Filosofi lingkungan dibagi antara pandangan antroposentris dan ecocentric. Pandangan ini digambarkan dengan label seperti kapitalis murni, ekologi sosial, dan ekologi mendalam yang memegang bahwa manusia memiliki hak lebih besar daripada bentuk kehidupan lain. Laporan lingkungan perusahaan mulai muncul pada 1990-an meskipun masih sukarela, namun standarisasi mulai dibangun melalui Global Reporting Initiative pada 2002.
1. Filosofi Lingkungan
Filsafat tradisional dibagi antara konsekuensial (atau teleologis) teori seperti utilitarianisme
dan non-konsekuensial (atau deontologis) teori seperti berbasis hak filosofi. Dengan
demikian, kita dapat membagi filosofi lingkungan antara antroposentris (berpusat pada
manusia) dan ecocentric (bumi berpusat) sudut pandang, yang umumnya dipandang sebagai
dapat dibandingkan. Pandangan ini diberi label dan digambarkan sebagai berikut : - Kapitalis
murni - pandangan dominan dalam akuntansi dan keuangan di mana satusatunya tanggung
jawab korporasi adalah untuk membuat uang untuk pemegang saham. - Expedients - orang-
orang dengan pandangan jangka panjang yang menyadari bahwa kesejahteraan ekonomi dan
stabilitas hanya dapat dicapai dengan penerimaan tanggung jawab sosial tertentu. -
Pendukung kontrak sosial - suatu sikap yang perusahaan dan organisasi lain yang ada di akan
masyarakat dan karena itu bertanggung jawab untuk menghormati dan menanggapi
masyarakat . - Ekologi sosial - mereka yang peduli terhadap lingkungan sosial dan merasa
bahwa karena organisasi besar telah berpengaruh dalam menciptakan sosial dan lingkungan
masalah yang mereka juga harus berpengaruh dalam membantu memberantas masalah ini.
- Sosialis - yang merasa bahwa harus ada penyesuaian yang signifikan dalam kepemilikan
dan penataan masyarakat; - Feminis radikal - mereka yang merasa bahwa ada sesuatu yang
pada dasarnya salah dengan konstruksi maskulin agresif yang memandu sistem sosial kita dan
bahwa ada kebutuhan untuk nilai-nilai yang lebih feminin seperti cinta, kasih sayang dan
kerja sama. - Ekologi yang mendalam - yang memegang bahwa manusia memiliki hak yang
lebih besar untuk eksistensi daripada bentuk lain dari kehidupan. Clark (1998, p. 345)
menjelaskan bahwa ekologi berbeda dari environmentalisme di bahwa dibutuhkan lebih
pandangan holistik yang melibatkan re-berpikir tempat manusia di alam. ekologi sosial dan
sosialis gerakan berusaha untuk menempatkan manusia dalam konteks alam dan menawarkan
kritik dari segala bentuk dominasi, tetapi khususnya dari negara bangsa, kekuasaan
terkonsentrasi ekonomi, otoritarianisme, ideologi represif dan "luas eco teknologi mesin.
Wawasan dasar ekofeminisme adalah bahwa masalahnya tidak benar-benar manusia berpusat,
tapi androsentrisme, konsepsi tertentu tentang kelelakian. Hal ini tidak mengatakan bahwa
masalahnya adalah manusia laki-laki, tapi itu masalah adalah cara berpikir yang meremehkan
baik perempuan dan alam.
2. Laporan lingkungan adalah artefak yang relatif baru komunikasi perusahaan dengan produksi
menjadi terlihat pada awal 1990-an. laporan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan ini tetap sukarela di alam. Namun, persiapan laporan harus memulai jalur untuk
memungkinkan standardisasi melalui standar sukarela internasional, Global Reporting
Initiative (GRI), didirikan pada tahun 2002. laporan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan tidak hanya melayani peran komunikatif, mereka juga simbolis dan berfungsi
sebagai perangkat utama di pasar untuk gambar hijau dan legitimasi lingkungan. sejauh mana
laporan ini mungkin atau mungkin tidak mewakili "kebenaran". Sebaliknya, fokus kami
adalah pada pilihan pesan dan bagaimana pesan yang dibentuk oleh dan membentuk
organisasi. Fischer & Hajer (1999) menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan telah
dibingkai sebagai penyesuaian praktek kelembagaan dasar daripada perubahan sosial yang
mendasar. Pendekatan ini adalah satu di mana kita relatif sensitif terhadap penggunaan
bahasa dalam konteks tetapi juga salah satu yang kita cari pola yang lebih luas dan
melampaui rincian teks. Dalam rangka menciptakan struktur untuk analisis wacana dan dapat
mengidentifikasi filsafat lingkungan digunakan, kami memilih untuk mempekerjakan tiga
perangkat framing kognitif digariskan oleh Eder (1996): tanggung jawab moral, objektivitas
empiris dan penilaian estetika. sepakat pada apa yang penafsiran yang paling masuk akal
untuk apa retorika itu digunakan untuk dan apa itu mengungkapkan wacana lingkungan
secara keseluruhan di mana itu terletak. Dengan demikian, kita merasa bahwa kita mencapai
"kesehatan" dari analisis (yaitu, kehandalan) yang harus ditiru dalam semacam broadbased
dari jalan. proses berulang ini khas dalam analisis wacana (Hardy, 2001).
Peran Pemangku Kepentingan Dalam Bussiness Dictionary,
Pemangku kepentingan didefinisikan kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan
langsung atau tidak langsung dalam sebuah organisasi karena dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh tindakan organisasi, tujuan, dan kebijakan. Meskipun para pelaku biasanya
melegitimasi dirinya sebagai stakeholder, tetapi semua pemangku kepentingan tidak sama
dan memiliki kedudukan yang berbeda.
Misalnya, pelanggan perusahaan berhak untuk praktek perdagangan yang adil tetapi mereka
tidak berhak untuk mendapat pertimbangan yang sama sebagai karyawan perusahaan.
Pemangku kepentingan kunci lain dalam organisasi bisnis diantaranya kreditor, pelanggan,
direksi, karyawan, pemerintah (dan badan-badannya), pemilik (pemegang saham), pemasok,
serikat pekerja, dan masyarakat dari mana bisnis menarik sumber daya yang dimiliki.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemangku kepentingan adalah seluruh
3. pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang menjadi fokus kajian atau perhatian.
Misalnya terkait isu perikanan, maka makna pemangku kepentingan sebagai parapihak yang
terkait dengan isu perikanan, seperti nelayan, masyarakat pesisir, pemilik kapal, anak buah
kapal, pedagang ikan, pengolah ikan, pembudidaya ikan, pemerintah, pihak swasta di bidang
perikanan, dan sebagainya. Seorang pemangku kepentingan adalah seseorang yang
mempunyai sesuatu yang dapat ia peroleh atau akan kehilangan akibat dari sebuah proses
perencanaan atau proyek. Dalam banyak siklus, mereka disebut sebagai kelompok
kepentingan, dan mereka bisa mempunyai posisi yang kuat dalam menentukan hasil suatu
proses politik. Seringkali akan sangat bermanfaat bagi proyek penelitian untuk
mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan kepedulian berbagai pemangku
kepentingan, terutama jika proyek diracang bertujuan mempengaruhi kebijakan (Start &
Hovland dalam http://www.smeru.or.id/)
Peran Pemangku Kepentingan Korporasi dihadapkan pada persaingan yang kompetitif,
keterbatasan sumberdaya, dan perolehan laba untuk meningkatkan kemakmuran pemegang
saham.Oleh sebab itu korporasi melakukan berbagai upaya yang tidak jarang memiliki
dampak negative kepada pihak lain, termasuk lingkungan. Tidak sedikit aktivitas korporasi
menimbulkan kerusakan terhadap alam.
Kerusakan alam tersebut pada akhirnya akan berpengaruh buruk terhadap lingkungan dan
makhluk hidup di dalamnya, termasuk manusia. Tindakan korporasi seperti ini pada akhirnya
akan mengancam kelangsungan hidup alam, manusia, dan perusahaan itu sendiri. Oleh sebab
itu diperlukan prinsip dan upaya yang mendorong peran korporasi dalam mencegah hal
tersebut. Korporasi justru harus berperan aktif dalam melestarikan lingkungan.
Kemitraan
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka
waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan
saling membesarkan. Kemitraan adalah suatu rangkaian proses yg dimulai dengan mengenal
calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai
membangun strategi, melaksanakan dan terus menerus memonitor dan mengevaluasi sampai
target sasaran tercapai. Sehingga yang menjadi titik tolak kemitraan adalah memiliki dasar
ETIKA BISNIS yang dipahami bersama.
4. a. Proses Pengembangan Kemitraan - Memulai membangun hubungan dengan calon
mitra = memilih mitra yg tepat - Mengerti kondisi bisnis pihak yang bermitra (kemampuan
manajemen, penguasaan pasar, teknologi, permodalan, SDM) = memudahkan penyusunan
langkah/strategi - Mengembangkan strategi dan menilai detail bisnis (strategi pesaran,
strategi dsitribusi, operasional, informasi) - Mengembangkan program = rencana taktis dan
strategi yang akan dilakukan dengan mengkomunikasikan dengan orang yang terlibat -
Memulai pelaksanaan = memulai pelaksanaan kemitraan berdasarkan ketentuan yg disepakai
- Memonitor dan mengevaluasi - Memonitor : agar terget yg ingin dicapai menjadi kenyataan
- Mengevaluasi : untuk perbaikan pelaksanaan berikutnya
b. Prinsip dalam membangun hubungan Membangun citra lembaga yg baik, diantaranya :
- Fokuskan kepada kualifikasi lembaga dan bukan hanya nama lembaga - Berkaitan dengan
apa yang kita tawarkan dan bukan apa yg kita dapatkan - Mengembangkan kemampuan
"mendengar"
c. Prinsip Merawat Hubungan/Kemitraan : - Menciptakan semangat saling memberi dan
membagi informasi - Setiap pihak membutuhkan layanan khusus - Menangkap pesan implisit
- Melestarikan kontak - Membuat sistem jaringan - Lembaga harus ditampilkan dan
dikenalkan - Pihak lain akan melihat apa yang bisa kita berikan dan tawarkan dan bukannya
apa yang bisa kita dapatkan - Menampilkan saat moment yang tepat - Berusaha untuk hadir
pada kegiatan jaringan - Lembaga diperankan aktif Keberhasilan Kemitraan, sangat
ditentukan oleh : 1. adanya kepatuhan, 2. kepercayaan, 3. kebersamaan, 4. komitmen dan 5.
Kejujuran
Filosofi Lingkungan
Filsafat tradisional dibagi antara konsekuensial (atau teleologis) teori seperti utilitarianisme
dan non-konsekuensial (atau deontologis) teori seperti berbasis hak filosofi. Dengan
demikian, kita dapat membagi filosofi lingkungan antara antroposentris (berpusat pada
manusia) dan ecocentric (bumi berpusat) sudut pandang, yang umumnya dipandang sebagai
dapat dibandingkan. Pandangan ini diberi label dan digambarkan sebagai berikut : - Kapitalis
murni - pandangan dominan dalam akuntansi dan keuangan di mana satusatunya tanggung
jawab korporasi adalah untuk membuat uang untuk pemegang saham. - Expedients - orang-
orang dengan pandangan jangka panjang yang menyadari bahwa kesejahteraan ekonomi dan
stabilitas hanya dapat dicapai dengan penerimaan tanggung jawab sosial tertentu. -
Pendukung kontrak sosial - suatu sikap yang perusahaan dan organisasi lain yang ada di akan
5. masyarakat dan karena itu bertanggung jawab untuk menghormati dan menanggapi
masyarakat . - Ekologi sosial - mereka yang peduli terhadap lingkungan sosial dan merasa
bahwa karena organisasi besar telah berpengaruh dalam menciptakan sosial dan lingkungan
masalah yang mereka juga harus berpengaruh dalam membantu memberantas masalah ini.
- Sosialis - yang merasa bahwa harus ada penyesuaian yang signifikan dalam kepemilikan
dan penataan masyarakat; - Feminis radikal - mereka yang merasa bahwa ada sesuatu yang
pada dasarnya salah dengan konstruksi maskulin agresif yang memandu sistem sosial kita dan
bahwa ada kebutuhan untuk nilai-nilai yang lebih feminin seperti cinta, kasih sayang dan
kerja sama. - Ekologi yang mendalam - yang memegang bahwa manusia memiliki hak yang
lebih besar untuk eksistensi daripada bentuk lain dari kehidupan. Clark (1998, p. 345)
menjelaskan bahwa ekologi berbeda dari environmentalisme di bahwa dibutuhkan lebih
pandangan holistik yang melibatkan re-berpikir tempat manusia di alam. ekologi sosial dan
sosialis gerakan berusaha untuk menempatkan manusia dalam konteks alam dan menawarkan
kritik dari segala bentuk dominasi, tetapi khususnya dari negara bangsa, kekuasaan
terkonsentrasi ekonomi, otoritarianisme, ideologi represif dan "luas eco teknologi mesin.
Wawasan dasar ekofeminisme adalah bahwa masalahnya tidak benar-benar manusia berpusat,
tapi androsentrisme, konsepsi tertentu tentang kelelakian. Hal ini tidak mengatakan bahwa
masalahnya adalah manusia laki-laki, tapi itu masalah adalah cara berpikir yang meremehkan
baik perempuan dan alam.
