SlideShare a Scribd company logo
1 of 62
FISIOLOGI
SISTEM RESPIRASI
Oleh :
A. RIVAI. S. DUNGGIO
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
Mekanisme Pernapasan
Pertukaran Gas
Transpor Gas Melalui
Darah
Pengendalian Respirasi
MEKANISME PERNAPASAN
A. Prinsip Dasar
1. Toraks  rongga tertutup kedap udara di
sekeliling paru-paru yang terbuka hanya
melalui jalur sistem pernapasan
2. Pernapasan  proses inspirasi (inhalasi)
& ekspirasi (ekshalasi)
3. Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara
atmosfir (sekitar 760 mmHg) = tekanan
udara alveoli  tekanan intra-alveolar
(intrapulmonar)
MEKANISME PERNAPASAN
A. Prinsip Dasar
4. Tekanan intrapleura dalam rongga pleura 
tekanan sub-atmosfer, atau kurang dari tekanan
intra-alveolar
5. Peningkatan atau penurunan volume rongga
toraks mengubah tekanan intrapleura dan
tekanan intra-alveolar  kembang & kempis
paru.
6. Otot-otot inspirasi  perbesar rongga toraks
dan tingkatkan volume
7. Otot-otot ekspirasi  turunkan volume rongga
toraks
MEKANISME PERNAPASAN
A. Prinsip Dasar
8. Inspirasi butuh kontraksi otot dan energi
1. Diafragma  otot bentuk kubah 
perbesar rongga toraks ke arah inferior
2. Otot interkostal eksternal  angkat iga ke
atas dan ke depan  perbesar rongga
toraks ke arah anterior dan posterior
3. Otot sternokleidomastoid, pektoralis mayor,
serratus anterior, dan otot skalena (napas
aktif atau napas dalam)  perbesar
rongga toraks.
MEKANISME PERNAPASAN
A. Prinsip Dasar
9. Ekspirasi  relaksasi otot (proses pasif).
Ekspirasi dalam  otot interkostal
internal tarik kerangka iga ke bawah dan
otot abdomen berkontraksi sehinga
mendorong isi abdomen menekan
diafragma.
B. Faktor-Faktor Dalam Inflasi
dan deflasi Paru-Paru
1. Tekanan intrapleura negatif  hasilkan
pengisapan tahan paru-paru tetap berkontak
dengan dinding toraks
2. Jaringan Elastik dalam paru-paru  menjauh dari
dinding toraks dan mengempis.
3. Selama inspirasi dan ekspansi toraks, tekanan
intrapleura negatif semakin berkurang (semakin
negative)menarik permukaan paru-paru keluar
kearah dinding toraks dan membantu ekspansi
paru-paru.
B. Faktor-Faktor Dalam Inflasi
dan deflasi Paru-Paru
4. Saat paru-paru berekspansi, tekanan
udara di dalam paru-paru (tekanan intra-
alveolar) menurun drastis sampai di
bawah tekanan atmosfer di luar tubuh.
5. Saat otot-otot inspirasi relaks, ukuran
rongga toraks berkurang  tekanan
intra-alveolar meningkat  udara
dikeluarkan dari paru-paru.
B. Faktor-Faktor Dalam Inflasi
dan deflasi Paru-Paru
6. Surfaktan kurangi tegangan permukaan
cairan yang menurunkan kecendurungan
pengempisan alveoli dan memungkinkan
alveoli untuk berinflasi dalam tekanan
yang lebih rendah.
7. Komplians (ukuran peningkatan volume)
mengacu pada distensibilitas paru-paru
atau kemudahan inflasinya  liter
(volume udara) persentimeter air
(tekanan).
B. Faktor-Faktor Dalam Inflasi
dan deflasi Paru-Paru
8. Jika udara dibiarkan masuk dalam
ruangan intrapleura (karena luka tusuk
atau tulang iga patah), kondisi ini disebut
pneumotoraks (“udara dalam dada”).
9. Akibat menghilangnya tekanan negatif
dalam rongga intrapleura adalah
pengempisan paru-paru, disebut
atalektasis.
VOLUME DAN KAPASITAS PARU
 Volume udara dalam paru-paru dan
kecepatan pertukaran saat inspirasi dan
ekspirasi  spirometer (ml)
 Nilai volume paru memperlihatkan suhu
tubuh standar dan tekanan ambien
1. Volume
a.Volume tidal (VT)  volume udara yang
masuk dan keluar paru-paru selama
ventilasi normal biasa. Laki-laki  500 ml
dan Perempuan  380 ml.
b.Volume Cadagan Inspirasi (VCI) 
volume udara ekstra yang masuk ke
paru-paru dengan inspirasi maksimum di
atas inspirasi tidal. Laki-laki 3.100 ml
dan Perempuan 1.900 ml.
c. Volume cadangan ekspirasi (VCE) 
volume ekstra udara yang dapat dengan
kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi
tidak normal. Laki-laki 1.200 ml dan
Perempuan  800 ml
d. Volume residual (VR)  volume
udara sisa dalam paru-paru setelah
melakukan ekspirasi kuat. Laki-laki 
1.200 ml dan Perempuan 1.000 ml.
2. Kapasitas
a.Kapasitas residual fungsional (KRF) 
penambahan volume residual dan volume
cadangan ekspirasi (KRF = VR + VCE).
Kapasitas ini merupakan jumlah udara sisa
dalam system respiratorik setelah ekspirasi
normal. Nilai rata-ratanya adalah 2.200 ml.
b.Kapasitas inspirasi (KI) adalah penambahan
volume tidal dan volume cadangan inspirasi
(KI = VT + VCI). Nilai rata-ratanya adalah
3.500 ml.
c. Kapasitas vital (KV) adalah penambahan
volume tidal, volume cadangan inspirasi dan
volume cadangan ekspirasi (KT = VT + VCI
+ VCE)  jumlah udara maksimal yang dapat
dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi
maksimum. Dipengaruhi oleh beberapa factor
seperti postur, ukuran rongga toraks, dan
komplians paru. Nilai rata-ratanya sekitar
4.500 ml.
d. Kapasitas total paru (KTP)  jumlah total
udara yang dapat ditampung dalam paru-paru
dan sama dengan kapasitas vital ditambah
volume residual (KTP = KV + VR). Nilai rata-
ratanya adalah 5.700 ml.
3. Volume ekspirasi kuat dalam satu
detik (VEK1)  volume udara yang
dapat dikeluarkan dari paru yang
terinflasi maksimal saat detik pertama
ekhalasi maksimum. Nilai  sekitar
80% KV.
4. Volume respirasi menit  volume
tidal dikalikan dengan jumlah
pernapasan per menit.
ANGKA VENTILASI ALVEOLAR
 Angka ventilasi alveolar adalah volume
udara baru yang masuk alveolar per menit dan
sama dengan nilai VT dikali kecepatan
respirasi.
1. Udara yang mengisi jalan udara penghantar
(hidung, faring, trakea, bronkil, dan
bronkiolus) tidak berpartisipasi dalam
pertukaran gas dan disebut udara ruang
mati. Volume udara tersebut sekitar 150 ml
setelah inspirasi dengan rata-rata VT 500 ml.
Udara pertama yang memasuki alveoli adalah
150 ml dari udara ruang mati sehingga hanya
tersisa 350 ml udara baru per napas.
a. Istilah ruang mati anatomis
mengacu pada jalan penghantar yang
berisi udara ruang mati.
b. Ruang mati fisiologis meliputi
semua area alveoli yang tidak atau
sebagian berfungsi seperti ruang mati
anatomis. Pada individu normal, ruang
mati fisiologis sama dengan ruang mati
anatomis.
2. Kapasitas residual fungsional paru-paru
sekitar 2.400 ml, dan hanya 350 ml
udara baru yang dibawa dalam satu
napas; dengan demikian, hanya sekitar
sepertujuh udara alveoli lama yang
ditukar dalam satu kali napas.
PERTUKARAN GAS
A. Komposisi udara atmosfer. Udara
atmosfer, pada tekanan 760 mmHg di
hari yang hangat, terdiri dari oksigen
(21%), nitrogen (79%), karbon dioksida
(0,04%) dan berbagai gas mulia.
B. Sifat dan konsep tekanan parsial
gas
1. Dalam campuran gas, setiap gas memakai
tekanannya sendiri sesuai dengan
persentasenya dalam campuran, terlepas dari
keberadaan gas lain (hukum Dalton).
2. Tekanan ini disebut tekanan (tegangan)
parsial gas dalam suatu campuran dan
dilambangkan dengan simbol P di depan
lambang kimia gas serta dinyatakan dalam
mililiter mercuri (mmHg).
Tekanan parsial oksigen (PO2) dalam
atmosfer :
21/100 x 760 mmHg = 160 mmHg PO2
Tekanan parsial karbon dioksida (PCO2)
dalam atmosfer :
0,04/100 x 760 mmHg = 0,3 mmHg PCO2
3. Solubilitas gas dalam air bervariasi
sesuai tekanan dan temperaturnya.
Solubilitas meningkat setara dengan
peningkatan tekanan parsial dan
menurun sesuai dengan peningkatan
temperatur (hukum Henry).
4. Volume gas berbanding terbalik
dengan tekanan gas (hukum Boyle).
Jika tekanan meningkat, molekul-
molekul gas terkompresi dan volume
berkurang.
PERTUKARAN GAS PULMONARY
1. Membran respirasi :
 Lapisan sulfaktan
 Epithelium skuamosa simpel pada
dinding alveolar
 Membrane dasar pada dinding
alveolar
 Ruang interstisial (serabut jaringan ikat
dan cairan jaringan)
 Membran dasar kapilar, dan
 Endothelium kapilar
2. O2 dan CO2 menurunkan gradient
tekanan parsialnya saat melewati
membran respiratorik.
a. Molekul gas berdifusi dari area bertekanan
parsial tinggi ke area bertekanan lebih
rendah terlepas dari konsentrasi gas lain
dalam larutan  kecepatan difusi gas
menembus membrane ditentukan oleh
tekanan parsialnya.
b. PO2 dalam udara alveolar adalah 100
mmHg, sementara PO2 pada darah
terdeoksgenasi dalam kapiler pulmoner
di sekitar alveoli adalah 40 mmHg.
Dengan demikian, O2 berdifusi dari
udara alveolar menembus membran
respiratorik menuju kapiler paru.
c. PCO2 dalam udara alveolar adalah 40
mmHg dan PCO2 dalam kapiler di
sekitarnya adalah 45 mmHg. Dengan
demikian, CO2 berdifusi dari kapiler ke
alveoli.
3. Faktor yang mempengaruhi difusi gas
selain gradient tekanan parsialnya, antara
lain :
a. Ketebalan membrane respirasi  edema
dalam ruang interstisial atau infiltrasi fibrosa
paru-paru akibat penyakit pulmonary dapat
mengurangi difusi.
b. Area permukaan membran respirasi 
emfisema, sebagian besar permukaan yang
tersedia untuk pertukaran gas berkurang dan
pertukaran gas mengalami gangguan berat.
b. Solubilitas gas dalam membrane
respirasi. Solubilitas CO2 20 kali lebih
besar dari O2. Dengan demikian, CO2
berdifusi melalui membran 20 kali lebih
cepat dari O2.
TRANSPOR GAS MELALUI DARAH
A. Transpor oksigen. Sekitar 97% oksigen
dalam darah dibawa eritrosit yang telah
berikatan dengan hemoglobin (Hb), 3%
oksigen sisanya larut dalam plasma.
1. Setiap molekul dalam keempat molekul besi dalam
hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen
untuk membentuk oksihemoglobin (HbO2)
berwarna merah tua. Ikatan ini tidak kuat dan
revesibel. Hemoglobin tereduksi (HHb) berwarna
merah kebiruan.
2. Kapasitas oksigen adalah volume
maksimum oksigen yang dapat berikatan
dengan sejumlah hemoglobin dalam darah.
a. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta
molekul hemoglobin. Setiap gram hemoglobin dapat
mengikat 1,34 ml oksigen.
b. 100 ml darah rata-rata mengandung 15 gram
hemoglobin untuk maksimum 20 ml O2 per 100 ml
darah (15 x 1,34). Konsentrasi hemoglobin ini
biasanya dinyatakan sebagai persentase volume
dan merupakan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan hidup.
3. Kejenuhan oksigen darah adalah rasio antara
volume oksigen aktual yang terikat pada hemoglobin
dan kapasitas oksigen :
Kejenuhan Oksigen = kandungan oksigen x 100
kapasitas oksigen
a. Kejenuhan oksigen dibatasi oleh jumlah hemoglobin
atau PO2.
4. Kurva diasosiasi oksigen-hemoglobin.
Grafik memperlihatkan persentase kejenuhan
pada garis vertical dan tekanan parsial
oksigen pada garis horizontal.
a. Kurva membentuk S (sigmoid) karena kapasitas
pengisian oksigen pada hemoglobin (afinitas
pengikatan oksigen) bertambah jika kejenuhan
bertambah. Demikian pula, jika pelepasan
oksigennya (pelepasan oksigen terikat) meningkat,
kejenuhan oksigen darah pun meningkat.
Hemoglobin dikatakan 97% jenuh pada PO2 100
mmHg, seperti yang terjadi pada udara alveolar.
b. Lereng kurva diasosiasi ini menjadi tajam diantara
tekanan 10 sampai 50 mmHg dan mendatar di antara
70 sampai 100 mmHg. Dengan demikian, pada tingkat
PO2 yang tinggi, muatan yang besar hanya sedikit
memengaruhi kejenuhan hemoglobin, seperti
penurunan PO2 sampai 50 mmHg.
c. Jika PO2 turun sampai di bawah 50 mmHg, seperti
yang terjadi dalam jaringan tubuh, perubahan PO2 ini
walaupun sangat sedikit dapat mengakibatkan
perubahan yang besar pada kejenuhan hemoglobin
dan volume oksigen yang dilepas.
d. Darah arteri secara normal membawa
97% oksigen dari kapasitasnya untuk
melakukan hal tersebut.
1) Oleh karena itu, pernapasan dalam atau
menghirup oksigen murni tidak dapat
memberi peningkatan yang berarti pada
kejenuhan hemoglobin dengan
oksigen.
2) Menghirup oksigen murni dapat
meningkatkan penghantaran oksigen ke
dalam jaringan karena volume oksigen
terlarut dalam plasma darah meningkat.
e. Dalam darah vena, PO2 mencapai 40 mmHg
dan hemoglobin masih 75% jenuh, ini
menunjukkan bahwa darah hanya melepas
sekitar seperempat muatan oksigennya saat
melewati jaringan. Hal ini memberikan
rentang keamanan yang tinggi jika sewaktu-
waktu pernapasan terganggu atau kebutuhan
oksigen jaringan meningkat.
5. Afinitas hemoglobin terhadap oksigen
dan kurva diasoasi oksigen-hemoglobin
dipengaruhi oleh pH, temperatur, dan
konsentrasi 2,3-disfosfogliserat (2,3-DPG).
a. Hemoglobin dan pH. Peningkatan PCO2 darah
atau peningkatan asiditas darah (penurunan pH
darah dan peningkatan konsentrasi ion hydrogen)
melemahkan ikatan antara oksigen dan
hemoglobin, sehingga kurva bergerak ke
kanan. Terhadap tingkat PO2 manapun,
peningkatan asiditas darah menyebabkan
hemoglobin melepaskan lebih banyak oksigen ke
jaringan.
1) Sel-sel yang bermetabolis aktif, seperti
saat berolah raga, melepas lebih banyak
CO2 dan ion hidrogen.
2) Efek peningkatan CO2 dan penurunan
pH darah disebut efek Bohr. Efek ini
semakin besar pada tingkat PO2 yang
rendah, seperti yang terjadi dalam
jaringan, dan meningkatkan pelepasan
oksigen dari hemoglobin untuk
penggunaannya.
b. Hemoglobin dan temperatur.
Peningkatan temperatur yang terjadi
dalam visinitas sel-sel yang bermetabolis
aktif juga akan menggerakkan kurva ke
kanan dan meningkatkan penghantaran
oksigen ke otot yang bergerak.
c. Hemoglobin dan DPG. Peningkatan
konsentrasi 2,3-DPG, suatu metabolik
glikolisis yang ditemukan dalam sel
darah merah akan menurunkan afinitas
hemoglobin terhadap oksigen dan
menggerakkan kurva diasosiasi oksigen-
hemoglobin ke kanan.
1) Konsentrasi 2,3-DPG perlahan meningkat saat
kadar oksigen secara kronik menurun, seperti
pada anemia atau insufisiensi jantung.
Metabolit ini bereaksi dengan hemoglobin dan
mengurangi afinitasnya terhadap oksigen
sehingga makin banyak oksigen yang tersedia
untuk jaringan.
2) Konsentrasi 2,3-DPG juga penting dalam
transfer oksigen dari darah maternal ke darah
janin. Hemoglobin janin (hemoglobin F)
memiliki afinitas lebih besar terhadap oksigen
dibandingkan hemoglobin dewasa
(hemoglobin A), inilah perubahan akibat kerja
2,3-DPG terhadap hemoglobin F.
6. P50 adalah indeks yang tepat untuk
pemindahan kurva disosiasi oksigen-
hemoglobin. Sebenarnya PO2-lah yang
menunjukkan hemoglobin 50% jenuh
dengan oksigen. Semakin tinggi P50,
semakin rendah efinitas
hemoglobin terhadap oksigen.
B. Transpor karbon dioksida. Karbon
dioksida yang berdifusi ke dalam darah
dari jaringan dibawa ke paru-paru
melalui cara berikut ini :
1. Sejumlah kecil karbon dioksida (7% sampai
8%) tetap terlarut dalam plasma.
2. Karbon dioksida yang tersisa bergerak ke
dalam sel darah merah, di mana 25%-nya
bergabung dalam bentuk revesibel yang
tidak kuat dengan gugus amino di bagian
globin pada hemoglobin untuk membentuk
karbaminohemoglobin.
3. Sebagian besar karbon dioksida dibawa dalam
bentuk bikarbonat, terutama dalam plasma.
a. Karbon dioksida dalam sel darah merah berikatan
dengan air untuk membentuk asam karbonat dalam
reaksi bolak-balik yang dikatalis oleh anhidrase
karbonik.
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3
-
Anhidrase karbonik
b. Reaksi di atas berlaku dua arah,
bergantung konsentrasi senyawa. Jika
konsentrasi CO2 tinggi, seperti dalam
jaringan, reaksi berlangsung ke kanan
sehingga lebih banyak terbentuk ion
hydrogen dan bikarbonat. Dalam paru
yang konsentrasi CO2-nya lebih rendah,
reaksi berlangsung ke kiri dan
melepaskan karbon dioksida.
4. Pergeseran klorida. Ion bikarbonat
bermuatan negative yang terbentuk
dalam sel sel darah merah berdifusi
kedalam plasma dan hanya
menyisahkan Ion bermuatan positif
berlebihan.
a. Untuk mempertahankan netralitas
elektrokimia, ion bermuatan negative lain
yang sebagian besar ion klorida, bergerak
ke arah sel darah merah untuk memulihkan
ekuilibrium ion. Inilah yang disebut dengan
pergeseran klorida.
b. Kandungan klorida dalam sel darah merah
di vena yang memiliki konsentrasi
karbondioksida lebih tinggi akan lebih besar
dibandingkan dalam darah arteri.
5. Ion hydrogen bermuatan poasitif yang
terlepas akibat disosiasi asam karbonat,
berikatan dengan hemoglobin dalam sel
darah merah untuk meminimisasi
perubahan pH.
PENGENDALIAN SARAF
 Sistem volunter yang berasal dari
korteks serebral  saat melakukan
aktivitas seperti berbicara dan makan
 Sistem involunter yang terletak di
bagian medulla dan batang otak serta
mengatur respirasi sesuai kebutuhan
metabolik tubuh.
B. Kendali kimiawi. Kemoreseptor
mendeteksi perubahan kadar
oksigen, karbon dioksida, dan ion
hidrogen dalam darah arteri dan
cairan serebrospinalis serta
menyebabkan penyesuaian yang
tepat antara frekuensi dan
kedalaman respirasi.
b. Peningkatan konsentrasi ion hydrogen
(penurunan pH) langsung merangsang
kemoreseptor parifer. Peningkatan karbon
dioksida juga dapat menstimulasinya,
tetapi efek utama karbon dioksida adalah
pada kemoreseptor sentral.
REFLEKS BATUK
 Bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya
terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing
dalam jumlah berapapun atau penyebab iritasi
lainnya akan menimbulkan refleks batuk.
 Disana suatu rangkaian peristiwa otomatis
digerakkan oleh lintasan neuronal medulla,
menyebabkan efek sebagai berikut :
 Kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi
 Epiglotis menutup dan pita suara menutup erat-erat
untuk menjerat udara dalam paru.
REFLEKS BATUK
 Otot-otot perut berkontraksi dengan kuat mendorong
diafragma, sedangkan otot ekspirasi lainnya, seperti
interkonstalis internus, juga berkontraksi dengan kuat
mendorong diafragma.
 Pita suara dengan epiglottis sekonyong-konyong terbuka
lebar, sehingga udara bertekanan tinggi dalam paru
meledak keluar. Kadang-kadang dikeluarkan dengan
kecepatan 75-100 m.
 Udara yang mengalir cepat tersebut biasanya membawa
pula benda asing apapun yang terdapat dalam bronkus
dan trakea.
REFLEKS BERSIN
Rangsangan yang menimbulkan refleks
bersin adalah iritasi dalam saluran hidung,
impuls aferen berjalan dalam nervus kelima
menuju medulla, dimana refleks dicetuskan.
Fisiologi sistem respirasi

