SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MATA KULIAH PRAGMATIK
Dosen Pembimbing Prof. Dr. Jumadi, M.Pd.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
Dita Aprillia NIM A1B114012
Hilda Saraswati NIM A1B114023
Yeni NIM A1B114102
Muhammad Ridho Pahlawan NIM A1B114077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Struktur Percakapan dan
Preferensi”. Makalah ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah kelompok Pragmatik yang
diampu oleh Dosen Dr. Jumadi, M.Pd.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan
makalah ini selanjutnya.
Banjarmasin, 11 November 2016
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG .....................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................3
1.3 TUJUAN ..........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PERCAKAPAN.....................................................................................4
2.2 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERCAKAPAN...................5
2.3 ANALISIS STRUKTUR WACANA ..............................................................................6
2.4 JEDA, TUMPANG TINDIH, DAN SALURAN BELAKANG(BACKCHANNEL).....7
2.5 GAYA PERCAKAPAN ................................................................................................10
2.6 STRUKTUR PREFERENSI..........................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 SIMPULAN ...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam percakapan tentu saja sering terjadi kesalahan atau miskomunikasi sehingga
pesan yang dimaksud oleh pembicara atau penutur tidak tersampaikan secara efektif kepada
lawan bicara atau petutur sehingga lawan bicara pun memberikan respon yang gamblang
yang mengakibatkan proses komunikasi atau tindak bahasa tersebut tidak lancar atau
mengalami kendala. Hal inilah yang menjadi masalah dalam setiap percakapan. Masalah ini
timbul karena kita tidak mahir dalam menggunakan bahasa. Pada hal unsur utama dalam
percakapan adalah penggunaan bahasa yang baik. Kita dituntut untuk menggunakan bahasa
yang baik sehingga dapat mengendalikan proses percakapan ke arah yang diharapkan. Tetapi
yang sering terjadi adalah penyimpangan-penyimpangan yang menimbulkan efek ‘tidak
enak’ bagi kedua pihak, yaitu penutur dan petutur.
Kemahiran menggunakan bahasa yang baik dapat kita peroleh berdasarkan aktivitas
belajar dan pembiasaan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan. Kemahiran ini
meliputi beberapa aspek penting, yaitu mengenai cara membuka dan menutp percakapan serta
pengembangan bahasa dalam percakapan. Aspek-aspek tersebut merupakan hal yang perlu
kita perhatikan agar percakapan yang kita lakukan dapat berhasil semaksimal mungkin. Oleh
karena itu, penulis merasa penting menyusun makalah ini yang bertujuan memberi perluasan
wawasan bagi para pembaca agar semakin mahir menggunakan bahasa dalam percakapan
khususnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
A. Apakah yang dimaksud dengan percakapan?
B. Apa sajakah yang harus kita perhatikan dalam percakapan?
C. Bagaimanakah struktur dari sebuah percakapan?
1.3 TUJUAN
A. Dapat mengetahui definisi percakapan
B. Mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam percakapan
C. Mengetahui struktur dari sebuah percakapan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Percakapan
Percakapan sering kita artikan sebagai pertukaran informasi antara satu pihak dengan
pihak lain. Pengertian itu adalah makna umum dari percakapan, tetapi sesungguhnya
percakapan itu memiliki makna yang lebih luas dan spesifik. Menurut Richardt dalam Antilan
Purba (2002:93) percakapan adalah interaksi oral dengan bertatap muka antara dua partisipan
atau lebih. Sedangkan menurut Antilan Purba (2002:95) percakapan adalah pertukaran
pembicaraan yang diawali dan diinterpretasikan berdasarkan kaidah-kaidah dan norma-norma
kerja sama percakapan yang dipahami secara intuisi dan dibutuhkan secara umum. Memang
cukup sulit memahami pernyataan dari Antilan Purba tersebut. Tetapi dapat kita gambarkan
bahwa maksudnya adalah percakapan bukan hanya sekedar pertukaran pembicaraan atau
topik informasi semata tetapi juga dibutuhkan keahlian atau kecakapan tertentu agar
percakapan itu berjalan efektif.
Percakapan merupakan pelatihan organ bicara kita dalam menggunakan bahasa. Hal
ini dapat kita peroleh berdasarkan pengalaman dengan belajar tata bahasa serta
perbendaharaan kata. Dengan belajar bahasa, kita akan lebih memahami cara pemakaian
bahasa dan kosa kata yang kita miliki akan lebih luas sehingga kita akan lebih mudah
mengungkapkan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran kita yang berefek pada efektifnya
komunikasi dengan lawan bicara. Oleh karena itu, studi percakapan perlu kita pahami dengan
baik agar kompetensi percakapan mampu kita praktikkan dengan benar dalam tindak bahasa
sehari-hari.
Pengertian percakapan itu sendiri sesungguhnya berkaitan erat dengan pengertian
bahasa. Bahasa diperlukan sebagai media dalam komunikasi verbal. Kaidah-kaidah bahasa
dirumuskan dalam bentuk yang mencirikan elemen bahasa seperti fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Melalui proses inilah struktur bahasa ditemukan. Oleh karena itu,
struktur bahasa tidak dapat dipisahkan dari percakapan. Hal inilah yang merujuk bahwa
percakapan adalah suatu aktivitas yang dipelajari untuk memperoleh kompetensi berbahasa.
5
2.2 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Percakapan
Jalaluddin Rakhmat (2011:1) mengatakan di antara karunia Tuhan yang paling besar
bagi manusia ialah kemampuan berbicara. Kemampuan untuk mengungkapkan isi hatinya
dengan bunyi yang dikeluarkan dari mulutnya. Dengan berbicara, kita bisa menyampaikan
aspirasi kita dan kita mampu bertukar pikiran dengan orang lain. Sehingga tidak heran jika
ada asumsi yang mengatakan selama ada kesempatan untuk berbicara, tiada masalah yang
tidak dapat dipecahkan dan diselesaikan.
Berbicara merupakan salah satu tindak komunikatif berupa percakapan. Henry Guntur
Tarigan (2009:131) mengatakan bahwa konversasi atau percakapan merupakan wadah yang
paling ampuh bagi penggunaan kaidah-kaidah atau aturan-aturan wacana secara fungsional.
Dalam percakapan tentu saja ada hal atau aturan yang harus kita perhatikan. Menurut Antilan
Purba (2002:96) hal yang harus diperhatikan tersebut dibagi menjadi 6 bagian, yaitu:
(1) bagaimana menarik perhatian seseorang
(2) bagaimana cara memulai pembicaraan
(3) bagaimana cara mengakhiri pembicaraan
(4) bagaimana cara memilih topik pembicaraan
(5) bagaimana cara menginterupsi atau memotong pembicaraan
(6) bagaimana cara memperbaiki kesalahan.
Sedangkan Henry Guntur Tarigan (2009:132) membaginya menjadi tiga kelompok
besar, yaitu
(1) bagaimana cara menarik perhatian seseorang
(2) bagaimana cara memulai, memprakarsai pokok pembicaraan, dan menyudahi
pembicaraan
(3) bagaimana cara menginterupsi, menyela, memotong pembicaraan, mengoreksi,
memperbaiki kesalahan, atau meminta penjelasan.
Memperhatikan suatu hal atau aturan tentu saja memiliki tujuan tersendiri. Begitu
juga halnya dengan percakapan. Kita memperhatikan hal atau aturan-aturan dalam
percakapan agar aktivitas berbahasa tersebut berjalan secara efektif dan efisien. Percakapan
yang berhasil adalah percakapan yang meninggalkan kesan baik setelah percakapan itu
6
berakhir. Sebagai makhluk sosial tentu saja kita dituntut untuk bermasyarakat. Dalam
bermasyarakat kita harus mampu berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Interaksi sosial
akan tercipta dengan peristiwa komunikasi berbahasa. Oleh karena itu, kita harus menguasai
kaidah percakapan yang menunjang kita menjadi individu yang memiliki kecakapan dalam
berbahasa.
2.3 ANALISIS STRUKTUR PERCAKAPAN
Struktur percakapan disebut juga organisasi percakapan. Struktur percakapan tidak
dapat kita lihat dengan begitu jelas seperti halnya struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Struktur percakapan ini diperoleh berdasarkan pengamatan situasi-situasi ketika
percakapan sedang terjadi. Analisis percakapan merupakan suatu rangkaian yang menarik
dalam ilmu komunikasi. Pada dasarnya percakapan merupakan manifestasi dalam
membangun sebuah interaksi. Dalam struktur percakapan terdapat “suatu kesempatan bicara”
atau hak untuk bicara. Kesempatan tersebut memotivasi seseorang berusaha untuk
mengambil alih giliran yaitu pengambilan giliran. Kemungkinan adanya suatu perubahan
siapa yang mendapat giliran bicara tersebut. Tempat terjadinya perubahan giliran yang
mungkin tersebut disebut Tempat Relevansi Transisi (Transition Relevance Place atau TRP).
Dalam setiap kelompok sosial, ada ciri-ciri pembicaraan ( atau tidak adanya pembicaraan)
yang biasanya berkaitan dengan TRP.
Entitas penggunaan bahasa dalam percakapan tersebut dapat dilihat dua aspek yaitu
aspek isi percakapan dan aspek formal percakapan. Aspek isi percakapan ini meliputi topik
yang menjadi pokok pembicaraan, dan penyampaian topik dalam percakapan. Adapun aspek
formal percakapan meliputi hal-hal bagaimana percakapan itu bekerja, aturan-aturan yang
dipatuhi, dan bagaimana mekanisme dalam memperoleh kesempatan bicara atau giliran
bicara (turn-taking).
Giliran bicara (turn-taking) adalah waktu dimana penutur kedua mengambil alih
giliran berbicara dari penutur sebelumnya, dan juga sebaliknya. Pengambilan giliran ini
merupakan suatu bentuk aksi sosial yang berjalan menurut sistem pengaturan setempat secara
konvensional. Pergantian dari setiap penutur berikutnya sangat dihargai. Pertukaran disertai
dengan kesenyapan yang lama atau adanya overlaps. Apabila pertukaran yang disertai dengan
kesenyapan yang lama diantara dua giliran, maka dirasakan percakapan yang terjadi terasa
kaku. Jeda yang sangat pendek merupakan bentuk keragu-raguan, sedangkan jeda yang
panjang menjadi kesenyapan. Strategi dalam turn-taking ada tiga jenis yaitu:
7
a. Taking the floor yaitu waktu dimana penutur pertama atau penutur selanjutnya
mengambil alih giliran bicara. Jenis-jenis taking the floor antara lain:
- Starting up (mengawali pembicaraan) bisa dilakukan dengan keragu-raguan atau
ujaran yang jelas.
- Taking over yaitu mengambil alih giliran berbicara (bisa diawali dengan
konjungsi).
- Interupsi, yaitu mengambil alih giliran berbicara karena penutur yang akan
mengambil alih giliran bicara merasa bahwa pesan yang perlu disampaikan oleh
penutur sebelumnya sudah cukup sehingga giliran bicara diambil alih oleh penutur
selanjutnya.
- Overlap, yaitu penutur selanjutnya memprediksi bahwa penutur sebelumnya akan
segera memberikan giliran berbicara kepada penutur selanjutnya, maka ia
mengambil alih giliran berbicara. Lambang transkripnya (//)
b. Holding the floor, yaitu waktu dimana penutur sedang mengujarkan ujaran-ujaran,
serta bagaimana penutur mempertahankan giliran berbicaranya.
c. Yielding the floor yaitu waktu dimana penutur memberikan giliran berbicara kepada
penutur selanjutnya.
2.4 JEDA, TUMPANG-TINDIH, DAN SALURAN BELAKANG (Backchannel)
Sebagian besar waktu percakapan terdiri atas dua partisipan atau lebih yang
bergiliran, dan hanya satu partisipan yang bertutur pada satu waktu. Transisi-transisi yang
lancar dari satu penutur ke penutur lainnya tampaknya dinilai. Transisi-transisi dengan diam
panjang antara giliran-giliran tutur atau dengan tumpang-tindih (overlapping) yang banyak
(yakni kedua penutur mencoba bertutur pada saat yang sama) dirasa kaku. Bila dua orang
berusaha melakukan percakapan dan menemukan tidak ada ‘aliran’, atau irama yang lancar
pada transisi-transisi mereka, hal-hal yang dikomunikasikan jauh lebih banyak dari pada yang
dikatakan. Ada rasa jarak, tidak adanya keakraban atau ketenangan, sebagaimana interaksi
ynag ditujukan pada percakapan di bawah ini:
Tn. Strait : Kau ambil jurusan apa, Dave?
Dave : Bahasa Inggris – tapi sebenarnya saya belum memutuskan.
Tn. Strait : Jadi – kau ingin jadi guru?
Dave : Tidak – sebenarnya bukan itu jika saya dapat bersabar.
8
Tn. Strait : Apa - // ke mana kau – (maju terus)
Dave : Maksudku pilihanku – oh maaf // aku em –
Dapat dikatakan jeda-jeda yang pendek ditandai dengan tanda pisah (-) hanya
merupakan keragu-raguan, tetapi jeda-jeda yang panjang menjadi diam dalam artian tidak
dapat dikaitkan dengan penutur kedua karena masing-masing telah menyelesaikan giliran
tuturnya. Jika seorang penutur benar-benar mengambil alih floor dari yang lain dan orang
yang lain tersebut tidak berbicara, diam dapat dikaitkan dengan penutur kedua dan menjadi
signifikan. Ini adalah diam yang dapat dikaitkan. Perhatikan percakapan berikut.
Jan : Dave, aku akan ke toko ( 2 detik )
Jan : Dave? ( 2 detik )
Jan : Dave – ada yang salah?
Dave : Apa? Apa yang salah?
Jan : Tak apa-apa.
Dua baris terakhir pada contoh percakapan sebelumnya mengilustrasikan tumpang-
tindih yang secara konvensional ditandai denga dua buah garis (//) pada permulaan
pembicaraan yang tumpang tindih. Lazimnya, tumpang-tindih pertama terjadi saat kedua
penutur berusaha memulai pembicaraan. Namun, untuk dua penutur yang sedang mengalami
kesusahan yang etrlibat dalam irama percakapan yang dilakukan bersama, pola berhenti-
mulai-tumpang-tindih-berhenti bisa diulangi-ulangi.
Ada jenis jenis tumpang-tindih yaitu yang tampak berfungsi seperti ekspresi solidaritas
atau berdekatan dalam mengekspresikan atau nilai-nilai yang serupa. Perhatikan percakapan
di bawah ini.
Min : Apakah kau melihatnya dalam video?
Wendy : Ya, sebagian di pantai.
Min : Ya Tuhan // dia begitu seksi.
Wendy : Dia hanya begitu dingin!
Min : Dan semua gelombang // menghantam di sekelilingnya
Wendy : Ya itu benar-benar ganas!
9
Contoh di atas tumpang-tindih mengkomunikasikan berdekatan. Contoh di bawah ini
tumpang tindih mengkomunikasikan persaingan.
Joe : Ketika mereka di dalam // tunggu dapatkah aku selesaikan?
Jerry : Itulah hal penting yang aku katakan.
Tipe lain cara untuk mempertahankan floor adalah menunjukkan bahwa ada struktur
yang lebih besar bagi giliran anda dengan memulai dengan tipe ekspresi yang ditunjukkan di
bawah ini.
a. Ada tiga hal penting yang ingin aku utarakan – pertama…
b. Ada lebih dari satu cara untuk melakukan ini – satu contoh adalah…
c. Tidakkah kau tahu tentang melvin? – oh, saat itu akhir oktober.
d. Apakah kau dengar tentang mobil baru Cindy? – dia membelinya di ….
Ekspresi-ekspresi dalam a dan b berkaitan dengan berbagai pembahasan terhadap fakta-fakta
atau opini-opini, sedangkan ekspresi-ekspresi dalam c dan d merupakan pendahuluan
terhadap penceritaan cerita. Ekspresi ekspresi tersebut digunakan untuk mendapatkan
pertukaran proses giliran tutur secara teratur yang ditangguhkan dan memberikan kesempatan
kepada satu penutur untuk mendapatkan giliran yang lebih luas. Dalam giliran yang lebih
luas, para penutur masih mengharapkan pasangan-pasangan mereka yang menunjukan bahwa
mereka menyimak. Cara melakukan hal itu yaitu dengan ekspresi wajah dan bebagai gerakan
anggota tubuh lainnya. Indikasi-indikasi vokal paling umum yaitu disebut saluran belakang.
Deni : Jika anda banyak menggunakan layanan jarak jauh, anda akan...
Fitri : uh-uh
Deni : tertarik pada potongan harga yang sedang saya katakan karena...
Fitri : yeah
Deni : layanan ini dapat menyelamatkan uang Anda untuk mengubah menjadi layanan
yang lebih murah.
Fitri : mmm
Tipe-tpe sinya ini (‘uh-uh’, ‘yeah’, ‘mmm’) memberikan umpan balik bagi penutur yang
sedang berbicara bahwa pentingnya pesan sedang diterima. Biasanya sinyal-sinyal tersebut
10
menunjukan bahwa penyimak mengikuti, dan tidak berkeberatan terhadap apa yang sedang
dikatakan oleh penutur itu.
2.5 GAYA PERCAKAPAN
Banyak ciri yang mengkarakterisasikan sistem giliran tutur percakapan berkaitan
dengan maksud oleh para penggunanya. Bahkan dalam suatu komunitas penutur yang luas,
sering kali ada banyak variasi yang bisa menyebabkan kesalahpahaman. Misalnya, beberapa
individu mengharapkan bahwa partisipasi dalam suatu percakapan akan sangat aktif sehingga
tingkat bertuturakan akan relatif cepat, dengan hampir tidak ada jeda antara giliran-giliran
tutur, dan dengan tumpang tindih (overlap) tertentu atau bahkan penyelesaian giliran tutur
penutur lainnya. Inilah salah satu gaya percakapan. Gaya ini disebut gaya keterlibatan
tinggi. Ini sangat berbeda dengan gaya lain ketika partisipan menggunakan tingkat
percakapan yang lebih lambat, mengharapkan jeda-jeda yang lebih panjang antar giliran
tutur, tidak terjadi tumpang tindih, dan menghindari interupsi atau penyelesaian giliran tutur
pihak lain. Gaya tanpa interupsi, tanpa desakan lain disebut gaya kecermatan yang tinggi.
Bila seorang penutur yang biasanya menggunakan gaya yang pertama terlibat dalam
percakapan dengan seorang penutur yang biasanya menggunakan gaya yang kedua,
pembicaraan cenderung berjalan satu arah. Gaya partisipasi aktif akan cenderung menguasai
gaya yang lain. Kedua penutur tidak selalu mengetahui bahwa gaya percakapanlah yang
sedikit berbeda. Malahan, penutur yang lebih cepat dan berapi-api mungkin gagasan untuk
dibicarakan, pemalu, dan mungkin membosakn atau bahkan tolol. Sebaliknya, dia mungkin
dipandang sebagai orang yang bising, suka mendesakn, suka menguasai mementingkan diri
sendiri, dan bahkan mengjengkelkan. Ciri-ciri gay percakapan akan sering diinterpretasikan
sebagai sifat-sifat kepribadian.
2.6 PASANGAN BERDEKATAN
Pasangan ajasensi (adjacency pairs) merupakan jenis tuturan oleh penutur yang
membutuhkan jenis tuturan dari penutur yang lain. Tuturan ini terjadi secara berpasangan,
yang terdiri atas bagian pertama dan bagian kedua. Misalnya tuturan: Siapa namamu?, tuturan
ini secara tidak langsung mempunyai esensi sebuah jawaban yang ditujukan terhadap penutur
kedua.
11
[8]Anna : Hello Bill : Hi
[9]Anna : How are you? Bill : Fine
[10]Anna : See ya! Bill : Bye
Urutan – urutan percakapan otomatis ini disebut pasangan-pasangan berdekatan
(adjecency pair). Mereka selalu terdiri atas bagian pertama dan bagian kedua, yang
dihasilkan oleh para penutur yang berbeda. Ujaran bagian yang pertama segera menciptakan
harapan ujaran bagian yang kedua dari pasangan yang sam. Kegagalan menghasilkan bagian
yang kedua dalam menjawab secara signifikan akan dianggap sebagai tidak adanya pasangan
dan oleh karena itu berarti sekali. Ada berbagai macam bentuk yang digunakan untuk mengisi
celah-celah dalam pasangan berdekatan, sebgaimana ditunjukkan dalam [11], tetapi harus
selalu ada dua pasangan.
[11] Bagian Pertama Bagian Kedua
A: What’s up? B: Nothin much
(Ada apa?) (tak ada apa-apa)
A: How’s it goin? B: Jus hangin’ in there
(Bagaimana pekerjaanmu?) (Tetap saja di sana)
A: How are things? B: The usualx`
(Bagaimana keadaannya?) (Biasa)
A: How ya doin ? B: Can’t complain
(Bagaimana bisa begitu?) (Tidak bolegh mengeluh)
Contoh-contoh dalam [11] biasanya ditemukan dalam rangkaian-rangkaian pembukaan
sebuah percakapan. Tipe-tipe pasangan berdekatan lainnya diilustrasikan dalam [12],
termasuk rangkaian soal jawab [12a], terima kasih respon [12b], dan pemintaan-pemintaan
[12c].
[12] Bagian Pertama Bagian Kedua
a. A: What time is it? B: About eight thirty
(Jam berapa sekarang.) (Sekitar delapan tiga puluh.)
b. A: Thanks B:You’re welcome
(Terima Kasih) (Terima kasih kembali.)
c. A: Could you help me with this? B: Sure
(Dapatkah Anda membantu Tentu.
saya mengerjakan ini?)
12
Namun, tidak semua bagian yang pertama segera menerima bagian yang kedua. Seringkali
terjadi bahwa rangkaian soal jawab tertunda, sedangkan rangkaian soal jawab soal jawab
yang lain langsung terjadi. Maka rangkaian tersebut akan berbentuk Q1-Q2-A2-A1, dengan
pasangan tengah, (Q2-A2) yang disebut rangkaian sisipan. Meskipun tampaknya mungkin
ada pertanyaan (Q2) dalam menjawab pertanyaan (Q1), asumsinya adalah bahwa bagian
kedua (A2) dari rangkaian sisipan tersebut disediakan, bagian kedua (A1) pertanyaan awal
(Q1) akan mengikuti. Pola ini diilustrasikan dalam [13].
[13] Agen : Do you want the early flight? (=Q1)
(Apakah anda mengingibnkan penerbangan yang pertama?)
Klien : What time does it arrive? (=Q2)
(Jam berapa datangnya?)
Agen : Nine forty-five (=A2)
(Sembilan empat lima.)
Kline : Yeah – that’s great (=A1)
Rangkaian sisipan adalah satu pasangan bedekatan dalam pasangan berdekatan yang lain.
Meskipun ekpresi-ekspresi yang digunakan bisa berupa rangkaian soal-jawab, bentuk-bentuk
tindakan dalam [14], ada pasangan yang terdiri rangkkaian sisipan pasangan soal jawab (Q2-
A2) yang tampaknya berfungsi sebagai syarat atas penerimaan (A1) yang disediakan.
[14] Jean : Could you mail this ( Q1 = Permintaan)
Letter for me?
Fred : Does it have a stamp on it? (Q2)
Jean : Yeah. (A2)
Fred : Okay ( A1 = Penerimaan)
Penundaan penerimaan dalm contoh [14], yang diciptakan oleh rangkaian sisipan, merupakan
satu tipe indikasi bahwa tidak semua bagian yang pertama selalu menerima jenis bagian
kedua yang mungkin diantisipasi penutur. Penundaan respon secara simbolik menandai
potensi tidak tersedianya jawaban segera yang diharapkan (yakni yang biasanya bersifat
otomatis). Penundaan menunjukkan jarak antara apa yang diharapkan dan apa yang
diberikan. Penundaan selalu diinterpresentasikan secara lokal, kita memerlukan beberapa
istilah analitis bagi apa yang diharapkan dalam berbagai tipe pasangan-pasangan berdekatan
tertentu.
13
2.7 STRUKTUR PREFERENSI
Pada dasarnya, bagian pertama yang mengandung suatu permintaan atau tawaran
biasanya dibuat dengan harapan bahwa bagian kedua akan berupa penerimaan. Penerimaan
secara struktural lebih mungkin daripada penolakan. Kemungkinan struktural ini disebut
preferensi. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan pola struktural yang ditentukan secara
sosial dan tidak mengacu pada keinginan-keinginan mental atau emosional individu tertentu.
Dalam penggunaan kata secara teknis ini, preferensi merupakan pola yang dapat diamati
dalam pembicaraan dan bukan keinginan personal.
Struktur preferensi membagi bagian kedua menjadi tindakan sosial yang disukai
(preferred) dan tindakan sosial yang tidak disukai (dispreferred). Tindakan sosial yang
disukai merupakan tindakan selanjutnya yang diharapkan secara struktural dan tindakan yang
tidak disukai merupakan tindakan selanjutnya yang secara struktural tidak diharapkan.
Bagian Pertama Bagian Kedua
Yang Disukai Yang tidak disukai
Penilaian Setuju Tidak setuju
Ajakan Menerima Menolak
Tawaran Menerima Cenderung
Usulan Setuju Tidak setuju
Permintaan Menerima menolak
Pola-pola Umum Struktur-struktur yang Disukai dan yang Tidak Disukai (menurut
Levinson 1983)
Contoh :
 Penilaian
Via : Bukankah baju ini bagus?
Afril : Ya, warnanya cerah.
 Ajakan:
Sofia : Ikutlah nanti malam di acara syukuran.
Vivin : Oh, ya nanti saya usahakan.
14
 Tawaran
Dodi : Apa kamu ingin makan bakso?
Yuli : Ya, boleh.
 Usulan
Wahyu : Sebaiknya kamu membeli baju ini
Ria : Baiklah.
 Permintaan
Maria : Bisakah kamu membantuku?
Linia : Tentu.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Pengertian percakapan itu sendiri sesungguhnya berkaitan erat dengan pengertian
bahasa. Bahasa diperlukan sebagai media dalam komunikasi verbal. Kaidah-kaidah bahasa
dirumuskan dalam bentuk yang mencirikan elemen bahasa seperti fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik.
Analisis percakapan merupakan suatu rangkaian yang menarik dalam ilmu
komunikasi. Pada dasarnya percakapan merupakan manifestasi dalam membangun sebuah
interaksi. Dalam struktur percakapan terdapat “suatu kesempatan bicara” atau hak untuk
bicara. Kesempatan tersebut memotivasi seseorang berusaha untuk mengambil alih giliran
yaitu pengambilan giliran. Kemungkinan adanya suatu perubahan siapa yang mendapat
giliran bicara tersebut. kemungkinan perubahan giliran tersebut disebut Tempat Relevansi
Pertukaran (TRP).
Dalam sebuah percakapan terdapat pembicaraan yang relatif cepat hampir tanpa jeda
diantara giliran bicara, dan disertai adanya sedikit overlap atau bahkan penyempurnaan
giliran yang disebut gaya bicara (gaya pelibatan tinggi). Namun, adanya gaya bicara yang
menghendaki pembicaraan yang relatif lambat, mengharapkan jeda yang lebih lama diantara
giliran bicara, tidak tumpang tindih, dan menghindari interupsi tanpa adanya pemaksaan,
inilah yang disebut gaya solidaritas tinggi. Kedua gaya tersebut tidak bisa digunakan dengan
bergantian secara bersamaan dengan penutur, maksudnya apabila penutur menggunakan gaya
pertama memasuki percakapan dengan penutur lain yang menggunakan gaya kedua, maka
percakapan tersebut cenderung bertolak belakang. Kecenderungan yang bertolak belakang
tersebut menimbulkan prasangka-prasangka terhadap penutur.
Pasangan ajasensi (adjacency pairs) merupakan jenis tuturan oleh penutur yang
membutuhkan jenis tuturan dari penutur yang lain. Tuturan ini terjadi secara berpasangan,
yang terdiri atas bagian pertama dan bagian kedua. Dalam pasangan ajasensi terdiri atas dua
bagian yaitu bagian pertama dan bagian kedua. Pada dasarnya bagian pertama yang berisi
permohonan atau tawaran yang khusus dibuat dengan harapan bahwa bagian merupakan
persetujuan atau pengabulan. Pengabulan secara struktural memungkinkan daripada
penolakan. Adanya kemungkinan struktural tersebut disebut preferensi. Artinya, struktur
preferensi menunjukkan pola struktural tertentu secara sosial dan tidak mengacu pada sikap
seseorang atau keinginan emosi.
16
DAFTAR RUJUKAN
Yule, George. Jumadi Ed. 2006. Pragmatik. Banjarmasin: PBS FKIP Universitas Lambung
Mangkurat
http://jasonwalkerpanggabean.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pragmatik-struktur
percakapan.html diakses pada tanggal 10 november 2016
http://viacerriwaiza.blogspot.co.id/2012/06/pragmatik-struktur-percakapan.html diakses pada
tanggal 10 november 2016

More Related Content

What's hot

English for specific purpose hbfgd
English for specific purpose hbfgdEnglish for specific purpose hbfgd
English for specific purpose hbfgd
rianthymaurer
 
Mata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologiMata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologi
Niicha Juwita
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran ( reading skill)
Rencana pelaksanaan pembelajaran ( reading skill)Rencana pelaksanaan pembelajaran ( reading skill)
Rencana pelaksanaan pembelajaran ( reading skill)
Arieve Ramadhani
 

What's hot (20)

Wacana dalam Bahasa Indonesia
Wacana dalam Bahasa IndonesiaWacana dalam Bahasa Indonesia
Wacana dalam Bahasa Indonesia
 
English for specific purpose hbfgd
English for specific purpose hbfgdEnglish for specific purpose hbfgd
English for specific purpose hbfgd
 
Hubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisHubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatis
 
Semantik ungkapan tabu
Semantik ungkapan tabuSemantik ungkapan tabu
Semantik ungkapan tabu
 
Mata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologiMata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologi
 
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
 
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiahBahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
Bahasa standar,nonstandar, dan bahasa ilmiah
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran ( reading skill)
Rencana pelaksanaan pembelajaran ( reading skill)Rencana pelaksanaan pembelajaran ( reading skill)
Rencana pelaksanaan pembelajaran ( reading skill)
 
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaMakalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
 
Bahasa baku dan tidak baku
Bahasa baku dan tidak bakuBahasa baku dan tidak baku
Bahasa baku dan tidak baku
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
 
Bahasa powerpoint
Bahasa powerpointBahasa powerpoint
Bahasa powerpoint
 
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
 
Wujud dan Jenis Wacana Bahasa
Wujud dan Jenis Wacana BahasaWujud dan Jenis Wacana Bahasa
Wujud dan Jenis Wacana Bahasa
 
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan FonemikMakalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
 
variasi dan jenis bahasa
variasi dan jenis bahasavariasi dan jenis bahasa
variasi dan jenis bahasa
 
Struktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesiaStruktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesia
 
Wacana
WacanaWacana
Wacana
 
hubungan bahasa dan pikiran
hubungan bahasa dan pikiranhubungan bahasa dan pikiran
hubungan bahasa dan pikiran
 
Pembelajaran Mendengarkan
Pembelajaran MendengarkanPembelajaran Mendengarkan
Pembelajaran Mendengarkan
 

Similar to MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI

Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
zhiendar
 
MAKALAH 1 (1).docx
MAKALAH 1 (1).docxMAKALAH 1 (1).docx
MAKALAH 1 (1).docx
deddymamak
 
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia
Mitha Ye Es
 
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Warnet Raha
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Septian Muna Barakati
 
Makalah rambu rambu berbicara
Makalah rambu   rambu berbicaraMakalah rambu   rambu berbicara
Makalah rambu rambu berbicara
Yogie Antony
 

Similar to MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI (20)

Unsur berbicara edited
Unsur berbicara editedUnsur berbicara edited
Unsur berbicara edited
 
Makalah pemilihan kata (diksi) kelompok 1
Makalah pemilihan kata (diksi) kelompok 1Makalah pemilihan kata (diksi) kelompok 1
Makalah pemilihan kata (diksi) kelompok 1
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
MAKALAH (FIDIA FAUZIAH 3D)
MAKALAH (FIDIA FAUZIAH 3D)MAKALAH (FIDIA FAUZIAH 3D)
MAKALAH (FIDIA FAUZIAH 3D)
 
MAKALAH 1.docx
MAKALAH 1.docxMAKALAH 1.docx
MAKALAH 1.docx
 
MAKALAH 1 (1).docx
MAKALAH 1 (1).docxMAKALAH 1 (1).docx
MAKALAH 1 (1).docx
 
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia
Kelompok 4 berbicara sebagai keterampilan berbahasa indonesia
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas konseling ibu fikmah AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
 
Makalah b.indo
Makalah b.indoMakalah b.indo
Makalah b.indo
 
Gagasan Penyempurnaan EYD
Gagasan Penyempurnaan EYDGagasan Penyempurnaan EYD
Gagasan Penyempurnaan EYD
 
Tugas tik firda
Tugas tik firdaTugas tik firda
Tugas tik firda
 
Makalah rambu rambu berbicara
Makalah rambu   rambu berbicaraMakalah rambu   rambu berbicara
Makalah rambu rambu berbicara
 
DIKSI BAHASA INDONESIA
DIKSI BAHASA INDONESIADIKSI BAHASA INDONESIA
DIKSI BAHASA INDONESIA
 
Etika dan Prosedur Berbicara
Etika dan Prosedur Berbicara Etika dan Prosedur Berbicara
Etika dan Prosedur Berbicara
 

More from Nurulbanjar1996

Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatikWacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
Nurulbanjar1996
 
KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 DAN PENULISAN BUKU TEKS
KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 DAN PENULISAN BUKU TEKSKARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 DAN PENULISAN BUKU TEKS
KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 DAN PENULISAN BUKU TEKS
Nurulbanjar1996
 
Makalah Narative Text
Makalah Narative TextMakalah Narative Text
Makalah Narative Text
Nurulbanjar1996
 

More from Nurulbanjar1996 (13)

Buku teks eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...
Buku teks  eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...Buku teks  eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...
Buku teks eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...
 
TINDAK TUTUR DALAM DIALOG FILM ANIMASI ADIT & SOPO JARWO
TINDAK TUTUR  DALAM DIALOG FILM ANIMASI  ADIT & SOPO JARWOTINDAK TUTUR  DALAM DIALOG FILM ANIMASI  ADIT & SOPO JARWO
TINDAK TUTUR DALAM DIALOG FILM ANIMASI ADIT & SOPO JARWO
 
Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatikWacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
 
PRINSIP KESANTUNAN
PRINSIP KESANTUNANPRINSIP KESANTUNAN
PRINSIP KESANTUNAN
 
PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA PADA PERCAKAPAN LISAN TIDAK RESMI MAHASISWA
PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA  PADA PERCAKAPAN LISAN TIDAK RESMI MAHASISWAPENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA  PADA PERCAKAPAN LISAN TIDAK RESMI MAHASISWA
PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA PADA PERCAKAPAN LISAN TIDAK RESMI MAHASISWA
 
KASUS BAHASA INDONESIA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA
KASUS BAHASA INDONESIA SEBAGAI PEMERSATU BANGSAKASUS BAHASA INDONESIA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA
KASUS BAHASA INDONESIA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA
 
MEMAHAMI RANCANGAN BUKU TEKS
MEMAHAMI RANCANGAN BUKU TEKSMEMAHAMI RANCANGAN BUKU TEKS
MEMAHAMI RANCANGAN BUKU TEKS
 
LANDASAN PENULISAN BUKU TEKS
LANDASAN PENULISAN BUKU TEKSLANDASAN PENULISAN BUKU TEKS
LANDASAN PENULISAN BUKU TEKS
 
KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 DAN PENULISAN BUKU TEKS
KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 DAN PENULISAN BUKU TEKSKARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 DAN PENULISAN BUKU TEKS
KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 DAN PENULISAN BUKU TEKS
 
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
 
MEMAHAMI KOMPETENSI DASAR KURIKULUM BAHASA INDONESIA SMP
MEMAHAMI KOMPETENSI DASAR  KURIKULUM BAHASA INDONESIA SMPMEMAHAMI KOMPETENSI DASAR  KURIKULUM BAHASA INDONESIA SMP
MEMAHAMI KOMPETENSI DASAR KURIKULUM BAHASA INDONESIA SMP
 
Makalah Narative Text
Makalah Narative TextMakalah Narative Text
Makalah Narative Text
 
Narative text
Narative textNarative text
Narative text
 

Recently uploaded

443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
luqmanhakimkhairudin
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Recently uploaded (20)

PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 

MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI

  • 1. MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI MATA KULIAH PRAGMATIK Dosen Pembimbing Prof. Dr. Jumadi, M.Pd. DISUSUN OLEH: KELOMPOK 9 Dita Aprillia NIM A1B114012 Hilda Saraswati NIM A1B114023 Yeni NIM A1B114102 Muhammad Ridho Pahlawan NIM A1B114077 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2016
  • 2. 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Struktur Percakapan dan Preferensi”. Makalah ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah kelompok Pragmatik yang diampu oleh Dosen Dr. Jumadi, M.Pd. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan makalah ini selanjutnya. Banjarmasin, 11 November 2016 Penyusun
  • 3. 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...........................................................................................................1 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG .....................................................................................................3 1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................3 1.3 TUJUAN ..........................................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN PERCAKAPAN.....................................................................................4 2.2 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERCAKAPAN...................5 2.3 ANALISIS STRUKTUR WACANA ..............................................................................6 2.4 JEDA, TUMPANG TINDIH, DAN SALURAN BELAKANG(BACKCHANNEL).....7 2.5 GAYA PERCAKAPAN ................................................................................................10 2.6 STRUKTUR PREFERENSI..........................................................................................13 BAB III PENUTUP 3.1 SIMPULAN ...................................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam percakapan tentu saja sering terjadi kesalahan atau miskomunikasi sehingga pesan yang dimaksud oleh pembicara atau penutur tidak tersampaikan secara efektif kepada lawan bicara atau petutur sehingga lawan bicara pun memberikan respon yang gamblang yang mengakibatkan proses komunikasi atau tindak bahasa tersebut tidak lancar atau mengalami kendala. Hal inilah yang menjadi masalah dalam setiap percakapan. Masalah ini timbul karena kita tidak mahir dalam menggunakan bahasa. Pada hal unsur utama dalam percakapan adalah penggunaan bahasa yang baik. Kita dituntut untuk menggunakan bahasa yang baik sehingga dapat mengendalikan proses percakapan ke arah yang diharapkan. Tetapi yang sering terjadi adalah penyimpangan-penyimpangan yang menimbulkan efek ‘tidak enak’ bagi kedua pihak, yaitu penutur dan petutur. Kemahiran menggunakan bahasa yang baik dapat kita peroleh berdasarkan aktivitas belajar dan pembiasaan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan. Kemahiran ini meliputi beberapa aspek penting, yaitu mengenai cara membuka dan menutp percakapan serta pengembangan bahasa dalam percakapan. Aspek-aspek tersebut merupakan hal yang perlu kita perhatikan agar percakapan yang kita lakukan dapat berhasil semaksimal mungkin. Oleh karena itu, penulis merasa penting menyusun makalah ini yang bertujuan memberi perluasan wawasan bagi para pembaca agar semakin mahir menggunakan bahasa dalam percakapan khususnya. 1.2 RUMUSAN MASALAH A. Apakah yang dimaksud dengan percakapan? B. Apa sajakah yang harus kita perhatikan dalam percakapan? C. Bagaimanakah struktur dari sebuah percakapan? 1.3 TUJUAN A. Dapat mengetahui definisi percakapan B. Mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam percakapan C. Mengetahui struktur dari sebuah percakapan.
  • 5. 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Percakapan Percakapan sering kita artikan sebagai pertukaran informasi antara satu pihak dengan pihak lain. Pengertian itu adalah makna umum dari percakapan, tetapi sesungguhnya percakapan itu memiliki makna yang lebih luas dan spesifik. Menurut Richardt dalam Antilan Purba (2002:93) percakapan adalah interaksi oral dengan bertatap muka antara dua partisipan atau lebih. Sedangkan menurut Antilan Purba (2002:95) percakapan adalah pertukaran pembicaraan yang diawali dan diinterpretasikan berdasarkan kaidah-kaidah dan norma-norma kerja sama percakapan yang dipahami secara intuisi dan dibutuhkan secara umum. Memang cukup sulit memahami pernyataan dari Antilan Purba tersebut. Tetapi dapat kita gambarkan bahwa maksudnya adalah percakapan bukan hanya sekedar pertukaran pembicaraan atau topik informasi semata tetapi juga dibutuhkan keahlian atau kecakapan tertentu agar percakapan itu berjalan efektif. Percakapan merupakan pelatihan organ bicara kita dalam menggunakan bahasa. Hal ini dapat kita peroleh berdasarkan pengalaman dengan belajar tata bahasa serta perbendaharaan kata. Dengan belajar bahasa, kita akan lebih memahami cara pemakaian bahasa dan kosa kata yang kita miliki akan lebih luas sehingga kita akan lebih mudah mengungkapkan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran kita yang berefek pada efektifnya komunikasi dengan lawan bicara. Oleh karena itu, studi percakapan perlu kita pahami dengan baik agar kompetensi percakapan mampu kita praktikkan dengan benar dalam tindak bahasa sehari-hari. Pengertian percakapan itu sendiri sesungguhnya berkaitan erat dengan pengertian bahasa. Bahasa diperlukan sebagai media dalam komunikasi verbal. Kaidah-kaidah bahasa dirumuskan dalam bentuk yang mencirikan elemen bahasa seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Melalui proses inilah struktur bahasa ditemukan. Oleh karena itu, struktur bahasa tidak dapat dipisahkan dari percakapan. Hal inilah yang merujuk bahwa percakapan adalah suatu aktivitas yang dipelajari untuk memperoleh kompetensi berbahasa.
  • 6. 5 2.2 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Percakapan Jalaluddin Rakhmat (2011:1) mengatakan di antara karunia Tuhan yang paling besar bagi manusia ialah kemampuan berbicara. Kemampuan untuk mengungkapkan isi hatinya dengan bunyi yang dikeluarkan dari mulutnya. Dengan berbicara, kita bisa menyampaikan aspirasi kita dan kita mampu bertukar pikiran dengan orang lain. Sehingga tidak heran jika ada asumsi yang mengatakan selama ada kesempatan untuk berbicara, tiada masalah yang tidak dapat dipecahkan dan diselesaikan. Berbicara merupakan salah satu tindak komunikatif berupa percakapan. Henry Guntur Tarigan (2009:131) mengatakan bahwa konversasi atau percakapan merupakan wadah yang paling ampuh bagi penggunaan kaidah-kaidah atau aturan-aturan wacana secara fungsional. Dalam percakapan tentu saja ada hal atau aturan yang harus kita perhatikan. Menurut Antilan Purba (2002:96) hal yang harus diperhatikan tersebut dibagi menjadi 6 bagian, yaitu: (1) bagaimana menarik perhatian seseorang (2) bagaimana cara memulai pembicaraan (3) bagaimana cara mengakhiri pembicaraan (4) bagaimana cara memilih topik pembicaraan (5) bagaimana cara menginterupsi atau memotong pembicaraan (6) bagaimana cara memperbaiki kesalahan. Sedangkan Henry Guntur Tarigan (2009:132) membaginya menjadi tiga kelompok besar, yaitu (1) bagaimana cara menarik perhatian seseorang (2) bagaimana cara memulai, memprakarsai pokok pembicaraan, dan menyudahi pembicaraan (3) bagaimana cara menginterupsi, menyela, memotong pembicaraan, mengoreksi, memperbaiki kesalahan, atau meminta penjelasan. Memperhatikan suatu hal atau aturan tentu saja memiliki tujuan tersendiri. Begitu juga halnya dengan percakapan. Kita memperhatikan hal atau aturan-aturan dalam percakapan agar aktivitas berbahasa tersebut berjalan secara efektif dan efisien. Percakapan yang berhasil adalah percakapan yang meninggalkan kesan baik setelah percakapan itu
  • 7. 6 berakhir. Sebagai makhluk sosial tentu saja kita dituntut untuk bermasyarakat. Dalam bermasyarakat kita harus mampu berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Interaksi sosial akan tercipta dengan peristiwa komunikasi berbahasa. Oleh karena itu, kita harus menguasai kaidah percakapan yang menunjang kita menjadi individu yang memiliki kecakapan dalam berbahasa. 2.3 ANALISIS STRUKTUR PERCAKAPAN Struktur percakapan disebut juga organisasi percakapan. Struktur percakapan tidak dapat kita lihat dengan begitu jelas seperti halnya struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Struktur percakapan ini diperoleh berdasarkan pengamatan situasi-situasi ketika percakapan sedang terjadi. Analisis percakapan merupakan suatu rangkaian yang menarik dalam ilmu komunikasi. Pada dasarnya percakapan merupakan manifestasi dalam membangun sebuah interaksi. Dalam struktur percakapan terdapat “suatu kesempatan bicara” atau hak untuk bicara. Kesempatan tersebut memotivasi seseorang berusaha untuk mengambil alih giliran yaitu pengambilan giliran. Kemungkinan adanya suatu perubahan siapa yang mendapat giliran bicara tersebut. Tempat terjadinya perubahan giliran yang mungkin tersebut disebut Tempat Relevansi Transisi (Transition Relevance Place atau TRP). Dalam setiap kelompok sosial, ada ciri-ciri pembicaraan ( atau tidak adanya pembicaraan) yang biasanya berkaitan dengan TRP. Entitas penggunaan bahasa dalam percakapan tersebut dapat dilihat dua aspek yaitu aspek isi percakapan dan aspek formal percakapan. Aspek isi percakapan ini meliputi topik yang menjadi pokok pembicaraan, dan penyampaian topik dalam percakapan. Adapun aspek formal percakapan meliputi hal-hal bagaimana percakapan itu bekerja, aturan-aturan yang dipatuhi, dan bagaimana mekanisme dalam memperoleh kesempatan bicara atau giliran bicara (turn-taking). Giliran bicara (turn-taking) adalah waktu dimana penutur kedua mengambil alih giliran berbicara dari penutur sebelumnya, dan juga sebaliknya. Pengambilan giliran ini merupakan suatu bentuk aksi sosial yang berjalan menurut sistem pengaturan setempat secara konvensional. Pergantian dari setiap penutur berikutnya sangat dihargai. Pertukaran disertai dengan kesenyapan yang lama atau adanya overlaps. Apabila pertukaran yang disertai dengan kesenyapan yang lama diantara dua giliran, maka dirasakan percakapan yang terjadi terasa kaku. Jeda yang sangat pendek merupakan bentuk keragu-raguan, sedangkan jeda yang panjang menjadi kesenyapan. Strategi dalam turn-taking ada tiga jenis yaitu:
  • 8. 7 a. Taking the floor yaitu waktu dimana penutur pertama atau penutur selanjutnya mengambil alih giliran bicara. Jenis-jenis taking the floor antara lain: - Starting up (mengawali pembicaraan) bisa dilakukan dengan keragu-raguan atau ujaran yang jelas. - Taking over yaitu mengambil alih giliran berbicara (bisa diawali dengan konjungsi). - Interupsi, yaitu mengambil alih giliran berbicara karena penutur yang akan mengambil alih giliran bicara merasa bahwa pesan yang perlu disampaikan oleh penutur sebelumnya sudah cukup sehingga giliran bicara diambil alih oleh penutur selanjutnya. - Overlap, yaitu penutur selanjutnya memprediksi bahwa penutur sebelumnya akan segera memberikan giliran berbicara kepada penutur selanjutnya, maka ia mengambil alih giliran berbicara. Lambang transkripnya (//) b. Holding the floor, yaitu waktu dimana penutur sedang mengujarkan ujaran-ujaran, serta bagaimana penutur mempertahankan giliran berbicaranya. c. Yielding the floor yaitu waktu dimana penutur memberikan giliran berbicara kepada penutur selanjutnya. 2.4 JEDA, TUMPANG-TINDIH, DAN SALURAN BELAKANG (Backchannel) Sebagian besar waktu percakapan terdiri atas dua partisipan atau lebih yang bergiliran, dan hanya satu partisipan yang bertutur pada satu waktu. Transisi-transisi yang lancar dari satu penutur ke penutur lainnya tampaknya dinilai. Transisi-transisi dengan diam panjang antara giliran-giliran tutur atau dengan tumpang-tindih (overlapping) yang banyak (yakni kedua penutur mencoba bertutur pada saat yang sama) dirasa kaku. Bila dua orang berusaha melakukan percakapan dan menemukan tidak ada ‘aliran’, atau irama yang lancar pada transisi-transisi mereka, hal-hal yang dikomunikasikan jauh lebih banyak dari pada yang dikatakan. Ada rasa jarak, tidak adanya keakraban atau ketenangan, sebagaimana interaksi ynag ditujukan pada percakapan di bawah ini: Tn. Strait : Kau ambil jurusan apa, Dave? Dave : Bahasa Inggris – tapi sebenarnya saya belum memutuskan. Tn. Strait : Jadi – kau ingin jadi guru? Dave : Tidak – sebenarnya bukan itu jika saya dapat bersabar.
  • 9. 8 Tn. Strait : Apa - // ke mana kau – (maju terus) Dave : Maksudku pilihanku – oh maaf // aku em – Dapat dikatakan jeda-jeda yang pendek ditandai dengan tanda pisah (-) hanya merupakan keragu-raguan, tetapi jeda-jeda yang panjang menjadi diam dalam artian tidak dapat dikaitkan dengan penutur kedua karena masing-masing telah menyelesaikan giliran tuturnya. Jika seorang penutur benar-benar mengambil alih floor dari yang lain dan orang yang lain tersebut tidak berbicara, diam dapat dikaitkan dengan penutur kedua dan menjadi signifikan. Ini adalah diam yang dapat dikaitkan. Perhatikan percakapan berikut. Jan : Dave, aku akan ke toko ( 2 detik ) Jan : Dave? ( 2 detik ) Jan : Dave – ada yang salah? Dave : Apa? Apa yang salah? Jan : Tak apa-apa. Dua baris terakhir pada contoh percakapan sebelumnya mengilustrasikan tumpang- tindih yang secara konvensional ditandai denga dua buah garis (//) pada permulaan pembicaraan yang tumpang tindih. Lazimnya, tumpang-tindih pertama terjadi saat kedua penutur berusaha memulai pembicaraan. Namun, untuk dua penutur yang sedang mengalami kesusahan yang etrlibat dalam irama percakapan yang dilakukan bersama, pola berhenti- mulai-tumpang-tindih-berhenti bisa diulangi-ulangi. Ada jenis jenis tumpang-tindih yaitu yang tampak berfungsi seperti ekspresi solidaritas atau berdekatan dalam mengekspresikan atau nilai-nilai yang serupa. Perhatikan percakapan di bawah ini. Min : Apakah kau melihatnya dalam video? Wendy : Ya, sebagian di pantai. Min : Ya Tuhan // dia begitu seksi. Wendy : Dia hanya begitu dingin! Min : Dan semua gelombang // menghantam di sekelilingnya Wendy : Ya itu benar-benar ganas!
  • 10. 9 Contoh di atas tumpang-tindih mengkomunikasikan berdekatan. Contoh di bawah ini tumpang tindih mengkomunikasikan persaingan. Joe : Ketika mereka di dalam // tunggu dapatkah aku selesaikan? Jerry : Itulah hal penting yang aku katakan. Tipe lain cara untuk mempertahankan floor adalah menunjukkan bahwa ada struktur yang lebih besar bagi giliran anda dengan memulai dengan tipe ekspresi yang ditunjukkan di bawah ini. a. Ada tiga hal penting yang ingin aku utarakan – pertama… b. Ada lebih dari satu cara untuk melakukan ini – satu contoh adalah… c. Tidakkah kau tahu tentang melvin? – oh, saat itu akhir oktober. d. Apakah kau dengar tentang mobil baru Cindy? – dia membelinya di …. Ekspresi-ekspresi dalam a dan b berkaitan dengan berbagai pembahasan terhadap fakta-fakta atau opini-opini, sedangkan ekspresi-ekspresi dalam c dan d merupakan pendahuluan terhadap penceritaan cerita. Ekspresi ekspresi tersebut digunakan untuk mendapatkan pertukaran proses giliran tutur secara teratur yang ditangguhkan dan memberikan kesempatan kepada satu penutur untuk mendapatkan giliran yang lebih luas. Dalam giliran yang lebih luas, para penutur masih mengharapkan pasangan-pasangan mereka yang menunjukan bahwa mereka menyimak. Cara melakukan hal itu yaitu dengan ekspresi wajah dan bebagai gerakan anggota tubuh lainnya. Indikasi-indikasi vokal paling umum yaitu disebut saluran belakang. Deni : Jika anda banyak menggunakan layanan jarak jauh, anda akan... Fitri : uh-uh Deni : tertarik pada potongan harga yang sedang saya katakan karena... Fitri : yeah Deni : layanan ini dapat menyelamatkan uang Anda untuk mengubah menjadi layanan yang lebih murah. Fitri : mmm Tipe-tpe sinya ini (‘uh-uh’, ‘yeah’, ‘mmm’) memberikan umpan balik bagi penutur yang sedang berbicara bahwa pentingnya pesan sedang diterima. Biasanya sinyal-sinyal tersebut
  • 11. 10 menunjukan bahwa penyimak mengikuti, dan tidak berkeberatan terhadap apa yang sedang dikatakan oleh penutur itu. 2.5 GAYA PERCAKAPAN Banyak ciri yang mengkarakterisasikan sistem giliran tutur percakapan berkaitan dengan maksud oleh para penggunanya. Bahkan dalam suatu komunitas penutur yang luas, sering kali ada banyak variasi yang bisa menyebabkan kesalahpahaman. Misalnya, beberapa individu mengharapkan bahwa partisipasi dalam suatu percakapan akan sangat aktif sehingga tingkat bertuturakan akan relatif cepat, dengan hampir tidak ada jeda antara giliran-giliran tutur, dan dengan tumpang tindih (overlap) tertentu atau bahkan penyelesaian giliran tutur penutur lainnya. Inilah salah satu gaya percakapan. Gaya ini disebut gaya keterlibatan tinggi. Ini sangat berbeda dengan gaya lain ketika partisipan menggunakan tingkat percakapan yang lebih lambat, mengharapkan jeda-jeda yang lebih panjang antar giliran tutur, tidak terjadi tumpang tindih, dan menghindari interupsi atau penyelesaian giliran tutur pihak lain. Gaya tanpa interupsi, tanpa desakan lain disebut gaya kecermatan yang tinggi. Bila seorang penutur yang biasanya menggunakan gaya yang pertama terlibat dalam percakapan dengan seorang penutur yang biasanya menggunakan gaya yang kedua, pembicaraan cenderung berjalan satu arah. Gaya partisipasi aktif akan cenderung menguasai gaya yang lain. Kedua penutur tidak selalu mengetahui bahwa gaya percakapanlah yang sedikit berbeda. Malahan, penutur yang lebih cepat dan berapi-api mungkin gagasan untuk dibicarakan, pemalu, dan mungkin membosakn atau bahkan tolol. Sebaliknya, dia mungkin dipandang sebagai orang yang bising, suka mendesakn, suka menguasai mementingkan diri sendiri, dan bahkan mengjengkelkan. Ciri-ciri gay percakapan akan sering diinterpretasikan sebagai sifat-sifat kepribadian. 2.6 PASANGAN BERDEKATAN Pasangan ajasensi (adjacency pairs) merupakan jenis tuturan oleh penutur yang membutuhkan jenis tuturan dari penutur yang lain. Tuturan ini terjadi secara berpasangan, yang terdiri atas bagian pertama dan bagian kedua. Misalnya tuturan: Siapa namamu?, tuturan ini secara tidak langsung mempunyai esensi sebuah jawaban yang ditujukan terhadap penutur kedua.
  • 12. 11 [8]Anna : Hello Bill : Hi [9]Anna : How are you? Bill : Fine [10]Anna : See ya! Bill : Bye Urutan – urutan percakapan otomatis ini disebut pasangan-pasangan berdekatan (adjecency pair). Mereka selalu terdiri atas bagian pertama dan bagian kedua, yang dihasilkan oleh para penutur yang berbeda. Ujaran bagian yang pertama segera menciptakan harapan ujaran bagian yang kedua dari pasangan yang sam. Kegagalan menghasilkan bagian yang kedua dalam menjawab secara signifikan akan dianggap sebagai tidak adanya pasangan dan oleh karena itu berarti sekali. Ada berbagai macam bentuk yang digunakan untuk mengisi celah-celah dalam pasangan berdekatan, sebgaimana ditunjukkan dalam [11], tetapi harus selalu ada dua pasangan. [11] Bagian Pertama Bagian Kedua A: What’s up? B: Nothin much (Ada apa?) (tak ada apa-apa) A: How’s it goin? B: Jus hangin’ in there (Bagaimana pekerjaanmu?) (Tetap saja di sana) A: How are things? B: The usualx` (Bagaimana keadaannya?) (Biasa) A: How ya doin ? B: Can’t complain (Bagaimana bisa begitu?) (Tidak bolegh mengeluh) Contoh-contoh dalam [11] biasanya ditemukan dalam rangkaian-rangkaian pembukaan sebuah percakapan. Tipe-tipe pasangan berdekatan lainnya diilustrasikan dalam [12], termasuk rangkaian soal jawab [12a], terima kasih respon [12b], dan pemintaan-pemintaan [12c]. [12] Bagian Pertama Bagian Kedua a. A: What time is it? B: About eight thirty (Jam berapa sekarang.) (Sekitar delapan tiga puluh.) b. A: Thanks B:You’re welcome (Terima Kasih) (Terima kasih kembali.) c. A: Could you help me with this? B: Sure (Dapatkah Anda membantu Tentu. saya mengerjakan ini?)
  • 13. 12 Namun, tidak semua bagian yang pertama segera menerima bagian yang kedua. Seringkali terjadi bahwa rangkaian soal jawab tertunda, sedangkan rangkaian soal jawab soal jawab yang lain langsung terjadi. Maka rangkaian tersebut akan berbentuk Q1-Q2-A2-A1, dengan pasangan tengah, (Q2-A2) yang disebut rangkaian sisipan. Meskipun tampaknya mungkin ada pertanyaan (Q2) dalam menjawab pertanyaan (Q1), asumsinya adalah bahwa bagian kedua (A2) dari rangkaian sisipan tersebut disediakan, bagian kedua (A1) pertanyaan awal (Q1) akan mengikuti. Pola ini diilustrasikan dalam [13]. [13] Agen : Do you want the early flight? (=Q1) (Apakah anda mengingibnkan penerbangan yang pertama?) Klien : What time does it arrive? (=Q2) (Jam berapa datangnya?) Agen : Nine forty-five (=A2) (Sembilan empat lima.) Kline : Yeah – that’s great (=A1) Rangkaian sisipan adalah satu pasangan bedekatan dalam pasangan berdekatan yang lain. Meskipun ekpresi-ekspresi yang digunakan bisa berupa rangkaian soal-jawab, bentuk-bentuk tindakan dalam [14], ada pasangan yang terdiri rangkkaian sisipan pasangan soal jawab (Q2- A2) yang tampaknya berfungsi sebagai syarat atas penerimaan (A1) yang disediakan. [14] Jean : Could you mail this ( Q1 = Permintaan) Letter for me? Fred : Does it have a stamp on it? (Q2) Jean : Yeah. (A2) Fred : Okay ( A1 = Penerimaan) Penundaan penerimaan dalm contoh [14], yang diciptakan oleh rangkaian sisipan, merupakan satu tipe indikasi bahwa tidak semua bagian yang pertama selalu menerima jenis bagian kedua yang mungkin diantisipasi penutur. Penundaan respon secara simbolik menandai potensi tidak tersedianya jawaban segera yang diharapkan (yakni yang biasanya bersifat otomatis). Penundaan menunjukkan jarak antara apa yang diharapkan dan apa yang diberikan. Penundaan selalu diinterpresentasikan secara lokal, kita memerlukan beberapa istilah analitis bagi apa yang diharapkan dalam berbagai tipe pasangan-pasangan berdekatan tertentu.
  • 14. 13 2.7 STRUKTUR PREFERENSI Pada dasarnya, bagian pertama yang mengandung suatu permintaan atau tawaran biasanya dibuat dengan harapan bahwa bagian kedua akan berupa penerimaan. Penerimaan secara struktural lebih mungkin daripada penolakan. Kemungkinan struktural ini disebut preferensi. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan pola struktural yang ditentukan secara sosial dan tidak mengacu pada keinginan-keinginan mental atau emosional individu tertentu. Dalam penggunaan kata secara teknis ini, preferensi merupakan pola yang dapat diamati dalam pembicaraan dan bukan keinginan personal. Struktur preferensi membagi bagian kedua menjadi tindakan sosial yang disukai (preferred) dan tindakan sosial yang tidak disukai (dispreferred). Tindakan sosial yang disukai merupakan tindakan selanjutnya yang diharapkan secara struktural dan tindakan yang tidak disukai merupakan tindakan selanjutnya yang secara struktural tidak diharapkan. Bagian Pertama Bagian Kedua Yang Disukai Yang tidak disukai Penilaian Setuju Tidak setuju Ajakan Menerima Menolak Tawaran Menerima Cenderung Usulan Setuju Tidak setuju Permintaan Menerima menolak Pola-pola Umum Struktur-struktur yang Disukai dan yang Tidak Disukai (menurut Levinson 1983) Contoh :  Penilaian Via : Bukankah baju ini bagus? Afril : Ya, warnanya cerah.  Ajakan: Sofia : Ikutlah nanti malam di acara syukuran. Vivin : Oh, ya nanti saya usahakan.
  • 15. 14  Tawaran Dodi : Apa kamu ingin makan bakso? Yuli : Ya, boleh.  Usulan Wahyu : Sebaiknya kamu membeli baju ini Ria : Baiklah.  Permintaan Maria : Bisakah kamu membantuku? Linia : Tentu.
  • 16. 15 BAB III PENUTUP 3.1 SIMPULAN Pengertian percakapan itu sendiri sesungguhnya berkaitan erat dengan pengertian bahasa. Bahasa diperlukan sebagai media dalam komunikasi verbal. Kaidah-kaidah bahasa dirumuskan dalam bentuk yang mencirikan elemen bahasa seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Analisis percakapan merupakan suatu rangkaian yang menarik dalam ilmu komunikasi. Pada dasarnya percakapan merupakan manifestasi dalam membangun sebuah interaksi. Dalam struktur percakapan terdapat “suatu kesempatan bicara” atau hak untuk bicara. Kesempatan tersebut memotivasi seseorang berusaha untuk mengambil alih giliran yaitu pengambilan giliran. Kemungkinan adanya suatu perubahan siapa yang mendapat giliran bicara tersebut. kemungkinan perubahan giliran tersebut disebut Tempat Relevansi Pertukaran (TRP). Dalam sebuah percakapan terdapat pembicaraan yang relatif cepat hampir tanpa jeda diantara giliran bicara, dan disertai adanya sedikit overlap atau bahkan penyempurnaan giliran yang disebut gaya bicara (gaya pelibatan tinggi). Namun, adanya gaya bicara yang menghendaki pembicaraan yang relatif lambat, mengharapkan jeda yang lebih lama diantara giliran bicara, tidak tumpang tindih, dan menghindari interupsi tanpa adanya pemaksaan, inilah yang disebut gaya solidaritas tinggi. Kedua gaya tersebut tidak bisa digunakan dengan bergantian secara bersamaan dengan penutur, maksudnya apabila penutur menggunakan gaya pertama memasuki percakapan dengan penutur lain yang menggunakan gaya kedua, maka percakapan tersebut cenderung bertolak belakang. Kecenderungan yang bertolak belakang tersebut menimbulkan prasangka-prasangka terhadap penutur. Pasangan ajasensi (adjacency pairs) merupakan jenis tuturan oleh penutur yang membutuhkan jenis tuturan dari penutur yang lain. Tuturan ini terjadi secara berpasangan, yang terdiri atas bagian pertama dan bagian kedua. Dalam pasangan ajasensi terdiri atas dua bagian yaitu bagian pertama dan bagian kedua. Pada dasarnya bagian pertama yang berisi permohonan atau tawaran yang khusus dibuat dengan harapan bahwa bagian merupakan persetujuan atau pengabulan. Pengabulan secara struktural memungkinkan daripada penolakan. Adanya kemungkinan struktural tersebut disebut preferensi. Artinya, struktur preferensi menunjukkan pola struktural tertentu secara sosial dan tidak mengacu pada sikap seseorang atau keinginan emosi.
  • 17. 16 DAFTAR RUJUKAN Yule, George. Jumadi Ed. 2006. Pragmatik. Banjarmasin: PBS FKIP Universitas Lambung Mangkurat http://jasonwalkerpanggabean.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pragmatik-struktur percakapan.html diakses pada tanggal 10 november 2016 http://viacerriwaiza.blogspot.co.id/2012/06/pragmatik-struktur-percakapan.html diakses pada tanggal 10 november 2016