SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
TUGAS MATA KULIAH
PENGEMBANGAN LOKAL
(PPW605)
Dosen Pengampu
Dr.-Ing. Prihadi Nugroho, ST, MT, MPP.
RINGKASAN PAPER
KEUNGGULAN PEMANGKU KEPENTINGAN? MEMBINGKAI EVOLUSI DAN KOMPLEKSITAS PERSPEKTIF
PEMANGKU KEPENTINGAN PERUSAHAAN DAN ORGANISASI
Oleh : Jan Joker dan David Foster
Disusun oleh:
BRAMANTIYO MARJUKI
21040116410036
MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
1
I. Pendahuluan
Perkembangan dunia usaha dan kapitalisme dewasa ini membuat perusahaan atau kelompok usaha
tidak hanya memikirkan keuntungan dan kepentingan bisnis dari perusahaan semata, tetapi juga bagaimana
melibatkan dan memberdayakan pemangku kepentingan perusahaan, guna mewujudkan keuntungan dan
keberlanjutan bisnis yang lebih luas. Sebelum teori – teori analisis pemangku kepentingan (stakeholders
theory) muncul, dunia usaha telah menyadari perlunya pembedaan antara pelaksana (manager) perusahaan
dan pemilik perusahaan (shareholder) guna mencegah konflik kepentingan di dalam perusahaan. Munculnya
kesadaran ini merupakan titik awal dari pemikiran shareholders theory dalam ekonomi kapitalime (Brandt
dan Georgiou, 2016).
Dalam perkembangan lebih lanjut, kepentingan perusahaan dan pemilik saham semata tidak dapat
menjamin kinerja perusahaan selalu optimal. Konsumen, mitra kerja, pemerintah, dan pemangku
kepentingan lainnya mempunyai pengaruh dan dapat dipengaruhi oleh capaian-capaian perusahaan, oleh
karena itu berkembang pendekatan dan teori pemangku kepentingan (stakeholders theory) yang mengkaji
pengaruh dari berbagai pemangku kepentingan dalam keberlangsungan kinerja perusahaan (Brandt dan
Georgiou, 2016).
Melihat pentingnya potensi dan kemanfaatan dari model pemangku kepentingan, Jonker dan Foster
(2002) melakukan kajian mengenai potensi dan urgensi pemanfaatan model tersebut melalui klarifikasi
prinsip teoritis dari model tersebut, sebagaidasardari implementasi praktis ke depannya. Hasildari rumusan
Jonker dan Foster (2002) akan dirangkum dalam tulisan ini.
II. Asal – usul dan Asumsi Di Belakang Model PemangkuKepentingan
Awal mula munculnya mode pemangku kepentingan (stakeholder model) berasal dari pemikiran
Freeman (1984) dalamJonker dan Foster (2002) yang mengusulkan model tersebut sebagaipenggantimodel
manajerial, karena dianggap tidak cukup untuk memahami kondisi eksternal perusahaan yang seringkali
berubah, sementara kondisi eksternal ini penting untuk keberlangsungan perusahaan. Kondisi eksternal ini
oleh Freeman disebut sebagai pemangku kepentingan (stakeholder) yang didefinisikan sebagai setiap
kelompok yang bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh capaian-capaian perusahaan.
Model pemangku kepentingan berkembang seiring perkembangan jaman, namun asumsi dasarnya
masih tetap sama, yaitu bahwa organisasi harus berinteraksi dengan lingkungannya. Berbagai kelompok
kepentingan ada di dalam lingkungan dan berpengaruh terhadap tingkah laku dan efektivitas organisasi.
Walaupun kelompok kepentingan ini dapat diklasifikasikan dalamberbagai cara, namun mereka mempunyai
2
kemauan dan kompetensi yang sama untuk bertindak mempengaruhi organisasi. Oleh karena itu, organisasi
harus menyadari keberadaan kelompok kepentingan ini, dan mengembangkan strategi manajerial dalam
menghadapi kelompok kepentingan ini, guna memastikan organisasi dapat mencapai tujuan – tujuannya.
III. Komponen – komponen Hubungan Antar Pemangku Kepentingan
Hubungan organisasional dengan pemangku kepentingan dapat dipandang sebagai proses yang
tersusun oleh sejumlah komponen yang dapat teridentifikasi. Terdapat tiga tingkatan yang bisa digunakan
untuk menganalisis proses tersebut, yaitu:
1. Tingkatan Rasional
Pada tingkatan ini, dicoba untuk diklarifikasi siapa dan apa pemangku kepentingan itu. Pemangku
kepentingan dalam tingkatan ini didefinisikan sebagai entitas yang mempunyai kekuatan tertentu