More Related Content

What's hot

MAKALAH PERNAPASAN PADA PARU PARU
MAKALAH PERNAPASAN PADA PARU PARUMAKALAH PERNAPASAN PADA PARU PARU
MAKALAH PERNAPASAN PADA PARU PARUikhsan saputra
 
fisiologi pernasafan panjang
fisiologi pernasafan panjangfisiologi pernasafan panjang
fisiologi pernasafan panjangnurdinz
 
2. fisiologi sistem respirasi
2. fisiologi sistem respirasi2. fisiologi sistem respirasi
2. fisiologi sistem respirasitarmizitaher
 
Sistem pernapasan - Biologi kelas 8 / 2 SMP
Sistem pernapasan - Biologi kelas 8 / 2 SMPSistem pernapasan - Biologi kelas 8 / 2 SMP
Sistem pernapasan - Biologi kelas 8 / 2 SMPFerlinda Feliana
 
Sistem Respiratori
Sistem RespiratoriSistem Respiratori
Sistem RespiratoriFairuz Nasir
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Anatomi Fisiologi Sistem PernafasanAnatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Anatomi Fisiologi Sistem PernafasanPrastuti Waraharini
 
Pengantantar ilmu respirasi
Pengantantar ilmu respirasiPengantantar ilmu respirasi
Pengantantar ilmu respirasifikri asyura
 
Faal paru kedua 2021
Faal paru kedua 2021Faal paru kedua 2021
Faal paru kedua 2021FaisalYunus7
 
Sistem pernafasan oleh ismail
Sistem pernafasan oleh ismailSistem pernafasan oleh ismail
Sistem pernafasan oleh ismailIsmail Fizh
 
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMP
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMPProses pernapasan untuk kelas 8 SMP
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMPLili Andajani
 
Respirasi manusia
Respirasi manusiaRespirasi manusia
Respirasi manusiaAlya Fauzia
 
fisiologi sistem respiratori
fisiologi sistem respiratorifisiologi sistem respiratori
fisiologi sistem respiratorinirwanas4
 
Tugas pernapasan
Tugas pernapasanTugas pernapasan
Tugas pernapasanmadanijhs
 

What's hot (20)

MAKALAH PERNAPASAN PADA PARU PARU
MAKALAH PERNAPASAN PADA PARU PARUMAKALAH PERNAPASAN PADA PARU PARU
MAKALAH PERNAPASAN PADA PARU PARU
 
fisiologi pernasafan panjang
fisiologi pernasafan panjangfisiologi pernasafan panjang
fisiologi pernasafan panjang
 
2. fisiologi sistem respirasi
2. fisiologi sistem respirasi2. fisiologi sistem respirasi
2. fisiologi sistem respirasi
 
Sistem pernapasan - Biologi kelas 8 / 2 SMP
Sistem pernapasan - Biologi kelas 8 / 2 SMPSistem pernapasan - Biologi kelas 8 / 2 SMP
Sistem pernapasan - Biologi kelas 8 / 2 SMP
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologi
 
Lesson 7.4
Lesson 7.4Lesson 7.4
Lesson 7.4
 
Sistem Respiratori
Sistem RespiratoriSistem Respiratori
Sistem Respiratori
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Anatomi Fisiologi Sistem PernafasanAnatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
 
Pengantantar ilmu respirasi
Pengantantar ilmu respirasiPengantantar ilmu respirasi
Pengantantar ilmu respirasi
 
Inspirasi dan ekspirasi
Inspirasi dan ekspirasiInspirasi dan ekspirasi
Inspirasi dan ekspirasi
 
Faal paru kedua 2021
Faal paru kedua 2021Faal paru kedua 2021
Faal paru kedua 2021
 
Sistem pernafasan oleh ismail
Sistem pernafasan oleh ismailSistem pernafasan oleh ismail
Sistem pernafasan oleh ismail
 
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMP
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMPProses pernapasan untuk kelas 8 SMP
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMP
 
Respirasi manusia
Respirasi manusiaRespirasi manusia
Respirasi manusia
 
Ppt pernapasan manusia
Ppt pernapasan manusiaPpt pernapasan manusia
Ppt pernapasan manusia
 
fisiologi sistem respiratori
fisiologi sistem respiratorifisiologi sistem respiratori
fisiologi sistem respiratori
 
Sistem respirasi manusia
Sistem respirasi  manusiaSistem respirasi  manusia
Sistem respirasi manusia
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Tugas pernapasan
Tugas pernapasanTugas pernapasan
Tugas pernapasan
 
Sist. respirasi
Sist. respirasiSist. respirasi
Sist. respirasi
 

Similar to Fisiologi sistem respirasi

PPT MATKUL ANAFISMAN_SISTEM RESPIRASI_.pptx
PPT MATKUL ANAFISMAN_SISTEM RESPIRASI_.pptxPPT MATKUL ANAFISMAN_SISTEM RESPIRASI_.pptx
PPT MATKUL ANAFISMAN_SISTEM RESPIRASI_.pptxstafanatriyara
 
Fisiologi Pernafasan
Fisiologi PernafasanFisiologi Pernafasan
Fisiologi PernafasanDedi Kun
 
Bab vii sistem pernapasan
Bab vii sistem pernapasanBab vii sistem pernapasan
Bab vii sistem pernapasanninaagustiana2
 
Bab vii sistem pernapasan
Bab vii sistem pernapasanBab vii sistem pernapasan
Bab vii sistem pernapasanninaagustiana2
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppticuntaribiya
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.pptZulfikar426713
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.pptZIAARTA
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.pptkenshin75
 
BAB 8 SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA.ppt
BAB 8 SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA.pptBAB 8 SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA.ppt
BAB 8 SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA.pptFERIFIRMANSYAH26
 
3.SISTEM RESPIRASI - Analis Kesehatan - 2021.pdf
3.SISTEM RESPIRASI - Analis Kesehatan - 2021.pdf3.SISTEM RESPIRASI - Analis Kesehatan - 2021.pdf
3.SISTEM RESPIRASI - Analis Kesehatan - 2021.pdfAnakLangit3
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)pjj_kemenkes
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologinurasita
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologinurasita
 
kebutuhan oksigen.pdf
kebutuhan oksigen.pdfkebutuhan oksigen.pdf
kebutuhan oksigen.pdfCindySagita
 
Sistem respirasi-manusia-heli
Sistem respirasi-manusia-heliSistem respirasi-manusia-heli
Sistem respirasi-manusia-heliHeliantho A Wawan
 

Similar to Fisiologi sistem respirasi (20)

Fluida gas
Fluida gasFluida gas
Fluida gas
 
PPT MATKUL ANAFISMAN_SISTEM RESPIRASI_.pptx
PPT MATKUL ANAFISMAN_SISTEM RESPIRASI_.pptxPPT MATKUL ANAFISMAN_SISTEM RESPIRASI_.pptx
PPT MATKUL ANAFISMAN_SISTEM RESPIRASI_.pptx
 
Fisiologi Pernafasan
Fisiologi PernafasanFisiologi Pernafasan
Fisiologi Pernafasan
 
Bab vii sistem pernapasan
Bab vii sistem pernapasanBab vii sistem pernapasan
Bab vii sistem pernapasan
 
Bab vii sistem pernapasan
Bab vii sistem pernapasanBab vii sistem pernapasan
Bab vii sistem pernapasan
 
ANFIS PERNAPASAN.ppt
ANFIS PERNAPASAN.pptANFIS PERNAPASAN.ppt
ANFIS PERNAPASAN.ppt
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
 
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.pptAnatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
Anatomi-dan-Fisiologi-Pertemuan-4.ppt
 
BAB 8 SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA.ppt
BAB 8 SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA.pptBAB 8 SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA.ppt
BAB 8 SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA.ppt
 
3.SISTEM RESPIRASI - Analis Kesehatan - 2021.pdf
3.SISTEM RESPIRASI - Analis Kesehatan - 2021.pdf3.SISTEM RESPIRASI - Analis Kesehatan - 2021.pdf
3.SISTEM RESPIRASI - Analis Kesehatan - 2021.pdf
 
Respirasi
RespirasiRespirasi
Respirasi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
 
Modul 2 kb 2
Modul 2 kb 2Modul 2 kb 2
Modul 2 kb 2
 
Bab 7 Sistem Respirasi.pptx
Bab 7 Sistem Respirasi.pptxBab 7 Sistem Respirasi.pptx
Bab 7 Sistem Respirasi.pptx
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologi
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologi
 
kebutuhan oksigen.pdf
kebutuhan oksigen.pdfkebutuhan oksigen.pdf
kebutuhan oksigen.pdf
 
Sistem respirasi-manusia-heli
Sistem respirasi-manusia-heliSistem respirasi-manusia-heli
Sistem respirasi-manusia-heli
 

More from Abdul Rivai Saleh Dunggio

Prosedur Pemeriksaan Fisik#GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN
Prosedur Pemeriksaan Fisik#GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENProsedur Pemeriksaan Fisik#GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN
Prosedur Pemeriksaan Fisik#GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENAbdul Rivai Saleh Dunggio
 
Metodologi Penelitian#Pertemuan 5@Desain, Populasi dan Sampel
Metodologi Penelitian#Pertemuan 5@Desain, Populasi dan Sampel Metodologi Penelitian#Pertemuan 5@Desain, Populasi dan Sampel
Metodologi Penelitian#Pertemuan 5@Desain, Populasi dan Sampel Abdul Rivai Saleh Dunggio
 
Pengkajian Kebutuhan Aktivitas Akibat Gangguan Saraf dan Integumen
Pengkajian  Kebutuhan Aktivitas Akibat Gangguan Saraf dan IntegumenPengkajian  Kebutuhan Aktivitas Akibat Gangguan Saraf dan Integumen
Pengkajian Kebutuhan Aktivitas Akibat Gangguan Saraf dan IntegumenAbdul Rivai Saleh Dunggio
 

More from Abdul Rivai Saleh Dunggio (18)

INSTRUMEN PENELITIAN
INSTRUMEN PENELITIANINSTRUMEN PENELITIAN
INSTRUMEN PENELITIAN
 
KONSEP PENDELEGASIAN.pdf
KONSEP PENDELEGASIAN.pdfKONSEP PENDELEGASIAN.pdf
KONSEP PENDELEGASIAN.pdf
 
Mekanisme Adaptasi Sel & Cedera Fisik
Mekanisme Adaptasi Sel & Cedera FisikMekanisme Adaptasi Sel & Cedera Fisik
Mekanisme Adaptasi Sel & Cedera Fisik
 
CONTOH : TATA TERTIB PENGUTIPAN
CONTOH : TATA TERTIB PENGUTIPANCONTOH : TATA TERTIB PENGUTIPAN
CONTOH : TATA TERTIB PENGUTIPAN
 
Prosedur Pemeriksaan Fisik#GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN
Prosedur Pemeriksaan Fisik#GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENProsedur Pemeriksaan Fisik#GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN
Prosedur Pemeriksaan Fisik#GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN
 
Metodologi Penelitian#Pertemuan 5@Desain, Populasi dan Sampel
Metodologi Penelitian#Pertemuan 5@Desain, Populasi dan Sampel Metodologi Penelitian#Pertemuan 5@Desain, Populasi dan Sampel
Metodologi Penelitian#Pertemuan 5@Desain, Populasi dan Sampel
 
Pertemuan 2@anamnese sistem respirasi
Pertemuan 2@anamnese sistem respirasiPertemuan 2@anamnese sistem respirasi
Pertemuan 2@anamnese sistem respirasi
 
Konsep Perioperatif
Konsep Perioperatif Konsep Perioperatif
Konsep Perioperatif
 
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
STANDAR ASUHAN KEPERAWATANSTANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
 
KONSEP MUTU PELAYANAN KESEHATAN
KONSEP MUTU PELAYANAN KESEHATANKONSEP MUTU PELAYANAN KESEHATAN
KONSEP MUTU PELAYANAN KESEHATAN
 
Nyeri
NyeriNyeri
Nyeri
 
MPKP#TIMBANG TERIMA
MPKP#TIMBANG TERIMAMPKP#TIMBANG TERIMA
MPKP#TIMBANG TERIMA
 
Pengkajian Kebutuhan Aktivitas Akibat Gangguan Saraf dan Integumen
Pengkajian  Kebutuhan Aktivitas Akibat Gangguan Saraf dan IntegumenPengkajian  Kebutuhan Aktivitas Akibat Gangguan Saraf dan Integumen
Pengkajian Kebutuhan Aktivitas Akibat Gangguan Saraf dan Integumen
 
Eritrosit
EritrositEritrosit
Eritrosit
 
Konsep kepuasan pelanggan
Konsep kepuasan pelangganKonsep kepuasan pelanggan
Konsep kepuasan pelanggan
 
#4diagnosa & intervensi respirasi
#4diagnosa & intervensi respirasi#4diagnosa & intervensi respirasi
#4diagnosa & intervensi respirasi
 
Anatomi sistem respirasi
Anatomi sistem respirasiAnatomi sistem respirasi
Anatomi sistem respirasi
 
Pertemuan 2 anamnese_sistem_pernapasan
Pertemuan 2 anamnese_sistem_pernapasanPertemuan 2 anamnese_sistem_pernapasan
Pertemuan 2 anamnese_sistem_pernapasan
 

Recently uploaded

PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 

Recently uploaded (20)

PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 

Fisiologi sistem respirasi

  • 2. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Mekanisme Pernapasan Pertukaran Gas Transpor Gas Melalui Darah Pengendalian Respirasi
  • 3. MEKANISME PERNAPASAN A. Prinsip Dasar 1. Toraks  rongga tertutup kedap udara di sekeliling paru-paru yang terbuka hanya melalui jalur sistem pernapasan 2. Pernapasan  proses inspirasi (inhalasi) & ekspirasi (ekshalasi) 3. Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfir (sekitar 760 mmHg) = tekanan udara alveoli  tekanan intra-alveolar (intrapulmonar)
  • 4. MEKANISME PERNAPASAN A. Prinsip Dasar 4. Tekanan intrapleura dalam rongga pleura  tekanan sub-atmosfer, atau kurang dari tekanan intra-alveolar 5. Peningkatan atau penurunan volume rongga toraks mengubah tekanan intrapleura dan tekanan intra-alveolar  kembang & kempis paru. 6. Otot-otot inspirasi  perbesar rongga toraks dan tingkatkan volume 7. Otot-otot ekspirasi  turunkan volume rongga toraks
  • 5.
  • 6. MEKANISME PERNAPASAN A. Prinsip Dasar 8. Inspirasi butuh kontraksi otot dan energi 1. Diafragma  otot bentuk kubah  perbesar rongga toraks ke arah inferior 2. Otot interkostal eksternal  angkat iga ke atas dan ke depan  perbesar rongga toraks ke arah anterior dan posterior 3. Otot sternokleidomastoid, pektoralis mayor, serratus anterior, dan otot skalena (napas aktif atau napas dalam)  perbesar rongga toraks.
  • 7.
  • 8. MEKANISME PERNAPASAN A. Prinsip Dasar 9. Ekspirasi  relaksasi otot (proses pasif). Ekspirasi dalam  otot interkostal internal tarik kerangka iga ke bawah dan otot abdomen berkontraksi sehinga mendorong isi abdomen menekan diafragma.
  • 9. B. Faktor-Faktor Dalam Inflasi dan deflasi Paru-Paru 1. Tekanan intrapleura negatif  hasilkan pengisapan tahan paru-paru tetap berkontak dengan dinding toraks 2. Jaringan Elastik dalam paru-paru  menjauh dari dinding toraks dan mengempis. 3. Selama inspirasi dan ekspansi toraks, tekanan intrapleura negatif semakin berkurang (semakin negative)menarik permukaan paru-paru keluar kearah dinding toraks dan membantu ekspansi paru-paru.
  • 10. B. Faktor-Faktor Dalam Inflasi dan deflasi Paru-Paru 4. Saat paru-paru berekspansi, tekanan udara di dalam paru-paru (tekanan intra- alveolar) menurun drastis sampai di bawah tekanan atmosfer di luar tubuh. 5. Saat otot-otot inspirasi relaks, ukuran rongga toraks berkurang  tekanan intra-alveolar meningkat  udara dikeluarkan dari paru-paru.
  • 11. B. Faktor-Faktor Dalam Inflasi dan deflasi Paru-Paru 6. Surfaktan kurangi tegangan permukaan cairan yang menurunkan kecendurungan pengempisan alveoli dan memungkinkan alveoli untuk berinflasi dalam tekanan yang lebih rendah. 7. Komplians (ukuran peningkatan volume) mengacu pada distensibilitas paru-paru atau kemudahan inflasinya  liter (volume udara) persentimeter air (tekanan).
  • 12. B. Faktor-Faktor Dalam Inflasi dan deflasi Paru-Paru 8. Jika udara dibiarkan masuk dalam ruangan intrapleura (karena luka tusuk atau tulang iga patah), kondisi ini disebut pneumotoraks (“udara dalam dada”). 9. Akibat menghilangnya tekanan negatif dalam rongga intrapleura adalah pengempisan paru-paru, disebut atalektasis.
  • 13. VOLUME DAN KAPASITAS PARU  Volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan ekspirasi  spirometer (ml)  Nilai volume paru memperlihatkan suhu tubuh standar dan tekanan ambien
  • 14. 1. Volume a.Volume tidal (VT)  volume udara yang masuk dan keluar paru-paru selama ventilasi normal biasa. Laki-laki  500 ml dan Perempuan  380 ml. b.Volume Cadagan Inspirasi (VCI)  volume udara ekstra yang masuk ke paru-paru dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi tidal. Laki-laki 3.100 ml dan Perempuan 1.900 ml.
  • 15. c. Volume cadangan ekspirasi (VCE)  volume ekstra udara yang dapat dengan kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidak normal. Laki-laki 1.200 ml dan Perempuan  800 ml d. Volume residual (VR)  volume udara sisa dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi kuat. Laki-laki  1.200 ml dan Perempuan 1.000 ml.
  • 16. 2. Kapasitas a.Kapasitas residual fungsional (KRF)  penambahan volume residual dan volume cadangan ekspirasi (KRF = VR + VCE). Kapasitas ini merupakan jumlah udara sisa dalam system respiratorik setelah ekspirasi normal. Nilai rata-ratanya adalah 2.200 ml. b.Kapasitas inspirasi (KI) adalah penambahan volume tidal dan volume cadangan inspirasi (KI = VT + VCI). Nilai rata-ratanya adalah 3.500 ml.
  • 17. c. Kapasitas vital (KV) adalah penambahan volume tidal, volume cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi (KT = VT + VCI + VCE)  jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum. Dipengaruhi oleh beberapa factor seperti postur, ukuran rongga toraks, dan komplians paru. Nilai rata-ratanya sekitar 4.500 ml. d. Kapasitas total paru (KTP)  jumlah total udara yang dapat ditampung dalam paru-paru dan sama dengan kapasitas vital ditambah volume residual (KTP = KV + VR). Nilai rata- ratanya adalah 5.700 ml.
  • 18. 3. Volume ekspirasi kuat dalam satu detik (VEK1)  volume udara yang dapat dikeluarkan dari paru yang terinflasi maksimal saat detik pertama ekhalasi maksimum. Nilai  sekitar 80% KV. 4. Volume respirasi menit  volume tidal dikalikan dengan jumlah pernapasan per menit.
  • 19. ANGKA VENTILASI ALVEOLAR  Angka ventilasi alveolar adalah volume udara baru yang masuk alveolar per menit dan sama dengan nilai VT dikali kecepatan respirasi. 1. Udara yang mengisi jalan udara penghantar (hidung, faring, trakea, bronkil, dan bronkiolus) tidak berpartisipasi dalam pertukaran gas dan disebut udara ruang mati. Volume udara tersebut sekitar 150 ml setelah inspirasi dengan rata-rata VT 500 ml. Udara pertama yang memasuki alveoli adalah 150 ml dari udara ruang mati sehingga hanya tersisa 350 ml udara baru per napas.
