1. Etika dan Pengambilan Keputusan
Untuk memahami peran etika di dalam lingkungan bisnis, kita perlu menggunakan etika dalam proses pengambilan keputusan.
Banyak faktor yang diduga mempengaruhi dimensi etika bisnis. Beberapa faktor bersifat pribadi, bervariasi pada individu peng ambil
keputusan dan yang lain berdasarkan organisasi. Seringkali, faktor-faktor dapat berinteraksi untuk merubah hasil. Dalam bab ini, kita
memeriksa faktor-faktor yang dipercaya mempengaruhi keputusan bisnis. Kita menarik pada literatur empiris yang dibah as dalam bab
5. Meskipun tidak memasukkan semua faktor yang relevan, penulis telah menyertakan semua faktor sesuai dengan literatur empiris
yang terkait dengan dimensi etika pengambilan keputusan.
Sementara sebagian besar diskusi dalam bab ini dapat diterapkan untuk pengambilan keputusan secara umum, tujuannya
adalah untuk memperjelas peran etika dalam proses pengambilan keputusan. Kita melihat etika sebagai salah satu dari sejumlah
dimensi proses pengambilan keputusan. Komponen etika tidak akan berperan ketika tidak ada masalah moral yang terkait dengan
keputusan, tetapi akan menjadi relevan ketika ada masalah moral di dalamnya.
Diskusi ini dapat diterapkan untuk membuat keputusan di berbagai disiplin bisnis. Masalah etika yang teraktual ditemui oleh
pembuat keputusan yang ditentukan oleh jenis posisinya di dalam manajemen. Contoh, masalah etis yang dihadapi manajer keuanga n
kemungkinan berbeda dengan masalah yang dihadapi manajer marketing. Manajer dengan tingkat yang lebih tinggi akan menghadapi
masalah etika strategis, sedangkan manajer tingkat lebih rendah mungkin akan menghadapi masalah etika taktis. Ada bukti yang
menunjukkan bahwa jenis masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan dapat mempengaruhi kualitas etis dari keputus an tersebut.
Namun, proses keputusan yang mendasari tampaknya menjadi umum untuk semua masalah.
Diskusi berkembang dari model proses keputusan ditunjukkan pada gambar 4.1. Model ini menyediakan sebuah struktur untuk
mengatur pikiran kita dan menyoroti hubungan yang telah terbukti secara empiris ada atau diyakini ada. Fitur utama meliputi personal
traits, organizational traits, dan decision process. Organizational traits, dan decision process ada dalambudaya organisasi. Pertama,
kita mulai membahas dengan ciri kepribadian dari individu pembuat keputusan.
Ciri Kepribadian
Keputusan bisnis dibuat oleh individu atau komite-komite, sehingga etika bisnis dalam realitas adalah etika dari individu-
individu yang membentuk bisnis. Faktor-faktor yang mempengaruhi etika seseorang : nilai pribadi, tahap-tahap perkembangan moral
dan persetujuan moral seperti gambar 4.1. Seperti yang akan kita lihat nanti, perilaku etis juga dipengaruhi oleh ciri-ciri organisasi dan
proses pengambilan keputusan yang terjadi di dalam budaya organisasi.
Values
Etika terungkap melalui perilaku pembuat keputusan ketika memecahkan masalah bisnis yang muncul dari lingkungan.
Seperti perilaku yang berkembang dari kondisi lingkungan yang bermasalah. Sikap individu didasarkan pada sistem nilai pribadi dari
pengambil keputusan. Dengan demikian, yang mendasari perilaku adalah nilai-nilai dari pengambilan keputusan etis. Nilai adalah
kepercayaan yang mendasari seseorang bertindak. Milton Rokeach berpendapat bahwa nilai adalah keyakinan preskriptif. Dengan
demikian, nilai-nilai etika adalah keyakinan preskriptif tentang apa yang “benar” dan “salah”.