untuk mempengaruhi organisasi. Contoh dari pemangku kepentingan yang dimaksud adalah pegawai
organisasi, pembeli, penyedia bahan baku, dan pemilik modal. Namun dalam perkembangannya,
pemangku kepentingan ini diperluas konsepnya ke arah lingkungan eksternal organisasi, baik secara
luas maupun sempit. Mitchell et al.(1997) membagi pemangku kepentingan berdasarkan tigaatribut,
yaitu kekuasaan, legitimasi, dan urgensi. Setiap pemangku kepentingan dapat mempunyai satu, dua
atau ketiga atribut sekaligus (disebut sebagai pemangku kepentingan definitif). Tingkatan rasional ini
dipertanyakan efektivitasnya karena terlalu berfokus pada arti penting pemangku kepentingan, dan
mengalihkan aktivitas manajerial dari lingkungan eksternal organisasi yang mereka hadapi.
2. Tingkatan Transaksional.
Pada tingkatan ini, hal yang paling penting untuk dilihat adalah karakter hubungan yang terbentuk
antara fokus organisasi dengan pemangku kepentingan. Hubungan ini pada dasarnya sangat
kompleks, bisa secara langsung atau tidak langsung. Hubungan tidak langsung misalnya pemangku
kepentingan mempengaruhi fokus organisasi melalui media publik. Bentuk pengaruhnya sendiri
dapat berupa pengaruh formal, ekonomi, maupun politik. Bentuk daya pengaruh yang kompleks ini
mengharuskan organisasi harus melakukan perlakuan (treatment) yang selayak mungkin melalui
pendekatan pemangku kepentingan (stakeholder approach).
3. Tingkatan Proses
Pada tingkatan ini, adanya hubungan dan pengaruh pemangku kepentingan terhadap organisasi
harus dipertimbangkan oleh manajer organisasi. Bentuk pertimbangan ini diwujudkan antara lain
dengan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan organisasi. Perlibatan dapat melalui
konsultasi, survei, pertemuan publik, maupun diskusi kelompok terfokus (FGD).
3
IV. Unsur – unsur yang Mempengaruhi Kemanfaatan Dari Hubungan Antar Pemangku
Kepentingan
Terkait dengan hubungan dan pengaruh pemangku kepentingan terhadap organisasi, terdapat
beberapa elemen yang berpengaruh terhadap hasil dan kemanfaatan hubungan tersebut. Elemen tersebut
meliputi:
1. Legitimasi
Legitimasi merupakan elemen yang problematis dalam hubungan antar pemangku kepentingan
dengan organisasi. Secara umum, pemangku kepentingan yang dianggap paling berwenang adalah
pemangku kepentingan yang paling berpengaruh bagi organisasi. Pihak yang paling berwenang ini
berbeda antara satu organisasi dan organisasi lainnya. Meskipun demikian, legitimasi juga seringkali
diabaikan, terutama apabila berkonfrontasi dengan legitimasi lain yang lebih besar.
2. Kekuasaan
Berbagai peneliti telah mengkaji bentuk – bentuk kekuasaan yang berpengaruh terhadap hubungan
pemangku kepentingan dan organisasi. Pertanyaan mendasarnya adalah, mengapa organisasi
melakukan respon terhadap tekanan dari pemangku kepentingan. Para ahli mengidentifikasi
beberapa jenis kekuasaan yang dapat menjelaskan hal tersebut. Kekuasaan tersebut antara lain
kekuasaan atas ketergantungan sumber daya, kekuasaan kelembagaan, kekuasaan sosial, kekuasaan
ekonomi, dan kekuasaan politik. Kekuasaan pemangku kepentingan ini dapat membuat organisasi
tunduk pada kekuasaan, membangkang, melakukan penyesuaian kegiatan, atau melakukan upaya
persuasi ke pemangku kepentingan agar organisasi bisa tetap berjalan.
3. Kekritisan
Inti dari aspek kekritisan adalah tidak semua isu dan permasalahan menjadi perhatian setiap
kelompok kepentingan pada setiap waktu. Sesuatu yang dianggap kritikal disini adalah sesuatu yang
dianggap signifikan, penting, serius, berdampak luas, atau bahkan dianggap sebagai momen yang
menentukan. Isu tertentu yang dalam kondisi normal dianggap biasa, pada waktu tertentu dapat
terangkat menjadi isu kritis bagi sebagian pemangku kepentingan.
4. Rasionalitas
Aspek rasionalitas utamanya terkait pada isu pokok antara pemangku kepentingan dan organisasi.
Satu hal mendasar dalam model pemangku kepentingan adalah pelibatan pihak luar seharusnya
