SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
ANALISIS WACANA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah wacana berasal dari kata Sansekerta yang bermakna ucapan atau
tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya
hak asasi manusia, demokrasi, dan lingkungan hidup. Oleh karena banyaknya kata
yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas
apa pengertian dari kata tersebut.
Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari
kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. Pembahasan wacana
berkitan erat dengan pembahasan keterampilan berbahasa terutama keterampilan
berbahasa yang bersifat produktif, yaitu berbicara dan menulis. Wacana berkaitan
dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur ekstralinguistik yang
berkaitan dengan proses komunikasi.
Analisis wacana adalah ilmu yang baru muncul beberapa puluh tahun
belakangan ini, sebelumnya aliran-aliran linguistik hanya membatasi
penganalisaannya pada sosial kalimat saja, namun belakangan ini barulah para
ahli bahasa memalingkan perhatiannya pada penganalisaan wacana.
Objek kajian atau penelitian analisis wacana pada umumnya berpusat
pada bahasa yang digunakan sehari-hari, baik yang berupa teks maupun lisan. Jadi
objek kajian atau penelitian analisis wacana adalah unit bahasa diatas kalimat atau
ujaran yang memiliki kesatuan dan konteks yang eksis dikehidupan sehari-hari,
misalnya naskah pidato, rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan
langsung, catatan rapat, dan sebagainya, dan pembahasan wacana pada dasarnya
merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat
dalam teks.
Berpijak dari penjelasan di atas, penulis tertarik membuat makalah
mengenai “Analisis Wacana”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, didapat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu wacana?
2. Apa saja jenis-jenis wacana?
3. Apa itu analisis wacana?
4. Apa saja ruang lingkup analisis wacana?
5. Bagaimana strategi analisis wacana?
C. Tujuan Penulisan
Berdasar pada rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk:
1. Mendeskripsikan pengertian wacana.
2. Mendeskripsikan jenis-jenis wacana.
3. Mendeskripsikan analisis wacana.
4. Mendeskripsikan ruang lingkup analisi wacana.
5. Menjelaskan strategi yang digunakan dalam analisis wacana.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini secara teoretis yaitu untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai analisis wacana. Adapaun manfaat
secara praktis yaitu:
1. Bagi Guru
a. Menambah wawasan mengenai analisis wacana.
b. Menambah wawasan mengenai strategi yang digunakan untuk
pembelajaran analisis wacana.
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
b. Meningkatkan kemampuan berpikir analitis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Wacana
Wacana merupakan satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari
klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal
dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau
tertulis (Tarigan, 1987: 27).
Djajasudarma (1994: 1) menjelaskan bahwa wacana adalah rentetan
kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi
yang lainnya, membentuk satu kesatuan yang akan melahirkan pernyataan
(statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.
Wacana menurut Alwi, dkk. (2000: 41) adalah rentetan kalimat yang
berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi antara kalimat-kalimat
tersebut.
Sumarlan, dkk. (2009: 15) juga mengemukakan bahwa wacana
merupakan satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato,
ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku,
surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk
bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat
koheren.
Selain itu, Depdiknas (2003: 1265) juga mendefinisikan wacana sebagai
satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam betuk karangan atau laporan
utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa wacana
merupakan rentetan kalimat yang saling berkaitan dan memiliki makna yang dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis.
B. Jenis-jenis Wacana
Klasifikasi wacana menurut Leech (1974) sebagai berikut:
1. Jenis Wacana Berdasarkan Saluran Komunikasi
Berdasarkan saluran komunikasi, wacana terdiri atas wacana lisan dan
wacana tulis. Wacana lisan memiliki karakteristik adanya penutur dan mitra
tutur, bahasa yang dituturkan, dan alih tutur atau transisi giliran bicara.
Wacana tulis memiliki karakteristik adanya penulis dan pembaca, bahasa yang
dituliskan, dan sistem ejaan yang digunakan.
Nababan (2002) dan Mulyana (2005: 51-52) membedakan wacana
lisan dan tertulis sebagai berikut.
Wacana Lisan Wacana Tulisan
1. Untuk interaksi (bermasyarakat)
dan informasi.
2. Kalimat subordinasi sedikit
jumlahnya.
3. Waktu berpikir sedikit; suatu
respons harus segera diberikan.
4. Komunikasi dua arah (tatap
muka, telepon).
5. Kosakata yang umum diketahui
orang.
6. Pembicara dapat sering
mengulang kata, frasa, kalimat
untuk tujuan penekanan sesuatu
hal.
7. Ada giliran berbicara dan
interupsi dapat terjadi.
8. Ada pengisi jeda dengan
pemarkah (hm, apa itu, dsb.) dan
diam.
1. Untuk penyimpanan informasi
dan pengetahuan (dokumentasi).
2. Kalimat subordinasi lebih
banyak jumlahnya.
3. Waktu berpikir lebih lama.
Kalimat dapat disusun secara
cermat.
4. Komunikasi dua arah, tetapi
pembaca dan penulis tak dapat
segera bertanya-jawab.
5. Kosakata lebih khsuus, sesuai
keperluan atau tujuan
6. Penulis tidak mengulang kata,
frasa atau kalimat, kecuali untuk
tujuan gramatikal.
7. Tidak ada giliran dan tidak ada
interupsi.
8. Tidak ada pemarkah atau diam.
9. Tidak ada intonasi.
Wacana Lisan Wacana Tulisan
9. Intonasi sering menentukan nilai
ilokusi.
10. Ada unsur paralinguistik dan
komunikasi nonverbal lainnya.
11. Ada feedback dan repair
10. Tidak ada unsur paralinguistik
atau komunikasi nonverbal.
11. Tidak ada feedback dan repair
2. Jenis Wacana Berdasarkan Tanggapan Mitra Tutur/Pembaca
Berdasarkan tanggapan mitra tutur/pembaca, wacana terbagi atas
wacana transaksional dan wacana interaksional. Wacana transaksional