Jenis-Jenis Nilai
Pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa pengaruh awal pada pengambilan keputusan berasal dari nilai-nilai pribadi pembuat
keputusan berlaku. Menurut Rokeach, nilai dibagi menjadi 2 yakni :
1. Nilai terminal, mengacu pada keyakinan atau konsepsi tentang tujuan akhir atau hasil akhir yang diinginkan (misalnya
kehidupan yang nyaman sejahtera).
2. Nilai instrumental, mengacu pada keyakinan atau konsepsi keinginan dari mode perilaku yang instrumental bagi tujuan yang
diinginkan. (misalnya, ambisi bekerja keras, bercita-cita).
Nilai-nilai terminal dan instrumental digunakan oleh Rokeach ditunjukkan dalam tabel 4.1.
Meskipun nilai-nilai pribadi seseorang pembuat keputusan memberikan dasar-dasar untuk keputusan etis dalam kehidupan
pribadi, dalam kehidupan profesional nilai-nilai pribadi dimediasi oleh kekuatan orang lain di dalam struktur organisasi yang dapat
mengubah peran yang dimainkan oleh nilai-nilai pribadi dalam pengambilan keputusan. Filsuf melihat perbedaan secara jelas dalam
dua peran keputusan yang berbeda sebagai etika pribadi dan umum.
Nilai Pribadi Moderator
Tiga sifat pribadi timbul untuk bertindak dari nilai-nilai pribadi seseorang sebagai moderator dalam pengambilan keputusan
kegiatan. Ketiga sifat tersebut yakni :
2. 1. Kekuatan ego. Merupakan istilah lain untuk tingkat kepercayaan diri dan dikaitkan dengan keyakinan pribadi. Seseorang
dengan kekuatan ego yang tinggi diharapkan lebih mengandalkan nilai-nilai pribadinya sendiri, meyakini apa yang benar dan
salah serta tidak dipengaruhi oleh orang lain. Dengan demikian keputusan terkait dimensi etika pada organisasi, kurang
berpengaruh pada individu dengan kekuatan ego yang tinggi daripada individu dengan kekuatan ego yang lebih rendah.
2. Field dependence. Individu dengan dependensi tinggi cenderung menggunakan informasi yang lebih besar yang diberikan
oleh orang lain untuk memperjelas masalah ketika berada dalam keadaan yang ambigu. Orang-orang dengan field
independence cenderung mengandalkan informasi yang mereka miliki atau informasi yang mereka kembangkan.
Masalah etika seringkali menimbulkan dilema etika. Dalam konteks organisasi, orang-orang dengan field dependence
kemungkinan akan dipengaruhi untuk tingkat yang lebih besar oleh orang-orang dalam organisasi karena mereka bergulat dengan
masalah etika sulit. Hal ini disebabkan mereka menerima dan menggunakan informasi yang diberikan oleh o rang lain dalam organisasi
dalam proses pengambilan keputusan mereka. Dengan demikian, keputusan mereka cenderung menyimpang dari keputusan serupa
mereka akan membuat luar organisasi ketika mereka tidak memiliki akses ke informasi yang lain.
Seseorang dengan field independent cenderung untuk membatasi informasi yang mereka gunakan dalam membuat keputusan
dengan informasi yang mereka miliki. Informasi yang baik telah dikumpulkan sebelumnya atau dikumpulkan okleh individu untuk
membantu menyelesaikan masalah etis yang sulit. Keputusan yang dibuat oleh bidang independen individu lebih cenderung
didasarkan pada nilai-nilai pribadi mereka dan cenderung kurang menyimpang dari keputusan serupa mereka akan membuat luar
organisasi.