membawa pada keputusan yang lebih baik atau rasional. Namun demikian, seringkali isu yang
menjadi perdebatan tidak dipahami dengan baik, atau diabaikan karena dianggap tidak rasional.
Sementara, rasionalitas disini tidak selalu harus berangkat dari dunia obyektifitas. Teori tindak
4
komunikatif menyebutkan bahwa tindak dapat berdasarkan pada kesepakatan bersama.
Kesepakatan bersama ini dapat menjadi dasar dalam dialog pemangku kepentingan atau dasar yang
mengikat pemangku kepentingan. Pemahaman mengenai kesepakatan bersama dapat menjadi dasar
dalam menganalisis karakter dan bentuk dari dialog pemangku kepentingan dan menyediakan
wawasan mengenai penyebab kesalahpahaman atau pertikaian diantara pemangku kepentingan.
V. Model untuk Menganalisis Keterikatan Antar Pemangku Kepentingan
Model konseptual dari teori hubungan pemangku kepentingan dapat disajikan pada Gambar 1 di
bawah ini. Kolom mendatar merupakan komponen yang terkait dengan hubungan antar pemangku
kepentingan, dan kolom menurun merupakan komponen terpenting yang terlibat dalam setiap tahap
pengikatan pemangku kepentingan.Model konseptual keterikatan antar pemangku kepentingan ini
walaupun nampak senderhana, tetapi dalam implementasinya cukup kompleks dan multidimensi, sehingga
harus dipandang dari berbagai sudut. Selain itu, komponen dan indikator dasar model mungkin belum
merepresentasikan seluruh kompleksitas, baik faktor eksternal organisasi maupun kepentingan para pihak,
oleh karena itu organisasi harus belajar bagaimana menangani isu, permasalahan dan pengaruh faktor
eksternal tersebut, baik melalui kekuasaan formal, ekonomi, politik maupun ideologis.
Gambar 1. Model Konseptual Keterikatan Antar Pemangku Kepentingan
Komponen Hubungan
Kepentingan
(Apa isu kuncidari hubungan?)
Pihak
(Siapa atau apa yang
terlibat?)
Proses
(Proses apa yang terlibat dalam
mengelola hubungan?)
Konektivitas
(apa bentuk koneksiantara organisasi
dan pemangku kebijakan?)
ElemenYangBerpengaruhTerhadapHubungan
Kekuasaan
Apakah karakter dari klaim
atau kepentingan berimplikasi
pada kekuasaan yang terlibat?
Apa jenis kekuasaan setiap
pihak yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan?
Apakah proses yang dilakukan
menghasilkan berbagai jenis
kekuasaan yang berbeda?
Apa efek dari jaringan konektivitas
terhadap penggunaan kekuasaan?
Apakah berpengaruh langsung atau
tidak langsung?
Kekritisan
Mengapa ketertarikan atau
kepentingan sangat bernilai?
Seperti apa karakteristik,
perilaku, atau kepercayaan
dari para pihak yang
membuatisu menjadi kritis?
Apakah proses yang dilakukan
cukup penting pada rutinitas
operasional dari para pihak?,
apakah ini penting untuk
pengambilan keputusan
Seberapa kritis atau penting setiap
pihak yang terlibat dalam jaringan?
Rasionalitas
Bagaimana ketertarikan atau
kepentingan diekspresikan
(kognitif, sosial, personal)?
Apa perspektifetimologis
dan ontologis para pihak,
dan bagaimana pengaruhnya
terhadap pandangan
mengenai isu yang dibahas?
Apakah proses dan prosedur
mempengaruhi kemungkinan
pencapaian kesepakatan dilihat
dari konseptualisasi rasionalitas
dalam arti luas dan dalam arti
pendek?
Apakah bentuk hubungan
memperkuatatau mengecilkandialog
dibandingkan klaim egosentris?
Sumber: Jonker dan Foster (2002).
5
DAFTAR PUSTAKA
Brandt, F. & Georgiou, K. (2016). Shareholders vs Stakeholders Capitalism. Comparative Corporate
Governance and Financial Regulation Paper 10. Diambil dari
http://scholarship.law.upenn.edu/fisch_2016/10.
Jonker, J.& Foster, D.(2002). Stakeholder Excellence?Framing the Evolution and Complexity of aStakeholder
Perspective of the Firm. Corporate Social Responsibility and Environmental Management, 9 , 187 –
195. doi:10.1002/csr.23.
Mitchell, R. K., Agle, B. R., & Wood, D. J. (1997). Toward a theory of stakeholder identification and salience:
defining the principle of who and what really counts?. Academy of Management Review, 22 (4), 853–
886. Diambil dari http://www.jstor.org/stable/259247.

More Related Content

What's hot

7 manajemen strategi ekma530902 m1
7 manajemen strategi ekma530902 m17 manajemen strategi ekma530902 m1
7 manajemen strategi ekma530902 m1wahyudhiyudhi
 
3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...
3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...
3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...petraaja
 
Working with groups
Working with groupsWorking with groups
Working with groupsShakaMutaqin
 
Konflik
KonflikKonflik
Konflikvika
 
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...AndreasFabianPramudi
 
2,sm,lusianasari,prof.dr.hapzi ali,cma,visimisilongtermobyectivecorporatecult...
2,sm,lusianasari,prof.dr.hapzi ali,cma,visimisilongtermobyectivecorporatecult...2,sm,lusianasari,prof.dr.hapzi ali,cma,visimisilongtermobyectivecorporatecult...
2,sm,lusianasari,prof.dr.hapzi ali,cma,visimisilongtermobyectivecorporatecult...ana_sari
 
Kepemimpinan sap 5
Kepemimpinan sap 5Kepemimpinan sap 5
Kepemimpinan sap 5Novi Ariani
 
Comparing Public and Private Organizations
Comparing Public and Private OrganizationsComparing Public and Private Organizations
Comparing Public and Private OrganizationsDadang Solihin
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan STISIPWIDURI
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan STISIPWIDURI
 
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...salamthoyfoer
 
Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, corporate governance rating, univer...
Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, corporate governance rating, univer...Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, corporate governance rating, univer...
Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, corporate governance rating, univer...Asep Muhamad Ferdiana
 
Tugas 13 working with groups sheryl esfandiany 4520210054
Tugas 13 working with groups sheryl esfandiany 4520210054Tugas 13 working with groups sheryl esfandiany 4520210054
Tugas 13 working with groups sheryl esfandiany 4520210054SherylEsfandianyPutr
 
146020300111009 sri apriyanti husain chapter 8
146020300111009 sri apriyanti husain chapter 8146020300111009 sri apriyanti husain chapter 8
146020300111009 sri apriyanti husain chapter 8Sri Apriyanti Husain
 

What's hot (20)

7 manajemen strategi ekma530902 m1
7 manajemen strategi ekma530902 m17 manajemen strategi ekma530902 m1
7 manajemen strategi ekma530902 m1
 
26 45-1-sm
26 45-1-sm26 45-1-sm
26 45-1-sm
 
3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...
3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...
3, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; envirome...
 
Working with groups
Working with groupsWorking with groups
Working with groups
 
6 dimensi dalam administrasi publik pdf
6 dimensi dalam administrasi publik pdf6 dimensi dalam administrasi publik pdf
6 dimensi dalam administrasi publik pdf
 
Konflik
KonflikKonflik
Konflik
 
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...
2, BE & GG, Andreas Fabian Pramuditya, Hapzi Ali, Corporate Governance Pa...
 
Dasar dasar manajemen
Dasar dasar manajemenDasar dasar manajemen
Dasar dasar manajemen
 
2,sm,lusianasari,prof.dr.hapzi ali,cma,visimisilongtermobyectivecorporatecult...
2,sm,lusianasari,prof.dr.hapzi ali,cma,visimisilongtermobyectivecorporatecult...2,sm,lusianasari,prof.dr.hapzi ali,cma,visimisilongtermobyectivecorporatecult...
2,sm,lusianasari,prof.dr.hapzi ali,cma,visimisilongtermobyectivecorporatecult...
 
5.agency theory
5.agency theory5.agency theory
5.agency theory
 
Kepemimpinan sap 5
Kepemimpinan sap 5Kepemimpinan sap 5
Kepemimpinan sap 5
 
Comparing Public and Private Organizations
Comparing Public and Private OrganizationsComparing Public and Private Organizations
Comparing Public and Private Organizations
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
 
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...
2,sm, salam imam taifur, hapzi ali, vision and company mission, longterm obje...
 
Dimensi Organisasi
Dimensi OrganisasiDimensi Organisasi
Dimensi Organisasi
 
Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, corporate governance rating, univer...
Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, corporate governance rating, univer...Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, corporate governance rating, univer...
Be & gg asep muhamad perdiana, hapzi ali, corporate governance rating, univer...
 
Tugas 13 working with groups sheryl esfandiany 4520210054
Tugas 13 working with groups sheryl esfandiany 4520210054Tugas 13 working with groups sheryl esfandiany 4520210054
Tugas 13 working with groups sheryl esfandiany 4520210054
 
146020300111009 sri apriyanti husain chapter 8
146020300111009 sri apriyanti husain chapter 8146020300111009 sri apriyanti husain chapter 8
146020300111009 sri apriyanti husain chapter 8
 
Bab 15
Bab 15Bab 15
Bab 15
 

Similar to PPW605

3, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, environmental ethics, universita...
3, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, environmental ethics, universita...3, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, environmental ethics, universita...
3, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, environmental ethics, universita...Adi Novian Prihantoro
 
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...Royhan Jamaan
 
BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethical Decision ...
BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethical Decision ...BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethical Decision ...
BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethical Decision ...Antoni Butarbutar
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanTri Widodo W. UTOMO
 
15, be gg, novita dewi purnama,hapzi ali, theory and practice of corporate go...
15, be gg, novita dewi purnama,hapzi ali, theory and practice of corporate go...15, be gg, novita dewi purnama,hapzi ali, theory and practice of corporate go...
15, be gg, novita dewi purnama,hapzi ali, theory and practice of corporate go...Imam Arifin
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Konsep GCG dan Penerapannya pada Budaya Indo...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Konsep GCG dan Penerapannya pada Budaya Indo...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Konsep GCG dan Penerapannya pada Budaya Indo...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Konsep GCG dan Penerapannya pada Budaya Indo...Muhammad Frayogi
 
