SlideShare a Scribd company logo
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebenaran Ilmiah
Kebenaran adalah satu nilai utama didalam kehidupan manusia. Sebagai nilai-nilai
yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusia atau martabat manusia selalu
berusaha memeluk suatu kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah, tidak bisa
dipisahkan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri, sejauh mana dapat digunakan dan
dimanfaatkan oleh manusia. Disamping itu, proses untuk mendapatkan haruslah melalui
tahap-tahap metode ilmiah.
Tentang kebenaran ini, plato pernah berkata : apakah kebenaran itu? lalu pada waktu
yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab: “kebenaran itu adalah
kenyataan” tetapi bukanlah kenyataan itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan
yang terjadi bisa saja berbentuk ketidak benaran atau keburukan. Jadi ada dua pengertian
kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi disatu pihak, dan kebenaran
dalam arti lawan dari keburukan atau ketidak benaran.[1]
Dalam bahasan ini, makna kebenaran dibatasi pada kekhususan makna kebenaran
keilmuan (ilmiah). Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun kekal, melainkan bersifat
relatif, sementara, dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada
ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. kebenaran
merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri.
Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara
pengetahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus
yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan
obyektif.[2]
Lalu, apa yang dimaksud dengan ilmiah? Dalam kamus dijelakan ilmiah berasal dari
kata ilmu artinya pengetahuan. Namun, dalam kajian filsafat antara ilmu dan pengetahuan
dibedakan. Pengetahuan bukan ilmu, tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan.
Sedangkan yang dimaksud ilmiah adalah pengetahuan yang didasarkan atas terpenuhinya
syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti.
Jadi yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah adalah kesesuaian antara pengetahuan
dengan objek kesesuian ini didukung dengan syarat-syarat tertentu yang oleh jujun
S.Sumantri disebut dengan metode-metode, juga didukung dengan teori yang menunjang dan
sesuai dengan bukti. Kebenaran ilmiah divalidasi dengan bukti-buktiempiris yaitu hasil
pengukuran objektif dilapangan. Sifat objektif berlaku umum dapat diulang melalui
eksperimen, cenderung amoral sesuai apa adanya. bukan apa yang seharusnya yang
merupakan ciri ilmu pengetahuan.
B. Teori-Teori Kebenaran
Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran ilmiah.
Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidak semua hal itu langsung kita
golongkan sebagai ilmu pengetahuan. Hanya pengetahuan tertentu yang diperoleh dari
kegiatan ilmiah, dengan metode sistematis, melalui penelitian analisis dan pengujian data
secara ilmiah yang dapat kita sebut sebagai ilmu pengetahuan. Dalam sejarah filsafat,
terdapat beberapa teori tentang kebenaran antara lain :
1) . Teori Kebenaran Korespondensi(penyesuaian)
Adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika
berkorespondensi (berhubungan) terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan
dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan
fakta. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi paling diterima secara luas oleh
kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita
obyektif(fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan
tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan(judgement) dan situasi yang
dijadikan pertimbangan itu,serta berusaha untuk melukiskannya, karena Kebenaran
mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang
sesuatu. (Titus,1987:237)
Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korespondensi suatu
pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi(berhubungan) dan sesuai dengan obyek yang dituju oleh pernyataan
tersebut(susiasumantri, 1990:57). Misalnya jika seseorang mengatakan “Matahari terbit dari
Timur” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan tersebut bersifat faktual atau
sesuai dengan fakta yang ada bahwa Matahari terbit dari timur dan tenggelam diufuk barat.
2) . Teori Koherensi atau konsistensi
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren
atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Artinya pertimbangan
adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah
diterima kebenarannya, yaitu menurut logika.
Misalnya, bila kita menganggap bahwa “maksiat perbuatan yang dilarang oleh Allah”
adalah suatu pernyataan yang benar. Maka pernyataan bahwa “mencuri perbuatan maksiat,
maka mencuri dilarang oleh Allah” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten
dengan pernyataan yang pertama.
3) Teori Pragmatik
Adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada
konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu teori tergantung pada peran
fungsi teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya dalam lingkup ruang waktu tertentu.
Teori ini juga dikenal dengan teori problem solving, artinya teori yang dengan itu dapat
memecahkan segala aspek permasalahan.
Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Apa yang
diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang
tidak berguna(useless). Bagi para pragmatis, ujian kebenaran adalah kegunaan(utility), dapat
dikerjakan (Workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan.
Misalnya, seiring perkembangan zaman, teknologi pun semakin canggih. Para ilmuan
menemukan teknologi-teknologi baru untuk mempermudah pekerjaan manusia, telepon
genggam berupa smartphone contohnya. Penemuan dan pengaplikasian smartphone tersebut
dikatakan benar karena dapat berguna untuk mempermudahkan pekerjaan manusia.
4) Teori Performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang
otoritas tertentu. Misalnya mengenai penetapan 1 syawal. Sebagian muslim di indonesia
mengikuti fatwa atau keputusan MUI. Sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama
tertentu atau organisasi tertentu.
Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif.
Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat,
dan pemimpin masyarakat. Kebenaran performatif dapat membawa kehidupan sosial yang
rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya.
Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak bisa berpikir kritis dan rasional.
Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang
otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran
ini seakan akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan pemimpin adat
dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.
C. Sifat Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah menurut konrad kebung paling tidak memilik tiga yaitu: struktur
kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis, isi empiris, dan sifat pragmatis.
1) Struktur yang rasional-logis
Kebenaran dapat dicapai berdasarkan kesimpulan logis atau rasional dari proposisi atau
premis tertentu. Karena kebenaran ilmiah bersifat rasional maka semua orang yang rasional
(yaitu yang dapat menggunakan akal budinya secara baik). Dapat memahami kebenaran
ilmiah. Oleh sebab itu kebenaran ilmiah kemudian dianggap sebagai kebenaran universal.
Sifat rasional (rationality) harus dibedakan dengan sifat masuk akal (reasonable). Sifat
rasional terutama berlaku untuk kebenaran ilmiah sedangkan masuk akal biasanya berlaku
bagi kebenaran tertentu diluar lingkup pengetahuan. Contohnya: tindakan marah dan
menangis atau semacamnya, dapat dikatakan masuk akal sekalipun tindakan tersebut
mungkin tidak rasional.
2) Isi empiris
Kebenaran ilmiah perlu diuji kenyataannya yang ada. Bahkan sebagian besar pengetahuan
dan kebenaran ilmiah. Berkaitan dengan kenyataan empiris di alam ini. Spekulasi tetap ada
namun sampai tingkat tertentu spekulasi itu bisa dibayangkan sebagai nyata atau tidak karena
sekalipun sesuatu pernyataan dianggap benar secara logis, perlu dicek apakah pernyataan
tersebut juga benar secara empiris.
3) Isi pragmatisme (dapat diterapkan).
Sifat ini berusaha menggabungkan kedua sifat kebenaran sebelumnya (logis dan empiris).
Maksudnya jika suatu pernyataan “benar” dinyatakan “benar” secara logis dan empiris maka
pernyataan tersebut juga harus berguna bagi kehidupan manusia, berguna berarti dapat untuk
membantu manusia memecahkan berbagai persoalan dalam hidupnya.
D. Agama sebagai Teori Kebenaran
Manusia adalah mahluk pencari kebenaran, salah satu cara untuk menemukan suatu
kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan
jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia
maupun tentang tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan
akal,budi,rasio, dan reason manusia maka dalam teori ini lebih mengedepankan wahyu yang
bersumber dari Tuhan.
Penalaran dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan berfikir setelah
melakukan penyelidikan dan pengalaman. Sedangkan manusia mencari dan menentukan
kebenaran sesuatu dalam agama dengan jalan mempertanyakan atau mencari jawaban tentang
masalah asasi dari atau kepada kitab suci, dengan demikian suatu hal itu dianggap benar
apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Agama
dan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia,
termasuk kebenaran.
E. Kebenaran Ilmiah dari Sudut Pandang Subjektifitas
Telah diketahui kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya
syarat-syarat ilmiah terutama menyangkut adanya teori yang menunjang serta sesuai dengan
bukti. Kebenaran ilmiah divalidasi oleh bukti-bukti empiris yaitu hasil pengukuran objektif
dilapangan.
Sifat setiap ilmu adalah diidentikkan dengan dua teori yaitu “subjektifitas” dan
“objektifitas” subjek berkaitan dengan seseorang atau pribadi. Subjektif berkaitan erat dengan
keakuan. Dalam hal filsafat subjektif berkaitan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi
tolak ukur, eksistensi, makna dan validitasnya.[3]
Dari penjelasan di atas bahwa “subjektif” menghendaki peranan penting dari setiap
pribadi yang menilai sendiri tentang kebenaran, artinya sesuatu dipandang benar jika
didasarkan pada pribadi atau manusia yang menilai tentang sesuatu itu. Kebenaran tolak
ukurnya dalah berdasarkan subjek, namun hal semacam ini apakah berlaku bagi kebenaran
ilmiah? Sedangkan kebenaran ilmiah sangat identik dengan syarat-syarat ilmiah menyangkut
teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti, yang ditujang oleh rasio dan divalidasi
dengan data empirik.
Seperti yang dikatakan jujun S. Sumantri kebenaran ilmiah harus didahului oleh cara yang
disebut metode ilmiah. Metode merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Metode
Ilmiah adalah cara menetapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan
penjelasan kebenaran, juga dapat diartikan bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap
sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang
sistematis, teratur, dan terkontrol. Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian
disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Berdasarkan fakta
b. Bebas dari paksaan
c. Menggunakna prinsip-prinsip analisa
d. Menggunakan hipotesa
e. Menggunakna ukuran objektif
f. Menggunakan teknik kuantifikasi
Dengan cara kerja seperti ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan memiliki
karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah yaitu sifat rasional dan teruji
yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang
dapat diandalkan.
Sifat rasional dan teruji bagi kebenaran ilmiah menghendaki adanya kebenaran hanya
sesuatu yang dapat diakalkan (logiskan) dan dapat teruji. Berarti kebenaran ilmiah sangat
menolak dengan kebenaran mutlak. Sebab kebenaran ini kaitannya dengan kebenaran yang
