Dokumen tersebut membahas tentang implementasi etika lingkungan di PT Semen Padang dan hubungannya dengan etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik. PT Semen Padang berkomitmen untuk melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan dan mengelola lingkungan sekitar pabrik dengan baik, sejalan dengan ketentuan hukum dan etika. Perusahaan juga telah menerapkan sistem manajemen lingkungan ISO 14001.
2. Environmental philosophy
Filosofi tradisional terbagi antara teori konsekuensial (teleologis) seperti teori
utilitarianisme dan non-konsekuensial (deontologis) seperti berbasis hak filsafat.
Sementara filosofi lingkungan mengadopsi kedua-duanya, namun juga memiliki
cabang non-tradisional atau holistik besar yang ditandai oleh ekologi dan
ekofeminisme yang dalam. Dengan demikian, seseorang dapat membagi filosofi
lingkungan antara keduanya sudut pandang antroposentris (terpusat pada manusia)
dan ekosentris (berpusat pada bumi), yaitu umumnya dilihat sebagai tidak dapat
dibandingkan .
Ada beberapa varian dalam dua sudut pandang dan Gray menawarkan
klasifikasi tujuh tingkat kerangka kerja untuk menjelaskan "beberapa cara umum di
mana kelompok yang berbeda dalam masyarakat dapat membayangkannya
hubungan organisasi-masyarakat. Pandangan ini diberi label dan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kapitalis Murni
Pandangan dominan dalam akuntansi dan keuangan yang salah satu tanggung
jawab perusahaan nya adalah menghasilkan uang bagi shareholder atau
pemegang saham.
2. Kemanfaatan
Siapa saja yang mempunyai visi jangka panjang dan sadar bahwa stabilitas dan
kesejahteraan ekonomi hanya bisa didapat melalui tanggungjawab sosial
tertentu.
3. Pendukung Kontrak Sosial
Sikap yang menerangkan bahwa sebuah perusahaan dan organisasi yang lain
berada pada sebuah kehendak masyarkat, oleh karena itu mereka bertanggung
jawab untuk menghormati dan menanggapi masyarakat tersebut.
4. Ekologi Sosial
Siapa saja yang merasakan dan peduli dengan lingkungan sosial. Dikarenakan
organisasi besar sudah berpengaruh dalam penciptaan lingkungan sosial
beserta permasalahan yang timbul. Dan mereka haruslah ikut andil dalam
membantu pemecahan terhadap masalah tersebut.
5. Sosialis
Siapa saja yang merasa haruslah ada penyeseuaian yang jelas dalam
kepemilikan dan penataan masyarakat.
6. Feminis Radikal
Siapa saja yang merasakan sebuah kesalahan dengan sebuah konstruksi
maskulin yang sudah terbentuk dalam sistem sosial yang ada, yang seharusnya
mempunyai kebutuhan akan nilai-nilai feminim seperti cinta, kasih sayang dan
kerja sama
7. Ekologi Yang Mendalam
Mereka yang mempunyai pendapat bahwa seorang manusia tidaklah
mempunyai hak eksistensi yang lebih besar daripada apapun bentuk kehidupan
lainnya
Sikap -sikap dari organisasi masyarakat itulah yang kemudia dapat dipisahkan
menjadi sudut pandang Antroposentrisme ataupun sudut pandang Ekosentrisme.
Yang termasuk dalam Antroposentrisme adalah kapitalis murni dan kemafaatan ,
karena keduannya selalu berpihak pada kepentingan perusahaan. Sisanya mengikuti
3. sudut pandang Ekosentrisme dikarenakan lebih pro dengan kepentingan lingkungan
hidup dibandingkan dengan kepentingan manusia.
Role Of Stakeholders
Istilah “Stakeholders” atau dinamakan pemangku kepentingan adalah
kelompok/individu yang dukungannya diperlukan demi kesejahteraan dan
kelangsungan hidup sebuah organisasi. “Stakeholders” adalah seseorang, organisasi
atau kelompok dengan kepentingan terhadap suatu sumberdaya alam tertentu (Brown
et al 2001). Stakeholder is a person who has something to gain or lose through the
outcomes of a planning process, programme or project (Dialogue by Design 2008).
Pemangku kepentingan meliputi semua pihak yang terkait dalam pengelolaan
terhadap sumberdaya.