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...ciciliaeritawanti
 
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...lexipel
 
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)Tri Widodo W. UTOMO
 
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...Melania Bastian
 
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...Eka Yulianto
 
Siti Noor Khatija Ibrahim_23010500005.pptx
Siti Noor Khatija Ibrahim_23010500005.pptxSiti Noor Khatija Ibrahim_23010500005.pptx
Siti Noor Khatija Ibrahim_23010500005.pptxSitiKhatija1
 
CHAPTERS 5 GOALS AND VALUE_Siti Noor Khatija Ibrahim_UMJ.pdf
CHAPTERS 5 GOALS AND VALUE_Siti Noor Khatija Ibrahim_UMJ.pdfCHAPTERS 5 GOALS AND VALUE_Siti Noor Khatija Ibrahim_UMJ.pdf
CHAPTERS 5 GOALS AND VALUE_Siti Noor Khatija Ibrahim_UMJ.pdfNoorKhatija
 
METODE PENELITIAN Proses Penelitian Langkah 1 sampai 3 : Bidang Masalah yang ...
METODE PENELITIANProses PenelitianLangkah 1 sampai 3 : Bidang Masalah yang ...METODE PENELITIANProses PenelitianLangkah 1 sampai 3 : Bidang Masalah yang ...
METODE PENELITIAN Proses Penelitian Langkah 1 sampai 3 : Bidang Masalah yang ...Indah Dwi Lestari
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan  Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan STISIPWIDURI
 
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategi
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategiHubungan kepemimpinan, budaya dan strategi
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategiBMG Training Indonesia
 

Similar to PPW605 (20)

3, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, environmental ethics, universita...
3, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, environmental ethics, universita...3, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, environmental ethics, universita...
3, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, environmental ethics, universita...
 
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...
be gg, royhan jamaan, hapzi ali,theory and practice of corporate governance, ...
 
BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethical Decision ...
BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethical Decision ...BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethical Decision ...
BE & GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Ethical Decision ...
 
Organisasi Pemerintahan
Organisasi PemerintahanOrganisasi Pemerintahan
Organisasi Pemerintahan
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
 
15, be gg, novita dewi purnama,hapzi ali, theory and practice of corporate go...
15, be gg, novita dewi purnama,hapzi ali, theory and practice of corporate go...15, be gg, novita dewi purnama,hapzi ali, theory and practice of corporate go...
15, be gg, novita dewi purnama,hapzi ali, theory and practice of corporate go...
 
Pendekatan Proaktif Manajemen Isu
Pendekatan Proaktif Manajemen IsuPendekatan Proaktif Manajemen Isu
Pendekatan Proaktif Manajemen Isu
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Konsep GCG dan Penerapannya pada Budaya Indo...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Konsep GCG dan Penerapannya pada Budaya Indo...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Konsep GCG dan Penerapannya pada Budaya Indo...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Konsep GCG dan Penerapannya pada Budaya Indo...
 
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...
15, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,theory and practi...
 
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...
15, be gg, alex arifiansyah, hapzi ali, quiz and forum theory and practice of...
 
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
 
Analisa lingkungan dwi hastho
Analisa lingkungan dwi hasthoAnalisa lingkungan dwi hastho
Analisa lingkungan dwi hastho
 
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA,  Ethics and Confl...
BE & GG, Melania Bastian, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethics and Confl...
 
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. stakeholder, ethical dec...
 
Siti Noor Khatija Ibrahim_23010500005.pptx
Siti Noor Khatija Ibrahim_23010500005.pptxSiti Noor Khatija Ibrahim_23010500005.pptx
Siti Noor Khatija Ibrahim_23010500005.pptx
 
CHAPTERS 5 GOALS AND VALUE_Siti Noor Khatija Ibrahim_UMJ.pdf
CHAPTERS 5 GOALS AND VALUE_Siti Noor Khatija Ibrahim_UMJ.pdfCHAPTERS 5 GOALS AND VALUE_Siti Noor Khatija Ibrahim_UMJ.pdf
CHAPTERS 5 GOALS AND VALUE_Siti Noor Khatija Ibrahim_UMJ.pdf
 
METODE PENELITIAN Proses Penelitian Langkah 1 sampai 3 : Bidang Masalah yang ...
METODE PENELITIANProses PenelitianLangkah 1 sampai 3 : Bidang Masalah yang ...METODE PENELITIANProses PenelitianLangkah 1 sampai 3 : Bidang Masalah yang ...
METODE PENELITIAN Proses Penelitian Langkah 1 sampai 3 : Bidang Masalah yang ...
 
Presentasi.pptx
Presentasi.pptxPresentasi.pptx
Presentasi.pptx
 
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan  Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
Bukti dokumen penelitian pengayaan kepustakaan
 
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategi
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategiHubungan kepemimpinan, budaya dan strategi
Hubungan kepemimpinan, budaya dan strategi
 

More from bramantiyo marjuki

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintbramantiyo marjuki
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingbramantiyo marjuki
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practicesbramantiyo marjuki
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...bramantiyo marjuki
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID bramantiyo marjuki
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagerybramantiyo marjuki
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?bramantiyo marjuki
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017bramantiyo marjuki
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utarabramantiyo marjuki
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALIbramantiyo marjuki
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...bramantiyo marjuki
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus Districtbramantiyo marjuki
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesiabramantiyo marjuki
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Managementbramantiyo marjuki
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...bramantiyo marjuki
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, bramantiyo marjuki
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...bramantiyo marjuki
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahunbramantiyo marjuki
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regenerationbramantiyo marjuki
 
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan YogyakartaPembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakartabramantiyo marjuki
 

More from bramantiyo marjuki (20)

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagery
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Management
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata,
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
 
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan YogyakartaPembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
 

PPW605

  • 1. TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN LOKAL (PPW605) Dosen Pengampu Dr.-Ing. Prihadi Nugroho, ST, MT, MPP. RINGKASAN PAPER KEUNGGULAN PEMANGKU KEPENTINGAN? MEMBINGKAI EVOLUSI DAN KOMPLEKSITAS PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN PERUSAHAAN DAN ORGANISASI Oleh : Jan Joker dan David Foster Disusun oleh: BRAMANTIYO MARJUKI 21040116410036 MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017
  • 2. 1 I. Pendahuluan Perkembangan dunia usaha dan kapitalisme dewasa ini membuat perusahaan atau kelompok usaha tidak hanya memikirkan keuntungan dan kepentingan bisnis dari perusahaan semata, tetapi juga bagaimana melibatkan dan memberdayakan pemangku kepentingan perusahaan, guna mewujudkan keuntungan dan keberlanjutan bisnis yang lebih luas. Sebelum teori – teori analisis pemangku kepentingan (stakeholders theory) muncul, dunia usaha telah menyadari perlunya pembedaan antara pelaksana (manager) perusahaan dan pemilik perusahaan (shareholder) guna mencegah konflik kepentingan di dalam perusahaan. Munculnya kesadaran ini merupakan titik awal dari pemikiran shareholders theory dalam ekonomi kapitalime (Brandt dan Georgiou, 2016). Dalam perkembangan lebih lanjut, kepentingan perusahaan dan pemilik saham semata tidak dapat menjamin kinerja perusahaan selalu optimal. Konsumen, mitra kerja, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya mempunyai pengaruh dan dapat dipengaruhi oleh capaian-capaian perusahaan, oleh karena itu berkembang pendekatan dan teori pemangku kepentingan (stakeholders theory) yang mengkaji pengaruh dari berbagai pemangku kepentingan dalam keberlangsungan kinerja perusahaan (Brandt dan Georgiou, 2016). Melihat pentingnya potensi dan kemanfaatan dari model pemangku kepentingan, Jonker dan Foster (2002) melakukan kajian mengenai potensi dan urgensi pemanfaatan model tersebut melalui klarifikasi prinsip teoritis dari model tersebut, sebagaidasardari implementasi praktis ke depannya. Hasildari rumusan Jonker dan Foster (2002) akan dirangkum dalam tulisan ini. II. Asal – usul dan Asumsi Di Belakang Model PemangkuKepentingan Awal mula munculnya mode pemangku kepentingan (stakeholder model) berasal dari pemikiran Freeman (1984) dalamJonker dan Foster (2002) yang mengusulkan model tersebut sebagaipenggantimodel manajerial, karena dianggap tidak cukup untuk memahami kondisi eksternal perusahaan yang seringkali berubah, sementara kondisi eksternal ini penting untuk keberlangsungan perusahaan. Kondisi eksternal ini oleh Freeman disebut sebagai pemangku kepentingan (stakeholder) yang didefinisikan sebagai setiap kelompok yang bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh capaian-capaian perusahaan. Model pemangku kepentingan berkembang seiring perkembangan jaman, namun asumsi dasarnya masih tetap sama, yaitu bahwa organisasi harus berinteraksi dengan lingkungannya. Berbagai kelompok kepentingan ada di dalam lingkungan dan berpengaruh terhadap tingkah laku dan efektivitas organisasi. Walaupun kelompok kepentingan ini dapat diklasifikasikan dalamberbagai cara, namun mereka mempunyai
  • 3. 2 kemauan dan kompetensi yang sama untuk bertindak mempengaruhi organisasi. Oleh karena itu, organisasi harus menyadari keberadaan kelompok kepentingan ini, dan mengembangkan strategi manajerial dalam menghadapi kelompok kepentingan ini, guna memastikan organisasi dapat mencapai tujuan – tujuannya. III. Komponen – komponen Hubungan Antar Pemangku Kepentingan Hubungan organisasional dengan pemangku kepentingan dapat dipandang sebagai proses yang tersusun oleh sejumlah komponen yang dapat teridentifikasi. Terdapat tiga tingkatan yang bisa digunakan untuk menganalisis proses tersebut, yaitu: 1. Tingkatan Rasional Pada tingkatan ini, dicoba untuk diklarifikasi siapa dan apa pemangku kepentingan itu. Pemangku kepentingan dalam tingkatan ini didefinisikan sebagai entitas yang mempunyai kekuatan tertentu untuk mempengaruhi organisasi. Contoh dari pemangku kepentingan yang dimaksud adalah pegawai organisasi, pembeli, penyedia bahan baku, dan pemilik modal. Namun dalam perkembangannya, pemangku kepentingan ini diperluas konsepnya ke arah lingkungan eksternal organisasi, baik secara luas maupun sempit. Mitchell et al.(1997) membagi pemangku kepentingan berdasarkan tigaatribut, yaitu kekuasaan, legitimasi, dan urgensi. Setiap pemangku kepentingan dapat mempunyai satu, dua atau ketiga atribut sekaligus (disebut sebagai pemangku kepentingan definitif). Tingkatan rasional ini dipertanyakan efektivitasnya karena terlalu berfokus pada arti penting pemangku kepentingan, dan mengalihkan aktivitas manajerial dari lingkungan eksternal organisasi yang mereka hadapi. 2. Tingkatan Transaksional. Pada tingkatan ini, hal yang paling penting untuk dilihat adalah karakter hubungan yang terbentuk antara fokus organisasi dengan pemangku kepentingan. Hubungan ini pada dasarnya sangat kompleks, bisa secara langsung atau tidak langsung. Hubungan tidak langsung misalnya pemangku kepentingan mempengaruhi fokus organisasi melalui media publik. Bentuk pengaruhnya sendiri dapat berupa pengaruh formal, ekonomi, maupun politik. Bentuk daya pengaruh yang kompleks ini mengharuskan organisasi harus melakukan perlakuan (treatment) yang selayak mungkin melalui pendekatan pemangku kepentingan (stakeholder approach). 3. Tingkatan Proses Pada tingkatan ini, adanya hubungan dan pengaruh pemangku kepentingan terhadap organisasi harus dipertimbangkan oleh manajer organisasi. Bentuk pertimbangan ini diwujudkan antara lain dengan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan organisasi. Perlibatan dapat melalui konsultasi, survei, pertemuan publik, maupun diskusi kelompok terfokus (FGD).
  • 4. 3 IV. Unsur – unsur yang Mempengaruhi Kemanfaatan Dari Hubungan Antar Pemangku Kepentingan Terkait dengan hubungan dan pengaruh pemangku kepentingan terhadap organisasi, terdapat beberapa elemen yang berpengaruh terhadap hasil dan kemanfaatan hubungan tersebut. Elemen tersebut meliputi: 1. Legitimasi Legitimasi merupakan elemen yang problematis dalam hubungan antar pemangku kepentingan dengan organisasi. Secara umum, pemangku kepentingan yang dianggap paling berwenang adalah pemangku kepentingan yang paling berpengaruh bagi organisasi. Pihak yang paling berwenang ini berbeda antara satu organisasi dan organisasi lainnya. Meskipun demikian, legitimasi juga seringkali diabaikan, terutama apabila berkonfrontasi dengan legitimasi lain yang lebih besar. 2. Kekuasaan Berbagai peneliti telah mengkaji bentuk – bentuk kekuasaan yang berpengaruh terhadap hubungan pemangku kepentingan dan organisasi. Pertanyaan mendasarnya adalah, mengapa organisasi melakukan respon terhadap tekanan dari pemangku kepentingan. Para ahli mengidentifikasi beberapa jenis kekuasaan yang dapat menjelaskan hal tersebut. Kekuasaan tersebut antara lain kekuasaan atas ketergantungan sumber daya, kekuasaan kelembagaan, kekuasaan sosial, kekuasaan ekonomi, dan kekuasaan politik. Kekuasaan pemangku kepentingan ini dapat membuat organisasi tunduk pada kekuasaan, membangkang, melakukan penyesuaian kegiatan, atau melakukan upaya persuasi ke pemangku kepentingan agar organisasi bisa tetap berjalan. 