Laporan lingkungan adalah artefak yang relatif baru komunikasi perusahaan dengan produksi
menjadi terlihat pada awal 1990-an. laporan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan ini tetap sukarela di alam. Namun, persiapan laporan harus memulai jalur untuk
memungkinkan standardisasi melalui standar sukarela internasional, Global Reporting
Initiative (GRI), didirikan pada tahun 2002. laporan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan tidak hanya melayani peran komunikatif, mereka juga simbolis dan berfungsi
sebagai perangkat utama di pasar untuk gambar hijau dan legitimasi lingkungan. sejauh mana
laporan ini mungkin atau mungkin tidak mewakili "kebenaran". Sebaliknya, fokus kami
adalah pada pilihan pesan dan bagaimana pesan yang dibentuk oleh dan membentuk
organisasi. Fischer & Hajer (1999) menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan telah
dibingkai sebagai penyesuaian praktek kelembagaan dasar daripada perubahan sosial yang
mendasar. Pendekatan ini adalah satu di mana kita relatif sensitif terhadap penggunaan
bahasa dalam konteks tetapi juga salah satu yang kita cari pola yang lebih luas dan
melampaui rincian teks. Dalam rangka menciptakan struktur untuk analisis wacana dan dapat
6. mengidentifikasi filsafat lingkungan digunakan, kami memilih untuk mempekerjakan tiga
perangkat framing kognitif digariskan oleh Eder (1996): tanggung jawab moral, objektivitas
empiris dan penilaian estetika. sepakat pada apa yang penafsiran yang paling masuk akal
untuk apa retorika itu digunakan untuk dan apa itu mengungkapkan wacana lingkungan
secara keseluruhan di mana itu terletak. Dengan demikian, kita merasa bahwa kita mencapai
"kesehatan" dari analisis (yaitu, kehandalan) yang harus ditiru dalam semacam broadbased
dari jalan. proses berulang ini khas dalam analisis wacana (Hardy, 2001).
Peran Pemangku Kepentingan Dalam Bussiness Dictionary,
Pemangku kepentingan didefinisikan kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan
langsung atau tidak langsung dalam sebuah organisasi karena dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh tindakan organisasi, tujuan, dan kebijakan. Meskipun para pelaku biasanya
melegitimasi dirinya sebagai stakeholder, tetapi semua pemangku kepentingan tidak sama
dan memiliki kedudukan yang berbeda.
Misalnya, pelanggan perusahaan berhak untuk praktek perdagangan yang adil tetapi mereka
tidak berhak untuk mendapat pertimbangan yang sama sebagai karyawan perusahaan.
Pemangku kepentingan kunci lain dalam organisasi bisnis diantaranya kreditor, pelanggan,
direksi, karyawan, pemerintah (dan badan-badannya), pemilik (pemegang saham), pemasok,
serikat pekerja, dan masyarakat dari mana bisnis menarik sumber daya yang dimiliki.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemangku kepentingan adalah seluruh
pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang menjadi fokus kajian atau perhatian.
Misalnya terkait isu perikanan, maka makna pemangku kepentingan sebagai parapihak yang
terkait dengan isu perikanan, seperti nelayan, masyarakat pesisir, pemilik kapal, anak buah
kapal, pedagang ikan, pengolah ikan, pembudidaya ikan, pemerintah, pihak swasta di bidang
perikanan, dan sebagainya. Seorang pemangku kepentingan adalah seseorang yang
mempunyai sesuatu yang dapat ia peroleh atau akan kehilangan akibat dari sebuah proses
perencanaan atau proyek. Dalam banyak siklus, mereka disebut sebagai kelompok
kepentingan, dan mereka bisa mempunyai posisi yang kuat dalam menentukan hasil suatu
proses politik. Seringkali akan sangat bermanfaat bagi proyek penelitian untuk
mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan kepedulian berbagai pemangku
kepentingan, terutama jika proyek diracang bertujuan mempengaruhi kebijakan (Start &
Hovland dalam http://www.smeru.or.id/)
7. Peran Pemangku Kepentingan Korporasi dihadapkan pada persaingan yang kompetitif,
keterbatasan sumberdaya, dan perolehan laba untuk meningkatkan kemakmuran pemegang
saham.Oleh sebab itu korporasi melakukan berbagai upaya yang tidak jarang memiliki
dampak negative kepada pihak lain, termasuk lingkungan. Tidak sedikit aktivitas korporasi
menimbulkan kerusakan terhadap alam.
Kerusakan alam tersebut pada akhirnya akan berpengaruh buruk terhadap lingkungan dan
makhluk hidup di dalamnya, termasuk manusia. Tindakan korporasi seperti ini pada akhirnya
akan mengancam kelangsungan hidup alam, manusia, dan perusahaan itu sendiri. Oleh sebab
itu diperlukan prinsip dan upaya yang mendorong peran korporasi dalam mencegah hal
tersebut. Korporasi justru harus berperan aktif dalam melestarikan lingkungan.
Kemitraan
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka
waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan
saling membesarkan. Kemitraan adalah suatu rangkaian proses yg dimulai dengan mengenal
calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai
membangun strategi, melaksanakan dan terus menerus memonitor dan mengevaluasi sampai
target sasaran tercapai. Sehingga yang menjadi titik tolak kemitraan adalah memiliki dasar
ETIKA BISNIS yang dipahami bersama.
a. Proses Pengembangan Kemitraan - Memulai membangun hubungan dengan calon
mitra = memilih mitra yg tepat - Mengerti kondisi bisnis pihak yang bermitra (kemampuan
manajemen, penguasaan pasar, teknologi, permodalan, SDM) = memudahkan penyusunan
langkah/strategi - Mengembangkan strategi dan menilai detail bisnis (strategi pesaran,
strategi dsitribusi, operasional, informasi) - Mengembangkan program = rencana taktis dan
strategi yang akan dilakukan dengan mengkomunikasikan dengan orang yang terlibat -
Memulai pelaksanaan = memulai pelaksanaan kemitraan berdasarkan ketentuan yg disepakai
- Memonitor dan mengevaluasi - Memonitor : agar terget yg ingin dicapai menjadi kenyataan
- Mengevaluasi : untuk perbaikan pelaksanaan berikutnya
b. Prinsip dalam membangun hubungan Membangun citra lembaga yg baik, diantaranya :
- Fokuskan kepada kualifikasi lembaga dan bukan hanya nama lembaga - Berkaitan dengan
apa yang kita tawarkan dan bukan apa yg kita dapatkan - Mengembangkan kemampuan
"mendengar"
8. c. Prinsip Merawat Hubungan/Kemitraan : - Menciptakan semangat saling memberi dan
membagi informasi - Setiap pihak membutuhkan layanan khusus - Menangkap pesan implisit
- Melestarikan kontak - Membuat sistem jaringan - Lembaga harus ditampilkan dan
dikenalkan - Pihak lain akan melihat apa yang bisa kita berikan dan tawarkan dan bukannya
apa yang bisa kita dapatkan - Menampilkan saat moment yang tepat - Berusaha untuk hadir
pada kegiatan jaringan - Lembaga diperankan aktif Keberhasilan Kemitraan, sangat
ditentukan oleh : 1. adanya kepatuhan, 2. kepercayaan, 3. kebersamaan, 4. komitmen dan 5.
Kejujuran
KASUS PADA PERUSAHAAN MINUMAN COCA COLA BOTTLING INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
i Indonesia, minuman ringan mudah sekali diperoleh di berbagai tempat, mulai dari warung
sampai toko-toko kecil. Minuman ringan dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat dari
berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Survei yang dilakukan oleh sebuah
lembaga independen (LPEM Universitas Indonesia) dan sebuah perusahaan riset pemasaran
DEKA menunjukkan bahwa
• Pada tahun 1999, 85% dari konsumen bulanan minuman ringan mempunyai pendapatan
rumah tangga rata-rata di bawah Rp 1 juta (US$ 100) per bulan. 46% diantara mereka
berpenghasilan kurang dari Rp 500.000 (US$50).
• 72% konsumen mingguan mempunyai penghasilan rata-rata kurang dari Rp 1 juta perbulan
lebih dari 40 % diantara mereka adalah pelajar karyawan paruh waktu dan para pensiunan.
• Diantara konsumen mingguan, minuman ringan dikonsumsi sama seringnya dengan
minuman sirup dan makanan ringan, dan jauh lebih sering dikonsumsi dibandingkan dengan
es krim.
Dengan konsumsi minuman ringan yang sedemikian luasnya, produk minuman ringan
bukanlah barang mewah melainkan barang biasa. Industri minuman ringan memiliki potensi
yang amat besar untuk dikembangkan dengan jumlah konsumsi per kapita yang masih rendah
dan penduduk berusia muda yang sangat besar.
9. Saat ini, Indonesia mencatat tingkat konsumsi produk-produk Coca-Cola terendah (hanya 13
porsi saji seukuran 236 ml per orang per tahun), dibandingkan dengan Malaysia (33), Filipina
(122) dan Singapura (141). Karena minuman ringan merupakan barang yang permintaannya
elastis terhadap harga, berbagai upaya dilakukan agar harga produk-produk minuman ringan
tetap terjangkau.
Dibandingkan dengan Indonesia, konsumsi minuman ringan di negara tetangga jauh lebih
tinggi (Indonesia:13; Malaysia:33; Filipina:122). Untuk ilustrasi, pada tahun 1977, konsumen
bisa membeli 11 botol kecil minuman ringan mengandung soda atau teh siap minum dengan
upah minimum harian di Jakarta dan 13 botol pada tahun 2001. Namun, sebagai
perbandingan terhadap produk permen yang menaikkan harga, konsumen bisa membeli 205
permen dengan upah yang sama pada tahun 1997 dan hanya 136 pada tahun 2001.
Elastisitas harga minuman ringan terhadap permintaan adalah -1.19 yang berarti bahwa saat
terjadi kenaikan harga, volume penjualan akan berkurang dengan prosentase yang lebih besar
daripada prosentase kenaikan harga tersebut
Ditinjau dari segi penciptaan kesempatan kerja, industri minuman ringan memiliki efek
multiplier yang besar pada tenaga kerja. Dengan rasio sebesar 4,025, industri minuman
ringan menduduki pringkat ke - 14 dari 66 sektor industri lainya di seluruh Indonesia. Ini
berarti bahwa untuk setiap peluang pekerjaan yang tercipta, atau hilang, di industri minuman
ringan, empat kesempatan kerja akan tercipta, atau hilang, di tingkat nasional.
Delapan puluh persen penjualan minuman ringan dilakukan oleh pengecer dan pedagang
grosir dimana 90% diantaranya termasuk dalam kategori pengusaha kecil. Bagi para
pengusaha kecil tersebut, produk minuman ringan merupakan barang dagangan terpenting
mereka dengan kontribusi sebesar 35% dari total penjualan dan nilai keuntungan sebesar
34%.
Industri-industri penunjang lainnya yang terkena dampak kegiatan industri minuman ringan
meliputi gelas, tutup botol, transportasi dan media.
1.2 Latar belakang perusahaan
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen dan distributor minuman
ringan terkemuka di Indonesia. Memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi
dari The Coca-Cola Company.
10. Perusahaan ini memproduksi dan mendistribusikan produk Coca-Cola ke lebih dari 400.000
outlet melalui lebih dari 120 pusat penjualan.
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari perusahaan-
perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan lokal yang dimiliki oleh
pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil Limited, yang merupakan salah satu
produsen dan distributor terbesar produk-produk Coca-Cola di dunia.
Coca-Cola Amatil pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992. Mitra usaha Coca-
Cola saat ini merupakan pengusaha Indonesia yang juga adalah mitra usaha saat perusahaan
ini memulai kegiatan usahanya di Indonesia.
Produksi pertama Coca-Cola di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik yang
berlokasi di Jakarta. Produksi tahunan pada saat tersebut hanya sekitar 10.000 krat.
Saat itu perusahaan baru memperkerjakan 25 karyawan dan mengoperasikan tiga buah
kendaraan truk distribusi. Sejak saat itu hingga tahun 1980-an, berdiri 11 perusahaan
independen di seluruh Indonesia guna memproduksi dan mendistribusikan produk-produk
The Coca-Cola Company. Pada awal tahun 1990-an, beberapa diantara perusahaan-
perusahaan tersebut mulai bergabung menjadi satu.
Tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari perusahaan-perusahaan tersebut bergabung
dalam perusahaan-perusahaan yang kini dikenal sebagai Coca-Cola Bottling Indonesia.
Saat ini, dengan jumlah karyawan sekitar 10.000 orang, jutaan krat produk kami
didistribusikan dan dijual melalui lebih dari 400.000 gerai eceran yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Rangkaian produk Coca-Cola Bottling meliputi empat dari lima merek terkenal di dunia saat
ini, seperti Coca-Cola, diet Coke, Fanta, dan Sprite. Produk-produk ini telah menjadi bagian
dari kehidupan sehari-hari masyarakat konsumen Indonesia dari berbagai latar belakang
sosial dan ekonomi. Juga memproduksi dan mendistribusikan teh siap minum bermerek
Frestea, Sunfill dan minuman mengandung soda bermerek Schweppes.
Semua fungsi dan jajaran organisasi, mulai dari produksi, pemasaran, distribusi, keuangan,
layanan pelanggan dan konsumen, bekerja keras untuk mengembangkan praktek-praktek
yang terbaik di industri minuman.
11. The Coca-Cola Quality System merupakan landasan kebijakan perusahaan terhadap
pengawasan mutu - yang memotivasi kami untuk bertindak memenuhi dan bahkan
melampaui berbagai standar kualitas, baik itu merupakan standar internasional maupun
standar yang ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Industri
makanan dan minuman.
Perusahaan memiliki Consumer Response Teams dan program-program yang dilaksanakan di
semua area operasi di seluruh Indonesia untuk menampung setiap masukan yang disampaikan
oleh para konsumen dan pelanggan, yang kemudian meneruskan masukan tersebut kepada
pihak-pihak yang tepat di dalam perusahaan untuk menjamin bahwa standar kualitas yang
tinggi tetap terjaga.
