Perubahan dalam kondisi ekonomi dan sosial, termasuk meningkatnya keragaman kebutuhan konsumen, perubahan perilaku pembelian, dan globalisasi aktivitas perusahaan, mendorong inovasi di sektor industri, distribusi, dan ritel.
Kemampuan perusahaan untuk mengelola rantai pasokan yang bertanggung jawab secara rumit dapat dipersulit dengan perubahan yang cepat dan preferensi konsumen yang seringkali tidak dapat diprediksi.
Seringkali, biaya keuangan untuk meningkatkan layanan mungkin terlalu tinggi untuk ditanggung oleh satu organisasi. Dalam hal demikian, mengandalkan inisiatif kolaboratif mungkin merupakan strategi yang lebih baik.
Perhatian bukan lagi melulu pada perusahaan tetapi pada kolaborasi rantai nilai yang memiliki dampak penting pada peningkatan nilai dan bukan hanya pasokan barang atau jasa.
Masa depan rantai pasokan didasarkan pada kolaborasi, konektivitas dan ketangkasan, dan yang paling penting, menjadi ulet atau memiliki resiliensi.
Pendekatan rantai nilai memberikan pemahaman bagaimana meningkatkan berbagai tahapan dalam rantai nilai, memberikan wawasan tentang bagaimana merancang strategi bisnis yang memanfaatkan manajemen rantai nilai untuk menciptakan nilai, dan menimbulkan pertanyaan penting tentang implikasi rantai nilai bagi masa depan yang didorong oleh teknologi digital.
Paparan ini membahas masalah konseptual rantai nilai dan memperkenalkan pengembangan rantai nilai yang dapat berkontribusi pada inovasi.
Jual Obat Cytotec Di Depok #082122229359 Apotik Jual Cytotec Original
Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)
1. Pengembangan Rantai Nilai
Togar M. Simatupang
Institut Teknologi Bandung dan Institut Teknologi Del
Pelatihan Online: Lean Six Sigma - Basics of Supply Chain Management - Sesi 12
Tanggal 1 Agustus 2020 Pukul 13.00-16.00 WIB
2. Kilasan
1. Pendahuluan
2. Inovasi Rantai Pasokan dan Inovasi Rantai Nilai
3. Pengembangan Rantai Nilai
4. Sistem Pangan
5. Pengembangan Rantai Nilai Pertanian
6. Pertanian Berskala Besar
7. Apa yang perlu diperbaiki?
8. Penutup
2
3. Pendahuluan
• Perubahan dalam kondisi ekonomi dan sosial, termasuk meningkatnya keragaman kebutuhan konsumen,
perubahan perilaku pembelian, dan globalisasi aktivitas perusahaan, mendorong inovasi di sektor industri,
distribusi, dan ritel.
• Kemampuan perusahaan untuk mengelola rantai pasokan yang bertanggung jawab secara rumit dapat
dipersulit dengan perubahan yang cepat dan preferensi konsumen yang seringkali tidak dapat diprediksi.
• Seringkali, biaya keuangan untuk meningkatkan layanan mungkin terlalu tinggi untuk ditanggung oleh satu
organisasi. Dalam hal demikian, mengandalkan inisiatif kolaboratif mungkin merupakan strategi yang lebih
baik.
• Perhatian bukan lagi melulu pada perusahaan tetapi pada kolaborasi rantai nilai yang memiliki dampak
penting pada peningkatan nilai dan bukan hanya pasokan barang atau jasa.
• Masa depan rantai pasokan didasarkan pada kolaborasi, konektivitas dan ketangkasan, dan yang paling
penting, menjadi ulet atau memiliki resiliensi.
• Pendekatan rantai nilai memberikan pemahaman bagaimana meningkatkan berbagai tahapan dalam rantai
nilai, memberikan wawasan tentang bagaimana merancang strategi bisnis yang memanfaatkan manajemen
rantai nilai untuk menciptakan nilai, dan menimbulkan pertanyaan penting tentang implikasi rantai nilai bagi
masa depan yang didorong oleh teknologi digital.
• Paparan ini membahas masalah konseptual rantai nilai dan memperkenalkan pengembangan rantai nilai
yang dapat berkontribusi pada inovasi.
3
5. Nilai Tambah, Rantai Transportasi, dan Rantai Pasokan
Sumber: “Supply Chains, Transport Chains and Added Value”, <https://transportgeography.org/?page_id=4270> 5
6. Inovasi Rantai Pasokan vs. Inovasi Rantai Nilai
Inovasi Rantai Pasokan
• Perubahan (tambahan atau radikal) dalam
jaringan rantai pasokan, teknologi rantai
pasokan, atau proses rantai pasokan (atau
kombinasi dari semuanya) yang dapat terjadi
dalam fungsi perusahaan, di dalam perusahaan,
di industri atau di rantai pasokan untuk
meningkatkan penciptaan nilai baru bagi
pemangku kepentingan (Arlbjørn et al., 2011).
