SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Etika dan Pengambilan Keputusan
Untuk memahami peran etika di dalam lingkungan bisnis, kita perlu menggunakan etika dalam proses pengambilan keputusan.
Banyak faktor yang diduga mempengaruhi dimensi etika bisnis. Beberapa faktor bersifat pribadi, bervariasi pada individu peng ambil
keputusan dan yang lain berdasarkan organisasi. Seringkali, faktor-faktor dapat berinteraksi untuk merubah hasil. Dalam bab ini, kita
memeriksa faktor-faktor yang dipercaya mempengaruhi keputusan bisnis. Kita menarik pada literatur empiris yang dibah as dalam bab
5. Meskipun tidak memasukkan semua faktor yang relevan, penulis telah menyertakan semua faktor sesuai dengan literatur empiris
yang terkait dengan dimensi etika pengambilan keputusan.
Sementara sebagian besar diskusi dalam bab ini dapat diterapkan untuk pengambilan keputusan secara umum, tujuannya
adalah untuk memperjelas peran etika dalam proses pengambilan keputusan. Kita melihat etika sebagai salah satu dari sejumlah
dimensi proses pengambilan keputusan. Komponen etika tidak akan berperan ketika tidak ada masalah moral yang terkait dengan
keputusan, tetapi akan menjadi relevan ketika ada masalah moral di dalamnya.
Diskusi ini dapat diterapkan untuk membuat keputusan di berbagai disiplin bisnis. Masalah etika yang teraktual ditemui oleh
pembuat keputusan yang ditentukan oleh jenis posisinya di dalam manajemen. Contoh, masalah etis yang dihadapi manajer keuanga n
kemungkinan berbeda dengan masalah yang dihadapi manajer marketing. Manajer dengan tingkat yang lebih tinggi akan menghadapi
masalah etika strategis, sedangkan manajer tingkat lebih rendah mungkin akan menghadapi masalah etika taktis. Ada bukti yang
menunjukkan bahwa jenis masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan dapat mempengaruhi kualitas etis dari keputus an tersebut.
Namun, proses keputusan yang mendasari tampaknya menjadi umum untuk semua masalah.
Diskusi berkembang dari model proses keputusan ditunjukkan pada gambar 4.1. Model ini menyediakan sebuah struktur untuk
mengatur pikiran kita dan menyoroti hubungan yang telah terbukti secara empiris ada atau diyakini ada. Fitur utama meliputi personal
traits, organizational traits, dan decision process. Organizational traits, dan decision process ada dalambudaya organisasi. Pertama,
kita mulai membahas dengan ciri kepribadian dari individu pembuat keputusan.
Ciri Kepribadian
Keputusan bisnis dibuat oleh individu atau komite-komite, sehingga etika bisnis dalam realitas adalah etika dari individu-
individu yang membentuk bisnis. Faktor-faktor yang mempengaruhi etika seseorang : nilai pribadi, tahap-tahap perkembangan moral
dan persetujuan moral seperti gambar 4.1. Seperti yang akan kita lihat nanti, perilaku etis juga dipengaruhi oleh ciri-ciri organisasi dan
proses pengambilan keputusan yang terjadi di dalam budaya organisasi.
Values
Etika terungkap melalui perilaku pembuat keputusan ketika memecahkan masalah bisnis yang muncul dari lingkungan.
Seperti perilaku yang berkembang dari kondisi lingkungan yang bermasalah. Sikap individu didasarkan pada sistem nilai pribadi dari
pengambil keputusan. Dengan demikian, yang mendasari perilaku adalah nilai-nilai dari pengambilan keputusan etis. Nilai adalah
kepercayaan yang mendasari seseorang bertindak. Milton Rokeach berpendapat bahwa nilai adalah keyakinan preskriptif. Dengan
demikian, nilai-nilai etika adalah keyakinan preskriptif tentang apa yang “benar” dan “salah”.
 Jenis-Jenis Nilai
Pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa pengaruh awal pada pengambilan keputusan berasal dari nilai-nilai pribadi pembuat
keputusan berlaku. Menurut Rokeach, nilai dibagi menjadi 2 yakni :
1. Nilai terminal, mengacu pada keyakinan atau konsepsi tentang tujuan akhir atau hasil akhir yang diinginkan (misalnya
kehidupan yang nyaman sejahtera).
2. Nilai instrumental, mengacu pada keyakinan atau konsepsi keinginan dari mode perilaku yang instrumental bagi tujuan yang
diinginkan. (misalnya, ambisi bekerja keras, bercita-cita).
Nilai-nilai terminal dan instrumental digunakan oleh Rokeach ditunjukkan dalam tabel 4.1.
Meskipun nilai-nilai pribadi seseorang pembuat keputusan memberikan dasar-dasar untuk keputusan etis dalam kehidupan
pribadi, dalam kehidupan profesional nilai-nilai pribadi dimediasi oleh kekuatan orang lain di dalam struktur organisasi yang dapat
mengubah peran yang dimainkan oleh nilai-nilai pribadi dalam pengambilan keputusan. Filsuf melihat perbedaan secara jelas dalam
dua peran keputusan yang berbeda sebagai etika pribadi dan umum.
 Nilai Pribadi Moderator
Tiga sifat pribadi timbul untuk bertindak dari nilai-nilai pribadi seseorang sebagai moderator dalam pengambilan keputusan
kegiatan. Ketiga sifat tersebut yakni :
1. Kekuatan ego. Merupakan istilah lain untuk tingkat kepercayaan diri dan dikaitkan dengan keyakinan pribadi. Seseorang
dengan kekuatan ego yang tinggi diharapkan lebih mengandalkan nilai-nilai pribadinya sendiri, meyakini apa yang benar dan
salah serta tidak dipengaruhi oleh orang lain. Dengan demikian keputusan terkait dimensi etika pada organisasi, kurang
berpengaruh pada individu dengan kekuatan ego yang tinggi daripada individu dengan kekuatan ego yang lebih rendah.
2. Field dependence. Individu dengan dependensi tinggi cenderung menggunakan informasi yang lebih besar yang diberikan
oleh orang lain untuk memperjelas masalah ketika berada dalam keadaan yang ambigu. Orang-orang dengan field
independence cenderung mengandalkan informasi yang mereka miliki atau informasi yang mereka kembangkan.
Masalah etika seringkali menimbulkan dilema etika. Dalam konteks organisasi, orang-orang dengan field dependence
kemungkinan akan dipengaruhi untuk tingkat yang lebih besar oleh orang-orang dalam organisasi karena mereka bergulat dengan
masalah etika sulit. Hal ini disebabkan mereka menerima dan menggunakan informasi yang diberikan oleh o rang lain dalam organisasi
dalam proses pengambilan keputusan mereka. Dengan demikian, keputusan mereka cenderung menyimpang dari keputusan serupa
mereka akan membuat luar organisasi ketika mereka tidak memiliki akses ke informasi yang lain.
Seseorang dengan field independent cenderung untuk membatasi informasi yang mereka gunakan dalam membuat keputusan
dengan informasi yang mereka miliki. Informasi yang baik telah dikumpulkan sebelumnya atau dikumpulkan okleh individu untuk
membantu menyelesaikan masalah etis yang sulit. Keputusan yang dibuat oleh bidang independen individu lebih cenderung
didasarkan pada nilai-nilai pribadi mereka dan cenderung kurang menyimpang dari keputusan serupa mereka akan membuat luar
organisasi.
3. Locus of control
Mencerminkan pemahaman individu dari kontro ia memiliki lebih dari peristiwa kehidupan. “eksternal” percaya bahwa peristiwa
dikendalikan oleh takdir, nasib dan keberuntungan. Internal lebih cenderung merasa tanggung jawab untuk hasil dan dengan demikian
lebih cenderung mengandalkan nilai-nilai pribadi dan keyakinan perilaku benar dan salah untuk membimbing. internal” percaya hal
kehidupan dikendalikan oleh tindakan sendiri. Sebuah eksternal cenderung tidak merasa tanggungjawab pribadi atas konsekuensi dari
perilaku dan dengan demikian lebih cenderung dipengaruhi oleh kekuatan di dalam organisasi.
Singkatnya sejauh mana perilaku pembuat keputusan mencerminkan nilai-nilai pribadi tergantung sampai batas tertentu pada
kekuatan ego, field dependece, dan locus of control. Perilaku individu A, memiliki kekuatan ego yang tinggi, field dependece, dan
locus of control, kemungkinan mencerminkan nilai-nilai pribadi orang tersebut. Perilaku individu B, memiliki kekuatan ego yang
rendah, field dependece, dan locus of control field dependece, dan locus of control eksternal, kemungkinan akan tidak berkaitan
dengan nilai-nilai pribadi orang tersebut. Jadi, kekuatan organisasi memiliki efek mediasi jauh lebih kecil pada nilai-nilai pribadi A
daripada nilai-nilai pribadi B dalam proses keputusan.
Tahap Perkembangan Moral