3. Locus of control
Mencerminkan pemahaman individu dari kontro ia memiliki lebih dari peristiwa kehidupan. “eksternal” percaya bahwa peristiwa
dikendalikan oleh takdir, nasib dan keberuntungan. Internal lebih cenderung merasa tanggung jawab untuk hasil dan dengan demikian
lebih cenderung mengandalkan nilai-nilai pribadi dan keyakinan perilaku benar dan salah untuk membimbing. internal” percaya hal
kehidupan dikendalikan oleh tindakan sendiri. Sebuah eksternal cenderung tidak merasa tanggungjawab pribadi atas konsekuensi dari
perilaku dan dengan demikian lebih cenderung dipengaruhi oleh kekuatan di dalam organisasi.
Singkatnya sejauh mana perilaku pembuat keputusan mencerminkan nilai-nilai pribadi tergantung sampai batas tertentu pada
kekuatan ego, field dependece, dan locus of control. Perilaku individu A, memiliki kekuatan ego yang tinggi, field dependece, dan
locus of control, kemungkinan mencerminkan nilai-nilai pribadi orang tersebut. Perilaku individu B, memiliki kekuatan ego yang
rendah, field dependece, dan locus of control field dependece, dan locus of control eksternal, kemungkinan akan tidak berkaitan
dengan nilai-nilai pribadi orang tersebut. Jadi, kekuatan organisasi memiliki efek mediasi jauh lebih kecil pada nilai-nilai pribadi A
daripada nilai-nilai pribadi B dalam proses keputusan.
Tahap Perkembangan Moral
Lawrence Kohlberg mendokumetasikan 6 tahapan perkembangan moral selama studinya 20 tahun dari American boys. Menurut
Kohlberg, perilaku yang benar untuk anak muda ditentukan oleh aturan eksternal dan standar. Sebagai anak dewasa, bimbingan
perilaku yang benar secara bertahap berkembang untuk pengendalian internal. Kohlberg mengkategorikan tahap perkembangan moral
menjadi tiga tingkatan :
1. Preconventional.
Tahap 1 : hak ditentukan oleh konsekuensi fisik. Tindakan benar diambil untuk menghindari hukuman.
hap 2 : tindakan yang melayani kebutuhan seseorang
2. Konvensional
Tahap 3 : tindakan yang mendapatkan persetujuan dari orang lain
Tahap 4 : tindakan yang mematuhi hukuman dan otoritas
3. Postconventional
Tahap 5 : lima tindakan yang diambil untuk mematuhi kontral sosial
Tahap 6 : tindakan didukung oleh prinsip-prinsip universal.
Tahapan perkembangan moral dari Kohlberg memberikan alasan untuk tindakan secara moral benar. Seperti terlihat pada tabel
4.2, dasar pemikiran ini bergerak dari diri berpusat kepada kelompok-berpusat untuk berprinsip. Secara filosofis, penalaran berprinsip
lebih disukai. Namun, semua enam tahapan memberikan alasan untuk tindakan moral. hal ini menggoda untuk berendapat bahwa
idnividu pada tahapan pembangunan yang lebih tinggi cenderung untuk membuat keputusan etis daripada orang pada tahapan yang
lebih rendah. Namun, data dicamput. Pada titik ini, seseorang harus puas hanya dengan yang mampu mengidentifikasi tahap diman a
pembuat alasan keputusan.
Persetujuan Moral
3. “..adalah keinginan untuk menghindari ketidaksetujuan moral..” Thomas Jones dan Lory Vestegen berpendapat bahwa manusia
memiliki kebutuhan moral yang bersifat biologis, sosial, perkembangan atau agama. Ini memotivasi individu untuk mempe roleh
persetujuan moral dari orang lain dan atau diri sendiri, atau setidaknya untuk menghindari ketidaksetujuan moral. Teori perse tujuan
moral didasarkan pada 4 komponen dari suatu tindakan :
1. Besarnya konsekuensi
2. Kepastian kejahatan
3. Tingkat keterlibatan
4. Tingkat tekanan untuk memenuhi. (lihat table 4.3)
Besarnya konsekuensi dari suatu tindakan adalah jumlah dari semua kerugian dan atau manfaat yang terkait dengan tindakan
tersebut. Semakin besar kerugian bersih yang terkait dengan tindakan, semakin besar tanggungjawab moral aktor.