• Tiga kategori di bidang rantai pasokan:
• Teknologi baru, seperti truk hemat energi
• Optimalisasi jaringan, seperti analisis data dan
ekonomi platform
• Optimalisasi proses, seperti metode tepat waktu,
skalabilitas, dan fleksibilitas
Inovasi Rantai Nilai
• Para pelaku bisnis yang bekerja untuk untuk
membuat pasar lebih efisien dengan
mengeksplorasi solusi untuk mengatasi hubungan
pemasaran yang terpecah-pecah; meningkatkan
akses ke layanan, informasi, dan input; dan
menyeimbangkan distribusi informasi dan
kekuatan yang asimetris.
• Memaksimalkan manfaat (atau pembagian nilai)
karena kontribusi fungsinya untuk eksploitasi
pasar melalui:
• Spesialisasi,
• Keunggulan komparatif dan kompetitif,
• Skala ekonomi,
• perubahan teknologi,
• Organisasi dan kelembagaan yang dinamis.
Sumber: Arlbjørn JS, de Haas H, Munksgaard KB (2011) Exploring supply chain innovation. Logist Res 3:3–18 6
7. Tujuan
KemampuanPeluang
Suatu Proses untuk Inovasi
• Saat mencari peluang bernilai
pelanggan, manajer
mendapatkan sumber daya dan
pelatihan untuk menangkap
dan menganalisis data
pelanggan dan pasar.
• Analisis data dilakukan dengan
menggunakan metode
kualitatif interpretif dan
statistik kuantitatif yang
diterima, mencari petunjuk
dan pola perubahan yang
mungkin menghasilkan
peluang untuk perbaikan
proses rantai pasokan.
Bagaimana para manajer dapat menerapkan inovasi rantai nilai untuk menciptakan dampak?
• Tingkat keterampilan dan
kompetensi karyawan serta
kemampuan mereka untuk
mengembangkan kemampuan
dinamis, seperti penggunaan
kompetensi internal dan eksternal
untuk mendorong perubahan
dengan perspektif jangka panjang.
• Menjalankan operasi adalah
tentang menyelesaikan masalah.
“Apakah mungkin untuk melakukan ini?”
“Apakah kita ingin melakukan ini?”
“Apakah ini sesuatu yang bisa kita lakukan?”
• Tujuan harus ambisius, tetapi juga
harus realistis.
• Strategi mencoba meningkatkan
perbedaan dan mencari keunikan.
• Strategi yang baik harus memperjelas
apa yang tidak ingin dicapai.
Pemikiran strategis melibatkan
penetapan tujuan yang paling
ambisius yang dimungkinkan
mengingat peluang yang ditawarkan
oleh lingkungan eksternal dan
kemampuan internal organisasi.
7
8. Inovasi Inkremental dan/atau Inovasi Radikal
Inovasi Terobosan
menyediakan solusi dari
masalah yang
mendesak
Inovasi Disruptif
menciptakan ceruk
pasar besar baru
Inovasi Perubahan
Permainan mengubah
pasar dan masyarakat
Inovasi Radikal
Meningkatkan efisiensi
atau peningkatan fitur
dalam proses, produk,
atau layanan yang ada
Mengeksploitasi
teknologi yang ada
Meningkatkan daya
saing dalam pasar atau
industri saat ini
Inovasi
Inkremental
Mencapai
keseimbangan sinergis
dalam portofolio inovasi
antara masa kini dan
masa depan
Kepemimpinan
PasarPerubahan
8
9. Inovasi Rantai Pasokan
• Inovasi tidak hanya tentang merancang produk baru dan menciptakan model
bisnis baru, inovasi juga penting untuk terus meningkatkan dan mengarahkan
kembali operasi dan proses bisnis.
• Ketika berbicara inovasi rantai pasokan, pada umumnya berarti peningkatan
dalam cara rantai pasokan beroperasi, dan lebih khusus, dalam cara produk,
informasi, pekerjaan, dan aliran dana (dan disimpan sementara) di seluruh rantai
pasokan.
• Inovasi rantai pasokan menggabungkan perkembangan informasi dan teknologi
terkait dengan prosedur logistik dan pemasaran baru untuk meningkatkan
efisiensi operasional dan meningkatkan efektivitas layanan (Bello, 2004).
• Inovasi rantai pasokan akan melibatkan adopsi proses dan teknologi baru yang
menghasilkan perubahan.
