10, sm, maharani gustianingtyas, hapzi ali, strategic management, business ethics, csr, risk management, universitas mercu buana, 2019
1. STRATEGIC MANAGEMENT
“Business Ethics, CSR, Risk Management”
Di susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah “Strategic Management”
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA, MPM
Oleh :
Maharani Gustianingtyas (55118010028)
MAGISTER MANAJEMEN
2019
2. 1. ETIKA BISNIS
a. Pengertian Etika
Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana berperilaku jujur, benar dan adil. Etika merupakan
cabang ilmu filsafat, mempelajari perilaku moral dan immoral, membuat pertimbangan matang yang patut
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau kelompok tertentu. Etika dikategorikan sebagai filsafat
moral atau etika normatif.
Etika adalah suatu perilaku normatif. Etika normatif mengajarkan segala sesuatu yang sebenarnya benar
menurut hukum dan moralitas. Etika mengajarkan sesuatu yang salah adalah salah dan sesuatu yang benar
adalah benar. Sesuatu yang benar tidak dapat dikatakan salah dan sebaliknya sesuatu yang salah tidak dapat
dikatakan benar. Benar dan salah tidak dapat dicampur adukkan demi kepentingan seseorang atau
kelompok.
Dua tujuan etika antara lain menilai perilaku manusiawi berstandar moral, dan memberikan ketepatan
nasehat tentang bagaimana bertindak bermoral pada situasi tertentu.
b. Tahapan Etika Bisnis
Tahapan Etika Bisnis Etika bisnis dapat dilaksanakan dalam tiga tahapan: tahap makro, tahap meso, dan
tahap mikro. Ketiga tahap ini membahas kegiatan ekonomi dan bisnis. Ditahap makro, etika bisnis
mempelajari aspek -aspek moral dari sistem ekonomi secara total. Pada tahap meso (menengah), etika bisnis
mempelajari persoalan etika dalam organisasi. Organisasi di sini dapat diasosiasikan sebagai organisasi
perusahaan, serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain -lain. Tahap mikro
memusatkan perhatiannya pada persoalan individual sehubungan dengan aktifitas ekonomi atau bisnis. Pada
tahap ini dipelajari tanggung jawab etis karyawan dan majikan, bawahan dan manajer, produsen dan
konsumen, pemasok, dan investor.
c. Teori – teori Etika Bisnis
1) Teori Utilitarianisme
Teori utilitarianisme mengatakan bahwa suatu kegiatan bisnis adalah baik dilakukan jika bisa
memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau masyarakat. Teori utilitarianisme
sebagai teori etika kegunaan suatu tindakan ekonomis, sesuai sekali dengan prinsip prinsip ekonomis.
Teori ini cukup jelas dengan dijelaskan melalui teori cost benefit analysis yang dipakai dalam konteks
ekonomi. Manfaat utilitarianisme mampu menghitung keuntungan dan kerugian atau kredit dan
debet dalam bisnis. Banyak penganut utilitarianisme mengusahakan melaksanakan perhitungan etis
ekonomis tersebut.
2) Teori Deontologi
“Deontologi‟ berasal dari kata Yunani “deon”, berarti kewajiban. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai
dan dibenarkan berdasarkan atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan kewajiban
bertindak baik kepada orang lain sebagaimana keinginan diri sendiri selalu berla ku baik baik pada diri
3. sendiri. Deontologi merupakan teori etika yang menyatakan ba hwa yang menjadi dasar bagi baik
buruknya suatu perbuatan adalah kewajiban seseorang untuk berbuat baik kepada sesama manusia.
Merupakan teori etika yang memberi jawaban atas pertanyaan “mengapa suatu perbuatan adalah
baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk”, deontologi menjawab: “karena perbuatan
pertama menjadi kewajiban seseorang untuk berbuat baik pada orang lain dan karena perbuatan
kedua dilarang untuk dilakukan”.
3) Teori Hak
Setiap insan ekonomis memiliki hak, sejalan dengan itu ia juga memiliki kewajiban secara ekonomis.
Secara moral evaluasi terhadap berbagai peristiwa ekonomis didasari oleh teori hak. Teori hak ini
merupakan pendekatan relatif banyak dipakai mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku seseorang atau sekelompok orang. Teori hak merupakan aspek dari teori deontologi, karena
hak berhubungan dengan kewajiban. Bahkan hak dan kewajiban seperti dua sisi mata uang logam
yang saling melengkapi. Seseorang biasanya memiliki hak sekaligus kewajiban untuk berlaku sesuatu
kepada orang lain.
4) Teori Keutamaan
Keutamaan didefinisikan sebagai penggambaran watak menganai perilaku seseorang dan
memungkinkan nya bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan, merupakan suatu keutamaan
seseorang sehingga bermodal hal tersebut seseorang mampu mengambil keputusan tepat dalam
berbagai kondisi. Keadilan merupakan perwujudan nilai keutamaan lainnya mendorong seseorang
mampu memberikan kepada sesama segala sesuatu yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah
keutamaan dimana seseorang tidak ingin menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan. Suka
bekerja keras juga nilai keutamaan yang menjamin seseorang untuk menghindari tindakan bermalas-
malasan.
Prestasi bisnis yang baik adalah prestasi bisnis didasari oleh nilai nilai keutamaan. Hidup yang baik
adalah virtuous life: hidup keutamaan, Life is precious, hidup adalah utama dan sangat berharga maka
gunakanlah setiap menit yang ada untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada umat manusia.