Tingkat ambiguitas moral dalam situasi ini disebut sebagai kepastian kejahatan. Tanggungjawab moral individu lebih besar ketika
tindakan ini jelas tidak bermoral daripada secara moral ambigu.
Tingkat keterlibatan menggambarkan tingkat keterlibatan pribadi yang gagal untuk mencegah tindakan tidak bermoral. Tanggung
jawab moral individu secara langsung berkaitan dengan keterlibatan dalam bertindak. Johnson & johnson telah terlibat dalam
keracunan tylenol.
Akhirnya tingkat tekanan untuk memenuhi mengacu pada derajat kebebasan individu ketika terlibat dalam tindakan tidak
bermoral. Semakin besar kebebasan, semakin besar tanggung jawab moral. Tekanan eksternal untuk melakukan tindakan meringankan
tanggung jawab moral. Tekanan eksternal dapat berupa tekanan ekonomi, fisik atau psikologis.
Menurut teori persetujuan moral, tanggungjawab moral yang tinggi cenderung berhubungan dengan tindakan moral karena
keinginan pada pengambil keputusan untuk dilihat sebagai moral orang baik. Ketika tanggungjawab moral rendah, resiko yang dinilai
tidak bermoral adalah sedikit, dan dengan demikian motivasi untuk bertindak secara moral berkurang. Perilaku tidak etis jauh lebih
mungkin ketika tanggungjawab moral yang dirasakan adalah rendah. Jones dan Verstegen berpendapat bahwa orang merespon paling
etis resikonya tinggi, tindakan yang dianggap tidak bermoral, mereka terlibat erat dengan keputusan dan tidak ada tekanan unt uk
bertindak.
Ciri-ciri pribadi yang telah dibahas sebelumnya menggambarkan sebuah mos aik rumit dari faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambil keputusan. Nilai mewakili keyakinan dasar yang mendasari tindakan seseorang. Kekuatan ego, field dependence, dan locus
of control semuanya mewakili berbagai hubungan dengan lingkungan yang mempengaruhi sejauh mana individu akan bergantung
pada nilai-nilai pribadi dalam pengambilan keputusan. Tahapan pengembangan menggambarkan jenis pemikiran yang digunakan
untuk memilih tindakan. Persetujuan moral mencirikan kebutuhan internal untuk mendapatkan persetujuan. Masing-masing sifat
mungkin mendukung baik perilaku etis atau tidak etis.
Stakeholder
Kelompok-kelompok dan individu baik internal dan eksternal untuk perusahaan yang dapat mempengaruhi atau yang
dipengaruhi oleh organisasi, juga memiliki peran dalam etika proses pengambilan keputusan. Peer tidak terbatas pada individu dalam
organisasi. Mereka mungkin bekerja untuk organisasi yang saling melengkapi (iklan manajer kantor), untuk organisasi bersaing
(tenaga penjualan pesaing) dan sebagainya. Selain itu, stakeholder lain seperti pemegang saham, karyawan, badan pengatur (misal
Federal Trade Commission), kelompok kepentingan umum, pesaing dan pemasok dapat memberikan pengaruh pada pembuat
keputusan yang akan mempengaruhi aspek etika dari keputusan..
Stakeholder mempengaruhi keputusan baik etis dan tidak etis. Misalnya komisi sekuritas dan bursa memberlakukan aturan
terhadap insider trading dan kontribusi kampanye perusahaan dan dengan demikian mempromosikan pengambilan keputusan etis.
Seorang pemasok mungkin menawarkan keuntungan pribadi yang signifikan terhadap pengambil keputusan apabila pengambil
keputusan perusahaan untuk melakukan kontrak dengan pemasok, sehingga mempromosikan pengambilan keputusan etis.
Budaya Organisasi
Budaya organisasi dapat disebut sebagai seperangkat asumsi, keyakinan, dan nilai-nilai yang telah dikembangkan dalam
organisasi untuk menghadapi lingkungan eksternal dan internal dan yang diteruskan kepada anggota baru untuk memandu tindakan
mereka dalam lingkungan ini. Budaya memiliki beberapa fungsi penting yakni:
1. Memberikan rasa identitas di antara anggota organisasi
2. Mempromosikan komitmen anggota untuk sesuatu yang lebih besar dari diri (bagi organisasi)
3. Memberikan stabilitas dari sistem sosial organisasi
4. Menyediakan dasar pemikiran dan arah perilaku.
Hewlett Packard (HP) telah dikenal karena budaya yang kuat, yang didasarkan pada filosofi bisnis sering disebut sebagai "HP
way" Cara HP mencakup seperangkat nilai-nilai organisasi yang menjadi pondasi dari budaya perusahaan . Nilai-nilai yang dianut
meliputi :
4. 1. Kepercayaan dan rasa hormat bagi individu
2. Fokus pada tingkat tinggi prestasi dan kontribusi
3. Melakukan bisnis dengan integritas total
4. Mencapai tujuan bersama melalui kerja sama tim
5. Mendorong fleksibilitas dan inovasi
Praktik manajemen tertentu menjadi terkait dengan cara HP. Teknik ini, disukai oleh pendiri HP dan banyak dari manajernya,
yang secara resmi diakui "... dalam presentasi oleh John Doyle (mantan wakil presiden eksekutif untuk pengembangan bisnis) di mana
dia mengatakan kepada sekelompok manajer HP untuk menjaga informasi dan untuk mengelola keceerdasan mereka tanpa perlu
mendapatkan gelar MBA. Kepedulian perusahaan bagi karyawan yang ditunjukkan dalam cerita seperti yang d iceritakan oleh Bill
Hawlett tentang seorang karyawan awal yang dipaksa untuk mengambil cuti dua tahun absen akibat tertular TBC."Di sini kami
memiliki kesempatan untuk mengamati dampak buruknya pada keluarganya. Akibatnya, kami menyelenggarakan program as uransi
kesehatan untuk bencana untuk melindungi karyawan kami .." cerita seperti ini, bersama-sama dengan dia tindakan manajemen dan
rekan-rekan , dengan cepat berkenalan karyawan baru dengan budaya HP.
Budaya dalam model kami berfungsi sebagai perekat organisasi dalam identitas dan tindakan secara umum. Hal ini
mempengaruhi pikiran dan perasaan pembuat keputusan dan memberikan panduan bagi perilaku. Hal ini diwujudkan dalam norma -
norma, upacara, legenda, mitos, dan ritual dalam organisasi. Pemahaman tentang budaya korporasi harus membantu menjelaskan
respon pengambil keputusan terhadap berbagai rangsangan yang terjadi selama proses pengambilan keputusan.
Budaya dicirikan terbuka dan demokratis, dapat mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab. Delegasi di lipatan kesempatan
yang lebih rendah tingkat pengambil keputusan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan etis. Namun, kesempatan itu bisa
berkurang jika nilai-nilai bersama tentang budaya kerja terhadap perilaku moral dipertanyakan. Sebaliknya, kebudayaan yang lebih
otokratis dengan nilai-nilai moral permisif dapat mengakibatkan tingkat yang lebih rendah dari perilaku etis.
Sifat Organisasi
Aspek khusus dari budaya organisasi meningkatkan pemahaman kita tentang pengambilan keputusan etis. Di antaranya
adalah iklim organisasi dan tujuan organisasi.
Iklim Organisasi
Iklim organisasi atau suasana dapat dianggap ".... sebagai bersama dan abadi. Benjamin Schneider berpendapat bahwa pada
kenyataannya, iklim organisasi banyak. Diskusi kita terbatas pada iklim etika, meskipun iklim lain telah banyak dipelajari. Ini
termasuk otonomi / kontrol, tingkat struktur, sifat penghargaan, pertimbangan, kehangatan, dan dukungan.