datang dari tuhan bersumber dari wahyu yang mengikat. Kebenaran yang datang dari tuhan
bersumber dari wahyu yang mengikat. Kebenaran yang rasional dan teruji akan hanya
memaparkan hal-hal empiris.
Jika demikian diatas jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut. jika dikaitkan dengan
penjelasan pengertian kebenaran ilmiah dari subjektifitas belum dapat diterima karena
kebenaran ilmiah yang bermuara dari subjektifitas tidak jarang menunjukkan bukti atau tidak
sesuai dengan data empirik dan pembuktian nyata berdasarkan dengan rasa atau pribadi.
Oleh karena itu kebenaran yang sesungguhnya dalam kajian kebenaran ilmiah adalah
kebenaran yang sedikitnya dipengaruhi oleh unsur subjektifitas.
6. Kebenaran Ilmiah Dari Sudut Pandang Objektifitas
Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah
terutama menyangkut adanya teori yang menunjang serta sesuai dengan bukti. Kebenaran
ilmiah divalidasi oleh bukti-bukti empiris yaitu hasil pengukuran objektif dilapangan.
Kebenaran merupakan kesesuaian antara pengetahuan dengan objeknya. Objek adalah
sesuatu yang ihwalnya diketahui atau hendak diketahui suatu objek yang ingin diketahui
memiliki berbagai aspek yang amat sulit untuk diungkapkan. Sedangkan yang lainnya tetap
tersembunyi. Sangat jelas bahwa untuk mengetahui objek secara lengkap sangat sulit.Objek
juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat dilihat secara fisik, disentuh, diindra, sesuatu yang
dapat disadari secara fisik atau mental, suatu tujuan akhir dari kegiatan atau usaha, suatu hal
yang menjadi masalah pokok suatu penyelidik.
Menurut Langeverld dalam Muhammad In’am Esha objek pengetahuan dibedakan
menjadi tiga:
a. Objek empiris yaitu objek pengetahuan yang pada dasarnya ada dan dapat ditangkap
oleh indra lahir dan indera batin
b. Objek ideal yaitu objek pengetahuan yang pada dasarnya tiada dan menjadi ada
berkat akal.
c. Objek transendal yaitu objek pengetahuan yang pada dasarnya ada tetapi berada diluar
jangkauan pemikiran dan perasaan manusia.
Pengetahuan adalah tanggapan subjek terhadap objek yang diketahui dengan demikian
tanggapan merupakan penilaian subjek terhadap objek. Oleh karena itu dalam hal ini
kebenaran ada dua sisi:
a. Benarnya fakta(bukti) adalah kebenaran objek (diluar dunia)
b. Benarnya ide (tanggapan) adalah kebenaran subjek (di dunia luar)
Fakta bersifat objektif, sehingga fakta tidak dapat disalahkan atau dipersalahkan karena
memang demikian adanya sekalipun negatif. Oleh karena itu ada dua kemungkinan yang
terjadi yaitu faktanya benar dan tanggapan subjek benar dan faktanya benar dan tanggapan
subjek salah. Dalam kebenaran ilmiah apakah kebenaran objektif dapat diterima ? langeveld
menjawab kebenaran yang sesungguhnya tidak lepas dari gabungan subjek dan objek.
Kebenaran ini ia sebut dengan kebenaran dasar yaitu ada hubungan antara subjek dan
objek. Namun, hal ini juga dibantah, kebenaran dasar belum mencapai tingkat dijamin ilmiah.
lantas jika kebenaran sifatnya relatif apa gunanya manusia berpengatahuan? Untuk menjawab
pertanyaan ini perlu diingat kembali tentang teori pengetahuan. Teori- teori itu dapat menjadi
acuan bagi kebenran ilmiah.
Inti dari kebenaran ilmiah adalah penjelasan tentang objek seperti apa adanya tanpa ada
pengaruh sedikitpun oleh keadaan subjek. Objek dijelaskan dibuktikan dengan nyata dalam
keadaan tanpa ada manipulasi atau perubahan tanggapan dari subjek. Jika terjadi manipulasi
maka hal ini jelas keluar dari koridor arti kebenaran bahwa pengetahuan tidak sesuai dengan
keadaan objek, dan ini jelas terjadi kekeliruan yang jelas pengetahuan ini tidak dapat
diterima.
F. Teori Kebenaran dalam Bidang Ontologi, Epistomologi, dan Aksiologi
a. Ontologi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Artinya pengetahuan itu
harus yang dengan aspek obyek yang diketahui . jika pengetahuan benar adalah pengetahuan
obyektif. Sedangkan yang dimaksud kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang sesuai dengan
fakta dan mengandung isi pengetahuan.
Untuk menentukan kepercayaan dari sesuatu yang dianggap benar, para filosof bersandar
kepada tiga cara untuk menguji kebenaran yaitu koresponden (yakni persamaan dengan
fakta), teori koherensi atau konsistensi dan teori pragmatis. Ketiga teori kebenran ini
kelihatannya tidakbisa dipakai sebagai pedoman untuk mengukur kebenaran realitas sebagai
objek materi pada filsafat ilmu pengetahuan karena masing-masing mempunyai titik
kelemahan. Namun secara ontologis dan epistemologis tampaknya bisa memberikan jalan
keluar bagi pemecahan persoalan yang muncul dalam realitas itu sendiri.karena ilmu
pengetahuan mempunyai aspek yang etis maka teori koheren, korespondensi, dan pragmatis
perlu dipertimbangkan secara berturut-turut dan bersamaan.
Kebenaran adalah kesesuaian antara pengetahuan dengan objek. Pengetahuan yang tidak
sesuai dengan objek pandang “keliru”. Objek adalah segala hal yang dapat diraba, disaksikan
suatu yang menjadi kajian. Objek yang dikaji memiliki aspek yang banyak dan sulit
disebutkan dengan serentak. Kenyataannya manusia(subjek) hanya mengetahui beberapa
aspek dari objek.
Kebenaran ilmiah menghendaki adanya pengetahuan dapat diterima, karena kebenaran
ilmiah muncul melalui syarat-syarat ilmiah, metode ilmiah, didukung teori yang menunjang
serta didasarkan kepada data empiris dan dapat dibuktikan. Sangat rasional jika kebenran
yang semacam ini menghendaki adanya objek dikaji apa adanya tanpa campur tangan subjek.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Ir Soetriono,MP ; Dr.Ir SRDm Rita Hanafi,MP. (2007). Filsafat Ilmu Dan Metode
Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.
http://www.afdhalilahi.com/2014/11/kebenaran-ilmiah.html
https://ilmufilsafat.wordpress.com/category/teori-kebenaran-dalam-perspektif-filsafat-ilmu/
http://petualanganhana.blogspot.co.id/2015/04/teori-kebenaran-koherensi-korespondensi.html
http://rizkie-library.blogspot.co.id/2015/12/teori-teori-kebenaran.html

