
berlaku. Namun yang dicapai adalah satu ketakpercayaan
 Kepastian dalam ilmu-ilmu eksakta
Dalam konteks penemuan (context of discovery), dalam usaha mencoba-coba,
apa yang dikatakan tentang ilmu-ilmu empiris juga berlaku untuk ilmu-ilmu
pasti (di mans ilmu itu belum pasti). Namun dalam konteks pembenaran
(context of justification), dalam satu sistem matematika atau logika yang
sudah jadi dan berdiri sendiri, tidak ada lagi hipotesis, melainkan hanya
ungkapan-ungkapan yang bersifat aksiomatis (yang terdiri dari dalil-dalil)
yang semuanya bernilai 1. Semua dalil berlaku di mana-mana tanpa
diragukan dalam sistem itu sendiri. Inilah yang dimaksudkan dengan ilmu
pasti.
Berfikir induktif dan deduktif
 Dapatlah dikatakan bahwa pekerjaan induktif ini dimulai
dari hal-hal yang khusus (particular) yang terpikirkan
sebagai kelas dari suatu fenomena, menuju generalisasi.
Menurut Francis Bacon (Soetriono dan SRDm Rita
Hanafie: 2007), mempertegas variasi kondisi untuk
mencapai hikikat induktif, yaitu:
(1) tabulasi atau pencatatan ciri-ciri positif yaitu pencatatan
mengenai apa yang terjadi dalam suatu kondisi;
(2) tabulasi atau pencatatan ciri-ciri negatif yaitu pencatatan
kondisi mana suatu kejadian tidak timbul dan:
(3) tabulasi atau pencatatan variasi kondisi yaitu pencatatan
ada tidaknya perubahan ciri-ciri pada kondisi yang
berubah-ubah
Metode ilmiah
Kedudukan metode penelitian dalam metode ilmiah dapat
dikatakan hanya sebagian dari langkah-langkah sistematis dalam
memperoleh ilmu, sebab metode penelitian baru merupakan
prosedur sistematis dari bekerjanya pikiran aiau logic yang hanya
menghasilkan kesimpulan atau ketetapan rasional saja.Untuk
menelusuri langkah-langkah sistematika keilmuan (metode
ilmiah) secara tuntas
Berikut langkah-langkah sistematis keilmuan :
(1) mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah;
(2) menyusun kerangka pikiran (logical contract);
(3) merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah);
(4) menguji hipotesis secara empirik;
(5) melakukan pembahasan dan;
(6) menyimpulkan
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
TOPIK 4
FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
KELOMPOK 10 :
LELLY PURWANTI (1211900295)
ALFAN FATONI (1211900301)
LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
 Etika
Pengertian etika (etimologi) berasal
dari bahasa Yunani, yaitu "ethos",
yang berarti watak kesusilaan atau
adat kebiasaan (custom). Etika
biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan
istilah dari bahasa Latin, yaitu "mos"
dan dalam bentuk jamaknya "mores,"
yang berarti juga adat kebiasaan atau
cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik
 Makna etika dipakai dalam dua bentuk
arti: Pertama, etika merupakan suatu
kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan
manusia. Kedua, merupakan suatu
predikat yang dipakai untuk
membedakan hal-hal, perbuatan, atau
manusia lain. Objek formal etika
meliputi norma kesusilaan manusia,
dan mempelajari tingkah laku manusia
baik buruknya. Adapun estetika
berkaitan dengan nilai tentang
 Moral
Secara etimologis, kata moral berasal
dari kata mos dalam bahasa Latin,
bentuk jamaknya mores, yang artinya
tata cara atau adat istiadat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral
diartikan sebagai akhlak, budi pekerti,
atau susila. Secara terminologis,
terdapat berbagai rumusan pengertian
moral yang dari segi substantif
materielnya tidak ada perbedaan, akan
tetapi bentuk formalnya berbeda
 Sementara itu Wila Huky, sebagaimana
dikutip oleh Bambang Daroeso (1986),
merumuskan pengertian moral secara lebih
komprehensif rumusan formalnya sebagai
berikut:
1. Moral sebagai perangkat ide tentang
tingkah laku hidup, dengan warna dasar
tertentu yang dipegang oleh sekelompok
manusia di dalam lingkungan tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup
yang baik berdasarkan pandangan hidup
atau agama tertentu.
3. sebagai tingkah laku hidup manusia, yang
 ASPEK DAN SIFAT MORAL DALAM
ILMU PENGETAHUAN
 Moralitas Versus Legalitas dalam Ilmu
Pengetahuan
 Moralitas Objektivistik Versus
Relativistik dalam Ilmu Pengetahuan
 Sifat Moral dalam Perspektif
Objektivistik Versus Relativistik
 HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN
DAN KEMANUSIAAN
Menurut Jhon G. Kemeny dalam The
Liang Gie (2005) mengatakan, ilmu
adalah seluruh pengetahuan yang
dihimpun dengan perantara metode
ilmiah (all knowledge collected by
means of the scientific method).
Terlepas berbagai makna dari
pengertian ilmu sebagai pengetahuan,
aktivitas dan metode itu bila ditinjau
lebih mendalam sesungguhnya tidak
 ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU
PENGETAHUAN
Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan
dalam sebaik-baik ciptaan, maka
manusia memiliki kelebihan yang
istimewa, yaitu kemampuannya dalam
menalar, merasa, dan mengindra.
Melalui kelebihan ini manusia mampu
mengembangkan ilmu pengetahuannya,
dan hal inilah yang secara prinsip
menjadi furgan (pembeda) manusia
dengan makhluk lainnya, bahkan
 Atas dasar appetites societaties ini
manusia bersedia mengorbankan jiwa
dan raganya untuk kepentingan orang
lain, golongan, dan masyarakat. Ada
empat macam hidup dalam masyarakat
menurut teori hukum kodrat:
 Abstinentia alieni (hindarkan diri dari
milik orang lain).
 Oblagatio implendorum promissorum
(penuhilah janji).
 Damni culpa dati reparatio (bayarlah
kerugian yang disebabkan kesalahan
 SIKAP MANUSIA
 Etika sosial berfungsi membuat
manusia menjadi sadar akan
tanggungjawabnya sebagai manusia
dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat, menurut semua
dimensinya. Demikian juga etika
profesi --yang merupakan etika khusus
dalam etika sosial mempunyai tugas
dan tanggungjawab kepada ilmu dan
profesi yang disandangnya. Dalam hal
ini, pars ilmuwan harus berorientasi
pada rasa sadar akan tanggungjawab
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
TOPIK 4
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA
DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
KELOMPOK 10 :
LELLY PURWANTI (1211900295)
ALFAN FATONI (1211900301)
LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Arti Pancasila sebagai Filsafat
 Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan
mutlak bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada
tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra,
karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa
Indonesia.
Dasar yang menjadikan pancasila sebagai filsafat bangsa
Indonesia yaitu :
1. Landasan Ontologis Pancasila.
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki
hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau
eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi
ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang
ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan
hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan
kesemestaan atau kosmologi. Dasar ontologi Pancasila adalah
manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh
karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis.
2. Landasan Epistemologis Pancasila.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki
asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu
pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil
pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya.
Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia tahu atau
mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan menjadi
penyelidikan epistemologi. Dengan kata lain, adalah
bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai ilmu
pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses
terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika
dan teori ilmu.
3. Landasan Aksiologis Pancasila.
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau
ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang
filsafat yang menyelidiki
a.Tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b.Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan
keindahan,
c. Sosio politik yang berwujud ideologi.
Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya,
pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar
mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai.
Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia
Fungsi Filsafat Pancasila
1. Memberikan jawaban yang mendasar tentang hakikat kehidupan
bernegara. Hal yang fundamental dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, susunan politik atau sistem politikdari negara,
bentuk negara, susunan perekonomian dan dasar-dasar
pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran
yang substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan
negara. Dasar Negara kita ada lima dasar dimana setap silanya
berkaitan dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan
yang utuh, tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Saling
memberikan arah dan sebagai dasar kepada sila yang lainnya
3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat
dan pemersatu dari berbagai ilmu yang dikembangkan di
Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat jelas, kalau di negara itu
sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara.
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
 Pancasila merupakan suatu sistem
filsafat. Dalam sistem itu masing-masing
silanya saling kait mengkait merupakan
satu kesatuan yang menyeluruh. Di
dalam Pancasila tercakup filsafat hidup
dan cita-cita luhur bangsa Indonesia
tentang hubunagan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan
sesame manusia, hubungan manusia
dengan lingkungannya. Menurut
Driyakarya, Pancasila memperoleh
dasarnya pada eksistensi manusia
Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat
Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasila diakui
sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang
dipraktekkan.
2. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia
mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat negara)
RI.
3. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya
Indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya manapun.
4. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang
bersama dinamika budaya; filsafat Pancasila akan
berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan
kepustakaan secara kuantitas dan kualitas.
PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM
FILSAFAT PANCASILA
 Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar
filsafat bangsa Indonesia bersifat majemuk tunggal
(monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan
dari sila-silanya. Akan tetapi bukan manusia yang menjadi
dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila Pancasila itu,
melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada
hakikat manusia. Secara hakiki, susunan kodrat manusia
terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan
kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan dan makhluk
yang berdiri sendiri
BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA
ADALAH SUATU FILSAFAT
 Pendapat Muh. Yamin : Dalam bukunya Naskah Persiapan
Undang-undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa ajaran
Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu
sistem filsafat. Hakikat filsafatnya ialah satu sinthese
fikiran yang lahir dari antithese fikiran.
 Pendapat Soediman Kartohadiprodjo : Dalam bukunya
yang berjudul Beberapa Pikiran sekitar Pancasila, beliau
mengemukakan bahwa pancasila itu disajikan sebagai
pidato untuk memenuhi permintaan memberikan dasar
fiilsafat negara, maka disajikannya Pancasila sebagai
filsafat. Pancasila masih merupakan filsafat Negara
(staats-filosofie). Karena itu dapat dimengerti, bahwa
filsafat Pancasila dibawakan sebagai inti dari hal-hal
yang berkkenaan dengan manusia, disebabkan negara
adalah manusia serata organisasi manusia.
 Pendapat Drijrkoro : Dalam seminar Pancasila beliau
berpendapat bahwa filsafat ada di dalam lingkungan ilmu
pengetahuan dan Weltanschauung didalam lingkungan
hidup. Dengan belajar filsafat orang tidak dengan
sendirinya mempelajari Weltanscauung. Dan juga tidak
pada tempatnya jika dalam filsafat aspek Weltanschauug
ditekan-tekan dengan berlebih-lebihan. Shingga
dikemukakan bahwa Pancasila sudah lama merupakan
Weltanscauung bagi kita banggsa Indonesia, akan tetapi
tanpa dirumuuskan sebagai filsafat melainkan dalam dalil-
dalil filsafat.
 Pendapat Notonagoro : Dalam Lokakarya Pengamalan
Pancasila di Yogyakarta beliau berpendapat bahwa
kedudukan Pancasila dalam Negara Republik Indonesia
adalah sebagai dasar negara, dalam pengertian dasar
filsafat. Sifat kefilsafatn dari dasar negara tersebut
terwuujudkan dalam rumus abstrak dari kelima sila dari
pada Pancasila.
 Pendapat Roeslan Abdoelgani : Di dalam bukunya
Resapkan dan Amalkan Pancasila berpendapat
bahwa Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir
sebagai collective-ideologie dari seluruh bangsa
Indonesia. Pada hakikatnya Pancasila merupakan suatu
realiteit dan suatu noodzakelijkheid bagi keutuhan
persatuan bangsa Indonesia sebagaimana tiap-tiap
filsafat adalah hakikatnya suatu noodzkelijkheid
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
TOPIK 5
FILSAFAT MANUSIA
HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI SISI FILSAFAT ILMU
DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO,M.Ec
KELOMPOK 10 :
LELLY PURWANTI (1211900295)
ALFAN FATONI (1211900301)
LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA :
 Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara
spesifik mempelajari hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah
metode pemikiran yang membahas tentang sifat dasar dan
hakikat kebenaran yang ada di dunia ini.
 Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang membahas apa arti
manusia sendiri secara mendetail.
 Filsafat manusia terus berkembang karena manusia adalah objek
yang penuh dengan misteri.
 Titik tolak filsafat manusia adalah pengetahuan dan pengalaman
manusia, serta dunia yang melingkupinya.
 Dalam sejarah ada beberapa istilah yang mendahului filsafat
manusia, yaitu psikologi filsafat, psikologi rasional,
eksperimental dan empiris.
Ada beberapa pandangan para ahli tentang filsafat manusia
I. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan
mahluk yang lain. Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam
setting sejarah dan setting psikologis situasi emosional dan intelektual
yang melatarbelakangi karyanya. Dan karya yang dibuat manusia tersebut
menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah.
II. Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah
berbagai macam perspektif. Ada yang mengatakan manusia adalah hewan
rasional (animal rasional) dan pendapat ini diyakini oleh para filosof.
Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik, pernyataan
tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-
simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut.
III. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana
manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap
kerja.
IV. Marx menunjukan perbedaan antara manusia dengan binatang tentang
kebutuhannya. Binatang langsung menyatu dengan kegiatan
hidupnya, sedangkan manusia membuat kerja hidupnya menjadi
objek kehendak dan kesadarannya. Binatang berproduksi hanya apa
yang ia butuhkan secara langsung bagi dirinya dan keturunannya,
sedangkan manusia berproduksi secara universal bebas dan
kebutuhan fisik.
V. Menurut Paulo Freire manusia merupakan satu-satunya mahluk yang
memiliki hubungan dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang
tidak memiliki sejarah, dan hidup dalam masa kini yang kekal, yang
mempunyai kontak tidak kritis dengan dunia, yang hanya berada
dalam dunia.
HAKEKAT MANUSIA
 Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang
membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme, yang mencari
unsur pokok yang menentukan yang bersifat tunggal, yakni materi
dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan
spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang
menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak
saling menafikan yaitu materi dan rohani, yakni pandangan pluralisme
yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang
pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco kosmos
atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada
kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralisme yang meletakkan
hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya.
HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN
TENTANG MANUSIA
1. Psikologi membahas objek materi yakni manusia. Ilmu ini hanya
membahas manusia dan segi psikis yang dapat diperoleh dan
melihat perilaku manusia, menjelaskan gejala-gejala jiwa dan
mental, bagaimana pengalaman manusia dapat mempengaruhi
kehidupan selanjutnya dan menjelaskan perkembangan manusia
dari masa prenatal hingga menjelang kematian.
2. Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun,
ilmu ini membatasi din untuk mencoba menjawab perilaku
manusia dari ruang lingkup sosialnya, menjelaskan status sosial,
pranata sosial, dan menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk
sosial tidak dapat hidup sendiri.
3. Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun,
ilmu ini membatasi pada pola kebudayaan dan peradaban yang
telah diciptakan manusia atau ditinggalkan manusia, menjelaskan
hasil-hasil kebudayaan, suku, etnis, dan ras suatu masyarakat yang
bersifat lokal.
ESENSI DAN EKSISTENSI FILSAFAT MANUSIA SERTA
PERANAN MANUSIA
 Model esensi adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek
dengan cars yang abstrak. Model ini memandang manusia terlepas dan
situasi dan perkembangannya.
 Sementara itu model eksistensi adalah pendekatan dalam filsafat
kepada suatu objek dengan memandangnya secara menyeluruh.
 Manusia dipandang secara konkret secara utuh dalam keberadaannya.
Model eksistensi tidak percaya akan kodrat yang menentukan manusia.
1. Esensi Manusia Menurut Sejumlah Aliran dalam Filsafat : Di dalam
filsafat manusia terdapat beberapa aliran. Tiap-tiap aliran memiliki
pandangan tentang hakikat atau esensi manusia yang berbeda-beda.
2. Eksistensi dan peranan manusia : Manusia sebagai mahluk yang
berdimensional memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia.
 Ada tiga rantai kehidupan, yaitu:
1. Hubungan kepada Tuhan (Manusia sebagai hamba) : Dalam kondisi
sosial tertentu, tidak sedikit manusia yang melupakan faktor ketuhanan
sehingga mereka menjadi atheis.
2. Hubungan Antar Manusia (Manusia sebagai makhluk sosial) :
Hubungan lain yang harus dijalankan manusia dalam kedudukannya
sebagai makhluk sosial ialah hubungan antarmanusia itu sendiri.
3. Hubungan kepada Alam (Manusia sebagai makhluk) : Hubungan
terpenting lainnya ialah hubungan kepada alam.
PERBEDAAN FILSAFAT MANUSIA DAN ILMU TENTANG MANUSIA
(PSIKOLOGI & ANTROPOLOGI)
Ilmu Tentang Manusia Filsafat Manusia
Bersifat positifistik menggunakan metodologi ilu
alam, observasional dan eksperimental yang
terbatasa tampak secara empiris
Bersifat metafisis menggunakan metode ilmu
kemanusiaan, sintetis, reflektif, intensif, dan kritis
yang merupakan gejala seperti filsafat manusia.
Oleh karena itu tidak dapat menjawab
pertanyaan yang mendasar tentang manusia
Oleh karena itu dapat menjawab pertanyaan yang
berdasar tentang manusia
Metode lebih fragmentaris yaitu menyelidiki
hanya bagian tertentu dari manusia, contohnya :
psikologis manusia sebagai organisme.
Antropologi dan sosiologi pada gejala budaya
dan pranata sosial.
Metode sintetis dan reflektif (ektensif) atau
menyeluruh, intensif (mendalam) dan kritis, contoh:
filsafat manusia menekankan kesatuan dua
aspek/lebih dalam satu visi.
MANFAAT DAN TUJUAN MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA
A. MANFAAT
Secara praktis
• Siapa sesungguhnya manusia? Hal ini membutuhkan pemahaman manusia
secara menyeluruh, sehingga memudahkan mengambil keputusan-keputusan
praktis/menjalankan aktivitas hidup sehari-hari.
Secara teoritis
• Pemahaman manusia secara yang esensial sehingga kits dapat meninjau secara
kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di balik teori-teori antropologi dan
psikologi dan ilmu-ilmu tentang manusia.
Manfaat lain:
• Mencari menemukan jawaban tentang siapakah sesunguhnya manusia itu,
masalah-masalah terkait manusia sangat kompleks sehingga persoalan tentang
manusia tidak habis untuk dibicarakan.
• Essensi manusia pada prinsipnya adalah sebuah misteri.
TUJUAN
Filsafat manusia muncul berawal dari pertanyaan akan manusia. Pertanyaan-
pertanyaan dalam filsafat manusia yang dapat menunjukkan tujuan filsafat
manusia adalah:
“ Apakah dan siapakah manusia pada hakikatnya? “
“ Bagaimanakah kodrat manusia itu? “
“ Apakah sifat-sifat manusia yang unik yang membedakannya dan makhluk-
mahluk yang lain? “
“ Bagaimanakah hubungan antara badan atau raga dengan jiwa manusia? “
“ Bagaimana mungkin manusia dapat bebas dan merdeka untuk melakukan
segala yang dia inginkan? “
“ Apakah arti kepribadian seorang manusia? “
Ditinjau dari objek formal atau metodenya, kedua jenis "ilmu" tersebut memiliki
perbedaan yang sangat mendasar. Secara umum dapat dikatakan, bahwa setiap
cabang ilmu-ilmu tentang manusia mendasarkan penyelidikannya pada gejala
empiris, yang bersifat "objektif dan bisa diukur dan gejala itu kemudian
diselidiki dengan menggunakan metode yang bersifat observasional atau
eksperimental.
Hakekat Manusia
• Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah.
• Peradaban hari ini didasarkan atas humanisme, martabat manusia serta
pemujaan terhadap manusia.
• . Ada pendapat bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta
telah memaksa mengorbankan dirinya demi tuhan.
• Agama telah memamaksa ketika berhadapan dengan kehendak Tuhan maka
manusia tidak berkuasa. (Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001).
Ciri — Ciri Filsafat Manusia
Ciri-ciri filsafat manusia secara umum dianataranya :
Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek
kajian yang di geluti oleh filsafat.
Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti
hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan
Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk
memahami din sendiri maka hal apa saja yang secara langsung maupun tidak
langsung berhubungan dengan pemahaman din manusia, tidak luput dari kritik
filsafat.
Esensi Manusia
• Di dalam filsafat manusia terdapat beberapa aliran. Tiap-tiap aliran memiliki
pandangan tentang hakikat atau esensi manusia yang berbeda-beda. Dan
sekian banyak aliran, terdapat dua aliran tertua dan terbesar, yaitu
materialisme dan idealisme. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Materialisme
Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan,
termasuk esensi manusia bersifat material atau fisik. Ciri utama dari kenyataan
fisik atau material adalah bahwa ia menempati ruang dan waktu, memiliki
keluasan (res extansa), dan bersifat objektif. Karena menempati ruang dan waktu
serta bersifat objektif, maka ia bisa diukur, dikuantifikasikan (dihitung), dan
diobservasi.
2. Idealisme
Kebalikan dari materialisme adalah idealisme. Menurut aliran ini, kenyataan
sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering disebut juga
spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada kekuatan atau kenyataan spiritual
dibelakang setiap penampakan atau kejadian.
Manfaat Mempelajari Filsafat Manusia
• Manfaat mempelajari filsafat manusia berguna untuk mengetahui apa dan siapa
manusia secara menyeluruh. Selain itu, untuk mengetahui siapakah
sesungguhnya did manusia didalam pemahaman manusia yang menyeluruh itu.
Abidin (2007/3). Maksud dari menyeluruh ialah tidak hanya mempelajari dad
segi fisik dan mental, tetapi semua aspek yang berkaitan tentang din manusia.
• Filsafat manusia juga dapat membantu memberikan makna pada apa yang
tengah kita alami, menentukan tujuan hidup, dan sebagainya. Secara teoritis,
filsafat manusia dapat membantu kita meninjau secara kritis asumsi-asumsi
yang tersembunyi di dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam
ilmu pengetahuan. Mufida,(2012). Manfaat lainnya dalalm mempelajari filsafat
manusia yaitu memberikan pemahaman esensial tentang manusia dan hakikat
tujuan hidup manusia agar lebih bermakna.
• Menurut latif (2006:15), dengan mengetahui dan mengenal siapa did manusia,
maka manusia menjadi sadar tentang kehadiraya di dunia. Bukan itu saja,
mengenal diri manusia sangat penting, artinya mengenal manusia berarti
membebaskan manusia dari keterasingan, paling tidak terbebas dan keterasingan
did sendiri.Dengan kata lain, mengenal siapa diri manusia berarti memahami
makna hadirnya manusia di dunia.
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
TOPIK 6
PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
KELOMPOK 10 :
LELLY PURWANTI (1211900295)
ALFAN FATONI (1211900301)
LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
A. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).‘
Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang
pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari
kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik
atau isi pikiran.2 Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari
usaha manusia untuk tahu.
Jenis Pengetahuan
Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah
pengetahuan, maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai
pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam, mengemukakan bahwa
pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
1. pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan
dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense,
karena seseorang memiliki sesuatu di mana is menerima secara baik.
2. pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam
pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
3. pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
4. pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan
lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib
diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa
hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan,
yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan
dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan
horizontal.
HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia
karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan
secara sungguhsungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun
pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival).
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan
kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal barn, karena dia hidup bukan
sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.
Manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada
kehidupan, manusia "memanusiakan diri dalam hidupnya" dan masih banyak lagi
pernyataan semacam ini, semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia
dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang lebih tinggi dari
sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia
mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong
manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi ini.
Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui
sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain
menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal. Persoalannya kemudian
adalah apakah gambaran itu sesuai dengan fakta atau tidak? Apakah gambaran
itu benar? Atau apakah gambaran itu dekat pada kebenaran atau jauh dari
kebenaran?
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:
1. Realisme : Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam.
2. Idealisme : Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
Sumber Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari mana
pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Dari situ timbul
pertanyaan bagaimana caranya kita memperoleh pengetahuan atau dari mana
sumber pengetahuan kita? Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan
menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut.
Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:
Empirisme :
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini
manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya.
Rasionalisme : Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia
memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Intuisi : Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran
dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu
usaha.
Wahyu : Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia
lewat perantaraan pars nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa
upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya.
Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu
Dari sejumlah pengertian yang ada, sering ditemukan kerancuan antara
pengertian pengetahuan dan ilmu. Kedua kata tersebut dianggap memiliki
persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi kata
majemuk yang mengandung arti tersendiri.
1. Dasar ilmu pengetahuan secara substansial yaitu bertolak dari ontologi,
epistemologi, dan aksiologi_ Ketiga dasar ilmu pengetahuan ini me-
nunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya harus dapat memahami apa yang
akan dilakukan, bagaimana melakukan hal itu, dan untuk apa hal itu
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dasar Ontologis : Dasar ontologis, menurut Jujun S. Suriasumantri (2010),
yaitu bicara tentang hakikat apa yang dikaji. Amsal Bakhtiar (2012)
mengemukakan, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on/ontos yakni
ada, dan logos yakni ilmu, sehingga ontologi adalah ilmu tentang yang ada
3. Dasar Epistemologis : Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), dasar
epistemologis yaitu metode atau cara-cara mendapatkan pengetahuan yang
benar. Kemudian Amsal Bakhtiar (2012) menjelaskan, ontologis yaitu cabang
filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,
pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pertanyaan
mengenai pengetahuan yang dimiliki.
4. Dasar Aksiologis : Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), aksiologi adalah
dasar ilmu pengetahuan yang berbicara tentang nilai kegunaan ilmu. Di
dalam ontologi dibicarakan mengenai ilmu dan moral, tanggung jawab sosial
serta berbagai etika dalam pengembangan keilmuan. Ontologi berasal dari
perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori.
OBJEK DAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN ILMIAH
 Objek Ilmu Pengetahuan Ilmiah : Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, secara filsafat pengetahuan ilmiah atau ilmu memiliki
perbedaan dengan bentuk pengetahuan yang umum (commom sense).
 Konsep Ilmu : Konsep sangat penting bagi pembentukan atau untuk
membangun suatu teori bagi kepentingan suatu penelitian yang
menghasilkan ilmu atau kepentingan praktis.
 Konsep Pengetahuan : Menurut Jujun Suriasumantri (2010),
pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya ilmu.
 Tujuan Ilmu Pengetahuan : Tujuan ilmu pengetahuan dapat
dibedakan menjadi dua macam berdasarkan alirannya, sebagaimana
dikemukakan oleh Darsono Prawinegoro (2011), yakni: Pertama,
berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan untuk keperluan ilmu
pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk memenuhi rasa
keingintahuan manusia
 Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan : Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah
berbeda dengan pengetahuan biasa , memiliki ciri tersendiri di antara
ciri yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan seperti dikemukakan
Konrad Kebug (2011), yaitu: Pertama, sistematis. Para filsuf dan
ilmuwan sepaham bahwa ilmu adalah pengetahuan atau kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
JENIS ILMU PENGETAHUAN :
Pengetahuan Manusia : Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah
pengetahuan, maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai
pengetahuan dan kebenaran.
Jenis Ilmu Pengetahuan
1. pengetahuan wahyu (revaled knowledge).
2. pengetahuan intuitif (intuitive knowledge).
3. Kebenaran tersebut tidak akan dapat diuji dengan observasi, perhitungan,
atau eksperimen, karena intuitif tidak hipotesis.
4. pengetahuan rasional (rational knowledge). Pengetahuan rasional
merupakan pengetahuan yang diperoleh dari latihan rasio/akal semata, tidak
disertai dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual.
Rasionalisme yaitu aliran dalam filsafat yang mengutainakan rasio untuk
memperoleh pengetahuan dan kebenaran. Rasionalisme berpandangan bahwa akal
merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan. Akal manusia memiliki
kemampuan untuk mengetahui kebenaran alam semesta, yang tidak mungkin dapat
diketahui melalui observasi.
Kritik Paham Rasionalisme Terhadap Empirisme
Selanjutnya dikatakan ada kritik dari paham rasionalime terhadap paham
empirisme, bahwa metode empiris tidak memberi kepastian tetapi hanya sampai
pada probabilitas yang tinggi.
1. metode empiris, dalam sains maupun dalam kehidupan sehari-hari, biasanya
bersifat sepotong-sepotong (piece meal).
2. pengetahuan empiris (empirical knowledge). Pengetahuan empiris diperoleh
atas bukti pengindraan dengan penglihatan, pendengaran, dan sentuhan indra
lainnya, sehingga kita memiliki konsep dunia di sekitar kita.
3. pengetahuan otoritas (authoritative knowledge). Kita menerima suatu
pengetahuan itu benar bukan karena telah mengeceknya di luar dari diri kita,
melainkan telah dijamin oleh otoritas (suatu sumber yang berwibawa, memiliki
hak) di lapangan.
PENJELASAN ILMU
Batas penjelasan ilmu yaitu ketika manusia berhenti berpikir untuk
mencari pengetahuan, ilmu didapatkan dari penjelasan pengalaman
manusia, sehingga jika manusia memulai penjelasannya pada pengalaman
manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu membatasi
lingkup penjelasannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan
metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji secara empiris.
Ilmu memulai penjelasannya pada pengalaman manusia dan berhenti pada
batas pengalaman manusia. Ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan
dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan
dalam batas ontologis tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan
keilmuan yang bersifat empiris ini, konsisten dengan asas epistemologi
keilmuan yang mensyaratkan adanya verifikasi secara empiris dalam
proses penemuan dan penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara
ilmiah.
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
TOPIK 7
Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Metodologi Penelitian
DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
KELOMPOK 10 :
LELLY PURWANTI (1211900295)
ALFAN FATONI (1211900301)
LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
A. Latar belakang
Sejak lama manusia telah memikirkan hal-hal yang mendasar dalam
fenomena kehidupannya secara kritis. Hal tersebut secara alamiah
menjadi fitrah seorang manusia. Manusia selalu ragu terhadap segala
sesuatu, selalu memiliki rasa ingin tahu, selalu mencari kebenaran
yang hakiki, dan mencari solusi dalam kehPada perkembangan filsaat
sebagai ilmu atau ilmu filsafat, terdapat hal
pokok yang menjadi cabang kajian mengenai cara manusia berfikir.
Ketiga cabang tersebut merupakan Ontology, Epistemologi dan
Aksiologi.
idupannya. akhir dari proses tersebut disebut proses berfilsafat.
Ontology
Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas.
Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.
Bedanya realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan :
apakah sesungguhnya hakikat dari realitas yang ada ini; apakah realitas
yang ada ini sesuatu realita materi saja; adakah sesuatu di balik realita itu;
apakah realita ini monoisme, dualisme, atau pluralisme. Bidang
pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada yang mungkin ada,
yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah
hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk teori hakikat ialah
teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas, realitas ialah kerealan, real
artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah kenyataan yang
sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau
keadaan yang menipu, bukan keadaan yang meberubah
Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata “Episteme” yaitu pengetahuan dan juga
“logos yang bermakna ilmu, uraian atau alasan sehingga secara
etimologi, epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang ilmu
pengetahuan atau Theory of Knowledge. Epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari benar atau tidaknya suatu pengetahuan2.
Epistemologi merupakan sebuah kajian ilmu yang sangat populer dan
menjadi hal yang paling menarik. Secara sederhana Epistemologi
merupakan pokok bahasan yang mengkaji tentang pengetahuan serta
kaitannya dengan kebenaran yang hakiki. Epistemologi menjadi
pembahasan menarik ketika dikaitkan dengan ketuhanan karena kebenaran
yang hakiki hanya akan dimiliki oleh Tuhan, oleh karena itu hakikat dari
kebenaran hakiki yang dijadikan subjek dalam Epistemologi menjadi hal
yang mustahil untuk didapatkan oleh pemikiran dan rasa dari manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi
mempunyai banyak sekali pemaknaan atau pengertian yang kadang sulit
untuk dipahami.
Aksiologi
Aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus Bahasa Indonesia aksiologi
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian
tentang nilai-nilai khususnya etika4. Ada 3 bagian yang membedakan di
dalam aksiologi, yakni moral conduct, esthetic conduct,dan socio-
political life.
Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus,
yaitu etika, Estetic Expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini
melahirkan keindahan, Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik,
yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
pengertian filsafat ilmu dari para
ahli :
1. Menurut Berry dalam buku A. Susanto, Filsafat Ilmu adalah penelaahan
tentang logika intern dan teori – teori ilmiah dan hubungan – hubungan
antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah. Bagi Berry,
filsafat ilmu adalah ilmu yang di pakai untuk menelaah tentang logika,
teori – teori ilmiah serta upaya pelaksanaannya untuk menghasilkan
suatu metode atau teori ilmiah.
2. Robert Ackermann filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang
pendapat – pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap
pendapat – pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam rangka
ukuran – ukuran yang dikembangkan dari pendapat – pendapat demikian
itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang
bebas dari praktik ilmiah senyatanya.
3. Menurut Beerling, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri –
ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara – cara untuk memperoleh
pengetahuan tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat
pengetahuan atau epistemologi yang secara umum menyelidiki syarat –
syarat serta bentuk bentuk pengalamn manusia juga mengenai logika dan
metodologi.
4. Menurut Jujun S, Suriasumantri menjelaskan bahwa filsafat ilmu
merupakan suatu pengetahuan atau epistemologi yang mencoba
menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tak lagi merupakan
misteri, secara garis besar, Jujun menggolongkan pengetahuan menjadi
tiga kategori umum, yakni
• pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk yang disebut juga
dengan etika
• pengetahuan tentang indah dan jelek, yang disebut dengan estetika
atau seni
• pengetahuan tentang yang benar dan salah, yang disebut dengan logika
5. Menurut . Stephen R. Toulman dalam H endang komara10, filsafat ilmu
adalah sebagai uatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan
ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-
metode penggantian dan perhitungan, peranggapan-peranggapan
metafisis dan seterusnya menilai landasan-landasan bagi kesalahnnya
dari sudut tinjauan logika formal, metodologis praktis, dan metafisika.
BAB II Pembahasan
Metode penelitian merupakan upaya untuk pengembangan ilmu. Ilmu pula yang
melandasi pengetahuan tertentu dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian
filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara spesifik mengkaji hakikat
ilmu untuk mencapai suatu kebenaran. Metodologi penelitian adalah berarti ilmu
tentang metode. Sedang penelitian adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data
kemudian mengolah, menganalisa dan mengkaji data yang dilakukan secara
sistematis dan objektif.
Jadi metodologi penelitian ilmu yang mempelajari, menelusuri, mencari dan
mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan menyajikan data yang
dilakukan secara sistematis supaya diperoleh suatu kebenaran yang objektif. Secara
terminology,
metodologi penelitian atau metodologi riset (science research atau method),
metodologi berasal dari kata methodology, maknanya ilmu yang menerangkan
metode-metode atau cara- cara. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris
“research” yang terdiri dari kata “re” (mengulang) dan search (pencarian,
pengejaran, penelusuran, penyelidikan atau penelitian) maka research berarti
berulang melakukan pencarian.
A. Pengertian
Ilmu dan pengetahuan merupakan dua istilah yang berbeda. Soetriono dan SRDm
Rita Hanafie mengemukakan bahwa ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua
pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif
yang menghubungan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan
pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman
mengenai kausalitas yang hakiki dan universal. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan
yang menjelaskan kausalitas dari suatu objek menurut metode tertentu yang
merupakan suatu kesatuan sistematis.
Beberapa pengertian filsafat ilmu dari para ahli telah ditampilkan dia atas, berikut
penulis kutip beberapa pengertian lainnya agar dapat lebih memahami tentang
makna filsafat ilmu dan juga pengertian metode penelitian. Amsal Bahtiar
berpendapat : filsafat Ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar
Ilmu. Dengan demikian filsafat Ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara
spesifik mengkaji hakekat Ilmu untuk mencapai suatu kebenaran.
Kemudian metode penelitian adalah berarti Ilmu tentang metode. Sedang penelitian
adalah penelitian adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian
mengolah, menganalisa dan mengkaji data yang dilakukan secara sistematis dan
obyektif
B. Kedudukan Filsafat Ilmu Dan
Penelitian
Sesungguhnya berubungan atau tidaknya filsafat ilmu pengetahuan dan
penelitian merupakan masalah rumit, yang tidak mungkin dijawab dengan
sekedar ada hubungan atau tidak ada hubungan dari keduanya. Filsafat
ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan salah satu cara untuk
mebuktikan kebenaran, sedangkan penelitian juga merupakan wahana
untuk menguji kebenaran.
Dilihat dari segi katanya filsafat ilmu pengetahuan dapat dimaknai sebagai
filsafat yang berkaitan dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan
bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu
sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus,
namun demikian untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud
dengan filsafat ilmu pengetahuan, maka diperlukan pembatasan yang dapat
menggambarkan dan memberi makna khusus tentang istilah tersebut.
Menurut Amsal Bahtiar tujuan filsafat Ilmu adalah:
1. Mendalami unsur-unsur pokok Ilmu, sehingga secara menyeluruh
kita dapat memahami sumber hakekat dan tujuan Ilmu
2. Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan dan kemajuan
Ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang
proses Ilmu kontemporer secara histories. Metodologi bisa juga
diartikan Ilmu yang membahas konsep berbagai metode, apa
kelebihan dan kekurangan dari suatu, kemudian bagaimana
seseorang memilih suatu metode. Sedangkan penelitian bertujuan
menghimpun data yang akurat yang kemudian diproses sehingga
menemukan kebenaran atau teori atau Ilmu dan mungkin pula
mengembangkan kebenaran terdahulu atau menguji kebenaran tersebut
Hubugan antara filsafat Ilmu dengan metodologi
penelitian
 Filsafat Ilmu merupakan cabang dari Ilmu filsafat yang
termasuk dataran epistemologi
 Filsafat Ilmu membahas tentang ontology, epistemologi, dan aksiologi
 Metodologi ditinjau dari Ilmu filsafat juga termasuk dalam tataran
epistemologi
 Filsafat Ilmu dan metodologi penelitian menduduki posisi yang sama
dalam Ilmu filsafat yaitu pada tataran epistemologi
 Dan untuk mencapai hasil penelitian yang valid, metodologi harus di
landasi filsafat Ilmu.
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
TOPIK 8
SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH
DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec
KELOMPOK 10 :
LELLY PURWANTI (1211900295)
ALFAN FATONI (1211900301)
LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT
SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH
• Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses
inimerupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran
tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.
 Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
 Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum
ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus;
sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat
khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum
• Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau
membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Fungsi sarana
berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau
teori yang lain.
Sarana Berpikir Ilmiah
Bahasa
• Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut
bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna.
• Sedangkan dalam KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahasa ialah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Jadi
bahasa menekankan bunyi, lambang, sistematika, komunikasi, dan alat.
Matematika
• Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan
lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten.
• Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu
keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu
studi ataupun pemecahan masalah.
• Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi
kehidupan.Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih
praktis, sistematis, dan efisien.
• Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian
dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat.
Statistika
• Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.Konsep
statistikasering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu
populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan
yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan.
• Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang
sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi
tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.
Logika
• Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan
dapatdipertanggungjawabkan. Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan
prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar
dengan penalaran yang salah.
• Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.
• Berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai.
• Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa golongan:
DEFINISI HAKIKAT SARANA BERFIKIR
ILMIAH
• Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal,
dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan.
• Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan.
• Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan.
• Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
• Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum
ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus,
sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang
bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para
ahli
 Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir
untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
 Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk
memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang
menggabungkan induksi dan deduksi.
 Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu
berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek
disertai pembuktian-pembuktian.
 Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses
berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang
berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada.
Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science), dengan
pengetahuan (knowledge), antara lain :
• Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982.
Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya, metodologinya, filosofinya dan
teorinya yang khas.
• Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985. Ilmu
juga harus memiliki objek, metode,sistematika dan mesti bersifat universal.
Sumber-sumber pengetahuan manusia dikelompokkan atas:
 Pengalaman.
 Otoritas .
 Cara berfikir deduktif.
 Cara berfikir induktif .
 Berfikir ilmiah (pendekatan ilmiah).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
1. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmu.
2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
PERAN BAHASA DALAM SARANA BERFIKIR
ILMIAH
• Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh
proses berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan
Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang
yang membentuk makna. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
diterangkan bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Jadi bahasa menekankan pada
bunyi, lambang, sistematika, komunikasi.
Adapun ciri-ciri bahasa di antaranya yaitu:
1. Sistematis artinya memiliki pola dan aturan.
2. Arbitrer (manasuka) artinya kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis
dengan apa yang disimbolkannya.
3. Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi
4. Sebagai symbol yang mengaju pada objeknya dan lain sebagainya.
Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah yaitu :
Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif,
deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah-
pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnya
ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya.
Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguitik melihat fungsi bahasa sebagai sarana
untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran
sisiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan
masyarakat. Walaupun terdapat perbedaan tetapi pendapat ini saling melengkapi
satu sama lainnya.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah :
• Koordinator kegiatan-kegiatan dalam masyarakat.
• Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
• Penyampaian pikiran dan perasaan
• Penyenangan jiwa
• Pengurangan kegonjangan jiwa
Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu:
1. Simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah.
2. Emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
3. Afektif (George F. Kneller dalam jujun, 1990, 175).
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh
Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai
berikut:
• Instrumental yaitu: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat
materi seperti makan, minum, dan sebagainya.
• Fungsi Regulatoris yaitu: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan
tingkah laku.
• Fungsi Interaksional yaitu: penggunaan bahasa untuk saling
mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain.
• Fungsi Personal yaitu: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan
perasaan dan pikiran.
• Fungsi Heuristik yaitu : penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena
dan keinginan untuk mempelajarinya.
• Fungsi Imajinatif yaitu: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi
seseorang dan gambaran-gambaran tentang
• discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).
• Fungsi Representasional yaitu: penggunaan bahasa untuk menggambarkan
pemikiran dan wawasan.
• Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang pengolongan bahasa
Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan
sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi
menjadi dua yaitu: bahasa isyarat dan bahasa biasa.
Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan
dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau
bahasa simbolik.
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai berikut:
Bahasa alamiah antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas
dasar kebiasaan sehari-hari, karena bahasanya secara spontan, bersifat
kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan langsung.
Bahasa buatan antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat
relatif, atas dasar pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan
pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak
langsung.
PERAN MATEMATIKA DALAM BERFIKIR
ILMIAH
• Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana berfikir
salah satunya adalah Matematika. Sarana tersebut memungkinkan
dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan cermat.
• Penguasaan secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
• alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Matematika adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna
dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
• Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru mempunyai arti
setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya
merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
• Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang
mati.
Peranan Matematiki sebagai sarana berfikir ilmiah dapat menggunakan
alat-alat yang mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1. Menggunakan algoritma.
2. Melakukan manupulasi secara matematika.
3. Mengorganisasikan data.
4. Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
5. Mengenal dan menenukan pola.
6. Menarik kesimpulan.
7. Membuat kalimat atau model matematika.
8. Membuat interpretasi bangun geometri.
9. Memahami pengukuran dan satuanya
10. Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti
tabel matematika, kalkulator, dan komputer.
Adapun kelebihan dan kekurangan matematika:
1. Kelebihan matematika adalah: tidak memiliki unsur emotif dan bahasa
matematika sangat universal.
2. Kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung
bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika
penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
PERAN STATISKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistika
sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi
tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat
umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan
yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat
sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat
ketelitian tersebut dan sebaliknya
• Menurut Anas Sudiono dalam bakhtiar, 2010, 198, secara etimologi kata
statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti
dengan state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan negara. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai kumpulan bahan
keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang
tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan
kegunaan bagi suatu negara.
• Sedangkan menurut (Sudjana 1996 : 3) Statistika adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelolaan atau
penganalisiannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan
penganalisisan yang dilakukan.
Jadi statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh
pengetahuan untuk mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu
kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam
kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode penelitian serta penganalisaan
harus akurat. Statistika diterapkan secara luas dan hampir semua pengambilan
keputusan dalam bidang manajemen. Peranan statiska diterapkan dalam
penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas,
seleksi pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing,
pemilihan resiko dalam pemberian kredit dan lain sebagainya.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
1. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari
populas.
2. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen..
3. Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
4. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni, pertama, sebagai
sarana komunikasi antar manusia, dan kedua, sebagai sarana budaya yang
mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Bahasa
adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan.
Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai
budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu,
kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan
bagian yang integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang
kebudayaan.
perkembangan kebudayaan Indonesia ke arah peradaban modern sejalan dengan
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya
perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan
kesanggupan menyatakan isi pikiran secara eksplisit. Ciri-ciri cara berpikir dan
mengungkapkan isi pikiran ini harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia sebagai
sarana komunikasi dan sebagai sarana berpikir ilmiah dalam hubungan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta modernisasi masyarakat
Indonesia.
Kesimpulan
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Ahmad Ibrahim
 
Halaman Seratus
Halaman SeratusHalaman Seratus
Halaman Seratus
matrixvirgo
 
Metodologi penelitian tugas 1
Metodologi penelitian tugas 1Metodologi penelitian tugas 1
Metodologi penelitian tugas 1
Fergieta Prahasdhika
 
Hukum & Teori
Hukum & TeoriHukum & Teori
Hukum & Teori
Radyastuti
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
Anggita Sorayya
 
Jawaban filsafat
Jawaban filsafatJawaban filsafat
Jawaban filsafatRz Rachman
 
Ppt makalah berpikir kritis beraksi nyata
Ppt makalah berpikir kritis beraksi nyataPpt makalah berpikir kritis beraksi nyata
Ppt makalah berpikir kritis beraksi nyata
anandaryan10
 
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_SKelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
AyuRatnaSari14
 
Filsafat etika immanuel kant
Filsafat etika immanuel kantFilsafat etika immanuel kant
Filsafat etika immanuel kantSuci Ramadhan
 
Kelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat IlmuKelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
NovaniAzis
 
K E L O M P O K 2 A K U N
K E L O M P O K 2  A K U NK E L O M P O K 2  A K U N
K E L O M P O K 2 A K U NKanjeng Jagad
 
Berfikir mendasar yang masuk akal.
Berfikir mendasar yang masuk akal.Berfikir mendasar yang masuk akal.
Berfikir mendasar yang masuk akal.
Satrio Adi
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
Sandika Wahyu IP
 
Penjelasan dan hukum ilmiah
Penjelasan dan hukum ilmiahPenjelasan dan hukum ilmiah
Penjelasan dan hukum ilmiah
ilyasa izhad
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
Lisca Ardiwinata
 
Isi tugas logika
Isi tugas logikaIsi tugas logika
Isi tugas logika
Sholyqyn Saputra
 
Bagian 5 perubahan saintifik
Bagian 5   perubahan saintifikBagian 5   perubahan saintifik
Bagian 5 perubahan saintifikNanda Reda
 

What's hot (20)

Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
 
Halaman Seratus
Halaman SeratusHalaman Seratus
Halaman Seratus
 
Metodologi penelitian tugas 1
Metodologi penelitian tugas 1Metodologi penelitian tugas 1
Metodologi penelitian tugas 1
 
Logika6
Logika6Logika6
Logika6
 
Hukum & Teori
Hukum & TeoriHukum & Teori
Hukum & Teori
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Jawaban filsafat
Jawaban filsafatJawaban filsafat
Jawaban filsafat
 
Ringkasan ilmu logika
Ringkasan ilmu logikaRingkasan ilmu logika
Ringkasan ilmu logika
 
Ppt makalah berpikir kritis beraksi nyata
Ppt makalah berpikir kritis beraksi nyataPpt makalah berpikir kritis beraksi nyata
Ppt makalah berpikir kritis beraksi nyata
 
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_SKelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
 
Filsafat etika immanuel kant
Filsafat etika immanuel kantFilsafat etika immanuel kant
Filsafat etika immanuel kant
 
Kelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat IlmuKelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
 
K E L O M P O K 2 A K U N
K E L O M P O K 2  A K U NK E L O M P O K 2  A K U N
K E L O M P O K 2 A K U N
 
Berfikir mendasar yang masuk akal.
Berfikir mendasar yang masuk akal.Berfikir mendasar yang masuk akal.
Berfikir mendasar yang masuk akal.
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
 
Penjelasan dan hukum ilmiah
Penjelasan dan hukum ilmiahPenjelasan dan hukum ilmiah
Penjelasan dan hukum ilmiah
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
 
Isi tugas logika
Isi tugas logikaIsi tugas logika
Isi tugas logika
 
Bagian 5 perubahan saintifik
Bagian 5   perubahan saintifikBagian 5   perubahan saintifik
Bagian 5 perubahan saintifik
 
Makalah ilmu logika
Makalah ilmu logikaMakalah ilmu logika
Makalah ilmu logika
 

Similar to PENGANTAR FILSAFAT ILMU

Rangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas s
Rangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas sRangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas s
Rangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas s
EllinHarti
 
Kebenaran dan Asas Berpikir Dasar Logika.pptx
 Kebenaran dan Asas Berpikir Dasar Logika.pptx Kebenaran dan Asas Berpikir Dasar Logika.pptx
Kebenaran dan Asas Berpikir Dasar Logika.pptx
Nadila Utami
 
Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2
Toni Isbandi
 
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docxARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
MhdTaajuddin
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Susi Yanti
 
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra KurniaSoal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
R . Adhi Indra Kurnia
 
TEORI KEBENARAN.pptx
TEORI KEBENARAN.pptxTEORI KEBENARAN.pptx
TEORI KEBENARAN.pptx
AlbertoNainggolan
 
Kelompok 1 filsatal ilmu
Kelompok 1 filsatal ilmuKelompok 1 filsatal ilmu
Kelompok 1 filsatal ilmu
NandanPrasetyo
 
Kepastian dan kebenaran ilmu pengetahuan
Kepastian dan kebenaran ilmu pengetahuanKepastian dan kebenaran ilmu pengetahuan
Kepastian dan kebenaran ilmu pengetahuanIntan El-Durroty
 
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmu
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmuPpt kelompok 8 all filsafat ilmu
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmu
AnandaBudii
 
ilmu pengetahuan (filsafat sains)
ilmu pengetahuan (filsafat sains)ilmu pengetahuan (filsafat sains)
ilmu pengetahuan (filsafat sains)
Dina Amalina
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
Mesir La Samani
 
Bab ii landasan teori
Bab ii landasan teoriBab ii landasan teori
Bab ii landasan teori
Cindar Tyas
 
Teori-teori Kebenaran
Teori-teori KebenaranTeori-teori Kebenaran
Teori-teori KebenaranHidayahilya
 
Filsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdf
Filsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdfFilsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdf
Filsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdf
kustiyantidew94
 
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"
FeniIndrayani
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
Djoko Adi Walujo
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
Djoko Adi Walujo
 
Kelompok 11 rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
Kelompok 11  rangkuman materi pengantar filsafat kls_sKelompok 11  rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
Kelompok 11 rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
AtikatulLatifah
 
Tugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitianTugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitian
Chandra Agustian
 

Similar to PENGANTAR FILSAFAT ILMU (20)

Rangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas s
Rangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas sRangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas s
Rangkuman seluruh ppt_kelompok 1_pengantar filsafat ilmu_kelas s
 
Kebenaran dan Asas Berpikir Dasar Logika.pptx
 Kebenaran dan Asas Berpikir Dasar Logika.pptx Kebenaran dan Asas Berpikir Dasar Logika.pptx
Kebenaran dan Asas Berpikir Dasar Logika.pptx
 
Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2Kebenaran ilmiah 2
Kebenaran ilmiah 2
 
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docxARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenran
 
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra KurniaSoal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
 
TEORI KEBENARAN.pptx
TEORI KEBENARAN.pptxTEORI KEBENARAN.pptx
TEORI KEBENARAN.pptx
 
Kelompok 1 filsatal ilmu
Kelompok 1 filsatal ilmuKelompok 1 filsatal ilmu
Kelompok 1 filsatal ilmu
 
Kepastian dan kebenaran ilmu pengetahuan
Kepastian dan kebenaran ilmu pengetahuanKepastian dan kebenaran ilmu pengetahuan
Kepastian dan kebenaran ilmu pengetahuan
 
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmu
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmuPpt kelompok 8 all filsafat ilmu
Ppt kelompok 8 all filsafat ilmu
 
ilmu pengetahuan (filsafat sains)
ilmu pengetahuan (filsafat sains)ilmu pengetahuan (filsafat sains)
ilmu pengetahuan (filsafat sains)
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Bab ii landasan teori
Bab ii landasan teoriBab ii landasan teori
Bab ii landasan teori
 
Teori-teori Kebenaran
Teori-teori KebenaranTeori-teori Kebenaran
Teori-teori Kebenaran
 
Filsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdf
Filsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdfFilsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdf
Filsafat sebagai Dasar dasar pengetahuan.pdf
 
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN 3 (TEORI KEBENARAN) - DJOKO AW
 
Kelompok 11 rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
Kelompok 11  rangkuman materi pengantar filsafat kls_sKelompok 11  rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
Kelompok 11 rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
 
Tugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitianTugas kuliah metode penelitian
Tugas kuliah metode penelitian
 

Recently uploaded

Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
HengkiRisman
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 

PENGANTAR FILSAFAT ILMU

  • 1. PENGANTAR ILMU FILSAFAT TOPIK 1 MENCARI KEBENARAN DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec KELOMPOK 10 : LELLY PURWANTI (1211900295) ALFAN FATONI (1211900301) LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 2. Filsafat Kebenaran  Plato pernah mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Dalam waktu belakangan yang cukup lama Bradley seakan menjawab bahwa kebenaran itu adalah kenyataan. Jadi untuk membuktikan bahwa hari benar-benar hujan, kita harus membedakan dengan melihat kenyataan yang terjadi di luar rumah.  Seorang murid Plato bernama Aristoteles, menjawab pertanyaan suhunya ini dengan pendapat bahwa kebenaran itu subjektif
  • 3. Banyak Pakar Ilmu Filsafat Yang Menganggap Benar Bahwa Pengetahuan itu terdiri tas sebagi berikut :  Pengetahuan Akal : pengetahuan akal itu disebut ilmu yang kemudian untuk membahasnva disebut logika  Pengetahuan Budi : pengetahuan budi itu disebut moral yang kemudian untuk membahasnya disebut etika  Pengetahuan Indrawi : pengetahuan indrawi itu disebut seni yang untuk
  • 4.  Pengetahuan Kepercayaan : pengetahuan kepercayaan itu disebut agama, tetapi dalam hal ini tidak boleh otoritatif karena agama tidak memaksa, agama harus diterima secara logika, etika dan estetika dan agama itu hanyalah Islam yang terbukti kebenarannya, keinclahannya dan kebaikannya.  Pengetahuan Intuitif : kepada seseorang yang kemudian disebut nabi harus diuji lebih dahulu seperti halnya keberadaan Nabi Muhammad
  • 5. A. Proposisi Suatu Pertanyaan Yang Benar  Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah pernyataan itu benar ataukah tidak. Untuk sampai pada definisi tentang kebenaran, marilah kita hubungkan lagi pembicaraan kita dengan kalimat, "Di luar hawanya dingin.“ Kalimat , ini dapat dianalisa sebagai berikut : 1. Suatu perangkat tanda 2. Suatu susunan tanda-tanda yang teratur yang sesuai dengan aturan-
  • 6. Kebenaran Bersifat Semantik  Pernyataan' merupakan suatu istilah yang bersifat sintaktis; 'proposisi' ialah istilah yang bersifat semantik, dan demikian pula kata 'benar' mengacu kepada makna simbol-sirnbol, dan bukan kepada simbolnya.  Kebenaran' menunjukkan bahwa makna suatu pernyataan artinya" proposisinya - sungguh-sungguh merupakan halnya. Bila proposisinya tidak merupakan halnya, maka kita
  • 7. B. Ukuran Kebenaran  ukuran yang dapat diterapkan pada proposisi-proposisi untuk menentukan kebenarannya atau kenyataannya yaitu mengadakan pembedaan antara definisi tentang kebenaran masalah tentang makna dengan ukuran tentang kebenaran. Apa yang kita butuhkan ialah sesuatu yang dapat dipakai untuk menunjukkan bahwa definisi itu terpenuhi, karena tidaklah mudah
  • 8.  Keadaan saling tergantung ini kian menjadi jelas bila saya membicarakan jawaban-jawaban yang pokok terhadap masalah ukuran kebenaran. Di buku ini, diketengahkan pernyataan itu benar atau tidak ada 4 (empat) teori saja. Yang sebetulnya masih ada teori lain,yaitu : 1. Coherence Theory adalah kebenaran atas hubungan antara dua pernyataan. Misalnya ketika dinyatakan bahwa monyet mempunyai
  • 9. 2. Correspondence Theory adalah kebenaran yang sesuai antara pernyataan dengan fakta di lapangan. Misalnya bila dinyatakan Sengkon dan Karta bersalah, lalu dihukum lima tahen maka Sengkon dan Karta harus benar-benar melakukan kejahatan itu, bukan sekedar membuktikan dengan berbagai berita acara. Apabila Sengkon dan Karta tidak melakukan maka secara kebenaran korespondensi itu tidak benar. Beberapa pokok penting yang perlu
  • 10. 3. Emperical Theory ialah definisi- definisi tentang kebenaran paham- paham empiris mendasarkan diri pada pelbagai segi pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada pengalaman inderawi dari orang seorang. Semua paham tersebut dalam arti tertentu memandang proposisi bersifat meramalkan (predictiue) atau hipotetis, dan memandang kebenaran proposisi sebagai terpenuhinya ramalan- ramalan.
  • 11. Memverifikasi Pernyataan Yang Benar  Menurut Dewey, kita baru mengetahui setelah kita mengadakan verifikasi, dan yang demikian ini kita kerjakan dengan cara berjalan ke kiri. Jika dengan berjalan ke arah kiri, kita sungguh- sungguh ke luar dari hutan, maka barulah proposisi tersebut sungguh- sungguh benar. Proposisi yang kita ajukan merupakan suatu hipotesa yang meramalkan konsekuensi- konsekuensi. Dan karenanya, akan benar jika dan hanya jika - konsekuensi- konsekuensi tersebut terwujud.
  • 12. Kumpulan Kebenaran Akal Yang Tidak Beretika Moral 1. Menampar murid yang tidak menjawab dengan benar. 2. Menceraikan isteri yang tidak dapat memberikan anak. 3. Sistem komando yang militeristik. 4. Sistem jihad yang tidak kasih sayang. 5. Melakukan Daerah Operasi Militer terhadap wilayah yang separatis. 6. Memaksakan konsensus nasional. 7. Memaksakan mufakat pada masyarakat yang heterogen.
  • 13. Allah Yang Maha Benar  Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq), itulah sebabnya para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah) pada setiap penyelesaian penemuan itmiahnya, ataupun ketika selesai melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali.
  • 14. PENGANTAR ILMU FILSAFAT TOPIK 2 PENALARAN DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec KELOMPOK 10 : LELLY PURWANTI (1211900295) ALFAN FATONI (1211900301) LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 15.  ARGUMENTASI adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta- fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi
  • 16.  Proposisi Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Bila kita bandingkan argumentasi dengan sebuah bangunan, maka fakta, evidensi, dan sebagainya dapat disamakan dengan batu bata, batu kali, semen, dsb., sedangkan proses penalaran itu sendiri dapat disamakan dengan bagan atau arsitektur untuk
  • 17.  Inferensi dan Implikasi Tiap proposisi dapat mencerminkan dua macam kemungkinan. Pertama, ia merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai akibat dari pengalaman atau pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal. Kedua, proposisi dapat juga merupakan pendapat, atau kesimpulan seseorang mengenai sesuatu hal. Kalimat-kalimat seperti "Tadi terjadi sebuah tabrakan di depan Universitas" merupakan sebuah proposisi yang bersifat pernyataan faktual, yaitu sebuah pernyataan yang menyangkut fakta atau peristiwa yang dialami oleh seseorang. Tetapi bila informasi tadi dilanjutkan dengan meriggtakan "Sopir bis
  • 18.  Wujud Evidensi Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekadar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak.
  • 19.  Cara Menguji Data  a. Observasi, fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha rneyakinkan para pembaca, maka kadang- kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk
  • 20.  b. Kesaksian, keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilakukan dengan observasi. Kadang- kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan observasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian
  • 21.  c. Autoritas, cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu. Nasihat seorang dokter tentang penyakit yang diderita akan ditaati oleh pasien, karena dokter itu dianggap sebagai suatu
  • 22.  Cara Menguji Fakta  a. Konsistensi Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain.  b. Koherensi Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai
  • 23.  Cara Menilai Autoritas  Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas- de- sus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data-data eksperimental.  Apa yang harus dilakukan bila seorang menghadapi kenyataan bahwa pendapat autoritas-autoritas itu berbeda-beda? Yang dapat dilakukan adalah
  • 24.  a. Kemashuran dan Prestise Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekadar bersembunyi di balik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Apakah ahli itu menyertakan pendapatnya dengan fakta-fakta yang meyakinkan?
  • 25.  b. Koherensi dengan Kemajuan Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu. Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapatpendapat terakhir dari ahli-ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan
  • 26. PENGANTAR FILSAFAT MU FILSAFAT TOPIK 3 BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU KEPASTIAN DAN KEBENARAN ILMIAH DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec KELOMPOK 10 : LELLY PURWANTI (1211900295) ALFAN FATONI (1211900301) LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 27. Mengapa Harus Berpikir Secara Filsafat  Berpikir filsafat sangatlah penting untuk semua orang dalam rangka menjalani aktivitas sehari-hari, atau untuk mencari solusi bagi sebuah permasalahan. Jika ditelaah secara mendalam, begitu banyak manfaat, serta pertanyaan-pertanyaan yang mungkin orang lain tidak pernah memikirkan jawabannya. Karena filsafat merupakan induk dari semua ilmu. Beberapa manfaat berpikir filsafat, di antaranya mengajarkan cara berpikir kritis, sebagai dasar dalam mengambil keputusan, menggunakan akal secara proporsional, membuka wawasan berpikir menuju ke arah penghayatan, dan masih banyak lagi.
  • 28. Mengukur Berpikir Filsafat Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh, sifat mendasar dan sifat spekulatif. Dalam sifat spekulatif berpikir filsafati, tidaklah mungkin manusia menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusiapun tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. berpikir filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus.
  • 29. Ciri – Ciri Berfikir Filsafat Pertama, Konsepsional. Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagian konsepsional. Konsepsi merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu. Kedua, Koheren. Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren yang konsepsional. Secara singkat, istilah koheren ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut. Ketiga, Memburu kebenaran. Filsuf adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan.
  • 30. Keempat, Radikal. Berfilsafat berarti berpikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Berpikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berpikir secara mendalam Kelima, Rasional. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional yang bersifat rasional. Yang dimaksudkan dengan bagan konsepsional yang bersifat rasional ialah bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain. Keenam, Menyeluruh. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri. Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya.
  • 31. Teori mengenai kebenaran 2. Kebenaran sebagai Keteguhan (the coherent theory of truth). Pandangan ini dudukung oleh Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Teori ini dianut oleh kaum rasionalis. Kebenaran tidak lagi ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan, melainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah ada. 1. Kebenaran sebagai Persesuaian (the correspondent theory of truth). Pendasar teori ini adalah Aristoteles. Menurutnya, mengatakan sesuatu yang ada sebagai tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada adalah salah. Sebaliknya mengatakan hal yang ada sebagai ada, dan yang tidak ada sebagai tidak ada, adalah benar
  • 32. 3. Teori Pragmatis tentang Kebenaran (the pragmatic theory of truth). Teori ini dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce dan William James. Kebenaran memiliki arti yang sama dengan kegunaan. Suatu ide benar adalah ide yang bisa memungkinkan seseorang melakukan sesuatu secara paling 4. Teori Kebenaran Performatif (Performative theory of truth). Anggapan tentang terlaksananya kebenaran dalam bahasa (ungkapan) manusia berasal dari Inggris (Frank Ramsey, John Austin, dan Peter Strawson). Mereka melawan teori klasik bahwa benar dan salah adalah ungkapan deskriptif. Suatu pernyataan dianggap benar kalau is menciptakan realitas 5. Teori Kebenaran Historis. Ini pada umumnya diakui oleh kelompok post-modernis atau strukturalis dan post- strukturalis. Menurut mereka kebenaran selalu bersifat historis dan selalu berpusat pada kebebasan batin setiap manusia, dan bukannya ditentukan lebih dahulu atau ditentukan oleh orang lain. Dalam diri setiap manusia dan kebudayaan terdapat unsur kebenaran.
  • 33. Sifat-sifat kebenaran ilmiah 1. Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis (berdasarkan kesimpulan yang logis-rasional dari premis-premis tertentu). Karena itu bersifat rasional, maka semua orang rasional dapat menggunakan akal budinya secara baik dan memahami kebenaran ilmiah ini. 2. Isi empiris,kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada (empiris). 3. Sifat pragmatis mau menggabungkan dua sifat kebenaran di atas. Pernyataan itu logis dan empiris, maka harus juga berguna dalam hidup manusia dalam memecahkan permasalahan.
  • 34. Kepastian dan kebenaran  Dalam diskusi tentang macam-macam teori kebenaran pertanyaan yang muncul ialah apakah kebenaran ilmiah bersifat pasti atau sementara? Jawaban atas pertanyaan ini memunculkan dua pandangan berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang menekankan kebenaran logis-rasional dan pandangan kaum empiris yang menekankan kebenaran empiris. Karena itu kita harus berbicara tentang taraftaraf kepastian (subyektivitas dan obyektivitas).
  • 35. Taraf Kepastian Ilmu Empiris dan Ilmu Eksakta  Kepastian dalam ilmu-ilmu empiris Semua ilmu empiris, termasuk ilmu-ilmu manusia, mengajar tentang kepastian dalam dua arti, yaitu: a. kepastian tentang explanans dari gejala-gejala yang diselidiki, terutama menyangkut kebenaran pernyataan dari gejala-gejala itu b. kepastian mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari suatu hukum yang berlaku. Namun yang dicapai adalah satu ketakpercayaan  Kepastian dalam ilmu-ilmu eksakta Dalam konteks penemuan (context of discovery), dalam usaha mencoba-coba, apa yang dikatakan tentang ilmu-ilmu empiris juga berlaku untuk ilmu-ilmu pasti (di mans ilmu itu belum pasti). Namun dalam konteks pembenaran (context of justification), dalam satu sistem matematika atau logika yang sudah jadi dan berdiri sendiri, tidak ada lagi hipotesis, melainkan hanya ungkapan-ungkapan yang bersifat aksiomatis (yang terdiri dari dalil-dalil) yang semuanya bernilai 1. Semua dalil berlaku di mana-mana tanpa diragukan dalam sistem itu sendiri. Inilah yang dimaksudkan dengan ilmu pasti.
  • 36. Berfikir induktif dan deduktif  Dapatlah dikatakan bahwa pekerjaan induktif ini dimulai dari hal-hal yang khusus (particular) yang terpikirkan sebagai kelas dari suatu fenomena, menuju generalisasi. Menurut Francis Bacon (Soetriono dan SRDm Rita Hanafie: 2007), mempertegas variasi kondisi untuk mencapai hikikat induktif, yaitu: (1) tabulasi atau pencatatan ciri-ciri positif yaitu pencatatan mengenai apa yang terjadi dalam suatu kondisi; (2) tabulasi atau pencatatan ciri-ciri negatif yaitu pencatatan kondisi mana suatu kejadian tidak timbul dan: (3) tabulasi atau pencatatan variasi kondisi yaitu pencatatan ada tidaknya perubahan ciri-ciri pada kondisi yang berubah-ubah
  • 37. Metode ilmiah Kedudukan metode penelitian dalam metode ilmiah dapat dikatakan hanya sebagian dari langkah-langkah sistematis dalam memperoleh ilmu, sebab metode penelitian baru merupakan prosedur sistematis dari bekerjanya pikiran aiau logic yang hanya menghasilkan kesimpulan atau ketetapan rasional saja.Untuk menelusuri langkah-langkah sistematika keilmuan (metode ilmiah) secara tuntas Berikut langkah-langkah sistematis keilmuan : (1) mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah; (2) menyusun kerangka pikiran (logical contract); (3) merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah); (4) menguji hipotesis secara empirik; (5) melakukan pembahasan dan; (6) menyimpulkan
  • 38. PENGANTAR ILMU FILSAFAT TOPIK 4 FILSAFAT ETIKA DAN MORAL DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec KELOMPOK 10 : LELLY PURWANTI (1211900295) ALFAN FATONI (1211900301) LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 39.  Etika Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos", yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "mos" dan dalam bentuk jamaknya "mores," yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
  • 40.  Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti: Pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia. Kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan, atau manusia lain. Objek formal etika meliputi norma kesusilaan manusia, dan mempelajari tingkah laku manusia baik buruknya. Adapun estetika berkaitan dengan nilai tentang
  • 41.  Moral Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya tata cara atau adat istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral yang dari segi substantif materielnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda
  • 42.  Sementara itu Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986), merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensif rumusan formalnya sebagai berikut: 1. Moral sebagai perangkat ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu. 2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu. 3. sebagai tingkah laku hidup manusia, yang
  • 43.  ASPEK DAN SIFAT MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN  Moralitas Versus Legalitas dalam Ilmu Pengetahuan  Moralitas Objektivistik Versus Relativistik dalam Ilmu Pengetahuan  Sifat Moral dalam Perspektif Objektivistik Versus Relativistik
  • 44.  HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEMANUSIAAN Menurut Jhon G. Kemeny dalam The Liang Gie (2005) mengatakan, ilmu adalah seluruh pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method). Terlepas berbagai makna dari pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas dan metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak
  • 45.  ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dalam sebaik-baik ciptaan, maka manusia memiliki kelebihan yang istimewa, yaitu kemampuannya dalam menalar, merasa, dan mengindra. Melalui kelebihan ini manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuannya, dan hal inilah yang secara prinsip menjadi furgan (pembeda) manusia dengan makhluk lainnya, bahkan
  • 46.  Atas dasar appetites societaties ini manusia bersedia mengorbankan jiwa dan raganya untuk kepentingan orang lain, golongan, dan masyarakat. Ada empat macam hidup dalam masyarakat menurut teori hukum kodrat:  Abstinentia alieni (hindarkan diri dari milik orang lain).  Oblagatio implendorum promissorum (penuhilah janji).  Damni culpa dati reparatio (bayarlah kerugian yang disebabkan kesalahan
  • 47.  SIKAP MANUSIA  Etika sosial berfungsi membuat manusia menjadi sadar akan tanggungjawabnya sebagai manusia dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat, menurut semua dimensinya. Demikian juga etika profesi --yang merupakan etika khusus dalam etika sosial mempunyai tugas dan tanggungjawab kepada ilmu dan profesi yang disandangnya. Dalam hal ini, pars ilmuwan harus berorientasi pada rasa sadar akan tanggungjawab
  • 48. PENGANTAR ILMU FILSAFAT TOPIK 4 PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec KELOMPOK 10 : LELLY PURWANTI (1211900295) ALFAN FATONI (1211900301) LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 49. Arti Pancasila sebagai Filsafat  Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.
  • 50. Dasar yang menjadikan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia yaitu : 1. Landasan Ontologis Pancasila. Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi. Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis.
  • 51. 2. Landasan Epistemologis Pancasila. Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika dan teori ilmu.
  • 52. 3. Landasan Aksiologis Pancasila. Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki a.Tingkah laku moral, yang berwujud etika, b.Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan, c. Sosio politik yang berwujud ideologi. Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia
  • 53. Fungsi Filsafat Pancasila 1. Memberikan jawaban yang mendasar tentang hakikat kehidupan bernegara. Hal yang fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, susunan politik atau sistem politikdari negara, bentuk negara, susunan perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara. Dasar Negara kita ada lima dasar dimana setap silanya berkaitan dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Saling memberikan arah dan sebagai dasar kepada sila yang lainnya 3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu dari berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat jelas, kalau di negara itu sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara.
  • 54. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT  Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya saling kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesame manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya. Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia
  • 55. Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan. 2. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat negara) RI. 3. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya manapun. 4. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya; filsafat Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan kepustakaan secara kuantitas dan kualitas.
  • 56. PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM FILSAFAT PANCASILA  Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia bersifat majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-silanya. Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila Pancasila itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat manusia. Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri
  • 57. BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA ADALAH SUATU FILSAFAT  Pendapat Muh. Yamin : Dalam bukunya Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa ajaran Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Hakikat filsafatnya ialah satu sinthese fikiran yang lahir dari antithese fikiran.  Pendapat Soediman Kartohadiprodjo : Dalam bukunya yang berjudul Beberapa Pikiran sekitar Pancasila, beliau mengemukakan bahwa pancasila itu disajikan sebagai pidato untuk memenuhi permintaan memberikan dasar fiilsafat negara, maka disajikannya Pancasila sebagai filsafat. Pancasila masih merupakan filsafat Negara (staats-filosofie). Karena itu dapat dimengerti, bahwa filsafat Pancasila dibawakan sebagai inti dari hal-hal yang berkkenaan dengan manusia, disebabkan negara adalah manusia serata organisasi manusia.
  • 58.  Pendapat Drijrkoro : Dalam seminar Pancasila beliau berpendapat bahwa filsafat ada di dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan Weltanschauung didalam lingkungan hidup. Dengan belajar filsafat orang tidak dengan sendirinya mempelajari Weltanscauung. Dan juga tidak pada tempatnya jika dalam filsafat aspek Weltanschauug ditekan-tekan dengan berlebih-lebihan. Shingga dikemukakan bahwa Pancasila sudah lama merupakan Weltanscauung bagi kita banggsa Indonesia, akan tetapi tanpa dirumuuskan sebagai filsafat melainkan dalam dalil- dalil filsafat.
  • 59.  Pendapat Notonagoro : Dalam Lokakarya Pengamalan Pancasila di Yogyakarta beliau berpendapat bahwa kedudukan Pancasila dalam Negara Republik Indonesia adalah sebagai dasar negara, dalam pengertian dasar filsafat. Sifat kefilsafatn dari dasar negara tersebut terwuujudkan dalam rumus abstrak dari kelima sila dari pada Pancasila.  Pendapat Roeslan Abdoelgani : Di dalam bukunya Resapkan dan Amalkan Pancasila berpendapat bahwa Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir sebagai collective-ideologie dari seluruh bangsa Indonesia. Pada hakikatnya Pancasila merupakan suatu realiteit dan suatu noodzakelijkheid bagi keutuhan persatuan bangsa Indonesia sebagaimana tiap-tiap filsafat adalah hakikatnya suatu noodzkelijkheid
  • 60. PENGANTAR ILMU FILSAFAT TOPIK 5 FILSAFAT MANUSIA HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI SISI FILSAFAT ILMU DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO,M.Ec KELOMPOK 10 : LELLY PURWANTI (1211900295) ALFAN FATONI (1211900301) LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 61. PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA :  Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah metode pemikiran yang membahas tentang sifat dasar dan hakikat kebenaran yang ada di dunia ini.  Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang membahas apa arti manusia sendiri secara mendetail.  Filsafat manusia terus berkembang karena manusia adalah objek yang penuh dengan misteri.  Titik tolak filsafat manusia adalah pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia yang melingkupinya.  Dalam sejarah ada beberapa istilah yang mendahului filsafat manusia, yaitu psikologi filsafat, psikologi rasional, eksperimental dan empiris.
  • 62. Ada beberapa pandangan para ahli tentang filsafat manusia I. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain. Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam setting sejarah dan setting psikologis situasi emosional dan intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dan karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah. II. Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam perspektif. Ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini diyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik, pernyataan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol- simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. III. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja.
  • 63. IV. Marx menunjukan perbedaan antara manusia dengan binatang tentang kebutuhannya. Binatang langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya, sedangkan manusia membuat kerja hidupnya menjadi objek kehendak dan kesadarannya. Binatang berproduksi hanya apa yang ia butuhkan secara langsung bagi dirinya dan keturunannya, sedangkan manusia berproduksi secara universal bebas dan kebutuhan fisik. V. Menurut Paulo Freire manusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki hubungan dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah, dan hidup dalam masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan dunia, yang hanya berada dalam dunia.
  • 64. HAKEKAT MANUSIA  Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme, yang mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan yaitu materi dan rohani, yakni pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco kosmos atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralisme yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya.
  • 65. HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN TENTANG MANUSIA 1. Psikologi membahas objek materi yakni manusia. Ilmu ini hanya membahas manusia dan segi psikis yang dapat diperoleh dan melihat perilaku manusia, menjelaskan gejala-gejala jiwa dan mental, bagaimana pengalaman manusia dapat mempengaruhi kehidupan selanjutnya dan menjelaskan perkembangan manusia dari masa prenatal hingga menjelang kematian. 2. Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi din untuk mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang lingkup sosialnya, menjelaskan status sosial, pranata sosial, dan menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri. 3. Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi pada pola kebudayaan dan peradaban yang telah diciptakan manusia atau ditinggalkan manusia, menjelaskan hasil-hasil kebudayaan, suku, etnis, dan ras suatu masyarakat yang bersifat lokal.
  • 66. ESENSI DAN EKSISTENSI FILSAFAT MANUSIA SERTA PERANAN MANUSIA  Model esensi adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan cars yang abstrak. Model ini memandang manusia terlepas dan situasi dan perkembangannya.  Sementara itu model eksistensi adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan memandangnya secara menyeluruh.  Manusia dipandang secara konkret secara utuh dalam keberadaannya. Model eksistensi tidak percaya akan kodrat yang menentukan manusia. 1. Esensi Manusia Menurut Sejumlah Aliran dalam Filsafat : Di dalam filsafat manusia terdapat beberapa aliran. Tiap-tiap aliran memiliki pandangan tentang hakikat atau esensi manusia yang berbeda-beda. 2. Eksistensi dan peranan manusia : Manusia sebagai mahluk yang berdimensional memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia.
  • 67.  Ada tiga rantai kehidupan, yaitu: 1. Hubungan kepada Tuhan (Manusia sebagai hamba) : Dalam kondisi sosial tertentu, tidak sedikit manusia yang melupakan faktor ketuhanan sehingga mereka menjadi atheis. 2. Hubungan Antar Manusia (Manusia sebagai makhluk sosial) : Hubungan lain yang harus dijalankan manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial ialah hubungan antarmanusia itu sendiri. 3. Hubungan kepada Alam (Manusia sebagai makhluk) : Hubungan terpenting lainnya ialah hubungan kepada alam.
  • 68. PERBEDAAN FILSAFAT MANUSIA DAN ILMU TENTANG MANUSIA (PSIKOLOGI & ANTROPOLOGI) Ilmu Tentang Manusia Filsafat Manusia Bersifat positifistik menggunakan metodologi ilu alam, observasional dan eksperimental yang terbatasa tampak secara empiris Bersifat metafisis menggunakan metode ilmu kemanusiaan, sintetis, reflektif, intensif, dan kritis yang merupakan gejala seperti filsafat manusia. Oleh karena itu tidak dapat menjawab pertanyaan yang mendasar tentang manusia Oleh karena itu dapat menjawab pertanyaan yang berdasar tentang manusia Metode lebih fragmentaris yaitu menyelidiki hanya bagian tertentu dari manusia, contohnya : psikologis manusia sebagai organisme. Antropologi dan sosiologi pada gejala budaya dan pranata sosial. Metode sintetis dan reflektif (ektensif) atau menyeluruh, intensif (mendalam) dan kritis, contoh: filsafat manusia menekankan kesatuan dua aspek/lebih dalam satu visi.
  • 69. MANFAAT DAN TUJUAN MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA A. MANFAAT Secara praktis • Siapa sesungguhnya manusia? Hal ini membutuhkan pemahaman manusia secara menyeluruh, sehingga memudahkan mengambil keputusan-keputusan praktis/menjalankan aktivitas hidup sehari-hari. Secara teoritis • Pemahaman manusia secara yang esensial sehingga kits dapat meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di balik teori-teori antropologi dan psikologi dan ilmu-ilmu tentang manusia. Manfaat lain: • Mencari menemukan jawaban tentang siapakah sesunguhnya manusia itu, masalah-masalah terkait manusia sangat kompleks sehingga persoalan tentang manusia tidak habis untuk dibicarakan. • Essensi manusia pada prinsipnya adalah sebuah misteri.
  • 70. TUJUAN Filsafat manusia muncul berawal dari pertanyaan akan manusia. Pertanyaan- pertanyaan dalam filsafat manusia yang dapat menunjukkan tujuan filsafat manusia adalah: “ Apakah dan siapakah manusia pada hakikatnya? “ “ Bagaimanakah kodrat manusia itu? “ “ Apakah sifat-sifat manusia yang unik yang membedakannya dan makhluk- mahluk yang lain? “ “ Bagaimanakah hubungan antara badan atau raga dengan jiwa manusia? “ “ Bagaimana mungkin manusia dapat bebas dan merdeka untuk melakukan segala yang dia inginkan? “ “ Apakah arti kepribadian seorang manusia? “ Ditinjau dari objek formal atau metodenya, kedua jenis "ilmu" tersebut memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Secara umum dapat dikatakan, bahwa setiap cabang ilmu-ilmu tentang manusia mendasarkan penyelidikannya pada gejala empiris, yang bersifat "objektif dan bisa diukur dan gejala itu kemudian diselidiki dengan menggunakan metode yang bersifat observasional atau eksperimental.
  • 71. Hakekat Manusia • Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah. • Peradaban hari ini didasarkan atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia. • . Ada pendapat bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa mengorbankan dirinya demi tuhan. • Agama telah memamaksa ketika berhadapan dengan kehendak Tuhan maka manusia tidak berkuasa. (Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001).
  • 72. Ciri — Ciri Filsafat Manusia Ciri-ciri filsafat manusia secara umum dianataranya : Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yang di geluti oleh filsafat. Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk memahami din sendiri maka hal apa saja yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pemahaman din manusia, tidak luput dari kritik filsafat.
  • 73. Esensi Manusia • Di dalam filsafat manusia terdapat beberapa aliran. Tiap-tiap aliran memiliki pandangan tentang hakikat atau esensi manusia yang berbeda-beda. Dan sekian banyak aliran, terdapat dua aliran tertua dan terbesar, yaitu materialisme dan idealisme. Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Materialisme Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi manusia bersifat material atau fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah bahwa ia menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan (res extansa), dan bersifat objektif. Karena menempati ruang dan waktu serta bersifat objektif, maka ia bisa diukur, dikuantifikasikan (dihitung), dan diobservasi. 2. Idealisme Kebalikan dari materialisme adalah idealisme. Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering disebut juga spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada kekuatan atau kenyataan spiritual dibelakang setiap penampakan atau kejadian.
  • 74. Manfaat Mempelajari Filsafat Manusia • Manfaat mempelajari filsafat manusia berguna untuk mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh. Selain itu, untuk mengetahui siapakah sesungguhnya did manusia didalam pemahaman manusia yang menyeluruh itu. Abidin (2007/3). Maksud dari menyeluruh ialah tidak hanya mempelajari dad segi fisik dan mental, tetapi semua aspek yang berkaitan tentang din manusia. • Filsafat manusia juga dapat membantu memberikan makna pada apa yang tengah kita alami, menentukan tujuan hidup, dan sebagainya. Secara teoritis, filsafat manusia dapat membantu kita meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam ilmu pengetahuan. Mufida,(2012). Manfaat lainnya dalalm mempelajari filsafat manusia yaitu memberikan pemahaman esensial tentang manusia dan hakikat tujuan hidup manusia agar lebih bermakna. • Menurut latif (2006:15), dengan mengetahui dan mengenal siapa did manusia, maka manusia menjadi sadar tentang kehadiraya di dunia. Bukan itu saja, mengenal diri manusia sangat penting, artinya mengenal manusia berarti membebaskan manusia dari keterasingan, paling tidak terbebas dan keterasingan did sendiri.Dengan kata lain, mengenal siapa diri manusia berarti memahami makna hadirnya manusia di dunia.
  • 75. PENGANTAR ILMU FILSAFAT TOPIK 6 PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec KELOMPOK 10 : LELLY PURWANTI (1211900295) ALFAN FATONI (1211900301) LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 76. A. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).‘ Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.2 Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
  • 77. Jenis Pengetahuan Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu: 1. pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana is menerima secara baik. 2. pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. 3. pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. 4. pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan horizontal.
  • 78. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguhsungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal barn, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan, manusia "memanusiakan diri dalam hidupnya" dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini, semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi ini.
  • 79. Hakikat Pengetahuan Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal. Persoalannya kemudian adalah apakah gambaran itu sesuai dengan fakta atau tidak? Apakah gambaran itu benar? Atau apakah gambaran itu dekat pada kebenaran atau jauh dari kebenaran? Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu: 1. Realisme : Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam. 2. Idealisme : Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
  • 80. Sumber Pengetahuan Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Dari situ timbul pertanyaan bagaimana caranya kita memperoleh pengetahuan atau dari mana sumber pengetahuan kita? Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain: Empirisme : Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya.
  • 81. Rasionalisme : Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Intuisi : Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Wahyu : Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantaraan pars nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya.
  • 82. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu Dari sejumlah pengertian yang ada, sering ditemukan kerancuan antara pengertian pengetahuan dan ilmu. Kedua kata tersebut dianggap memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. 1. Dasar ilmu pengetahuan secara substansial yaitu bertolak dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi_ Ketiga dasar ilmu pengetahuan ini me- nunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya harus dapat memahami apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukan hal itu, dan untuk apa hal itu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Dasar Ontologis : Dasar ontologis, menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), yaitu bicara tentang hakikat apa yang dikaji. Amsal Bakhtiar (2012) mengemukakan, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on/ontos yakni ada, dan logos yakni ilmu, sehingga ontologi adalah ilmu tentang yang ada
  • 83. 3. Dasar Epistemologis : Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), dasar epistemologis yaitu metode atau cara-cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Kemudian Amsal Bakhtiar (2012) menjelaskan, ontologis yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. 4. Dasar Aksiologis : Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), aksiologi adalah dasar ilmu pengetahuan yang berbicara tentang nilai kegunaan ilmu. Di dalam ontologi dibicarakan mengenai ilmu dan moral, tanggung jawab sosial serta berbagai etika dalam pengembangan keilmuan. Ontologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori.
  • 84. OBJEK DAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN ILMIAH  Objek Ilmu Pengetahuan Ilmiah : Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, secara filsafat pengetahuan ilmiah atau ilmu memiliki perbedaan dengan bentuk pengetahuan yang umum (commom sense).  Konsep Ilmu : Konsep sangat penting bagi pembentukan atau untuk membangun suatu teori bagi kepentingan suatu penelitian yang menghasilkan ilmu atau kepentingan praktis.  Konsep Pengetahuan : Menurut Jujun Suriasumantri (2010), pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya ilmu.
  • 85.  Tujuan Ilmu Pengetahuan : Tujuan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan alirannya, sebagaimana dikemukakan oleh Darsono Prawinegoro (2011), yakni: Pertama, berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan untuk keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk memenuhi rasa keingintahuan manusia  Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan : Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah berbeda dengan pengetahuan biasa , memiliki ciri tersendiri di antara ciri yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan seperti dikemukakan Konrad Kebug (2011), yaitu: Pertama, sistematis. Para filsuf dan ilmuwan sepaham bahwa ilmu adalah pengetahuan atau kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
  • 86. JENIS ILMU PENGETAHUAN : Pengetahuan Manusia : Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Jenis Ilmu Pengetahuan 1. pengetahuan wahyu (revaled knowledge). 2. pengetahuan intuitif (intuitive knowledge). 3. Kebenaran tersebut tidak akan dapat diuji dengan observasi, perhitungan, atau eksperimen, karena intuitif tidak hipotesis. 4. pengetahuan rasional (rational knowledge). Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh dari latihan rasio/akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual.
  • 87. Rasionalisme yaitu aliran dalam filsafat yang mengutainakan rasio untuk memperoleh pengetahuan dan kebenaran. Rasionalisme berpandangan bahwa akal merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan. Akal manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui kebenaran alam semesta, yang tidak mungkin dapat diketahui melalui observasi. Kritik Paham Rasionalisme Terhadap Empirisme Selanjutnya dikatakan ada kritik dari paham rasionalime terhadap paham empirisme, bahwa metode empiris tidak memberi kepastian tetapi hanya sampai pada probabilitas yang tinggi. 1. metode empiris, dalam sains maupun dalam kehidupan sehari-hari, biasanya bersifat sepotong-sepotong (piece meal). 2. pengetahuan empiris (empirical knowledge). Pengetahuan empiris diperoleh atas bukti pengindraan dengan penglihatan, pendengaran, dan sentuhan indra lainnya, sehingga kita memiliki konsep dunia di sekitar kita. 3. pengetahuan otoritas (authoritative knowledge). Kita menerima suatu pengetahuan itu benar bukan karena telah mengeceknya di luar dari diri kita, melainkan telah dijamin oleh otoritas (suatu sumber yang berwibawa, memiliki hak) di lapangan.
  • 88. PENJELASAN ILMU Batas penjelasan ilmu yaitu ketika manusia berhenti berpikir untuk mencari pengetahuan, ilmu didapatkan dari penjelasan pengalaman manusia, sehingga jika manusia memulai penjelasannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu membatasi lingkup penjelasannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji secara empiris. Ilmu memulai penjelasannya pada pengalaman manusia dan berhenti pada batas pengalaman manusia. Ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas ontologis tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris ini, konsisten dengan asas epistemologi keilmuan yang mensyaratkan adanya verifikasi secara empiris dalam proses penemuan dan penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah.
  • 89. PENGANTAR ILMU FILSAFAT TOPIK 7 Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Metodologi Penelitian DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec KELOMPOK 10 : LELLY PURWANTI (1211900295) ALFAN FATONI (1211900301) LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 90. A. Latar belakang Sejak lama manusia telah memikirkan hal-hal yang mendasar dalam fenomena kehidupannya secara kritis. Hal tersebut secara alamiah menjadi fitrah seorang manusia. Manusia selalu ragu terhadap segala sesuatu, selalu memiliki rasa ingin tahu, selalu mencari kebenaran yang hakiki, dan mencari solusi dalam kehPada perkembangan filsaat sebagai ilmu atau ilmu filsafat, terdapat hal pokok yang menjadi cabang kajian mengenai cara manusia berfikir. Ketiga cabang tersebut merupakan Ontology, Epistemologi dan Aksiologi. idupannya. akhir dari proses tersebut disebut proses berfilsafat.
  • 91. Ontology Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Bedanya realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan : apakah sesungguhnya hakikat dari realitas yang ada ini; apakah realitas yang ada ini sesuatu realita materi saja; adakah sesuatu di balik realita itu; apakah realita ini monoisme, dualisme, atau pluralisme. Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk teori hakikat ialah teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas, realitas ialah kerealan, real artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang meberubah
  • 92. Epistemologi Epistemologi berasal dari kata “Episteme” yaitu pengetahuan dan juga “logos yang bermakna ilmu, uraian atau alasan sehingga secara etimologi, epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang ilmu pengetahuan atau Theory of Knowledge. Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari benar atau tidaknya suatu pengetahuan2. Epistemologi merupakan sebuah kajian ilmu yang sangat populer dan menjadi hal yang paling menarik. Secara sederhana Epistemologi merupakan pokok bahasan yang mengkaji tentang pengetahuan serta kaitannya dengan kebenaran yang hakiki. Epistemologi menjadi pembahasan menarik ketika dikaitkan dengan ketuhanan karena kebenaran yang hakiki hanya akan dimiliki oleh Tuhan, oleh karena itu hakikat dari kebenaran hakiki yang dijadikan subjek dalam Epistemologi menjadi hal yang mustahil untuk didapatkan oleh pemikiran dan rasa dari manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi mempunyai banyak sekali pemaknaan atau pengertian yang kadang sulit untuk dipahami.
  • 93. Aksiologi Aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika4. Ada 3 bagian yang membedakan di dalam aksiologi, yakni moral conduct, esthetic conduct,dan socio- political life. Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika, Estetic Expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan, Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
  • 94. pengertian filsafat ilmu dari para ahli : 1. Menurut Berry dalam buku A. Susanto, Filsafat Ilmu adalah penelaahan tentang logika intern dan teori – teori ilmiah dan hubungan – hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah. Bagi Berry, filsafat ilmu adalah ilmu yang di pakai untuk menelaah tentang logika, teori – teori ilmiah serta upaya pelaksanaannya untuk menghasilkan suatu metode atau teori ilmiah. 2. Robert Ackermann filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat – pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat – pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam rangka ukuran – ukuran yang dikembangkan dari pendapat – pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktik ilmiah senyatanya. 3. Menurut Beerling, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri – ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara – cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi yang secara umum menyelidiki syarat – syarat serta bentuk bentuk pengalamn manusia juga mengenai logika dan metodologi.
  • 95. 4. Menurut Jujun S, Suriasumantri menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan atau epistemologi yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tak lagi merupakan misteri, secara garis besar, Jujun menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni • pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk yang disebut juga dengan etika • pengetahuan tentang indah dan jelek, yang disebut dengan estetika atau seni • pengetahuan tentang yang benar dan salah, yang disebut dengan logika 5. Menurut . Stephen R. Toulman dalam H endang komara10, filsafat ilmu adalah sebagai uatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode- metode penggantian dan perhitungan, peranggapan-peranggapan metafisis dan seterusnya menilai landasan-landasan bagi kesalahnnya dari sudut tinjauan logika formal, metodologis praktis, dan metafisika.
  • 96. BAB II Pembahasan Metode penelitian merupakan upaya untuk pengembangan ilmu. Ilmu pula yang melandasi pengetahuan tertentu dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu untuk mencapai suatu kebenaran. Metodologi penelitian adalah berarti ilmu tentang metode. Sedang penelitian adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan mengkaji data yang dilakukan secara sistematis dan objektif. Jadi metodologi penelitian ilmu yang mempelajari, menelusuri, mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis supaya diperoleh suatu kebenaran yang objektif. Secara terminology, metodologi penelitian atau metodologi riset (science research atau method), metodologi berasal dari kata methodology, maknanya ilmu yang menerangkan metode-metode atau cara- cara. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris “research” yang terdiri dari kata “re” (mengulang) dan search (pencarian, pengejaran, penelusuran, penyelidikan atau penelitian) maka research berarti berulang melakukan pencarian.
  • 97. A. Pengertian Ilmu dan pengetahuan merupakan dua istilah yang berbeda. Soetriono dan SRDm Rita Hanafie mengemukakan bahwa ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas yang hakiki dan universal. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas dari suatu objek menurut metode tertentu yang merupakan suatu kesatuan sistematis. Beberapa pengertian filsafat ilmu dari para ahli telah ditampilkan dia atas, berikut penulis kutip beberapa pengertian lainnya agar dapat lebih memahami tentang makna filsafat ilmu dan juga pengertian metode penelitian. Amsal Bahtiar berpendapat : filsafat Ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar Ilmu. Dengan demikian filsafat Ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara spesifik mengkaji hakekat Ilmu untuk mencapai suatu kebenaran. Kemudian metode penelitian adalah berarti Ilmu tentang metode. Sedang penelitian adalah penelitian adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan mengkaji data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif
  • 98. B. Kedudukan Filsafat Ilmu Dan Penelitian Sesungguhnya berubungan atau tidaknya filsafat ilmu pengetahuan dan penelitian merupakan masalah rumit, yang tidak mungkin dijawab dengan sekedar ada hubungan atau tidak ada hubungan dari keduanya. Filsafat ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan salah satu cara untuk mebuktikan kebenaran, sedangkan penelitian juga merupakan wahana untuk menguji kebenaran. Dilihat dari segi katanya filsafat ilmu pengetahuan dapat dimaknai sebagai filsafat yang berkaitan dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu pengetahuan, maka diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus tentang istilah tersebut.
  • 99. Menurut Amsal Bahtiar tujuan filsafat Ilmu adalah: 1. Mendalami unsur-unsur pokok Ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber hakekat dan tujuan Ilmu 2. Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan dan kemajuan Ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses Ilmu kontemporer secara histories. Metodologi bisa juga diartikan Ilmu yang membahas konsep berbagai metode, apa kelebihan dan kekurangan dari suatu, kemudian bagaimana seseorang memilih suatu metode. Sedangkan penelitian bertujuan menghimpun data yang akurat yang kemudian diproses sehingga menemukan kebenaran atau teori atau Ilmu dan mungkin pula mengembangkan kebenaran terdahulu atau menguji kebenaran tersebut
  • 100. Hubugan antara filsafat Ilmu dengan metodologi penelitian  Filsafat Ilmu merupakan cabang dari Ilmu filsafat yang termasuk dataran epistemologi  Filsafat Ilmu membahas tentang ontology, epistemologi, dan aksiologi  Metodologi ditinjau dari Ilmu filsafat juga termasuk dalam tataran epistemologi  Filsafat Ilmu dan metodologi penelitian menduduki posisi yang sama dalam Ilmu filsafat yaitu pada tataran epistemologi  Dan untuk mencapai hasil penelitian yang valid, metodologi harus di landasi filsafat Ilmu.
  • 101. PENGANTAR ILMU FILSAFAT TOPIK 8 SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH DOSEN PENGAMPUH : DR.SIGIT SARDJONO, M.Ec KELOMPOK 10 : LELLY PURWANTI (1211900295) ALFAN FATONI (1211900301) LINTANG TUNGGA CAHYANI (1211900307) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 102. SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH • Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses inimerupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.  Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.  Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum • Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain.
  • 103. Sarana Berpikir Ilmiah Bahasa • Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. • Sedangkan dalam KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Jadi bahasa menekankan bunyi, lambang, sistematika, komunikasi, dan alat. Matematika • Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. • Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. • Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan.Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. • Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat.
  • 104. Statistika • Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.Konsep statistikasering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. • Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya. Logika • Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapatdipertanggungjawabkan. Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah. • Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir. • Berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. • Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa golongan:
  • 105. DEFINISI HAKIKAT SARANA BERFIKIR ILMIAH • Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. • Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. • Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. • Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. • Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
  • 106. Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli  Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.  Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.  Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.  Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada.
  • 107. Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science), dengan pengetahuan (knowledge), antara lain : • Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982. Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya, metodologinya, filosofinya dan teorinya yang khas. • Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985. Ilmu juga harus memiliki objek, metode,sistematika dan mesti bersifat universal. Sumber-sumber pengetahuan manusia dikelompokkan atas:  Pengalaman.  Otoritas .  Cara berfikir deduktif.  Cara berfikir induktif .  Berfikir ilmiah (pendekatan ilmiah). Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah : 1. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmu. 2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
  • 108. PERAN BAHASA DALAM SARANA BERFIKIR ILMIAH • Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diterangkan bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Jadi bahasa menekankan pada bunyi, lambang, sistematika, komunikasi. Adapun ciri-ciri bahasa di antaranya yaitu: 1. Sistematis artinya memiliki pola dan aturan. 2. Arbitrer (manasuka) artinya kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang disimbolkannya. 3. Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi 4. Sebagai symbol yang mengaju pada objeknya dan lain sebagainya. Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah yaitu : Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah- pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya.
  • 109. Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguitik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sisiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walaupun terdapat perbedaan tetapi pendapat ini saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah : • Koordinator kegiatan-kegiatan dalam masyarakat. • Penetapan pemikiran dan pengungkapan. • Penyampaian pikiran dan perasaan • Penyenangan jiwa • Pengurangan kegonjangan jiwa Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu: 1. Simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah. 2. Emotif menonjol dalam komunikasi estetik. 3. Afektif (George F. Kneller dalam jujun, 1990, 175).
  • 110. Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut: • Instrumental yaitu: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya. • Fungsi Regulatoris yaitu: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku. • Fungsi Interaksional yaitu: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain. • Fungsi Personal yaitu: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran. • Fungsi Heuristik yaitu : penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya. • Fungsi Imajinatif yaitu: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang • discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata). • Fungsi Representasional yaitu: penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan. • Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang pengolongan bahasa
  • 111. Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu : Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu: bahasa isyarat dan bahasa biasa. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa simbolik. Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai berikut: Bahasa alamiah antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari, karena bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan langsung. Bahasa buatan antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak langsung.
  • 112. PERAN MATEMATIKA DALAM BERFIKIR ILMIAH • Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana berfikir salah satunya adalah Matematika. Sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan cermat. • Penguasaan secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. • alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Matematika adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. • Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. • Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
  • 113. Peranan Matematiki sebagai sarana berfikir ilmiah dapat menggunakan alat-alat yang mempunyai kemampuan sebagai berikut: 1. Menggunakan algoritma. 2. Melakukan manupulasi secara matematika. 3. Mengorganisasikan data. 4. Memanfaatkan symbol, table dan grafik. 5. Mengenal dan menenukan pola. 6. Menarik kesimpulan. 7. Membuat kalimat atau model matematika. 8. Membuat interpretasi bangun geometri. 9. Memahami pengukuran dan satuanya 10. Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer. Adapun kelebihan dan kekurangan matematika: 1. Kelebihan matematika adalah: tidak memiliki unsur emotif dan bahasa matematika sangat universal. 2. Kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
  • 114. PERAN STATISKA DALAM BERFIKIR ILMIAH Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya • Menurut Anas Sudiono dalam bakhtiar, 2010, 198, secara etimologi kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu negara. • Sedangkan menurut (Sudjana 1996 : 3) Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelolaan atau penganalisiannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan.
  • 115. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode penelitian serta penganalisaan harus akurat. Statistika diterapkan secara luas dan hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen. Peranan statiska diterapkan dalam penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit dan lain sebagainya. Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan: 1. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populas. 2. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.. 3. Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif. 4. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
  • 116. Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni, pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia, dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan. perkembangan kebudayaan Indonesia ke arah peradaban modern sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan kesanggupan menyatakan isi pikiran secara eksplisit. Ciri-ciri cara berpikir dan mengungkapkan isi pikiran ini harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan sebagai sarana berpikir ilmiah dalam hubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta modernisasi masyarakat Indonesia. Kesimpulan