5) Teori Relativisme
Bila selalu dalam kondisi perilaku normal, maka pada dasarnya setiap orang cenderung bersedia
berperilaku utama atau baik. Mereka yakin bahwa adat-istiadat, agama atau kepercayaan yang
dianutnya dari daerah dimana ia dibesarkan diyakini merupakan adat istiadat terbaik dibanding lain-
lainnya.
Dengan keadaan ini, maka setiap orang berkondisi kejiwaan normal tidak dapat membantah peristiwa
serupa. Banyak fakta menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan perilaku atau pendapat umum dan
menjadi adat istiadat turun temurun suatu daerah.
d. Prinsip Etika
1) Prinsip Otonomi
4. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
tuntunan hati nuraninya, kesadarannya sendiri mengenai sesuatu kebaikan untuk diberian kepada
orang lain.
2) Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau perikatan bisnis merupakan keutamaan. Kejujuran
diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Dalam perikatan perjanjian dan
kontrak tertentu, semua pihak saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak tulus dan
jujur membuat perjanjian dan kontrak, serius, tulus dan jujur melaksanakan perjanjian. Kejujuran
sangat penting artinya bagi kepentingan masing-masing pihak, kejujuran sangat menentukan
keberlanjutan relasi dan kelangsungan bisnis selanjutnya.
3) Prinsip Keadilan
Tindakan memberikan keadilan terhadap keterlibatan semua pihak dalam bisnis merupakan praktek
keutamaan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar setiap orang dalam kegiataan bisnis secara internal
maupun eksternal perusahaan diperlakukan sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing.
4) Prinsip Saling Menguntungkan
Kegiatan bisnis perlu memberikan keadaan saling menguntungkan kepada keterlibatan setiap pihak
dalam bisnis, hal tersebut merupakan cerminan prinsip keutamaan. Saling menguntungkan
merupakan cermin integritas moral internal pelaku bisnis atau perusahaan agar nama baik pribadi
atau nama baik perusahaan untuk berbisnis tetap terjaga, dipercaya dan kompetitif.
e. Relevansi Etika Dalam Bisnis Modern
Banyak peristiwa bisnis yang menunjukkan penurunan kualitas berbisnis dan merugikan kepentingan
konsumen serta masyarakat luas, seperti tindakan monopoli, penipuan, kerusakan lingkungan dan
sebagainya. Perilaku pebisnis dunia semakin mengkhawatirkan keselamatan dan kelestarian lingkungan.
Keresahan masyarakat terhadap penurunan kualitas kehidupan manusia semakin besar.
Beberapa keadaan mendorong perubahan sistem bisnis antara lain: Tata cara bisnis dari bertani berubah
cepat menjadi industri menggunaka mekanis dalam produksinya, sehingga mempercepat produksi dan
mempercepat perubahan konstelasi alam sekitar. Percepatan pembentukan masyarakat pedesaan menjadi
masyarakat industri. Industri tersebut bisa digunakan untuk tujuan baik maupun buruk atau lebih cepat
memusnahkan lingkungan tergantung pada siapa pemakainya. Namun diyakini bahwa para ilmuwan pencipta
peralatan industry tersebut bercita cita luhur disaat mereka menciptakan peralatan industri modern
tersebut.
Terbentuknya masyarakat industri, mengubah filsafat kehidupan kelompok masyarakatnya. Bentuk
bentuk filsafat ketradisionalan bisa saja bertahan bisa juga terhapus tergantung pada sikap materialistis
masyarakat yang terbentuk oleh kehadiran teknologi tinggi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh pada tata cara perilaku masyarakat. Rumah
tangga, lembaga keagamaan dan pendidikan berperan memelihara perilaku masyarakat sesuai norma etika
5. dan bila perlu memberikan hukuman kepada pelanggarnya. Semakin jauh pemakaian teknologi, maka
perilaku masyarakat semakin berubah materialistis dan praktis, sehingga nilai moralitas cenderung diabaikan.
2. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE (CSR)
a. Pengertian CSR
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa
organisasi atau perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku
kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan.
Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi,
terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus
menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek
maupun untuk jangka yang lebih panjang.
Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan
pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi
dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya. Ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran
perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian
terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak
terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi
konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar.
Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial
semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara
pembuat peraturan.
Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan "perbuatan baik" (atau
kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for Humanity atau Ronald McDonald House),
namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan pada masa
lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian beasiswa dan pendirian
yayasan sosial.
Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan (volunteer)
dalam mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik di mata komunitas
tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek
perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan
kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas.
Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat
dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui
6. berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR bukanlah sekadar kegiatan amal,
melainkan CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-
sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan,
termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara
kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang
merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.
Pada dasarnya CSR adalah bentuk tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap stakeholder atau
pemangku kepentingan. Menurut para ahli, CSR memiliki 3 definisi, yakni :
1) Melakukan tindakan sosial, termasuk di dalamnya adalah kepedulian terhadap lingkungan hidup
yang diharuskan dalam peraturan perundangan-undangan.
2) Komitmen usaha yang dilakukan secara etis, beroperasi secara resmi, serta dapat berkontribusi
terhadap peningkatan ekonomi yang di iringi dengan peningkatan kualitas hidup karyawan termasuk
keluarganya, komunitas lokal, serta masyarakat luas.
3) Komitmen bisnis untuk turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal, serta masyarakat luas
dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup bersama.
b. Fungsi CSR
1) Izin Sosial untuk Beroperasi
2) CSR Dapat Memperkecil Resiko Bisnis Perusahaan
3) CSR Dapat Melebarkan Akses Sumber Daya
4) CSR Memudahkan Akses Menuju Market
5) CSR Bisa Memperkecil Biaya Pengeluaran
6) CSR Dapat Memperbaiki Hubungan dengan Stakeholder
7) CSR Bisa Memperbaiki Hubungan dengan Regulator
8) CSR Meningkatkan Semangat dan Produktivitas Karyawan
9) CSR Memperbesar Peluang Mendapatkan Penghargaan
c. Manfaat CSR (Corporate Sosial Responbility)
Ada beberapa manfaat jika sebuah perusahaan memiliki program CSR. Berikut ini adalah ulasan lebih
lengkapnya
1) Manfaat CSR untuk Perusahaan :
- Meningkat citra perusahaan di mata masyarakat.
- Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
- Membedakan perusahaan tersebut dengan para kompetitornya.
- Memperkuat brand merk perusahaan di mata masyarakat.
- Memberikan inovasi bagi perusahaan tersebut.
7. 2) Manfaat CSR untuk Masyarakat
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan meningkatkan kelestarian lingkungan hidup
sekitar.
- Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
- Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
- Adanya pembangunan fasilitas masyarakat yang sifatnya sosial dan berguna untuk masyarakat
banyak khususnya untuk masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut.
3. RISK MANAGEMENT
a. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian
yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko,
mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain,
terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang
berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat
berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik.
Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi
entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).
Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi menjadi :
- Risiko Operasional
- Risiko Hazard
- Risiko Finansial
- Risiko Strategik
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko Terintegrasi Korporasi
(Enterprise Risk Management). Manajemen Risiko dimulai dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko,
mitigasi,monitoring dan evaluasi.
b. Tujuan Manajemen Risiko
Secara umum ada enam tujuan manajemen risiko dalam perusahaan atau badan usaha, diantaranya
adalah :
8. 1) Melindungi Perusahaan
Memberikan perlindungan terhadap perusahaan dari tingkat risiko signifikan yang bisa menghambat
proses pencapaian tujuan perusahaan.
2) Membantu Pembuatan Kerangka Kerja
Membantu dalam proses pembuatan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas ririko
yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi di dalam sebuah perusahaan.
3) Mendorong Manajemen Agar Proaktif
Mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam mengurangi potensi risiko, dan menjadikan
manajemen risiko sebagai sumber keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan.
4) Sebagai Peringatan untuk Berhati-Hati
Mendorong semua individu dalam perusahaan agar bertindak hati-hati dalam menghadapi risiko
perusahaan demi tercapainya tujuan yang diinginkan bersama.
5) Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyediakan informasi tingkat risiko yang
disebutkan dalam peta risiko/ risk map. Hal ini juga berguna dalam pengembangan strategi dan
perbaikan proses manajemen risiko secara berkesinambungan.
6) Sosialisasi Manajemen Risiko
Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk mensosialisasikan pemahaman
tentang risiko dan pentingnya manajemen risiko.
c. Jenis-Jenis Manajemen Risiko dalam Perusahaan
Seiring dengan perkembangannya, Manajemen Risiko terbagi dalam beberapa hal; Resiko Operasional,
Resiko Hazard, Resiko Finansial, Resiko Strategik.
1) Manajemen Risiko Operasional
Manajemen ini berkaitan dengan resiko yang timbul akibat gagal fungsi proses internal, misalnya
karena human error, kegagagalan sistem, faktor luar seperti bencana dsb. Dalam menejemen resiko
operasional, ada empat faktor penyebab resiko antara lain manusia, proses, sistem dan kejadian
eksternal.Dengan memahami manajemen risiko ini, perusahaan bisa mengambil langkah preventif
atau bahkan sanksi supaya kapasitas produksi dan layanan terjaga semisal ada hal yang tidak
diinginkan terjadi.
2) Manajemen Hazard
Manajemen hazard berkaitan dengan kondisi potensial yang mengakibatkan kebangkrutan dan
kerusakan. Ketika kita membahas hazard, tentu kita juga membahas peril. Resiko perilaku yaitu
peristiwa yang bisa menimbulkan kerugian bisnis. Dalam hal ini ada tiga macam hazard yang harus
diketahui, antara lain legal hazard, physical hazard dan moral hazard.
3) Manajemen Resiko Finansial
9. Manajemen resiko finansial yaitu upaya pengawasan resiko dan perlindungan hak milik, keuntungan,
harta dan aset sebuah badan usaha. Pada prakteknya, proses pengelolaan resiko ini meliputi
identifikasi, evaluasi dan melakukan pengendalian resiko bila ditemukan hal yang mengancam
keberlangsungan organisasi. Manajemen resiko finansial ini sangat penting karena ini merupakan
salah satu sumber daya perusahaan. Karena itu seorang akuntan harus benar-benar
mempertimbangkan berbagai resiko lainnya yang berhubungan dengan keuangan, seperti : Resiko
likuiditas, Diskontinuitas pasar, Resiko kredit, Resiko regulasi, Resiko pajak, resiko akuntansi.
Menejemen resiko finansial juga tidak lepas dari perubahan kurs mata uang yang erat kaitannya
dengan perubahan inflasi, neraca perdagangan, kapasitas utang, suku bunga dsb.
Contoh Implementasi :
ETIKA BISNIS PADA PT. UNILEVER INDONESIA
1) Standar Perilaku
Dalam melaksanakan semua kegiatan, kami melakukannya dengan penuh kejujuran,integritas,
keterbukaan serta menghormati hak azasi manusia, menjaga kepentingan parakaryawan kami dan
menghormati kepentingan sah dari para relasi kami.
2) MematuhiHukum
Seluruh perusahaan Unilever dan para karyawannya berkewajiban mematuhi ketentuanhukum dan
peraturan masing-masing negara di tempat mereka melaksanakan usahanya.
3) Karyawan
Unilever memiliki komitmen pada keanekaragaman dalam lingkungan kerja yangdiwarnai oleh sikap saling
percaya dan saling menghormati dimana semua memilikirasa tanggung jawab atas kinerja dan reputasi
Perseroan. Kami merekrut,mempekerjakan, dan mengembangkan para karyawan hanya atas dasar kualifikasi
dankemampuan yang dibutuhkan bagi pekerjaan yang harus dilakukan. Kami memilikikomitmen untuk
menyediakan kondisi kerja yang aman dan sehat. Kami tidak akanmenggunakan sarana kerja apapun yang
bersifat memaksa atau mempekerjakan anak.Kami bertekad bekerjasama dengan karyawan demi
mengembangkan dan memperkuatketrampilan dan kemampuan setiap individu. Kami menghargai martabat
dan hakindividu untuk kebebasan berserikat dalam satu asosiasi. Kami akan memeliharaterjalinnya
komunikasi yang baik dengan para karyawan melalui informasi dari perusahaan dan proses konsultasi.
4) Pemegang Saham
Unilever melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip tata
kelola perusahaan yang baik dan bertaraf internasional. Kami menyediakan informasi atas kegiatan kami,
struktur dan situasi serta kinerja finansial kepada pemegang saham pada waktunya secara teratur dan benar.
5) Mitra Usaha
10. Unilever memiliki komitmen tinggi dalam menjalin hubungan yang saling bermanfaat dengan
para pemasok, pelanggan, dan mitra usaha. Dalam jalinan bisnis,kami mengharapkan para mitra kami untuk
mematuhi prinsip bisnis yang selaras dengan prinsip bisnis kami.
6) KeterlibatanPadaMasyarakat
Unilever berupaya menjadi perusahaan yang dapat diandalkan, dan sebagai bagianintegral dari
masyarakat serta memenuhi kewajiban terhadap masyarakat dan komunitassetempat.
7) Kegiatan Utama
Perusahaan Unilever diharapkan untuk menggerakkan dan mempertahankankepentingan bisnisnya yang
sah. Unilever akan bekerjasama dengan instansi pemerintahdan organisasi lainnya, baik secara langsung
maupun melalui asosiasi-asosiasi dalamrangka mengembangkan legislasi dan peraturan lainnya yang
mungkin memengaruhikepentingan bisnis. Unilever tidak mendukung partai politik atau pun
memberisumbangan yang dapat membiayai kelompok-kelompok tertentu yang kegiatannyadiperkirakan
akan mendukung kepentingan partai.
8) Lingkungan
Unilever memiliki komitmen untuk terus menerus mengadakan perbaikan
dalam pengelolaan dampak lingkungan dan mendukung sasaran jangka panjang untukmengembangkan
suatu bisnis yang berkelanjutan. Unilever akan bekerjasama dalamkemitraan dengan pihak lain untuk
menggalakkan kepedulian lingkungan,meningkatkan pemahaman akan masalah lingkungan dan menyebar-
luaskan budayakarya yang baik.
9) Inovasi
Dalam upaya melaksanakan inovasi ilmiah demi memenuhi kebutuhan konsumen,kami akan senantiasa
merujuk pada keinginan konsumen dan masyarakat. Kami
akan bekerja atas dasar keilmuan yang tepat, dan menerapkan standar keamanan produksecara ketat.
10) Persaingan
Unilever percaya akan persaingan ketat namun sehat dan mendukung pengembangan perundang-
undangan tentang prinsip persaingan yang wajar.Perusahaan Unilever beserta seluruh karyawannya akan
melakukan kegiatan atas dasar prinsip persaingan yang sehat dan mengikuti semua peraturan yang berlaku.
11) Integritas Bisnis
Unilever tidak menerima ataupun memberi, baik secara langsung maupun tidaklangsung, suapan atau
keuntungan lainnya yang tidak pantas demi keuntungan bisnisatau finansial. Tidak satupun karyawan kami
yang boleh menawarkan, memberi ataumenerima hadiah atau pembayaran yang merupakan, atau dapat
diartikan sebagai saranasuap. Setiap tuntutan, atau penawaran suap harus ditolak langsung dan
dilaporkankepada manajemen. Catatan akuntansi Unilever berikut dokumen pendukungnya harussecara
tepat menjelaskan dan mencerminkan kondisi transaksinya. Tidak ada transaksidana atau aset yang
disembunyikan atau tidak dicatat. Semuanya akan dicatat sertadibukukan.
12) Benturan Kepentingan
11. Seluruh karyawan Unilever diharapkan menghindarkan diri dari kegiatan pribadidan kepentingan finansial
yang dapat menyebabkan benturan kepentingan dengantanggung jawab mereka terhadap Perseroan.
Seluruh karyawan Unilever tidakdibenarkan mencari keuntungan pribadi atau bagi orang lain melalui
penyalahgunaankedudukan mereka.
13) Kepatuhan, pemantauan dan pelaporan
Kepatuhan terhadap CoBP merupakan syarat utama bagi keberhasilan dankeberlanjutan bisnis kami.
Direksi Unilever bertanggung jawab agar prinsip-prinsiptersebut dikomunikasikan, dipahami dan dipatuhi
oleh seluruh karyawan dapatmelaporkan secara rahasia dan tidak akan dirugikan akibat pelaporan tersebut.
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE (CSR) PADA PT. UNILEVER INDONESIA
Tak sedikit perusahaan, pabrik, dan industry yang ada di Indonesia yang telah menerapkan csr, salah
satunya perusahaan yang menerapkan CSR adalah PT Uniliver Indonesia. PT.Unilever Indonesia telah banyak
melakukan beberapa program CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai bentuk tanggung jawab yang
tinggi terhadap masyarakat, secara berkelanjutan tidak hanya program korporasi tetapi juga pada brand yang
merupakan produk rumah tangga. Sukses Unilever tidak dapat diraih tanpa kepercayaan masyarakat.
Program CSR yang sudah dilakukan PT.Unilever diantaranya adalah
a. Kampanye cuci tangan dengan sabun (Lifeboy)
b. Program edukasi kesehatan gigi dan mulut (Pepsodent)
c. Program pelestarian makanan tradisional (Bango) dan masih banyak lagi.
Sementara dalam bidang korporasi, di bawah payung Yayasan Unilever Indonesia, telah menjalankan
tanggung jawab perusahaannya dalam bidang : Program pemberdayaan masyarakat / UKM (Program
Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam), program edukasi kesehatan masyarakat (Pola Hidup Bersih dan Sehat
/ PHBS).
Pada tanggal 31 Maret 2008, PT. Unilever Indonesia melalui Yayasan Unilever Indonesia bersama mitra
stratergisnya diantaranya Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta (BPLHD) kembali melanjutkan
program Jakarta Green and Clean (JGC) di tahun 2008 ini sebagai salah satu bentuk kegiatan CSR. Gerakan
Jakarta Green and cleen (JGC) ini salah satunya adalah mengelola sampah menjadi komoditi yang lebih
produktif, misalnya sampah basah yang dahulu tidak berguna dapat diolah menjadi kompos yang dapat
digunakan sendiri atau dapat dijual, sampah kering dapat diolah menjadi barang kerajinan. Melalui program
ini dapat menginspirasi pihak lain untuk mengelola sampah dengan baik, tidak hanya terkait dengan aspek
lingkungan saja tetapi dapat mengangkat ekonomi masyarakat kecil.
JGC mengelola isu yang sangat strategis, salah satu yang penting sebagai sasaran JGC adalah membangun
resourches dan memberdayakannya, mulai dari pemberdayaan individu volunteers sebagai fasilitator,
pemberdayaan komunitas, sampai pemberdayaan seluruh stake holders. JGC dapat dijadikan model yang
siap untuk direplika sebagai ikon baru pemberdayaan lingkungan hidup yang berbasis volunteer dan
komunitas. JGC bisa menjadi sumber inspirasi dan solusi tuntas pemberdayaan bangsa. Sebab bangsa dengan
lingkungan hidup yang rusak berarti kehancuran bangsa itu sendiri.
12. Program JGC ini merupakan bentuk keseriusan dan kepedulian sektor swasta terhadap masalah
lingkungan khususnya masalah persampahan, penghijauan dan resapan di Jakarta. Diharapkan melalui
program JGC ini, kepada masyarakat dapat meningkatkan kepedulian untuk pengelolaaan lingkungan,
menggali potensi kreatifitas masyarakat dan meberdayakan secara poxisisitf, meningkatkan pendapatan
msayarakat dari mengumpulkan sampah dan mendaur ulang sampah, memperkuat kedekatan antar warga
di masyarakat, memunculkan tokoh masyakarat yang peduli sebagai inspirasi warga lainnya.
Melalui berbagai Program CSR yang telah dilakukan oleh PT. Unilever Indonesia menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut sangat memperhatikan dan sangat perduli terhadap kesehatan serta kebersihan
masyarakat Indonesia. Terbukti dengan suksesnya program JGC yang telah dibuat sejak tahun 2008 hingga
kini program tersebut sangat membantu masyarakat dalam mengelola lingkungan sehat dan bersih. Tak
hanya penangulangan sampah dengan diadakannya program tersebut terciptanya tali silaturrahmi antar
warga serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Diharapkan program ini bisa terus berlanjut bahkan lebih
baik lagi. Sehingga kepercayaan masyarakat terhadap PT Unilever semakin tinggi.
TATA KELOLA MANAJEMEN RISIKO PADA PT. UNILEVER INDONESIA
a. Tipe, Penjelasan, dan Mitigasi Risiko pada PT. Unilever Indonesia
No Tipe Risiko Penjelasan Mitigasi Risiko
1 Keuangan Perubahan nilai mata uang dapat
berfluktuasi secara tajam dan
berdampak secara signifikan pada
kinerja bisnis. Nilai tukar yang tidak
stabil juga dapat mengakibatkan naik
turunnya harga bahan baku yang
dibutuhkan untuk memproduksi
produk-produk PT. Unilever Indonesia.
PT. Unilever Indonesia mengelola
paparan terhadap mata uang dalam
batas yang ditentukan dan dengan
menggunakan kontrak valuta
berjangka. Selain kontrak tersebut, PT.
Unilever Indonesia juga melakukan
lindung nilai beberapa paparan PT.
Unilever Indonesia melalui penggunaan
pinjaman mata uang asing atau kontrak
berjangka.
2 Pilihan brand Selera dan perilaku konsumen
senantiasa berubah. PT. Unilever
Indonesia harus mampu
mengantisipasi dan menyikapi
perubahan ini dengan terus membuat
brand dan produk PT. Unilever
Indonesia unik dan berbeda dengan
yang lain. PT. Unilever Indonesia
mengandalkan kemampuan PT.
Unilever Indonesia dalam
menciptakan produk-produk inovatif
yang memenuhi kebutuhan konsumen
PT. Unilever Indonesia.
PT. Unilever Indonesia terus memantau
tren pasar eksternal dan
mengumpulkan masukan dari para
konsumen, pelanggan dan pembelanja
PT. Unilever Indonesia untuk
mengembangkan kategori dan strategi
brand yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Divisi Riset dan
Pengembangan PT. Unilever Indonesia
secara aktif mencari cara untuk
menerjemahkan preferensi dan selera
konsumen menjadi teknologi baru
untuk menciptakan produk-produk PT.
Unilever Indonesia di masa mendatang.
13. 3 Ekonomi
Eksternal
Kondisi ekonomi yang terus berubah
dapat mengakibatkan menurunnya
permintaan konsumen untuk produk
PT. Unilever Indonesia, yang dapat
mempengaruhi satu negara natau
lebih didalam satu kawasan, atau
bahkan secara global. Langkah
pemerintah, seperti stimulus fiskal,
perubahan perpajakan, dan kontrol
harga dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan profitabilitas
operasi lokal PT. Unilever Indonesia.
Beragamnya portofolio Unilever dan
model bisnis yang fleksibel membantu
PT. Unilever Indonesia untuk
menyesuaikan portofolio dan cepat
merespon dengan menciptakan inovasi
baru untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dan pelanggan yang
berubah saat ekonomi melemah.
4 Aspek hukum
dan
peraturan
Unilever patuh terhadap hukum dan
peraturan lokal, regional, dan global
yang berlaku di berbagai bidang
seperti keamanan produk, klaim
produk, merek dagang, hak cipta,
paten, persaingan, kesehatan dan
keselamatan kerja, lingkungan, tata
kelola perusahaan, keterbukaan
informasi, ketenagakerjaan, serta
pajak. Tidak mematuhi peraturan yang
berlaku dapat mengakibatkan adanya
tuntutan perdata dan / atau pidana
yang menyebabkan kerusakan, denda
dan sanksi. Hal ini dapat
mempengaruhi reputasi Perseroan,
dan membebani biaya PT. Unilever
Indonesia dalam berbisnis
Unilever berkomitmen untuk
mematuhi undang-undang dan
peraturan yang berlaku di Indonesia.
Pada area-area khusus, tim yang
relevan di tingkat global, regional atau
lokal bertanggung jawab untuk
menetapkan standar terperinci dan
memastikan bahwa semua karyawan
memahami dan mematuhi peraturan
dan undang-undang yang spesifik dan
relevan dengan peran mereka. Tenaga
spesialis PT. Unilever Indonesia di
bidang hukum dan regulasi sangat
terlibat dalam memantau dan
meninjau praktek PT. Unilever
Indonesia untuk memberikan jaminan
yang memadai bahwa PT. Unilever
Indonesia tetap memahami dan sejalan
dengan seluruh peraturan dan
kewajiban hukum terkait.
5 Hubungan
Industri
Dengan peraturan ketenagakerjaan
yang terus berubah-ubah,, PT.
Unilever Indonesia wajib menjalin
hubungan yang baik dengan para
karyawan dan serikat pekerja PT.
Unilever Indonesia. Gangguan
terhadap hubungan industrial dapat
mempengaruhi kegiatan operasional,
biaya, dan reputasi PT. Unilever
Indonesia.
Untuk mengurangi risiko ini, PT.
Unilever Indonesia senantiasa
memantau perubahan peraturan
ketenagakerjaan dan menjalin
komunikasi yang baik dengan serikat
pekerja PT. Unilever Indonesia. PT.
Unilever Indonesia melakukan diskusi
secara rutin untuk lebih memahami
setiap kepentingan dan menjaga
keharmonisan diantara para pemangku
kepentingan industri PT. Unilever
Indonesia.
6 Karyawan
dan Talenta
Penting bagi PT. Unilever Indonesia
untuk dapat menarik,
mengembangkan, dan
mempertahankan orang-orang yang
berkualitas dalam jumlah yang tepat
untuk dapat bersaing dan berkembang
PT. Unilever Indonesia telah
membentuk dan menerapkan komite
sumber daya manusia di seluruh lini
bisnis PT. Unilever Indonesia. Komite ini
memiliki tanggung jawab untuk
mengidentifikasi jenis-jenis
14. secara efektif. Di negara berkembang,
bisa ada persaingan yang ketat untuk
mendapatkan talenta-talenta
berbakat yang jumlahnya terbatas.
Lepasnya talenta pada posisi
manajemen atau posisi inti lainnya,
atau ketidakmampuan untuk
mengidentifikasi, menarik atau
mempertahankan karyawan yang
berkualitas, akan mempersulit
pengelolaan bisnis dan mempengaruhi
operasi dan hasil keuangan.
keterampilan dan kemampuan yang
diperlukan di masa mendatang,
mengembangkan jalur karir dan
mengidentifikasi talenta utama dan
pemimpin di masa depan. PT. Unilever
Indonesia memiliki proses
pengembangan manajemen terpadu
yang meliputi penilaian kinerja rutin
yang ditopang oleh seperangkat
perilaku kepemimpinan, keterampilan
dan kompetensi. Selain itu, PT. Unilever
Indonesia juga telah menerapkan
program yang ditargetkan untuk
menarik dan mempertahankan talenta
terbaik dan PT. Unilever Indonesia
secara aktif memantau kinerja dalam
mempertahankan talenta dalam
Unilever.
7 Sistem dan
Informasi
Karena PT. Unilever Indonesia
berinteraksi secara elektronik dengan
para pelanggan, pemasok, dan
Konsumen, PT. Unilever Indonesia
sangat membutuhkan sistem dan
inftrastruktur TI yang aman dan dapat
diandalkan. Gangguan dalam sistem TI
PT. Unilever Indonesia dapat
menghambat operasi bisnis di
berbagai area, termasuk menghambat
penjualan, produksi, dan siklus arus
kas PT. Unilever Indonesia.
Pembatasan akses ke informasi
rahasia serta pemisahan tugas juga
berada dalam prioritas tertinggi PT.
Unilever Indonesia.
PT. Unilever Indonesia menggunakan
sistem global untuk mengontrol dan
melaporkan akses ke sistem TI PT.
Unilever Indonesia yang vital. Hal ini
didukung oleh program pengujian
kontrol akses yang dilaksanakan setiap
tahun. PT. Unilever Indonesia memiliki
kebijakan yang meliputi perlindungan
untuk bisnis maupun informasi pribadi,
serta kebijakan penggunaan sistem TI
dan aplikasi oleh karyawan PT. Unilever
Indonesia, di mana mereka telah
terlatih untuk memahami berbagai
kebijakan tersebut. PT. Unilever
Indonesia telah menstandarisasi cara
pemuatan informasi di situs publik PT.
Unilever Indonesia dan memiliki sistem
untuk memantau kepatuhan terhadap
kebijakan PT. Unilever Indonesia
sendiri dan hukum serta peraturan
mengenai privasi yang berlaku.
8 Produk yang
Aman dan
Berkualitas
Tinggi
Pada proses manufaktur Unilever
Indonesia , juga ada risiko bahan baku
terkontaminasi secara sengaja
maupun tidak sengaja ; atau cacat
produk lainnya. Risiko ini dapat
disebabkan oleh kesalahan manusia,
kegagalan peralatan atau faktor
lainnya.
PT. Unilever Indonesia memiliki proses
dan kontrol kualitas produk yang
komprehensif, dari hulu sampai hilir,
mulai dari produk dirancang sampai
produk tersebut ada di rak toko. PT.
Unilever Indonesia memverifikasi
proses dan kontrol tersebut setiap
tahun, dan secara teratur memantau
melalui indikator kinerja yang
mendorong kegiatan perbaikan terus-
menerus. Pemasok utama PT. Unilever
Indonesia telah bersertifikat secara
15. eksternal dan PT. Unilever Indonesia
memantau kualitas bahan yang
diterima secara teratur untuk
memastikan bahwa PT. Unilever
Indonesia memenuhi standar kualitas
tinggi yang diperlukan oleh produk PT.
Unilever Indonesia. Jika terjadi insiden
yang berkaitan dengan keselamatan
konsumen atau kualitas produk, PT.
Unilever Indonesia mengaktifkan tim
manajemen insiden di bawah arahan
mereka yang berkompeten dalam hal
kualitas produk, sains dan komunikasi ,
untuk memastikan PT. Unilever
Indonesia melakukan tindakan yang
tepat dan efektif.
9 Supply Chain
(Safety)
Pembelian bahan baku, pabrik yang
efisien, dan pendistribusian produk
dengan segera kepada para pelanggan
adalah elemen penting dalam bisnis
PT. Unilever Indonesia. Rantai pasokan
PT. Unilever Indonesia terpapar
dengan berbagai risiko lingkungan
yang berpotensi merugikan,
kecelakaan industri, dan gangguan
fisik lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuan PT.
Unilever Indonesia untuk
mengirimkan produk kepada
pelanggan PT. Unilever Indonesia.
PT. Unilever Indonesia merancang
rencana mitigasi yang memungkinkan
PT. Unilever Indonesia dapat
mengamankan alternatif pasokan dari
bahan utama PT. Unilever Indonesia
dan menggunakan bahan pengganti
dalam formulasi dan resep produk PT.
Unilever Indonesia. Rencana tersebut
juga memastikan bahwa PT. Unilever
Indonesia memiliki fleksibilitas untuk
mengalihkan atau berbagi produksi
antar pabrik. PT. Unilever Indonesia
memiliki kebijakan dan prosedur untuk
memastikan kesehatan dan
keselamatan karyawan dan produk PT.
Unilever Indonesia. Kebijakan dan
prosedur tersebut juga mencakup
rencana keberlangsungan bisnis dan
pemulihan dari bencana jikalau
Perseroan harus menghadapi insiden
besar.
10 Manajemen
Portofolio
Pertumbuhan dan profitabilitas yang
berkesinambungan dari bisnis PT.
Unilever Indonesia bergantung pada
kekuatan dan pengembangan
kategori, area penjualan, dan
portofolio saluran penjualan PT.
Unilever Indonesia secara terus
menerus. Jika PT. Unilever Indonesia
tidak terus membuat investasi
strategis yang seha, PT. Unilever
Indonesia dapat kehilangan peluang
untuk pertumbuhan margin lebih
lanjut.
Strategi dan rencana bisnis Unilever
Indonesia dirancang untuk memastikan
bahwa sumber daya PT. Unilever
Indonesia berfokus pada hal-hal yang
berdampak optimal, seperti contohnya
pada kategori dan pasar yang memiliki
potensi jangka panjang terbesar untuk
bisnis PT. Unilever Indonesia. Aktifitas
akuisisi ditentukan oleh strategi
pengembangan portofolio PT. Unilever
Indonesia dan akan dievaluasi melalui
proses yang jelas dan telah ditentukan
sebelumnya.
16. 11 Hubungan
dengan
pelanggan
Pertumbuhan bisnis PT. Unilever
Indonesia secara berkesinambungan,
bergantung pada keberhasilan PT.
Unilever Indonesia membangun
hubungan yang erat dengan
pelanggan PT. Unilever Indonesia.
Untuk memastikan bahwa brand PT.
Unilever Indonesia tersedia setiap saat
dan tampil secara menarik di mata
pelanggan, PT. Unilever Indonesia
perlu mempertahankan hubungan
baik dengan para pelanggan setia dan
membangun hubungan baru dengan
pelanggan yang terkait dengan
perubahan kebiasaan berbelanja
konsumen. Kualitas hubungan yang
baik dengan para pelanggan, juga
menentukan kemampuan PT. Unilever
Indonesia dalam mengamankan harga
dan membuat perjanjian kerjasama
yang menguntungkan. Kegagalan
untuk mempertahankan hubungan
yang erat dengan pelanggan dapat
berdampak negatif terhadap
perjanjian kerjasama PT. Unilever
Indonesia dengan pelanggan yang
bersangkutan, sehingga dapat
mengurangi ketersediaan produk
terhadap konsumen.
PT. Unilever Indonesia
mengembangkan dan
mempertahankan hubungan bisnis di
berbagai saluran penjualan, mulai dari
pengecer multinasional besar hingga
pedagang kecil berbasis keluarga yang
PT. Unilever Indonesia jangkau melalui
distributor. PT. Unilever
Indonesiamemantau perubahan
kebiasaan konsumen dan membina
hubungan dengan pelanggan baru yang
tepat, seperti dengan saluran e-
commerce. PT. Unilever Indonesia
bekerja sama dengan para pelanggan
utama PT. Unilever Indonesia untuk
mengembangkan rencana bisnis
bersama yang mencakup rincian
rencana investasi serta tujuan dari
pelayanan pelanggan PT. Unilever
Indonesia. PT. Unilever Indonesia pun
memantau pelaksanaan kerjasama ini
secara teratur. PT. Unilever Indonesia
mengembangkan berbagai inisiatif
baru untuk mendukung perbaikan
dalam kerjasama dan memperkuat
hubungan dengan pelanggan. Inisiatif-
inisiatif tersebut berasal dari
kemampuan PT. Unilever Indonesia
dalam merancang outlet penjualan,
program penjualan kepada pelanggan
dan lain sebgainya. PT. Unilever
Indonesia berinvestasi secara strategis
untuk menggunakan teknologi yang
akan membuat proses pemesanan dan
pengelolaan stok menjadi lebih efektif
dan efisien bagi para pelanggan PT.
Unilever Indonesia.
b. Langkah-langkah utama PT. Unilever Indonesia dalam mengelola risiko
1) Mengidentifikasi/ Menetapkan risiko utama yang dihadapi bisnis
2) Menetapkan control utama yang harus beroperasi untuk memastikan bahwa risiko bisnis yang utama
dapat dikelola secara efektif, sehingga Perseroan memiliki kesempatan terbaik untuk mencapai
tujuan dan mempertahankan reputasinya
3) Mengidentifikasi tim/ individu yang bertanggungjawab untuk memastikan control utama beroperasi
seperti yang diperlukan
4) Menyediakan sarana yang dapat mencerminkan Risiko Bisnis Utama dan Kontrol Utama dan menilai
apakah mereka tetap relevan, efektif, dan efisien.
17. c. Evaluasi Efektifitas Sistem Manajemen Risiko
1) Manajemen risiko yang efektif merupakan hal mendasar untuk pengelolaan bisnis yang baik, dan
keberhasilan Unilever Indonesia sebagai organisasi bergantung pada kemampuan untuk
mengidentifikasi dan mengeksploitasi berbagai risiko utama dan peluang untuk bisnis kami. Unilever
mengelola risiko dan peluang tersebut dengan cara yang dipertimbangkan matang-matang,
terstruktur, terkontrol dan efektif. Pendekatan manajemen risiko kami tertanam dalam kegiatan
usaha sehari-hari.
2) PT. Unilever Indonesia telah menempatkan jaminan internal dan pemantauan kepatuhan untuk
meninjau pengaturan risiko strategi kami. Jaminan internal yang independen (audit internal dan
audit perusahaan) dan jaminan eksternal memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa risiko
operasional dan risiko pelaksanaan bisnis benar-benar diperhatikan dan dikelola.
3) Di 2015, matriks risiko bisnis Perseroan telah ditinjau dan dibahas dengan Direksi. PT. Unilever
Indonesia tidak mencatat adanya perubahan signifikan dalam lingkungan risiko yang baru dan Direksi
yang bersangkutan telah ditugaskan untuk mengelola risiko di dalam area mereka masing-masing.
Referensi :
1. Hapzi Ali, 2018. Modul Manajemen Strategic, UMB Jakarta.
2. Alma,Buchari dan Donni Juni Priansa,S.Pd.2009. Manajemen Bisnis Syariah.Bandung: Alfabeta.
3. Nilasari,Irma dan Sri Wiludjeng.2006.Pengantar Bisnis.Yogyakarta:Graha Ilmu.
4. Sukirno,Sadono.2004.Pengantar Bisnis.Jakarta:Prenada Media.
5. https://www.scribd.com/document/361826483/BE-GG-Eko-Budi-Sudrajat-Hapzi-Ali-Etika-Bisnis-PT-
Unilever-Indonesia-Universitas-Mercubuana-2017, Diakses pada tanggal 27 Mei 2019, pukul 16.04 WIB.
6. https://www.unilever.co.id, Diakses pada tanggal 27 Mei 2019, pukul 16.34 WIB.