More Related Content

What's hot

Teori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmuTeori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmumira_punya
 
Bab ii landasan teori
Bab ii landasan teoriBab ii landasan teori
Bab ii landasan teori
Cindar Tyas
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
Djoko Adi Walujo
 
02 fil-ilmu pertemuan ii Teori Kebenaran
02 fil-ilmu pertemuan ii Teori Kebenaran02 fil-ilmu pertemuan ii Teori Kebenaran
02 fil-ilmu pertemuan ii Teori Kebenaran
M Agphin Ramadhan
 
Filsafat Ilmu.Teoi-teori Kebenaran
Filsafat Ilmu.Teoi-teori KebenaranFilsafat Ilmu.Teoi-teori Kebenaran
Filsafat Ilmu.Teoi-teori KebenaranNurul Insani
 
Resume filsafat ilmu
Resume filsafat ilmuResume filsafat ilmu
Resume filsafat ilmu
UCy Rukmana
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
NovritaLeedya
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
ndlestr
 
Kuliah fils pdd s2
Kuliah fils pdd s2Kuliah fils pdd s2
Kuliah fils pdd s2muhmidayeli
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
Aryadi Rachman
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
Mas Yono
 
Kelompok 11 rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
Kelompok 11  rangkuman materi pengantar filsafat kls_sKelompok 11  rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
Kelompok 11 rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
AtikatulLatifah
 
Filsafat ilmu lengkap
Filsafat ilmu lengkapFilsafat ilmu lengkap
Filsafat ilmu lengkap
Efendi bin Abd. Wahid
 
Jurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuJurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmu
Ibnu Fajar
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
University of Jember
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
Annisa Fauzia
 

What's hot (20)

Teori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmuTeori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmu
 
Bab ii landasan teori
Bab ii landasan teoriBab ii landasan teori
Bab ii landasan teori
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
 
02 fil-ilmu pertemuan ii Teori Kebenaran
02 fil-ilmu pertemuan ii Teori Kebenaran02 fil-ilmu pertemuan ii Teori Kebenaran
02 fil-ilmu pertemuan ii Teori Kebenaran
 
Filsafat Ilmu.Teoi-teori Kebenaran
Filsafat Ilmu.Teoi-teori KebenaranFilsafat Ilmu.Teoi-teori Kebenaran
Filsafat Ilmu.Teoi-teori Kebenaran
 
Resume filsafat ilmu
Resume filsafat ilmuResume filsafat ilmu
Resume filsafat ilmu
 
MATERI 1 - Pengantar Filsafat Ilmu
MATERI 1 - Pengantar Filsafat IlmuMATERI 1 - Pengantar Filsafat Ilmu
MATERI 1 - Pengantar Filsafat Ilmu
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Kuliah fils pdd s2
Kuliah fils pdd s2Kuliah fils pdd s2
Kuliah fils pdd s2
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
 
Kelompok 11 rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
Kelompok 11  rangkuman materi pengantar filsafat kls_sKelompok 11  rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
Kelompok 11 rangkuman materi pengantar filsafat kls_s
 