diidentikkan dengan adanya pemenuhan oleh rekan tutur/pembaca atas
kehendak dan keinginan penutur/penulis. Wacana interaksional ditandai
adanya tanggapan timbal balik dari penutur dan mitra tutur.
Contoh wacana transaksional yaitu berupa perintah atau permohonan.
Guru: “Ali, mari pimpin doa terlebih dahulu sebelum memulai
pembelajaran!”
Ali: “Baik, bu.”
Contoh wacana interaksional yaitu berupa tawar menawar biasanya
dalam transaksi jual beli.
Penumpang : “Ke stasiun berapa, pak?”
Tukang becak : “tujuh ribu, dik.”
Penumpang : “Wah, mahal sekali. Lima ribu bagaimana, pak?”
Tukang becak : “Bolehlah, silakan naik.”
3. Jenis Wacana Berdasarkan Pemaparan
Wacana berdasarkan pemaparan terbagi atas lima jenis, yaitu
deskripsi, narasi, argumentasi, eksposisi, dan persuasif. Kelima jenis tersebut
menurut Djajasudarma (1994: 11) merupakan jenis wacana berdasarkan tujuan
komunikasi. Djajasudarma juga menjelaskan bahwa (1) wacana deskriptif ini,
ada yang hanya memaparkan sesuatu secara objektif dan ada pula yang
memaparkannya secara imajinatif, seperti: ungkapan bersifat deskriptif, tidak
menggunakan kata-kata evaluatif, objektif, tidak mempunyai penanda
pergeseran waktu; (2) wacana eksposisi yaitu menerangkan sesuatu yang
berisi konsep-konsep logika, menerangkan poros/prosedur aktivitas; (3)
wacana asrgumentatif yaitu wacana yang mempengaruhi pembaca/pendengar
agar menerima pernyataan perintah yang mempunyai elemen pokok seperti
pernyataan, alasa, dan pembenaran, serta elemen pelengkap berisi pendukung,
modal, dan sanggahan; (4) wacana persuasi merupakan wacana yang
mempengaruhi mitra tutur melakukan tindakan sesuai harapan penutur; (5)
wacana narasi merupakan rangkaian tuturan yang menceritakan atau
menyajikan hal atau kejadian (peristiwa) melalui penonjolan pelaku. Unsur
daru wacana narasi adalah waktu, pelaku, dan peristiwa.
4. Jenis Wacana Berdasarkan Banyaknya Peserta Komunikasi
Wacana berdasarkan banyaknya peserta komunikasi terbagi atas tiga,
yaitu wacana monolog, wacana dialog, dan wacana polilog. Wacana monolog
dicirikan oleh adanya satu orang yang terlibat dalam komunikasi, misalnya
seorang penyiar berita di televisi. Wacana dialog ditandai oleh adanya dua
orang yang terlibat dalam komunikasi, misalnya percakapan langsung,
percakapan via telepon, dan surat menyurat. Wacana polilog melibatkan
banyak peserta komunikasi atau lebih dari dua peserta, misalnya rapat,
konferensi, dan seminar.
Pada dasarnya jenis wacana terbagi atas empat kategori, yaitu (1)
berdasarkan saluran komunikasi, (2) berdasarkan tanggapan mitra tutur/pembaca,
(3) berdasarkan pemaparan, dan (4) berdasarkan banyaknya peserta komunikasi.
C. Hakikat Analisis Wacana
Stubbs (1984:1) mengemukakan pendapatnya tentang analisis wacana,
sebagaimana berikut ini.
“(Analisis wacana) merujuk pada upaya mengkaji pengaturan bahasa di
atas klausa dan kalimat, dan karenanya juga mengkaji satuan-satuan
kebahasaan yang lebih luas. Seperti pertukaran percakapan atau bahasa
tulis. Konsekuensinya, analisis wacana juga memperhatikan bahasa pada
waktu digunakan dalam konteks sosial, khususnya interaksi antarpenutur”.
Brown and Yule (1996: 1) menjelaskan bahwa the analysis of discourse is,
necessarily, the analysis of language in use, analisis wacana merupakan analisis
dari bahasa itu sendiri. Nunan (1993: 7) juga berpendapat hal yang sama, yaitu
analisis wacana melibatkan penggunaan bahasa itu sendiri.
Sejalan dengan beberapa pendapat diatas, Suwandi (2008: 145)
mengemukakan bahwa analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang
fungsi bahasa atau penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi. Cook (1997: 6)
juga mengemukakan bahwa analisis wacana berhubungan dengan pengkajian
koherensi bahasa.
Tentang fokus kajian analisis wacana, McCharthy (1997: 5) menyertakan
konteks dalam telaah wacana. Ia menyebutkan bahwa discourse analysis is
concerned with the study of the relationship between language and the
context which it is use. Analisis wacana adalah studi tentang hubungan antara
bahasa dan konteks pemakainya.
Kartomiharjo (1991) mengemukakan bahwa analisis wacana merupakan
cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa
yang lebih besar daripada kalimat.
Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi.
Analisis wacana adalah telaah mengenal aneka fungsi (pragmatik) bahasa (Sobur,
2009: 48).
Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi, selain
analisis isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis isi
kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana lebih
melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. Lewat analisis
wacana kita bukan hanya mengetahui apa isi teks berita, tetapi juga bagaimana
pesan itu disampaikan lewat kata, frasa, kalimat, metafora macam apa suatu berita
disampaikan (Eriyanto, 2011: 221).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis
wacana merupakan kegiatan mengkaji wacana tentang fungsi atau penggunaan
bahasa sebagai sarana komunikasi.
Analisis wacana menurut Darwoto (2014) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Bentuk kajian tentang pembahasan wacana.
2. Bersifat alamiah baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
3. Bersifat interpretatif-pragmatis baik bahasanya maupun maksudnya.
4. Inferensif, yaitu mempunyai simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks
penggunaannya.
5. Wujud bahasa yang lebih jelas, karena didukung oleh situasi yang tepat.
6. Upaya untuk menangkap makna dari penyapa (addressor) kepada pesapa
(addressee).
7. Upaya untuk mengetahui konstelasi kekuatan dalam proses produksi dan
reproduksi makna.
D. Ruang Lingkup Analisis Wacana
Rani, Arifin, dan Martutik (2006: 9) menyebutkan bahwa wacana dapat
berbentuk lisan atau tulis. Lebih jelas mereka mengemukakan bahwa data dalam
analisis wacana selalu berupa teks baik teks lisan maupun tertulis. Halliday dan
Hasan (1994 :13) mengemukakan bahwa teks adalah bahasa yang berfungsi, yang
dimaksud fungsi adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas-tugas tertentu
dalam konteks situasi. Berdasarkan pengertian teks tersebut, semua bahasa yang
mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi akan disebut teks. Bahasa
