Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Virus zoonotik seperti SARS-CoV-2 berasal dari hewan liar seperti kelelawar dan trenggiling, dan kelelawar merupakan sumber virus zoonotik paling penting yang perlu dimonitoring lebih lanjut karena potensi menular ke manusia. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami interaksi antarmanusia dan hewan reservoar virus agar dapat mencegah pan
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
ZOOVIRUS
1. .
Korona dan Tantangan
Virus Zoonotik
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Ketua, Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies
(CIVAS)
Ketua 2, Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia
(PB PDHI)
Webinar Cendekiawan Berdedikasi Kompas 2020 – 29 Juni 2020
2. Sumber penyakit zoonotik
Sumber: United Nations Environmental
Programme Frontiers 2016 Report
• Sekitar 60% dari semua penyakit
menular pada manusia adalah
penyakit zoonotik (zoonosis)
• 75% zoonosis adalah penyakit
menular baru muncul (emerging
infectious diseases/EID).
• Rata-rata satu penyakit menular
baru (new disease) muncul pada
manusia setiap 4 bulan.
• Banyak yang bersumber satwa
liar, tetapi ternak sering juga
bertindak sebagai jembatan
epidemiologi antara satwa liar
dan infeksi pada manusia.
3. Sumber zoonotik virus-virus korona
• Mutasi dan adaptasi telah mendorong ko-evolusi dari virus-
virus korona (CoV) dan inangnya, termasuk manusia,
selama ribuan tahun.
• Untuk ribuan tahun pula, CoV menyeberang pembatas
spesies secara konstan dan sebagian kecil muncul sebagai
patogen manusia yang penting.
• Sebelum 2003, ada dua virus korona manusia (HCoV) yang
diketahui menyebabkan penyakit ringan, seperti flu biasa.
• Dua infeksi HCoV tersebut adalah zoonosis yang
bersumber dari kelelawar dan rodensia.
• Sebagian besar keberadaan HCoV di kelelawar dan
rodensia sifatnya tidak patogen.
Sumber: Ye Z-W. et al. Int. J. Biol. Sci. 2020, Vol. 16
4. Epidemi virus korona zoonotik
Virus (Penyakit) Sumber Virus Inang perantara Hospes
Manusia
Musang
Unta
Trenggiling (?)
Sumber: Kadkodkar et al. (2020). Cureus 12(4): e7560.
5. Sumber virus SARS-CoV-2 (?)
• Virus korona kelelawar (bat-CoV-RaTG13), diisolasi dari
Yunnan, China, dan seluruh sekuens genom virus
menunjukkan 96,2% identik dengan SARS-CoV-2.
• Virus korona lain diisolasi dari trenggiling Malaya, dan
seluruh sekuens genom virus korona trenggiling (pangolin-
CoV) adalah 91,02% identik dengan SARS-CoV-2 dan
90,55% identik dengan bat-CoV-RaTG13.
• Meskipun sekuens genom bat-CoV-RaTG13 adalah yang
paling dekat dengan SARS-CoV-2 (kesamaan 96,2%),
domain pengikat reseptor (receptor-binding domain) dari
protein paku dari pangolin-CoV lebih mirip dengan SARS-
CoV-2 daripada dengan bat-CoV-RaTG13.
Sumber Anand K.B. et al. SARS-CoV-2: Camazotz's Curse. Medical Journal Armed
Forces India (2020),136-142.
6. Inang perantara SARS-CoV-2
• Inang perantara SARS-CoV-2 masih tetap perlu diteliti,
meskipun SARS-CoV-2 memiliki 96,2% kesamaan dengan
virus kelelawar (bat-CoV RaTG13).
• SARS-CoV-2 kesamaannya lebih jauh dengan SARS-CoV
(79%) dan MERS-CoV (50%).
• Sejumlah studi melaporkan bahwa ular, cerpelai (mink)
dan trenggiling kemungkinan dapat berpotensi sebagai
inang perantara untuk SARS-CoV-2.
• Penelitian terbaru menunjukkan berdasarkan analisis
filogenetik bahwa SARS-CoV-2 ditularkan dari kelelawar
ke manusia melalui trenggiling (Zhang C. et al., 2020).
Sumber: Chen N. The Veterinary record, May 2020; Raza S. et al. Preprints, 2 May 2020.
7. Kasus uji (+) COVID-19 pada hewan
Jenis hewan Waktu Negara Jumlah (ekor) Uji (+)
Anjing 9 Feb/Mar 2020 Hong Kong 2 +
Kucing 28 Maret 2020 Belgia 1 +
Harimau 6 April 2020 Amerika Serikat 1 +
Singa 17 April 2020 Amerika Serikat 1 +
Kucing 22 April 2020 Amerika Serikat 2 +
Cerpelai 26 April 2020 Belanda 2 peternakan +
Kucing 2 Mei 2020 Perancis 2 +
Kucing 11 Mei 2020 Spanyol 1 +
Kucing 13 Mei 2020 Jerman 1 +
Kucing 26 Mei 2020 Rusia 1 +
Anjing 3 Juni 2020 Amerika Serikat 1 +
Cerpelai 17 Juni 2020 Denmark 1 peternakan +
Sumber: OIE Reports; ProMED-mail (2020)
8. Mengapa SARS-CoV-2 melompati
hambatan spesies secara mudah?
• Epidemiologi, virulogi dan genetik
dari virus-virus korona, terutama
kemampuannya untuk melintas
hambatan spesies dengan mudah,
menyiratkan bahwa kontaminasi
hewan peliharaan oleh pemilik
hewan yang sakit karena COVID-19
bukan hanya mungkin, tetapi
Sumber: One Health. ScienceDirect. The risk of SARS-CoV-2 transmission
to pets and other wild and domestic animals strongly mandates a one-health
strategy to control the COVID-19 pandemic.
sudah dapat diprediksi mengingat berbagai kesempatan bagi
virus melompat keluar (spill-over) selama berlangsungnya
suatu wabah yang begitu masif dengan beban virus (virus
load) yang tinggi, seperti halnya pandemi COVID-19.
9. Penyakit virus zoonotik di
Indonesia (s/d 2020)
Nama penyakit Zoonotik Sejarah kasus Surveilans
West Nile Virus (WNV) Burung, kuda Sangat terbatas Tidak ada
Japanese encephalitis (JEV) Nyamuk, babi Terbatas Jarang
Rabies (RABV) Anjing, kucing,
kera, kelelawar
Tinggi (endemik) Ada
Hantavirus (HV) Rodensia (tikus) Sangat rendah Tidak ada
Avian influenza (AI) Unggas, burung
migran
Endemik Ada
SARS (SARS-CoV) Kelelawar, musang Tidak ada lagi Tidak ada
Zika virus Nyamuk, kera Jarang sekali Tidak ada
Indonesia memliki populasi yang besar dan terus bertumbuh yang
dapat menjadi reservoir infeksi virus zoonotik, seperti unggas,
rodensia, burung liar, anjing, babi dan kera.
Sumber: de Jong W, et al. (2018). Critical Reviews in Microbiology, 44:4, 487-503.
10. Potensi virus-virus zoonotik asal
kelelawar (belum ada di Indonesia)
• Virus-virus asal kelelawar (bat-borne viruses) telah
diidentifikasi sebagai sumber wabah penyakit pada
manusia yang semakin meningkat di dekade ini.
• Sebagai contoh:
– virus Nipah (NiV) di Malaysia dan Bangladesh;
– virus Hendra (HeV) di Australia;
– virus Ebola (EBOV) dan virus Marburg (MARV) di Afrika;
– virus Crimean-Congo haemorrhagic fever (CCHF) di Afrika.
• Kelelawar juga dikaitkan dengan wabah yang lebih
belakangan terjadi yaitu Middle East respiratory syndrome
coronavirus (MERS-CoV) di Timur Tengah.
Sumber: Simons R.R.L. et al. Potential for Introduction of Bat-Borne Zoonotic
Viruses into the EU: A Review. Viruses. 2014 May; 6(5): 2084–2121.
11. Kelelawar: sumber virus
zoonotik yang paling penting
• Kelelawar adalah kelompok mamalia purba yang heterogen
dan penting secara ekologis, mewakili hampir seperempat
dari semua keragaman mamalia di bumi.
• Kelelawar dengan sekitar 1.300 spesies terdistribusi secara
sangat luas di seluruh dunia, didapatkan di semua benua,
kecuali Antartika.
• Lebih dari 200 virus baru telah teridentifikasi pada kelelawar
dan sekitar 35% dari virus-virus tersebut adalah virus korona
(Chen et al., 2014).
• Negara kepulauan Indonesia adalah rumah bagi sekitar 175
spesies kelelawar.
• Sekitar 62 spesies kelelawar di dunia ditemukan di Sulawesi
(Heinrichs et al., 1997).
12. Data virus asal kelelawar
• Sebagian besar data (31,2%) dimiliki Asia, melebihi Amerika Utara dan
Afrika, diikuti Eropa dan Amerika Selatan (Gambar A)
• China berkontribusi paling besar di Asia (hampir 60%), diikuti dengan
Vietnam dan Thailand. Negara-negara lainnya, termasuk Indonesia,
berkontribusi di bawah 5% (Gambar B).
Oceania,
1.9%
Asia, 31.2%
Amerika
Utara, 24.3%
Afrika, 17.9%
Eropa, 12.2%
Amerika
Selatan, 11.8%
Tidak
diklasifikasi,
0.6%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
A B
Database of Bat-associated Viruses
http://www.mgc.ac.cn/cgi-bin/DBatVir/main.cgi
13. Pemetaan global potensi
kontak manusia dan kelelawar
• Peta dibuat dengan menganalisa data penyakit secara global yang
dipublikasikan tahun 1900-2013 terhadap 33 virus-virus zoonotik
kelelawar yang berbeda yang ditemukan pada 150 spesies kelelawar.
• Afrika Barat, Afrika Sub-Sahara, dan Asia Tenggara adalah wilayah
paling tinggi risikonya untuk penyakit baru muncul melompat ke manusia.
Sumber: Brierley L.
et al. The American
Naturalist 187, no.
2 (February 2016):
E53-E64.
14. Virus potensi zoonotik di Indonesia
Virus Jenis kelelawar Lokasi Referensi
Korona Pteropus alecto Gorontalo Febriani W.D. et al. (2018)
Nipah Pteropus vampyrus Sumatera Utara Sendow I. et al. (2013)
Paramyxo
(henipa dan
rubula)
Pteropus vampyrus Jawa Barat
Sasaki M. et al. (2012)Pteropus hypomelanus Gorontalo
Acerodon celebensis Gorontalo
Korona Dobsonia moluccensis Maluku Anindita P.D. et al. (2015)
Herpes Pteropus vampyrus
Pteropus sp.
Dobsonia moluccensis
Acerodon celebensi
Beberapa
kabupaten di
Indonesia
Wada Y. et al. (2018)
Henipa Pteropus vampyrus Medan, Jakarta Sendow I. et al. (2006)
Nipah Pteropus vampyrus Kalimantan Barat Sendow I. et al. (2010)
Kelewar adalah reservoir penting dari virus-virus zoonotik
15. Tautan zoonotik SARS-CoV-2
Sumber: Tiwari R. et al. (2020). COVID-19:
animals, veterinary and zoonotic links,
Veterinary Quarterly, 40:1, 169-182.
Penelitian terbaru
memperlihatkan
bahwa kucing
dan ferret dapat
terinfeksi dengan
SARS-CoV-2
secara efisien
(Shi J. et al., 2020)
16. Tantangan saat ini & ke depan
• Tantangan yang dihadapi saat ini adalah kita hanya punya
informasi awal dan tidak lengkap mengenai COVID-19
pada sumber hewannya, mengingat pentingnya dan
urgensinya kita fokus kepada respon kesehatan masyarakat
untuk menghentikan wabah sesegera mungkin.
• Tantangan ke depan menghadapi pandemi berikutnya adalah:
– Bagaimana kita mengantisipasi semakin berkurangnya habitat
satwa liar dan meningkatnya peluang kontak antara satwa liar
(seperti kelelawar, rodensia dan burung) dan manusia sebagai
dampak dari deforestasi, urbanisasi dan perburuan satwa liar.
– Bagaimana kita mengantisipasi kontak dekat antara manusia
dengan hewan-hewan yang berbeda, terutama yang dijual di
pasar-pasar basah yang menciptakan situasi yang optimal untuk
virus zoonotik melompat antarspesies dan beradaptasi ke manusia.
17. Bagaimana arah penelitian
penyakit zoonotik ke depan?
• Studi-studi lebih lanjut secara cepat harus dilakukan untuk
memahami lebih baik risiko kontaminasi hewan
peliharaan dari manusia, begitu juga risiko hewan
peliharaan/diternakkan menjadi sumber infeksi ke
manusia.
• Studi-studi ekstensif tetap diperlukan untuk memperbaiki
pemahaman mengenai interaksi kelelawar – manusia
dalam upaya untuk merancang tindakan-tindakan
pengendalian baru di masa depan.
• Strategi surveilans dan monitoring wabah penyakit di
populasi kelelawar perlu dikembangkan lebih lanjut, terutama
di wilayah-wilayah Indonesia dimana interaksi hewan dan
manusia berdekatan.