1.2.1 Kepedulian Lingkungan
Perusahaan sangat terpacu untuk melahirkan semangat serupa terhadap usaha-usaha yang
berkaitan dengan pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Ini berarti, upaya
berkesinambungan untuk menggali cara-cara baru dan lebih baik untuk meningkatakan
kinerja di bidang pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Sebelum membuang limbah ke sungai, perusahaan mengolah limbah sehingga tidak merusak
biota sungai.
Semua pabrik melaksanakan audit secara berkala dan menjalankan praktek-praktek terbaik di
bidang perlindungan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja - mulai dari pengelolaan
dan pemanfaatan kembali limbah produksi hingga berbagai program kesehatan dan
keselamatan kerja.
PT Coca-Cola Bottling Indonesia memiliki komitmen untuk senantiasa memahami,
mencegah dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap lingkungan sehubungan dengan
kegiatan produksi minuman ringan, serta terus berupaya memberikan pelayanan dan produk
berkualitas yang diharapkan konsumen maupun pelanggan, dan menciptakan lingkungan
kerja yang aman bagi seluruh karyawan.
Seluruh karyawan PT Coca-Cola Botting Indonesia dan setiap orang yang tergabung di dalam
perusahaan, serta semua mitra kerjanya, bersama-sama memainkan peranan penting dalam
menerapkan kebijakan Perusahaan di bidang perlindungan lingkungan ini. Untuk itulah maka
perusahaan berupaya membekali para karyawan agar mampu melibatkan diri mereka
12. sepenuhnya, agar mereka senantiasa :
berusaha sebaik mungkin mencapai kinerja di bidang perlindungan lingkungan dengan
memenuhi persyaratan dari The Coca-Cola Company dan Peraturan Perundangan yang
berlaku;
senantiasa memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan dalam menyusun Business
Plan (Perencanaan Bisnis) untuk memastikan bahwa pengelolaan masalah lingkungan selalu
menjadi bagian yang integral dari Operasi Perusahaan;
menerapkan dan mempertahankan sistem manajemen lingkungan terprogram, serta terus
menerus menyempurnakan dan meninjaunya agar senantiasa sejalan dengan operasi
perusahaan;
mendorong dan membekali karyawan agar mampu mengenali, memahami dan bertindak pada
setiap peluang yang ada untuk mencegah dan memperkecil setiap dampak negatif yang
berpotensi menimbulkan masalah lingkungan;
mengembangkan dan menerapkan cara-cara meningkatkan efisiensi pemakaian sumber daya,
termasuk energi, bahan kimia, air, kemasan dan bahan baku lainnya;
sedapat mungkin mencegah, mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah semua
limbah yang ditimbulkan di dalam area kita sendiri, serta menjamin prosedur pembuangan
limbah tersebut dengan cara yang aman dan berdampak yang seminimal mungkin; dan
meminta para pemasok dan rekanan bisnis agar memenuhi standar pengelolaan lingkungan
yang setara dengan yang kita anut.
1.2.2 Inovasi bisnis
Pengembangan pendekatan manajemen Sistem Informasi (Information System / IS) yang
terarah pada organisasi coca-cola bottling merupakan bentuk pengaruh evolusi teknologi
terhadap dunia usaha dewasa ini. Peran penting sistem informasi terhadap kinerja bisnis
kami, pengembangan sumber daya manusia dan nilai tambah lainnya, terutama bagi
pemegang saham, membutuhkan tim yang berdedikasi tinggi dan profesional dalam bidang
manajemen sistem informasi.
Tantangan akan muncul sesuai dengan kebutuhan. Setiap tantangan harus ditangani sesuai
prioritas guna menjamin kepuasan terhadap jasa layanan pelanggan dalam skala bisnis yang
13. luas. Perusahan ini menggunakan sistem terintegrasi yang menghubungkan seluruh aspek
bisnis. Terlepas dari fokus dari aktifitas baik berupa supply chain, financial, atau yang
berhubungan langsung dengan kegiatan penjualan, manfaat dari sistem informasi akan
dirasakan oleh seluruh komunitas bisnis Coca-Cola Bottling.
Salah satu manfaat terpenting dari investasi CCBI pada teknologi sistem informasi selama
lima tahun terakhir adalah dengan meningkatnya kemampuan karyawan di seluruh level
organisasi Coca-Cola Bottling.
Masa depan akan menjelang. Teknologi akan terus berkembang dan menciptakan peluang
baru untuk peningkatan produktifitas sumber daya manusia.
Kemampuan karyawan untuk menggunakan informasi akan terus meningkat, kualitas
infrastruktur publik akan meningkat, dan pelanggan akan membangkitkan kebutuhan akan
layanan baru seiring kemajuan teknologi. Seluruh hal tersebut membutuhkan dukungan dari
tim yang profesional dalam organisasi kami.
Departmen IS akan melanjutkan kemitraannya dengan pimpinan dari setiap lini bisnis
internal, serta ikut membantu proses evolusi guna meningkatkan kualitas investasi sistem
informasi di perusahaan, dan pada akhirnya untuk meningkatkan layanan terhadap pelanggan.
Adalah filosofi dan komitmen perusahaan untuk menjadi bagian integral di setiap kelompok
masyarakat di mana perusahaan melaksanakan kegiatan usaha. Perusahaan aktif memberikan
kontribusi kepada masyarakat baik melalui aktifitas bisnis kami sehari-hari, maupun melalui
berbagai kegiatan hubungan masyarakat yang bermanfaat dan memberikan dampak langsung
bagi kehidupan masyarakat.
1.2.3 Hubungan Masyarakat
Kegiatan perusahaan di seluruh Indonesia berdampak langsung pada kehidupan dan
kesejahteraan ribuan pemasok lokal, pelanggan dan karyawan yang berasal dari masyarakat
sekitar. Setiap tahun melaksanakan program bantuan kemasyarakatan untuk masyarakat
setempat dalam bidang pendidikan, kesehatan, pembangunan prasarana, serta menyalurkan
bantuan dalam berbagai bentuk kepada kelompok-kelompok masyarakat membutuhkan
sesuai kemampuan perusahaan.
Bantuan tersebut antara lain berbentuk pembagian produk-produk perusahaan kepada
berbagai organisasi, pemberian beasiswa bagi anak-anak kurang mampu dan akses kepada
masyarakat sekitar untuk menggunakan poliklinik kami.
14. Adalah filosofi dan komitmen kami untuk menjadi bagian integral di setiap kelompok
masyarakat di mana kami melaksanakan kegiatan usaha. Kami aktif memberikan kontribusi
kepada masyarakat baik melalui aktifitas bisnis kami sehari-hari, maupun melalui berbagai
kegiatan hubungan masyarakat yang bermanfaat dan memberikan dampak langsung bagi
kehidupan masyarakat.
Kegiatan perusahaan Coca-cola di seluruh Indonesia berdampak langsung pada kehidupan
dan kesejahteraan ribuan pemasok lokal, pelanggan dan karyawan yang berasal dari
masyarakat sekitar. Setiap tahun kami melaksanakan program bantuan kemasyarakatan untuk
masyarakat setempat dalam bidang pendidikan, kesehatan, pembangunan prasarana, serta
menyalurkan bantuan dalam berbagai bentuk kepada kelompok-kelompok masyarakat
membutuhkan sesuai kemampuan perusahaan.
Bantuan tersebut antara lain berbentuk pembagian produk-produk kami kepada berbagai
organisasi, pemberian beasiswa bagi anak-anak kurang mampu dan akses kepada masyarakat
sekitar untuk menggunakan poliklinik kami.
Pada bulan Agustus 2000, Coca-Cola Bottling Indonesia dan Coca-Cola Indonesia
memprakarsai berdirinya yayasan sosial bernama Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI).
Misi utama yayasan ini adalah membantu penyediaan kesempatan belajar bagi anak-anak dan
remaja Indonesia agar dapat menjadi warga negara yang produktif serta berwawasan luas.
Demi membantu dunia pendidikan, CCFI melaksanakan serangkaian kegiatan untuk
memfasilitasi sarana belajar alternatif guna mengakomodasi kebutuhan pendidikan bagi para
siswa maupun anak putus sekolah. Tiga program besar yang telah dicetuskan adalah:
Program Community Learning Center, Program Lokakarya Penulisan Cerita Anak dan
Program Pelatihan yang berkelanjutan.
Program Community Learning Center (Rumah Belajar Masyarakat) merupakan salah satu
wujud nyata upaya CCFI dalam mengembangkan perpustakaan umum agar dapat menjadi
sarana alternatif tempat belajar bagi masyarakat. Hal tersebut dicapai melalui beberapa cara
yaitu: mendidik para staf perpustakaan agar mereka lebih berorientasi pada pembaca,
peremajaan sarana perpustakaan agar lebih menarik dan menyelenggarakan program-program
edukatif di perpustakaan untuk menarik minat pengunjung.
Selain itu, tiga program besar lain telah dicanangkan untuk memberdayakan Learning Center
binaan CCFI.
15. Pertama, Program Digital Divide. Melalui program ini, CCFI melengkapi fasilitas Learning
Centernya dengan perangkat komputer modern. Selain itu, para pengelola Learning Center
dibina menjadi tenaga handal yang dapat mengajarkan manfaat belajar komputer dengan cara
yang menyenangkan bagi anak dan remaja yang datang ke Learning Center.
Kedua, Program Lingkungan Hidup. Bekerja sama dengan organisasi lingkungan, CCFI
mengembangkan seri buku pendidikan Keanekaragaman Hayati Indonesia, yang
disebarluaskan di setiap Learning Center dan perpustakaan sekolah.
Ketiga, Program HIV/AIDS. CCFI memasukkan program pendidikan tentang HIV/AIDS di
Learning Center binaannya di empat kota, yaitu: Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan
Surabaya. Kegiatan diawali dengan pelatihan para mentor yang terdiri dari pengelola
Learning Center dan beberapa aktifis HIV/AIDS, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
komunikasi bagi remaja di sekitar Learning Center.
1.2.4 Inisiatif Lokal lainnya
Komitmen sosial Coca-Cola Bottling Indonesia juga diwujudkan melalui berbagai kegiatan
sosial lainnya yang dilakukan bagi masyarakat di sekitar pabrik dan kantor-kantor
penjualannya di berbagai daerah di Indonesia.
Keinginan untuk membantu meringankan beban hidup sesama, menyantuni yang kurang
mampu, dan harapan untuk menjadi anggota masyarakat yang baik, menjadi latar belakang
dilaksanakannya berbagai kegiatan sosial, sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Untuk memfokuskan bantuannya, Coca-Cola memfokuskan pada tujuh bidang utama, yaitu:
pendidikan, lingkungan, bantuan atas pembangunan infrastruktur publik, event-event nasional
dari berbagai organisasi kepemudaan dan pemerintah, kebudayaan, kesehatan dan olahraga,
dan bantuan bagi korban bencana alam.
Dibidang pendidikan, misalnya, selain melalui Coca-Cola Foundation Indonesia, Coca-Cola
Bottling Indonesia memberikan bantuan beasiswa bagi banyak pelajar Sekolah Dasar hingga
perguruan tinggi. Setiap tahun Coca-Cola Research Grant juga memberikan bea siswa
penelitian bagi mahasiswa S2 dan S3 di beberapa kota besar di Indonesia.
Adanya keterbatasan kemampuan pengusaha di sektor informal (pengusaha mikro) dalam
mengelola usahanya mendorong Coca-Cola Bottling Indonesia mewujudkan kepedulian
sosialnya dengan memprakarsai program ekonomi kemasyarakatan berbentuk program
pengembangan usaha mikro (Coca-Cola Micro Enterprise Development Program).
16. Program pendampingan dan pendidikan bagi kelompok usaha ekonomi lemah ini diluncurkan
pada Juli 2003 lalu dan memiliki dua elemen pokok bantuan.
Pertama, bantuan teknis (technical assistance) pengembangan dan pendampingan usaha
mikro yang didukung sepenuhnya oleh Coca-Cola selama satu tahun. Pendampingan ini
dimaksudkan untuk memberdayakan anggota kelompok, meningkatkan jumlah tabungan atas
kesadaran sendiri, serta mengembangkan kegiatan usaha produktif anggota dan
pengembangan jaringan usaha.
Kedua, akses terhadap modal kerja yang diberikan oleh lembaga pembiayaan independen
atau bank (diluar Coca-Cola). Pelayanan keuangan mikro seperti ini diberikan hanya bagi
mereka yang memenuhi kriteria ketat, antara lain: secara rutin memiliki kesadaran
berkelompok dan berkembang dalam kelompok, secara rutin dan tepat waktu menabung,
serta berdomisili tetap. Dalam melaksanakan dua pelayanan tersebut, Coca-Cola bekerjasama
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat "Bina Swadaya", sebuah lembaga nirlaba yang
berpengalaman dalam mengelola program sejenis di berbagai daerah di Indonesia.
Program ini telah berhasil dikembangkan di Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi,
Propinsi Jawa Barat, dan kini telah melayani lebih dari 320 orang pengusaha mikro. Menurut
rencana, program serupa akan dikembangkan tahun ini di Propinsi Jawa Timur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Isi dan Pembahasan dengan Menggunakan Kerangka Empat Teori
2.1.1 Analisis lingkungan eksternal
Analisis lingkungan eksternal akan menghasilkan peluang dan ancaman perusahaan.
Lingkungan eksternal perusahaan terdiri dari tiga perangkat faktor, yaitu lingkungan jauh,
lingkungan industri dan lingkungan operasional. Lingkungan jauh terdiri dari dari faktor-
faktor yang bersumber dari luar, dan biasanya tidak berkaitan dengan situasi operasi
perusahaan tertentu, yaitu faktor ekonomi, sosial-budaya, teknologi, demografi, politik-
hukum, dan ekologi. Lingkungan industri terdiri dari persaingan diantara anggota industri,
hambatan masuk, produk substitusi, daya tawar pembeli dan daya tawar pemasok.
