2. Definisi Wacana
• Definisi wacana Menurut Eti Setiawati dan Roosi Rusmawati dalam buku Analisis Wacana
(Konsep, Teori, dan Aplikasi) (2019), wacana merupakan satuan bahasa yang paling lengkap
dalam hierarki gramatikal tertinggi atau terbesar.
• Wacana mempunyai bentuk serta proposisi yang berkesinambungan. Ada awalan dan akhiran
yang jelas dalam sebuah wacana. Bentuk penyampaiannya bisa lewat media lisan ataupun tertulis.
Keberadaannya bisa dilihat dari suatu rangkaian kalimat yang utuh dan serasi sehingga akhirnya
membentuk makna pada sebuah wacana.
•
3. • Mengutip dari buku Keutuhan Wacana (2010) karya Junaiyah H. M. dan E. Zaenal
Arifin, wacana juga dapat diartikan sebagai unsur bahasa terlengkap dan menjadi
satuan tertinggi dalam sebuah hierarki gramatikal, direalisasikan dalam karangan
utuh dengan kelengkapan amanat, karena ada hubungan isi (koherensi) dan
hubungan bahasa (kohesi) yang erat dan serasi.
•
4. Ciri Wacana
• Ciri wacana Wacana memiliki sejumlah ciri, yaitu:
• Satuan gramatikal.Wacana merupakan satuan gramatikal, yaitu tata bahasa yang telah ditentukan.
• Satuan terbesar, tertinggi atau terlengkap .Wacana termasuk dalam satuan terbesar, tertinggi atau terlengkap dalam sebuah
kajian linguistik atau kebahasaan.
• Punya hubungan proposisi :Proposisi merupakan ungkapan yang dapat dipercaya atau dibuktikan kebenarannya. Berarti,
wacana harus bisa dibuktikan kebenarannya atau dapat dipercaya.
• Bisa dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Cara penyampaian wacana bisa dalam bentuk tulisan (teks) ataupun lisan (ujaran).
• Membahas topik atau hal tertentu. Wacana berisikan pembahasan tentang topik atau hal tertentu yang ingin disampaikan.
• Memiliki hubungan kontinuitas. Artinya wacana disusun secara berkelanjutan atau berkesinambungan.
• Memiliki hubungan kohensi dan koherensi. Artinya wacana memiliki keterikatan antar unsur dalam suatu teks, serta memiliki
hubungan logis antar kalimat dalam suatu paragraf.
5. Jenis Wacana
• Dalam buku Membaca dan Menulis Wacana: Petunjuk Praktis Bagi Mahasiswa
(2007) karya Josep Hayon, berdasarkan sudut pandang bentuk bahasanya,
wacana dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Wacana lisan
2. Wacana tulis
6. Wacana Lisan
• Wacana lisan merupakan penyampaian wacana lewat media lisan atau langsung.
• Jenis wacana ini memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi dalam penyampaiannya tidak
terputus.
• Wacana lisan juga sulit untuk diulang, artinya susah untuk diulang sesuai dengan ujaran pertama.
• Dalam penyampaiannya, wacana lisan jauh lebih pendek dibanding wacana tulis.
• Selain itu, penyampai wacana ini juga harus memakai gerakan tubuh yang sesuai untuk
memperjelas konteks apa yang sedang disampaikan.
7. Wacana Tulis
• Wacana tulis merupakan penyampaian wacana lewat media tulis atau teks.
• Jenis wacana ini dianggap lebih efektif dan lebih mudah dibanding wacana lisan, terlebih lagi dalam menyampaikan
ilmu pengetahuan serta gagasan.
• Dalam penyampaiannya, wacana tulis jauh lebih panjang dan menggunakan bahasa baku.
• Selain itu, jenis wacana ini juga memiliki unsur kebahasaan yang lengkap, artinya tidak menghilangkan satu atau
dua bagiannya.
• Wacana tulis memungkinkan orang lain untuk melihat kembali isi wacana, tanpa adanya perbedaan unit
kebahasaan.
8. • jenis wacana juga bisa dibedakan berdasarkan pemakaiannya, yaitu:
• Wacana monolog :merupakan jenis wacana yang disampaikan oleh satu orang, tanpa melibatkan
orang lain. Wacana monolog bisa ditemui dalam khotbah, orasi, dan lainnya. Wacana monolog
terjadi ketika pendengar tidak menanggapi secara langsung apa yang disampaikan oleh
penyampai wacana.
• Wacana dialog Merupakan jenis wacana yang dipakai dalam bentuk interaksi. Wacana ini terjadi
ketika ada dua orang atau lebih saling berinteraksi dan terjadi pergantian peran antar keduanya.
Misal pembicara jadi pendengar. Jenis wacana ini mudah ditemui dalam percakapan sehari-hari.
• Wacana polilog Merupakan jenis wacana yang melibatkan lebih dari dua orang dan semuanya
berperan aktif dalam sebuah interaksi. Biasanya jenis wacana ini menggunakan topik yang luas
sebagai bahan pembicaraannya. Wacana polilog bisa ditemui dalam debat atau diskusi.
10. Wacana Berdasarkan Bentuk
• Wacana Narasi
• Narasi merupakan cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau
peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif. Unsur
yang penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta
latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
• Wacana Deskripsi
• Deskripsi merupakan karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan
hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya. untuk mencapai
kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, fakta,
dan citraan. Jika dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam,
yait deskripsi Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.
11. • Wacana eksposisi
• Karangan eksposisi yakni merupakan karangan yang memaparkan atau
menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan
informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacana.
• Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel
ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.
• Tahap-Tahap menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan,
menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkn data atau bahan,
menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.
• Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi bisa berpola penyajian
urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.
12. • Wacana Argumentasi
• Karangan argumentasi ialah karangn yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian
terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-
pernyataan yang logis. Tujuan dari karangan argumentasi adalah berusaha
meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengaran.
• Tahapan menulis karangn argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik
permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan
berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun
kerangka karangana, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.
• Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat,
akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.