Ringkasan:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya mahasiswa belajar filsafat karena dapat membantu mengembangkan sikap terbuka, toleransi, kritis, dan mampu menerapkan pengetahuan dalam kehidupan nyata.
2. Belajar filsafat memberikan manfaat seperti membantu integrasi pengetahuan dan mencegah sikap arogansi intelektual di kalangan ilmuwan.
3. Filsafat membantu memahami keter
2. Materi 1
Ilmu, Filsafat dan
Teologi
Nama Kelompok :
- Chindy Cahyanti 1211700129
- Nurul Qomaria 1212000220
- Arini Hidayah 1212100006
3. “Aku datang - entah dari mana,
aku ini - entah siapa,
aku pergi - entah kemana,
aku akan mati - entah kapan,
aku heran bahwa aku gembira”.
—Martinus dari Biberach,
tokoh abad pertengahan
4. Manusia Bertanya
01.
Menghadapi seluruh kenyataan dalam
hidupnya, manusia kagum atas apa yang
dilihatnya, manusia ragu-ragu apakah ia
tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai
menyadari keterbatasannya. Dalam situasi
itu banyak yang berpaling kepada agama
5. —Mazmur 8
“Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulianya namaMu diseluruh bumi!
KeagunganMu yang mengatasi langit dinyanyikan.
Mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu berbicara bagiMu,
membungkam musuh dan lawanMu.
Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang yang
Kau tempatkan;
apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Siapakah dia sehingga Engkau mengindahkannya? -- Namun Engkau
telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah
memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.”
6. Manusia Berfilsafat
02.
Tetapi sudah sejak awal sejarah ternyata sikap
iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia
menggunakan akal budi dan fikirannya untuk
mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik
segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu
mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang
disebut pengetahuan.
7. ● Sistematis
● Metodis
● Koheren
Dan yang dapat menerangkan
gejala-gejala pada bidang
tersebut
Ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan
yang disusun secara :
8. Filsafat adalah pengetahuan metodis,
sistematis dan koheren tentang seluruh
kenyataan (realitas). Filsafat merupakan
refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan
realitas untuk mencapai hakikat (=kebenaran)
dan memperoleh hikmat (=kebijaksanaan).
Filsafat adalah :
9. Aras abstraksi ketiga - teologi
atau “filsafat pertama”
Pemikiran pada aras ini menghasilkan
ilmu pengetahuan yang oleh Aristoteles
disebut teologi atau “filsafat pertama”.
Akan tetapi karena ilmu pengetahuan ini
“datang sesudah” fisika, maka dalam
tradisi selanjutnya disebut metafisika.
Aras abstraksi pertama - fisika
Kita mulai berfikir kalau kita
mengamati. Akal budi manusia,
bersama materi yang “abstrak” itu,
menghasilan ilmu pengetahuan
yang disebut “fisika”
Aras abstraksi kedua - matesis
Dalam proses abstraksi selanjutnya,
kita dapat melepaskan diri dari
materi yang kelihatan. Ilmu
pengetahuan yang dihasilkan oleh
jenis abstraksi dari semua ciri
material ini disebut “matesis”
Menurut Aristoteles (384-322 sM), pemikiran kita
melewati 3 jenis abstraksi
10. Manusia Berteologi
03.
Teologi adalah: pengetahuan metodis,
sistematis dan koheren tentang seluruh
kenyataan berdasarkan iman. Secara
sederhana, iman dapat didefinisikan
sebagai sikap manusia dihadapan
Allah, Yang mutlak dan Yang kudus,
yang diakui sebagai Sumber segala
kehidupan di alam semesta ini.
11. Sebagai ilmu, teologi merefleksikan hubungan Allah dan
manusia. Manusia berteologi karena ingin memahami
imannya dengan cara lebih baik, dan ingin
mempertanggungjawabkannya: "aku tahu kepada siapa
aku percaya" (2Tim 1:12). Teologi bukan agama dan tidak
sama dengan Ajaran Agama. Dalam teologi, adanya unsur
"intellectus quaerens fidem" (akal menyelidiki isi iman)
diharapkan memberi sumbangan substansial untuk
integrasi akal dan iman, iptek dan imtaq, yang pada
gilirannya sangat bermanfaat bagi hidup manusia masa
kini.
13. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan
(materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara
menuju akhirat". Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia,
dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat
tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat
ketuhanan; kata "akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah
diganti dengan kata Tuhan).
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material,
yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang
kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan
efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.
15. 1. filsafat tentang pengetahuan
obyek material : pengetahuan ("episteme") dan kebenaran
epistemologi;
logika;
kritik ilmu-ilmu;
2. filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan:
obyek material : eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat)
metafisika umum (ontologi);
metafisika khusus: antropologi (tentang manusia);
kosmologi (tentang alam semesta);
teodise (tentang tuhan);
3. filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan:
obyek material : kebaikan dan keindahan, etika, estetika
16. Refleksi Rasional dan
Refleksi Imani
06.
Refleksi merupakan sarana
untuk mengembangkan
spiritualitas dan aktualisasi
menjadi manusia yang utuh,
dewasa dan mandiri.
17. Refleksi imani itu sungguh merupakan pernyataan
universal pengakuan yang tulus, barangkali yang
pertama dalam sejarah umat manusia, akan
kemahakuasaan Allah dalam hidup dan sejarah manusia.
Melalui refleksi, manusia dan kelompok-kelompok
manusia (yaitu suku dan bangsa) menemukan jati
dirinya, menyadari tempatnya dalam dimensi ruang dan
waktu (dalam sejarah), serta melaksanakan panggilannya
untuk membuat sejarah bagi masa depan.
19. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat didorong untuk mengetahui apa
yang telah kita ketahui dan apa yang belum
kita ketahui.
Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi
diri, semacam keberanian untuk berterus
terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran
yang telah kita jangkau.
20. ● Apakah filsafat itu ?
Seseorang yang berfilsafat merupakan dia yang ingin
mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan Atau seperti
seorang ilmuwan yang tidak puas dengan ilmu hanya dari
segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakekat
ilmu dalam sudut pandang pengetahuan yang lainnya. Dan
ingin tahu kaitan ilmu dengan moral dan kaitan ilmu dengan
agama.
21. ● Apakah sebenarnya yang ditelaah filsafat ?
Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah
segala masaIah yang mungkin dapat difikirkan oleh
manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir untuk
mempermasalahkan hal-hal yang pokok. Terjawab masalah
yang satu, dia pun mulai berambah pertanyaan lain.
22. ILMU PENGETAHUAN ATAU
SAINS?
● ke dalam kelompok mana Biologi itu termasuk?
Skenario yang hipotetis ini menggambarkan
kebingungan dalam penggunaan terminologi ilmu
pengetahuan, Masalah ini menjadi lebih serius bila kita
membahas hakekat ilmu pengetahuan ini secara
filsafat.
23. Beberapa alternatif
● Alternatif pertama
adalah menggunakan
"ilmu pengetahuan"
untuk "science" dan
"pengetahuan" untuk
"knowledge".
● Alternatif kedua didasarkan kepada
asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada
dasarnya adalah dua kata benda, yakni
"imu" dan "pengetahuan" Rangkaian dua
kata benda semacam ini adalah lumrah
dalam bahasa Indonesia, seperti emas
Perak atau intan berlian, Dengan
demikian kita tinggal nenetapkan mana
yang sinonim dengan "science" dan
mana yang sinonim dengan "knowledge"
24. SAINS :
ADOPSI YANG KURANG DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN
● Kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan yang terkandung
dalam karya ke'filsafatan adalah tidak salah, namun
"nonsensical“ Konsekuensinya adalah bahwa kita tidak dapat
memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
semacam ini melainkan hanya mampu menunjukkan bahwa
semua itu adalah "nonsensical". Kebanyakan dari pernyataan
dan pertanyaan dalam filsafat ditimbulkan oleh kegagalan kita
untuk memahami logika dari bahasa kita sendiri.
25. DASAR-DASAR PENGETAHUAN
● Pengetahuan ini dapat dikembangkan manusia karena dua hal
utama. Pertama, manusia mempunyai Ilahav yang mampu
mengkomunikasikan informasi dan jalan fikiran yang melatar
belakangi informal tersebut. seekor beruk bisa saja
memberikan informasi kepada kelompoknya bahwa ada
segerombolan gorila datang menyerang, namun bagaimana
berkembang bahasanya, dia tidak mampu
mengkomunikasikan kepada beruk-beruk lainnya,jalan fikiran
yang analitis mengenai gejala tersebut.
26. ● Sebab kedua, mengapa manusia mampu mengembangkan
pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah
kemampuannya watak berfikir menurut suatu alur
kerangka berfikir tententu.