Dalam Business Dictionary, pemangku kepentingan diartikan sebagai
kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan langsung atau tidak langsung
dalam sebuah organisasi karena dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan
organisasi, tujuan dan kebijakan. Meskipun para pelaku biasanya melabelkan dirinya
sebagai pemangku kepentingan, tetapi mereka semua tidak sama dan meiliki
kedudukan yang berbeda.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpilkan bahwa pemangku kepentingan
adalah semua pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang menjadi fokus
kajian atau perhatian.
Beberapa istilah penting dalam kerangka definisi pemangku kepentingan, diantaranya;
Stakeholder Engagement is the process of effectively eliciting stakeholders’
views on their relationship with the organisation/programme/project (Friedman
and Miles 2006).
Stakeholder Analysis is a technique used to identify and assess the influence
and importance of key people, groups of people, or organisations that may
significantly impact the success of your activity or project (Friedman and Miles
2006).
Stakeholder Management is essentially stakeholder relationship management
as it is the relationship and not the actual stakeholder groups that are managed
(Friedman and Miles 2006).
Secara Umum pemangku kepentingan dapat dibagi 2 (dua) jenis, yaitu :
1. Pemangku Kepentingan Primer (Key Stakeholder)
Mereka yang akhirnya tepengaruh baik secara positif atau negatif oleh
tindakan organisasi.
2. Pemangku Kepentingan Sekunder
Adalah “perantara”, yaitu orang/organisasi yang secara tidak langsung
dipengaruhi oleh tindakan organisasi.
Clarkson juga membagi pemangku kepentingan menjadi dua :
1. Pemangku kepentingan primer, pihak di mana tapa ada partisipasi dari
mereka yang berkelanjutan, maka organisasi tidak dapat bertahan.
2. Pemangku kepentingan sekunder, pihak yang mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh perusahaan , tapi mereka tidak terlibat dalam
4. transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu penting untuk
kelangsungan hidup perusahaan.
Partnerships
Pola kemitraan secara umum bisa diartikan sebagai kerja sama yang saling
menguntungkan semua pihak demi mencapai tujuan bersama. Menurut Thoby Mutis,
kemitraan adalah suat strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama maupun keuntukngan bersama
sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai kesepakatan yang
muncul. Keinginan dua pihak menjalin suatu kerja sama pada prinsipnya didasari oleh
keinginan masing-masing pihak supaya dapat memenuhi kebutuhan satu sama lain
berdasarkan etika bisnis yang dipahami bersama.
Kunci utama terlaksananya kemitraan dengan melakukan koordinasi, integrasi
dan sinkronisasi seluruh program kerja dengan pihak yang terkait dalah kemitaran
tersebut. Aristoteles, seorang ahli pikir Yunani Kuno menyatakan dalam ajarannya,
bahwa manusia itu adalah zoon politicon, artinya bahwa manusia itu sebagai mahluk
pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya,
jadi mahluk yang suka bermasyarakat. Oleh karena sifatnya yang suka bergaul satu
sama lain, maka manusia disebut mahluk sosial. Adanya hubungan antarmanusia
tersebut kemudian melahirkan istilah kemitraan. Adapun prinsip utama dalam pola
kemitraan adalah:
1. Prinsip saling memperkuat
2. Prinsip saling memerlukan
3. Prinsip saling menguntungkan.
Sedangkan tujuan kemitraan meliputi beberapa aspek, yang diantaranya yaitu :
1. Tujuan dari aspek ekonomi
Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
kemitraan secara lebih kongkrit yaitu Meningkatkan pendapataan usaha kecil
dan masyarakat dan meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku
kemitraan.
2. Tujuan dari aspek sosial dan budaya
Kemitraan usaha dirancang sebagai bagian dari upaya pemberdayaan usaha
kecil. Pengusaha besar berperan sebagaai faktor percepatan pemberdayaan
usaha kecil sesuai kemampuan dan kompetensinya dalam mendukung mitra
usahanya menuju kemandirian usaha, atau dengan perkataan lain kemitraan
usaha yang dilakukan oleh pengusaha besar yang telah mapan dengan
pengusaha kecil sekaligus sebagai tanggung jawab sosial pengusaha besar
untuk ikut memberdayakan usaha kecil agar tumbuh menjadi pengusaha
yang tangguh dan mandiri.