Aliran realisme
Aliran realismeAliran realisme
Aliran realisme
 
Filsafat ilmu lengkap
Filsafat ilmu lengkapFilsafat ilmu lengkap
Filsafat ilmu lengkap
 
Jurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuJurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmu
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Filsafat ilmu-prof-dr-ahmad-tafsir
Filsafat ilmu-prof-dr-ahmad-tafsirFilsafat ilmu-prof-dr-ahmad-tafsir
Filsafat ilmu-prof-dr-ahmad-tafsir
 

Similar to Makalah filsafat

TEORI KEBENARAN.pptx
TEORI KEBENARAN.pptxTEORI KEBENARAN.pptx
TEORI KEBENARAN.pptx
AlbertoNainggolan
 
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra KurniaSoal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
R . Adhi Indra Kurnia
 
PowerPoint Presentation.pptx
PowerPoint Presentation.pptxPowerPoint Presentation.pptx
PowerPoint Presentation.pptx
STIKESSENIORSARJANAK
 
ilmu pengetahuan (filsafat sains)
ilmu pengetahuan (filsafat sains)ilmu pengetahuan (filsafat sains)
ilmu pengetahuan (filsafat sains)
Dina Amalina
 
Ppt teori kebenaran filsafat pendidikan kelompok 1
Ppt teori kebenaran filsafat pendidikan kelompok 1Ppt teori kebenaran filsafat pendidikan kelompok 1
Ppt teori kebenaran filsafat pendidikan kelompok 1
nopiariani
 
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docxARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
MhdTaajuddin
 
filsafat sains nurul kholifah.docx
filsafat sains nurul kholifah.docxfilsafat sains nurul kholifah.docx
filsafat sains nurul kholifah.docx
nurulkholifah23
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
Ady Setiawan
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN.pptx
PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN.pptxPENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN.pptx
PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN.pptx
dwijunianto8
 
pak sigit sardjono
pak sigit sardjonopak sigit sardjono
pak sigit sardjono
mahendrakurniawan3
 
Cabang
CabangCabang
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat IlmuModul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Universitas Negeri Yogyakarta
 
Ringkasan perkuliahan dasar dasar mipa
Ringkasan perkuliahan dasar dasar mipaRingkasan perkuliahan dasar dasar mipa
Ringkasan perkuliahan dasar dasar mipa
Puji Lestari
 
Ppt filsafat realisme
Ppt filsafat realismePpt filsafat realisme
Ppt filsafat realismePamela Natasa
 
Ilmu
IlmuIlmu
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnah
Iska Nangin
 
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianismePpt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
rizky188
 
UTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdfUTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdf
AisyahKhairunNisa12
 
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
Kumpulan soal   soal filsafat ilmuKumpulan soal   soal filsafat ilmu
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
oktavianidiann
 

Similar to Makalah filsafat (20)

TEORI KEBENARAN.pptx
TEORI KEBENARAN.pptxTEORI KEBENARAN.pptx
TEORI KEBENARAN.pptx
 
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra KurniaSoal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
 
PowerPoint Presentation.pptx
PowerPoint Presentation.pptxPowerPoint Presentation.pptx
PowerPoint Presentation.pptx
 
ilmu pengetahuan (filsafat sains)
ilmu pengetahuan (filsafat sains)ilmu pengetahuan (filsafat sains)
ilmu pengetahuan (filsafat sains)
 
Ppt teori kebenaran filsafat pendidikan kelompok 1
Ppt teori kebenaran filsafat pendidikan kelompok 1Ppt teori kebenaran filsafat pendidikan kelompok 1
Ppt teori kebenaran filsafat pendidikan kelompok 1
 
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docxARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
ARTIKEL KRITERIA KEBENARAN.docx
 
filsafat sains nurul kholifah.docx
filsafat sains nurul kholifah.docxfilsafat sains nurul kholifah.docx
filsafat sains nurul kholifah.docx
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN.pptx
PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN.pptxPENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN.pptx
PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN.pptx
 
pak sigit sardjono
pak sigit sardjonopak sigit sardjono
pak sigit sardjono
 
Cabang
CabangCabang
Cabang
 
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat IlmuModul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
 
Ringkasan perkuliahan dasar dasar mipa
Ringkasan perkuliahan dasar dasar mipaRingkasan perkuliahan dasar dasar mipa
Ringkasan perkuliahan dasar dasar mipa
 
Ppt filsafat realisme
Ppt filsafat realismePpt filsafat realisme
Ppt filsafat realisme
 
Ilmu
IlmuIlmu
Ilmu
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnah
 
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianismePpt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
 
UTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdfUTS Filsafat Ilmu.pdf
UTS Filsafat Ilmu.pdf
 
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
Kumpulan soal   soal filsafat ilmuKumpulan soal   soal filsafat ilmu
Kumpulan soal soal filsafat ilmu
 

Recently uploaded

RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
muhamadsufii48
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
DrEngMahmudKoriEffen
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 

Recently uploaded (20)

RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 

Makalah filsafat

  • 1. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kebenaran Ilmiah Kebenaran adalah satu nilai utama didalam kehidupan manusia. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusia atau martabat manusia selalu berusaha memeluk suatu kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah, tidak bisa dipisahkan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri, sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Disamping itu, proses untuk mendapatkan haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Tentang kebenaran ini, plato pernah berkata : apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab: “kebenaran itu adalah kenyataan” tetapi bukanlah kenyataan itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidak benaran atau keburukan. Jadi ada dua pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi disatu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan atau ketidak benaran.[1] Dalam bahasan ini, makna kebenaran dibatasi pada kekhususan makna kebenaran keilmuan (ilmiah). Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun kekal, melainkan bersifat relatif, sementara, dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.[2] Lalu, apa yang dimaksud dengan ilmiah? Dalam kamus dijelakan ilmiah berasal dari kata ilmu artinya pengetahuan. Namun, dalam kajian filsafat antara ilmu dan pengetahuan dibedakan. Pengetahuan bukan ilmu, tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan. Sedangkan yang dimaksud ilmiah adalah pengetahuan yang didasarkan atas terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Jadi yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah adalah kesesuaian antara pengetahuan dengan objek kesesuian ini didukung dengan syarat-syarat tertentu yang oleh jujun S.Sumantri disebut dengan metode-metode, juga didukung dengan teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran ilmiah divalidasi dengan bukti-buktiempiris yaitu hasil pengukuran objektif dilapangan. Sifat objektif berlaku umum dapat diulang melalui eksperimen, cenderung amoral sesuai apa adanya. bukan apa yang seharusnya yang merupakan ciri ilmu pengetahuan. B. Teori-Teori Kebenaran Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran ilmiah. Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidak semua hal itu langsung kita golongkan sebagai ilmu pengetahuan. Hanya pengetahuan tertentu yang diperoleh dari kegiatan ilmiah, dengan metode sistematis, melalui penelitian analisis dan pengujian data secara ilmiah yang dapat kita sebut sebagai ilmu pengetahuan. Dalam sejarah filsafat, terdapat beberapa teori tentang kebenaran antara lain :
  • 2. 1) . Teori Kebenaran Korespondensi(penyesuaian) Adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi (berhubungan) terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif(fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan(judgement) dan situasi yang dijadikan pertimbangan itu,serta berusaha untuk melukiskannya, karena Kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu. (Titus,1987:237) Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi(berhubungan) dan sesuai dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut(susiasumantri, 1990:57). Misalnya jika seseorang mengatakan “Matahari terbit dari Timur” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan tersebut bersifat faktual atau sesuai dengan fakta yang ada bahwa Matahari terbit dari timur dan tenggelam diufuk barat. 2) . Teori Koherensi atau konsistensi Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu menurut logika. Misalnya, bila kita menganggap bahwa “maksiat perbuatan yang dilarang oleh Allah” adalah suatu pernyataan yang benar. Maka pernyataan bahwa “mencuri perbuatan maksiat, maka mencuri dilarang oleh Allah” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama. 3) Teori Pragmatik Adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu teori tergantung pada peran fungsi teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya dalam lingkup ruang waktu tertentu. Teori ini juga dikenal dengan teori problem solving, artinya teori yang dengan itu dapat memecahkan segala aspek permasalahan. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna(useless). Bagi para pragmatis, ujian kebenaran adalah kegunaan(utility), dapat dikerjakan (Workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan. Misalnya, seiring perkembangan zaman, teknologi pun semakin canggih. Para ilmuan menemukan teknologi-teknologi baru untuk mempermudah pekerjaan manusia, telepon genggam berupa smartphone contohnya. Penemuan dan pengaplikasian smartphone tersebut dikatakan benar karena dapat berguna untuk mempermudahkan pekerjaan manusia. 4) Teori Performatif Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Misalnya mengenai penetapan 1 syawal. Sebagian muslim di indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI. Sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.