Iklim Etika
Bart Victor dan John Culen percaya bahwa sembilan iklim etika yang ditunjukkan dalam tabel 4.4 mungkin ada dalam
organisasi. Iklim tertentu tergantung pada kriteria etis dan tingkat referensi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah (un tuk
diskusi yang lebih lengkap dapat dilihat pada bab 5). Sembilan iklim diidentifikasi sebagai kepentingan pribadi, kepentingan
perusahaan, efisiensi, persahabatan, tanggung jawab sosial, moralitas pribadi, peraturan dan prosedur operasi, dan hukum dan kode
profesional. Dalam suatu perusahaan, mungkin terdapat lebih dari satu iklimetika. Sebagai contoh, unit geografis atau organisasi yang
berbeda mungkin memiliki iklim yang berbeda. Iklim etika dalam suatu unit organisasi mungkin memiliki dampak yang kuat pada
pengambil keputusan dari masalah bisnis.
Ada kesepakatan dalam literatur empiris bahwa hubungan pengambil keputusan untuk atasan dan bawahan akan
mempengaruhi dimensi etis dari keputusan. Efek ini dapat diharapkan berbeda tergantung pada iklim etika dalam hubungan yang a da.
Misalnya, efek dalam iklim kepentingan pribadi mungkin akan jauh lebih sedikit daripada iklim di tim.
Asosiasi diferensial
Satu dimensi dari hubungan pengambil keputusan melibatkan sejauh mana anggota asosiasi organisasi berhubungan satu
sama lain. Edwin Sutherland dan Donald C mengembangkan teori diferensial asosiasi, yang menyatakan bahwa seseorang cenderung
untuk mengadopsi perilaku dan kepercayaan dari teman mereka sesuai dengan kontak dengan individu. Jadi, perilaku dan keyakina n
seorang manajer cenderung lebih dekat dengan rekan-rekan di divisinya daripada rekan-rekan di departemen lain atau divisi.
Konfigurasi Peran
Dimensi kedua dari hubungan melibatkan peran yang sebenarnya dimainkan oleh manajer. Peran individu dalam suatu
organisasi tergantung pada hubungan individu dengan individu lain dalam organisasi. Peran adalah seperangkat yang menciptakan
hubungan individu dengan orang lain karena status sosial-nya dalamorganisasi tersebut.
Komponen peran yang termasuk dalam model adalah jarak organisasi dan kewenangan relatif. Jarak organisasi mengacu pada
jumlah batas perbedaan intra dan interorganisasional yang memisahkan pembuat keputusan dan orang lain berkaitan kepada siapa
pengambil keputusan. Pengaruh individu di divisi lain akan lebih kecil dari seseorang di departemen lain, hal lain dianggap s ama.
Menurut komponen kewenangan relatif dalam situasi bisnis, manajemen puncak akan lebih berpengaruh daripada teman
sebaya terhadap perilaku pembuat keputusan. Salah satu alasannya mungkin adalah bahwa anggota menggunakan kontrol manajemen
5. melalui promosi dan penghargaan. Dengan demikian, perilaku yang dirasakan dari atasan harus menjadi faktor penting yang
mempengaruhi etika keputusan.
Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi dapat dilihat sama dengan nilai terminal organisasi. Rokeach berpendapat bahwa "... nilai-nilai
kelembagaan secara sosial bersama dengan representasi kognitif dari tujuan institusional dan tuntutan." Tujuan ini dapat diha rapkan
memberikan pengaruh yang kuat pada pengembangan kode etik perusahaan dan kebijakan pada perilaku manajemen.
Kebijakan
Tampaknya ada bukti substansial yang menunjukkan bahwa beberapa jenis kebijakan organisasi dapat secara signifikan
mempengaruhi perilaku etis manajer dalam perusahaan itu. Kebijakan dapat mengambil bentuk kode etik dan / atau menyatakan
kebijakan operasi oleh manajemen puncak. Apapun bentuknya, kebijakan berfungsi sebagai hukum perusahaan, memberikan
bimbingan dan sarana untuk kontrol manajemen.