tersebut mugkin dalam bentuk tutur dan tulis.
Nababan (2000) mengemukakan bahwa ruang lingkup analisis wacana
dewasa ini sudah sangat luas. Nababan juga memfokuskan ruang lingkup analisis
wacana dalam bentuk analisis wacana lisan dan tulisan.
Selanjutnya Halliday dan Hasan (1994 :97) menjelaskan bahwa kesatuan
adalah sifat teks yang sangat penting dan struktur suatu teks berkaitan erat dengan
konteks situasi. Atas dasar kaitan konteks dengan teks sebagai data dalam wacana,
konteks juga merupakan data yang dipelajari dalam analisis wacana. Konteks dan
bahasa tuturan maupun bahasa tertulis adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal
tersebut didukung oleh pendapat beberapa ahli mengenai kajian analisis wacana.
Tentang fokus kajian analisis wacana, McCharthy (1997: 5) menyertakan
konteks dalam telaah wacana. Ia menyebutkan bahwa discourse analysis is
concerned with the study of the relationship between language and the
context which it is use. Analisis wacana mempelajari hubungan antara bahasa
dan konteks yang melatarbelakanginya. Kategori konteks bahasa yang menjadi
ranah analisis wacana disebutkan pula oleh McCharthy (1997: 5), yakni … written
texts of all kinds, and spoken data, from conversation to highly institutionalized
forms to talk (semua jenis teks tertulis dan teks lisan yang berupa percakapan-
percakapan yang dapat dilisankan).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, data kajian analisis wacana yang
akan dikemukakan dalam pembahasan pada tulisan ini adalah data berupa teks
lisan, teks tertulis, dan konteks.
E. Strategi Analisis Wacana
Jorgensen dan Phillips (2007: 267-270) menyajikan empat strategi yang bisa
digunakan dalam analisis wacana dengan berbagai pendekatan. Keempat strategi
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pembandingan
Yakni membandingkan dengan teks-teks lain secara teoretis
didasarkan pada sudut pandangan strukturalis. Contohnya menentukan
persamaan dan perbedaan dari dua teks bacaan.
2. Subtitusi
Yakni bentuk pembandingan analis menciptakan teks sebagai
pembandingnya. Dalam strategi ini kita bergerak ke arah berlawanan dengan
menyisipkan beberapa kata yang dipilih ke dalam teks, kita mendapatkan
kesan bagaimana kata-kata itu mengubah makna teks dan dengan demikian
kita memperoleh kesan bagaimana kata-kata yang benar dipilih itu
menciptakan makna-makna tertentu dalam teks bersangkutan. Contohnya
memparafrasekan puisi menjadi prosa.
3. Membesar-besarkan sesuatu yang terperinci
Kita bisa membesar-besarkan sesuatu yang terperinci tersebut dan
kemudian menanyakan kondisi-kondisi apa yang diperlukan agar ciri tersebut
masuk akal dan tentang interpretasi apa yang sekiranya secara keseluruhan
cocok dengan ciri tersebut. Contohnya menganalisis suatu wacana berdasarkan
ejaan dan tata tulisnya.
4. Vokalitas ganda
Menggambarkan logika kewacanaan atau suara-suara yang berbeda
dalam teks. Strategi ini didasarkan pada premis analisis wacana tentang
antartekstualitas. Contohnya menganalisis kata yang memiliki kesamaan vokal
namun berbeda tulisan, misalnya pada tulisan bang dan bank.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi analisis
wacana ada empat, yaitu (1) perbandingan, (2) substitusi, (3) membesar-besarkan
sesuatu yang terperinci, dan (4) vokalitas ganda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wacana merupakan rentetan kalimat yang saling berkaitan dan memiliki
makna yang dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana merupakan
satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki
kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas,
berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
Jenis wacana berdasarkan saluran komunikasi, wacana terdiri atas wacana
lisan dan wacana tulis. Jika berdasarkan tanggapan mitra tutur/pembaca, wacana
terbagi atas wacana transaksional dan wacana interaksional. Wacana berdasarkan
pemaparan terbagi atas lima jenis, yaitu deskripsi, narasi, argumentasi, eksposisi,
dan persuasif. Sedangkan wacana berdasarkan banyaknya peserta komunikasi
terbagi atas tiga, yaitu wacana monolog, wacana dialog, dan wacana polilog.
Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi, selain analisis
isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Analisis wacana merupakan
kegiatan mengkaji wacana tentang fungsi atau penggunaan bahasa sebagai sarana
komunikasi.
Data kajian analisis wacana yang akan dikemukakan dalam pembahasan
pada tulisan ini adalah data berupa teks lisan, teks tertulis, dan konteks.
Empat strategi yang bisa digunakan dalam analisis wacana dengan
berbagai pendekatan. Keempat strategi tersebut adalah perbandingan, subtitusi,
membesar-besarkan sesuatu yang terperinci, dan vokalitas ganda.
B. Saran
Guru menambah wawasan mengenai analisis wacana dan berbagai
strateginya agar dapat mendorong siswa dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan analitis.
DAFTAR PUSTAKA
Djajasudarma, F. 1994. Wacana (Pemahaman dan Hubungan Antarunsur).
Bandung: Eresco.
Henry Guntur Tarigan. 1987. Pengajaran wacana. Bandung: Angkasa.
Brown, G. dan Yule, G. 1996. Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge
University Press.
Cook, G. 1997. Discourse. Oxford: Oxford University Press.
Halliday, M.A.K dan Hasan, R. 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek
Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Alwi, H, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
McCarthy, M. 1997. Discourse Analysis for Language Teachers. Cambridge:
Cambridge University Press.
Martutik. 2009. Hakikat Wacana dan Wacana Bahasa Indonesia. Diperoleh dari
situs http://pustaka.ut.ac.id Pada tanggal 01 Juni 2018.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana:Teori, Metode, dan Aplikasi prinsip-Prinsip
Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Suwandi, S. 2008. Serbalinguistik. Surakarta: UNS Press.
Nababan, S. U. S. 2000. Analisis Wacana dan Pengajaran Bahasa (Modul
Pembelajaran Program Pascasarjana IKIP Jakarta). Jakarta: IKIP Jakarta.
Sumarlam, dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka
Cakra Surakarta.

More Related Content

What's hot

MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSIMAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
Nurulbanjar1996
 
Berbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistikBerbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistik
Astri Plenyet
 
Analisis kesalahan berbahasa - kesalahan berbahasa tataran semantik
Analisis kesalahan berbahasa - kesalahan berbahasa tataran semantikAnalisis kesalahan berbahasa - kesalahan berbahasa tataran semantik
Analisis kesalahan berbahasa - kesalahan berbahasa tataran semantik
AjengIlla
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosia
YahyaChoy
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
Imam Suwandi
 

What's hot (20)

Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Wacana
WacanaWacana
Wacana
 
DIGLOSIA
DIGLOSIADIGLOSIA
DIGLOSIA
 
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSIMAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
 
Penulisan paragraf
Penulisan paragrafPenulisan paragraf
Penulisan paragraf
 
Konsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatikKonsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatik
 
Berbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistikBerbagai kajian-linguistik
Berbagai kajian-linguistik
 
Makalah retorika
Makalah retorika Makalah retorika
Makalah retorika
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
 
Presentasi Aliran Linguistik Tagmemik
Presentasi Aliran Linguistik TagmemikPresentasi Aliran Linguistik Tagmemik
Presentasi Aliran Linguistik Tagmemik
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kode
 
Analisis kesalahan berbahasa - kesalahan berbahasa tataran semantik
Analisis kesalahan berbahasa - kesalahan berbahasa tataran semantikAnalisis kesalahan berbahasa - kesalahan berbahasa tataran semantik
Analisis kesalahan berbahasa - kesalahan berbahasa tataran semantik
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosia
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Sejarah perkembangan psikolinguistik
Sejarah perkembangan psikolinguistikSejarah perkembangan psikolinguistik
Sejarah perkembangan psikolinguistik
 
