Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh PT. Megarsari Makmur dalam memproduksi obat anti nyamuk HIT.
2. PT. Megarsari Makmur ditarik dari peredaran karena menggunakan zat berbahaya tanpa peringatan kepada konsumen.
3. Pelanggaran etika bisnis yang dilakukan adalah prinsip kejujuran karena tidak memberikan peringatan kepada kon
Tugas uts, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, etika bisnis, universitas mercu buana,2018
1. Tugas UTS
Mata Kuliah Business Ethic & Good Governance
Dosen : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
Pelanggaran Etika Bisnis oleh PT.Megasari Makmur
Disusun Oleh :
Adi Novian Prihantoro – 55117120016
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2018
Daftar Isi
2. Abstraksi
Secara Etimologi, kata Etika berasal dari bahasa Yunani. Dalam bentuk
tunggal yaitu “ethos” dan dalam bentuk jamaknya yaitu “ta etha”. “Ethos” yang
berarti sikap, cara berpikir, watak kesusilaan atau adat. Etika bisnis adalah suatu
pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal (Muslich,
2004:9). Etika bisnis merupakan aturan tidak tertulis mengenai cara menjalankan
bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada
kedudukan individu atau-pun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis merupakan
studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005). Penulisan ini dilakukan dengan
metode studi kepustakaan dari berbagai sumber, jurnal, buku, dan pengumpulan
data melalui artikel – artikel di internet serta sumber-seumber lainnya yang
sekiranya mendukung tugas penulisan ini. Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi
oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan ditarik dari peredaran karena penggunaan
zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
terhadap manusia. PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada
konsumennya tentang adanya zat-zat berbahaya di dalam produk
mereka.Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan alasan mengurangi
biaya produksi HIT. Pelanggaran Prinsip Etika Bisnis yang dilakukan oleh PT.
Megarsari Makmur yaitu Prinsip Kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan
peringatan kepada konsumennya
1. Pendahuluan
Kegiatan berbisnis dipengaruhi oleh banyak faktor. Mengejar keuntungan
adalah hal yang wajar dalam kegiatan bisnis, tetapi perlu diingat agar tidak
merugikan pihak lain. Batasan yang jelas menyangkut kepentingan pihak lain yang
terlibat dalam bisnis tersebut.
Etika berbisnis penting untuk kelangsungan hidup bisnis itu sendiri, bisnis
yang tidak etis akan merugikan bisin itu sendiri. Bisnis harus menguntungkan dari
sisi keuangan juga dari segi moralitas.
Dalam menjalankan suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing
yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang
tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Hal mendasar yang sangat penting
dalam menjalankan bisnis ialah etika. Bisnis yang dijalankan dengan etika yang
baik akan lebih mudah berkembang dan dipercaya oleh masyarakat
Bisnis juga terkait dengan hukum, Dalam praktek hukum, banyak timbul
masalah dalam hubungan bisnis tersebut. Meskipun terdapat hubungan era
tantara norma hukum dan norma etika, tetapi keduanya itu tidaklah sama.
Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT
Megasari Makmur yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. PT
Megasari Makmur juga memproduksi banyak produk seperti tisu basah, dan
berbagai jenis pengharum ruangan. Obat nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya
sebagai obat nyamuk yang murah dan lebih tangguh untuk kelasnya. Selain di
Indonesia HIT juga mengekspor produknya ke luar Indonesia.
Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur
dinyatakan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan
3. Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia.
Departemen Pertanian, dalam hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi
di pabrik HIT dan menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan
manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan
pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.
HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata
sangat berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga
Diklorvos (zat turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang
penggunaannya di dunia). Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu
jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga
Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari Makmur ke Kepolisian
Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006. Korbannya yaitu seorang
pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat
keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-
nyamuk HIT.
2. Landasan Teori
2.1. Pengertian Etika
Secara Etimologi, kata Etika berasal dari bahasa Yunani. Dalam bentuk
tunggal yaitu “ethos” dan dalam bentuk jamaknya yaitu “ta etha”. “Ethos” yang
berarti sikap, cara berpikir, watak kesusilaan atau adat. Kata ini identik dengan
perkataan moral yang berasal dari kata latin "mos"yang dalam bentuk jamaknya
Mores yang berarti juga adat atau cara hidup. Kata mores ini mempunyai sinonim;
mos, moris, manner mores atau manners, morals.