Lawrence Kohlberg mendokumetasikan 6 tahapan perkembangan moral selama studinya 20 tahun dari American boys. Menurut
Kohlberg, perilaku yang benar untuk anak muda ditentukan oleh aturan eksternal dan standar. Sebagai anak dewasa, bimbingan
perilaku yang benar secara bertahap berkembang untuk pengendalian internal. Kohlberg mengkategorikan tahap perkembangan moral
menjadi tiga tingkatan :
1. Preconventional.
Tahap 1 : hak ditentukan oleh konsekuensi fisik. Tindakan benar diambil untuk menghindari hukuman.
hap 2 : tindakan yang melayani kebutuhan seseorang
2. Konvensional
Tahap 3 : tindakan yang mendapatkan persetujuan dari orang lain
Tahap 4 : tindakan yang mematuhi hukuman dan otoritas
3. Postconventional
Tahap 5 : lima tindakan yang diambil untuk mematuhi kontral sosial
Tahap 6 : tindakan didukung oleh prinsip-prinsip universal.
Tahapan perkembangan moral dari Kohlberg memberikan alasan untuk tindakan secara moral benar. Seperti terlihat pada tabel
4.2, dasar pemikiran ini bergerak dari diri berpusat kepada kelompok-berpusat untuk berprinsip. Secara filosofis, penalaran berprinsip
lebih disukai. Namun, semua enam tahapan memberikan alasan untuk tindakan moral. hal ini menggoda untuk berendapat bahwa
idnividu pada tahapan pembangunan yang lebih tinggi cenderung untuk membuat keputusan etis daripada orang pada tahapan yang
lebih rendah. Namun, data dicamput. Pada titik ini, seseorang harus puas hanya dengan yang mampu mengidentifikasi tahap diman a
pembuat alasan keputusan.
Persetujuan Moral
“..adalah keinginan untuk menghindari ketidaksetujuan moral..” Thomas Jones dan Lory Vestegen berpendapat bahwa manusia
memiliki kebutuhan moral yang bersifat biologis, sosial, perkembangan atau agama. Ini memotivasi individu untuk mempe roleh
persetujuan moral dari orang lain dan atau diri sendiri, atau setidaknya untuk menghindari ketidaksetujuan moral. Teori perse tujuan
moral didasarkan pada 4 komponen dari suatu tindakan :
1. Besarnya konsekuensi
2. Kepastian kejahatan
3. Tingkat keterlibatan
4. Tingkat tekanan untuk memenuhi. (lihat table 4.3)
Besarnya konsekuensi dari suatu tindakan adalah jumlah dari semua kerugian dan atau manfaat yang terkait dengan tindakan
tersebut. Semakin besar kerugian bersih yang terkait dengan tindakan, semakin besar tanggungjawab moral aktor.
Tingkat ambiguitas moral dalam situasi ini disebut sebagai kepastian kejahatan. Tanggungjawab moral individu lebih besar ketika
tindakan ini jelas tidak bermoral daripada secara moral ambigu.
Tingkat keterlibatan menggambarkan tingkat keterlibatan pribadi yang gagal untuk mencegah tindakan tidak bermoral. Tanggung
jawab moral individu secara langsung berkaitan dengan keterlibatan dalam bertindak. Johnson & johnson telah terlibat dalam
keracunan tylenol.
Akhirnya tingkat tekanan untuk memenuhi mengacu pada derajat kebebasan individu ketika terlibat dalam tindakan tidak
bermoral. Semakin besar kebebasan, semakin besar tanggung jawab moral. Tekanan eksternal untuk melakukan tindakan meringankan
tanggung jawab moral. Tekanan eksternal dapat berupa tekanan ekonomi, fisik atau psikologis.
Menurut teori persetujuan moral, tanggungjawab moral yang tinggi cenderung berhubungan dengan tindakan moral karena
keinginan pada pengambil keputusan untuk dilihat sebagai moral orang baik. Ketika tanggungjawab moral rendah, resiko yang dinilai
tidak bermoral adalah sedikit, dan dengan demikian motivasi untuk bertindak secara moral berkurang. Perilaku tidak etis jauh lebih
mungkin ketika tanggungjawab moral yang dirasakan adalah rendah. Jones dan Verstegen berpendapat bahwa orang merespon paling
etis resikonya tinggi, tindakan yang dianggap tidak bermoral, mereka terlibat erat dengan keputusan dan tidak ada tekanan unt uk
bertindak.
Ciri-ciri pribadi yang telah dibahas sebelumnya menggambarkan sebuah mos aik rumit dari faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambil keputusan. Nilai mewakili keyakinan dasar yang mendasari tindakan seseorang. Kekuatan ego, field dependence, dan locus
of control semuanya mewakili berbagai hubungan dengan lingkungan yang mempengaruhi sejauh mana individu akan bergantung
pada nilai-nilai pribadi dalam pengambilan keputusan. Tahapan pengembangan menggambarkan jenis pemikiran yang digunakan
untuk memilih tindakan. Persetujuan moral mencirikan kebutuhan internal untuk mendapatkan persetujuan. Masing-masing sifat
mungkin mendukung baik perilaku etis atau tidak etis.
Stakeholder
Kelompok-kelompok dan individu baik internal dan eksternal untuk perusahaan yang dapat mempengaruhi atau yang
dipengaruhi oleh organisasi, juga memiliki peran dalam etika proses pengambilan keputusan. Peer tidak terbatas pada individu dalam
organisasi. Mereka mungkin bekerja untuk organisasi yang saling melengkapi (iklan manajer kantor), untuk organisasi bersaing
(tenaga penjualan pesaing) dan sebagainya. Selain itu, stakeholder lain seperti pemegang saham, karyawan, badan pengatur (misal
Federal Trade Commission), kelompok kepentingan umum, pesaing dan pemasok dapat memberikan pengaruh pada pembuat
keputusan yang akan mempengaruhi aspek etika dari keputusan..
Stakeholder mempengaruhi keputusan baik etis dan tidak etis. Misalnya komisi sekuritas dan bursa memberlakukan aturan
terhadap insider trading dan kontribusi kampanye perusahaan dan dengan demikian mempromosikan pengambilan keputusan etis.
Seorang pemasok mungkin menawarkan keuntungan pribadi yang signifikan terhadap pengambil keputusan apabila pengambil
keputusan perusahaan untuk melakukan kontrak dengan pemasok, sehingga mempromosikan pengambilan keputusan etis.
Budaya Organisasi
Budaya organisasi dapat disebut sebagai seperangkat asumsi, keyakinan, dan nilai-nilai yang telah dikembangkan dalam
organisasi untuk menghadapi lingkungan eksternal dan internal dan yang diteruskan kepada anggota baru untuk memandu tindakan
mereka dalam lingkungan ini. Budaya memiliki beberapa fungsi penting yakni:
1. Memberikan rasa identitas di antara anggota organisasi
2. Mempromosikan komitmen anggota untuk sesuatu yang lebih besar dari diri (bagi organisasi)
3. Memberikan stabilitas dari sistem sosial organisasi
4. Menyediakan dasar pemikiran dan arah perilaku.
Hewlett Packard (HP) telah dikenal karena budaya yang kuat, yang didasarkan pada filosofi bisnis sering disebut sebagai "HP
way" Cara HP mencakup seperangkat nilai-nilai organisasi yang menjadi pondasi dari budaya perusahaan . Nilai-nilai yang dianut
meliputi :
1. Kepercayaan dan rasa hormat bagi individu
2. Fokus pada tingkat tinggi prestasi dan kontribusi
3. Melakukan bisnis dengan integritas total
4. Mencapai tujuan bersama melalui kerja sama tim
5. Mendorong fleksibilitas dan inovasi
Praktik manajemen tertentu menjadi terkait dengan cara HP. Teknik ini, disukai oleh pendiri HP dan banyak dari manajernya,
yang secara resmi diakui "... dalam presentasi oleh John Doyle (mantan wakil presiden eksekutif untuk pengembangan bisnis) di mana
dia mengatakan kepada sekelompok manajer HP untuk menjaga informasi dan untuk mengelola keceerdasan mereka tanpa perlu
mendapatkan gelar MBA. Kepedulian perusahaan bagi karyawan yang ditunjukkan dalam cerita seperti yang d iceritakan oleh Bill
Hawlett tentang seorang karyawan awal yang dipaksa untuk mengambil cuti dua tahun absen akibat tertular TBC."Di sini kami
memiliki kesempatan untuk mengamati dampak buruknya pada keluarganya. Akibatnya, kami menyelenggarakan program as uransi
kesehatan untuk bencana untuk melindungi karyawan kami .." cerita seperti ini, bersama-sama dengan dia tindakan manajemen dan
rekan-rekan , dengan cepat berkenalan karyawan baru dengan budaya HP.
Budaya dalam model kami berfungsi sebagai perekat organisasi dalam identitas dan tindakan secara umum. Hal ini
mempengaruhi pikiran dan perasaan pembuat keputusan dan memberikan panduan bagi perilaku. Hal ini diwujudkan dalam norma -
norma, upacara, legenda, mitos, dan ritual dalam organisasi. Pemahaman tentang budaya korporasi harus membantu menjelaskan