Lingkungan operasional meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi situasi persaingan
perusahaan, yaitu posisi bersaing, profil pelanggan, pemasok, kreditor, dan pasar tenaga
17. kerja.
Ketiga faktor tesebut memunculkan peluang dan ancaman dalam memasarkan produk secara
menguntungkan. Misalnya, Coca-Cola pada tahun 1993 melakukan analisis lingkungan jauh,
mendapatkan hasil sebagai berikut :
- Semakin meningkatnya pendapatan disposabel, penjualan Coca- Cola akan meningkat,
- Inflasi mempengaruhi keberhasilan Coca-Cola
- Konsumsi minuman ringan berbanding terbalik dengan usia seseorang, artinya semakin tua,
semakin berkurang minum minuman ringan, sebaliknya kelompok muda yang paling banyak
minum minuman ringan.
- Teknologi membuat dunia semakin sempit, sehingga muncul nya pasar “kaum muda” baru
yang lebih mudah dijangkau.
Dari lingkungan industri Coca-Cola menghasilkan :
- Coca-Cola mendapat persaingan yang kuat dari Pepsi
- Bahan baku utama Coca-Cola adalah sirup jagung berkadar fruktosa tinggi, sejenis gula,
untuk di Amerika Serikat dapat dipasok oleh sebagian besar sumber domistik. Untuk diluar
Amerika Serikat dapat diganti sukrosa. Bahan lain adalah aspartam, bahan pemanis yang
digunakan dalam produk minuman ringan rendah kalori diperoleh dari The Nutra Sweet
Company.
- Pembeli minuman ringan adalah perorangan dan para pembotol yang memperoleh hak
waralaba.
- Ada banyak minuman substutusi dari minuman ringan yang populer , antara lain minuman
sitrus (citrus beverage), sari buah (fruit juice)
2.1.2 Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkuangan internal akan menghasilkan kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Analisis Internal Perusahaan dikenal juga dengan nama Analisis Profil Perusahaan. Analisis
ini menggambarkan kekuatan perusahaan, baik kuantitas maupun kualitas pemasaran,
sumberdaya manusia, sumberdaya fisik, operasi, keungan, manajemen dan organisasi.
Kekuatan dan kelemahan Pemasaran dapat dilihat dari reputasi perusahaan, pangsa pasar,
kualitas produk, kualitas pelayanan, efektifitas penetapan harga, efektifitas distribusi,
18. efektifitas promosi, kekuatan penjualan, efektifitas inovasi dan cakupan geografis.
Kekuatan dan kelamahan sumberdaya manusia dapat ditunjukkan dari manajemen
sumberdaya manusia, ketrampilan dan moral karyawan, keemampuan dan perhatian
manajemen puncak, produktivitas karyawan, kualitas kehidupan karyawan, fleksibilitas
karyawan, ketaatan hokum karyawan, efektivitas imbalan dalam memotivasi karyawan, dan
pengalaman karyawan.
Keuangan terdiri dari ketersediaan modal, arus kas, stabilitas keuangan, hubungan dengan
pemilik dan investor, kemampuan berhubungan dengan bank, besarnya modal yang ditanam,
keuntungan yang diperoleh (nilai saham), efektivitas dan efisiensi system akuntansi untuk
perencanaan biaya-anggaran dan keuntungan dan sumber tingkat perusahaan.
Operasi meliputi fasilitas perusahaan, skala ekonomi, kapasitas produksi, kemampuan
berproduksi tepat waktu, keahlian dalam berproduksi, biaya bahan baku dan ketersediaan
pemasok, lokasi, layout, optimalisasi fasilitas, persediaan, penelitian dan pengembangan, hak
paten, merk dagang, proteksi hukum, pengendalian operasi dan efisiensi serta biaya-manfaat
peralatan.
Kekuatan dan kelemahan organisasi dan manajemen dapat diperoleh dari struktur organisasi,
citra dan prestasi perusahaan, catatan perusahaan dalam mencapai sasaran, komunikasi dalam
organisasi, system pengendalian organisasi keseluruhan, budaya dan iklim organisasi,
penggunaan system yang efektif dalam pengambilan keputusan, system perencanaan
strategic, sinergi dalam organisasi, system informasi yang baik dan manajemen kualitas yang
baik.
Kekuatan
• Pengakuan equitas merek
• Produk distribusi dan jaringan di seluruh dunia
• Solid kinerja keuangan
• Merek diakui
• Produk diversifikasi (air, juices, soft drinks, minuman olahraga, dll)
• Kredit rating
• Banyak pelanggan setia Coca Cola.
Kesempatan
• Kredit rating
19. • Banyak pelanggan setia Coca Cola.
peluang
• Akuisisi pemain yang lebih kecil
• Kesehatan pertumbuhan kesadaran, khususnya generasi sekarang
Ancaman
• Komoditi pertumbuhan harga
• Lebih cepat pemain baru masuk
• Kunci kompetitor (Pepsi, dll)
2.1.3 Perumusan Sasaran
Setelah itu perusahaan melakukan Analisis SWOT, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dikenal juga dengan Analisis SWOT, lalu sasaran menjelaskan tujuan-tujuan yang spesifik
dalam jumlah dan waktu. Dengan demikian sasaran memudahkan untuk perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian. Sasaran perusahaan dapat berupa profitabilitas, posisi pasar,
produktivitas, kepemimpinan teknologi, pengembangan sumberdaya manusia, hubungan
antar karyawan dan tanggungjawab sosial.
Sedikit sekali usaha yang hanya memiliki satu tujuan. Sebagian besar unit usaha memiliki
bauran tujuan yang mencakup laba, pertumbuhan penjualan, peningkatan pangsa pasar,
pembatasan risiko, inovasi reputasi, dan sebagainya. Unit usaha menentukan tujuannya dan
melakukan pengelolaan usaha sesuai tujuan tersebut (Management By Objectives-MBO).
Agar sistem MBO dapat bekerja dengan baik, tujuan-tujuan unit usaha harus memenuhi
empat kriteria :
• Pertama tujuan harus diurutkan secara hirarkis, dari yang paling penting sampai yang
kurang penting. Sebagai contoh tujuan utama unit usaha untuk suatu periode mungkin dapat
berupa peningkatan tingkat pengembalian investasi. Ini dapat dicapai dengan meningkatkan
laba dan atau mengurangi biaya. Pendapatan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pangsa
pasar dan/atau harga jual. Dengan terus melakukan ini, unit usaha dapat bergerak dari tujuan
umum ke tujuan khusus untuk departemen dan individu tertentu.
• Kedua, tujuan harus dapat dinyatakan secara kuantitatif apabila dimungkinkan. Tujuan
„meningkatkan tingkat pengembangan investasi (return On Investment-ROI)” lebih baik
dinyatakan sebagai sasaran “meningkatkan ROI menjadi 15 %, atau lebih baik lagi,
20. “meningkatkan ROI menjadi 15 % dalam dua tahun.
• Ketiga, sasaran – sasaran harus realitis. Sasaran-sasaran seharusnya dihasilkan dari analisa
peluang dan kekuatan unit usaha yang bersangkutan, bukan berdasarkan angan-angan saja.
• Yang terakhir, tujuan-tujuan perusahaan harus konsisten. Tidak mungkin memaksimalkan
baik penjualan maupun laba secara serentak.
Dilema penting lainnya mencakup antara laba jangka pendek versus pertumbuhan jangka
panjang, penetrasi pasar yang ada versus pengembangan pasar baru, sasaran laba versus
sasaran nirlaba, pertumbuhan tinggi versus risiko rendah. Setiap pilihan dalam kelompok
dilema sasaran ini memerlukan strategi pemasaran yang berbeda.
2.1.4 Perumusan Strategi dan Program
Sasaran menunjukkan apa yang ingin dicapai suatu unit usaha, strategi adalah suatu rencana
permainan untuk mencapainya. Setiap usaha harus merancang strategi untuk mencapai
tujuannya. Walaupun banyak macam strategi yang tersedia. Michael Porter telah
merangkumnya menjadi tiga jenis umum yang memberikan awal yang bagus untuk pemikiran
strategis : keunggulan biaya secara keseluruhan, diferensiasi, dan fokus.
Langkah-langkah dalam Strategi Pemasaran
Strategi Pemasaran merupakan proses lima tahap, yang terdiri dari Analisis Situasi Strategis,
Perancangan Strategi Pemasaran, Pengembangan Program Pemasaran dan Implementasi dan
Pengelolaan Strategi Pemasaran. Gambar di bawah memperlihat tahapan proses strategi
pemasaran.
Analisis situasi strategi meliputi memenangan pasar melalui perencanaan strategis
berorientasi pasar, mengumpulkan informasi dan mengukur permintaan pasar, mencari
peluang di lingkungan pemasaran, menganalisis pasar konsumen dan perilaku pembeli,
menganalisis pasar komunitas internet, menganalisis pasar bisnis dan perilaku pembelian
bisnis, menghadapi pesaing dan mengidentifikasi segman pasar dan memilih pasar sasaran.
Perancangan strategi pemasaran mencakup menentukan posisi dan mendeferensiasi pasar,
strategi hubungan pemasaran dan perencanaan produk baru. Pengembangan program
pemasaran mencakup menetapkan strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan
strategi promosi. Implementasi dan Pengelolaan strategi mencakup merancang organisasi
21. pemasaran yang efektif, implementasi dan pengendalian strategi.
2.1.5 Kekuatan dan Kompetensi
Kekuatan atau kompetensi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia adalah Riset and Development
yang intensif, Brand Image, loyalitas konsumen, keadaan distribusi dan pangsa pasar, dan
SDM yang besar dan terlatih.
1. Brand image yang sudah dikenal luas Coca-cola memiliki brand image yang kuat di
pasaran Indonesia. Status coca-cola sebagai produsen minuman bersoda besar di Indonesia
menjadi jaminan mutu bagi kesetiaan dan loyalitas konsumen.
2.Riset and Development yang intensif Inovasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang
menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar, dikenal luas, serta memberikan kontribusi
bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Melalui riset dan pengembangan (Research &
Development), Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi
pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif, serta
mempunyai ciri khas tersendiri.Dengan memahami kebutuhan dan perilaku konsumen, serta
potensi kekayaan alam Indonesia, Coca-Cola berinovasi dengan menciptakan produk-produk
baru yang menjadikan
produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan pilihan yang beragam. Untuk
memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih spesifik, pada tahun 2002 Coca-Cola
meluncurkan AQUARIUS, minuman isotonik yang diperuntukkan bagi mereka yang aktif
dan gemar berolahraga. Pada tahun yang sama, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea,
teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati yang khas. Pada tahun 2003, Fanta
menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut “Fanta Oranggo”,
setelah pada tahun sebelumnya sukses meluncurkan Fanta Nanas. Pada tahun ini pula, Coca-
Cola Indonesia meluncurkan Sunfill – produk minuman Sirup dan Serbuk instan rasa buah.
Dengan inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk-produk yang ditawarkan akan mampu
memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.
Selain berinovasi pada produk-produk baru, Coca-Cola juga mencoba mengembangkan
desain kemasan minuman, serta meningkatkan kualitasnya. Setelah meluncurkan Frestea
dalam kemasan botol, pada akhir tahun 2002, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea
dalam kemasan Tetra Wedge yang lebih mudah dan praktis untuk dibawa. Pada akhir 2003,
Coca-Cola, Sprite, dan Fanta hadir dalam kemasan kaleng ramping baru yang unik. Pada
22. tahun 2004 ini, Coca-Cola hadir dengan inovasi terbaru yaitu botol gelas berbobot lebih
ringan 30 % dengan desain mungil, imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk akan terus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru.
Strategi pemasaran Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan kreatif.
Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang sedang berlangsung, baik
melalui konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol, hadiah kejutan, maupun iklan
TV. Pada tahun 2004 ini, iklan Coca-Cola versi Kabayan dinobatkan sebagai iklan paling
efektif dalam bulan Pebruari dan Maret versi survey TV Ad Monitor MRI. Promo Coca-Cola
juga memanfaatkan momentum tertentu, misalnya: Demam Piala EURO 2004. Dengan
memanfaatkan event berskala nasional maupun internasional, Coca-Cola mencoba tampil
dengan strategi pemasaran baru yang menarik masyarakat.
Selain berinovasi dalam produk, kemasan, dan strategi pemasaran; perlengkapan penjualan
baru juga dikembangkan ke arah yang lebih baik. Berkaitan dengan inovasi ini, Coca-Cola
Indonesia menciptakan jenis krat baru yang lebih ringan, dibuat dari bahan yang ramah
lingkungan.
Kunci sukses inovasi tersebut adalah kolaborasi yang baik antara Coca-Cola Bottling
Indonesia dan Coca-Cola Company, pengembangan varian minuman cepat saji
3. Ramuan rahasia yang tidak dimiliki produk lain Sari rasa untuk coca-cola dibuat di pabrik-
pabrik the coca-cola company dan sampai sekarang tetap merupakan rahasia dagang terbesar
didunia
4.Sumberdaya manusia yang besar dan terlatih Pengembangan sumber daya manusia
merupakan salah satu focus utama manajemen dalam menyiapkan tenaga kerja yang handal,
dinamis dan penuh dedikasi. Sasaran PT. Coca – cola tak lain ialah memberi layanan yang
prima dan memuaskan kepada lebih dari 200 juta konsumen melalui sekitar 400,000
pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia. PT. Coca – cola menyadari bahwa untuk
meraih semua peluang yang ada, memberikan layanan yang terbaik kepada para pelanggan,
dan untuk dapat mengahadapi tantangan lingkungan bisnis yang kompetitif, tim-tim PT. Coca
– cola perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta sikap yang
tepat.