• Jadi mengapa harus peduli dengan inovasi rantai pasokan?
• Dalam mencari keunggulan diferensial kompetitif, banyak manajer dari organisasi
kelas dunia telah menyadari bahwa membedakan pada proses lebih
berkelanjutan daripada membedakan pada produk, bahkan jika diferensiasi
produk masih ada.
Sumber: Bello, D. (2004), “An institutional analysis of supply chain innovations in global marketing channels”, Industrial Marketing Management, 33(1):57–64. 9
10. Inovasi Rantai Pasokan
Caterpillar (CAT) membedakan
bisnisnya pada ketersediaan suku
cadang layanan, menjanjikan akses
ke suku cadang global yang jauh
melebihi pesaingnya.
Inovasi inti untuk FedEx adalah
pengembangan sistem pengumpul
dan pengumpan (hub and spoke)
yang memungkinkan penawaran
layanan baru yang menjanjikan dan
memberikan kecepatan dan
keandalan untuk pengiriman paket.
Pendekatan rantai pasokan langsung
pelanggan yang dibuat khusus (MTO)
oleh Dell telah memberikan dampak
yang mengganggu pada industri PC
dengan menawarkan produk-produk
canggih dengan biaya lebih rendah
dengan tingkat layanan yang dapat
diandalkan namun relatif tinggi.
Saturn (OEM otomotif) dipilih untuk
mencapai status pemasok pilihan
dengan menawarkan tingkat layanan
terbaik yang dicapai melalui
manajemen proses purna jual yang
efisien.
Apple, Ikea, Wal-Mart, Carrefour,
Zara, HP, Benetton, dan Amazon
hanyalah beberapa contoh
perusahaan yang telah
menggunakan inovasi rantai pasokan
untuk mengganggu industri mereka
dan berfungsi sebagai jangkar untuk
meningkatkan kinerja bisnis.
10
11. Proposisi
Nilai
Pengiriman
Nilai
Penangkapan
Nilai
Inovasi rantai pasokan berbasis nilai
Bagaimana SCI berkontribusi pada penciptaan nilai, pengiriman nilai, dan penangkapan nilai?
Nilai adalah jumlah yang bersedia
dibayarkan oleh pembeli untuk apa
yang disediakan oleh perusahaan.
• Bagaimana perusahaan
menciptakan nilai bagi
pelanggannya?
• Berbagai proposisi nilai seperti
fleksibilitas, efisiensi, daya
tanggap, persyaratan waktu dan
kualitas, dan layanan bernilai
tambah
• Pengiriman nilai yang berkaitan
dengan proses menciptakan
nilai yang ditargetkan pada
mitra eksternal (paling sering
pelanggan).
• Proses nilai ini berkisar pada
kegiatan yang sering melintasi
berbagai fungsi perusahaan
• Bagaimana perusahaan
menangkap nilai yang
mengacu pada
keuntungan yang
diperoleh perusahaan?
• Value capture dapat
bersifat operasional dan
komersial
11
13. Lantas Apa?
Pergeseran perhatian: dari rantai pasokan ke rantai nilai
Pemikiran Rantai Pasokan
"Menumbuhkan irisanmu"
• Bersaing pada harga
• Kemandirian (lepas) dan kepentingan
pribadi
• Hubungan transaksional yang fleksibel
• Perdagangan jangka pendek
• Pemasok dipilih berdasarkan kualitas
dan biaya
• Pemasok adalah pengambil harga
• Oportunisme
• Pembagian informasi terbatas
Pemikiran Rantai Nilai
“Menumbuhkan pai”
• Bersaing pada nilai
• Saling ketergantungan dan
kepentingan bersama
• Hubungan kolaboratif yang stabil
• Perencanaan jangka panjang
• Pemasok dipilih untuk kualitas,
keterampilan, layanan, dan kemitraan
• Harga dinegosiasikan
• Komitmen
• Komunikasi terbuka
13
14. Rantai Pasokan vs. Rantai Nilai
Pemasok input Petani
Pedagang dan
pengumpul
Pedagang grosir
dan pengecer
Konsumen
Pemasok input Petani
Pedagang dan
pengumpul
Pedagang grosir
dan pengecer
Konsumen
Rantai Pasokan
Rantai Nilai
Dorong sisi pasokan
Tarik permintaan pasar
Pengetahuan, informasi, inovasi, kekuatan, efisiensi, nilai
Informasi, barang, uang, inovasi
Opsi peningkatan, Masalah keadilan distributif, Tata Kelola
Rantai nilai ada ketika semua aktor dalam rantai beroperasi dengan cara yang memaksimalkan penciptaan (ko-kreasi)
nilai di sepanjang rantai. 14
15. