1. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 2 :
Filsafat Kebenaran
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjoni, M.Ec
Oleh Kelompok 7 :
Mahasiswa Semester 4 (Kelas A)
1. Nurvianti Dwi Naili Zyulfa /1211900173
2. Rika Meyta Putri Mulyadi / 1211900221
3. Febri Sukma Harianti / 1211900224
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
2. Filsafat kebenaran
Plato pernah mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Dalam waktu belakangan yang
cukup lama Bradley seakan menjawab bahwa kebenaran itu adalah kenyataan.
Seorang murid Plato bernama Aristoteles, menjawab pertanyaan suhunya ini dengan pendapat
bahwa kebenaran itu subjektif sifatnya, artinya kebenaran bagi seseorang adalah tidak benar bagi
yang lain, sehingga kemudian lahirlah kebenaran relatif dan kebenaran mutlak.
3. Banyak pakar ilmu filsafat yang menganggap benar bahwa
pengetahuan itu terdiri atas sebagai berikut:
01 Pengetahuan Akal.
02 Pengetahuan Budi
03 Pengetahuan Indrawi
04 Pengetahuan Kepercayaan.
05 Pengetahuan Intuitif.
4. Kebenaran atas
hubungan
antara dua
pernyataan
Kebenaran
koherensi
Kebenaran
hanya dalam
salah satu
konsekuensi
saja.
Kebenaran
paragmatis
Kebenaran yang
berangkat dari
tata bahasa
yang melekat
Kebenaran
sintaksis
Kebenaran yang
sebenarnya
telah merupakan
fakta
Kebenaran
logika
Kebenaran yang
berubah pada
berbagai ruang
dan waktu
Kebenaran
paradigmatik
5. Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq),
itulah sebabnya para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji
Bagi Allah) pada setiap penyelesaian penemuan itmiahnya, ataupun ketika selesai
melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka bahwa ilmu tidaklah bebas nilai, karena
antara logika dan etika harus berdialektika, jadi bukan hanya karena penggabungan
ilmu dan agama yang dalam pembicaraan kita sehari-hari biasanya disebut dengan
Imtaq (Iman dan Taqwa).
.
6. Yang Maha Benar
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar, itulah sebabn
ya para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah)
pada setiap penyelesaian penemuan ilmiahnya.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka bahwa ilmu tidaklah bebas nilai, karena
antara logika dan etika harus berdialektika, jadi bukan hanya karena penggabungan
ilmu dan agama yang dalam pembicaraan kita sehari-hari biasanya disebut dengan
Imtaq.
7. Kebenaran bersifat sematik
F.H. Bradley, mengatakan bahwa kebenaran ialah kenyataan. Karena kebenaran ialah
makna yang merupakan halnya, dan karena kenyataan ialah juga
merupakan halnya, maka keduanya dipandang sama sepenuhnya
8. Ukuran kebenaran
Ukuran kebenaran sesungguhnya tergantung pada apakah sebenarnya yang diberikan kepada kita
oleh metode-metode untuk memperoleh pengetahuan. Jika apa yang dapat kita ketahui ialah
ide-ide kita, maka pengetahuan hanya dapat terdiri dari ide-ide yang dihubungkan secara tepat;
dan kebenaran merupakan keadaan-saling-berhubungan (coherence) di antara ide-ide tersebut
atau keadaan saling berhubungan di antara proposisi-proposisi.
9. Lanjutan
Penganut skeptisme
Mengatakan bahwa
sesungguhnya tidak
ada satu pun ukuran
tentang
kebenaran
Penganut dogmatisme
Berpendirian sama
gigihnya dengan
mengatakan bahwa
ukuran yang dipunyainya
merupakan ukuran yang
dapat dipercaya secara
mutlak
10. Ada 4 teori pernyataan itu benar atau tidak
Coherence theory(paham koherensi)
Epistemologi dalam teori koherensi,
korespondensi adalah hukum yang saling
berhubungan
Teori pragmatisme
Memverifikasi pernyataan yang benar
Corespondence theory(teori kebenaran
korespondensi)
Kata dan makna yang sesuai, menggunakan
perantara simbol
Empirical theory(paham empiris)
.
12. Topik 1
Pengetahuan Dan Ilmu Pengetahuan
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjoni, M.Ec
Oleh Kelompok 7 :
Mahasiswa Semester 4 (Kelas A)
1. . Nurvianti Dwi Naili Zyulfa /1211900173
2. Rika Meyta Putri Mulyadi / 1211900221
3. Febri Sukma Harianti / 1211900224
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
13. Definisi dan jenis pengetahuan
• Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy
dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang
benar (knowledge is justified true belief).‘
• Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi
tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan
adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu
tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai.
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.2 Dengan
demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia
untuk tahu.
15. Hakikat Dan Sumber Pengetahuan
1. Hakikat pengetahuan
• Realisme
Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang
sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau
hakikat). Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah
lihat pada benda-benda atau dia melihat terpengaruh oleh keadaan
sekelilingnya.
16. Lanjutan
• Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan
yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang
bersifat subjektif. agi idealisme, dunia dan bagian-bagiannya harus
dipandang sebagai hal-hal yang mempunyai hubungan seperti organ
tubuh dengan bagian-bagiannya.
18. Lanjutan
• Perbedaan pengetahuan dengan ilmu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya dengan
pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Seiring dengan definisi yang
telah disebutkan sebelumnya, maka definisi berikut pun tidak jauh
berbeda. Pengetahuan merupakan basil tabu manusia terhadap sesuatu,
atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu
19. Dasar Dan Jenis Ilmu Pengetahuan
• Dasar ontologis
• Dasar epistemologis
• Dasar aksiologis
20. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 4 :
Berpikir Secara Filsafat Menuju Kepastian dan Kebenaran Ilmiah
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjoni, M.Ec
Oleh Kelompok 7 :
Mahasiswa Semester 4 (Kelas A)
1. Nurvianti Dwi Naili Zyulfa /1211900173
2. Rika Meyta Putri Mulyadi / 1211900221
3. Febri Sukma Harianti / 1211900224
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
21. Mengapa harus berpikir secara filsafat
Sebagian orang beranggapan bahwa filsafat adalah sesuatu hal yang tidak
penting, bahkan sesuatu hal yang tabu untuk diperbincangkan.
Perkembangan globalisasi dewasa ini menuntut seseorang, pemikir,
cendekiawan, atau ilmuwan untuk dapat mengkaji permasalahan-
permasalahan secara luas atau dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Pemikiran yang cenderung terkotak-kotak, parsial, atau fragmented adalah
wajar. Apabila, manusia tetap mengkhususkan diri dengan pemikirannya
yang sempit, maka tidak tertutup kemungkinan dia akan menjadi seseorang
yang fanatik, tidak berkembang. Dengan demikian, filsafat mengajak
berpikir secara holistik dalam rangka mananggapi dan memecahkan suatu
masalah demi mewujudkan suatu sistem kehidupan manusia yang seimbang
secara ragawi dan rohani.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan untuk
berpikir (homo
22. Plato misalnya mengatakan, “ Mata kita memberi pengamatan bintang-
bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita
untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat ”.
Augustinus dan Descartes memulai berfilsafat dari keraguan atau
kesangsian. Manusia
heran, tetapi kemudian ragu ragu, apakah ia sedang ditipu panca indranya
yang sedang heran? Rasa
heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk berpikir lebih
mendalam, menyeluruh dan
23. Mengukur Berpikir Filsafat
Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh, sifat mendasar dan sifat spekulatif.
Dia tidak percaya begitu raja bahwa ilmu itu benar. Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah
lingkaran yang untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai awal sekaligus
sebagai akhir.
Dalam sifat spekulatif berpikir filsafati, tidaklah mungkin manusia menangguk pengetahuan
secara keseluruhan, bahkan manusiapun tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar
pemikiran yang mendasar. Menyusun sebuah lingkaran memang harus dimulai dari sebuah
titik, bagaimanapun spekulatifnya. Tugas filsafat adalah menetapkan dasar dasar yang dapat
diandalkan.
Berfilsafat, artinya menyelidiki suatu permasalahan dengan menerapkan argumen-argumen
yang filosofis. Maksud argumen-argumen yang filosofis adalah argumen-argumen yang
memiliki sifat- sifat deskriptif, kritis atau analitis, evaluatif atau normatif, spekulatif, rasional,
sistematis, mendalam, mendasar, dan menyeluruh.
24. Beberapa buku menjelaskan ciri-ciri berpikir filsafat
dengan bermacam macam pula. Diantaranya
dijelaskan sebagai berikut.
Konsepsional Koheren
Memburu kebenaran Radikal
Rasional Menyeluruh
25. Dari penjabaran tentang filsafat tersebut di atas, konsep penting yang perlu dipahami
tentang hakikat makna filsafat antara lain:
02
Berpikir
filsafat adalah
berpikir dalam
bentuk yang
sistematis
01
Filsafat adalah
mendorong
manusia untuk
berpikir
secara kritis
04
Berpikir
filsafat adalah
berpikir
secara
rasional dan
logis
03
Filsafat harus
menghasilkan
sesuatu yang
runtut
05
Proses
berpikir
filsafat harus
bersifat
mendalam dan
komprehensif
26. Beberapa teori mengenai kebenaran
Contents
Contents
Contents
Contents
Contents
01 Kebenaran sebagai
Persesuaian (the
correspondent theory of
truth). Pendasar teori ini
adalah Aristoteles.
03 Teori Pragmatis tentang Kebenaran (the
pragmatic theory of truth). Teori ini
dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce
dan William James.
05 Teori Kebenaran Historis. Ini pada umumnya
diakui oleh kelompok post-modernis atau
strukturalis dan post-strukturalis.
02
Kebenaran sebagai Keteguhan (the coherent
theory of truth). Pandangan ini dudukung
oleh
Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel.
04
Teori Kebenaran Performatif
(Performative theory of truth).
Anggapan tentang
terlaksananya
kebenaran dalam bahasa
(ungkapan) manusia berasal
dari Inggris (Frank Ramsey,
John Austin, dan
Peter Strawson).
27. Sifat-sifat Kebenaran Ilmiah
2. Isi empiris: kebenaran ilmiah perlu diuji dengan
kenyataan yang ada (empiris)
1. Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis
(berdasarkan kesimpulan yang logis-rasional dari
premis-premis tertentu). Karena itu bersifat rasional,
maka semua orang rasional dapat menggunakan akal
budinya secara balk dan memahami kebenaran ilmiah
ini. Sifat rasional harus dibedakan dari `masuk akal' .
Misalnya, sikap marah atau menangis dapat masuk akal
walau tidak rasional.
3. Sifat pragmatis mau menggabungkan dua sifat
kebenaran di atas. Pernyataan itu logis dan empiris,
maka harus juga berguna dalam hidup manusia dalam
memecahkan permasalahan.
28. Kepastian dan
Kebenaran
Dalam diskusi tentang macam-macam teori kebenaran pertanyaan yang muncul
ialah apakah kebenaran ilmiah bersifat pasti atau sementara? Jawaban atas
pertanyaan ini memunculkan dua pandangan berbeda, yaitu pandangan kaum
rasionalis yang menekankan kebenaran logis-rasional dan pandangan kaum empiris
yang menekankan kebenaran empiris. Karena itu kita harus berbicara tentang
taraftaraf kepastian (subyektivitas dan obyektivitas).
Dari sudut pengetahuan kita mengenal apa yang disebut evidensi dan kepastian.
Dalam hubungan S dan 0, evidensi terletak pada pihak obyek. Sedangkan kepastian
ada pada pihak subyek. Evidensi adalah terang atau daya obyek yang
menampakkan diri, sedangkan kepastian ialah keyakinan dalam diri subyek
bahwa apa yang dikenalnya sungguh adalah obyek yang ingin diketahuinya.
29. Dalam kaitan dengan kepastian sering kita mengatakan bahwa sesuatu
hanya dapat ditempatkan dalam "barangkali" atau "mungkin."Istilah ini
digunakan para ilmuwan untuk menunjuk pada sesuatu yang dalam gejala
pengetahuan terletak pada pihak obyek. Untuk mengatasi kesulitan ini kita
diperkenalkan dengan istilah `kepercayaan' (credibility).
Kepercayaan adalah ciri khas hipotesis ilmiah. Kepercayaan hipotesis bisa
Iemah, bisa kuat, tetapi ini tergantung pada mutu dan jumlah data empiris
yang dapat diterangkan. 0 berarti tidak ada kepercayaan .
Taraf Kepastian Ilmu
Empiris dan Ilmu Eksakta
30. Kepastian tentang explanans dari
gejala-gejala yang diselidiki, terutama
menyangkut kebenaran
pernyataan dari gejala-gejala itu
01
Kepastian mengenai kesimpulan yang
dapat ditarik dari suatu hukum yang
berlaku. Namun yang dicapai adalah
satu ketakpercayaan (tidak pernah
mencapai nilai 1). Bahkan walaupun
hipotesis dan hukum sangat terpercaya,
keduanya harus tetap terbuka untuk
dibuktikan salah (keduanya bersifat
02
Kepastian Dalam
Ilmu-ilmu Empiris
31. Dalam konteks penemuan , dalam usaha
mencoba-coba, apa yang dikatakan
tentang ilmu-ilmu empiris juga berlaku
untuk ilmu-ilmu pasti . Semua dalil
berlaku di mana-mana tanpa diragukan
dalam sistem itu sendiri.
Jelas bahwa kesementaraan hanya ada
dalam penemuan ilmu-ilmu pasti. Namun
Kepastian Dalam Ilmu-
ilmu Eksakta
32. Berpikir Induktif dan Deduktif
Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang
tersusun secara sistematis. Pengetahuan yang
dimaksud adalah suatu fenomena yang
ditangkap oleh indra manusia. Menangkap
berarti mengamati atau mengobservasi,
sedangkan yang diamati dan fenomena itu tidak
lain adalah fakta. Menurut Francis Bacon
(Soetriono dan SRDm Rita Hanafie: 2007),
mempertegas variasi kondisi untuk mencapai
hikikat induktif, yaitu:
(1) tabulasi atau pencatatan ciri-ciri positif
yaitu pencatatan mengenai apa yang terjadi
dalam suatu kondisi.
(2) tabulasi atau pencatatan ciri-ciri negatif
yaitu pencatatan kondisi mana suatu kejadian
33. Kedudukan metode penelitian dalam metode ilmiah
dapat dikatakan hanya sebagian dari langkah-
langkah sistematis dalam memperoleh ilmu, sebab
metode penelitian baru merupakan prosedur
sistematis dari bekerjanya pikiran aiau logic yang
hanya menghasilkan kesimpulan atau ketetapan
rasional saja.
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-
langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan
ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan melalui metode Ilmiah. Garis besar
langkah-langkah sistematis keilmuan adalah:
(1) Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi
masalah;
Metode Ilmiah
35. 1. NURVIANTI DWI NAILI ZYULFA / 1211900173
2. RIKA MEYTA PUTRI MULYADI / 1211900221
3. FEBRI SUKMA HARIANTI / 1211900224
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 3 :
Penalaran
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjoni, M.Ec
Oleh Kelompok 7 :
Mahasiswa Semester 4 (Kelas A)
36. ARGUMENTASI adalah suatu bentuk retorika ya
ng berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat oran
g lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak ses
uai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicar
a. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakt
a-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan
apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar at
au tidak. Argumentasi merupakan dasar yang paling funda
mental dalam ilmu pengetahuan. Dan dalam dunia ilmu pen
getahuan, argumentasi itu tidak lain daripada usaha untuk
mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-ke
mungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengen
ai suatu hal.
37. Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adala
h berpikir kritis dan logis. Untuk itu ia harus bertolak dart fakta-fak
ta atau evidensi-evidensi yang ada. Fakta-fakta dan evidensi itu da
pat dijalin dalam metode-metode sebagaimana dipergunakan juga
oleh eksposisi. Tetapi dalam argumentasi terdapat motivasi yang I
ebih kuat. Eksposisi hanya memerlukan kejelasan, sebab itu fakta-
fakta dipakai seperlunya. Namun argumentasi di samping memerlu
kan kejelasan, memerlukan juga keyakinan dengan perantaraan fa
kta-fata itu.
Sebab itu, penulis harus meneliti apakah semua fakta
yang akan dipergunakan itu benar, dan harus meneliti pula bagaim
ana relevansi kualitasnya dengan maksudnya. Dengan fakta yang b
enar, ia dapat merangkaikan suatu penuturan yang logis meruju ke
pada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Seora
ng yang kurang hati-hati dan tidak cermat menganalisa data- data
tersebut, dapat menggagalkan seluruh usaha pembuktiannya.
38. BEBERAPA DASAR PENTING YANG
MENJADI LANDASAN ARGUMENTA
SI
1. Masalah Penalaran yaitu bagaimana dapat merumuskan pendapat y
ang benar sebagai hasil dart suatu proses berpikir untuk merangkaik
an fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh ak
al sehat.
2. Masalah lain yang harus dibicarakan sebelum berbicara mengcnai tu
lisan argumentatif adalah mengenai beberapa corak penalaran.
3. Bagaimana mengadakan penilaian atau penolakan (kalau perlu) ata
s pendapat orang-orang lain atau pendapat sendiri yang pernah dice
tuskan.
4. Dengan prinsip- prinsip itu akhirnya dikemukakan bagaimana menyu
sun tulisan argumentatif itu sendiri.
5. Akan dikemukakan pula masalah persuasi yang mempunyai pertalia
n sangat erat dengan argumentasi, dan bahkan sering diadakan pen
gacauan atas.
39. Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir ya
ng berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang di
ketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Bila kita bandingkan argumentasi de
ngan sebuah bangunan, maka fakta, evidensi, dan sebagainya dapat disamakan
dengan batu bata, batu kali, semen, dsb. Sedangkan proses penalaran itu sendi
ri dapat disamakan dengan bagan atau arsitektur untuk membangun gedung te
rsebut. Penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu ke
simpulan yang logis. Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-
bahan atau fakta-fakta untuk membuktikannya. Sebaliknya sebuah pernyataan
atau proposisi dapat disangkal atau ditolak bila terdapat fakta-fakta yang mene
ntangnya.
40. CONTOH KALIMAT PROPOS
ISI
“ Semua manusia akan mati pada su
atu waktu. Beberapa orang Indonesi
a memiliki kekayaan yang berlimpah
-limpah. Kota Bandung hancur dala
m Perang Dunia Kedua karena born
atom. Sernua gajah telah punah tah
un 1980.”
41. Tiap proposisi dapat mencerminkan dua macam kemungki
nan. Pertama, ia merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai akibat dar
i pengalaman atau pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal. Ked
ua, proposisi dapat juga merupakan pendapat, atau kesimpulan seseor
ang mengenai sesuatu hal. Kalimat-kalimat seperti "Tadi terjadi sebua
h tabrakan di depan Universitas" merupakan sebuah proposisi yang be
rsifat pernyataan faktual, yaitu sebuah pernyataan yang menyangkut f
akta atau peristiwa yang dialami oleh seseorang. Tetapi bila informasi
tadi dilanjutkan dengan meriggtakan "Sopir bis yang melakukan kesal
ahan, karena tiba-tiba ia menghentikan kendaraannya", maka proposis
i ini merupakan suatu kesimpulan atau pendapat, karena pembicara m
enyampaikan pernyataan itu dengan bertolak dari beberapa fakta untu
k sampai kepada pernyataan yang baru itu.
42. • Kata Inferensi berasal dari kata Latin Inferre yang berarti menarik kesimpulan.
Kata
• Kata Implikasi juga berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata Implicare yang ber
arti melibat atau merangkum.
Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya. kata inferensi adalah kesimpulan y
ang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada. Sedangkan implik
asi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam
fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses be
rpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan
yang tercakup dalam evidensi (= implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berda
sarkan implikasi (= inferensi).
43. Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. P
ada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semu
a informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk m
embuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak b
oleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau pen
egasan.
Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud deng
an data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya
semua bahan informasi berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberika
n oleh orang-orang kepada .seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diber
ikan) dan informasi (bahan keterangan). Pada dasarnya semua data dan informasi harus diyakini dan
diandalkan kebenarannya. Untuk itu penulis atau pembicara harus mengadakan pengujian atas data
dan informasi tersebut, apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta.
44. CARA MENGUJI DATA
01
02
03
Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan
seseorang mengadakan
observasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kes
ulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan biaya
yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu
penulis atau pengarang dapat melakukan penguji
an dengan meminta kesaksian atau keterangan da
ri orang lain, yang telah mengalami sendiri atati
menyelidiki sendiri persoalan itu.
Kesaksian
Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi
mungkin belum memuaskan seorang pengara
ng atau penulis.
Observasi
yakni pendapat dari seorang ahli, atau merek
a yang telah menyelidiki fakta-fakta itu deng
an cermat, memperhatikan semua kesaksian,
menilai semua fakta kemudian memberikan
pendapat mereka sesuai dengan keahlian mer
eka dalam bidang itu.
Autoritas
45. B. Koherensi
A. Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai u
ntuk menetapkan fakta mana
yang akan dipakai sebagai evi
densi adalah kekonsistenan.
Sebuah argumentasi akan ku
at dan mempunyai tenaga per
suasif yang tinggi, kalau evid
ensi-evidensinya bersifat kon
sisten, tidak ada satu evidens
i bertentangan atau melemah
kan evidensi yang lain.
Dasar kedua yang dapat dipakai
untuk mengadakan penilaian fak
ta mana yang dapat dipergunak
an sebagai evidensi adalah mas
alah koherensi. Semua fakta yan
g akan digunakan sebagai evide
nsi harus pula koheren dengan p
engalaman-pengalaman manusi
a, atau sesuai dengan pandanga
n atau sikap yang berlaku.
46. Cara Menilai Autoritas
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas-desus,
atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa ya
ng hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarka
n atas penelitian atau data-data eksperimental. Demikian pula .sikap seorang penulis
menghadapi pendapat autoritas. Ada kemungkinan bahwa suatu autoritas dapat mel
akukan kesalahankesalahan. Di pihak lain autoritas-autoritas yang sungguh-sungguh
ahli, masih dapat berbeda pendapat mengenai suatu persoalan. Suatu autoritas dapa
t pula mempergunakan keterangan dari autoritas lain, atau mempergunakan kesaksi
an dan interpretasi orangorang biasa untuk menyusun pendapatnya.
47. B. KOHERENSI DENGAN KEMAJUAN
Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah pendapat yang
diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau kohere
n dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu. Pengetahuan dan pendapat ter
akhir tidak selalu berarti bahwa pendapat itulah
yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapatpendapat terakhir dari ahli-ahli dalam
bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu mem
peroleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelum
nya, dengan segala kebaikan dan keburukannya atau kelemahannya, sehingga mereka d
apat mencetuskan suatu pendapat yang lebih baik, yang lebih dapat dipertanggungjawa
bkan.
A. KEMASHURAN DAN PRESTISE
Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apa
kah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekadar bersembu
nyi di balik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
49. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 5 :
Filsafat Manusia
Hakekat Manusia Dilihat Dari Sisi Filsafat ILmu
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjoni, M.Ec
Oleh Kelompok 7 :
Mahasiswa Semester 4 (Kelas A)
1. Nurvianti Dwi Naili Zyulfa /1211900173
2. Rika Meyta Putri Mulyadi / 1211900221
3. Febri Sukma Harianti / 1211900224
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
51. Pengertian Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari
hakekat/esensi manusia. Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang membahas
apa arti manusia sendiri secara mendetail. Filsafat manusia terus berkembang
karena manusia adalah objek yang penuh dengan misteri. Titik tolak filsafat
manusia adalah pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia yang
melingkupinya. Alasan untuk mempelajari filsafat manusia yaitu manusia
mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk menyelidiki dan menganalisis
sesuatu secara mendalam.
52. Pandangan Para Ahli Tentang Filsafat
Manusia juga memiliki karya yang
dihasilkan sehingga berbeda dengan
mahluk yang lain.
Manusia adalah hewan rasional
(animal rasional) dan pendapat ini
diyakini oleh para filosof.
Ada yang lain menilai tentang
manusia adalah sebagai homo
Marx menunjukan perbedaan
antara manusia dengan binatang
tentang kebutuhannya.
Menurut Paulo Freire manusia
merupakan satu-satunya mahluk
yang memiliki hubungan dengan
dunia.
01
02
03
04
05
53. Hakekat Manusia
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam
pandangan monoteisme, yang mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat
tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan
spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur
pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan yaitu materi dan rohani.
Manusia secara individu tidak pernah menciptakan dirinya, akan tetapi bukan berarti
bahwa ia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan eksistensinya
dalam kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan
memberikan andil atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya
dalam kehidupan yang ia hadapi.
54. Kedudukan Filsafat Manusia Dalam Kehidupan Manusia
Memberikan pengertian dan kesadaran
kepada manusia akan arti pengetahuan
tentang kenyataan yang diberikan oleh
filsafat.
Berdasarkan atas dasar hasil-hasil
kenyataan itu, maka filsafat memberikan
pedoman hidup kepada manusia. Pedoman
itu mengenai sesuatu yang terdapat di
sekitar manusia sendiri, seperti kedudukan
dalam hubungannyadengan yang lain.
01
02
55. Hubungan Filsafat Manusia Dengan Disiplin Ilmu Lain Tentang Manusia
1. Psikologi membahas objek materi yakni manusia. Ilmu ini hanya membahas
manusia dan segi psikis yang dapat diperoleh dan melihat perilaku manusia.
2. Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini
membatasi dan untuk mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang lingkup
sosialnya.
3. Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini
membatasi pada pola kebudayaan dan peradaban yang telah diciptakan
manusia atau ditinggalkan manusia
57. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 6 :
Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Indonesia
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjoni, M.Ec
Oleh Kelompok 7 :
Mahasiswa Semester 4 (Kelas A)
1. Nurvianti Dwi Naili Zyulfa /1211900173
2. Rika Meyta Putri Mulyadi / 1211900221
3. Febri Sukma Harianti / 1211900224
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
58. BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Filsafat negara merupakan pandangan hidup bangsa yang diyakini kebenarannnya dan diaplikasikan
dalam kehidupan masyarakat yang mendiami negara tersebut. Pandangan hidup bangsa merupakan
nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi segala aspek
suatu bangsa. Nilai adalah suatu konsepsi yang secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau
ciri khas seseorang atau masyarakat.
Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat budaya bangsa. Bagi
suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu
masyarakat, bangsa, dan negara. Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat
seperti bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama Pancasila yang
terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia.
Manfaat
Beberapa manfaat khususnya bagi saya pribadi dimana dapat menambah pengetahuan saya akan
makna filsafat dan dasar filsafat pancasila serta kedudukan pancasila sebagai sistem filsafat bangsa.
59. Beberapa Pendapat Bahwa Pancasila Adalah Suatu Filsafat
Pendapat Muh.Yamin
01
Pendapat Soedirman
Kartohadiprodjo
02 Pendapat Drijrkoro
03
Menyebutkan bahwa aj
aran Pancasila
adalah tersusun
secara harmonis
dalam suatu sistem
filsafat. Hakikat
filsafatnya ialah satu si
nthese fikiran yang
lahir dari antithese
fikiran.
Beliau mengemukakan ba
hwa pancasila itu
disajikan sebagai pidato u
ntuk memenuhi
permintaan memberikan d
asar fiilsafat negara,
maka disajikannya
Pancasila sebagai
filsafat. Pancasila masih m
erupakan filsafat
Negara (staats-filosofie).
Dalam seminar
Pancasila beliau berpenda
pat bahwa filsafat ada di d
alam lingkungan
ilmu pengetahuan dan We
ltanschauung
didalam lingkungan
hidup. Dengan belajar
filsafat orang tidak dengan
sendirinya
Mempelajari
Weltanscauung.
60. Pendapat Roeslan Abdoelgani
Pendapat Notonagoro
04 05
Beliau berpendapat bahwa kedudukan
Pancasila dalam Negara Republik Indonesia adal
ah sebagai dasar negara, dalam
pengertian dasar filsafat. Sifat kefilsafatan
dari dasar negara tersebut terwujudkan
dalam rumus abstrak dari kelima sila dari
pada Pancasila.
Di dalam bukunya Resapkan dan Amalkan
Pancasila berpendapat bahwa Pancasila
adalah filsafat Negara yang lahir sebagai
collective-ideologie dari seluruh bangsa
Indonesia. Pada hakikatnya Pancasila
merupakan suatu realiteit dan suatu noodzakelij
kheid bagi keutuhan persatuan bangsa
Indonesia sebagaimana tiap-tiap filsafat
adalah hakikatnya suatu noodzkelijkheid.
61. Portfolio
Pengertian
Filsafat Dan
Dasar Filsafat
Pancasila
Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri
dari kata philo, philos, philein yang mempunyai arti cinta / pecinta / mencintai dan
sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harfiah
istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.
Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai
pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis.
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang
bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar
epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Filsafat Pancasila adalah
refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan
budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian secara
mendasar dan menyeluruh.
62. Beberapa dasar yang menjadikan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia yaitu :
1. Landasan Ontologis Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau
eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat
mutlak monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah manusia,
yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan pada
hakikatnya adalah manusia.
2. Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan. Pancasila dalam pengertian
seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma
menjadi ideologi yang mengandung tiga unsur yaitu :
a. Logos (rasionalitas atau penalaran)
b. Pathos (penghayatan)
c. Ethos (kesusilaan).
3. Landasan Aksiologis Pancasila
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat
yang menyelidiki
a. Tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c. Sosio politik yang berwujud ideologi.
Dengan demikian, aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai
dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
dikemukakan pula bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu yang
bersifat nonmaterial/rokhaniah.
63. Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah
Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila
sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia. Fungsi filsafat secara umum, sebagai
berikut :
1. Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam
kehidupan bernegara. Segala aspek yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat
bangsa tersebut dan yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dari negara bersangkutan.
2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang
hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara. Dasar Negara kita ada lima dasar dimana
setap silanya berkaitan dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak
terbagi dan tidak terpisahkan.
3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu dari
berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat jelas, kalau di
negara itu sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara.
Arti Pancasila Sebagai Filsafat
64. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya saling kait mengkait
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada
eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila merupakan
filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang manusia. Oleh
karena itu pokok-pokok Pancasila bersifat universal.
Dari pembahasan ini dapat diperoleh unsure inti yang tetap dari Pancasila, yang tidak mengalami
perubahan dalam dunia yang selalu berubah ini.
66. PENGANTAR FILSAFAT
ILMU
TOPIK 7 :
Sehubungan filsafat ilmu dengan metodologi penelitian
.
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 7 (Tujuh)
1. Nurvianti Dwi Naili Zyulfa 1211900173
2. Rika Meyta Putri Mulyadi / 1211900221
3. Febri Sukma Harianti / 1211900224
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
67. Hubungan filsafat ilmu dengan metodologi penelitian.
Sejak lama manusia telah memikirkan hal-hal yang mendasar dalam fenomena kehidupannya sec
ara kritis. Hal tersebut secara alamiah menjadi fitrah seorang manusia. Manusia selalu ragu terhad
ap segala sesuatu, selalu memiliki rasa ingin tahu, selalu mencari kebenaran yang hakiki, dan me
ncari solusi dalam kehidupannya. akhir dari proses tersebut disebut proses berfilsafat.Apakah real
itas yang ada ini sesuatu realita materi saja; adakah sesuatu di balik realita itu; apakah realita ini
monoisme, dualisme, atau pluralisme. Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang
ada yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai . Nama lain untuk teori
hakikat ialah teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas, realitas ialah kerealan, real artinya ken
yataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya ses
uatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang meerubah.
0
68. Epistemologi adalah pokok bahasan yang mengkaji tentang pengetahuan serta kaitannya dengan
kebenaran yang hakiki. Epistemologi menjadi pembahasan menarik ketika dikaitkan dengan
ketuhanan karena kebenaran yang hakiki hanya akan dimiliki oleh Tuhan, oleh karena itu hakikat
dari kebenaran hakiki yang dijadikan subjek dalam Epistemologi menjadi hal yang mustahil
untuk didapatkan oleh pemikiran dan rasa dari manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.Sebagai
sub sistem filsafat, epistemologi mempunyai banyak sekali pemaknaan atau pengertian yang
kadangg sulit untuk dipaham
69. Aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Menurut kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika4. Ada 3 bagian yang
membedakan di dalam aksiologi, yakni
Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika
EsteticExpression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan,
Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial
politik.
70. PENGERTIAN FILSAFAT MENURUT AHLI
1. Menurut Berry dalam buku A. Susanto6, Filsafat Ilmu adalah penelaahan tentang logika intern dan teori –
teori ilmiah dan hubungan – hubungan antara percobaan dan teori,yakni tentang metode ilmiah. Bagi
Berry, filsafat ilmu adalah ilmu yang di pakai untuk menelaah tentang logika, teori – teori ilmiah serta
upaya pelaksanaannya untuk menghasilkan suatu metode atau teori ilmiah.
2. Robert Ackermann filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat –pendapat ilmiah dewasa
ini dengan perbandingan terhadap pendapat – pendapat lampauyang telah dibuktikan atau dalam rangka
ukuran – ukuran yang dikembangkan dari pendapat – pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian
jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktik ilmiah senyatanya.
3. Menurut Beerling, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri – ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan
cara – cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat
pengetahuan atau epistemologi yang secara umum menyelidiki syarat – syarat serta bentuk bentuk
pengalamn manusia juga mengenai logika dan metodologi.
71. Lanjutan
4. Jujun S, Suriasumantri menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan atau epistemologi
yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tak lagi merupakan misteri, secara garis besar,
Jujun menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni 1) pengetahuan tentang yang baik dan
yang buruk yang disebut juga dengan etika 2) pengetahuan tentang indah dan jelek, yang disebut dengan
estetika atau seni 3) pengetahuan tentang yang benar dan salah, yang disebut dengan logika.
5. Stephen R. Toulman dalam H endang komara10, filsafat ilmu adalah sebagai suatu cabang ilmu, filsafat
ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode- metode penggantian dan perhitungan,
peranggapan-peranggapan metafisis dan seterusnya menilai landasan-landasan bagi kesalahnnya dari sudut
tinjauan logika formal, metodologis praktis, dan metafisika.
72. Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistema
tis, jadilah ia sistematika filsafat. Sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat, yaitu: teori pengetah
uan, teori hakikat dan teori nilai.Itulah sebab sebuah penelitian perlu memerhatikan ketiga cabang berfikir filsafat itu untuk m
enemukan sebuah kebenaran. Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan, objek yang dipikirkan oleh filsuf ialah se
gala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi filsafat sebagai suatu proses berfikir bebas, sistematis, radikal dan mencapai datar
an makna yang mempunyai cabang ontologi, epistimologi dan aksiologi. Cabang-cabang ini apabila diikuti oleh langkah met
odologi penelitian, tentu akan menghasilkan kebenaran sejati. Dalam metode penelitian, secara tegas akan mengaitkan persoa
lan apa fenomena yang diteliti, ada apa dibalik fenomena itu, dan sejauhmana eksistensi fenomena yang diteliti. Hal ini, dala
m konteks filsafat ilmu sering dibahas dalam epistemology.
Menurut Bahtiar, tujuan filsafat adalah: Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memaha
mi sumber hakikat dan tujuan ilmu, Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai bidang
, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis. Metodologi bisa juga diartikan ilmu yan
g membahas konsep berbagai metode, tentang apa kelebihan dan kekurangan, dan bagaimana seseorang memilih suatu metod
e. Sedangkan penelitian bertujuan menghimpun data yang akurat yang kemudian diproses sehingga menemukan kebenaran at
au teori atau ilmu dan mungkin pula mengembangkan kebenaran terdahulu atau menguji kebenaran tersebut.
LANJUTAN
73. PEMBAHASAN
Keterkaitan antara filsafat ilmu dengan metode penelitian jelas ada, serta sulit dibantah.Filsafat il
mu jelas merupakan dasar keilmuan, yang banyak dijadikan fondasi metode penelitian. Metode p
enelitian merupakan jalur andal bagi filsafat ilmu untuk menemukan kebenaran. Menurut Bahtiar
, filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu. Ilmu tidak akan lepas
dari sebuah metode penelitian. Metode penelitian merupakan upaya untuk pengembangan ilmu. Il
mu pula yang melandasi pengetahuan tertentu dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian fi
lsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu untuk men
capai suatu kebenaran.Metodologi penelitian adalah berarti ilmu tentang metode. Sedang peneliti
an adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan meng
kaji data yang dilakukan secara sistematis dan objektif. Data-data tersebut digali, diolah, disintesi
skan menggunakan prinsip- prinsip berfikir filsafat. Berfikir filsafat selalu mengikuti penalaran y
ang logic dan mendasar.
74. Kedudukan Filsafat Ilmu Dan Penelitian
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu
sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian untuk
memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu pengetahuan, maka
diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan danmemberi makna khusus tentang istilah
tersebut.
penelitian adalah suatu penyelidikan yang sistematis dan metodis atas suatu masalah untuk
menemukan solusi atas masalah tersebut dan menambah hazanah pengetahuan.
Filsafat ilmu pengetahuan dan penelitian jelas ada hubungannya kalau kita melihat dari tujuan keduanya. Hubungannya ialah,
dimana penelitian memerluka pengetahuan dari filsafat ilmu pengetahuan dalam mencari kebenaran yang pasti dengan melak
ukan berbagai sureve. Dan juga filsafat ilmu pengetahuan memerlukan penelitian untuk mendapatkan atau mebuktikankebana
ran. Contohnya :Pertama, Ketika kita meninjau ulang dan mensistesiskan pengetahuan yang ada kita memerlukan penelitian
dan filsafat ilmu pengetahuan. Kedua, Menyelidikibeberapa masalah atau situasi yang ada.
75. KESIMPULAN
Metodologi bisa juga diartikan Ilmu yang membahas konsep berbagai metode, apa kelebihan
dan kekurangan dari suatu, kemudian bagaimana seseorang memilih suatu metode.Sedangkan
penelitian bertujuan menghimpun data yang akurat yang kemudian diproses sehingga menemuk
an kebenaran atau teori atau Ilmu dan mungkin pula mengembangkan kebenaran terdahulu atau
menguji kebenaran tersebut.
Jadi metode ilmiah untuk memperoleh Ilmu pengetahuan yang benar di perlukan cara-cara ya
benar pula. Menurut para pakar , mencari kebenaran, cara-cara memperoleh kebenaranilmiah die
but metode ilmiah, yang terdiri mencari masalah, menentukan hipotesis, menghimpundata, men
guji hipotesis, prinsip ini berlaku untuk untuk semua sains oprasionalisasi, metodeilmiah itu dila
kukan bidang studi metodologi penelitian. dari sini tampak dengan jelas hubuganantara filsafat
mu dengan metodologi penelitian
77. PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 8 :
Filsafat Etika Dan Moral
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjoni, M.Ec
Oleh Kelompok 7 :
Mahasiswa Semester 4 (Kelas A)
1. Nurvianti Dwi Naili Zyulfa /1211900173
2. Rika Meyta Putri Mulyadi / 1211900221
3. Febri Sukma Harianti / 1211900224
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
78. Pendahuluan
Socrates, seorang filsuf besar Yunani, telah berbicara pada abad sebelum masehi. Kenalilah dirimu sendiri,
demikianlah kurang lebih pesan yang ingin di sampaikan. Manusia ialah makhluk berpikir yang dengan itu
menjadikan dirinya ada. R.F. Beerling, seorang profesor Belanda mengemukakan teorinya tentang manusia
bahwa manusia itu ialah makhluk yang suka bertanya.
Sebagaimana Aristoteles, filsuf Yunani yang lain mengemukakan bahwa manusia ialah hewan yang
berakal sehat, yang mengeluarkan pendapat, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal that
reason). W.E. Hacking, dalam bukunya What is Man, menulis bahwa: "tiada cara penyampaian yang
meyakinkan mengenai apa yang dipikirkan oleh hewan, namun agaknya aman untuk mengatakan bahwa
manusia jauh lebih berpikir dari hewan mana pun. Ia menyelenggarakan buku harian, memakai cermin,
menulis sejarah. "William P. Tolley, dalam bukunya Preface to Philosophy a Tex Book, mengemukakan
bahwa "our question are endless, what is a man, what is a nature, what is a justice, what is a god?" Berbeda
dengan hewan, manusia sangat concern mengenai asal mulanya, akhirnya, maksud dan tujuannya, makna
dan hakikat kenyataan.
79. Hakikat
Etika
Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos", yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa
Latin, yaitu "mos" dan dalam bentuk jamaknya "mores," yang berarti juga
adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang
baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Menurut K. Bertens (2011), dalam filsafat Yunani etika dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral seperti yang acap ditemukan dalam konsep filsuf
besar Aristoteles. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan. Dengan memakai istilah modern, dapat
dikatakan juga bahwa etika membahas tentan konvensi sosial yang
ditemukan dalam masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai: (1) ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak); (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
dan (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki
karakteristik kritis, rasional, logis,objektif, dan terbuka (Jujun, 1978). Hal ini
merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Memang
tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia kearah perubahan yang
cukup besar. Akan tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar itu
menjadi penyelamat manusia bukan sebaliknya.
80. Magnis Suseno (1987) memahami etika hams dibedakan dengan ajar-an moral.
Koetjaraningrat (1980) mengatakan, etika deskriptif tugasnya sebatas menggambarkan atau memperkenalkan dan sama sekali tidak
memberikan penilaian moral.
K. Bertens (2011) menjelaskan lebih jauh, etika normatif bertujuan merumuskan prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional dan dapat diterapkan dalam perbuatan nyata
Pandangan lain dikemukakan Susanto (2011), yang mengatakan etika merupakan kajian tentang hakikat moral dan keputusan
(kegiatan menilai). Etika juga merupakan prinsip atau standar perilaku manusia yang kadang-kadang disebut dengan moral.
Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti: Pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan manusia. Kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan, atau manusia lain. Objek
formal etika meliputi norma kesusilaan manusia, dan mempelajari tingkah laku manusia baik buruknya.
Nilai itu objektif atau subjektif sangat bergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif apabila
subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolok ukur segalanya, atau eksistensinya, maknanya dan
validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat fisik atau psikis.
81. Hakikat Moral Versus Ilmu
Menurut K. Bertens (2011), secara etimologis kata moral sama dengan etika,
meskipun kata asalnya beda. Pada tataran lain, jika kata moral dipakai sebagai
kata sifat artinya sama dengan etis, jika dipakai sebagai kata Benda artinya
sama dengan etika.
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin,
bentuk jamaknya mores, yang artinya tata cara atau adat istiadat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti,
atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral
yang dari segi substantif materielnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk
formalnya berbeda.
Ghazali mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral,
sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan
merupakan cumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah
dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.
82. Sementara itu Wila Huky,sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986), merumuskan pengertian moral secara
lebih komprehensif rumusan formalnya sebagai berikut:
Moral sebagai perangkat ide tentang tingkah laku
hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang
oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan
tertentu.
Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik
berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu
Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang
mendasarkan pada kesadaran, bahwa is terikat oleh
keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan- nya.
83. Aspek Dan Sifat Moral Dalam Ilmu Pengetahuan
Moralitas Versus Legalitas
dalam Ilmu Pengetahuan
Menurut Immanuel Kant
dalam Tjahjadi (1991),
filsafat Yunani dibagi menjadi
tiga bagian, ya'
itu fisika, etika, dan logika.
Logika bersifat apriori,
maksudnya tidak
membutuhkan pengalaman
empiris. Logika sibuk dengan
pemahaman dan rasio itu
sendiri, dengan hukum
pemikiran universal.
Moralitas Objektivistik
Versus Relativistik dalam
Ilmu Pengetahuan
Menurut Kurtines dan Gerwitz
(1992), timbulnya perbedaan
pandangan tentang sifat moral.
sebagaimana dikemukakan itu
tak terlepas dari sejarah
perkembangan intelektual
Barat yang dibagi
dalam tiga periode, yaitu
zaman Abad Klasik, Abad
Pertengahan, dan Abad
Modern.
Sifat Moral dalam Perspektif
Objektivistik Versus Relativistik
Suatu perilaku yang dianggap baik
akan tetap baik, bukan kadang baik
dan kadang tidak baik. Senada
dengan pandangan objektivistik,
yaitu pandangan absolut yang
menganggap bahwa baik dan buruk
itu bersifat mutlak, sepenuhnya, dan
tanpa syarat. Menurut pandangan ini
perbuatan mencuri itu sepenuhnya
tidak baik, sehingga orang tidak
boleh mengatakan bahwa dalam
keadaan terpaksa, mencuri itu bukan
perbuatan yang jelek.
84. Hakikat Ilmu
Pengetahuan
Dan
Kemanusiaan
Sebelum Kristen, Islam ialah pembawa obor pengetahuan ilmiah. Pemikiran
agama yang memancar dari kebahagiaan akhirat dan cinta serta semangat
yang muncul dari pemikiran itu, yang disertai rasa kefa- kiran dan
ketidakberdayaan di hadapan Pencipta Mahakekal, berada di balik kemajuan
ilmiah besar selama 500 tahun yang tersaksikan di dunia Islam hingga akhir
abad kedua belas.
Islam secara harfiah berarti perdamaian dan keselamatan. Nabi Muhammad
SAW mengartikan Muslim sebagai seseorang yang dengannya orang lain
merasa aman dan selamat akibat perbuatan tangan dan lidahnya mukmin
(orang beriman). Sebagai seorang yang beriman, tentu meyakini dan
memberikan jaminan keamanan, ketertiban, keadilan, cinta, dan pengetahuan.
Ilmu pengetahuan merupakan warisan bersama umat manusia, bukan milik
pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai dengan permulaan umat
manusia. Sejatinya ilmu pengetahuan yaitu mengarahkan kecerdasan menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat tanpa mengharapkan keuntungan materi,
melakukan pengkajian tak kenal lelah dan terperinci tentang alam semesta untuk
menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya, dan mengikuti metode yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu, maka ketiadaan hal-hal ini memiliki anti
bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi harapan kita.
85. Etika Dan Moral Dalam Ilmu Pengetahuan
Ada empat macam hidup dalam masyarakat menurut
teori hukum kodrat :
1. Abstinentia alieni (hindarkan diri dari milik orang lain).
2. Oblagatio implendorum promissorum (penuhilah janji).
3. Damni culpa dati reparatio (bayarlah kerugian yang disebabkan kesalahan sendiri).
4. Poenae inter humanies meratum (berilah hukum yang setimpal).
Kemampuan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan telah melahirkan
temuan-temuan baru yang belum ada sebelumnya, atas penemuan itu manusia
mendapatkan manfaat secara langsung. Pada Abad Kuno, telah banyak karya cipta
yang dihasilkan masyarakat saat itu. Karya cipta yang dihasilkan dianggap sebagai
hal biasa dari eksistensinya, dan tidak ada perlindungan khusus atas mereka.
Namun demikian, mereka mengembangankan keilmuan tetap dilandasi oleh etika
dan moral, sehingga dengan cara itulah mereka dapat mempertahankan idenya
sebagai ilmuwan.
86. Sikap Manusia
Etika sosial berfungsi membuat manusia menjadi sadar akan tanggungjawabnya sebagai manusia dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat, menurut semua dimensinya. Dalam hal ini, pars ilmuwan harus berorientasi pada rasa sadar akan tanggungjawab
profesi dan tanggungjawab sebagai ilmuwan yang melatar belakangi corak pemikiran ilmiah dan sikap ilmiahnya.
Dewasa ini dalam upaya penerapan ilmu dan teknologi orang beranggapan atau dipengaruhi oleh Bacon dalam keadaannya tidak
sadar. Bacon menyatakan "Knowledge is power", siapa yang ingin menguasai alam semesta kuasailah ilmu, bahwa manusia haruslah
menguasai alam dan memperlakukannya
tanpa memperhitungkan norma-norma etis dalam hubungannya dengan alam, sehingga akibatnya banyak terjadi kerusakan
lingkungan hidup yang pada gilirannya akan mengancam kelangsungan hidup manusia.
Hubungan manusia yang mempunyai ikatan kosmos dengan lingkungannya bersifat mutlak dan objektif yang terjalin dalam suatu
ekosistem. Demikian pula hubungan tersebut tidak sekedar bersifat pragmatis yang hanya berdasar pada guna dan manfaat sejauh
manusia membutuhkannya.
Masalah hubungan manusia dengan manusia, menurut Heidegger sebagaimana dikutif oleh Bakker (1987) bahwa alam sebagai alat
atau sarana (Zeug), yang berhubungan erat dengan penggunaannya (Zubanden). Oleh karena itu menurut Heidegger, alam tidak dapat
dipahami lepas dari manusia. Maka alam pun akan memperoleh maknanya secara lengkap dalam kaitannya dengan integrasi dengan
manusia.
88. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 9 :
SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT
SEBAGAI ILMIAH
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 7 (Tujuh)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
1. Nurvianti Dwi Naili Zyulfa / 1211900173
2. Rika Meyta Putri Mulyadi / 1211900221
3. Febri Sukma Harianti / 1211900224
Mahasiswa Semester 4 ( Kelas A)
89. • Definisi
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada
sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang
menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan
yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus;
sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik
dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
• Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah
untuk mendapat ilmu atau teori yang lain.
• Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah : Sarana
berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
• Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Untuk dapat melakukan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berpikir
ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika.
90. Sarana berpikir ilmiah
A. BAHASA
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang d
ipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Defin
isi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri
menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan
lambang yang membentuk makna.
Ciri – Ciri dari Bahasa Ilmiah :
• Informatif : berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pen
getahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan je
las untuk menghindari kesalahpahaman.
• Reproduktif : adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informa
si yang sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembac
anya
• Intersubjektif : yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-
makna yang sama bagi para pemakainya.
91. Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas
satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten.
Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu
keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu
studi ataupun pemecahan masalah. Begitu pentingnya
matematika sehingga bahasa matematika
merupakan bagian dari bahasa yang digunakan
dalam masyarakat.Hal tersebut menunjukkan
pentingnya peran dan fungsi matematika,
terutama sebagai sarana untuk memecahkan
masalah baik pada matematika maupun dalam
bidang lainnya.
B. MATEMATIKA
92. Peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah adalah dapat diperoleh
kemampuan-kemampuan meliputi :
• Menggunakan algoritma,
• Melakukan manipulasi secara m
atematika
• Mengorganisasikan data
• Memanfatkan simbol, tabel, grafi
k, dan membuatnya
• Mengenal dan menemukan pola
• Menarik kesimpulan
• Membuat kalimat atau model m
atematika
• Membuat interpretasi bangun ge
ometri
• Memahami pengukuran dan sat
uanya
• Menggunakan alat hitung dan al
at bantu lainya dalam matematik
a, seperti tabel matematika, kalk
ulator, dan komputer.
93. Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.Konsep
statistikasering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah
dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk
dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan
mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika
mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan
pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang
diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.
C. STATISTIKA
94. D. LOGIKA
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapatdip
ertanggungjawabkan. Dalam arti luas logika adalah sebuah metod
e dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara
penalaran yang benar dengan penalaran yang salah.Karena itu, ber
pikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.
Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa golongan menurut kualitas dibag
i dua, yakni :
a. Logika Naturalis (kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaa
n manusia)
b. Logika Artifisialis (logika ilmiah) yang bertugas membantu Logika Naturalis
dalam menunjukkan jalan pemikiran agar lebih mudah dicerna, lebih teliti,
dan lebih efisien.
Menurut Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional yakni:
a. logika yang mengikuti Aristotelian
b. Logika Modern
Menurut Objek dibagi dua yakni:
95. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari
pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir
deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah
menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif,
sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir
induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling Bahasa merupakan alat
komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di
berhubungan erat satu sama lain.
Hubungan Antara Sarana
Ilmiah Bahasa, Logika,
Matematika, Dan Statistika
96. DEFINISI HAKIKAT SARANA
BERFIKIR ILMIAH
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah
masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain
itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan,
dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang
membuahkan pengetahuan. . Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal
yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara
berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari
pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus,
sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan
yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat
umum.
97. Ilmu pengetahuan telah didefenisikan dengan beberapa cara dan defenisi u
ntuk operasional. Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan ke
nyataan dan ide yang belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan prose
s kegiatan mencari pengetahuan melalui pengamatan berdasarkan teori da
n atau generalisasi. Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya d
an selanjutnya hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan
dan mengendalikan gejala alam.
Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science)
, dengan pengetahuan (knowledge), antara lain :
1. Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982.
Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya, metodologinya, filosofinya dan t
eorinya yang khas.
2. Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985. Il
mu juga harus memiliki objek, metode,sistematika dan mesti bersifat unive
rsal.
99. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah
adalah :
1. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang did
apatkan berdasarkan metode ilmu.
2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik.
Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga sebagai pr
oses bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berf
ikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang
berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir
ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan
cermat.
100. PERAN BAHASA DALAM SARANA BERFI
KIR ILMIAH
Adapun ciri-ciri bahasa di antaranya yaitu:
1. Sistematis artinya memiliki pola dan aturan.
2. Arbitrer (manasuka) artinya kata sebagai simbol berhubung
an secara tidak logis dengan apa yang disimbolkannya.
3. Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi
4. Sebagai symbol yang mengaju pada objeknya dan lain seba
gainya.
101. Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni,
Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mem
pergunakan bahasa tersebut.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah :
Koordinator kegiatan-kegiatan dalam masyarakat.
Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
Penyampaian pikiran dan perasaan
Penyenangan jiwa
Pengurangan kegonjangan jiwa
Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu:
Simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah.
Emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
Afektif (George F. Kneller dalam jujun, 1990, 175).
102. Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan ya
itu :
1. Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan
untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh
alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua y
aitu: bahasa isyarat dan bahasa biasa.
2. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian r
upa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar pikira
n untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menj
adi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial a
tau bahasa simbolik.
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai ber
ikut:
1. Bahasa alamiah antara kata dan makna merupakan satu kesatua
n utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari, karena bahasanya seca
ra spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyat
aan langsung.
2. Bahasa buatan antara istilah dan konsep merupakan satu kesatu
an bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal karena bahasa
nya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika, lu
103. • PERAN MATEMATIKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana berfikir
salah satunya adalah Matematika. Sarana tersebut memungkinkan
dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan cermat.
Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual.
Disamping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika juga
memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk
kekuasaan. Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan
macam-macam ilmu pengetahuan. Matematika memiliki struktur dengan
keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya serta berpola pikir yang
bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat
memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui
abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan
masalah.
104. Peranan Matematiki sebagai sarana berfikir ilmiah dapat menggunakan
alat-alat yang mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1. Menggunakan algoritma.
2. Melakukan manupulasi secara matematika.
3. Mengorganisasikan data.
4. Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
5. Mengenal dan menenukan pola.
6. Menarik kesimpulan.
7. Membuat kalimat atau model matematika.
8. Membuat interpretasi bangun geometri.
9. Memahami pengukuran dan satuanya.
10.Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, se
perti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.
Adapun kelebihan dan kekurangan matematika:
Kelebihan matematika adalah: tidak memiliki unsur emotif dan bahasa
matematika sangat universal.
Kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandu
ng bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matem
atika penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana s
aja.
105. PERAN STATISKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep
statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah
dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk
dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan
mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.
Menurut Anas Sudiono dalam bakhtiar, 2010, 198, secara
etimologi kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang
mempunyai persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) yang
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara.
Sedangkan menurut (Sudjana 1996 : 3) Statistika adalah
pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan
data, pengelolaan atau penganalisiannya dan penarikan
kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang
dilakukan.
106. Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode
keilmuan:
Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan
diambil dari populas.
Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen..
Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih
komunikatif.
Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian
yang diajukan.