Selama sejarah keberadaan Coca-Cola di Indonesia yang cukup lama, PT. Coca – cola tetap
menyelenggarakan berbagai pelatihan serta mengembangkan SDM untuk menjamin bahwa
kemampuan bisnis perusahaan senantiasa memenuhi tuntutan pasar, dan para karyawan
mampu menghasilkan apa yang diharapkan dari mereka. Sementara itu, PT. Coca – cola juga
23. secara berkesinambungan merekrut tenaga-tenaga muda berpotensi untuk menduduki posisi-
posisi penting di masa mendatang.
PT. Coca – cola memiliki satu tim khusus yang bertugas meningkatkan keterampilan-
keterampilan fungsi teknis, bidang manajemen dan kepemimpinan karyawan. Tim tersebut
didukung dan disertifikasi oleh sejumlah lembaga pelatihan dan pengembangan SDM
internasional. Diantaranya terdapat The Coca-Cola Company, Coca-Cola Amatil dan
beberapa lembaga internasional lainnya. PT. Coca – cola menghadirkan kelompok fasilitator
baik dari dalam organisasi sendiri, maupun dari lingkungan luar yang memiliki kepiawaian
bisnis yang tajam, pengalaman kerja langsung dalam bidang-bidang terkait, serta yang jauh
lebih penting, “menjiwai pendidikan”.
5.Pelayanan terhadap pelanggan dan consumen Coca-cola bottling Indonesia menyediakan
layanan National contact centre (NCC), yaitu pusat layanan bagi pelanggan dan konsumen
diseluruh Indonesia. NCC berfungsi sebagai media bagi pelanggan atau konsumen untuk
mendapatkan layanan dan informasi yang terkait denan perusahaan dan produk Coca-cola.
Layanan NCC meliputi
1. layanan pelanggan yang mencakup permohonan menjadi pelanggan, alat pendingin,
pemesanan produk, serta hal lain yang terkait dengan distribusi dan penjualan
2. Layanan Konsumen yang meliputi informasi produk, kualitas produk dan kemasan,
kegiatan promosi produk.
3. Pertanyaan umum yang mencakup penelitian, praktek kerja dan lowongan.
6.Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran Coca-cola memiliki cirri khas tersendiri yang unik dan kreatif. Berbagai
program promosi diadakan sesuai even yang sedang berlangsung. Baik melalui konser musik,
pameran, promo penukaran tutup botol. Hadiah kejutan maupun iklan tv
7.Sistem informasi yang memadai pengembangan pendekatan manajemen system informasi
yang terarah pada organisasi merupakan bentuk pengaruh evolusi tekhnologi terhadap dunia
usaha dewasa ini
Komintmen Pada Lingkungan (PT Coca-Cola Bottling Indonesia)
Bisnis kami tak lain adalah menghadirkan saat-saat menyegarkan yang unik dan memuaskan
konsumen. Kami sangat terpacu untuk melahirkan semangat serupa terhadap usaha-usaha
24. kami yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Ini
berarti, upaya berkesinambungan untuk menggali cara-cara baru dan lebih baik untuk
meningkatakan kinerja kami di bidang pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan
kerja.
Sebelum membuang limbah ke sungai, kami mengolah limbah sehingga tidak merusak biota
sungai.
Kami menyadari bahwa masalah yang berkaitan dengan lingkungan, kesehatan dan
keselamatan kerja senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan pengertian kami terhadap
masalah-masalah tersebut yang juga berkembang dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, kami
mengembangkan suatu sistem komprehensif yang mengacu pada standar internasional,
termasuk di dalamnya ISO 14001, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Semua pabrik melaksanakan audit secara berkala dan menjalankan praktek-praktek terbaik di
bidang perlindungan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja - mulai dari pengelolaan
dan pemanfaatan kembali limbah produksi hingga berbagai program kesehatan dan
keselamatan kerja.
Selain senantiasa berupaya meraih kepuasan dengan melakukan hal-hal yang terbaik,
tanggung-jawab kami juga tertuju pada masyarakat Indonesia yang kehidupannya kami
sentuh setiap hari. Tanggung jawab tersebut meliputi komitmen dalam menjalankan usaha
dengan cara-cara yang menjaga kelestarian lingkungan dan menunjang kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan-karyawan kami di tempat kerja.
KEBIJAKAN LINGKUNGAN
PT Coca-Cola Bottling Indonesia memiliki komitmen untuk senantiasa memahami,
mencegah dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap lingkungan sehubungan dengan
kegiatan produksi minuman ringan, serta terus berupaya memberikan pelayanan dan produk
berkualitas yang diharapkan konsumen maupun pelanggan, dan menciptakan lingkungan
kerja yang aman bagi seluruh karyawan.
Kita yakin bahwa seluruh karyawan PT Coca-Cola Botting Indonesia dan setiap orang yang
tergabung di dalam perusahaan, serta semua mitra kerjanya, bersama-sama memainkan
25. peranan penting dalam menerapkan kebijakan Perusahaan di bidang perlindungan lingkungan
ini. Untuk itulah maka kita berupaya membekali para karyawan agar mampu melibatkan diri
mereka sepenuhnya.
Kami akan:
Berusaha sebaik mungkin mencapai kinerja di bidang perlindungan lingkungan dengan
memenuhi persyaratan dari The Coca-Cola Company dan Peraturan Perundangan yang
berlaku;
1. Senantiasa memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan dalam menyusun
Business Plan (Perencanaan Bisnis) untuk memastikan bahwa pengelolaan masalah
lingkungan selalu menjadi bagian yang integral dari Operasi Perusahaan;
2. Menerapkan dan mempertahankan sistem manajemen lingkungan terprogram, serta terus
menerus menyempurnakan dan meninjaunya agar senantiasa sejalan dengan operasi
perusahaan;
3. Mendorong dan membekali karyawan agar mampu mengenali, memahami dan bertindak
pada setiap peluang yang ada untuk mencegah dan memperkecil setiap dampak negatif yang
berpotensi menimbulkan masalah lingkungan;
4. Mengembangkan dan menerapkan cara-cara meningkatkan efisiensi pemakaian sumber
daya, termasuk energi, bahan kimia, air, kemasan dan bahan baku lainnya;
5. Medapat mungkin mencegah, mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah semua
limbah yang ditimbulkan di dalam area kita sendiri, serta menjamin prosedur pembuangan
limbah tersebut dengan cara yang aman dan berdampak yang seminimal mungkin; dan
6. Meminta para pemasok dan rekanan bisnis agar memenuhi standar pengelolaan lingkungan
yang setara dengan yang kita anut.
Review Artikel
BAB 1
ETIKA DAN BISNIS
Etika dan Bisnis
1.1 Hakikat Etika Bisnis
Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna yang berbeda. Salah satu maknanya
adalah: “ prinsip tingkah laku yang mengatur individu atau kelompok .” 10 Kadang kita
26. menggunakan istilah etika personal, misalnya, ketika mengacu pada aturan – aturan dalam
lingkup dimana orang per orang menjalani kehidupan pribadinya. Kita menggunakan
istilah etika akuntansi ketika mengacu pada seperangkat aturan yang mengatur tindakan
professional akuntan.
Makna kedua- dan lebih penting- mengenai etika menurut kamus adalah: Etika adalah “
kajian moralitas “. Para ahli etika menggunakan istilah etika untuk mengacu terutama pada
pengkajian moralitas, sama seperti ahli kimia menggunakan istilah kimia untuk mengacu
pada pengkajian unsur – unsur subtansi kimiawi. Meskipun etika berkaitan dengan moralitas,
namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika adalah semacam penelaahan- baik aktivitas
penelaahan maupun hasil-hasil penelaahan itu sendiri – sedangkan moralitas merupakan
subjek.
Moralitas
Lalu apakah moralitas itu? Kita dapat mendefinisikan moralitassebagai pedoman yang
dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat. Untuk
memperjelas apakah maksudnya, marilah kita melihat kasus konkret.
Beberapa tahun yang lalu, B.F. Goodrich, pemanufaktur komponen kendaraan pesawat
terbang, memenangkan kontrak militer untuk mendesain, menguji dan memproduksi rem
pesawat A7D, sebuah pesawat baru yang sedang didesain Angkatan Udara. Untuk
mengonversi berat, Goodrich menjamin bahwa rem yang diproduksinya tidak melebihi berat
106 pound, terdiri atas empat piringan kecil atau “ rotor ,„ dan mampu menghentikan pesawat
dalam jarak tertentu. Kontrak tersebut secara potensial sangat menguntungkan bagi
perusahaan sehingga para manajer sangat berminat untuk menciptakan rem yang “ bermutu “
yaitu dengan sukses dapat lolos tes dan mampu menghentikan pesawat seperti yang
diharapkan. Kermit Vandivie, seorang karyawan Goodrich, mendapatkan tugas untuk bekerja
sama dengan para insyinyur Goodrich untuk membuat laporan tentang tes rem tersebut, yang
tidak akan dipersoalkan oleh pemerintah dan mungkin tidak perlu diulang. Namun saying,
tulis Vandivier kemudian, ketika rem kecil itu diujilinings.”11 pada permukaan rotor
berulang kali “ terhapus “ sebab “ tidak terdapat luas permukaan yang mencukupi untuk
menghentikan pesawat sehinggga menyebabkan panas yang berlebih dan merusaklining .”
Supervisornya, meskipun demikian, berkata kepadanya bahwa “ tidak peduli apa yang terjadi
pada rem ketika diuji, kita tetap akan meloloskannya .” 12 Setelah beberapa tes dilakukan,
Vandivierdiminta membuat laporan yang menyatakan bahwa rem tersebut telah lolos uji.
27. Vandivier menjelaskan kepada supervisornya bahwa, “ laporan itu hanya mungkin dibuat
dengan memanipulasi data tes,” yang ditimpali oleh supervisornya bahwa, dia sadar betul
akan tuntutan yang harus dipenuhi, tetapi dia diperintahkan untuk membuat laporan tertulis
tidak peduli bagaimana atau apa yang telah terjadi.”13 Dengan demikian, Vandivier harus
memutuskan apakah dia ingin berpartisipasi dalam membuat laporan palsu.
Etika
Apakah etika itu? Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan
standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan
dalam kehidupan kita dan apakah standar ini masuk akal atau tidak masuk akal-standar yaitu,
apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau yang jelek.
Etika bukan hanya cara untuk memelajari moralitas. Ilmu-ilmu sosial semacam
antropologi, sosiologi dan psikologi juga memelajari moralitas, namun melakukannya dengan
cara yang sangat berbeda dari pendekatan moralitas yang merupakan ciri etika. Meskipun
etika merupakan studi normatief mengenai etika, ilmu-ilmu social terlibat dalam
studi deskriptif etika. Sebuah studi normatif merupakan penelusuran yang mencoba mencapai
kesimpulan-kesimpulan normatif yaitu, kesimpulan tentang hal-hal yang baik dan buruk atau
tentang tindakan apa yang benar atau salah. Ringkasnya, studi normatif bertujuan
menemukan apa yang seharusnya.
Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi
ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis.
Institusi yang paling berpengaruh di dalam masyarakat sekarang ini adalah institusi
ekonomi. Institusi ini didesain untuk mencapai dua tujuan: (a) produksi barang dan jasa yang
diinginkan dan dibutuhkan masyarakat, dan (b) distribusi barang dan jasa ke beragam
anggota masyarakat.
Perusahaan bisnis merupakan institusi ekonomi yang utama yang digunakan orang dalam
masyarakat modern untuk melaksanakan tugas memproduksi dan mendistribusikan barang
dan jasa. Perusahaan merupakan struktur fundamental yang di dalamnya anggota masyarakat
mengombinasikan sumber daya langkah tanah, tenaga kerja, modal dan teknologimenjadi
barang yang bergunadan perusahaan menyediakan saluran-saluran untuk mendistribusikan
barang-barang dalam produk consumer, gaji karyawan, pengembalian investor dan pajak
pemerintah. Pertambangan dan pemanufakturan, eceran, perbankan, pemasaran, pengiriman,
28. asuransi, konstruksi dan iklan semua merupakan bagian yang berbeda dari proses produktif
dan distributive institusi bisnis modern.
Apakah Standar Moral Juga Diterapkan pada Korporasi, ataukah pada Individu?
Ada pandangan atas muncul masalah ini, yang extreme adalah padangan yang berpendapat
bahwa, karna aturan yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan
bahwa korporasi bertindak sebagai individu dan memiliki “ tujuan yang disengaja “ atas apa
yang mereka lakukan, kita juga dapat mengatakan mereka “ bertanggung jawab secara moral
“ untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan mereka adalah “ bermoral “ atau “ tidak
bermoral “ dalam pengertian yang sama seperti apa yang dilakukan manusia.
Perusahaan Multi Nasional dan Etika Bisnis
Sebagian besar korporasi massa kini merupakan perusahaan multinasional : Perusahaan-
perusahaan yang menjalankan pemanufakturan, pemasaran, jasa dan operasi administrative
dibanyak negara.Sebenarnya, secara virtual 500 korporasi industry terbesar Amerika Serikat
menjalankan operasi dilebih dari satu negara. Karena beoperasi di Negara Negara yang
berbeda,korporasi multinasional semacam itu menghadapi sejumlah permasalahan etis yang
layak mendapatkan penjelasan khusus.
Dengan kehadirannya di selurh dunia, korporasi multinasional cenderung menjadi sangat
besar: mengambil modal, bahan mentah, dan tenaga kerja dari manapun di dunia yang murah,
ahli dan mencukupi, dan menggabungkan serta memasarkan produk mereka di Negara mana
pun yang menawarkan keuntungan usaha dan pasar terbuka.
Apakah Standar Moral yang Sama Diterapkan untuk Perusahaan Multinasional di
Semua Tempat?