3. Kekritisan Inti dari aspek kekritisan adalah tidak semua isu dan permasalahan menjadi perhatian setiap kelompok kepentingan pada setiap waktu. Sesuatu yang dianggap kritikal disini adalah sesuatu yang dianggap signifikan, penting, serius, berdampak luas, atau bahkan dianggap sebagai momen yang menentukan. Isu tertentu yang dalam kondisi normal dianggap biasa, pada waktu tertentu dapat terangkat menjadi isu kritis bagi sebagian pemangku kepentingan. 4. Rasionalitas Aspek rasionalitas utamanya terkait pada isu pokok antara pemangku kepentingan dan organisasi. Satu hal mendasar dalam model pemangku kepentingan adalah pelibatan pihak luar seharusnya membawa pada keputusan yang lebih baik atau rasional. Namun demikian, seringkali isu yang menjadi perdebatan tidak dipahami dengan baik, atau diabaikan karena dianggap tidak rasional. Sementara, rasionalitas disini tidak selalu harus berangkat dari dunia obyektifitas. Teori tindak
  • 5. 4 komunikatif menyebutkan bahwa tindak dapat berdasarkan pada kesepakatan bersama. Kesepakatan bersama ini dapat menjadi dasar dalam dialog pemangku kepentingan atau dasar yang mengikat pemangku kepentingan. Pemahaman mengenai kesepakatan bersama dapat menjadi dasar dalam menganalisis karakter dan bentuk dari dialog pemangku kepentingan dan menyediakan wawasan mengenai penyebab kesalahpahaman atau pertikaian diantara pemangku kepentingan. V. Model untuk Menganalisis Keterikatan Antar Pemangku Kepentingan Model konseptual dari teori hubungan pemangku kepentingan dapat disajikan pada Gambar 1 di bawah ini. Kolom mendatar merupakan komponen yang terkait dengan hubungan antar pemangku kepentingan, dan kolom menurun merupakan komponen terpenting yang terlibat dalam setiap tahap pengikatan pemangku kepentingan.Model konseptual keterikatan antar pemangku kepentingan ini walaupun nampak senderhana, tetapi dalam implementasinya cukup kompleks dan multidimensi, sehingga harus dipandang dari berbagai sudut. Selain itu, komponen dan indikator dasar model mungkin belum merepresentasikan seluruh kompleksitas, baik faktor eksternal organisasi maupun kepentingan para pihak, oleh karena itu organisasi harus belajar bagaimana menangani isu, permasalahan dan pengaruh faktor eksternal tersebut, baik melalui kekuasaan formal, ekonomi, politik maupun ideologis. Gambar 1. Model Konseptual Keterikatan Antar Pemangku Kepentingan Komponen Hubungan Kepentingan (Apa isu kuncidari hubungan?) Pihak (Siapa atau apa yang terlibat?) Proses (Proses apa yang terlibat dalam mengelola hubungan?) Konektivitas (apa bentuk koneksiantara organisasi dan pemangku kebijakan?) ElemenYangBerpengaruhTerhadapHubungan Kekuasaan Apakah karakter dari klaim atau kepentingan berimplikasi pada kekuasaan yang terlibat? Apa jenis kekuasaan setiap pihak yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan? Apakah proses yang dilakukan menghasilkan berbagai jenis kekuasaan yang berbeda? Apa efek dari jaringan konektivitas terhadap penggunaan kekuasaan? Apakah berpengaruh langsung atau tidak langsung? Kekritisan Mengapa ketertarikan atau kepentingan sangat bernilai? Seperti apa karakteristik, perilaku, atau kepercayaan dari para pihak yang membuatisu menjadi kritis? Apakah proses yang dilakukan cukup penting pada rutinitas operasional dari para pihak?, apakah ini penting untuk pengambilan keputusan Seberapa kritis atau penting setiap pihak yang terlibat dalam jaringan? Rasionalitas Bagaimana ketertarikan atau kepentingan diekspresikan (kognitif, sosial, personal)? Apa perspektifetimologis dan ontologis para pihak, dan bagaimana pengaruhnya terhadap pandangan mengenai isu yang dibahas? Apakah proses dan prosedur mempengaruhi kemungkinan pencapaian kesepakatan dilihat dari konseptualisasi rasionalitas dalam arti luas dan dalam arti pendek? Apakah bentuk hubungan memperkuatatau mengecilkandialog dibandingkan klaim egosentris? Sumber: Jonker dan Foster (2002).
  • 6. 5 DAFTAR PUSTAKA Brandt, F. & Georgiou, K. (2016). Shareholders vs Stakeholders Capitalism. Comparative Corporate Governance and Financial Regulation Paper 10. Diambil dari http://scholarship.law.upenn.edu/fisch_2016/10. Jonker, J.& Foster, D.(2002). Stakeholder Excellence?Framing the Evolution and Complexity of aStakeholder Perspective of the Firm. Corporate Social Responsibility and Environmental Management, 9 , 187 – 195. doi:10.1002/csr.23. Mitchell, R. K., Agle, B. R., & Wood, D. J. (1997). Toward a theory of stakeholder identification and salience: defining the principle of who and what really counts?. Academy of Management Review, 22 (4), 853– 886. Diambil dari http://www.jstor.org/stable/259247.