Konsep Dasar Retorika
Konsep Dasar RetorikaKonsep Dasar Retorika
Konsep Dasar Retorika
 
makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif
 
Implikatur shintia
Implikatur shintiaImplikatur shintia
Implikatur shintia
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
 

Similar to Analisis Wacana

12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
busitisahara
 
Wacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursusWacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursus
Ahyaniyani
 
Pengertian,jenis, karakteristik dan contoh Wacana.pptx
Pengertian,jenis, karakteristik dan contoh Wacana.pptxPengertian,jenis, karakteristik dan contoh Wacana.pptx
Pengertian,jenis, karakteristik dan contoh Wacana.pptx
Ireclever
 
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
busitisahara
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacana
febrino
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
juniato
 

Similar to Analisis Wacana (20)

Makalah wacana
Makalah wacanaMakalah wacana
Makalah wacana
 
tugas mahasiswa
tugas mahasiswatugas mahasiswa
tugas mahasiswa
 
Bab v wacana
Bab v wacanaBab v wacana
Bab v wacana
 
Jenis Wacana.pptx
Jenis Wacana.pptxJenis Wacana.pptx
Jenis Wacana.pptx
 
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
 
Wacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursusWacana, discourse dan discursus
Wacana, discourse dan discursus
 
Pengertian,jenis, karakteristik dan contoh Wacana.pptx
Pengertian,jenis, karakteristik dan contoh Wacana.pptxPengertian,jenis, karakteristik dan contoh Wacana.pptx
Pengertian,jenis, karakteristik dan contoh Wacana.pptx
 
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
12. pratik penulisan karya ilmiah; resensi, proposal, dan laporan
 
Makalah Tipe Makna
Makalah Tipe Makna Makalah Tipe Makna
Makalah Tipe Makna
 
Wacana.pptx
Wacana.pptxWacana.pptx
Wacana.pptx
 
Typing tugas resume
Typing tugas resumeTyping tugas resume
Typing tugas resume
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacana
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysis
 
Makalah sejarah retorika
Makalah sejarah retorikaMakalah sejarah retorika
Makalah sejarah retorika
 
Soal bahasa dan sastra indonesia
Soal bahasa dan sastra indonesiaSoal bahasa dan sastra indonesia
Soal bahasa dan sastra indonesia
 
Tugas power point
Tugas power pointTugas power point
Tugas power point
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Semantik makna
Semantik maknaSemantik makna
Semantik makna
 
Kelompok 7
Kelompok 7Kelompok 7
Kelompok 7
 
Discourse Analysis
Discourse AnalysisDiscourse Analysis
Discourse Analysis
 

More from Hariyatunnisa Ahmad

More from Hariyatunnisa Ahmad (20)

Model Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di JepangModel Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di Jepang
 
Media Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 DimensiMedia Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 Dimensi
 
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanMini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
 
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
 
Sastra Anak
Sastra AnakSastra Anak
Sastra Anak
 
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemPerangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
 
Pembuktian Fonem
Pembuktian FonemPembuktian Fonem
Pembuktian Fonem
 
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar DewantaraPemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
 
Filsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan PancasilaFilsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan Pancasila
 
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeFilsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan Esensialisme
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Membaca
MembacaMembaca
Membaca
 
Duga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak DiriDuga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak Diri
 
Menyimak
MenyimakMenyimak
Menyimak
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
 
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
 
Konsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen KelasKonsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen Kelas
 
Analisis Butir Soal
Analisis Butir SoalAnalisis Butir Soal
Analisis Butir Soal
 
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKnAnalisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
 

Recently uploaded

KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
GilangNandiaputri1
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
cupulin
 

Recently uploaded (20)

Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIPPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 

Analisis Wacana

  • 1. ANALISIS WACANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah wacana berasal dari kata Sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya hak asasi manusia, demokrasi, dan lingkungan hidup. Oleh karena banyaknya kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. Pembahasan wacana berkitan erat dengan pembahasan keterampilan berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yaitu berbicara dan menulis. Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi. Analisis wacana adalah ilmu yang baru muncul beberapa puluh tahun belakangan ini, sebelumnya aliran-aliran linguistik hanya membatasi penganalisaannya pada sosial kalimat saja, namun belakangan ini barulah para ahli bahasa memalingkan perhatiannya pada penganalisaan wacana. Objek kajian atau penelitian analisis wacana pada umumnya berpusat pada bahasa yang digunakan sehari-hari, baik yang berupa teks maupun lisan. Jadi objek kajian atau penelitian analisis wacana adalah unit bahasa diatas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan dan konteks yang eksis dikehidupan sehari-hari, misalnya naskah pidato, rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat, dan sebagainya, dan pembahasan wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat dalam teks. Berpijak dari penjelasan di atas, penulis tertarik membuat makalah mengenai “Analisis Wacana”.
  • 2. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, didapat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa itu wacana? 2. Apa saja jenis-jenis wacana? 3. Apa itu analisis wacana? 4. Apa saja ruang lingkup analisis wacana? 5. Bagaimana strategi analisis wacana? C. Tujuan Penulisan Berdasar pada rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan pengertian wacana. 2. Mendeskripsikan jenis-jenis wacana. 3. Mendeskripsikan analisis wacana. 4. Mendeskripsikan ruang lingkup analisi wacana. 5. Menjelaskan strategi yang digunakan dalam analisis wacana. D. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan makalah ini secara teoretis yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai analisis wacana. Adapaun manfaat secara praktis yaitu: 1. Bagi Guru a. Menambah wawasan mengenai analisis wacana. b. Menambah wawasan mengenai strategi yang digunakan untuk pembelajaran analisis wacana. 2. Bagi Siswa a. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis. b. Meningkatkan kemampuan berpikir analitis.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Wacana Wacana merupakan satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 1987: 27). Djajasudarma (1994: 1) menjelaskan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan yang akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau wacana. Wacana menurut Alwi, dkk. (2000: 41) adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi antara kalimat-kalimat tersebut. Sumarlan, dkk. (2009: 15) juga mengemukakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren. Selain itu, Depdiknas (2003: 1265) juga mendefinisikan wacana sebagai satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam betuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa wacana merupakan rentetan kalimat yang saling berkaitan dan memiliki makna yang dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
  • 4. B. Jenis-jenis Wacana Klasifikasi wacana menurut Leech (1974) sebagai berikut: 1. Jenis Wacana Berdasarkan Saluran Komunikasi Berdasarkan saluran komunikasi, wacana terdiri atas wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan memiliki karakteristik adanya penutur dan mitra tutur, bahasa yang dituturkan, dan alih tutur atau transisi giliran bicara. Wacana tulis memiliki karakteristik adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan, dan sistem ejaan yang digunakan. Nababan (2002) dan Mulyana (2005: 51-52) membedakan wacana lisan dan tertulis sebagai berikut. Wacana Lisan Wacana Tulisan 1. Untuk interaksi (bermasyarakat) dan informasi. 2. Kalimat subordinasi sedikit jumlahnya. 3. Waktu berpikir sedikit; suatu respons harus segera diberikan. 4. Komunikasi dua arah (tatap muka, telepon). 5. Kosakata yang umum diketahui orang. 6. Pembicara dapat sering mengulang kata, frasa, kalimat untuk tujuan penekanan sesuatu hal. 7. Ada giliran berbicara dan interupsi dapat terjadi. 8. Ada pengisi jeda dengan pemarkah (hm, apa itu, dsb.) dan diam. 1. Untuk penyimpanan informasi dan pengetahuan (dokumentasi). 2. Kalimat subordinasi lebih banyak jumlahnya. 3. Waktu berpikir lebih lama. Kalimat dapat disusun secara cermat. 4. Komunikasi dua arah, tetapi pembaca dan penulis tak dapat segera bertanya-jawab. 5. Kosakata lebih khsuus, sesuai keperluan atau tujuan 6. Penulis tidak mengulang kata, frasa atau kalimat, kecuali untuk tujuan gramatikal. 7. Tidak ada giliran dan tidak ada interupsi. 8. Tidak ada pemarkah atau diam. 9. Tidak ada intonasi.
  • 5. Wacana Lisan Wacana Tulisan 9. Intonasi sering menentukan nilai ilokusi. 10. Ada unsur paralinguistik dan komunikasi nonverbal lainnya. 11. Ada feedback dan repair 10. Tidak ada unsur paralinguistik atau komunikasi nonverbal. 11. Tidak ada feedback dan repair 2. Jenis Wacana Berdasarkan Tanggapan Mitra Tutur/Pembaca Berdasarkan tanggapan mitra tutur/pembaca, wacana terbagi atas wacana transaksional dan wacana interaksional. Wacana transaksional diidentikkan dengan adanya pemenuhan oleh rekan tutur/pembaca atas kehendak dan keinginan penutur/penulis. Wacana interaksional ditandai adanya tanggapan timbal balik dari penutur dan mitra tutur. Contoh wacana transaksional yaitu berupa perintah atau permohonan. Guru: “Ali, mari pimpin doa terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran!” Ali: “Baik, bu.” Contoh wacana interaksional yaitu berupa tawar menawar biasanya dalam transaksi jual beli. Penumpang : “Ke stasiun berapa, pak?” Tukang becak : “tujuh ribu, dik.” Penumpang : “Wah, mahal sekali. Lima ribu bagaimana, pak?” Tukang becak : “Bolehlah, silakan naik.” 3. Jenis Wacana Berdasarkan Pemaparan Wacana berdasarkan pemaparan terbagi atas lima jenis, yaitu deskripsi, narasi, argumentasi, eksposisi, dan persuasif. Kelima jenis tersebut menurut Djajasudarma (1994: 11) merupakan jenis wacana berdasarkan tujuan komunikasi. Djajasudarma juga menjelaskan bahwa (1) wacana deskriptif ini, ada yang hanya memaparkan sesuatu secara objektif dan ada pula yang memaparkannya secara imajinatif, seperti: ungkapan bersifat deskriptif, tidak menggunakan kata-kata evaluatif, objektif, tidak mempunyai penanda
  • 6. pergeseran waktu; (2) wacana eksposisi yaitu menerangkan sesuatu yang berisi konsep-konsep logika, menerangkan poros/prosedur aktivitas; (3) wacana asrgumentatif yaitu wacana yang mempengaruhi pembaca/pendengar agar menerima pernyataan perintah yang mempunyai elemen pokok seperti pernyataan, alasa, dan pembenaran, serta elemen pelengkap berisi pendukung, modal, dan sanggahan; (4) wacana persuasi merupakan wacana yang mempengaruhi mitra tutur melakukan tindakan sesuai harapan penutur; (5) wacana narasi merupakan rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan hal atau kejadian (peristiwa) melalui penonjolan pelaku. Unsur daru wacana narasi adalah waktu, pelaku, dan peristiwa. 4. Jenis Wacana Berdasarkan Banyaknya Peserta Komunikasi Wacana berdasarkan banyaknya peserta komunikasi terbagi atas tiga, yaitu wacana monolog, wacana dialog, dan wacana polilog. Wacana monolog dicirikan oleh adanya satu orang yang terlibat dalam komunikasi, misalnya seorang penyiar berita di televisi. Wacana dialog ditandai oleh adanya dua orang yang terlibat dalam komunikasi, misalnya percakapan langsung, percakapan via telepon, dan surat menyurat. Wacana polilog melibatkan banyak peserta komunikasi atau lebih dari dua peserta, misalnya rapat, konferensi, dan seminar. Pada dasarnya jenis wacana terbagi atas empat kategori, yaitu (1) berdasarkan saluran komunikasi, (2) berdasarkan tanggapan mitra tutur/pembaca, (3) berdasarkan pemaparan, dan (4) berdasarkan banyaknya peserta komunikasi. C. Hakikat Analisis Wacana Stubbs (1984:1) mengemukakan pendapatnya tentang analisis wacana, sebagaimana berikut ini. “(Analisis wacana) merujuk pada upaya mengkaji pengaturan bahasa di atas klausa dan kalimat, dan karenanya juga mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas. Seperti pertukaran percakapan atau bahasa tulis. Konsekuensinya, analisis wacana juga memperhatikan bahasa pada waktu digunakan dalam konteks sosial, khususnya interaksi antarpenutur”.
  • 7. Brown and Yule (1996: 1) menjelaskan bahwa the analysis of discourse is, necessarily, the analysis of language in use, analisis wacana merupakan analisis dari bahasa itu sendiri. Nunan (1993: 7) juga berpendapat hal yang sama, yaitu analisis wacana melibatkan penggunaan bahasa itu sendiri. Sejalan dengan beberapa pendapat diatas, Suwandi (2008: 145) mengemukakan bahwa analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi bahasa atau penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi. Cook (1997: 6) juga mengemukakan bahwa analisis wacana berhubungan dengan pengkajian koherensi bahasa. Tentang fokus kajian analisis wacana, McCharthy (1997: 5) menyertakan konteks dalam telaah wacana. Ia menyebutkan bahwa discourse analysis is concerned with the study of the relationship between language and the context which it is use. Analisis wacana adalah studi tentang hubungan antara bahasa dan konteks pemakainya. Kartomiharjo (1991) mengemukakan bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. Analisis wacana adalah telaah mengenal aneka fungsi (pragmatik) bahasa (Sobur, 2009: 48). Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi, selain analisis isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis isi kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. Lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui apa isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan lewat kata, frasa, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan (Eriyanto, 2011: 221). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis wacana merupakan kegiatan mengkaji wacana tentang fungsi atau penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi.
  • 8. Analisis wacana menurut Darwoto (2014) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Bentuk kajian tentang pembahasan wacana. 2. Bersifat alamiah baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. 3. Bersifat interpretatif-pragmatis baik bahasanya maupun maksudnya. 4. Inferensif, yaitu mempunyai simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. 5. Wujud bahasa yang lebih jelas, karena didukung oleh situasi yang tepat. 6. Upaya untuk menangkap makna dari penyapa (addressor) kepada pesapa (addressee). 7. Upaya untuk mengetahui konstelasi kekuatan dalam proses produksi dan reproduksi makna. D. Ruang Lingkup Analisis Wacana Rani, Arifin, dan Martutik (2006: 9) menyebutkan bahwa wacana dapat berbentuk lisan atau tulis. Lebih jelas mereka mengemukakan bahwa data dalam analisis wacana selalu berupa teks baik teks lisan maupun tertulis. Halliday dan Hasan (1994 :13) mengemukakan bahwa teks adalah bahasa yang berfungsi, yang dimaksud fungsi adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam konteks situasi. Berdasarkan pengertian teks tersebut, semua bahasa yang mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi akan disebut teks. Bahasa tersebut mugkin dalam bentuk tutur dan tulis. Nababan (2000) mengemukakan bahwa ruang lingkup analisis wacana dewasa ini sudah sangat luas. Nababan juga memfokuskan ruang lingkup analisis wacana dalam bentuk analisis wacana lisan dan tulisan. Selanjutnya Halliday dan Hasan (1994 :97) menjelaskan bahwa kesatuan adalah sifat teks yang sangat penting dan struktur suatu teks berkaitan erat dengan konteks situasi. Atas dasar kaitan konteks dengan teks sebagai data dalam wacana, konteks juga merupakan data yang dipelajari dalam analisis wacana. Konteks dan bahasa tuturan maupun bahasa tertulis adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut didukung oleh pendapat beberapa ahli mengenai kajian analisis wacana.