Relativisme etis adalah teori bahwa, karena masyarakat yang berbeda memiliki keyainan etis
yang berbeda memiliki keyakinan etis yang berbeda, tidak ada cara yang rasioanal untuk
menentukan apakah orang dari masyarakat ini atau itu percaya bahwa tindakan itu secara
moral benar atau salah. Dengan kata lain, relativesme moral adalah pandangan bahwa tidak
ada standar etis yang secara absolute benar dan yang diterapkan atau harus diterapkan
terhadap perusahaan atau orang dari semua masyarakat. Di samping itu, relativisme percaya
bahwa sesuatu kadang-kadang benar bagi orang atau perusahaan di suatu masyarakat
tertentujika sesuai dengan standar moral mereka, dan salah bagi mereka jika melanggar
standarmoral mereka.
Teknologi dan Etika Bisnis
29. Teknologi terdiri atas metode, proses, dan alat yang ditemukan manusia untuk memanipulasi
lingkungan mereka. Sejauh yang tidak pernah direalisasikan dalam sejarah, bisnis
kontemporer secara terus menerus dan radikal diubah oleh evolusi teknologi baru yang cepat
yang memunculkan persoalan etis baru bagi bisnis.
Bukan pertama kalinya bahwa teknologi baru mempunyai dampak revolusioner terhadap
bisnis dan masyarakat. Beberapa ribu tahun yang lalu, selama masa yang disebut Revolusi
Agrikultur, manusia mengembangkan teknologi pertanian yang memungkinkan mereka
berhenti mengandalkan perburuan dan keuntungan berburu.
Perkembangan Moral dan Penalaran Moral
Kami telah mengatakan bahwa etika adalah studi tentang moralitas dan bahwa seseorang
mulai menjalakan etika ketika dia mulai melihat standar moral yang telah diserap dari
keluarga, gereja, teman, dan masyarakat dan mulai bertanya apakah standar itu rasional atau
tidak rasional dan apakah standar itu menyatakan situasi dan isu-isu.
Perkembangan Moral
Kami kadangkala mengasumsikan bahwa nilai seseoarang dibentuk selama masa kanak-
kanak dan tidak berubah itu. Kenyataannya, sebagian besar riset psikologi, juga pengalaman
moral seseoarang, menunjukkan bahwa ketika seseoarang dewasa, mereka mengubah nilai
mereka dengan cara yang sangat mendalam dan mendasar. Seperti kemampuan fisik orang,
kemampuan emosional dan kognitif berkembang sejalan dengan usia mereka, demikian juga
kemampuan mereka untuk menghadapiisu moral yang berkembang sepanjang hidup mereka.
Ada banyak riset psikologi yang memperlihatkan bahwa pandangan moral seseorang
kurang lebih berkembang seperti itu. Psikolog Lawrence Kohlberg, misalnya, yang
mempelopori riset dalam bidang ini menyimpulkan berdasarkan riset selama lebih dari 20
tahun bahwa ada enam tingkatan yang teridentifikasi dalam perkembangan kemampuan
moralseseoarang untuk berhadapan dengan isu-isu moral. Urutan enam tahapan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Level Satu: Tahap Prakonvensional
Tahap Satu: Orientasi Hukuman dan Ketaatan
Tahap Dua: Orientasi Instrumen dan Relativitas
Level Dua: Tahap Konvensional
Tahap Tiga: Orientasi Kesesuaiaan Interpersonal
Tahap Empat: Orientasi Hukum dan Keteraturan
Level Tiga: Tahap Postkonvensional, Otonom, atau Berprinsip
Tahap Lima: Orientasi Kontrak Sosial
30. Tahap Enam : Orientasi Prinsip Etis Universal
Penalaran Moral
Penalaran moral mengacu pada proses penalaran di mana perilaku, institusi, atau kebijakan
dinilai sesuai atau melangggar standar moral. Penalaran moral selalu melibatkan dua
komponen mendasar: (a) pemahaman yang telah dituntut, dilarang, dinilai atau disalahkan
oleh standar moral yang masuk akal; dan (b) bukti atau informasi yang menunjukkan bahwa
orang, kebijakan, isntitusi, atau perilaku tertentu mempunyai cirri-ciristandar moral yang
menuntut, melarang, menilai atau menyalahkan. Secara skematis, penalaran moral atau etis
biasanya mempunyai semacam struktur.
Menganalisis Penalaran Moral
Ada beragam kriteria yang digunakan para ahli etika untuk mengevaluasi kelayakan
penalaran moral. Pertama dan terutama, penalaran moral harus logis. Analisis penalaran
moral menuntut logika argumen yang digunakan untuk menyusun penilaian moral telah
diteliti secara ketat, asumsi moral dan faktual yang tidak dikatakan telah dibuat secara
eksplisit, dan baik asumsi maupun premis-premisnya diperlihatkan dan terbuka terhadap
kritik.
Kedua, bukti factual yang dikutip untuk mendukung penilaian harus akurat, relevan, dan
lengkap. Misalnya, ilustrasi penalaran moral mengutip sejumlah statistik (“ Sementara orang
Negro menyumbangkan 11% tenaga kerja negara, mereka mengisi 6% pekerjaan professional
dan teknis Negara 3%...”) dan hubungan ( orang non kulit putihmenyumbangkan tenaga kerja
murah yang memungkinkan orang lain hidup berkecukupan) yang tampaknya ada di
Amerika.
Ketiga, standar moral yang melibatkan penalaran moral seseorang harus konsisten. Standar-
standar itu harus konsisten satu sama lain dan dengan standar dan keyakinan lain yang
diyakini seseorang. Inkonsistensi antar standar moral seseorang dapat disingkap dan
dikoreksi dengan mencermati situasi di mana standar moral tersebut menghadapi hal-hal yang
bertentangan. Andaikan saya yakin bahwa (1) adalah salah tidak menaati majikan yang secara
kontrak sudah saya setujui untuk ditaati, dan saya yakin bahwa (2) adalah salah membantu
seseorang yang membahayakan keselamatan orang-orang tidak berdosa.
1.2 Argumen yang Mendukung dan yang Menentang Etika Bisnis
Kami telah mendiskripsikan etika bisnis sebagai proses mengevaluasi secara rasional
standar moral kita dan menerapkannya pada lingkup bisnis. Namun demikian, banyak orang
mengajukan keberatan terhadap ide dasar penerapan standar moral dalam aktivitas bisnis.
31. Tiga Keberatan atas Penerapan Etika ke dalam Bisnis
Pertama, beberapa berpendapat bahwa di pasar bebas kompetitif yang sempurna,
pencarian keuntungan dengan sendirinya menekan bahwa anggota masyarakat berfungsi
dengan cara-cara yang paling menguntungkan secara social.
Kedua, kadang argumen diajukan untuk menunjukkan bahwa manajer bisnis hendaknya
berfokus mengejar keuntungan perusahaan mereka dan mengabaikan pertimbangan yang etis.
Ketiga, argumen ditegakkan untuk menentang penerapan etika kedalam bisnis. Ada
keberatan bahwa untuk menjadi etis cukuplah bagi orang – orang bisnis sekedar mentaati
hokum: Etika bisnis pada dasarnya adalah mentaati hokum. Misalnya, ketika seorang akuntan
diminta untuk mempersiapkan laporan etika bisnis untuk dewan direksi 7-Eleven Stores,
laporannyatidak memasukkan pernyataan bahwa manajer took berusaha menyuap petugas
pajak New York. Ketika ditanya mengapa usaha penyuapan tersebut tidak dimasukkan dalam
laporan, dia menjawab bahwa dia tidak merasa kejadian itu tidak etis karena kejadian itu
bukan illegal, yang menyiratkan bahwa tidak legal dan tidak etis itu sama saja.
Kasus Etika dalam Bisnis
Kita telah melihat beberapa argument yang mencoba mempertahankan bahwa etika
hendaknya tidak diterapakan dalam bisnis dan ternyata mereka semua menginginkannya.
Apakah ada yang dapat dikatakan untuk pendapat yang sebaliknya bahwa etika hendaknya
diterapkan dalam bisnis? Salah satu cara berpendapat bahwa etika seharusnya diterapkan
dalam bisnis dengan menunjukkan bahwa etika mengatur semua aktivitasmanusia yang
disengaja; dank arena bisnis merupakan aktifitas manusia yang disengaja, etika hendaknya
juga berperan dalam bisnis.
Argumen lain untuk pandangan bahwa etika hendaknya menjadi bagian dari bisnis
menunjukkan bahwa aktivitas bisnis, seperti aktivitas manusia lainnya, tidak dapat eksis
kecuali orang yang terlibat dalam bisnis dan komunitas sekitarnya taat terhadap standar
minimal etika.
Cara persuasif lain berpendapat bahwa etika hendaknya diterapkan dalam bisnis adalah
dengan menunjukkan bahwa pertimbangan etika konsisten dengan tujuan bisnis, khususnya
dengan pencarian keuntungan.
Ada banyak kesulitan dalam upaya memelajari perusahaan yang etis lebih
menguntungkan daripada perusahaan yang tidak etis. Ada banyak cara yang berbeda
mendefinisikan etis,banyak cara yang berbeda mengukur keuntungan, banyak cara yang
berbeda untuk memutuskan tindakan siapa yang dianggap tindakan perusahaan, banyak factor
32. yang berbeda yang memengaruhi keuntungan perusahaan, dan banyak dimensi yang berbeda
yang dapat diperbandingkan dalam perusahaan. Disamping kesulitan-kesulitan tersebut,
beberapa studi telah meneliti apakah profitabilitas berkorelasi dengan perilaku etis, hasilnya
berkombinasi.
Apakah ada alasan lain untuk berpikir bahwa etika hendaknya diterapkan dalam bisnis?
Coba pertimbangan argumen yang didasarkan pada dilema seorang tahanan. Dilema sang
napi merupakan situasi di mana dua pihak masing-masing dihadapkan pada sebuah pilihan
diantara dua opsi: Bekerja sama dengan pihak lain atau tidak. Jika kedua belah pihak bekerja
sama, mereka akan mendapatkan keuntungan. Cerita yang dinamakan dilema tahanan ini
merupakan ilustrasi yang bagus tentang dilema.
1.3 Tanggung Jawab dan Kesalahan Moral
Mulai sekarang,diskusi kita berfokus pada penilaian tentang benar dan salah dan tentang
baik dan jahat. Penalaran moral, dengan demikian, kadang diarahkan kepada jenis
penilaianyang berkaitan namun berbeda: menentukan apakah seseorang bertanggung jawab
atau dapat disalahkan karena melakukan sesuatu yang salah atau merugikan orang lain.
Penilaian tentang tanggung jawab moral seseorang atau kerugian yang ditimbulkannya
merupakan penilaian tentang sejauh mana seseoarang pantas disalahkan atau dihukum, atau
harus membayar ganti rugi kepada pihak yang dirugikan. Misalnya, jika seorang majikan
dengan sengaja merugikan kesehatan karyawannya, kita akan menilai majikan itu
bertanggung jawab secara moral terhadap mereka yang dirugikan. Kita dapat mengatakan
bahwa majikan disalahkan karena kerugian itu dan mungkin pantas mendapatkan hukuman
dan memberikan kompensasi kepada korban.
Tanggung Jawab Korporasi
Di dalam korporasi modern, tanggung jawab atas tindakan korporasi sering
didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Misalnya, sebuah tim manajer
mendesain sebuah mobil, tim lain mengujinya, dan tim ketiga membuatnya, satu orang
member perintah, member saranatau memastikan sesuatu, yang lainnya melaksanakan
perintah, saran dan kepastian tersebut satu kelompok membohongi pembeli dan kelompok
lainnya tahu namun diam-diam menikmati keuntungannya, satu orang menunjukkan caranya
dan orang yang lain melaksanakannya, satu kelompok melakukan kesalahan dan kelompok
lainnya menyembunyikan kesalahan itu. Variasi kerja sama itu tanpa ujung.
Tanggung Jawab Bawahan
33. Dalam sebuah korporasi, karyawan sering bertindak berdasarkan perintah atasan mereka.
Korporasi biasanya memiliki struktur otoritas hierarkis di mana perintah dan arahan
berlangsung dari struktur yang lebih tinggi ke beragam agen pada level yang lebih rendah.
Seorang wakil direktur mengatakan kepada beberapa manajer madya bahwa mereka harus
mencapai tujuan produksi tertentu dan para manajer menengah berusaha untuk mencapainya.
Siapakah yang secara moral bertanggung jawab ketika seorang atasan memerintahkan
bawahannya untuk melaksanakan tindakan yang mereka ketahui salah?
Orang berpendapat bahwa ketika seorang bawahan bertindak sesuai dengan perintah
atasannya yang sah, dia dibebaskan dari tanggung jawab atas tindakan yang keliru, bahkan
jika bawahan adalah agen yang melakukannya. Misalnya, para manajer pabrik semikonduktor
nasional memerintahkan karyawannya untuk menulis laporan pemerintah yang secara bohong
menyatakan bahwa komponen komputer tertentu yang dijual kepada pemerintah menjalani uji
kelayakan.
BAB 2
PRINSIP – PRINSIP ETIS DALAM BISNIS
2.1 Utilitarianisme: Menimbang Biaya dan Keuntungan Sosial
Pendekatan ini kadang disebut pendekatan konsekuensialis dan kadang disebut juga
pendekatan utilitarian. Untuk melihat lebih dekat pada pendekatan ini, mari kita memelajari
sebuah situasi dimana pendekatan ini menjadi pertimbangan dasar dalam membuat sebuah
keputusan bisnis yang memiliki pengaruh dramastis pada kehidupan banyak orang.
Pada awal tahun 1960-an, posisi Ford di pasar mobil mengalami penurunan besar
akibat persaingan dari produsen mobil luar negeri, khususnya dari perusahaan-perusahaan
Jepang yang memproduksi mobil-mobil kecil dan hemat bahan bakar. Lee Iaccoca, direktur
Ford waktu itu, berusaha mati-matian untuk memperoleh kembali pangsa pasar mobil.
Strateginya difokuskan pada proses desain, pemanufakturan, dan penjualan yang cepat atas
mobil baru,‟Pinto‟. Pinto adalah adalah sebuah mobil murah dengan berat kurang dari 2000
pon, dan harganya tidak lebih dari $2000, serta dipasarkan dalam waktu 2 tahun ( tidak 4
tahun seperti biasanya).
Namun manajer Ford memutuskan untuk tetap memproduksi Pinto karena beberapa
alas an. Pertama, desain mobil ini memenuhi semua standar hukum dan peraturan
34. pemerintah. Pada saat itu, peraturan pemerintah mensyaratkanagar tangki bahan bakar tetap
dalam keadaan utuh meskipun mobil ditabrak dari belakang dengan kecepatan kurang dari 20
mil per jam. Kedua, manajer Ford merasa bahwa mobil ini memiliki tingkat keamanan yang
sebanding dengan mobil-mobil yang diproduksi perusahaan lain. Ketiga, menurut studi biaya-
keuntungan internal yang dilakukan oleh Ford, biaya modifikasi Pinto tidak bisa ditutupi oleh
keuntungan yang diraih. Studi tersebut menunjukkan bahwa modifikasi tangki bahan bakar
untuk 12,5 juta mobil yang akan diproduksi adalah $137 juta, dengan biaya $11 per mobil:
Biaya: $ 11 x $ 12,5 juta mobil = $ 137 juta.
Namun demikian, data-data statistic menunjukkan bahwa modifikasi tersebut akan
mampu mencegah 180 kematian akibat terbakar, 180 korban luka berat, dan 2100 kendaraan
yang terbakar. Pada saat itu, pemerintah secara resmi memperkirakan nilai nyawa mausia
sebesar $200.000, perusahaan asuransi memberikan nilai kerugian akibat luka bakar serius
sebesar $67.000, dan nilai rata-rata untuk mobil kecil adalah $700. Jadi, menurut
perhitungan, keuntungan dari modifikasi dalam kaitannya dengan pencegahan kerugian
adalah sebesar $49,15 juta:
Keuntungan:
(180 kematian x $200) + (180 korban luka x $67.000) + (2.100 kendaraan x $700) = $49,15
juta
Jadi, modifikasi yang akhirnya membebankan biaya pada konsumen sebesar $137
(karena biaya modifikasi ditambahkan pada harga mobil) hanya mampu mencegah kerugian
konsumen senilai $49,15 juta. Tidak benar, menurut hasil studi tersebut, bila kita membuang
uang masyarakat sebanyak $ 137 juta untuk memperoleh keuntungan senilai hanya $49,15
juta.
Utilitarianisme Tradisional
Secara singkat, prinsip utilitarian menyatakan bahwa:
Suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika
jumlah total utilitas yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas
total yang dihasilkan oleh tindakan lain yang dapat dilakukan.
Masalah Pengukuran
Satu rangkaian masalah dalam kaitannya dengan utilitarianisme terfokus pada hambatan-
hambatan yang dihadapi saat menilai atau mengukur utilitas. Salah satunya adalah bagaimana
nilai utilitas dari berbagai tindakan yang berbeda pada orang-orang yang berbeda dapat
diukur dan diperbandingkan seperti yang dinyatakan dalam utilitarianisme? Misalkan saya
dan Anda sama-sama menikmati pekerjaan; Bagaimana kita bisa menentukan apakah utilitas
35. yang Anda peroleh dari suatu pekerjaan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan utilitas
yang saya peroleh? Setiap orang mungkin merasa yakin bahwa dia bisa memperoleh
keuntungan paling besar dari suatu pekerjaan, namun karena kita tidak dapat menjadi orang
lain, maka penilaian ini tidak memiliki dasar objektif.
Tanggapan Utilitarian Terhadap Masalah Penilaian
Para pendukung utilitarianisme memberikan sejumlah tanggapan untuk menghadapi
keberatan-keberatan yang muncul.
Pertama, kaum utilitarian menyatakan bahwa, meskipun utilitarianisme idealnya
masyarakat penilaian-penilaian yang akurat dan dapat dikuantifikasikan atas biaya dan
keuntungan, namun persyaratan ini dapat diperlonggar jika penilaian seperti itu tidak dapat
dilakukan.
Masalah Hak dan Keadilan
Hambatan utama utilitarianisme, menurut beberapa kritikus adalah prinsip tersebut tidak
mampu menghadapi dua jenis permasalahan moral: masalah yang berkaitan dengan hak dan
yang berkaitan dengan keadilan. Ada beberapa contoh yang dapat dipakai untuk
menggambarkan kritik-kritik yang diajukan pada pandangan utilitarian.
Pertama, misalkan saja paman Anda menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan
dan menyakitkan dan dia merasa sangat tidak bahagia namun juga tidak ingin mati.
Kedua, utilitarianisme juga bisa salah, menurut para kritikus, apabila diterapkan pada
situasi-situasi yang berkaitan dengan keadilan sosial. Sebagai contoh, misalkan upah
subsistensi memaksa sekelompokpekerja pendatang untuk tetap melaksanakan pekerjaan
yang paling tidak diinginkan dalam bidang pertanian dalam sebuah perekonomian, namun
menghasilkan tingkat kepuasan yang sangat tinggi bagi mayoritas masyarakat karena
kelompak mayoritas tersebut menikmati barang-barang produksi hasil pertanian yang murah
dn memungkinkan mereka untuk memenuhi keinginan-keinginan lain.
Tanggapan Utilitarian Terhadap Pertimbangan Hak dan Keadilan
Untuk menangani keberatan dalam contoh-contoh yang diajukan oleh para kritikus
utilitarianisme tradisioanl, kaum utilitarian mengajukan satu versi utilitarianisme alternative
yang cukup penting dan berpengaruh, yang disebut rule- utilitarianism (peraturan
utilitarianisme). Strategi dasar dari rule-utilitarian adalah membatasi analisis utilitarian hanya
pada evaluasi atas peraturan-peraturan moral. Menurut rule-utilitarian, saat menentukan
apakah suatu tindakan dianggap etis, kita tidak perlu mempertanyakan apakah tindakan
tersebut akan memberikan nilai utilitas paling besar. Sebaliknya, kita perlu mempertanyakan
36. apakah tindakan tersebut diwajibkan oleh peraturan moral yang harus dipatuhi oleh semua
orang. Jika benar, maka kita perlu melakukannya.
Jadi, teori rule-utilitarian memiliki dua bagian yang dapat kita ringkas dalam dua prinsip
berikut:
I. Suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika
tindakan tersebut dinyatakan dalam peraturan moral yang benar.
II. Sebuah peraturan moral dikatakan benar jika dan hanya jika jumlah utilitas
total yang dihasilkannya; jika semua orang yang mengikuti peraturan tersebut lebih besar
dari jumlah utilitas total yang diperoleh; jika semua orang mengikuti peraturan moral
alternative lainnnya.
2.1 Hak dan Kewajiban
Pada bulan April 2000, para eksekutif Microsoft, perusahaan perangkat lunak terbesar di
dunia, dihadapkan pada sekelompok pemegang saham yang merasa prihatin dengan operasi
perusahaan di Cina dan meminta para pemegang saham lainnya untuk mendesak Microsoft
agar lebih menghormati hak-hak asasi manusia. Pada tahun 1999, U.S. State Departement
melaporkan bahwa catatan HAM Cina semakin memburuk pada tahun 1988 dan bahwa
pemerintah terus menekan hak pekerja dan tenaga kerja paksa tetap menjadi masalah.
Sebelumnya, pada tahun 1994, Kementerian Tenaga Kerja Cina mengeluarkan Peraturan
Penanganan Tenaga Kerja di Perusahaan Asing yang mencakup sejumlah hak. Peraturan-
peraturan ini mengakui hak pekerja untuk melakukan tawar menawar secara kolektif, tapi
hanya melalui serikat pekerja yang pembentukannya disetujui oleh pemerintah Cina. Jika
lebih dari separuh pemegang saham yang mendukungnya, maka perusahaan wajib
menerapkan prinsip-prinsip hak asasi manusia berikut ini:
1. Tidak ada barang atau produk dari fasilitas perusahaan atau pemasok yang dihasilkan
dengan menggunakan tenaga kerja terikat, tenaga kerja paksa di kampong penjara, atau
sebagai bagian dari program pembentukan kembali atau pendidikan kembali melalui kerja.
2. Fasilitas dan pemasok wajib memberikan upah yang mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar para pekerja, dan juga jam kerja yang adil dan layak.
3. Fasilitas dan pemasok berkewajiban melarang penggunaan hukuman badan serta
perlakuan kasar secara fisik, verbal, ataupun pelecehan seksual terhadap pekerja.
4. Fasilitas dan pemasok boleh menggunakan metode yang tidak berpengaruh negative
terhadap keamanan kerja dan kesehatan para pekerja.
5. Fasilitas dan pemasok tidak boleh meminta bantuan polisi atau militer untuk mencegah
pekerja melakukan hak-hak mereka.
37. Konsep Hak
Secara umum, hak adalah klaim atau kepemilikan individu atau sesuatu. Seseorang
dikatakan memiliki hak jika dia memiliki klaim untuk melakukan tindakan dalam suatu cara
tertentu atau jika orang lain berkewajiban melakukan tindakan dalam suatu cara tertentu
kepadanya.
Hak juga berasal dari sistem standar moral yang tidak bergantung pada sistem hokum
tertentu. Hak untuk bekerja, misalnya, tidak dijamin dalam Konstitusi Amerika, namun
banyak yang menyatakan bahwa ini adalah hak yang dimiliki oleh semua manusia.
Hak merupakan sebuah sarana atau cara yang penting dan bertujuan agar memungkinkan
Individu untuk memilih dengan bebas apa pun kepentingan atau aktivitas mereka dan
melindungi pilihan-pilihan mereka.
Hak Negatif dan Positif
Sejumlah hak yang disebut hak negative dapat digambarkan dari fakta bahwa hak-hak
yang termasuk di dalamnya dapat didefinisikan sepenuhnya dalam kaitannya dengan
kewajiban orang lain untuk tidak ikut campur dalam aktivitas-aktivitas tertentu dari orang
yang memiliki hak tersebut. Contohnya, jika saya memiliki hak privasi, ini berarti semua
orang, termasuk atasan saya, berkewajiban tidak ikut campur dalam urusan atau aktivitas-
aktivitas pribadi saya.
Sebaliknya, hak positif tidak hanya memberikan kewajiban negative, namun juga
mengimplikasikan bahwa pihak lain (tidak selalu jelas siapa mereka) memiliki kewajiban
positif pada si pemilik hak untuk memberikan apa yang dia perlukan untuk dengan bebas
mencari atau mengejar kepentingan-kepentingannya. Contohnya, jika saya punya hak untuk
memperoleh kehidupan yang layak, maka ini tidak hanya berarti orang lain tidak boleh ikut
campur namun juga berarti jika saya tidak bisa memperoleh penghasilan yang layak, maka
harus ada pihak lain (mungkin pemerintah) yang wajib memberikan pekerjaan dengan
penghasilan yang layak.
Hak dan Kewajiban Kontraktual
Hak dan Kewajiban kontraktual (kadang disebut juga hak dan kewajiban
khusus atau tugas khusus) adalah hak terbatas dan kewajiban korelatif yang muncul saat
seseorang membuat perjanjian dengan orang lain. Contohnya, jika saya setuju untuk
melakukan sesuatu bagi Anda, maka Anda berhak atas apa yang saya lakukan: Anda
memperoleh hak kontraktual atas apapun yang saya janjikan, dan saya
memiliki kewajiban kontraktual untuk melaksanakan sesuatu seperti yang saya janjikan.
38. Aturan-aturan etis apa yang membatasi perjanjian kontrak? Sistem peraturan yang
mendasari hak dan kewajiban kontraktual secara umum diinterpretasikan mencakup sejumlah
batasan moral:
1. Kedua belah pihak dalam kontrak harus memahami sepenuhnya sifat dari perjanjian
yang mereka buat.
2. Kedua belah pihak dilarang mengubah fakta paerjanjian kontraktual dengan sengaja.
3. Kedua belah pihak dalam kontrak tidak boleh menandatangani perjanjian karena
paksaan atau ancaman.
4. Perjanjian kontrak tidak boleh mewajibkan kedua belah pihak untuk melakukan
tindakan-tindakan yang amoral.
2.3 Keadilan dan Kesamaan
Pertentangan antar individu dalam bisnis sering dikaitkan dengan
masalah keadilan dan kewajaran/kesamaan. Hal ini terjadi, saat seseorang menuduh orang
lain melakukan diskriminasi terhadapnya, menunjukkan sikap berat sebelah, atau tidak
memperoleh bagian yang wajar/sama dari beban yang ditanggungnya dalam suatu perjanjian
kerja sama. Penyelesaian masalah seperti ini kerap kali mengharuskan kita membandingkan
dan menimbang klaim-klaim yang saling bertentangan dari masing-masing pihak serta
mencari keseimbangannya. Keadilan dan kewajaran pada dasarnya bersifat kooperatif.
Keadilan Distributif
Masalah-masalah tentang keadilan distributive muncul bila ada orang-orang tertentu yang
memiliki perbedaan klaim atas keuntungan dan beban dalam masyarakat, dan semua klaim
mereka tidak bisa dipenuhi. Contoh kasus utamanya adalah saat terjadi kelangkaan misalnya,
pekerjaan, makanan, perumahan, perawatan kesehatan, penghasilan, dan kesehatan bila
dibandingkan dengan jumlah individu yang membutuhkannya.
2.4 Etika Memberi Perhatian
Parsialitas dan Perhatian
Pendekatan-pendekatan etika yang telah kita lihat semuanya mengasumsikan bahwa
etika haruslah imparsial dan dengan demikian semua hubungan khusus antara seseorang
dengan individu tertentu, misalnya anggota keluarga, teman, atau pegawai, harus
dikesampingkan saat menentukan apa yang harus dia lakukan. Dalam hal ini, etika perhatian
menekankan pada dua persyaratan moral:
1. Kita hidup dalam suatu rangkaian hubungan dan wajib mempertahankan serta
mengembangkan hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang lain.
39. 2. Kita memberikan perhatian khusus pada orang-orang yang menjalin hubungan baik
dengan kita dengan cara memerhatikan kebutuhan, nilai, keinginan, dan keberadaan mereka
dari perspektif pribadi mereka sendiri, dan dengan memberikan tanggapan secara positif
pada kebutuhan, nilai, keinginan, dan keberadaan orang-orang yang membutuhkan dan
bergantung pada perhatian kita/.
2.5 Memadukan Utilitas, Hak, Keadilan, dan Perhatian
Dalam tiga bagian terakhir kita telah membahas empat jenis standar moral yang saat ini
menjadi dasar dari sebagian besar penilaian moral kita serta yang mendorong kita untuk
memasukkan sejumlah pertimbangan yang berbeda dalam penalaran moral kita. Standar
utilitarian wajib digunakan saat kita tidak memiliki sumber daya yang mampu memenuhi
tujjuan atau kebutuhan semua orang, dimana kita didorong untuk mempertimbangkan
keuntungan dan biaya social dari suatu tindakan (atau kebijakan atau institusi) dalam mncapai
tujuan-tujuan tertentu.
Penilaian moral kita sebagian juga didasarkan pada standar-standar yang menunjukkan
bagaimana individu harus diperlakukan atau dihargai. Jenis standar moral ini wajib kita
gunakan bila tindakan dan kebijakan yang akan kita akan ambil sangat berpengaruh pada
kesejahteraan dan kebebasan mereka. Penalaran moral semacam ini mencakup pertimbangan
tentang apakah suatu perilaku dianggap menghargai hak asasi individu yang bersangkutan
dan apakah perilaku tersebut konsisten dengan kewajiban-kewajiban yang kita terima secara
sukarela dalam perjanjian.
2.6 Prinsip Moral Alternatif : Etika Kebaikan
Kebaikan moral merupakan sebuah kecenderungan yang dinilai sebagai bagian dari karakter
manusia yang secara moral baik dan ditunjukkan dalam kebiasaan dan perilakunya, seseorang
dikatakan memiliki kebaikan moral bila dia berperilaku dengan penalaran, perasaan, dan
keinginan-keinginan yang menjadi karakteristik dari seseorang yang secara moral baik.
Kejujuran, misalnya, dinilai sebagai suatu cirri karakter dari seorang yang secara moral baik.
Seseorang dikatakan jujur bila dia biasa mengatakan kebenaran dan melakukannya karena dia
percaya bahwa mengatakan kebenaran adalah tindakan yang baik, merasa senang saat dia
mengatakan kebenaran, dan merasa gelisah saat berbohong, dan selalu ingin mengatakan
kebenaran demi kebenaran itu sendiri dan arti pentingnya dalam komunikasi manusia.
2.7 Moralitas dalam Konteks Internasional
Dalam Bab I kita telah mencatat bahwa perusahaan-perusahaan multinasional menjalankan
operasi di Negara-negara yang peraturan hukum, adat kebiasaan, tingkat perkembangan dan
pemahaman budayanya kadang sangat berbeda dengan Negara asal. Perbedaan-perbedaan ini,
40. menurut kami, bukan merupakan pembenaran yang memadai bagi teori relativisme etis.
Bagaimana prinsip-prinsip moral utilitarian, hak, keadilan, dan perhatian diterapkan di
Negara-negara lain yang dalam banyak hal berbeda jauh dari kita?
Sebagai contoh, hokum dan peraturan pemerintah yang berlaku di Amerika, menurut
para manajer di Dow Chemical Company, sangat berbeda dengan yang ada ada di Meksiko
dan Negara-negara lain. Masalah standar keselamatan kerja dan pengamanan dalam
menangani bahan-bahan beracun dan bahaya lain sangat eksplisit dan ketat di Amerika,
sementara di Meksiko masih samar, longgar atau bahkan tidak ada sama sekali.
BAB 3
SISTEM BISNIS
Perekonomian Amerika selama deKade-dekade abad ke-20 mengalami sejumlah guncangan
berat, karena menurunnya kemampuan bersaing dengan Negara-Negara lain dalam pasar-
pasar penting. Dampak yang terjadi termasuk penurunan produktivitas (misalnya : dalam
industry tekstil, mobil, dan baja), angka penganguran tinggi, kenaikan persaingan
internasional (khususnya dari jepang). Tantangan-tantangan terhadap perekonomian
internasional amerika memunculkan pedebatan nasional tentang kebutuhan akan “kebijakn
industry baru” yang mampu memperkuat industry domestic agar dapat bersaing dengan baik
di luar negeri.
Kontroversi seputar “kebijakan industry” hanyalah salah satu dari episode besar perdebatan
tentang sistem bisnis Amerika yang telah berlangsung selama berabad-abad. Menganalisa
argument-argumen pasar bebas dan pemerintah berarti kita menganalisis apa yang disebut
oleh para sosiolog sebagai ideologi.Ideologi adalah sebuah sistem keyakinan normatif yang
dimiliki para anggota kelompok sosial tertentu.
Sistem Pasar VS Sistem Perintah
Pasar bertujuan menyelesaikan masalah-masalah ekonomi dasar yang dihadapai
semua masyarakat : mengoordinasi berbagai aktivitas ekonomi dari para anggota masyarakat.
Alternatif sistem perintah ini adalah sistem “pasar bebas” adalah semua perusahaan yang
masing-masing dimiliki oleh individu yang berbeda dan mencari keuntungan dengan cara
yang berbeda membuat keputusan atas apa yang akan mereka produksi dan bagaimana
memproduksinya.
Dalam system pasar bebas murni, tidak ada batasan apapun yang bisa dimiliki
seseorang dan apa yang boleh dilakukan dengan property yang dimilikinya, atau apa saja
41. pertukaran yang boleh dilakukannya. Berikut ini adalah beberapa pendapat mengenai
argumen sistem pasar :
1. Pasar Bebas dan Hak Menurut John Locke
Salah satu pernyataan yang mendukung system pasar tak teregulasi adalah manusia memiliki
“hak-hak alami” tertentu yang hanya dapat dipertahankan melalui sistem pasar bebas. Dua
hak alami yang dilindungi system pasar bebas adalah hak atas kebebasan dan hak atas
property pribadi.
Menurut Locke, hukum alam “mengajarkan” setiap manusia bahwa memiliki hak atas
kebebasan, dengan demikian “tidak ada seoarng pun boleh dilepaskan dari keadaan alami ini
dan tunduk pada kekuasaan politik orang lain tanpa persetujuan.
Kritik atas hak Locke
Para kritikus atas pandangan locke tentang pasar bebas memfokuskan argument mereka pada
empat kelemahan utama pandangan Locke :
a. Asumsi bahwa individu memiliki “hak alami” seperti yang dinyatakan oleh Locke.
b. Konflik antara hak negative dan hak positif
c. Konflik antara hak menurut Locke dengan prinsip-prinsip keadilan
d. Asumsi individualistik yang dibuat Locke serta konfliknya dengan kewajiban untuk
memberikan perhatian.
2. Utilitas Pasar Bebas Menurut Adam Smith
Menurut Adam Smith (1723-1790), sang “bapak ekonomi modern” adalah pencetus argument
utilitarian pasar bebas. Menurut smith, saat individu dibiarkan bebas mencari kepentingannya
sendiri di pasar bebas, mereka akan diarahkan menuju kesejahteraan public oleh sebuah
“Tangan Tak Terlihat”. Tangan tak terlihat ini tentu saja adalah Persaingan Pasar.
3. Utilitas Survival of the Fittest Menurut Darwinisme Sosial
Para pendukung Darwin abad ke-19 menambahkan warna baru bagi justifikasi utilitarian atas
pasar bebas denagn menyatakan bahwa pasar bebas memberikan akibat-akibat
menguntungkan lebih dari yang ditunjukan oleh Adam Smith. Doktrin Darwinisme sosial
dibentuk dari nama Charles Darwin (1809-1882), yang menyatakan bahwa berbagai spesies
makhluk hidup berkembang akibat proses lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup
spesies tertentu dan menghancurkan yang lain: “Kelangsungan hidup dari beberapa spesies
yang kuat dan punahnya spesies-spesies yang lemah, saya sebut sebagai seleksi alam atau
kelangsungan hidup dari mereka yang terkuat(survival of the fittest). Faktor-faktor
lingkungan yang menciptakan survival of the fittest ini adalah Tekanan kompetitif dalam
dunia binatang. Akibat dari persaingan itu adalah mempertahankan kelangsungan hidup, Kata
42. Darwin, spesies secara bertahap mengalami perubahan karena yang paling kuat bertahan dan
menurunkan karakteristik-karakteristik unggul mereka pada keturunan mereka.
Hasil Dari Analisa
Perdebatan antara pihak-pihak yang menentang dan mendukung pasar bebas, intervensi
pemerintah dan kepemilikan pribadi masih terus berlangsung. Pada kenyataannya, perdebatan
tersebut juga dipicu oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sejumlah pihak menyatakan bahwa
runtuhnya sejumlah pemerintah komunis menunjukkan bahwa kapitalisme, dengan
penekanannya pada pasar bebas adalah pemenangnya. Namun para pengamat lain
menyatakan bahwa munculnya kekuatan-kekuatan ekonomi baru seperti Jepang menunjukkan
bahwa pasar bebas bukan saja merupakan kunci menunjukan kemakmuran.
Perpaduan antara peraturan pemerintah, pasar bebas parsial, dan kepemilikan pribadi terbatas
adalah apa yang umumnya disebut ekonomi campuran. Pada dasarnya, ekonomi campuran
mempertahankan system pasar dan kepemilikan pribadi namun sekaligus bergantung pada
kebijakan pemerintah untuk mengatasi kekurangan-kekurangannya. Untung rugi penerapan
ekonomi campuran juga tetap menjadi perdebatan yang berlangsung seputar konsep pasar
bebas, kepemilikan pribadi, dan intervensi pemerintah. Dengan demikian, petumbuhan
produktivitas Amerika relative tertinggal sampai pertengahan tahun 1990an, saat mengalami
cukup besar.
Tanggapan
Para pendukung system pasar bebas umumnya menjawab kritik bahwa pasar bebas
menciptakan ketidak adilan dengan menjawab : kritik tersebut salah mengasumsikan tentang
keadilan yang hanya berarti kesamaan atau distribusi menurut kebutuhan. Namun ada juga
yang menyatakan bahwa keadilan dapat diberi satu arti yang jelas, keadilan sesungguhnya
berarti distribusi berdasarkan kontribusi (sumbangan).
BAB 4
ETIKA DI PASAR
Pasar adalah Sebuah forum dimana orang-orang berkumpul dengan tujuan untuk
mempertukaran kepemilikan barang atau uang. Pasar bisa berukuran kecil dan sangat
sementara (dua orang sahabat yang saling mempertukaran baju bisa dilihat sebagai tindakan
yang menciptakan pasar sementara) atau sangat besar dan relatife permanen (pasar minyak
mencakup sejumlah benua dan telah beroperasi selama beberapa dekade).
43. Pasar bebas persaingan sempurna adalah Pasar dimana tidak ada pembeli atau penjual yang
memiliki kekuatan cukup signifikan untuk mampu mempengaruhi harga barang-barang yang
dipertukarkan. Pasar bebas dengan persaingan sempurna memiliki tujuh karakteristik berikut
ini :
1. Jumlah pembeli dan penjual relative banyak, dan tidak ada seorang pun yang memiliki
pangsa yang relatife substansial.
2. Semua pembeli dan penjual bebas masuk atau meninggalkan pasar.
3. Setiap pembeli dan penjual mengetahui sepenuhnya apa yang dilakukan oleh pembeli
dan penjual lainnya, termasuk informasi tentang harga, jumlah, dan kualitas semua barang
yang diperjualbelikan.
4. Barang-barang yang dijual dipasar sangat mirip satu sama lain sehingga tidak ada
seorang pun yang peduli darimana mereka atau menjualnya.
5. Biaya dan keuntungan memproduksi atau menggunakan barang-barang yang
dipertukarkan sepenuhnya ditanggung pihak-pihak yang membeli dan menjual barng-barang
tersebut, bukan oleh pihak lain.
6. Semua pembeli dan penjual adalah “pemaksimal” utilitas : semuanya berusaha untuk
memperoleh sebanyak-banyaknya dengan membayar sesedikit mungkin.
7. Tidak ada pihak luar (misal pemerintah) yang mengatur harga, kuantitas, atau kualitas
dari barang-barang yang diperjual belikan.
Etika dan Pasar Kompetitif Sempurna
Pasar bebas kompetitif sempurna mencakup kekuatan-kekuatan yang mendorong
pembeli dan penjual menuju apa yang disebut titik keseimbangan.
Dalam hal ini pasar dikatakan mampu mencapai tiga moral utama ;
a. Mendorong pembeli dan penjual mempertukarkan barang dalam cara yang adil.
b. Memaksimalkan utilitas pembeli dan penjual dengan mendorong mereka
mengalokasikan, menggunakan, dan mendistribusikan barang-barang dengan efisiensi
sempurna.
c. Mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan suatu cara yang menghargai hak pembeli dan
penjual untuk melakukan pertukaran secara bebas.
Untuk memahami aspek dari pasa kompetitif sempurna, kita perlu mempertimbangkan apa
yang terjadi dalam pasar, namun dalam suatu system perekonomian yang terdiri dari suatu
system dari banyak pasar. Sistem pasar dikatakan efisiensi sempurna jika semua barang
dalam semua pasar dialokasikan, digunakan dan didistribusikan dengan suatu cara yang