3. Pengertian
ejaan
Ejaan adalah seperangkat aturan
tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca
sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda
dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan
melafalkan huruf, suku kata, atau kalimat,
sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan
yang jauh lebih luas dari sekedar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa.
4. PENGGUNAAN EYD
YANG BENAR PADA
PENULISAN
HURUF DAN KATA
1 Penggunaan Pada Huruf Kapital
Contoh Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 pedoman EYD
dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang tertentu,
nama instansi atau nama tempat.
Contoh: Presiden Joko Widodo, Gubernur
Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat,
Sekertaris Jendral, Departemen
Pendidikan Nasional.
Jabatan yang tidak diikuti nama orang
memakai huruf kapital.
Contoh: Menurut bupati, anggaran untuk
pendidikan naik 25% dari tahun
sebelumnya.
5. 2.Penulisan Muruf Miring
Contoh Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring
ditegaskan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip
dalam tulisan.
Contoh: Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah
Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
a. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring
menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata
atau kelompok kata.
Contoh: boat modeling, aeromodeling, motorsport.
b. Penulisan kata ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring
menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai untuk
menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali
yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh : royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa,
rhizopoda, lactobacillus,dsb.
6. a. Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4 pedoman penulisan kata
turunan menyatakan, jika salah satu unsur
gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh: antarkota,antarsiswa, antipornografi,
antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual,
demoralisasi,dwiwarna, dwibahasa, ekasila,
ekstrakulikuler
7. 4 Penulisan Gabungan Kata
Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan
gabungan kata mengingatkan, gabungan kata,
termasuk istilah khusus, yang mungkin
menimbulkan kesalahan pengertian dapat
ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan.
Contoh: alat pandang- dengar, anak-istri saya,
buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-
bapak kami.
8. PENGGUNAAN EYD YANG BENAR PADA
PARTIKEL,
SINGKATAN, AKRONIM DAN ANGKA
1 Penulisan Partikel
Penulisan partikel -lah, -kah dan –
tah pedoman EYD menetapkan ketentuan
pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –
tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah
2 Penulisan Singkatan
Pedoman EYD menegaskan,
singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih.
3. Penulisan Akronim
Menurut Pedoman EYD,
akronim ialah singkatan yang berupa
gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata
4.Penulisan Angka
Pedoman EYD menetapkan
empat jenis penulisan angka,
Pertama, angka dipakai untuk
menyatakan lambing bilangan atau
nomor. Dalam tulisan lazim digunakan
angka Arab atau angka Romawi.
13. EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik
Indonesia (Bapak Soeharto) meresmikan pemakaian Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang lazim disingkat
dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Dengan dasar
itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan
buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan yang memuat berbagai patokan
pemakaian ejaan yang baru.
Buku yang beredar yang memuat kaidah-kaidah
ejaan tersebut direvisi dan dilengkapi oleh suatu badan
yang berada di bawah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang diketuai oleh Prof. Dr. Amran Halim
dengan dasar surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tanggal 12 Oktober 1972, Nomor 156/P/1972.
next
14. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dijelaskan
dimuka, maka ada beberapa hal yang
dapat penulis simpulkan:
Ejaan adalah keseluruhan peraturan
bagaimana melambangkan bunyi
ujaran, dan bagaimana menghubungkan
serta memisahkan lambang-lambang.
Secara teknis, ejaan adalah aturan
penulisan huruf, penulisan kata, dan
penulisan tanda baca.
Ejaan yang berlaku sekarang ini adalah
ejaan yang telah ditetapkan dan
diberlakukan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) yang diatur
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.