Dalam bahasa Indonesia kata moral mempunyai arti akhlak atau kesusilaan
yang berisi makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Etika dan Moral punya arti yang
sama, tetapi dalam pemakaiannya ada sedikit perbedaan. Moral biasanya dipakai
untuk perbuatan yang sedang dinilai/dikaji (perbuatan itu dilihat dari dalam diri
orang itu sendiri), artinya moral disini merupakan subjek, sedangkan etika dipakai
untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada dalam kelompok atau masyarakat
tertentu (merupakan aktivitas atau hasil pengkajian).
Menurut Larkin (2000) "Ethics is concerned with moral obligation,
responsibility, and social justice", ini berarti bahwa etika memperhatikan hal-hal
yang berhubungan dengan kewajiban moral, tanggung jawab, dan keadilan sosial.
Etika yang dimiliki individu ini secara lebih luas mencerminkan karakter
organisasi/perusahaan, yang merupakan kumpulan individu. Etika menjelaskan
standar dan norma perilaku baik dan buruk yang kemudian diimplementasikan
oleh masing-masing karyawan dalam organisasi (Fatt, 1995) dan (Louwers, 1997).
Perusahaan pada dasarnya merupakan sekumpulan individu, sehingga etika yang
dianut oleh individu tersebut pada akhirnya akan tercermin dalam standar dan
norma perilaku yang kemudian diimplementasikan oleh masing-masing karyawan
dalam pekerjaan sehari-hari.
Etika menurut Gray (1994) merupakan nilai-nilai tingkah laku atau aturan-
aturan tingkah laku yang diterima oleh suatu golongan tertentu atau individu.
Penulis lainnya Magnis Suseno (1989) dan Sony Keraf (1991) menyatakan bahwa
untuk memahami etika perlu dibedakan dengan moralitas. Moralitas adalah suatu
sistem nilai tentang bagaimana seseorang berperilaku sebagai manusia. Sistem
4. nilai ini terkandung dalam ajaran-ajaran, moralitas memberi manusia aturan atau
petunjuk konkret tentang bagaimana seharusnya dalam kehidupan
Dapat disimpulkan bahwa etika adalah merupakan suatu cabang ilmu
filsafat, tujuannya adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun immoral,
dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya
sampai pada rekomendasi yang memadai yang tentunya dapat diterima oleh suatu
golongan tertentu atau individu. Menurut Wiley (1995 dalam Mauro et al., 1999)
"Ethics is concerned with moral obligation, responsibility, and social justice" Hal ini
berarti bahwa etika berpengaruh terhadap kewajiban moral, tanggung jawab, dan
keadilan sosial. Etika secara lebih kontemporer mencerminkan karakter
perusahaan, yang merupakan kumpulan individu-individu. Etika menjelaskan
standar dan norma perilaku tanggungjawab masyarakat, kemudian di internalkan
kepada masing-masing karyawan dalam organisasi (Daft, 1992).
Menurut Magnis Suseno (1989) dan Sony Keraf (1991) bahwa untuk
memahami etika perlu dibedakan dengan moralitas. Moralitas adalah suatu sistem
nilai tentang bagaimana seseorang harus berperilaku sebagai manusia. Sistem
nilai ini terkandung dalam ajaran-ajaran, moralitas memberi manusia aturan atau
petunjuk konkret tentang bagaimana harus hidup, bagaimana harus bertindak
dalam hidup ini sebagai manusia yang baik dan bagaimana menghindari
perilakuperilaku yang tidak baik. Sedangkan etika berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
Antonius Alijoyo (2004) menerangkan perusahaan perlu menerapkan nilai-
nilai etika berusaha, karena dengan adanya praktik etika berusaha dan kejujuran
dalam berusaha dapat menciptakan aset yang langsung atau tidak langsung dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Etika bisnis tidak akan dilanggar jika terdapat
aturan dan sangsi. Kalau perilaku yang salah tetap dibiarkan, lama kelamaan akan
menjadi kebiasaan. Sehingga perlu ada sanksi bagi yang melanggar untuk
memberi pelajaran kepada yang bersang-kutan.
Moral dan etika mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi orientasi
bagaimana dan ke mana harus melangkah dalam hidup ini, namun terdapat sedikit
perbedaan bahwa moralitas langsung menunjukkan inilah caranya untuk
melangkah sedangkan etika justru mempersoalkan apakah harus melangkah
dengan cara ini? Dan mengapa harus dengan cara itu. Dengan kata lain moralitas
adalah suatu pranata, sedangkan etika adalah sikap kritis setiap pribadi atau
kelompok masyarakat dalam merealisasikan moralitas. Pada akhirnya etika
memang menghimbau orang untuk bertindak sesuai dengan moralitas. Etika
berusaha membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pelaku usaha dapat memperoleh ilmu etika melalui teori etika, selain
pengalaman dan informasi moral yang diterima dari berbagai sumber. Dalam teori
etika terungkap etika deontologi, etika teleologi, etika hak dan etika Keutamaan.