  • 20. a. Istilah ruang mati anatomis mengacu pada jalan penghantar yang berisi udara ruang mati. b. Ruang mati fisiologis meliputi semua area alveoli yang tidak atau sebagian berfungsi seperti ruang mati anatomis. Pada individu normal, ruang mati fisiologis sama dengan ruang mati anatomis.
  • 21. 2. Kapasitas residual fungsional paru-paru sekitar 2.400 ml, dan hanya 350 ml udara baru yang dibawa dalam satu napas; dengan demikian, hanya sekitar sepertujuh udara alveoli lama yang ditukar dalam satu kali napas.
  • 22. PERTUKARAN GAS A. Komposisi udara atmosfer. Udara atmosfer, pada tekanan 760 mmHg di hari yang hangat, terdiri dari oksigen (21%), nitrogen (79%), karbon dioksida (0,04%) dan berbagai gas mulia. B. Sifat dan konsep tekanan parsial gas 1. Dalam campuran gas, setiap gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum Dalton).
  • 23. 2. Tekanan ini disebut tekanan (tegangan) parsial gas dalam suatu campuran dan dilambangkan dengan simbol P di depan lambang kimia gas serta dinyatakan dalam mililiter mercuri (mmHg). Tekanan parsial oksigen (PO2) dalam atmosfer : 21/100 x 760 mmHg = 160 mmHg PO2 Tekanan parsial karbon dioksida (PCO2) dalam atmosfer : 0,04/100 x 760 mmHg = 0,3 mmHg PCO2
  • 24. 3. Solubilitas gas dalam air bervariasi sesuai tekanan dan temperaturnya. Solubilitas meningkat setara dengan peningkatan tekanan parsial dan menurun sesuai dengan peningkatan temperatur (hukum Henry). 4. Volume gas berbanding terbalik dengan tekanan gas (hukum Boyle). Jika tekanan meningkat, molekul- molekul gas terkompresi dan volume berkurang.
  • 25. PERTUKARAN GAS PULMONARY 1. Membran respirasi :  Lapisan sulfaktan  Epithelium skuamosa simpel pada dinding alveolar  Membrane dasar pada dinding alveolar  Ruang interstisial (serabut jaringan ikat dan cairan jaringan)  Membran dasar kapilar, dan  Endothelium kapilar
  • 26. 2. O2 dan CO2 menurunkan gradient tekanan parsialnya saat melewati membran respiratorik. a. Molekul gas berdifusi dari area bertekanan parsial tinggi ke area bertekanan lebih rendah terlepas dari konsentrasi gas lain dalam larutan  kecepatan difusi gas menembus membrane ditentukan oleh tekanan parsialnya.
  • 27. b. PO2 dalam udara alveolar adalah 100 mmHg, sementara PO2 pada darah terdeoksgenasi dalam kapiler pulmoner di sekitar alveoli adalah 40 mmHg. Dengan demikian, O2 berdifusi dari udara alveolar menembus membran respiratorik menuju kapiler paru. c. PCO2 dalam udara alveolar adalah 40 mmHg dan PCO2 dalam kapiler di sekitarnya adalah 45 mmHg. Dengan demikian, CO2 berdifusi dari kapiler ke alveoli.
  • 28. 3. Faktor yang mempengaruhi difusi gas selain gradient tekanan parsialnya, antara lain : a. Ketebalan membrane respirasi  edema dalam ruang interstisial atau infiltrasi fibrosa paru-paru akibat penyakit pulmonary dapat mengurangi difusi. b. Area permukaan membran respirasi  emfisema, sebagian besar permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas berkurang dan pertukaran gas mengalami gangguan berat.
  • 29. b. Solubilitas gas dalam membrane respirasi. Solubilitas CO2 20 kali lebih besar dari O2. Dengan demikian, CO2 berdifusi melalui membran 20 kali lebih cepat dari O2.
  • 30. TRANSPOR GAS MELALUI DARAH A. Transpor oksigen. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb), 3% oksigen sisanya larut dalam plasma. 1. Setiap molekul dalam keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen untuk membentuk oksihemoglobin (HbO2) berwarna merah tua. Ikatan ini tidak kuat dan revesibel. Hemoglobin tereduksi (HHb) berwarna merah kebiruan.
  • 31. 2. Kapasitas oksigen adalah volume maksimum oksigen yang dapat berikatan dengan sejumlah hemoglobin dalam darah. a. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul hemoglobin. Setiap gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml oksigen. b. 100 ml darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk maksimum 20 ml O2 per 100 ml darah (15 x 1,34). Konsentrasi hemoglobin ini biasanya dinyatakan sebagai persentase volume dan merupakan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan hidup.
  • 32. 3. Kejenuhan oksigen darah adalah rasio antara volume oksigen aktual yang terikat pada hemoglobin dan kapasitas oksigen : Kejenuhan Oksigen = kandungan oksigen x 100 kapasitas oksigen a. Kejenuhan oksigen dibatasi oleh jumlah hemoglobin atau PO2.
  • 33. 4. Kurva diasosiasi oksigen-hemoglobin. Grafik memperlihatkan persentase kejenuhan pada garis vertical dan tekanan parsial oksigen pada garis horizontal. a. Kurva membentuk S (sigmoid) karena kapasitas pengisian oksigen pada hemoglobin (afinitas pengikatan oksigen) bertambah jika kejenuhan bertambah. Demikian pula, jika pelepasan oksigennya (pelepasan oksigen terikat) meningkat, kejenuhan oksigen darah pun meningkat. Hemoglobin dikatakan 97% jenuh pada PO2 100 mmHg, seperti yang terjadi pada udara alveolar.
  • 34. b. Lereng kurva diasosiasi ini menjadi tajam diantara tekanan 10 sampai 50 mmHg dan mendatar di antara 70 sampai 100 mmHg. Dengan demikian, pada tingkat PO2 yang tinggi, muatan yang besar hanya sedikit memengaruhi kejenuhan hemoglobin, seperti penurunan PO2 sampai 50 mmHg. c. Jika PO2 turun sampai di bawah 50 mmHg, seperti yang terjadi dalam jaringan tubuh, perubahan PO2 ini walaupun sangat sedikit dapat mengakibatkan perubahan yang besar pada kejenuhan hemoglobin dan volume oksigen yang dilepas.
  • 35. d. Darah arteri secara normal membawa 97% oksigen dari kapasitasnya untuk melakukan hal tersebut. 1) Oleh karena itu, pernapasan dalam atau menghirup oksigen murni tidak dapat memberi peningkatan yang berarti pada kejenuhan hemoglobin dengan oksigen. 2) Menghirup oksigen murni dapat meningkatkan penghantaran oksigen ke dalam jaringan karena volume oksigen terlarut dalam plasma darah meningkat.
  • 36. e. Dalam darah vena, PO2 mencapai 40 mmHg dan hemoglobin masih 75% jenuh, ini menunjukkan bahwa darah hanya melepas sekitar seperempat muatan oksigennya saat melewati jaringan. Hal ini memberikan rentang keamanan yang tinggi jika sewaktu- waktu pernapasan terganggu atau kebutuhan oksigen jaringan meningkat.