  • 3. Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, dan pemimpin masyarakat. Kebenaran performatif dapat membawa kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya. Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak bisa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran. C. Sifat Kebenaran Ilmiah Kebenaran ilmiah menurut konrad kebung paling tidak memilik tiga yaitu: struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis, isi empiris, dan sifat pragmatis. 1) Struktur yang rasional-logis Kebenaran dapat dicapai berdasarkan kesimpulan logis atau rasional dari proposisi atau premis tertentu. Karena kebenaran ilmiah bersifat rasional maka semua orang yang rasional (yaitu yang dapat menggunakan akal budinya secara baik). Dapat memahami kebenaran ilmiah. Oleh sebab itu kebenaran ilmiah kemudian dianggap sebagai kebenaran universal. Sifat rasional (rationality) harus dibedakan dengan sifat masuk akal (reasonable). Sifat rasional terutama berlaku untuk kebenaran ilmiah sedangkan masuk akal biasanya berlaku bagi kebenaran tertentu diluar lingkup pengetahuan. Contohnya: tindakan marah dan menangis atau semacamnya, dapat dikatakan masuk akal sekalipun tindakan tersebut mungkin tidak rasional. 2) Isi empiris Kebenaran ilmiah perlu diuji kenyataannya yang ada. Bahkan sebagian besar pengetahuan dan kebenaran ilmiah. Berkaitan dengan kenyataan empiris di alam ini. Spekulasi tetap ada namun sampai tingkat tertentu spekulasi itu bisa dibayangkan sebagai nyata atau tidak karena sekalipun sesuatu pernyataan dianggap benar secara logis, perlu dicek apakah pernyataan tersebut juga benar secara empiris. 3) Isi pragmatisme (dapat diterapkan). Sifat ini berusaha menggabungkan kedua sifat kebenaran sebelumnya (logis dan empiris). Maksudnya jika suatu pernyataan “benar” dinyatakan “benar” secara logis dan empiris maka pernyataan tersebut juga harus berguna bagi kehidupan manusia, berguna berarti dapat untuk membantu manusia memecahkan berbagai persoalan dalam hidupnya. D. Agama sebagai Teori Kebenaran Manusia adalah mahluk pencari kebenaran, salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia maupun tentang tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan akal,budi,rasio, dan reason manusia maka dalam teori ini lebih mengedepankan wahyu yang bersumber dari Tuhan.
  • 4. Penalaran dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan berfikir setelah melakukan penyelidikan dan pengalaman. Sedangkan manusia mencari dan menentukan kebenaran sesuatu dalam agama dengan jalan mempertanyakan atau mencari jawaban tentang masalah asasi dari atau kepada kitab suci, dengan demikian suatu hal itu dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Agama dan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran. E. Kebenaran Ilmiah dari Sudut Pandang Subjektifitas Telah diketahui kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah terutama menyangkut adanya teori yang menunjang serta sesuai dengan bukti. Kebenaran ilmiah divalidasi oleh bukti-bukti empiris yaitu hasil pengukuran objektif dilapangan. Sifat setiap ilmu adalah diidentikkan dengan dua teori yaitu “subjektifitas” dan “objektifitas” subjek berkaitan dengan seseorang atau pribadi. Subjektif berkaitan erat dengan keakuan. Dalam hal filsafat subjektif berkaitan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur, eksistensi, makna dan validitasnya.[3] Dari penjelasan di atas bahwa “subjektif” menghendaki peranan penting dari setiap pribadi yang menilai sendiri tentang kebenaran, artinya sesuatu dipandang benar jika didasarkan pada pribadi atau manusia yang menilai tentang sesuatu itu. Kebenaran tolak ukurnya dalah berdasarkan subjek, namun hal semacam ini apakah berlaku bagi kebenaran ilmiah? Sedangkan kebenaran ilmiah sangat identik dengan syarat-syarat ilmiah menyangkut teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti, yang ditujang oleh rasio dan divalidasi dengan data empirik. Seperti yang dikatakan jujun S. Sumantri kebenaran ilmiah harus didahului oleh cara yang disebut metode ilmiah. Metode merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Metode Ilmiah adalah cara menetapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran, juga dapat diartikan bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi. Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur, dan terkontrol. Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut: a. Berdasarkan fakta b. Bebas dari paksaan c. Menggunakna prinsip-prinsip analisa d. Menggunakan hipotesa e. Menggunakna ukuran objektif f. Menggunakan teknik kuantifikasi Dengan cara kerja seperti ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan memiliki karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
  • 5. Sifat rasional dan teruji bagi kebenaran ilmiah menghendaki adanya kebenaran hanya sesuatu yang dapat diakalkan (logiskan) dan dapat teruji. Berarti kebenaran ilmiah sangat menolak dengan kebenaran mutlak. Sebab kebenaran ini kaitannya dengan kebenaran yang datang dari tuhan bersumber dari wahyu yang mengikat. Kebenaran yang datang dari tuhan bersumber dari wahyu yang mengikat. Kebenaran yang rasional dan teruji akan hanya memaparkan hal-hal empiris. Jika demikian diatas jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut. jika dikaitkan dengan penjelasan pengertian kebenaran ilmiah dari subjektifitas belum dapat diterima karena kebenaran ilmiah yang bermuara dari subjektifitas tidak jarang menunjukkan bukti atau tidak sesuai dengan data empirik dan pembuktian nyata berdasarkan dengan rasa atau pribadi. Oleh karena itu kebenaran yang sesungguhnya dalam kajian kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang sedikitnya dipengaruhi oleh unsur subjektifitas. 