  • 9. Tentang fokus kajian analisis wacana, McCharthy (1997: 5) menyertakan konteks dalam telaah wacana. Ia menyebutkan bahwa discourse analysis is concerned with the study of the relationship between language and the context which it is use. Analisis wacana mempelajari hubungan antara bahasa dan konteks yang melatarbelakanginya. Kategori konteks bahasa yang menjadi ranah analisis wacana disebutkan pula oleh McCharthy (1997: 5), yakni … written texts of all kinds, and spoken data, from conversation to highly institutionalized forms to talk (semua jenis teks tertulis dan teks lisan yang berupa percakapan- percakapan yang dapat dilisankan). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, data kajian analisis wacana yang akan dikemukakan dalam pembahasan pada tulisan ini adalah data berupa teks lisan, teks tertulis, dan konteks. E. Strategi Analisis Wacana Jorgensen dan Phillips (2007: 267-270) menyajikan empat strategi yang bisa digunakan dalam analisis wacana dengan berbagai pendekatan. Keempat strategi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Pembandingan Yakni membandingkan dengan teks-teks lain secara teoretis didasarkan pada sudut pandangan strukturalis. Contohnya menentukan persamaan dan perbedaan dari dua teks bacaan. 2. Subtitusi Yakni bentuk pembandingan analis menciptakan teks sebagai pembandingnya. Dalam strategi ini kita bergerak ke arah berlawanan dengan menyisipkan beberapa kata yang dipilih ke dalam teks, kita mendapatkan kesan bagaimana kata-kata itu mengubah makna teks dan dengan demikian kita memperoleh kesan bagaimana kata-kata yang benar dipilih itu menciptakan makna-makna tertentu dalam teks bersangkutan. Contohnya memparafrasekan puisi menjadi prosa.
  • 10. 3. Membesar-besarkan sesuatu yang terperinci Kita bisa membesar-besarkan sesuatu yang terperinci tersebut dan kemudian menanyakan kondisi-kondisi apa yang diperlukan agar ciri tersebut masuk akal dan tentang interpretasi apa yang sekiranya secara keseluruhan cocok dengan ciri tersebut. Contohnya menganalisis suatu wacana berdasarkan ejaan dan tata tulisnya. 4. Vokalitas ganda Menggambarkan logika kewacanaan atau suara-suara yang berbeda dalam teks. Strategi ini didasarkan pada premis analisis wacana tentang antartekstualitas. Contohnya menganalisis kata yang memiliki kesamaan vokal namun berbeda tulisan, misalnya pada tulisan bang dan bank. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi analisis wacana ada empat, yaitu (1) perbandingan, (2) substitusi, (3) membesar-besarkan sesuatu yang terperinci, dan (4) vokalitas ganda.
  • 11. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Wacana merupakan rentetan kalimat yang saling berkaitan dan memiliki makna yang dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana merupakan satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Jenis wacana berdasarkan saluran komunikasi, wacana terdiri atas wacana lisan dan wacana tulis. Jika berdasarkan tanggapan mitra tutur/pembaca, wacana terbagi atas wacana transaksional dan wacana interaksional. Wacana berdasarkan pemaparan terbagi atas lima jenis, yaitu deskripsi, narasi, argumentasi, eksposisi, dan persuasif. Sedangkan wacana berdasarkan banyaknya peserta komunikasi terbagi atas tiga, yaitu wacana monolog, wacana dialog, dan wacana polilog. Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi, selain analisis isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Analisis wacana merupakan kegiatan mengkaji wacana tentang fungsi atau penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi. Data kajian analisis wacana yang akan dikemukakan dalam pembahasan pada tulisan ini adalah data berupa teks lisan, teks tertulis, dan konteks. Empat strategi yang bisa digunakan dalam analisis wacana dengan berbagai pendekatan. Keempat strategi tersebut adalah perbandingan, subtitusi, membesar-besarkan sesuatu yang terperinci, dan vokalitas ganda. B. Saran Guru menambah wawasan mengenai analisis wacana dan berbagai strateginya agar dapat mendorong siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Djajasudarma, F. 1994. Wacana (Pemahaman dan Hubungan Antarunsur). Bandung: Eresco. Henry Guntur Tarigan. 1987. Pengajaran wacana. Bandung: Angkasa. Brown, G. dan Yule, G. 1996. Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press. Cook, G. 1997. Discourse. Oxford: Oxford University Press. Halliday, M.A.K dan Hasan, R. 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Alwi, H, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. McCarthy, M. 1997. Discourse Analysis for Language Teachers. Cambridge: Cambridge University Press. Martutik. 2009. Hakikat Wacana dan Wacana Bahasa Indonesia. Diperoleh dari situs http://pustaka.ut.ac.id Pada tanggal 01 Juni 2018. Mulyana. 2005. Kajian Wacana:Teori, Metode, dan Aplikasi prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. Suwandi, S. 2008. Serbalinguistik. Surakarta: UNS Press. Nababan, S. U. S. 2000. Analisis Wacana dan Pengajaran Bahasa (Modul Pembelajaran Program Pascasarjana IKIP Jakarta). Jakarta: IKIP Jakarta. Sumarlam, dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.