  • 37. 5. Afinitas hemoglobin terhadap oksigen dan kurva diasoasi oksigen-hemoglobin dipengaruhi oleh pH, temperatur, dan konsentrasi 2,3-disfosfogliserat (2,3-DPG). a. Hemoglobin dan pH. Peningkatan PCO2 darah atau peningkatan asiditas darah (penurunan pH darah dan peningkatan konsentrasi ion hydrogen) melemahkan ikatan antara oksigen dan hemoglobin, sehingga kurva bergerak ke kanan. Terhadap tingkat PO2 manapun, peningkatan asiditas darah menyebabkan hemoglobin melepaskan lebih banyak oksigen ke jaringan.
  • 38. 1) Sel-sel yang bermetabolis aktif, seperti saat berolah raga, melepas lebih banyak CO2 dan ion hidrogen. 2) Efek peningkatan CO2 dan penurunan pH darah disebut efek Bohr. Efek ini semakin besar pada tingkat PO2 yang rendah, seperti yang terjadi dalam jaringan, dan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin untuk penggunaannya.
  • 39. b. Hemoglobin dan temperatur. Peningkatan temperatur yang terjadi dalam visinitas sel-sel yang bermetabolis aktif juga akan menggerakkan kurva ke kanan dan meningkatkan penghantaran oksigen ke otot yang bergerak. c. Hemoglobin dan DPG. Peningkatan konsentrasi 2,3-DPG, suatu metabolik glikolisis yang ditemukan dalam sel darah merah akan menurunkan afinitas hemoglobin terhadap oksigen dan menggerakkan kurva diasosiasi oksigen- hemoglobin ke kanan.
  • 40. 1) Konsentrasi 2,3-DPG perlahan meningkat saat kadar oksigen secara kronik menurun, seperti pada anemia atau insufisiensi jantung. Metabolit ini bereaksi dengan hemoglobin dan mengurangi afinitasnya terhadap oksigen sehingga makin banyak oksigen yang tersedia untuk jaringan. 2) Konsentrasi 2,3-DPG juga penting dalam transfer oksigen dari darah maternal ke darah janin. Hemoglobin janin (hemoglobin F) memiliki afinitas lebih besar terhadap oksigen dibandingkan hemoglobin dewasa (hemoglobin A), inilah perubahan akibat kerja 2,3-DPG terhadap hemoglobin F.
  • 41. 6. P50 adalah indeks yang tepat untuk pemindahan kurva disosiasi oksigen- hemoglobin. Sebenarnya PO2-lah yang menunjukkan hemoglobin 50% jenuh dengan oksigen. Semakin tinggi P50, semakin rendah efinitas hemoglobin terhadap oksigen.
  • 42. B. Transpor karbon dioksida. Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dari jaringan dibawa ke paru-paru melalui cara berikut ini : 1. Sejumlah kecil karbon dioksida (7% sampai 8%) tetap terlarut dalam plasma. 2. Karbon dioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah, di mana 25%-nya bergabung dalam bentuk revesibel yang tidak kuat dengan gugus amino di bagian globin pada hemoglobin untuk membentuk karbaminohemoglobin.
  • 43. 3. Sebagian besar karbon dioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat, terutama dalam plasma. a. Karbon dioksida dalam sel darah merah berikatan dengan air untuk membentuk asam karbonat dalam reaksi bolak-balik yang dikatalis oleh anhidrase karbonik. CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3 - Anhidrase karbonik
  • 44. b. Reaksi di atas berlaku dua arah, bergantung konsentrasi senyawa. Jika konsentrasi CO2 tinggi, seperti dalam jaringan, reaksi berlangsung ke kanan sehingga lebih banyak terbentuk ion hydrogen dan bikarbonat. Dalam paru yang konsentrasi CO2-nya lebih rendah, reaksi berlangsung ke kiri dan melepaskan karbon dioksida.
  • 45. 4. Pergeseran klorida. Ion bikarbonat bermuatan negative yang terbentuk dalam sel sel darah merah berdifusi kedalam plasma dan hanya menyisahkan Ion bermuatan positif berlebihan. a. Untuk mempertahankan netralitas elektrokimia, ion bermuatan negative lain yang sebagian besar ion klorida, bergerak ke arah sel darah merah untuk memulihkan ekuilibrium ion. Inilah yang disebut dengan pergeseran klorida.
  • 46. b. Kandungan klorida dalam sel darah merah di vena yang memiliki konsentrasi karbondioksida lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan dalam darah arteri. 5. Ion hydrogen bermuatan poasitif yang terlepas akibat disosiasi asam karbonat, berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah untuk meminimisasi perubahan pH.
  • 47. PENGENDALIAN SARAF  Sistem volunter yang berasal dari korteks serebral  saat melakukan aktivitas seperti berbicara dan makan  Sistem involunter yang terletak di bagian medulla dan batang otak serta mengatur respirasi sesuai kebutuhan metabolik tubuh.
  • 48.
  • 49.
  • 50.
  • 51.
  • 52.
  • 53.
  • 54. B. Kendali kimiawi. Kemoreseptor mendeteksi perubahan kadar oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen dalam darah arteri dan cairan serebrospinalis serta menyebabkan penyesuaian yang tepat antara frekuensi dan kedalaman respirasi.
  • 55.
  • 56.
  • 57.
  • 58. b. Peningkatan konsentrasi ion hydrogen (penurunan pH) langsung merangsang kemoreseptor parifer. Peningkatan karbon dioksida juga dapat menstimulasinya, tetapi efek utama karbon dioksida adalah pada kemoreseptor sentral.
  • 59. REFLEKS BATUK  Bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing dalam jumlah berapapun atau penyebab iritasi lainnya akan menimbulkan refleks batuk.  Disana suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh lintasan neuronal medulla, menyebabkan efek sebagai berikut :  Kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi  Epiglotis menutup dan pita suara menutup erat-erat untuk menjerat udara dalam paru.
  • 60. REFLEKS BATUK  Otot-otot perut berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan otot ekspirasi lainnya, seperti interkonstalis internus, juga berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma.  Pita suara dengan epiglottis sekonyong-konyong terbuka lebar, sehingga udara bertekanan tinggi dalam paru meledak keluar. Kadang-kadang dikeluarkan dengan kecepatan 75-100 m.  Udara yang mengalir cepat tersebut biasanya membawa pula benda asing apapun yang terdapat dalam bronkus dan trakea.
  • 61. REFLEKS BERSIN Rangsangan yang menimbulkan refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, impuls aferen berjalan dalam nervus kelima menuju medulla, dimana refleks dicetuskan.

Editor's Notes

  1. 1