3. Tujuan dari aspek teknologi
Sehubungan dengan keterbatasan khususnya teknologi pada usaha kecil,
maka pengusaha besar dalam melaksanakan pembinaan dan
pengembangan terhadap pengusaha kecil meliputi juga memberikan
bimbingan teknologi
4. Tujuan dari aspek Manajemen
Peningkatan produktivitas individu yang melaksanakan kerja, dan
peningkatan produktivitas organisasi di dalam kerja yang dilaksanakan.
Pengusaha kecil yang umumnya tingkat manajemen usaha rendah, dengan
5. kemitraan usaha diharapkan ada pembenahan manajemen, peningkatan
kualitas sumber daya manusia serta pemantapan organisasi.
1. Implementasi Environmental Ethics di Indonesia dan Kaitannya dengan
Business Ethic dan Good Governance (GCG dan GGG)
Studi Kasus pada PT. Semen Padang (Perusahaan)
Semen Padang menyadari bahwa keberlanjutan dan pencapaian kerja
perusahaan ditentukan oleh hubungan yang harmonis antara Perusahaan dengan
masyarakat dan lingkungan. Dengan konsep dan strategi triple bottom line, Semen
Padang selalu mendorong peningkatan dampak positif bagi segenap pemangku
kepentingan dengan memenuhi ketentuan peraturan, hukum dan etika yang berlaku
Ke depannya, pertangungjawaban laporan keuangan diharapkan tidak hanya
memperhatikan kepentingan para stockholder tetapi juga memperhatikan kepentingan
para stakeholdernya secara keseluruhan. Oleh karena itu, tanggungjawab perusahaan
tidak lagi pada single bottom line, yang hanya memperhatikan kondisi keuangan saja,
tetapi juga memasukkan masalah sosial dan lingkungan (triple bottom line).
Tanggungjawab terhadap masalah sosial dan lingkungan itu diwujudkan oleh
perusahaan dalam bentuk kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau
Corporate Social Responsibility, yang selanjutnya disingkat CSR. Selain itu, CSR
merupakan amanat dari Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Semen Padang sangat menyadari bahwa kesinambungan dan pencapaian
kerja Perusahaan ditentukan diantaranya oleh hubungan yang harmonis antara
Perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, Perusahaan
berkomitmen untuk menjalankan program CSR secara berkesinambungan. Kegiatan
CSR yang dilakukan oleh perusahaan sangat beraneka ragam, dikelompokkan
menjadi beberapa isu sosial, antara lain isu bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan,
ketenagakerjaan, HAM dan atau berbagai bantuan permodalan bagi masyarakat.
Semen Padang memiliki komitmen yang kuat dalam pengelolaan lingkungan di
sekitar pabrik. Upaya Perusahaan dalam pelestarian lingkungan selain program
penghijauan, perusahaan juga melakukan program AFR, WHRPG dan reklamasi
tambang. Pelestarian lingkungan pada masa sekarang ini merupakan suatu
persyaratan untuk suatu pabrik/unit usaha. Hal ini tentu berlaku global baik dari segi
pemenuhan legal, maupun kesadaran dari pengusaha sendiri. Dalam pelestarian
lingkungan Semen Padang telah menerapkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam
proses pengendalian lingkungan. Proses Pengendalian Lingkungan 3R 3R (Reduce,
Reuse, Recycle) dilakukan dalam beberapa bentuk sebagai berikut:
1. Pemakaian Waste Material dari limbah usaha lainnya, seperti tatal karet,
sekam padi dan limbah kertas (Reuse).
2. Berusaha mengurangi emisi dari pabrik dengan memakai filter yang bagus
(Reduce).
3. Pengelompokan sampah berdasarkan jenisnya sehingga masing-masing
sampah sesuai dengan cara penanganannya (Recycle).
6. Semen Padang juga telah mendapat sertifikasi ISO 14001 untuk Manajemen
Lingkungan. Isu lingkungan bukan jargon belaka, dilingkungan Pabrik dibuat
penanaman pohon untuk semua lahan hijau dan dapat kita lihat betapa asrinya
Lapangan golf Semen Padang dengan program melepas burung di lingkungan
lapangan Golf tersebut. Semua dilakukan untuk menjaga lingkungan sehingga bisa
tercipta lingkungan yang lebih baik.