6. Kebenaran Ilmiah Dari Sudut Pandang Objektifitas Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah terutama menyangkut adanya teori yang menunjang serta sesuai dengan bukti. Kebenaran ilmiah divalidasi oleh bukti-bukti empiris yaitu hasil pengukuran objektif dilapangan. Kebenaran merupakan kesesuaian antara pengetahuan dengan objeknya. Objek adalah sesuatu yang ihwalnya diketahui atau hendak diketahui suatu objek yang ingin diketahui memiliki berbagai aspek yang amat sulit untuk diungkapkan. Sedangkan yang lainnya tetap tersembunyi. Sangat jelas bahwa untuk mengetahui objek secara lengkap sangat sulit.Objek juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat dilihat secara fisik, disentuh, diindra, sesuatu yang dapat disadari secara fisik atau mental, suatu tujuan akhir dari kegiatan atau usaha, suatu hal yang menjadi masalah pokok suatu penyelidik. Menurut Langeverld dalam Muhammad In’am Esha objek pengetahuan dibedakan menjadi tiga: a. Objek empiris yaitu objek pengetahuan yang pada dasarnya ada dan dapat ditangkap oleh indra lahir dan indera batin b. Objek ideal yaitu objek pengetahuan yang pada dasarnya tiada dan menjadi ada berkat akal. c. Objek transendal yaitu objek pengetahuan yang pada dasarnya ada tetapi berada diluar jangkauan pemikiran dan perasaan manusia. Pengetahuan adalah tanggapan subjek terhadap objek yang diketahui dengan demikian tanggapan merupakan penilaian subjek terhadap objek. Oleh karena itu dalam hal ini kebenaran ada dua sisi: a. Benarnya fakta(bukti) adalah kebenaran objek (diluar dunia) b. Benarnya ide (tanggapan) adalah kebenaran subjek (di dunia luar) Fakta bersifat objektif, sehingga fakta tidak dapat disalahkan atau dipersalahkan karena memang demikian adanya sekalipun negatif. Oleh karena itu ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu faktanya benar dan tanggapan subjek benar dan faktanya benar dan tanggapan subjek salah. Dalam kebenaran ilmiah apakah kebenaran objektif dapat diterima ? langeveld menjawab kebenaran yang sesungguhnya tidak lepas dari gabungan subjek dan objek. Kebenaran ini ia sebut dengan kebenaran dasar yaitu ada hubungan antara subjek dan objek. Namun, hal ini juga dibantah, kebenaran dasar belum mencapai tingkat dijamin ilmiah. lantas jika kebenaran sifatnya relatif apa gunanya manusia berpengatahuan? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diingat kembali tentang teori pengetahuan. Teori- teori itu dapat menjadi acuan bagi kebenran ilmiah.
  • 6. Inti dari kebenaran ilmiah adalah penjelasan tentang objek seperti apa adanya tanpa ada pengaruh sedikitpun oleh keadaan subjek. Objek dijelaskan dibuktikan dengan nyata dalam keadaan tanpa ada manipulasi atau perubahan tanggapan dari subjek. Jika terjadi manipulasi maka hal ini jelas keluar dari koridor arti kebenaran bahwa pengetahuan tidak sesuai dengan keadaan objek, dan ini jelas terjadi kekeliruan yang jelas pengetahuan ini tidak dapat diterima. F. Teori Kebenaran dalam Bidang Ontologi, Epistomologi, dan Aksiologi a. Ontologi
  • 7. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui . jika pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Sedangkan yang dimaksud kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang sesuai dengan fakta dan mengandung isi pengetahuan. Untuk menentukan kepercayaan dari sesuatu yang dianggap benar, para filosof bersandar kepada tiga cara untuk menguji kebenaran yaitu koresponden (yakni persamaan dengan fakta), teori koherensi atau konsistensi dan teori pragmatis. Ketiga teori kebenran ini kelihatannya tidakbisa dipakai sebagai pedoman untuk mengukur kebenaran realitas sebagai objek materi pada filsafat ilmu pengetahuan karena masing-masing mempunyai titik kelemahan. Namun secara ontologis dan epistemologis tampaknya bisa memberikan jalan keluar bagi pemecahan persoalan yang muncul dalam realitas itu sendiri.karena ilmu pengetahuan mempunyai aspek yang etis maka teori koheren, korespondensi, dan pragmatis perlu dipertimbangkan secara berturut-turut dan bersamaan. Kebenaran adalah kesesuaian antara pengetahuan dengan objek. Pengetahuan yang tidak sesuai dengan objek pandang “keliru”. Objek adalah segala hal yang dapat diraba, disaksikan suatu yang menjadi kajian. Objek yang dikaji memiliki aspek yang banyak dan sulit disebutkan dengan serentak. Kenyataannya manusia(subjek) hanya mengetahui beberapa aspek dari objek. Kebenaran ilmiah menghendaki adanya pengetahuan dapat diterima, karena kebenaran ilmiah muncul melalui syarat-syarat ilmiah, metode ilmiah, didukung teori yang menunjang serta didasarkan kepada data empiris dan dapat dibuktikan. Sangat rasional jika kebenran yang semacam ini menghendaki adanya objek dikaji apa adanya tanpa campur tangan subjek.
  • 8. DAFTAR PUSTAKA Prof.Dr.Ir Soetriono,MP ; Dr.Ir SRDm Rita Hanafi,MP. (2007). Filsafat Ilmu Dan Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. http://www.afdhalilahi.com/2014/11/kebenaran-ilmiah.html https://ilmufilsafat.wordpress.com/category/teori-kebenaran-dalam-perspektif-filsafat-ilmu/ http://petualanganhana.blogspot.co.id/2015/04/teori-kebenaran-koherensi-korespondensi.html http://rizkie-library.blogspot.co.id/2015/12/teori-teori-kebenaran.html