27. HAKEKAT PENALARAN
● Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada
hakekatnya merupakan makhluk yang berfikir, merasa,
bersikap, dan bertindak. Penalaran menghasilkan pengetahuan
yang dikaitkan dengan kegiatan berfikir, dan bukan dengan
perasaan, meskipun seperti dikatakan pascal, hati pun
mempunyai logikanya tersendiri. Tidak semua kegiatan berfikir
menyandarkan diri kepada penalaran. Jadi penalaran
merupakan.kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik
tertentu dalam menemukan kebenaran.
28. LOGIKA
● Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang
membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang
dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran,
maka proses berfikir itu harus dilakukan melalui suatu
cara tertentu.
29. KRITERIA KEBENARAN
● Teori-teori kobenaran ini, yakni teori koheren dan teori
koresponden, kedua-duanya dipergunakan dalam cara berfikir
ilmiah. Penalaran teoretis yang berdasarkan logika deduktif jelas
mempergunakan teori koheren ini. Sedangkan proses pembuktian
melalui pengalaman dalam bentuk pengumpulan fakta fakta yang
mendukung
● Bagi seorang Pragmatic maka kebenaran suatu pernyataan diukur
dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional
dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar,
jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai
kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
31. PERLUNYA MAHASISWA BELAJAR FILSAFAT
● ALASAN PERLUNYA BELAJAR
● Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu
sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, para
ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak
terperangkap kedalam sikap arogansi intelektual. Hal yang lebih
diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan,
sehingga mereka dapat saling mengarahkan seluruh potensi
keilmuwan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama umat
manusia.
32. Sebagai seorang mahasiswa kita harus mempelajari
filsafat ilmu agar dapat mengembangkan semangat toleransi
dalam perbedaan pandangan, mampu membiasakan diri untuk
bersikap logis-rasional Opini & argumentasi,
mampu berpikir secara cermat dan tidak kenal lelah, serta
mampu membiasakan diri untuk bersikap kritis. Sebagai
manusia yang bermasyarakat, mahasiswa juga harus bisa
menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam filsafat ilmu.
Mahasiwa dituntut untuk tidak hanya pandai dalam teori saja
tapi harus bisa mempraktekannya langsung dalam masyarakat.
33. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT DALAM
KEHIDUPAN
Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada pengertian
filsafat sebagai suatu integrasi atau pengintegrasi sehingga dapat
melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan. Sebagian besar
orang hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang
paling dibutuhkannya pada saat dan tempat tertentu.
Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat
sama sekali tidak bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari
yang kongkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat
itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata
setiap hari.
34. MENGAPA HARUS BELAJAR FILSAFAT
● Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa
studi yang beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan
batas yang tegas mengenai ilmu tertentu. Filsafat ilmu
bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik.
● Filsafat ilmu sangat penting bagi seorang mahasiswa karena
untuk membiasakan diri bersikap kritis, logis dan rasional serta
menumbuhka rasa toleransi dalam perbedaan
35. HAL-HAL YANG MENDORONG BERFILSAFAT
Sepanjang sejarah kefilsafatan dikalangan filsuf terdapat 3 (tiga) hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu:
1. Kekaguman atau keheranan atau ketakjuban
2. Keraguan atau kegengsian
3. Kesadaran akan keterbatasan
Ada beberapa hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat dari
beberapa hal yang ada diatas seperti kekaguman, keraguan maupun kesadaran
akan keterbatasan. Saya rasa ada satu lagi yang perlu ditambah yaitu
ketidakpuasan. Karena dengan ketidakpuasan membuat manusia terus-
menerus berusaha mencari penjelasan yang meyakinkan dan pasti akan
sesuatu peristiwa yang dipertanyakan yang lambat laun mulai berpikir secara
rasional atau logis.
37. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan
(knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui
manusia secara Iangsung dari kesadarannya sendiri. Dalam
peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang
diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif
sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada
dirinya sendiri dalam kesatuan aktif .
38. Jenis Pengetahuan
Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan
istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang me-
miliki sesuatu di mana is menerima secara baik.
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam
pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam,
yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang
bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada
universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu
bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan
mendalam.
Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan
lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh
para pemeluk agama.
39. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:
1. Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam. Pengetahuan
menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari
apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Realisme
berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai
dengan kenyataan.
40. 2. Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan
kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses
mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh
karena itu, pengetahuan bagi seorang idealis hanya merupakan
gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif tentang
realitas.
41. DASAR DAN JENIS ILMU PENGETAHUAN
1. Dasar Ontologis
Menurut istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Selanjutnya
dikatakan, Rudolf Goclenius (1636 M) orang yang pertama kali memopulerkan
term ontologi. Rudolf Goclenius menamai teori tentang hakikat yang ads, yang
bersifat metafisis yang dalam perkembangannya dibagi menjadi dua, yaitu
metafisis umum dan metafisis khusus. Istilah metafisis umum adalah cabang
filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar dari segala sesuatu yang
ada. Adapun istilah metafisis khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi,
psikologi, dan teologi.
2. Dasar Epistemologis
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), dasar epistemologis yaitu metode atau
cara-cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Kemudian Amsal Bakhtiar
(2012) menjelaskan, ontologis yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar-dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
42. 3. Dasar Aksiologis
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), aksiologi adalah dasar
ilmu pengetahuan yang berbicara tentang nilai kegunaan ilmu. Di dalam
ontologi dibicarakan mengenai ilmu dan moral, tanggung jawab sosial
serta berbagai etika dalam pengembangan keilmuan. Ontologi berasal dari
perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori.
Selanjutnya dikatakan Jujun, aksiologi merupakan teori tentang nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Oleh
Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct,
yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika.
Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini
melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan sosial
politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik.
43. OBJEK DAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN ILMIAH
1. Objek Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Objek pengetahuan ilmiah atau objek keilmuan, dalam hal ini mencakup segala sesuatu (yang
tampak secara fisik maupun nonfisik berupa fenomena atau gejala kerohanian, kejiwaan, atau
sosial) yang sejauh dapat dijangkau oleh pikiran atau indra manusia. Para filsuf membagi objek
keilmuan ini dalam dua golongan besar, seperti yang telah disebut di atas, yaitu objek material
dan objek formal keilmuan. Objek material meliputi ide abstrak, benda-benda fisik, jasad
hidup, gejala rohani, gejala sosial, gejala kejiwaan, gejala clam, proses tanda, dan sejenisnya.
2. Konsep Ilmu
Konsep sangat penting bagi pembentukan atau untuk membangun suatu teori bagi kepentingan
suatu penelitian yang menghasilkan ilmu atau kepentingan praktis. Membangun suatu teori
sangat dibutuhkan dukungan konsep yang banyak. Konsep merupakan ide umum yang
mewakili suatu pemahaman yang dipersepsikan oleh seseorang atas dasar penalaran dan logika
yang kemudian membentuk suatu makna secara induktif atau deduktif. Konsep yang dibangun
inilah yang sangat berperan dalam menentukan bangunan teori suatu penelitian ilmiah.
44. 3. Konsep Pengetahuan
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia di
samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Tiap jenis
pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan.
Cara menyusun pengetahuan dalam kajian filsafat disebut epistemologi, dan
landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah.
4. Konsep Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
filsafat. Bagi para filsafat ilmu pengetahuan itu, filsafat yaitu ilmu pengetahuan.
Dengan demikian jelas terkait bahwa pada mulanya filsafat mencakup keseluruhan
ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, kata Ali Maksum (2011) filsafat disebut
sebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Berkat ilmu
pengetahuan manusia dapat meraih kemajuan yang sangat menakjubkan dalam
segala bidang kehidupan. Teknologi canggih merupakan salah satu produk dari
ilmu pengetahuan.
45. 5. Tujuan Ilmu Pengetahuan
Tujuan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan alirannya, sebagaimana dikemukakan oleh Darsono
Prawinegoro (2011), yakni: Pertama, berdasarkan pengembangan
ilmu pengetahuan untuk keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu
sebatas untuk memenuhi rasa keingintahuan manusia. Kedua,
ilrnu,pengetahuan pragmatis. Aliran inl menyakini bahwa
pengembangan ilmu pengetahuan haruslah dapat memberikan
manfaat bagi manusia dalam pemecahan masalah kehidupan.
46. 6. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah berbeda dengan pengetahuan biasa , memiliki
ciri tersendiri di antara ciri yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan seperti
dikemukakan Konrad Kebug (2011), yaitu: Pertama, sistematis. Para filsuf dan
ilmuwan sepaham bahwa ilmu adalah pengetahuan atau kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara sistematis. Kedua, empiris. Bahwa ilmu mengandung
pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengamatan serta percobaan secara
terstruktur di dalam bentuk pengalaman, baik secara lansung maupun tidak
lansung. Ketiga, objektif Bahwa ilmu menunjukkan pada bentuk pengetahuan
yang bebas dari prasangka perorangan (personal biasa), dan perasaan subjektif
berupa kesukaan atau kebencian pribadi. Keempat, analitis. Bahwa ilmu berusaha
mencermati, mendalami, dan membedakan pokok soalnya ke dalam bagian-
bagian yang terperinci untuk memahami sebagai sifat, hubungan, dan peranan
dari bagian-bagian tersebut. Kelima, verifikatif. Bahwa ilmu mengandung
kebenaran yang terbuka untuk diperiksa atau diuji (diverifikasi).
48. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu bertanya.
Ia mempertanyakan dirinya, keberadaannya, dan dunianya. Kendati
masih bersifat sederhana, kegiatan ini sudah diperlihatkan sejak
dini. Lihatlah anak kecil. Ketika ia melihat sesuatu yang baru,
secara spontan dia bertanya. Melalui pertanyaan yang diajukan ia
ingin mengetahui sesuatu. Pertanyaan yang bersifat mendasar
disebutkan pertanyaan filosofis. Pertanyaan ini bersentuhan dengan
makna dan nilai hidup manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang
termasuk dalam tingkatan ini antara lain, Siapakah diri kita? Ke
mana tujuan hidup? Apa yang paling berharga bagi kehidupan ini?
Apakah hidup kita bersifat abadi? Semua pertanyaan ini disebut
mendasar, karena menyentuh hal-hal yang hakiki tentang manusia.
49. Tidak seperti pertanyaan sederhana, jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mendasar dicari dengan
permenungan yang mendalam. Permenungan itu
dilakukan dengan berbagai tahapan, yakni menyadari
adanya masalah, meragukan dan menguji secara rasional
anggapan-anggapan yang terkait dengan pertanyaan,
memeriksa dan mempertimbangkan penyelesaian-
penyelesaian yang telah diajukan mengenai masalah,
menarik hipotesa, menguji konsekuensi-konsekuensi
dari hipotesa, akhirnya menarik kesimpulan yang secara
rasional dapat dipertanggungjawabkan
50. 1. Manusia sebagai Sebuah Persoalan
● "Siapakah manusia itu?" merupakan pertanyaan yang paling
mendasar dan paling utama dalam sejarah manusia. Bagi manusia,
mengetahui siapa dirinya, dari mana asal usulnya, apa tujuan
hidupnya, bagaimana is menghayati hidup secara konsisten,
memang merupakan masalah yang berbeda-beda. Akan tetapi semua
pertanyaan ini merupakan satu kesatuan, yakni berkaitan dengan
pemaknaan hidup serta nilai-nilai keberadaannya.
● Dalam masyarakat Yunani, alam dipandang sangat dekat dengan
manusia, sehingga untuk menjelaskan hidup manusia, alam
dijadikan sebagai titik pijak. Dengan demikian pendekatan
kosmologis digunakan untuk menjelaskan "Siapakah manusia itu?".
Para filsuf pra-Sokratik berpendapat bahwa manusia menyatakan
dirinya ketika is bertindak sesuai dengan aturan-aturan alam.
51. 2. Apa Itu Filsafat?
Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, yakni philein, artinya men-
cintai dan sophia, artinya kebijaksanaan. Dari dua kata ini secara harafiah
filsafat diartikan dengan cinta akan kebijaksanaan.
hakikat filsafat sebagai hasil kontemplasi dalam lima karakter berikut :
● Pertama, dapat bertahan terhadap diskusi kritis. Artinya, kegiatan
utama dari filsafat adalah mengkaji secara kritis segala hal. Dengan
kajian itu diharapkan terjadi pertanggungjawaban rasional. Dalam
pengertian ini kata "kebijaksanaan" tidak lagi menjadi makna dari
filsafat.
● Kedua, menggunakan metode dialektis. Dengan metode ini, filsafat
bergerak secara bertahap, yakni mengkritik pandangan-pandangan
yang ada, setelah itu membangun pandangan Baru yang didukung
dengan argumenargumen yang lebih kuat.
52. ● Ketiga, berusaha mencapai realitas yang terdalam. Filsafat menganalisa
hal-hal terdalam dari kenyataan. Ia tidak berhenti pada fakta empiris,
melainkan berusaha untuk menemukan kebenaran yang terdalam. Filsafat
mencari pengetahuan yang sejati, serta hal yang hakiki dari realitas.
Karena itulah filsafat bersifat metaempiris.
● Keempat, terkait dengan butir ketiga di atas, filsafat bertujuan untuk
menangkap tujuan ideal realitas. Bagi Plato, memahami kebenaran
misalnya berarti juga memahami IDEA tentang kebenaran yang dicari
oleh manusia. IDEA tentang kebenaran dilihat sebagai realitas tertinggi
bagi manusia. Ini menurut Plato dibela oleh filsuf. Sokrates sendiri selama
hidupnya telah membuktikan hal ini. Ia berani mati karena ingin
mempertahankan kebenaran yang diyakininya harus dibela.
53. Kelima, mengetahui bagaimana harus hidup sebagai manusia.
Dalam butir ini filsafat dikaitkan dengan suatu pengetahuan
yang benar tentang cara hidup sebagai manusia. Artinya,
seorang filsuf mempertanggungjawabkan kedudukannya
dengan mempertahankan prinsip yang ideal baginya sebagai
seorang manusia. Dengan ini filsafat dimaksudkan
membentuk kualitas pribadi, yakni menjadi manusia yang
bermutu dalam kehidupan seharihari.
54. Dari berbagai karakter di atas, filsafat bisa didefinisikan dalam tiga
hal :
● Pertama, filsafat sebagai hasil perenungan. Dalam pengertian ini
filsafat merupakan permenungan terhadap hasil permenungan
atau ideide yang ada. Perenungan ini ialah sejenis percakapan
yang dilakukan dengan diri sendiri atau dengan orang lain.
● Kedua, sebagai kritik. Dalam pengertian ini filsafat berusaha
mengerti, membedakan dan mengambil keputusan.
● Ketiga, filsafat sebagai ilmu yang berusaha mencari kebenaran
secara metodis, sistematis, rasional dan radikal melampaui
kebenaran dan pertanggungjawaban. Sebagai sebuah ilmu
filsafat selalu berusaha untuk bertanya dan mempertanyakan.
Tujuannya adalah untuk menemukan kebenaran dan sebab
musabab yang terdalam dari segala hal
55. 3. Filsafat Manusia dan Metodenya
A. Filsafat Manusia dan Ilmu-Ilmu Lain
Filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat,
yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia.
Karena itu cara kerja filsafat manusia tidak terlepas dari cara
kerja filsafat pada umumnya. Dengan kata lain, metode filsafat
manusia tidak berbeda dengan metode filsafat pada umumnya.
Namun sebelum membicarakan metode filsafat manusia lebih
lanjut tidak ada salahnya kita lebih dulu membedakan filsafat
manusia dengan ilmu-ilmu lain yang juga membicarakan
manusia.
56. B. Metode Filsafat Manusia
Filsafat manusia memikirkan aspek-aspek mendasar
yang bersifat metafisis dan spiritualitas tentang manusia.
Bagaimana manusia bisa melakukan penelusuran terhadap
hal-hal yang bersifat metaempiris itu? Jawabnya adalah
melalui refleksi. Refleksi merupakan kegiatan khan filsafat
manusia untuk menangkap nomena. Kata "refleksi" berasal
dari bahasa Latin, "reflectere", yang artinya "melentukkan ke
belakang". Dalam arti ini, filsafat manusia tampak sebagai
pemikiran yang tidak mau berhenti pada data, melainkan
menembusnya. Ia menyelami dimensi mendasar yang ada di
balik data yang menentukan realitas manusia.
57. hal-hal yang berhubungan dengan hakikat manusia. Karena itu
refleksi filsafat manusia menyangkut dua :
● Pertama, pertanyaan-
pertanyaan tentang esensi manusia dan alam. Pertanyaan-
pertanyaan yang menyentuh ini adalah apakah esensi
kebenaran itu? Apakah esensi manusia itu? Apakah esensi alam
semesta itu?
● Kedua, proses pemahaman diri berdasarkan totalitas gejala dan
kejadian manusia. Itu berarti ketika kita mendalami manusia
melalui filsafat, kita juga hendak memahami esensi kita sendiri.
Karena itu pendalaman manusia secara filosofis memuat
pengalaman objektif sekaligus pengalaman subjektif. Dalam
hal ini filsafat manusia menangkap manusia secara utuh dengan
menyatupadukan pengalaman dan pengetahuan ke dalam satu
pandangan yang lengkap.
58. 4. Relevansi Filsafat Manusia
Di depan sudah disebutkan bahwa manusia bersifat
dinamis, misteri dan paradoksal. Sifat dinamis membuat
manusia terus mengalami perkembangan. Seiring dengan
perkembangan itu, ia berhadapan dengan berbagai masalah
sekaligus ia menjadi sebuah masalah yang tidak akan pernah
berakhir. Semakin manusia didalami, semakin sedikit
pengetahuan tentangnya. Akan tetapi sifat dinamis dan
paradoksal ini tidak boleh membuat kita berhenti untuk
membicarakan manusia. Mempersoalkan manusia harus
terus dilakukan agar hidup semakin bermutu. Dalam hal ini
filsafat manusia tetap relevan untuk dibicarakan.
59. BAB II
MANUSIA SEBAGAI PERSONA
Persona atau pribadi merupakan salah satu dimensi
mendasar manusia. Sebagai pribadi manusia mempunyai
kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri. Ia juga
memiliki cara berada yang khas dibandingkan dengan makhluk
yang lain. Persoalannya, apa hakikat manusia sebagai makhluk
persona atau pribadi? Mana raja yang menjadi nilai-nilai ke-
personalan manusia? Apa yang termasuk dalam elemen-elemen
persona manusia dalam kehidupan sehari-hari?
60. 1. Pengertian Individu
A. Makhluk Infrahuman
Setiap makhluk di dunia ini merupakan individualitas
tersendiri. Syarat sebagai individu ialah bahwa ia mempunyai
identitas diri yang tidak terbagi sehingga ia bisa dibedakan dari yang
lain. Bagi makhluk infrahuman pengertian "individu" dikaitkan
dengan jenis. Kalau kita mengatakan bahwa kita memiliki tiga
pohon pisang, itu berarti kita memiliki tiga individu pisang.
Demikian juga kalau kita mengatakan bahwa kita memiliki tiga
pohon kelapa, itu berarti ada tiga individu pohon kelapa. Kita juga
bisa membandingkan antara pohon pisang dengan pohon kelapa
sebagai individu. Apabila kita ingin membedakan individu pohon
kelapa dari individu pohon pisang, maka kita hanya bisa
membandingkan keduanya dari segi jenis spesiesnya.
61. B. Manusia
Bagi manusia pengertian "individu" tidak sekedar "jenis"
atau "spesies", tidak pula bersifat seragam, apalagi bersifat
numerik. Individu manusia terkait dengan keunikan. Keunikan
itu berakar pada dimensi kerohanian. Sebagai individu manusia
memang merupakan jenis yang sama. Namun nilainya tidak pada
kesamaan jenis yang dimilikinya. Individualitas manusia terkait
dengan kualitas. Manusia bukan suatu ulangan numerik dari jenis
yang sama. Dia dikehendaki demi dirinya sendiri.
62. Pengertian Individu
1. Makhluk Infrahuman
Setiap makhluk di dunia ini merupakan individualitas
tersendiri. Syarat sebagai individu ialah bahwa ia mempunyai
identitas diri yang tidak terbagi sehingga ia bisa dibedakan dari
yang lain.
2. Manusia
Bagi manusia pengertian "individu" tidak sekedar "jenis"
atau "spesies", tidak pula bersifat seragam, apalagi bersifat
numerik. Individu manusia terkait dengan keunikan. Keunikan itu
berakar pada dimensi kerohanian. Sebagai individu manusia
memang merupakan jenis yang sama. Namun nilainya tidak pada
kesamaan jenis yang dimilikinya. Individualitas manusia terkait
dengan kualitas.
63. 2. Persona
Selain kata "individu", kata "persona" juga dikenakan
pada manusia. Di zaman sekarang kata ini bahkan lebih banyak
digunakan daripada kata "individu". Secara etimologis, kata
"persona" berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah
topeng. Konon dalam tradisi seni drama masyarakat Yunani,
para pemain sandiwara harus mengenakan topeng ketika
memainkan peran tokoh tertentu. Melalui topeng sang
aktor/aktris menghadirkan watak tokoh yang dimainkan.
Dengan demikian topeng sesungguhnya dipakai sebagai media
untuk menghadirkan pribadi seseorang di hadapan penonton.
64. Kesimpulan
Dari uraian panjang lebar di atas dapat disimpulkan bahwa
selain makhluk yang bertanya, manusia juga adalah pribadi yang
unik. Keunikan manusia bersumber dari aspek kerohanian, yakni
jiwanya. Jiwa membuat manusia serba baru. Ia menjadi makhluk
dinamis karena jiwanya. Karena ia adalah unik, maka manusia
tidak boleh diurutkan dalam bentuk nomor atau dikelompok-
kelompokkan seperti makhluk infrahuman. Makhluk infrahuman
dapat diurutkan dan dapat pula diklasifikasikan menurut jenis dan
spesiesnya untuk memberikan identitas pada masing-masing.
Pada manusia hal ini tidak bisa dilakukan.
● Sebagai pribadi manusia mempunyai kemampuan untuk
menentukan diri. Ia juga memberi makna bagi kehidupannya
dengan mempertimbangkan segala tindakannya. Tidak hanya
mempertimbangkan, melainkan ia juga
65. Pada manusia hal ini tidak bisa dilakukan.
Sebagai pribadi manusia mempunyai kemampuan untuk
menentukan diri. Ia juga memberi makna bagi kehidupannya
dengan mempertimbangkan segala tindakannya. Tidak hanya
mempertimbangkan, melainkan ia juga
menyatakan apa yang dipertimbangkan. Karena itu manusia
bukan saja the rational being, melainkan juga the act of being.
Artinya, kualitas manusia sebagai pribadi diungkapkan melalui
perbuatan nyata sehari-hari.
66. Pengantar Filsafat Ilmu
Nama Kelompok :
1. Cindy Cahyanti
(12117000129)
2. Errika Gresila
Damayanti
(12119000128)
3. Nurul Qomaria
(1212000220)
68. ZAMAN MODERN (1500-1800)
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal
dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi
dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan
ada beda pendapat. Ada beberapa aliran diantara :
1. Aliran rasionalisme
2. Aliran empirisme
3. Aliran kritisisme
69. 1. Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M).
Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan
perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua
pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis.
Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal
ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh
pengetahuan.
70. 2. Aliran empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang
memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat
yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang
menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan
bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Hume, yaitu substansi dan
kausalitas. Hume tidak menerima substansi, sebab yang dialami hanya kesan-
kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Kausalitas. Jika
gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal batu yang disinari matahari
menjadi panas, kesimpulan itu tidak berdasarkan pengalaman
71. 3. Aliran kritisisme Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan
suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat
bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh.
Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita,
namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita
memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia
yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia
Note. Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti pada zaman kuno), atau
Tuhan (pada abad pertengahan). Dalam zaman modern ada periode yang disebut Renaissance ("kelahiran
kembali"). Kebudayaan klasik warisan Yunani-Romawi dicermati dan dihidupkan kembali; seni dan filsafat
mencari inspirasi dari sana.
72. ZAMAN BAROK
Periode kedua adalah zaman Barok, yang menekankan akal budi. Sistem filsafatnya
juga menggunakan menggunakan matematika. Para filsuf periode ini adalah Rene
Descrates, Barukh de Spinoza (1632-1677) dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-
1710). Periode ketiga ditandai dengan fajar budi ("enlightenment" atau
"Aufklarung"). Para filsuf katagori ini adalah John Locke (1632-1704), G Berkeley
(1684-1753), David Hume (1711-1776). Dalam katagori ini juga dimasukkan Jean-
Jacques Rousseau (1712-1778) dan Immanuel Kant.
73. Masa kini (1800-sekarang).
Filsafat masa kini merupakan aneka bentuk reaksi langsung atau taklangsung
atas pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Hegel ingin menerangkan
alam semesta dan gerak-geriknya berdasarkan suatu prinsip. Menurut Hegel semua
yang ada dan semua kejadian merupakan pelaksanaan-yang-sedang-berjalan dari Yang
Mutlak dan bersifat rohani.
Namun celakanya, Yang Mutlak itu tidak mutlak jika masih harus
dilaksanakan, sebab jika betul-betul mutlak, tentunya maha sempurna, dan jika maha
sempurna tidak menjadi
74. Munculah sejumlah aliran-aliran dibawah ini :
a. Positivisme menyatakan bahwa pemikiran tiap manusia, tiap ilmu dan suku bangsa
melalui 3 tahap, yaitu teologis, metafisis dan positif ilmiah. Manusia muda atau
suku-suku primitif pada tahap teologis" dibutuhkan figur dewa-dewa untuk
"menerangkan" kenyataan. Meningkat remaja dan mulai dewasa dipakai prinsip-
prinsip abstrak dan metafisis. Pada tahap dewasa dan matang digunakan metode-
metode positif dan ilmiah. Aliran positivisme dianut oleh August Comte (1798-
1857), John Stuart Mill (1806-1873) dan H Spencer (1820-1903), dan dikembangkan
menjadi neo-positivisme oleh kelompok filsuf lingkaran Wina.
75. b. Marxisme (diberi nama mengikuti tokoh utama Karl Marx, 1818-1883) mengajarkan
bahwa kenyataan hanya terdiri atas materi belaka, yang berkembang dalam proses
dialektis (dalam ritme tesis-antitesis-sintesis). Marx adalah pengikut setia Feuerbach
(sekurangnya pada tahap awal). Feuerbach berpendapat Tuhan hanyalah proyeksi
mausia tentang dirinya sendiri dan agama hanyalah sarana manusia memproyeksikan
cita-cita (belum terwujud!) manusia tentang dirinya sendiri
c. Eksistensialime merupakan himpunan aneka pemikiran yang memiliki inti sama, yaitu
keyakinan, bahwa filsafat harus berpangkal pada adanya (eksistensi) manusia konkrit,
dan bukan pada hakekat (esensi) manusia-pada-umumnya. Manusia-pada-umumnya
tidak ada, yang ada hanya manusia ini, manusia itu. Esensi manusia ditentukan oleh
eksistensinya
76. d. Fenomenologi merupakan aliran (tokoh penting: Edmund Husserl, 1859-
1938) yang ingin mendekati realitas tidak melalui argumen-argumen,
konsep-konsep, atau teori umum. "Zuruck zu den sachen selbst" -- kembali
kepada benda-benda itu sendiri, merupakan inti dari pendekatan yang
dipakai untuk mendeskripsikan realitas menurut apa adanya. Setiap obyek
memiliki hakekat, dan hakekat itu berbicara kepada kita jika kita membuka
diri kepada gejala-gejala yang kita terima
77. 1. THALES (624-546 sm) Filsafat dimulai oleh Thales, sebagai seorang
filsafat jagat raya. Ia diberi gelar “Bapak Filsafat”. Ia mengajukan
pertanyaan aneh, yaitu: “Apakah sebenarnya bahan alam semesta itu ?
(What is the nature of the world stuff ?),
2. ANAXIMANDER (610*546 sm) Ia menjelaskan bahwa substansi pertama
itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya. Substansi itu adalah: “Udara”.
Argumentasinya, yaitu: “Udara merupakan sumber segala kehidupan
78. 3. PYTHAGORAS (572-497 sm) Ia seorang ahli matematika dan ia
mengajarkan bahwa bilangan merupakan substansi dari semua benda. Ia
orang pertama yang menggunakan istilah philosophia. Ia menyebut dirinya
sebagai philosophos (pecinta kearifan). Baginya, kearifan yang
sesungguhnya hanyalah dimiliki oleh Tuhan. Sebuah ajaran metafisis yang
ia katakan bahwa “bilangan merupakan intisari dari semua benda maupun
dasar pokok dari sifat-sifat benda”. Segenap gejala alam menurutnya
merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan metematik.
Filsafatnya dipadatkan menjadi sebuah dalil yang berbunyi: “Bilangan
memerintah jagat raya”.
79. 4. HERACLITUS (544 – 484 sm) Ia mengatakan bahwa alam semesta itu
selalu dalam keadaan berubah. Ia menyatakan: “Engkau tidak dapat terjun
ke sungai yang sama dua kali karena air sungai itu selalu mengalir” (You
can not step twice into the same river, for the fresh waters are ever flowing
upon you). Jika kita hendak memahami kehidupan kosmos, maka kita harus
menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Ia selalu bergerak. Dalam berfikir ia
menggunakan metode intuisi.
80. Filsafat sebagai Demitologisasi Metafisis
Setelah kita amati pada Pekan I bahwa filsafat lahir dari mitos, kita
sekarang harus mengakui bahwa mitos begitu saja bukanlah filsafat. Jalan
yang mengarah dari mitos menuju ilmu, melalui sastra darn filsafat, justru
bisa disebut "demitologisasi". Istilah ini mengacu pada proses
pengambilan "mitos" (dalam pengertian modern sebagai "keyakinan yang
keliru") keluar dari mitos—yaitu mempertanyakan keyakinan-keyakinan
kita yang tak tertanyakan dengan harapan mengubahnya menjadi
ungkapan kebenaran yang lebih andal
81. 1. Fiisafat Sebagai Dialog Rasional Garis pembagi tebal dalam
filsafat Yunani kuno--garis yang menempatkan para filsuf yang
memiliki pandangan yang terlihat jauh dan asing di satu sisi
dan para filsuf an mempunyai pandangan yang dengan jelas
tampak lebih relevan dengan permasalahan filosofis
kontemporer di sisi lain—terdapat dalam bentuk secrang filsuf
saja yang, sepengetahuan kita, tidak pernah menulis buku.
Filsuf tersebut, Sokrates (470-399 S.M.), memberi penafsiran
yang benar-benar bare mengenai tugas filosofis, yang implikasi
penuhnya merentang sampai 2.000 tahun
82. 2. Filsafat Sebagal iImu Teleologis. Pemanfaatan aka universal oleh Sokrates dan
penggunaan dialog oleh Plato untuk membangun sistem idealisme, yang didasarkan
pada ajaranajaran Sokrates, mengubah dengan cepat perkembangan filsafat di Yunani
kuno
Dengan menyebut gagasan Plato, saya telah menyirnpulkan bahwa idealisme bisa
menghasilkan bangunan ilmu universal. Fakta bahwa sebetulnya saat ini tiada ilmuwan
yang menengok ide-ide Plato sebagai sumber sains modern menyiratkan bahwa Plato
gagal dalam tugas tersebut (sekurangkurangnya, pandangan modern tentang apakah sains
itu). Akan tetapi, seperti yang akan kita perhatikan pada jam kuliah ini, sistem lain yang
diajukan Aristoteles, murid Plato yang paling berpengaruh, berhasil dalam tugas tersebut
melalui suatu jalan yang tidak pernah ditempuh gurunya.
83. Pengantar Filsafat Ilmu
Nama Kelompok :
1. Chindy Cahyanti
(12117000129)
2. Errika Gresila
Damayanti
(12119000128)
3. Nurul Qomaria
(1212000220)
85. A.FILSAFAT KEBENARAN
Banyak pakar ilmu filsafat yang menganggap benar bahwa pengetahuan
itu terdiri atas sebagai berikut:
1. Pengetahuan Akal.
2. Pengetahuan Budi.
3. Pengetahuan Indrawi.
4. Pengetahuan Kepercayaan (otoritatifl.
5. Pengetahuan Intuitif. .
86. Selanjutnya untuk melihat sesuatu itu benar atau tidak benar, maka beberapa kriteria yang sudah
dilembagakan akan penulis sampaikan beberapa kritik antara lain sebagai berikut:
1. Teori Kebenaran Korespondensi.
2. Teori Kebenaran Koherensi.
3. Teori Kebenaran Pragmatis.
4. Teori Kebenaran Sintaksis.
5. Teori Kebenaran Semantis.
6. Teori Kebenaran Non Deskripsi.
7. Teori Kebenaran Logika yang Berlebihan.
8. Teori Kebenaran Performatif:
9. Teori Kebenaran Paradigmatik.
10. Teori Kebenaran Proposisi.
87. Kebenaran koherensi adalah kebenaran atas hubungan antara dua
pernyataan. Misalnya ketika dinyatakan bahwa monyet mempunyai hidung pada
pernyataan pertama, dan pada pernyataan kedua dinyatakan manusia juga
mempunyai hidung. Apabila diberikan kesimpulan. Bahwa monyet. sama dengan
manusia, -maka menurut kebenaran koherensi itu tidak benar karena hidung bukan
sebagai syarat sesuatu dinyatakan sebagai monyet, apalagi manusia karena manusia
dan monyet ada yang tidak mempunyai hidung (cacat), jadi hanya untuk pernyataan
bahwa manusia dan monyet sebagian besar mempunyai hidung.
88. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu
konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran ini adalah apabila kemungkinannya
luas, oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya hanya dua dan saling
bertolak belakang. Misalnya, semua yang teratur ada yang mengatur, dalam hal
ini kita tidak membicarakan yang tidak teratur. Dengan adanya yang mengatur
peredaran darah dalam tubuh maka tubuh manusia terjadi sendiri tanpa ada
yang mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada yang mengatur yaitu
Tuhan, karena hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan tidak
ada yang mengatur, apabila diterima salah satu maka yang lain dicoret karena
bertolak belakang.
89. Kebenaran sintaksis adalah kebanaran yang berangkat dari tata bahasa
yang melekat. Karena teori ini dipengaruhi pula oleh kejiwaan dan ekspresi, maka
ada kemungkinan mereka yang menerimanya yang juga mempunyai keterkaitan jiwa
akan terpengaruh, apalagi susunan tata bahasa yang bernuansa rasa. Misalnya
pernyataan "Saya makan nasi" akan berbeda bila ditulis dan ditekankan bacaannya
(intonasi) ketika "Saya, makan nasi" atau "Saya makan, nasi" atau "Saya makan
nasi!" atau "Saya makan nasi?" yaitu pada subjek, predikat dan objek. Kebenaran
seperti ini juga mirip dengan kebenaran semantis yang berbicara tentang makna
bahasa.
90. Kebenaran logika yang berlebihan adalah kebenaran yang sebenarnya telah
merupakan fakta. )adi akan menjadi pemborosan dalam pembuktiannya, misalnya
sebuah lingkaran harus berbentuk bulat. Para ahli agama menganggapnya dengan dalil
aksioma yang tidak perlu dibuktikan, tetapi sebenarnya pembuktian yang berangkat dari
keraguan untuk menjadi keyakinan itu perlu dalam mencari titik temu agama dan ilmu.
91. Kebenaran paradigmatik adalah kebenaran yang berubah pada berbagai
ruang dan waktu, jadi setelah kurun waktu tertentu berubah (untuk kategori waktu) dan
pada tempat tertentu berubah (untuk kategori ruang). Thomas Kuhn adalah orang yang
mempercayai kebenaran seperti ini. Contohnya dapat dilihat ketika pendapat yang
mengatakan bumi mengelilingi matahari, merubah pendapat dahulu yang mengatakan
matahari mengelilingi bumi.
92. KEBENARAN BERSIFAT SEMANTIK
Pernyataan' merupakan suatu istilah yang bersifat sintaktis; 'proposisi' ialah
istilah yang bersifat semantik, dan demikian pula kata 'benar' mengacu kepada makna
simbol-sirnbol, dan bukan kepada simbolnya. Maka kemungkinan untuk mengatakan
bahwa 'p' adalah benar, jika dan hanya jika p itulah halnya; dalam hal ini menurut
kebiasaan simbol 'p' menunjukkan pernyataan, sedangkan simbol p mengacu kepada
proposisi. Maka di dalam sintaksis kita tidak dapat mengatakan apapun mengenai
kebenaran. Untuk membicarakan masalah kebenaran kita membutuhkan suatu bahasa yang
berbeda dengan bahasa yang bersifat sintaksis.
93. B. UKURAN KEBENARAN
Ukuran apa yang dapat diterapkan pada proposisi-proposisi untuk
menentukan kebenarannya atau kenyataannya? Ini berarti mengadakan pembedaan
antara definisi tentang kebenaran masalah tentang makna dengan ukuran kebenaran.
Bila kita menghadapi proposisi-proposisi mengenai objek-objek antar-
bintang, atau gejala-gejala sub-atomis, atau perbedaan-perbedaan yang mendasar,
atau satuan-satuan metafisik, atau masalah-masalah teologi, maka kesulitan-
kesulitan yang kita hadapi semakin bertambah banyak dan menjadi kian rumit
karena disisipi oleh emosi, kecenderungan, kewibawaan, jarak, kesulitan untuk
mengamati, dan sebagainya
94. Terdapat 4 teori yang
menyatakan benar atau
tidaknya pernyataan :
1. Teori Koherensi
2. Teori Korespondensi
3. Teori Empiris
4. Teori Pragmatisme
95. 1. Teori Koherensi
Kebenaran tidak lagi
ditemukan dalam kesesuaian dengan
kenyataan, melainkan dalam relasi
antara proposisi baru dengan
proposisi lama atau yang sudah ada.
Maka suatu pengetahuan atau
proposisi dianggap benar kalau
sejalan dengan pengetahuan atau
proposisi sebelumnya.
Kebenaran koherensi adalah kebenaran
atas hubungan antara dua pernyataan.
Misalnya ketika dinyatakan bahwa monyet
mempunyai hidung pada pernyataan
pertama, dan pada pernyataan kedua
dinyatakan manusia juga mempunyai
hidung. Menurut kebenaran koherensi itu
tidak benar karena hidung bukan sebagai
syarat sesuatu dinyatakan sebagai monyet
96. 2. Teori Korespondensi
Kebenaran korespondensi adalah kebenaran yang sesuai antara
pernyataan dengan fakta di (apangan. Misalnya bila dinyatakan
Sengkon dan Karta bersalah, lalu dihukum lima tahen maka Sengkon
dan Karta harus benar-benar melakukan kejahatan itu, bukan sekedar
membuktikan dengan berbagai berita acara. Apabila Sengkon dan
Karta tidak melakukan maka secara kebenaran korespondensi itu tidak
benar.
97. Beberapa pokok penting yang perlu diketahui tentang teori korespondensi adalah:
a. Teori ini sangat didukung oleh empirisme, dan oleh karena itu teori ini sangat
menghargai pengamatan dan pengujian empiris. la lebih menekankan cara
kerja pengetahuan aposteriori;
b. Teori ini juga menegaskan dualitas antara S dan 0, pengenal dan yang dikenal.
c. Teori ini juga menekankan bukti bagi kebenaran suatu pengetahuan. Namun
bukti ini bukannya hasil akal budi, atau hasil imaginasi akal budi, tetapi apa
yang disodorkan obyek melalui panca indera.
98. 3. Teori Empiris
kebenaran paham-paham empiris mendasarkan diri pada
pelbagai segi pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada
pengalaman inderawi dari orang seorang. Semua paham tersebut
dalam arti tertentu memandang proposisi bersifat meramalkan
(predictiue) atau hipotetis, dan memandang kebenaran proposisi
sebagai terpenuhinya ramalan-ramalan. Yang demikian ini
menyebabkan kebenaran menjadi pengertian yang bersifat
subjektif serta nisbi
99. 4. Teori Pragmatis
Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu
konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran ini adalah apabila kemungkinannya
luas, oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya hanya dua dan saling
bertolak belakang. Misalnya, semua yang teratur ada yang mengatur, dalam hal
ini kita tidak membicarakan yang tidak teratur. Dengan adanya yang mengatur
peredaran darah dalam tubuh maka tubuh manusia terjadi sendiri tanpa ada
yang mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada yang mengatur yaitu
Tuhan, karena hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan tidak
ada yang mengatur, apabila diterima salah satu maka yang lain dicoret karena
bertolak belakang.
100. Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang
Maha Benar (AI Haq), itulah sebabnya para pedzikir senantiasa
mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah) pada
setiap penyelesaian penemuan itmiahnya, ataupun ketika selesai
melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali.
101.
102. PENGETAHUAN
Pengetahuan manusia itu tahu sesuatu,
tidak ada yang menyangkal. Manusia tahu akan dunia
sekitarnya, akan dirinya sendiri, akan orang-orang
lain. Bagaimana manusia itu dapat tahu, apakah
sumbernya, apakah sebenarnya tahu itu?
103. Empat Gejala tahu
1. Tidak dari permulaan adanya manusia itu sudah tahu. Pada
suatu ketika ia ingin tahu, maka ia pun memaparkan isi
hatinya dengan bahasa, yang sederhana sekalipun
2. tampak gejala-gejala bahwa tahu yang memuaskan
manusia itu adalah tahu yang benar. Tahu yang tidak benar
disebut keliru. Tidak seorang pun cinta pada kekeliruan.
Keliru sering kali lebih jelek daripada tidak tahu.
104. Empat Gejala Tahu
3. Apakah yang ingin diketahui manusia? Apakah objek
dari tahu itu? Tahunya manusia tentang sesuatu
bukanlah suatu bekal yang dibawa sejak lahir. la ingin
tahu karena ia kagum atas hal-hal yang ada di
sekelilingnya, yang merangsang dan menimbulkan
keinginannya untuk tahu
4. karena manusia mengadakan putusan, maka manusia
yang tahu itu, tahulah ia bahwa ia tahu. Manusia tahu
benar bahwa ia tidak tahu sesuatu, maka bertanyalah ia,
misalnya kepada orang lain
105. tampak jelas bahwa, ada 4 (empat) gejala tahu yaitu,
• manusia ingin tahu
• manusia ingin tahu yang benar,
• objek tahu ialah yang ada dan yang mungkin ada
• manusia tahu bahwa ia tahu
107. ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah
tentang objek tertentu, yang diperoleh melalui
pendekatan atau cara pandang (approach),
metode (method), dan sistem tertentu
108. Objek ilmu pengetahuan itu ada yang berupa materi
(objek materi) dan ada yang berupa bentuk (objek forma).
Objek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan,
pemikiran, atau penelitian keilmuan, bisa berupa benda-
benda material maupun non-material, bisa pula berupa hal-
hal, masalah-masalah, ide-ide dan konsep-konsep
109. Sedangkan, objek formalnya, ilmu pengetahuan itu
berbeda-beda dan banyak jenis serta sifatnya. Ada yang
tergolong ilmu pengetahuan fisis (ilmu pengetahuan alam),
ilmu pengetahuan non-fisis (ilmu pengetahuan sosial dan
humaniora serta ilmu pengetahuan ketuhanan) karena
pendekatannya menurut segi kejiwaan. Ilmu pengetahuan
fisis terrnasuk ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif,
sementara ilmu pengetahuan non-fisis merupakan ilmu
pengetahuan yang bersifat kualitatif
110. 6 Sistem Ilmu Pengetahuan
• Sistem tertutup, sistem ini tidak memungkinkan masuknya
unsur-unsur baru ke dalamnya, misal, susunan alam semesta
yang merupakan satu kesatuan. Ini terdiri dari unsur-unsur
yang jumlah jenisnya tetap dan tidak mengalami perubahan
sejak dari mulai sampai masa berakhirnya.
• Sistem terbuka, sistem ini memang dimaksudkan untuk
memberikan peluang bagi masuknya unsur-unsur baru agar
keberadaan sesuatu hal kemungkinan bisa tetap berlangsung.
Lebih dari itu agar perkembangan sesuatu itu juga
dimungkinkan
111. • Sistern alami merupakan suatu kesatuan yang utuh dalam
rangka mencapai tujuan yang juga telah ditentukan sejak awal
• Sistem buatan merupakan hasil karya manusia. Hal ini tercipta
atau diciptakan secara sengaja untuk memenuhi segala macam
kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin kompleks yang
disebabkan oleh perkembangan kualitas manusia itu sendiri
112. • Sistem yang berbentuk lingkaran merupakan perkembangan dari
sistem buatan, yang dibuat agar lebih memudahkan tercapainya
salah satu tujuan hidup. Dalam sistem ini masalah sentralnya
diletakkan pada sentral dari satu lingkaran.
• Sistem yang berbentuk garis lurus, sistem ini juga merupakan
perkembangan dari sistem buatan. Agar dapat mencapai tujuan
yang lebih mudah, sistem ini disusun menurut jenjang-jenjang atau
tingkat-tingkat mulai dari yang paling tinggi ke jenjang yang
paling rendah
113. Kebenaran ilmu pengetahuan (lazim disebut kebenaran
keilmuan atau kebenaran ilmiah) adalah pengetahuan yang
jelas dari suatu objek materi yang dicapai menurut objek forma
(cara pandang) tertentu dengan metode yang sesuai dan
ditunjang oleh suatu sistem yang relevan
114. Teori Pokok Kebenaran Keilmuan
1. Teori Saling Hubungan
seringkali disebut teori
konsistensi karena
menyatakan kebenaran itu
tergantung adanya saling
hubungan diantara ide-ide
secara tepat
2. Teori Persesuaian atau
korespondensi dapat dikatakan
bahwa kebenaran persesuaian
antara pernyataan tentang fakta
dengan fakta itu sendiri
115. Filsafat Ilmu sebagai Dasar Melakukan
Penelitian
Hubungan-hubungan yang telah ditemukan dan
ditunjang oleh data empirik disebut fakta. Ilmu merupakan
fakta, sedangkan jalinan fakta keseluruhannya disebut teori. ni
berarti bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan
proposisi yang berhubungan satu sama lain, yang
menunjukkan fenomena secara sistematis, dan bertujuan
untuk menjelaskan (explanation)dan meramalkan (prediction)
fenomena
116. Teori mempunyai peranan dalam pengembangan ilmu,
yaitu
1. Teori sebagai orientasi, yaitu memberikan suatu orientasi
kepada Para ilmuwan sehingga dengan teori tersebut dapat
mempersempit cakupan yang akan ditelaah, sedemikian rupa
sehingga dapat menentukan fakta mana yang diperlukan
2. Teori sebagai konseptual dan klasifikasi, yaitu dapat
memberikan petunjuk tentang kejelasan hubungan antara
konsep dan fenomena atas dasar klasifikasi tertentu
117. 3. Teori sebagai generalisasi (summarizing), yaitu memberikan
rangkuman terhadap generalisasi empirik dan antarhubungan
dari berbagai proposisi
4. Teori sebagai peramal fakta, yaitu dengan meramal ialah
berpikir deduktif dengan konsekuensi logis
5. Theory points to gaps in our knowledge, yaitu teori
menunjukkan adanya kesenjangan dalam pengetahuan kita;
118. Mendeskripsikan proposisi menyangkut tiga hal
pekerjaan. Pertama, menentukan determinant and result
kausalitas variabel (dari fakta); kedua, memerhatikan
keeratan hubungan (linkage) di antara determinant dari
result tersebut; ketiga, menelaah nilai informatif dari
varabel itu.
119. Menentukan determinantdan result berarti menentukan
variabel mana yang merupakan penentu dari variabel yang
lain, yaitu variabel yang ditentukan (result). Determinant
biasa juga disebut faktor atau variabel bebas (independent
variables) sedangkan result disebut juga variabel terikat (de-
pendent variables).
120. Proposisi tidak selalu terdapat hubungan sederhana
(hubungan dua variabel), kadang-kadang terdapat hubungan yang
kompleks (hubungan tiga variabel atau lebih), misalnya
Hubungan yang sederhana (hubungan dua variabel bebas) X Y
Jika motivasi belajar tinggi (X) maka prestasi belajar meningkat
(Y)
Hubungan kompleks (hubungan tiga variabel atau lebih) X I
Y: I disebut variabel antara (intervening variable) Kondisi
lingkungan (X) Ketenangan belajar (I) IPK (Y)
121. BERFIKIR INDUKTIF DAN DEDUKTIF
Berfikir induktif ini dimulai dari hal-hal yang khusus
(particular) yang terpikirkan sebagai kelas dari suatu
fenomena, menuju generalisasi. Sedangkan berpikir deduktif.
Bekerjanya berangkat dari hal yang umum (dari
induksi/teori/dalil/hukum) kepada hal-hal yang khusus
(particular)
122. METODE ILMIAH
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-
langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah
atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan
melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau
cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah
sistematis
123. Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan
adalah:
1. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi
masalah;
2. Menyusun kerangka pikiran (logical contract);
3. Merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap
masalah);
4. Menguji hipotesis secara empirik;
5. Melakukan pembahasan dan;
6. Menyimpulkan
125. Keberadaan Manusia dilihat Sisi Filsafat
Manusia adalah salah satu makhluk yang
mmapu bertanya keberadaan dirinya. Dalam
kehidupan sehari-hari secara umum pertanyaan dapat
digolongkan dalam dua tingkatan, yakni pertanyaan
yang sederhana dan pertanyaan yang bersifat teoritis
126. Apakah pertanyaan itu..?
1. Pertanyaan yang terkait dengan masalah-masalah praktis.
Pertanyaan ini berhubungan dengan cara-cara untuk mencapai
sesuatu. Misalnya, bagaimana cara agar kita bisa berbahasa
Inggris? Bagaimana cara agar kita bisa mengendarai mobil?
Singkatnya pertanyaan sederhana lebih banyak berhubungan
dengan hal-hal yang bersifat teknis. Sifatnya aplikatif.
2. Pertanyaan yang bersifat mendasar disebutkan pertanyaan
filosofis. Pertanyaan ini bersentuhan dengan makna dan nilai
hidup manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang termasuk dalam
tingkatan ini antara lain, Siapakah diri kita? Ke mana tujuan
hidup?
127. Manusia sebuah persoalan
"Siapakah manusia itu?" merupakan pertanyaan yang paling mendasar
dan paling utama dalam sejarah manusia. "Siapakah manusia itu?".
Para filsuf pra-Sokratik berpendapat bahwa manusia menyatakan
dirinya ketika is bertindak sesuai dengan aturan-aturan alam. Dalam
masa ini para penulis Kristiani menyatakan bahwa manusia berperilaku
secara benar dan mencapai pemenuhan diri hanya jika dia hidup sesuai
dengan aturan agama dan menjadikan Allah sebagai model hidup satu-
satunya.
128. Munculnya pertanyaan itu secara terus menerus
menandakan bahwa manusia adalah sebuah
persoalan. Semakin dia mendalami
pengalamannya, semakin ia menyadari dirinya
sebagai problem.
129. Apa Filsafat
Itu..?
Kata "filsafat" berasal dari
bahasa Yunani, yakni
philein, artinya mencintai
dan sophia, artinya
kebijaksanaan (Cinta dan
Kebijaksanaan)
Sarana filsafat adalah akal budi.
Karena itu segala hal dikaji
menurut daya akal budi, dengan
rasio filsafat berusaha untuk
membongkar & menguji
pandangan atau asumsi yang
mendasari realitas
130. Filsafat Manusia & Metodenya
1. Filsafat Manusia dan Ilmu-ilmu lain.
Metode filsafat manusia tidak berbeda
dengan metode filsafat pada umumnya. Namun
sebelum membicarakan metode filsafat
manusia lebih lanjut tidak ada salahnya kita
lebih dulu membedakan filsafat manusia
dengan ilmu-ilmu lain yang juga
membicarakan manusia.
131. Tugas dan fungsi filsafat manusia adalah mempelajari
manusia dalam kebulatan aslinya serta menghadapinya sebagai
sesuatu keseluruhan. Seperti ditegaskan oleh Viktor E Frankl
(1905-1997), filsafat manusia membangun suatu konsep yang
menyatukan manusia di hadapan data dan penemuan
terpencar-pencar yang disajikan oleh ilmu-ilmu lain yang juga
membicarakan manusia
132. Metode Filsafat Manusia
Filsafat manusia memiliki cara kerja yang sama
dengan cara kerja filsafat pada umumnya, yakni berusaha
menangkap makna di balik gejala empiris itu. Karena itu
objek penelusuran filsafat manusia adalah hal-hal yang ada di
balik yang kelihatan, yang sangat menentukan eksistensi
manusia. Filsafat manusia memikirkan aspek-aspek mendasar
yang bersifat metafisis dan spiritualitas tentang manusia
133. Metode Filsafat Manusia
Titik tolak refleksi filsafat manusia adalah
pengalaman. Akan tetapi tidak semua pengalaman dapat
direfleksikan secara filosofis, melainkan hanya hal-hal yang
berhubungan dengan hakikat manusia. Karena itu refleksi
filsafat manusia menyangkut dua Pertama, pertanyaan-
pertanyaan tentang esensi manusia dan alam
134. Relevansi Filafat Manusia
Ada tiga alasan untuk menunjukkan relevansi itu :
1. Dengan bertanya kita mewujudkan hakikat
kemanusiaan. Aristoteles (384-322 sM) telah
mendefinisikan manusia dengan ungkapan homo
est animal rationale, artinya manusia adalah
binatang berpikir
135. Relevansi Manusia
3. Sebagai konsekuensi lebih lanjut dari
butir kedua, filsafat manusia
mengantar kita untuk semakin mampu
bertanggungjawab terhadap diri kita
dan sesama. Orang yang mengenal
diri dan sesamanya dengan baik tidak
hanya mampu mencintai diri dan
orang lain, melainkan semakin
mampu menunjukkan tanggungjawab
secara nyata terhadapnya
136.
137. FILSAFAT PANCASILA
Dari objek materinya maka pengertian
filsafat Pancasila yaitu: suatu sistern pemikiran
yang rasional, sistematis, terdalam dan menye-
luruh tentang hakikat bangsa, negara dan
masyarakat Indonesia yang nilai-nilainya telah
ada dan digali dari bangsa Indonesia sendiri.
(Notonagoro,1966 :35),
138. Manfaat Filsafat Pancasila Ilmu Pengetahuan
1. sebagai induk pengetahuan, maka filsafat berfungsi
menentukan prinsip-prinsip metodis serta objek dari ilmu
pengetahuan.
2. Sebagai pemberi dasar bagi ilmu pengetahuan yang axiomata
yang tidak memerlukan suatu pembuktian yaitu:
a. asas kebalikan (principium contradictionis).
b. Asas kesamaan dengan diri sendiri (principium ideutIfilos)
c. Asas kemustahilan ketiga (principium exclusitertii)
139. Manfaat Filsafat Ilmu
3. filsafat setiap ilmu pengetahuan dapat memiliki sila!
dan ciri khasnya masing-masing.
4. Secara umum semua metode ilmu pengetahuan
berkembang dan pertama-tama ditentukan oleh filsafat
karena kedudukan filsafat sebagai induk ilmu
pengetahuan.
5. Filsafat dapat memberikan dan mengarahkan ilmu
pengetahuan ke arah tujuan demi kebahagiaan dan
kesejahteraan umat manusia
6. Mampu menyelesaikan masalah bersifat terdalam
140. Manfaat bagi Pendidikan Kesarjanaan
1. Memungkinkan bagi pembinaan cara berfikir secara rasional
dan teratur
2. Filsafat berfungsi menggugah pengertian dan kesadaran
manusia akan kedudukannya dalam hubungannya dengan
segala sesuatu di luar dirinya
3. Menggugah pengertian serta kesadaran para calon sarjana
akan pemikiran kemanusiaan yaitu tentang kemanusiaan dn
masalah kemanusiaan sepanjang masa.
141. Hubungan antara Filsafat
dan Ideologi..?
Ideologi memiliki kadar
kefilsafatan karena bersi-
fat cita-cita dan norma,
dan sekaligus praksis
karena menyangkut
operasionalisasi, strategi
dan doktrin
142. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis,
antsipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan jaman. Keterbukaan ideologi Pancasila
bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila
namun mengeksplisitkan wawasannya secara kongkrit,
sehingga memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk
memecahkan masalah-masalah baru dan aktual
143. Pancasila memiliki dimensi sbb:
a. Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila yang bersifat sistematis dan
rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam
lima sila Pancasila: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan
b. Dimensi normatif, nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem norms,
sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
yang memiliki kedudukan tertinggi dalam tertib hukum
Indonesia
144. c. Dimensi realistis, suatu ideologi harus mampu
mencerminkan ralitas yang hidup clan berkembang
dalam masyarakat
Maka ideologi Pancasila yang bersifat terbuka pada
hakikatnya, nilai-nilai dasar (hakikat) sila-sila Pancasila
yang bersifat tetap adapun penjabaran dan realisasinya
senantiasa dieksplisitkan secara dinamis, terbuka dan
senantiasa mengikuti perkembangan jaman
145. Pancasila sbg Dasar Filsafat Negara
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara merupakan suatu
sumber nilai bagi bangsa dan Negara Indonesia. Maka seluruh
kehidupan negara Indonesia yang berdasarkan hukum positif,
terselenggara dalam huliungan kesatuan dengan hidup kejiwaan
yang realisasinya dalam bentuk penyesuaian kehidupan kene-
garaan dengan nilai-nilai hidup kemanusiaan, yang tersimpulkan
dalam asas kerokhanian Pancasila, yaitu kebenaran dan
kenyataan, keindahan kejiwaan, kebaikan atau kelayakan
(kesusilaan), kemanusiaan, hakikat manusia dan hidup manusia
sebagai makhluk Tuhan
146. Pancasila sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan
Bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku
bangsa yang dengan sendirinya memiliki kebudayan dan adat-
istiatat yang berbeda-beda pula. Namun demikian bangsa
perbedaan tu hams disadari sebagai sesuatu yang memang
senantiasa ada pada setiap manusia (suku bangsa) sebagai
makhluk pribadi, dan dalam masalah ini bersifat biasa.
147. Namun demikian dengan adanya kesatian asas
kerokhanian yang kits memiliki, maka perbedaan itu harts
dibina kearah suatu kerjasama dalam memperoleh
kebahagiaan bersama. Dengan adanya kesamaan dan
kesatuan asas kerokhaniar dan kesatuan ideologi, maka
perbedaan itu perlu diarahkan pada suatu persatuan
148.
149. Pancasila Sebagai Suatu Sistem merupakan suatu ke-
satuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh
150. Kesatuan Sila-sila Pancasila
1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan
menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dan permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi
dan dijiwai sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah menjiwai sila-
sila persatuan Indonesia, kerakyatan yang dimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial
bagi seluruh raat Indonesia.
151. 3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia adalah diliputi Ketuhanan Yang Maha
Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila kerakyatan yang dimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila keempat : kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
permusyawaratan/perwakilan, adalah diliputi dan dijiwai oleh sila-sila
Ketuhanan Yang Maha Esa kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, meliputi dan menjiwai sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila kelima : Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah
diliputi dan dijiawi oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/
perwakilan
152. Dasar Ontologis Sila-Sila Pancasila
Hubungan kesesuaian antara negara dengan landasan sila
sila Pancasila adalah berupa hubungan sebab-akibat yaitu negara
sebagai pendukung hubungan dan Tuhan, manusia, satu, rakyat,
dan adil sebagai pokok pangkal hubungan. Landasan sila-sila
Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah
sebagai sebab adapun negara adalah sebagai akibat
153. Hakikat Sila-sila Pancasila
Jadi sila-sila Pancasila tersebut secara berturut-turut
mempunyai kata dasar Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil yang
masingmasine, merupakan suatu landasan dari setiap sila. Adapun
secara mortblogis afiks, ke-/-an dan per-/-an menyatakan makna
yang abstrak atau 'hal' yaitu hal-hal yang berhubungan dengan
Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil
154. Arti inti setiap sila dari Pancasila adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan, ialah sifat-sifat keadaan negara yang sesuai
dengan hakikat Tuhan (yaitu kesesuaian dalam arti sesuai
dengan akibat) merupakan suatu nilai-nilai agama).
2. Kemanusiaan, ialah sifat-sifat keadaan negara yang sesuai
dengan hakikat manusia
155. 3. Persatuan, yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang sesuai
dengan hakikat satu, yang berarti membuat menjadi satu
rakyat, daerah, dan keadaan negara Indonesia sehingga
terwujud suatu kesatuan.
4. Kerakyatan, yaitu sifat-sifat dan keadan negara yang sesuai
dengan hakikat rakyat.
5. Keadilan, yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang sesuai
dengan hakikat adil.