respon pengambil keputusan terhadap berbagai rangsangan yang terjadi selama proses pengambilan keputusan.
Budaya dicirikan terbuka dan demokratis, dapat mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab. Delegasi di lipatan kesempatan
yang lebih rendah tingkat pengambil keputusan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan etis. Namun, kesempatan itu bisa
berkurang jika nilai-nilai bersama tentang budaya kerja terhadap perilaku moral dipertanyakan. Sebaliknya, kebudayaan yang lebih
otokratis dengan nilai-nilai moral permisif dapat mengakibatkan tingkat yang lebih rendah dari perilaku etis.
Sifat Organisasi
Aspek khusus dari budaya organisasi meningkatkan pemahaman kita tentang pengambilan keputusan etis. Di antaranya
adalah iklim organisasi dan tujuan organisasi.
Iklim Organisasi
Iklim organisasi atau suasana dapat dianggap ".... sebagai bersama dan abadi. Benjamin Schneider berpendapat bahwa pada
kenyataannya, iklim organisasi banyak. Diskusi kita terbatas pada iklim etika, meskipun iklim lain telah banyak dipelajari. Ini
termasuk otonomi / kontrol, tingkat struktur, sifat penghargaan, pertimbangan, kehangatan, dan dukungan.
Iklim Etika
Bart Victor dan John Culen percaya bahwa sembilan iklim etika yang ditunjukkan dalam tabel 4.4 mungkin ada dalam
organisasi. Iklim tertentu tergantung pada kriteria etis dan tingkat referensi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah (un tuk
diskusi yang lebih lengkap dapat dilihat pada bab 5). Sembilan iklim diidentifikasi sebagai kepentingan pribadi, kepentingan
perusahaan, efisiensi, persahabatan, tanggung jawab sosial, moralitas pribadi, peraturan dan prosedur operasi, dan hukum dan kode
profesional. Dalam suatu perusahaan, mungkin terdapat lebih dari satu iklimetika. Sebagai contoh, unit geografis atau organisasi yang
berbeda mungkin memiliki iklim yang berbeda. Iklim etika dalam suatu unit organisasi mungkin memiliki dampak yang kuat pada
pengambil keputusan dari masalah bisnis.
Ada kesepakatan dalam literatur empiris bahwa hubungan pengambil keputusan untuk atasan dan bawahan akan
mempengaruhi dimensi etis dari keputusan. Efek ini dapat diharapkan berbeda tergantung pada iklim etika dalam hubungan yang a da.
Misalnya, efek dalam iklim kepentingan pribadi mungkin akan jauh lebih sedikit daripada iklim di tim.
Asosiasi diferensial
Satu dimensi dari hubungan pengambil keputusan melibatkan sejauh mana anggota asosiasi organisasi berhubungan satu
sama lain. Edwin Sutherland dan Donald C mengembangkan teori diferensial asosiasi, yang menyatakan bahwa seseorang cenderung
untuk mengadopsi perilaku dan kepercayaan dari teman mereka sesuai dengan kontak dengan individu. Jadi, perilaku dan keyakina n
seorang manajer cenderung lebih dekat dengan rekan-rekan di divisinya daripada rekan-rekan di departemen lain atau divisi.
Konfigurasi Peran
Dimensi kedua dari hubungan melibatkan peran yang sebenarnya dimainkan oleh manajer. Peran individu dalam suatu
organisasi tergantung pada hubungan individu dengan individu lain dalam organisasi. Peran adalah seperangkat yang menciptakan
hubungan individu dengan orang lain karena status sosial-nya dalamorganisasi tersebut.
Komponen peran yang termasuk dalam model adalah jarak organisasi dan kewenangan relatif. Jarak organisasi mengacu pada
jumlah batas perbedaan intra dan interorganisasional yang memisahkan pembuat keputusan dan orang lain berkaitan kepada siapa
pengambil keputusan. Pengaruh individu di divisi lain akan lebih kecil dari seseorang di departemen lain, hal lain dianggap s ama.
Menurut komponen kewenangan relatif dalam situasi bisnis, manajemen puncak akan lebih berpengaruh daripada teman
sebaya terhadap perilaku pembuat keputusan. Salah satu alasannya mungkin adalah bahwa anggota menggunakan kontrol manajemen
melalui promosi dan penghargaan. Dengan demikian, perilaku yang dirasakan dari atasan harus menjadi faktor penting yang
mempengaruhi etika keputusan.
Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi dapat dilihat sama dengan nilai terminal organisasi. Rokeach berpendapat bahwa "... nilai-nilai
kelembagaan secara sosial bersama dengan representasi kognitif dari tujuan institusional dan tuntutan." Tujuan ini dapat diha rapkan
memberikan pengaruh yang kuat pada pengembangan kode etik perusahaan dan kebijakan pada perilaku manajemen.
Kebijakan
Tampaknya ada bukti substansial yang menunjukkan bahwa beberapa jenis kebijakan organisasi dapat secara signifikan
mempengaruhi perilaku etis manajer dalam perusahaan itu. Kebijakan dapat mengambil bentuk kode etik dan / atau menyatakan
kebijakan operasi oleh manajemen puncak. Apapun bentuknya, kebijakan berfungsi sebagai hukum perusahaan, memberikan
bimbingan dan sarana untuk kontrol manajemen.
Agar efektif, kebijakan harus dikenal oleh semua anggota dalam organisasi. Mereka mengatur kebijakan tentang perilaku etis
akan memiliki dampak kuat pada etika dari pembuat keputusan.
Struktur Pengahargaan
Selain kebijakan, struktur penghargaan juga tampaknya mempengaruhi aspek etika pengambilan keputusan. Orang akan
berharap bahwa efek dari hadiah atau hukuman akan tergantung pada kemungkinan menerima dan besarnya pahala atau hukuman.
Komunikasi dan persyaratan untuk pemberian hadiah dan hukuman kemungkinan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap etika
dari pembuat keputusan.
Pengambil keputusan
Tahap ini telah diatur dengan pembuat keputusan pribadi yang memiliki nilai pribadi, fungsi yang dipengaruhi oleh budaya
organisasi dengan referensi khusus untuk iklim dan tujuan organisasi serta stakeholder. Pengakuan masalah yang memerlukan
tindakan memberikan kesempatan untuk memeriksa peran etika dalam pengambilan keputusan. Masalahnya mungkin melibatkan
bereaksi terhadap perubahan lingkungan atau mengambil sikap proaktif terhadap kesempatan masa depan. Komponen dari bagian ini
ditunjukkan pada gambar 4.5
Manajemen Masalah
Manajemen masalah harus mempertimbangkan komponen etika. Manajemen masalah secara umum dapat diklasifikasikan
dalam strategik dan taktikal. Masalah strategik menyangkut komitmen jangka panjang dari sumber daya (contoh: dimana lokasi
perencanaan manufaktur yang baru). Masalah taktikal terkait penyebaran sumber daya dalam jangka pendek untuk mendukung
keputusan strategik (contoh: berapa banyak lini produksi dioperasikan bulan depan).
Keputusan Alternatif
Kumpulan alternatif solusi terdiri dari beberapa pertimbangan atas alternatif tersebut oleh pengambil keputusan. Aturan
dalam profesionalisme organisasi menjadi bahan acuan pengambil keputusan untuk mengeliminasi alternatif yang tidak beretika.
Dimensi Keputusan
Sekali kumpulan alternatif keputusan telah ditetapkan, masing-masing dievaluasi berdasarkan kriteria yang relevan, seperti ekonomi,
politik, teknologi, sosial, dan etika.
Masalah ekonomi. Untuk kebanyakan keputusan, masalah ekonomi (baik keuntungan jangka pendek maupun jangka panjang) akan
menjadi kriteria yang penting, terutama untuk organisasi komersial.
Masalah politik. Pertimbangan secara politik yang relevan ditemukan pada sisi dalam dan luar organisasi. Pertimbangan interna l
termasuk dampak pada alternatif keputusan pada tindakan politik pengambil keputusan sekarang dan nanti di dalam organisasi.
Pertimbangan eksternal terkait hubungan keputusan dengan kebijakan publik saat ini.
Masalah teknologi. Masalah teknologi termasuk menentukan apa teknologi yang mungkin digunakan sekarang dan nanti.
Masalah sosial. Dampak potensial dari keputusan adalah reaksi dari grup atau masyarakat yang terkait dengan keputusan tersebut.
Masalah etika. Masalah etika terkait dengan apa moral yang benar dan salah dalam alternatif keputusan. Judgment berdasar pada
standar moral dari pengambil keputusan. Standar moral mengandung norma moral dan prinsip moral. Norma moral secara spesifik
adalah standar yang disarankan, diijinkan, atau larangan tentang perilaku tertentu. Intensitas moral terdiri dari 6 dimensi, yaitu
besarnya konsekuensi, konsensus sosial, kemungkinan pengaruh, kesiapan sementara, kedekatan, dan konsentrasi pengaruh.