Industri semen memiliki limbah, namun demikian limbah tersebut dikelola
dengan baik, sesuai dengan standar baku yang telah ditentukan oleh Pemerintah pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 mengenai Baku Mutu
Emisi Dari Sumber Tidak Bergerak. Untuk Penanganan Lingkungan Semen Padang
juga sudah mendapat Sertifikat ISO 14001. Penangan ini dilakukan dengan strategi-
strategi yang jitu, seperti Inovasi-inovasi untuk yang lebih baik, modifikasi mesin,
mengganti alat yang sudah lama dan membuat/mendisain alat baru, sehingga didapat
efisiensi yang juga ramah lingkungan. Dalam mengurangi dampak lingkungan, Semen
Padang sudah membuat trik-trik tentang 3R (Reduce, Reuse and Recycle) hal ini
sangat membantu lingkungan yang mana pada masa sekarang ini sudah menjadi isu
yang hangat. Hal ini terlihat dari dibuatkannya Inovasisetiap tahunnya untuk me-
Reduce Biaya dan pemakaian energi listrik seperti Penggantian bola neon dengan
LED, ada juga Reuse oli bekas menjadi pelumas, Recycle energi yaitu dengan
pembuatan WHRPG (Waste Heat Recovery Power Generator) yang merupakan
Power Plant yang berkapasitas rencana 12 MW, dari pemakaian uap panas dari kiln.
Segala kegiatan ini dilakukan oleh Semen Padang untuk menghematenergi dan
memanfaatkan limbah yang berarti ramah lingkungan.
Untuk emisi udara, dilakukan penambahan alat dengan system yang canggih
sebagai filter debu. Filter ini akan menyaring debu dalam 2 tahapan dan teknologi baru,
tahap pertama akan disaring oleh separator, dan selanjutnya disaring lagi oleh
Electrostatic Precipirator (EP). Udara dari EP inilah yang boleh keluar menjadi udara
ambient. Setiap cerobong udara ambient ini dipasang sensor untuk pengukur emisi
ambient secara realtime dan keluar dalam bentuk grafik. Dari sinilah dilakukan
pengontrolan emisi udara sehingga masuk terhadap standar baku mutu emisi udara
ambient. Pengawasan dalam Limbah baik padat maupun cair sangat terkelola, yang
dikelola oleh Biro K3LH (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup) di
bawah Departemen Litbang dan Jaminan Kualitas. Segala limbah dipilah LB3 atau
bukan LB3. sehingga bisa diperlakukan prosedur penanganan yang tepat terhadap
limbah tersebut.
2. Review Jurnal : “The Influence of Corporate Environmental Ethics on
Competitive Advantage: The Mediation Role of Green Innovation”
Oleh : Chin-Hsun Chang - Department of Business Administration, Tamkang
University
Penelitian ini menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk
mengeksplorasi efek positif dari etika lingkungan perusahaan tentang keunggulan
kompetitif industri manufaktur di Taiwan melalui mediator: Green Innovation
Performance. Penelitian ini membagi green innovation menjadi green product
innovation dan green process innovation. Hasil empiris menunjukkan bahwa etika
lingkungan perusahaan secara positif mempengaruhi green product innovation dan
7. green process innovation. Selain itu, penelitian ini memverifikasi bahwa green product
innovation memediasi hubungan positif antara etika lingkungan perusahaan dan
keunggulan kompetitif, tetapi sebaliknya green process innovation tidak dapat
memediasi hubungan tersebut. Karena itu, etika lingkungan perusahaan tidak hanya
dapat mempengaruhi keunggulan kompetitif secara langsung, tetapi juga
mempengaruhinya secara tidak langsung melalui green product innovation di Industri
manufaktur Taiwan. Perusahaan manufaktur Taiwan dapat meningkatkan etika
lingkungan perusahaan mereka dan green product innovation yang dihasilkan untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif mereka.
Manajemen Lingkungan Perusahaan erusahaan dapat menentukan untuk
mengadopsi manajemen lingkungan karena tekanan lingkungan eksternal. Meskipun
ekonom neoklasik berpikir memaksimalkan kekayaan pemegang saham sebagai
tujuan utama perusahaan (Friedman 1970), teori institusional memperhatikan dampak
dari lembaga eksternal tentang strategi perusahaan (Hoffman 1997). Ini menunjukkan
bahwa tujuan sosial perusahaan tidak selalu maksimalisasi keuntungan, dan kegiatan
mereka biasanya bertemu tekanan eksternal untuk legitimasi. Untuk mendapatkan
kepercayaan dari lembaga eksternal, perusahaan memiliki alasan yang baik untuk
hijau produk mereka dan melakukan inovasi hijau.
Menurut pandangan berbasis sumber daya (RBV), kompetitifhasil keuntungan
dari sumber daya utama dan kemampuanperusahaan (Barney 1991; Orsato 2006).
RBV berpendapat demikiantanggung jawab sosial lingkungan bisa menjadi
kuncikemampuan yang mengarah ke keunggulan kompetitif yang berkelanjutan(Hart
1995). Ada beberapa kekuatan lingkunganmempengaruhi operasi perusahaan yang
merupakan aktivisme pemangku kepentingandan environmentalisme, tekanan
persaingan,kebijakan lingkungan nasional, dan peraturan lingkungan internasional
(Rugman dan Verbeke 1998). Dengan demikian, perusahaan harus melaksanakan
manajemen lingkungan untuk mematuhi dengan peraturan lingkungan internasional
dan konsumen environmentalism (Berry dan Rondinelli 1998). Karenanya,manajemen
lingkungan dapat menjadi elemen penting strategi perusahaan, dan itu harus dianggap
kemampuan perusahaan yang unik dari logika RBV (Hart 1995).
Literatur sebelumnya tentang masalah tanggung jawab sosial
perusahaanbahwa perusahaan memiliki tanggung jawab sosial yang dapat
memperkuat tujuan ekonomi mereka (Wood dan Jones 1995).Perusahaan melakukan
manajemen lingkungan karena mereka berharap bertanggung jawab secara sosial.
Meskipun manajemen lingkungan perusahaan tidak mungkin meningkat keuntungan
dalam jangka pendek, itu bisa memiliki hasil ekonomi dijangka panjang (Hart dan
Ahuja 1997). Selain itu, teori stakeholder berpendapat bahwa perusahaan harus
memperhitungkan kepentingan dari berbagai pemangku kepentingan mereka untuk
merumuskan strategi mereka untuk mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari
pemangku kepentingan utama mereka (Freeman 1984; Mitchell et al. 1997). Jika
perusahaan hanya memperhatikan tujuan ekonomi, maka cara menggabungkan
manajemen lingkungan ke dalam strategi mereka tidak akan mungkin dilakukan
(Drumwright 1994). Perusahaan harus melakukan pemikiran berkelanjutan jangka
panjang yang bergantung pada tujuan non-ekonomi serta tekanan kelembagaan dan
pemangku kepentingan(Prakash 2002).
Manajemen lingkungan perusahaan memungkinkan perusahaan untuk
membentuk aturan persaingan lingkungan dan dengan demikian untuk memperoleh
keuntungan penggerak pertama (Peattie 1992; Peattie dan Ratnayaka 1992).
8. Mengadopsi manajemen lingkungan biasanya memaksa perusahaan untuk
menerapkan standar lingkungan yang ketat ke dalam produk atau proses hijau mereka
yang dapat dibuat hambatan masuk-tinggi (Barrett 1991). Perusahaan bisa mendapat
dukungan dari lembaga eksternal dan pemangku kepentingan utama dan selanjutnya
memperoleh keunggulan kompetitif (Vogel 1995). Oleh karena itu, hubungan positif
antara keunggulan kompetitif dan kegiatan lingkungan perusahaan dapat didukung
dari literatur sebelumnya tentang teori institusional, stakeholder teori, RBV, dan
tanggung jawab sosial perusahaan (Prakash 2002).
Metodologi dan Pengukuran
Pengumpulan Data dan Sampel
Unit analisis dalam penelitian ini adalah tingkat bisnis. Penelitian ini
menggunakan studi empiris, data yang dikumpulkan dari perusahaan di industri
manufaktur Taiwan. Sampel dipilih secara acak dari '‘2008 Business Directory of
Taiwan.’ ’Para responden dari kuesioner adalah CEO atau manajer perlindungan
lingkungan, pemasaran, produksi, sumber daya manusia,atau departemen R & D di
perusahaan manufaktur Taiwan.Untuk meningkatkan tingkat respons survei yang
valid, maka asisten penelitian dipanggil ke setiap perusahaan yang diambil
sampelnya,menjelaskan tujuan penelitian dan isi kuesioner, dan menegaskan nama
dan jabatan pekerjaan dari responden sebelum kuisioner. Responden itu diminta untuk
mengembalikan kuesioner yang sudah diisi dalam waktu 2 minggu melalui pengiriman.
Definisi dan Pengukuran Konstruksi
Pengukuran kuesioner dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan ‘‘
skala Likert lima poin dari peringkat 1 hingga 5 ’dari sangat tidak setuju dengan
kesepakatan yang kuat. Kuesioner terdiri dari lima bagian. Bagian pertama dari
kuesioner adalah pengukuran data deskriptif perusahaan (termasuk jumlah karyawan,
tahun didirikan, sektor industri, dll.); empat bagian lainnya etika lingkungan
perusahaan, inovasi produk hijau, inovasi proses hijau, dan keunggulan kompetitif,
masing-masing. Pengukuran konstruk lebih lanjut didefinisikan sebagai :
1. Etika Lingkungan Perusahaan
2. Inovasi Produk Hijau
3. Inovasi Proses Hijau
4. Keuntungan Kompetitif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika lingkungan perusahaan
berhubungan positif dengan inovasi proses dan produk hijau. Hasil empiris juga
menunjukkan bahwa etika lingkungan perusahaan secara positif mempengaruhi
keunggulan kompetitif perusahaan. Studi ini menunjukkan bahwa perusahaan harus
menginvestasikan lebih banyak sumber daya yang meningkatkan etika lingkungan
perusahaan karena itu secara positif terkait dengan inovasi hijau dan keuntungan
kompetitif. Jika perusahaan ingin mengembangkan inovasi hijau dan keunggulan
kompetitif, mereka harus meningkatkan etika lingkungan perusahaan mereka.
9. Daftar Pustaka :
1. Lidia Vonny. "Filsafat dan Lingkingan", 2017, https://www.kompasiana.com/
lidiaponii/5a156cf85169953e3b547ff2/filsafat-dan-lingkungan. (29 September
2018, jam 09:59 WIB);
2. Heni Lusiawati, “Pembangunan berkelanjutan: Memahami Wacana Filosofi
Lingkungan”,2016, https://www.kompasiana.com/henilusiawati/56dbf98e337
b612917f7bdd2/pembangunan-berkelanjutan-memahami-filosofi-lingkungan?
page=all, (29 September 2018, 10.23 WIB);
3. Wahjudin Sumpeno, Teori Pemangku Kepentingan, 2012, https://wahjudin
sumpeno.wordpress.com/2012/07/23/teori-pemangku-kepentingan/, (29
September 2018, jam 11.00 WIB);
4. Faqih Ethana Prabandaru, Pengertian Kemitraan Menurut Para Ahli Beserta
Jenis dan Manfaatnya, 2016, http://terbeselung.blogspot.com/2016/11/
pengertian- kemitraan-menurut-para-ahli.html, (29 September 2018, jam 11.41
WIB);
5. Hestanto, Teori Pola Kemitraan Menurut Para Ahli, 2017, https://www.hestanto.
web.id/teori-pola-kemitraan-menurut-para-ahli/, (29 September 2018, jam 11.28
WIB);
6. Bondan Ali, Membangun Kemitraan, 2013, http://mitraajaya.blogspot.com/2013
/07/ definisi.html, (29 September 2018, jam 11.34 WIB);
7. Hapzi ali, 2018, Modul Be & GG – Environmental Ethics,Universitas Mercu
Buana.
8. Annual Report PT Semen Padang, (2013), http://www.semenpadang.co.id/file/ar
_2013/ar_ptsp_2013_5.pdf, (27 September 2018, Jam 14.29 WIB);
9. Chin-Hsun Chang, (2011), The Influence of Corporate Environmental Ethics on
Competitive Advantage: The Mediation Role of Green Innovation, Journal of
Business Ethics, 104:361–370.