1. Etika Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berkewajiban" atau
sesuai dengan prosedur dan logos yang berarti ilmu atau teori. Menurut
teori ini beberapa prinsip moral itu bersifat mengikat betapapun
akibatnya. Etika ini menekankankan kewajiban manusia untuk bertindak
secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan
berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan
berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri. Atau
5. dengan kata lain tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu
dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan
terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu. Teori ini menekankan
kewajiban sebagai tolak ukur bagi penilaian baik atau buruknya
perbuatan manusia, dengan mengabaikan dorongan lain seperti rasa
cinta atau belas kasihan. Terdapat tiga kemungkinan seseorang
memenuhi kewajibannya yaitu: karena nama baik, karena dorongan
tulus dari hati nurani, serta memenuhi kewajibannya.
2. Etika Teleologi
Istilah teleologi berasal dari kata Yunani telos yang berarti tujuan,
sasaran atau hasii dan logos yang berarti ilmu atau teori. Etika ini
mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau
dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan konsekuensi yang
ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan
mencapai sesuatu yang baik, atau kalau konsekuensi yang
ditimbulkannya baik dan berguna.
3. Etika Hak
Etika Hak memberi, bekal kepada pebisnis untuk mengevaluasi apakah
tindakan, perbuatan dan kebijakan bisnisnya telah tergolong baik atau
buruk dengan menggunakan kaidah hak seseorang. Hak seseorang
sebagai manusia tidak dapat dikorbankan oleh orang lain apa statusnya.
Hak manusia adalah hak yang dianggap melekat pada setiap manusia,
sebab berkaitan dengan realitas hidup manusia sendiri. Etika hak
kadangkala dinamakan "hak manusia" sebab manusia berdasarkan etika
hams dinilai menurut martabatnya. Etika hak mempunyai sifat dasar dan
asasi (human rights), sehingga etika hak tersebut merupakan hak yang;
(1) Tidak dapat dicabut atau direbut karena sudah ada sejak manusia itu
ada; (2) Tidak tergantung dari persetujuan orang; (3) Merupakan bagian
dari eksistensi manusia di dunia.
4. Etika Keutamaan
Etika keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak
mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral
universal seperti kedua teori sebelumnya. Etika ini lebih mengutamakan
pembangunan karakter moral pada diri setiap orang. Nilai moral bukan
muncul dalam bentuk adanya aturan berupa larangan atau perintah,
namun dalam bentuk teladan moral yang nyata dipraktikkan oleh tokoh-
tokoh tertentu dalam masyarakat. Di dalam etika karakter lebih banyak
dibentuk oleh komunitasnya. Pendekatan ini terutama berguna dalam
menentukan etika individu yang bekerja dalam sebuah komunitas
profesional yang telah mengembangkan norma dan standar yang cukup
baik. Keuntungan teori ini bahwa para pengambil keputusan dapat
dengan mudah mencocokkan dengan standar etika komunitas tertentu
untuk menentukan sesuatu itu benar atau salah tanpa ia harus
menentukan kriteria terlebih dahulu (dengan asumsi telah ada kode
perilaku).
6. 2.2. Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis adalah suatu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan
dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku
secara universal (Muslich, 2004:9). Etika bisnis merupakan aturan tidak tertulis
mengenai cara menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku
dan tidak tergantung pada kedudukan individu atau-pun perusahaan di
masyarakat. Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005)
Etika dalam berbisnis merupakan etika bersosial dan tidak bisa lepas dari etika
pribadi. Etika sebagai pedoman dalam bermasyarakat sehinga dalam urusan
bisnis pun tetap diperlukan. Sehingga ketika melakukan transaksi bisnis tetap
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tidak merugikan kedua belah pihak;
2. Tidak menyalahi peraturan dan norma yang ada;
3. Tidak melanggar hukum;
4. Tidak menjelek-jelekan saingan bisnis;
5. Mempunyai izin usaha.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum (Bertens, 2000).
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku
bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (Sumarni,
1998:21). Etika bisnis merupakan pengetahuan pelaku usaha tentang tata cara
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas
melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
memperoleh keuntungan melalui transaksi.
Etika bisnis menjadi pakem atau standar yang harus di pedomani oleh para
manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan. Etika bisnis tidak
hanya tentang perilaku bisnis secara internal tetapi juga mengatur perilaku bisnis
secara eksternal.
Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang bertujuan memberikan acuan cara
yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Menurut Sonny
Keraf (1998), terdapat lima prinsip yang dijadikan titik tolak pedoman perilaku
dalam menjalankan praktik bisnis, yaitu (Agoes & Ardana, 2009:127-128):
a. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan, dan
tanggung jawab. Orang yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil
suatu keputusan dan melaksanakan tindakan berdasarkan kemampuan
sendiri sesuai dengan apa yang diyakininya, bebas dari tekanan, hasutan,
dan ketergantungan kepada pihak lain.
b. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah apa
yang dikatakan, dan apa yang dikatakan adalah yang dikerjakan. Prinsip ini
7. juga menyiratkan kepatuhan dalam melaksanakan berbagai komitmen,
kontrak, dan perjanjian yang telah disepakati.
c. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak
secara adil, yaitu suatu sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai
aspek baik dari aspek ekonomi, hukum, maupun aspek lainnya.
d. Prinsip saling Menguntungkan
Prinsip saling menguntungkan menanamkan kesadaran bahwa dalam
berbisnis perlu ditanamkan prinsip win-win solution, artinya dalam setiap
keputusan dan tindakan bisnis harus diusahakan agar semua pihak merasa
diuntungkan.
e. Prinsip Integritas Moral
Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain
dalam segala keputusan dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini
dilandasi oleh kesadaran bahwa setiap orang harus dihormati harkat dan
martabatnya.
Perilaku Etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah
bisnis. Oleh karena itu, bisnis seringkali menetapkan pilihan strategis berdasarkan
nilai dimana pilihan tersebut didasarkan atas keuntungan dan kelangsungan hidup
perusahaan. Manfaat etika bisnis dalam kelangsungan perusahaan adalah
sebagai berikut (Muslich, 2004:60-61):
1. Tugas utama etika bisnis dipusatkan pada upaya mencari cara untuk
menyelaraskan kepentingan strategis suatu bisnis dengan tuntunan
moralitas.
2. Etika bisnis bertugas melakukan perubahan kesadaran masyarakat
tentang bisnis dengan memberikan suatu pemahaman yaitu bisnis tidak
dapat dipisahkan dari etika.
3. Metode
Penulisan ini dilakukan dengan metode studi kepustakaan dari berbagai
sumber, jurnal, buku, dan pengumpulan data melalui artikel – artikel di internet
serta sumber-seumber lainnya yang sekiranya mendukung tugas penulisan ini.
4. Hasil dan Pembahasan
Pada perusahaan modern, tanggung jawab atas tindakan perusahaan selalu
dibagi rata kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan perusahaan
biasanya terdiri atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda dalam tim yang
bekerja sama sehingga tindakan atau kelalaian mereka bersama-sama akan
mengerucut menghasilkan tindakan perusahaan. Jadi, siapakah yang harus
bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan bersama-sama itu?
Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan secara
sadar dan bebas apa yang diperlukan perusahaan, masing-masing secara moral
bertanggung jawab.
8. Lain halnya pendapat para kritikus pada pandangan tradisional, yang
menyatakan bahwa ketika sebuah kelompok terorganisasi seperti perusahaan
bertindak bersama-sama, tindakan perusahaan mereka dapat dideskripsikan
sebagai tindakan kelompok, dan konsekuensinya tindakan kelompoklah, bukan
tindakan individu, yang mengharuskan kelompok bertanggung jawab atas
tindakan tersebut.
Kaum tradisional membantah bahwa, walaupun kadang kita membebankan
tindakan kepada kelompok perusahaan, fakta tersebut tidak mengubah kenyataan
moral dibalik semua tindakan perusahaan itu. Individu manapun yang bergabung
secara sukarela dan bebas dalam tindakan bersama dengan orang lain, yang
bermaksud menghasilkan tindakan perusahaan, secara moral akan bertanggung
jawab atas tindakan itu.
Namun demikian, karyawan perusahaan besar tidak dapat dikatakan “dengan
sengaja dan dengan bebas turut dalam tindakan bersama itu” untuk menghasilkan
tindakan perusahaan atau untuk mengejar tujuan perusahaan. Seseorang yang
bekerja dalam struktur birokrasi organisasi besar tidak harus bertanggung jawab
secara moral atas setiap tindakan perusahaan yang turut dia bantu, seperti
seorang sekretaris, juru tulis, atau tukang bersih-bersih di sebuah perusahaan.
Faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan yang meringankan dalam organisasi
perusahaan birokrasi berskala besar, sepenuhnya akan menghilangkan tanggung
jawab moral orang itu.
Kita mengetahui bahwa Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar
moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan
ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada
orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika
bisnis terhadap prinsip kejujuran perusahaan besarpun berani untuk mmengambil
tindakan kecurangan untuk menekan biaya produksi produk. Mereka hanya untuk
mendapatkan laba yang besar dan ongkos produksi yang minimal.
Mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan membiarkan penggunaan
zat berbahaya dalam produknya . dalam kasus HIT sengaja menambahkan zat
diklorvos untuk membunuh serangga padahal bila dilihat dari segi kesehatan
manusia, zat tersebut bila dihisap oleh saluran pernafasan dapat menimbulkan
kanker hati dan lambung.
Dan walaupun perusahaan sudah meminta maaf dan juga mengganti barang
dengan memproduksi barang baru yang tidak mengandung zat berbahaya tapi
seharusnya perusahaan jugamemikirkan efek buruk apa saja yang akan
konsumen rasakan bila dalam penggunaan jangka panjang. Sebagai produsen
memberikan kualitas produk yang baik dan aman bagi kesehatan konsumen selain
memberikan harga yang murah yang dapat bersaing dengan produk sejenis
lainnya.
Jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur sudah melanggar beberapa
pasal, yaitu :
Pasal 4, hak konsumen adalah :
Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.
9. Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa”.
PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang
adanya zat-zat berbahaya di dalam produk mereka.Akibatnya, kesehatan
konsumen dibahayakan dengan alasan mengurangi biaya produksi HIT.
Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :
Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan”
PT Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk
mereka, dimana seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida,
harus dibiarkan selama setengah jam sebelum boleh dimasuki lagi.
Pasal 8
Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar
yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan”
Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat
(2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib
menariknya dari peredaran”
PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT
tersebut tidak memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang
tersebut.Seharusnya, produk HIT tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka tetap menjualnya walaupun
sudah ada korban dari produknya.
Pasal 19 :
Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”
Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau
setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari setelah tanggal transaksi”
Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus memberikan ganti rugi kepada
konsumen karena telah merugikan para konsumen.
10. 5. Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1. Kesimpulan
PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan
dengan memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak
buruk pada konsumen yang menggunakan produk mereka. Salah satu sumber
mengatakan bahwa meskipun perusahaan sudah melakukan permintaan maaf
dan berjanji menarik produknya, namun permintaan maaf itu hanyalah sebuah
klise dan penarikan produk tersebut seperti tidak di lakukan secara sungguh –
sungguh karena produk tersebut masih ada dipasaran.
Pelanggaran Prinsip Etika Bisnis yang dilakukan oleh PT. Megarsari Makmur
yaitu Prinsip Kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada
konsumennya mengenai kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat
berbahaya untuk kesehatan dan perusahaan juga tidak memberi tahu penggunaan
dari produk tersebut yaitu setelah suatu ruangan disemprot oleh produk itu
semestinya ditunggu 30 menit terlebih dahulu baru kemudian dapat dimasuki
/digunakan ruangan tersebut.
5.2. Rekomendasi
Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh
dilakukan asal tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya.
Disini perusahaan seharusnya lebih mementingkan keselamatan konsumen yang
menggunakan produknya karena dengan meletakkan keselamatan konsumen
diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas konsumen terhadap
produk itu sendiri.
Daftar Pustaka :
1. Fika Anggraeny, 2018, “Pelanggaran Etika Bisnis Dalam Usaha Pelayaran”,
https://www.kompasiana.com/fikaanggreany2362/5b371d56bde5751afe5a0cd
2/etika-bisnis-dan-contoh-kasus, (12 Oktober 2018, 16.50 WIB);
2. Bayu Adam, 2017, “Etika Bisnis PT Pertamina EP”, Universitas Mercu Buana;
3. Antoni Butarbutar, 2017, “Penerapan Etika Bisnis (Nilai Etika) PT. Megasari
Makmur”, Universitas Mercu Buana;
4. Nazilaturohmah, 2017, Definisi Etika, Teori-Teori Tentang Etika dan Jurnal yang
Berhubungan Dengan Etika, http://nazilaturohmah17. blogspot.com/2017/03/
definisi-etika-teori-teori-tentang.html, (12 Oktober 2018, Jam 16.05 WIB);
5. Muchlisin Riadi, 2016, Pengertian, Prinsip dan Manfaat Etika Bisnis,
https://www.kajianpustaka.com/2016/10/pengertian-prinsip-dan-manfaat-etika-
bisnis.html, (12 Oktober 2018, 16.15 WIB);
6. Hapzi Ali, 2016. Modul BE & GG, Univeristas Mercu Buana;
7. Agoes, Cenik & Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba
Empat;
8. Bertens K. 2000. Pengantar Etika Bisnis, Edisi Keenam. Yogyakarta: Kanisius.
9. Sumarni, Murti, dkk. 1998. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta;