Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang implementasi etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik di Indonesia serta tantangan-tantangannya.
2. Dibahas pula berbagai teori etika seperti utilitarianisme, deontologi, dan keutamaan yang dapat diterapkan dalam bisnis.
3. Faktor-faktor seperti sistem penghargaan, budaya organisasi, dan karakter personal mempengaruhi keputusan
Implementasi Philosophical Ethics dan Business di Indonesia
1. Nama : Nadiatur Rakhma
NIM : 55117110011
Dosen : Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM,CMA
Mata Kuliah : Business Ethic and Good Governance
1. Implementasi Philosophical Ethics and Business di Indonesia dan kaitannya
dengan Business Ethics dan Good Governance (GCG dan GGG).
Implementasi “Philosophical Ethics and Business” di Indonesia saat ini masih jauh
dari kata "sempurna" karena banyaknya prinsip-prinsip Business Ethics dan
Good Coorporate Governance yang belum diterapkan.
Pelaksanaan prinsip-prinsip etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan
beberapa masalah dan kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala
tersebut yaitu:
1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di
antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan
mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan,
ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan
keuangan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik
kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi
yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang
hendak dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan
praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau
antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-
orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal karena
mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh
banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu
sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi
2. kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan
usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan
spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa
menghiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah di
pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di
pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis
menegakkan norma-norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode
etik bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi
perusahaan di bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan
penegakkan kode etik bisnis dan manajemen. Di Amerika Serikat terdapat
sebuah badan independen yang berfungsi sebagai badan register akreditasi
perusahaan, yaitu American Society for Quality Control (ASQC).
Namun perubahan nilai-nilai masyarakat dan tuntutan terhadap dunia bisnis
mengakibatkan adanya kebutuhan yang makin meningkat terhadap standar
etika sebagai bagian dari kebijakan bisnis ditambah adanya alasan
meningkatnya perhatian dunia usaha terhadap etika bisnis yaitu:
1. Krisis publik tentang kepercayaan
2. Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja
3. Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis
4. Kekuatan kelompok pemerhati khusus
5. Peran media dan publisitas
6. Perubahan format organisasi dan etika perusahaan
Oleh karena itu perusahaan harus memerhatikan dan mengimplementasikan
prinsip-prinsip business ethnic bukan hanhya dalam teori melainkan juga
dalam kerja nyata.
3. 2. Resume dan rekomendasi Philosophical Ethics and Busines
1. Teori Etika dapat membantu kita untuk menilai keputusan etis, secara konkret
teori etika sering difokuskan pada perbuatan baik dan buruk. (dari Sudut
Moral), dan juga dapat membantu memecahkan masalah dilema etika.
A. Utilitarisme
Menurut teori ini suatu perbuatan dikatakan baik jika membawa manfaat,
bukan hanya manfaat untuk satu atau dua orang saja, melainkan juga
untuk masyarakat keseluruhan.
Teori ini menekankan pentingnya konsekuensi perbuatan dalam menilai
baik buruknya. Hubungan paham utilitarisme dengan bisnis yaitu menurut
paham utilitarisme bisnis dikatakan etisapabila kegiatan yang
dilakukannya dapat memberikan manfaat yang besar pada konsumen &
masyarakat.
Ada 2 macam Utilitarisme yaitu :
2. Utilitarisme perbuatan
Prinsip dasar utilitarisme diterapkan pada perbuatan (kualitas moral
suatu perbuatan)
3. Utilitarisme aturan
Prinsip dasar Utilitarisme diterapkan/dilihat dari aturan moral bersama
dalam masyarakat (dijadikan pegangan)
B. 1. Deontology (Rights and Duties)
Pada konsep ini yang menjadi dasar bagi baik dan buruknya perbuatan
adalah kewajiban.
4. Perbedaan konsep Deontology dengan konsep Utilitarisme adalah jika
pada Utilitarisme mementingkan konsekuensi perbuatan, sedangkan
pada deontology, perbuatan tidak berperan sama sekali.
2. Teori Hak
Teori hak merupakan satu aspek dari teori deontology karena hak
berkaitan dengan kewajiban. Menurut teori hak perbuatan adalah baik
jika sesuai dengan hak manusia.
C. Teori Keutamaan (Virtue)
Menekankan pada sikap atau akhlak seseorang, hidup yang baik adalah
hidup menurut keutamaan, ada banyak keutamaan dan keutamaan tidak
sama pentingnya untuk setiap orang atau setiap bidang kegiatan.
Ada 4 keutamaan :
a. Kejujuran
b. Keadilan
c. Kepercayaan
d. Keuletan
Keutamaan lain yang perlu diterapkan dalam aktivitas bisnis diantaranya:
a. Keramahan
b. Loyalitas
c. Kehormatan
d. Rasa malu.
Walaupun setiap teori menekankan aspek yang berbeda tentang moral,
akan tetapi teori-teori tsb, memiliki beberapa persamaan khususnya yang
berfokus tentang apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan.
5. Didalam bisnis, ada banyak faktor yang mempengaruhi seorang pembuat
keputusan dalam membuat keputusan yang benar.
Faktor-faktor tersebut dikelompokan menjadi kendala organisasional dan
karakter personal. Kendala organisasional meliputi : system reward,
budaya organisasi, sifat manajemen puncak dalam perusahaan tsb, orang
akan melakukan pekerjaan sesuai dengan upah yang diterimanya, jika
system reward meningkatkan keraguan atau menurunkan semangat
untuk melakukan diskusi etis tentang tindakan yang dianjurkan, maka
karyawan tidak akan mempertimbangkan faktor etika dalam pembuatan
keputusan.
Nilai organisasi mempengaruhi perilaku karyawan dan Manajer Senior,
jika karyawan mengetahui bahwa perusahaan memilih atau mendukung
konsumen yang melakukan tindakan tidak etis namun Dewan Direktur
menunjukan tingkah laku yang “Bossy” maka karyawan junior akan
berfikir bahwa etika dan melakukan tindakan yang benar adalah tidak
penting dalam bisnis.
Karakteristik Personal mempengaruhi apa yang sebenarnya dianggap
benar misalnya terkait dengan pemahaman bisnis yang menyesatkan,
komitmen yang berlebihan terhadap perusahaan dan ketidak dewasaan
etika. Beberapa karyawan memliki pemikiran yang keliru yaitu tujuan
bisnis adalah hanya untuk mendapatkan laba.