More Related Content

What's hot

Analisis studi kasus tentang rekrutmen dan seleksi pt wings group
Analisis studi kasus tentang rekrutmen dan seleksi pt  wings groupAnalisis studi kasus tentang rekrutmen dan seleksi pt  wings group
Analisis studi kasus tentang rekrutmen dan seleksi pt wings groupgilang dwi jatnika
 
Peran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas ManajerPeran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas ManajerElita Yuliana
 
Kelompok Kerja dan Komunikasi Dalam Organisasi
Kelompok Kerja dan Komunikasi Dalam OrganisasiKelompok Kerja dan Komunikasi Dalam Organisasi
Kelompok Kerja dan Komunikasi Dalam OrganisasiSatya Pranata
 
Masalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaanMasalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaanregirolan
 
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)Tri Widodo W. UTOMO
 
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasi
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasiPengertian perubahan dan pengembangan organisasi
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasiandreprathamm
 
Contoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanContoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanPutrii Wiidya
 
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garam
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT GaramStudi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garam
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garamsiti nurlaeli
 
Tugas makalah UAS evakinkomp
Tugas makalah UAS evakinkompTugas makalah UAS evakinkomp
Tugas makalah UAS evakinkompDaniriPusmasari
 
Analisis lingkungan Bisnis
Analisis lingkungan BisnisAnalisis lingkungan Bisnis
Analisis lingkungan BisnisPT Lion Air
 
Struktur dan Desain Organisasi
Struktur dan Desain OrganisasiStruktur dan Desain Organisasi
Struktur dan Desain Organisasijighai
 
Nilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerjaNilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerjaFajar Winarso
 
Perilaku individu dalam organisasi - By Husaeri
Perilaku individu dalam organisasi - By HusaeriPerilaku individu dalam organisasi - By Husaeri
Perilaku individu dalam organisasi - By HusaeriHusaeri Priatna
 
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisEkonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisYesica Adicondro
 
Tugas perilaku konsumen mengenai iklan
Tugas perilaku konsumen mengenai iklanTugas perilaku konsumen mengenai iklan
Tugas perilaku konsumen mengenai iklanHartono Ikawy
 
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNIS
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNISEtika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNIS
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNISlevana412y
 

What's hot (20)

Budaya Organisasi
Budaya OrganisasiBudaya Organisasi
Budaya Organisasi
 
Analisis studi kasus tentang rekrutmen dan seleksi pt wings group
Analisis studi kasus tentang rekrutmen dan seleksi pt  wings groupAnalisis studi kasus tentang rekrutmen dan seleksi pt  wings group
Analisis studi kasus tentang rekrutmen dan seleksi pt wings group
 
Peran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas ManajerPeran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas Manajer
 
Etika Bisnis
Etika BisnisEtika Bisnis
Etika Bisnis
 
Kelompok Kerja dan Komunikasi Dalam Organisasi
Kelompok Kerja dan Komunikasi Dalam OrganisasiKelompok Kerja dan Komunikasi Dalam Organisasi
Kelompok Kerja dan Komunikasi Dalam Organisasi
 
Masalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaanMasalah sdm dalam perusahaan
Masalah sdm dalam perusahaan
 
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
 
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasi
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasiPengertian perubahan dan pengembangan organisasi
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasi
 
Contoh Job Analysis
Contoh Job AnalysisContoh Job Analysis
Contoh Job Analysis
 
Contoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanContoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaan
 
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garam
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT GaramStudi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garam
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garam
 
MANAJER DAN CONTOH DALAM PERUSAHAAN NIKE
MANAJER DAN CONTOH DALAM PERUSAHAAN NIKEMANAJER DAN CONTOH DALAM PERUSAHAAN NIKE
MANAJER DAN CONTOH DALAM PERUSAHAAN NIKE
 
Tugas makalah UAS evakinkomp
Tugas makalah UAS evakinkompTugas makalah UAS evakinkomp
Tugas makalah UAS evakinkomp
 
Analisis lingkungan Bisnis
Analisis lingkungan BisnisAnalisis lingkungan Bisnis
Analisis lingkungan Bisnis
 
Struktur dan Desain Organisasi
Struktur dan Desain OrganisasiStruktur dan Desain Organisasi
Struktur dan Desain Organisasi
 
Nilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerjaNilai, sikap dan kepuasan kerja
Nilai, sikap dan kepuasan kerja
 
Perilaku individu dalam organisasi - By Husaeri
Perilaku individu dalam organisasi - By HusaeriPerilaku individu dalam organisasi - By Husaeri
Perilaku individu dalam organisasi - By Husaeri
 
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisEkonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
 
Tugas perilaku konsumen mengenai iklan
Tugas perilaku konsumen mengenai iklanTugas perilaku konsumen mengenai iklan
Tugas perilaku konsumen mengenai iklan
 
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNIS
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNISEtika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNIS
Etika bisnis : PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN ETIKA BISNIS
 

Similar to ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

12,be gg, salomo roy freddy,hapzi ali ethical decision making in business, un...
12,be gg, salomo roy freddy,hapzi ali ethical decision making in business, un...12,be gg, salomo roy freddy,hapzi ali ethical decision making in business, un...
12,be gg, salomo roy freddy,hapzi ali ethical decision making in business, un...salomoroyfreddy
 
Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...
Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...
Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...WidyaNingsih24
 
Kelompok 1 EB-Kasus.pptx
Kelompok 1 EB-Kasus.pptxKelompok 1 EB-Kasus.pptx
Kelompok 1 EB-Kasus.pptxWawan Kurniadi
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7rayn mboeik
 
Perkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPerkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPoetra Chebhungsu
 