Agar efektif, kebijakan harus dikenal oleh semua anggota dalam organisasi. Mereka mengatur kebijakan tentang perilaku etis
akan memiliki dampak kuat pada etika dari pembuat keputusan.
Struktur Pengahargaan
Selain kebijakan, struktur penghargaan juga tampaknya mempengaruhi aspek etika pengambilan keputusan. Orang akan
berharap bahwa efek dari hadiah atau hukuman akan tergantung pada kemungkinan menerima dan besarnya pahala atau hukuman.
Komunikasi dan persyaratan untuk pemberian hadiah dan hukuman kemungkinan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap etika
dari pembuat keputusan.
Pengambil keputusan
Tahap ini telah diatur dengan pembuat keputusan pribadi yang memiliki nilai pribadi, fungsi yang dipengaruhi oleh budaya
organisasi dengan referensi khusus untuk iklim dan tujuan organisasi serta stakeholder. Pengakuan masalah yang memerlukan
tindakan memberikan kesempatan untuk memeriksa peran etika dalam pengambilan keputusan. Masalahnya mungkin melibatkan
bereaksi terhadap perubahan lingkungan atau mengambil sikap proaktif terhadap kesempatan masa depan. Komponen dari bagian ini
ditunjukkan pada gambar 4.5
Manajemen Masalah
Manajemen masalah harus mempertimbangkan komponen etika. Manajemen masalah secara umum dapat diklasifikasikan
dalam strategik dan taktikal. Masalah strategik menyangkut komitmen jangka panjang dari sumber daya (contoh: dimana lokasi
perencanaan manufaktur yang baru). Masalah taktikal terkait penyebaran sumber daya dalam jangka pendek untuk mendukung
keputusan strategik (contoh: berapa banyak lini produksi dioperasikan bulan depan).
Keputusan Alternatif
Kumpulan alternatif solusi terdiri dari beberapa pertimbangan atas alternatif tersebut oleh pengambil keputusan. Aturan
dalam profesionalisme organisasi menjadi bahan acuan pengambil keputusan untuk mengeliminasi alternatif yang tidak beretika.
Dimensi Keputusan
Sekali kumpulan alternatif keputusan telah ditetapkan, masing-masing dievaluasi berdasarkan kriteria yang relevan, seperti ekonomi,
politik, teknologi, sosial, dan etika.
Masalah ekonomi. Untuk kebanyakan keputusan, masalah ekonomi (baik keuntungan jangka pendek maupun jangka panjang) akan
menjadi kriteria yang penting, terutama untuk organisasi komersial.
Masalah politik. Pertimbangan secara politik yang relevan ditemukan pada sisi dalam dan luar organisasi. Pertimbangan interna l
termasuk dampak pada alternatif keputusan pada tindakan politik pengambil keputusan sekarang dan nanti di dalam organisasi.
Pertimbangan eksternal terkait hubungan keputusan dengan kebijakan publik saat ini.
Masalah teknologi. Masalah teknologi termasuk menentukan apa teknologi yang mungkin digunakan sekarang dan nanti.
Masalah sosial. Dampak potensial dari keputusan adalah reaksi dari grup atau masyarakat yang terkait dengan keputusan tersebut.
Masalah etika. Masalah etika terkait dengan apa moral yang benar dan salah dalam alternatif keputusan. Judgment berdasar pada
standar moral dari pengambil keputusan. Standar moral mengandung norma moral dan prinsip moral. Norma moral secara spesifik
adalah standar yang disarankan, diijinkan, atau larangan tentang perilaku tertentu. Intensitas moral terdiri dari 6 dimensi, yaitu
besarnya konsekuensi, konsensus sosial, kemungkinan pengaruh, kesiapan sementara, kedekatan, dan konsentrasi pengaruh.