23,be & gg,ratih dewi sumantri,prof,dr,ir,hapzi ali, mm,cma,corporate governa...
23,be & gg,ratih dewi sumantri,prof,dr,ir,hapzi ali, mm,cma,corporate governa...23,be & gg,ratih dewi sumantri,prof,dr,ir,hapzi ali, mm,cma,corporate governa...
23,be & gg,ratih dewi sumantri,prof,dr,ir,hapzi ali, mm,cma,corporate governa...Ratihdewi1183
 
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...beny adhi
 
Dewi rizki agustina 4520210075 awareness of self and others and the developme...
Dewi rizki agustina 4520210075 awareness of self and others and the developme...Dewi rizki agustina 4520210075 awareness of self and others and the developme...
Dewi rizki agustina 4520210075 awareness of self and others and the developme...DewiRizki4
 
Dasar perilaku individu serta persepsi dan pengambilan keputusan individual
Dasar perilaku individu serta persepsi dan pengambilan keputusan individualDasar perilaku individu serta persepsi dan pengambilan keputusan individual
Dasar perilaku individu serta persepsi dan pengambilan keputusan individualForum Tunas Bangsa (FORTUNA)
 
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...MuhammadSuryaAlam
 
Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moralfara dillah
 
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...yudiansyah sukmana
 
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraMakalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraRyan Putra
 
Tugas pertemuan ke 5 dan 6 bayu puja kusuma
Tugas pertemuan ke 5 dan 6 bayu puja kusumaTugas pertemuan ke 5 dan 6 bayu puja kusuma
Tugas pertemuan ke 5 dan 6 bayu puja kusumabayu_pkusuma14
 
9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...
9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...
9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...rianafitri1
 
Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi
Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan PolitisiEtika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi
Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan PolitisiFarhan Helmy
 
20140410113444 topik 1 pertimbangan moral dan teori etika
20140410113444 topik 1 pertimbangan moral dan teori etika20140410113444 topik 1 pertimbangan moral dan teori etika
20140410113444 topik 1 pertimbangan moral dan teori etikaMohd Khairom
 

Similar to ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN (20)

12,be gg, salomo roy freddy,hapzi ali ethical decision making in business, un...
12,be gg, salomo roy freddy,hapzi ali ethical decision making in business, un...12,be gg, salomo roy freddy,hapzi ali ethical decision making in business, un...
12,be gg, salomo roy freddy,hapzi ali ethical decision making in business, un...
 
Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...
Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...
Sim,widyaningsih,hapzi ali implikasi etis sistem informasi manajemen .mercu b...
 
Kelompok 1 EB-Kasus.pptx
Kelompok 1 EB-Kasus.pptxKelompok 1 EB-Kasus.pptx
Kelompok 1 EB-Kasus.pptx
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
 
Perkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPerkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isi
 
23,be & gg,ratih dewi sumantri,prof,dr,ir,hapzi ali, mm,cma,corporate governa...
23,be & gg,ratih dewi sumantri,prof,dr,ir,hapzi ali, mm,cma,corporate governa...23,be & gg,ratih dewi sumantri,prof,dr,ir,hapzi ali, mm,cma,corporate governa...
23,be & gg,ratih dewi sumantri,prof,dr,ir,hapzi ali, mm,cma,corporate governa...
 
ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4
 
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
 
Dewi rizki agustina 4520210075 awareness of self and others and the developme...
Dewi rizki agustina 4520210075 awareness of self and others and the developme...Dewi rizki agustina 4520210075 awareness of self and others and the developme...
Dewi rizki agustina 4520210075 awareness of self and others and the developme...
 
Dasar perilaku individu serta persepsi dan pengambilan keputusan individual
Dasar perilaku individu serta persepsi dan pengambilan keputusan individualDasar perilaku individu serta persepsi dan pengambilan keputusan individual
Dasar perilaku individu serta persepsi dan pengambilan keputusan individual
 
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...
11 be gg-muhammad surya alam-hapzi ali-ethical dilemma-universitas mercu buan...
 
Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moral
 
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
2, be & gg, yudiansyah,hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
 
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraMakalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
 
Softskill 3
Softskill 3Softskill 3
Softskill 3
 
Moral dan Etika Kepemimpinan.pptx
Moral dan Etika Kepemimpinan.pptxMoral dan Etika Kepemimpinan.pptx
Moral dan Etika Kepemimpinan.pptx
 
Tugas pertemuan ke 5 dan 6 bayu puja kusuma
Tugas pertemuan ke 5 dan 6 bayu puja kusumaTugas pertemuan ke 5 dan 6 bayu puja kusuma
Tugas pertemuan ke 5 dan 6 bayu puja kusuma
 
9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...
9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...
9, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Corporate Ethics Ri...
 
Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi
Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan PolitisiEtika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi
Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi
 
20140410113444 topik 1 pertimbangan moral dan teori etika
20140410113444 topik 1 pertimbangan moral dan teori etika20140410113444 topik 1 pertimbangan moral dan teori etika
20140410113444 topik 1 pertimbangan moral dan teori etika
 

More from Nurkasim Muhammad

More from Nurkasim Muhammad (8)

Bahan ajar kelas xi
Bahan ajar kelas xiBahan ajar kelas xi
Bahan ajar kelas xi
 
Biografi dan profil lengkap bob sadino sebagai tokoh pengusaha sukses berpena...
Biografi dan profil lengkap bob sadino sebagai tokoh pengusaha sukses berpena...Biografi dan profil lengkap bob sadino sebagai tokoh pengusaha sukses berpena...
Biografi dan profil lengkap bob sadino sebagai tokoh pengusaha sukses berpena...
 
Nama
NamaNama
Nama
 
Bijaepasu
BijaepasuBijaepasu
Bijaepasu
 
Tugas fisika
Tugas fisikaTugas fisika
Tugas fisika
 
109621106 kliping-bencana-alam
109621106 kliping-bencana-alam109621106 kliping-bencana-alam
109621106 kliping-bencana-alam
 
A
AA
A
 
Perjuangan cut nyak dien
Perjuangan cut nyak dienPerjuangan cut nyak dien
Perjuangan cut nyak dien
 

Recently uploaded

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 

Recently uploaded (20)

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 

ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

  • 1. Etika dan Pengambilan Keputusan Untuk memahami peran etika di dalam lingkungan bisnis, kita perlu menggunakan etika dalam proses pengambilan keputusan. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi dimensi etika bisnis. Beberapa faktor bersifat pribadi, bervariasi pada individu peng ambil keputusan dan yang lain berdasarkan organisasi. Seringkali, faktor-faktor dapat berinteraksi untuk merubah hasil. Dalam bab ini, kita memeriksa faktor-faktor yang dipercaya mempengaruhi keputusan bisnis. Kita menarik pada literatur empiris yang dibah as dalam bab 5. Meskipun tidak memasukkan semua faktor yang relevan, penulis telah menyertakan semua faktor sesuai dengan literatur empiris yang terkait dengan dimensi etika pengambilan keputusan. Sementara sebagian besar diskusi dalam bab ini dapat diterapkan untuk pengambilan keputusan secara umum, tujuannya adalah untuk memperjelas peran etika dalam proses pengambilan keputusan. Kita melihat etika sebagai salah satu dari sejumlah dimensi proses pengambilan keputusan. Komponen etika tidak akan berperan ketika tidak ada masalah moral yang terkait dengan keputusan, tetapi akan menjadi relevan ketika ada masalah moral di dalamnya. Diskusi ini dapat diterapkan untuk membuat keputusan di berbagai disiplin bisnis. Masalah etika yang teraktual ditemui oleh pembuat keputusan yang ditentukan oleh jenis posisinya di dalam manajemen. Contoh, masalah etis yang dihadapi manajer keuanga n kemungkinan berbeda dengan masalah yang dihadapi manajer marketing. Manajer dengan tingkat yang lebih tinggi akan menghadapi masalah etika strategis, sedangkan manajer tingkat lebih rendah mungkin akan menghadapi masalah etika taktis. Ada bukti yang menunjukkan bahwa jenis masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan dapat mempengaruhi kualitas etis dari keputus an tersebut. Namun, proses keputusan yang mendasari tampaknya menjadi umum untuk semua masalah. Diskusi berkembang dari model proses keputusan ditunjukkan pada gambar 4.1. Model ini menyediakan sebuah struktur untuk mengatur pikiran kita dan menyoroti hubungan yang telah terbukti secara empiris ada atau diyakini ada. Fitur utama meliputi personal traits, organizational traits, dan decision process. Organizational traits, dan decision process ada dalambudaya organisasi. Pertama, kita mulai membahas dengan ciri kepribadian dari individu pembuat keputusan. Ciri Kepribadian Keputusan bisnis dibuat oleh individu atau komite-komite, sehingga etika bisnis dalam realitas adalah etika dari individu- individu yang membentuk bisnis. Faktor-faktor yang mempengaruhi etika seseorang : nilai pribadi, tahap-tahap perkembangan moral dan persetujuan moral seperti gambar 4.1. Seperti yang akan kita lihat nanti, perilaku etis juga dipengaruhi oleh ciri-ciri organisasi dan proses pengambilan keputusan yang terjadi di dalam budaya organisasi. Values Etika terungkap melalui perilaku pembuat keputusan ketika memecahkan masalah bisnis yang muncul dari lingkungan. Seperti perilaku yang berkembang dari kondisi lingkungan yang bermasalah. Sikap individu didasarkan pada sistem nilai pribadi dari pengambil keputusan. Dengan demikian, yang mendasari perilaku adalah nilai-nilai dari pengambilan keputusan etis. Nilai adalah kepercayaan yang mendasari seseorang bertindak. Milton Rokeach berpendapat bahwa nilai adalah keyakinan preskriptif. Dengan demikian, nilai-nilai etika adalah keyakinan preskriptif tentang apa yang “benar” dan “salah”.  Jenis-Jenis Nilai Pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa pengaruh awal pada pengambilan keputusan berasal dari nilai-nilai pribadi pembuat keputusan berlaku. Menurut Rokeach, nilai dibagi menjadi 2 yakni : 1. Nilai terminal, mengacu pada keyakinan atau konsepsi tentang tujuan akhir atau hasil akhir yang diinginkan (misalnya kehidupan yang nyaman sejahtera). 2. Nilai instrumental, mengacu pada keyakinan atau konsepsi keinginan dari mode perilaku yang instrumental bagi tujuan yang diinginkan. (misalnya, ambisi bekerja keras, bercita-cita). Nilai-nilai terminal dan instrumental digunakan oleh Rokeach ditunjukkan dalam tabel 4.1. Meskipun nilai-nilai pribadi seseorang pembuat keputusan memberikan dasar-dasar untuk keputusan etis dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan profesional nilai-nilai pribadi dimediasi oleh kekuatan orang lain di dalam struktur organisasi yang dapat mengubah peran yang dimainkan oleh nilai-nilai pribadi dalam pengambilan keputusan. Filsuf melihat perbedaan secara jelas dalam dua peran keputusan yang berbeda sebagai etika pribadi dan umum.  Nilai Pribadi Moderator Tiga sifat pribadi timbul untuk bertindak dari nilai-nilai pribadi seseorang sebagai moderator dalam pengambilan keputusan kegiatan. Ketiga sifat tersebut yakni :
  • 2. 1. Kekuatan ego. Merupakan istilah lain untuk tingkat kepercayaan diri dan dikaitkan dengan keyakinan pribadi. Seseorang dengan kekuatan ego yang tinggi diharapkan lebih mengandalkan nilai-nilai pribadinya sendiri, meyakini apa yang benar dan salah serta tidak dipengaruhi oleh orang lain. Dengan demikian keputusan terkait dimensi etika pada organisasi, kurang berpengaruh pada individu dengan kekuatan ego yang tinggi daripada individu dengan kekuatan ego yang lebih rendah. 2. Field dependence. Individu dengan dependensi tinggi cenderung menggunakan informasi yang lebih besar yang diberikan oleh orang lain untuk memperjelas masalah ketika berada dalam keadaan yang ambigu. Orang-orang dengan field independence cenderung mengandalkan informasi yang mereka miliki atau informasi yang mereka kembangkan. Masalah etika seringkali menimbulkan dilema etika. Dalam konteks organisasi, orang-orang dengan field dependence kemungkinan akan dipengaruhi untuk tingkat yang lebih besar oleh orang-orang dalam organisasi karena mereka bergulat dengan masalah etika sulit. Hal ini disebabkan mereka menerima dan menggunakan informasi yang diberikan oleh o rang lain dalam organisasi dalam proses pengambilan keputusan mereka. Dengan demikian, keputusan mereka cenderung menyimpang dari keputusan serupa mereka akan membuat luar organisasi ketika mereka tidak memiliki akses ke informasi yang lain. Seseorang dengan field independent cenderung untuk membatasi informasi yang mereka gunakan dalam membuat keputusan dengan informasi yang mereka miliki. Informasi yang baik telah dikumpulkan sebelumnya atau dikumpulkan okleh individu untuk membantu menyelesaikan masalah etis yang sulit. Keputusan yang dibuat oleh bidang independen individu lebih cenderung didasarkan pada nilai-nilai pribadi mereka dan cenderung kurang menyimpang dari keputusan serupa mereka akan membuat luar organisasi. 3. Locus of control Mencerminkan pemahaman individu dari kontro ia memiliki lebih dari peristiwa kehidupan. “eksternal” percaya bahwa peristiwa dikendalikan oleh takdir, nasib dan keberuntungan. Internal lebih cenderung merasa tanggung jawab untuk hasil dan dengan demikian lebih cenderung mengandalkan nilai-nilai pribadi dan keyakinan perilaku benar dan salah untuk membimbing. internal” percaya hal kehidupan dikendalikan oleh tindakan sendiri. Sebuah eksternal cenderung tidak merasa tanggungjawab pribadi atas konsekuensi dari perilaku dan dengan demikian lebih cenderung dipengaruhi oleh kekuatan di dalam organisasi. Singkatnya sejauh mana perilaku pembuat keputusan mencerminkan nilai-nilai pribadi tergantung sampai batas tertentu pada kekuatan ego, field dependece, dan locus of control. Perilaku individu A, memiliki kekuatan ego yang tinggi, field dependece, dan locus of control, kemungkinan mencerminkan nilai-nilai pribadi orang tersebut. Perilaku individu B, memiliki kekuatan ego yang rendah, field dependece, dan locus of control field dependece, dan locus of control eksternal, kemungkinan akan tidak berkaitan dengan nilai-nilai pribadi orang tersebut. Jadi, kekuatan organisasi memiliki efek mediasi jauh lebih kecil pada nilai-nilai pribadi A daripada nilai-nilai pribadi B dalam proses keputusan. Tahap Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg mendokumetasikan 6 tahapan perkembangan moral selama studinya 20 tahun dari American boys. Menurut Kohlberg, perilaku yang benar untuk anak muda ditentukan oleh aturan eksternal dan standar. Sebagai anak dewasa, bimbingan perilaku yang benar secara bertahap berkembang untuk pengendalian internal. Kohlberg mengkategorikan tahap perkembangan moral menjadi tiga tingkatan : 1. Preconventional. Tahap 1 : hak ditentukan oleh konsekuensi fisik. Tindakan benar diambil untuk menghindari hukuman. hap 2 : tindakan yang melayani kebutuhan seseorang 2. Konvensional Tahap 3 : tindakan yang mendapatkan persetujuan dari orang lain Tahap 4 : tindakan yang mematuhi hukuman dan otoritas 3. Postconventional Tahap 5 : lima tindakan yang diambil untuk mematuhi kontral sosial Tahap 6 : tindakan didukung oleh prinsip-prinsip universal. Tahapan perkembangan moral dari Kohlberg memberikan alasan untuk tindakan secara moral benar. Seperti terlihat pada tabel 4.2, dasar pemikiran ini bergerak dari diri berpusat kepada kelompok-berpusat untuk berprinsip. Secara filosofis, penalaran berprinsip lebih disukai. Namun, semua enam tahapan memberikan alasan untuk tindakan moral. hal ini menggoda untuk berendapat bahwa idnividu pada tahapan pembangunan yang lebih tinggi cenderung untuk membuat keputusan etis daripada orang pada tahapan yang lebih rendah. Namun, data dicamput. Pada titik ini, seseorang harus puas hanya dengan yang mampu mengidentifikasi tahap diman a pembuat alasan keputusan. Persetujuan Moral
  • 3. “..adalah keinginan untuk menghindari ketidaksetujuan moral..” Thomas Jones dan Lory Vestegen berpendapat bahwa manusia memiliki kebutuhan moral yang bersifat biologis, sosial, perkembangan atau agama. Ini memotivasi individu untuk mempe roleh persetujuan moral dari orang lain dan atau diri sendiri, atau setidaknya untuk menghindari ketidaksetujuan moral. Teori perse tujuan moral didasarkan pada 4 komponen dari suatu tindakan : 1. Besarnya konsekuensi 2. Kepastian kejahatan 3. Tingkat keterlibatan 4. Tingkat tekanan untuk memenuhi. (lihat table 4.3) Besarnya konsekuensi dari suatu tindakan adalah jumlah dari semua kerugian dan atau manfaat yang terkait dengan tindakan tersebut. Semakin besar kerugian bersih yang terkait dengan tindakan, semakin besar tanggungjawab moral aktor. Tingkat ambiguitas moral dalam situasi ini disebut sebagai kepastian kejahatan. Tanggungjawab moral individu lebih besar ketika tindakan ini jelas tidak bermoral daripada secara moral ambigu. Tingkat keterlibatan menggambarkan tingkat keterlibatan pribadi yang gagal untuk mencegah tindakan tidak bermoral. Tanggung jawab moral individu secara langsung berkaitan dengan keterlibatan dalam bertindak. Johnson & johnson telah terlibat dalam keracunan tylenol. Akhirnya tingkat tekanan untuk memenuhi mengacu pada derajat kebebasan individu ketika terlibat dalam tindakan tidak bermoral. Semakin besar kebebasan, semakin besar tanggung jawab moral. Tekanan eksternal untuk melakukan tindakan meringankan tanggung jawab moral. Tekanan eksternal dapat berupa tekanan ekonomi, fisik atau psikologis. Menurut teori persetujuan moral, tanggungjawab moral yang tinggi cenderung berhubungan dengan tindakan moral karena keinginan pada pengambil keputusan untuk dilihat sebagai moral orang baik. Ketika tanggungjawab moral rendah, resiko yang dinilai tidak bermoral adalah sedikit, dan dengan demikian motivasi untuk bertindak secara moral berkurang. Perilaku tidak etis jauh lebih mungkin ketika tanggungjawab moral yang dirasakan adalah rendah. Jones dan Verstegen berpendapat bahwa orang merespon paling etis resikonya tinggi, tindakan yang dianggap tidak bermoral, mereka terlibat erat dengan keputusan dan tidak ada tekanan unt uk bertindak. Ciri-ciri pribadi yang telah dibahas sebelumnya menggambarkan sebuah mos aik rumit dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengambil keputusan. Nilai mewakili keyakinan dasar yang mendasari tindakan seseorang. Kekuatan ego, field dependence, dan locus of control semuanya mewakili berbagai hubungan dengan lingkungan yang mempengaruhi sejauh mana individu akan bergantung pada nilai-nilai pribadi dalam pengambilan keputusan. Tahapan pengembangan menggambarkan jenis pemikiran yang digunakan untuk memilih tindakan. Persetujuan moral mencirikan kebutuhan internal untuk mendapatkan persetujuan. Masing-masing sifat mungkin mendukung baik perilaku etis atau tidak etis. Stakeholder Kelompok-kelompok dan individu baik internal dan eksternal untuk perusahaan yang dapat mempengaruhi atau yang dipengaruhi oleh organisasi, juga memiliki peran dalam etika proses pengambilan keputusan. Peer tidak terbatas pada individu dalam organisasi. Mereka mungkin bekerja untuk organisasi yang saling melengkapi (iklan manajer kantor), untuk organisasi bersaing (tenaga penjualan pesaing) dan sebagainya. Selain itu, stakeholder lain seperti pemegang saham, karyawan, badan pengatur (misal Federal Trade Commission), kelompok kepentingan umum, pesaing dan pemasok dapat memberikan pengaruh pada pembuat keputusan yang akan mempengaruhi aspek etika dari keputusan.. Stakeholder mempengaruhi keputusan baik etis dan tidak etis. Misalnya komisi sekuritas dan bursa memberlakukan aturan terhadap insider trading dan kontribusi kampanye perusahaan dan dengan demikian mempromosikan pengambilan keputusan etis. Seorang pemasok mungkin menawarkan keuntungan pribadi yang signifikan terhadap pengambil keputusan apabila pengambil keputusan perusahaan untuk melakukan kontrak dengan pemasok, sehingga mempromosikan pengambilan keputusan etis. Budaya Organisasi Budaya organisasi dapat disebut sebagai seperangkat asumsi, keyakinan, dan nilai-nilai yang telah dikembangkan dalam organisasi untuk menghadapi lingkungan eksternal dan internal dan yang diteruskan kepada anggota baru untuk memandu tindakan mereka dalam lingkungan ini. Budaya memiliki beberapa fungsi penting yakni: 1. Memberikan rasa identitas di antara anggota organisasi 2. Mempromosikan komitmen anggota untuk sesuatu yang lebih besar dari diri (bagi organisasi) 3. Memberikan stabilitas dari sistem sosial organisasi 4. Menyediakan dasar pemikiran dan arah perilaku. Hewlett Packard (HP) telah dikenal karena budaya yang kuat, yang didasarkan pada filosofi bisnis sering disebut sebagai "HP way" Cara HP mencakup seperangkat nilai-nilai organisasi yang menjadi pondasi dari budaya perusahaan . Nilai-nilai yang dianut meliputi :
  • 4. 1. Kepercayaan dan rasa hormat bagi individu 2. Fokus pada tingkat tinggi prestasi dan kontribusi 3. Melakukan bisnis dengan integritas total 4. Mencapai tujuan bersama melalui kerja sama tim 5. Mendorong fleksibilitas dan inovasi Praktik manajemen tertentu menjadi terkait dengan cara HP. Teknik ini, disukai oleh pendiri HP dan banyak dari manajernya, yang secara resmi diakui "... dalam presentasi oleh John Doyle (mantan wakil presiden eksekutif untuk pengembangan bisnis) di mana dia mengatakan kepada sekelompok manajer HP untuk menjaga informasi dan untuk mengelola keceerdasan mereka tanpa perlu mendapatkan gelar MBA. Kepedulian perusahaan bagi karyawan yang ditunjukkan dalam cerita seperti yang d iceritakan oleh Bill Hawlett tentang seorang karyawan awal yang dipaksa untuk mengambil cuti dua tahun absen akibat tertular TBC."Di sini kami memiliki kesempatan untuk mengamati dampak buruknya pada keluarganya. Akibatnya, kami menyelenggarakan program as uransi kesehatan untuk bencana untuk melindungi karyawan kami .." cerita seperti ini, bersama-sama dengan dia tindakan manajemen dan rekan-rekan , dengan cepat berkenalan karyawan baru dengan budaya HP. Budaya dalam model kami berfungsi sebagai perekat organisasi dalam identitas dan tindakan secara umum. Hal ini mempengaruhi pikiran dan perasaan pembuat keputusan dan memberikan panduan bagi perilaku. Hal ini diwujudkan dalam norma - norma, upacara, legenda, mitos, dan ritual dalam organisasi. Pemahaman tentang budaya korporasi harus membantu menjelaskan respon pengambil keputusan terhadap berbagai rangsangan yang terjadi selama proses pengambilan keputusan. Budaya dicirikan terbuka dan demokratis, dapat mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab. Delegasi di lipatan kesempatan yang lebih rendah tingkat pengambil keputusan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan etis. Namun, kesempatan itu bisa berkurang jika nilai-nilai bersama tentang budaya kerja terhadap perilaku moral dipertanyakan. Sebaliknya, kebudayaan yang lebih otokratis dengan nilai-nilai moral permisif dapat mengakibatkan tingkat yang lebih rendah dari perilaku etis. Sifat Organisasi Aspek khusus dari budaya organisasi meningkatkan pemahaman kita tentang pengambilan keputusan etis. Di antaranya adalah iklim organisasi dan tujuan organisasi. Iklim Organisasi Iklim organisasi atau suasana dapat dianggap ".... sebagai bersama dan abadi. Benjamin Schneider berpendapat bahwa pada kenyataannya, iklim organisasi banyak. Diskusi kita terbatas pada iklim etika, meskipun iklim lain telah banyak dipelajari. Ini termasuk otonomi / kontrol, tingkat struktur, sifat penghargaan, pertimbangan, kehangatan, dan dukungan. Iklim Etika Bart Victor dan John Culen percaya bahwa sembilan iklim etika yang ditunjukkan dalam tabel 4.4 mungkin ada dalam organisasi. Iklim tertentu tergantung pada kriteria etis dan tingkat referensi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah (un tuk diskusi yang lebih lengkap dapat dilihat pada bab 5). Sembilan iklim diidentifikasi sebagai kepentingan pribadi, kepentingan perusahaan, efisiensi, persahabatan, tanggung jawab sosial, moralitas pribadi, peraturan dan prosedur operasi, dan hukum dan kode profesional. Dalam suatu perusahaan, mungkin terdapat lebih dari satu iklimetika. Sebagai contoh, unit geografis atau organisasi yang berbeda mungkin memiliki iklim yang berbeda. Iklim etika dalam suatu unit organisasi mungkin memiliki dampak yang kuat pada pengambil keputusan dari masalah bisnis. Ada kesepakatan dalam literatur empiris bahwa hubungan pengambil keputusan untuk atasan dan bawahan akan mempengaruhi dimensi etis dari keputusan. Efek ini dapat diharapkan berbeda tergantung pada iklim etika dalam hubungan yang a da. Misalnya, efek dalam iklim kepentingan pribadi mungkin akan jauh lebih sedikit daripada iklim di tim. Asosiasi diferensial Satu dimensi dari hubungan pengambil keputusan melibatkan sejauh mana anggota asosiasi organisasi berhubungan satu sama lain. Edwin Sutherland dan Donald C mengembangkan teori diferensial asosiasi, yang menyatakan bahwa seseorang cenderung untuk mengadopsi perilaku dan kepercayaan dari teman mereka sesuai dengan kontak dengan individu. Jadi, perilaku dan keyakina n seorang manajer cenderung lebih dekat dengan rekan-rekan di divisinya daripada rekan-rekan di departemen lain atau divisi. Konfigurasi Peran Dimensi kedua dari hubungan melibatkan peran yang sebenarnya dimainkan oleh manajer. Peran individu dalam suatu organisasi tergantung pada hubungan individu dengan individu lain dalam organisasi. Peran adalah seperangkat yang menciptakan hubungan individu dengan orang lain karena status sosial-nya dalamorganisasi tersebut. Komponen peran yang termasuk dalam model adalah jarak organisasi dan kewenangan relatif. Jarak organisasi mengacu pada jumlah batas perbedaan intra dan interorganisasional yang memisahkan pembuat keputusan dan orang lain berkaitan kepada siapa pengambil keputusan. Pengaruh individu di divisi lain akan lebih kecil dari seseorang di departemen lain, hal lain dianggap s ama. Menurut komponen kewenangan relatif dalam situasi bisnis, manajemen puncak akan lebih berpengaruh daripada teman sebaya terhadap perilaku pembuat keputusan. Salah satu alasannya mungkin adalah bahwa anggota menggunakan kontrol manajemen
  • 5. melalui promosi dan penghargaan. Dengan demikian, perilaku yang dirasakan dari atasan harus menjadi faktor penting yang mempengaruhi etika keputusan. Tujuan Organisasi Tujuan organisasi dapat dilihat sama dengan nilai terminal organisasi. Rokeach berpendapat bahwa "... nilai-nilai kelembagaan secara sosial bersama dengan representasi kognitif dari tujuan institusional dan tuntutan." Tujuan ini dapat diha rapkan memberikan pengaruh yang kuat pada pengembangan kode etik perusahaan dan kebijakan pada perilaku manajemen. Kebijakan Tampaknya ada bukti substansial yang menunjukkan bahwa beberapa jenis kebijakan organisasi dapat secara signifikan mempengaruhi perilaku etis manajer dalam perusahaan itu. Kebijakan dapat mengambil bentuk kode etik dan / atau menyatakan kebijakan operasi oleh manajemen puncak. Apapun bentuknya, kebijakan berfungsi sebagai hukum perusahaan, memberikan bimbingan dan sarana untuk kontrol manajemen. Agar efektif, kebijakan harus dikenal oleh semua anggota dalam organisasi. Mereka mengatur kebijakan tentang perilaku etis akan memiliki dampak kuat pada etika dari pembuat keputusan. Struktur Pengahargaan Selain kebijakan, struktur penghargaan juga tampaknya mempengaruhi aspek etika pengambilan keputusan. Orang akan berharap bahwa efek dari hadiah atau hukuman akan tergantung pada kemungkinan menerima dan besarnya pahala atau hukuman. Komunikasi dan persyaratan untuk pemberian hadiah dan hukuman kemungkinan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap etika dari pembuat keputusan. Pengambil keputusan Tahap ini telah diatur dengan pembuat keputusan pribadi yang memiliki nilai pribadi, fungsi yang dipengaruhi oleh budaya organisasi dengan referensi khusus untuk iklim dan tujuan organisasi serta stakeholder. Pengakuan masalah yang memerlukan tindakan memberikan kesempatan untuk memeriksa peran etika dalam pengambilan keputusan. Masalahnya mungkin melibatkan bereaksi terhadap perubahan lingkungan atau mengambil sikap proaktif terhadap kesempatan masa depan. Komponen dari bagian ini ditunjukkan pada gambar 4.5 Manajemen Masalah Manajemen masalah harus mempertimbangkan komponen etika. Manajemen masalah secara umum dapat diklasifikasikan dalam strategik dan taktikal. Masalah strategik menyangkut komitmen jangka panjang dari sumber daya (contoh: dimana lokasi perencanaan manufaktur yang baru). Masalah taktikal terkait penyebaran sumber daya dalam jangka pendek untuk mendukung keputusan strategik (contoh: berapa banyak lini produksi dioperasikan bulan depan). Keputusan Alternatif Kumpulan alternatif solusi terdiri dari beberapa pertimbangan atas alternatif tersebut oleh pengambil keputusan. Aturan dalam profesionalisme organisasi menjadi bahan acuan pengambil keputusan untuk mengeliminasi alternatif yang tidak beretika. Dimensi Keputusan Sekali kumpulan alternatif keputusan telah ditetapkan, masing-masing dievaluasi berdasarkan kriteria yang relevan, seperti ekonomi, politik, teknologi, sosial, dan etika. Masalah ekonomi. Untuk kebanyakan keputusan, masalah ekonomi (baik keuntungan jangka pendek maupun jangka panjang) akan menjadi kriteria yang penting, terutama untuk organisasi komersial. Masalah politik. Pertimbangan secara politik yang relevan ditemukan pada sisi dalam dan luar organisasi. Pertimbangan interna l termasuk dampak pada alternatif keputusan pada tindakan politik pengambil keputusan sekarang dan nanti di dalam organisasi. Pertimbangan eksternal terkait hubungan keputusan dengan kebijakan publik saat ini. Masalah teknologi. Masalah teknologi termasuk menentukan apa teknologi yang mungkin digunakan sekarang dan nanti. Masalah sosial. Dampak potensial dari keputusan adalah reaksi dari grup atau masyarakat yang terkait dengan keputusan tersebut. Masalah etika. Masalah etika terkait dengan apa moral yang benar dan salah dalam alternatif keputusan. Judgment berdasar pada standar moral dari pengambil keputusan. Standar moral mengandung norma moral dan prinsip moral. Norma moral secara spesifik adalah standar yang disarankan, diijinkan, atau larangan tentang perilaku tertentu. Intensitas moral terdiri dari 6 dimensi, yaitu besarnya konsekuensi, konsensus sosial, kemungkinan pengaruh, kesiapan sementara, kedekatan, dan konsentrasi pengaruh.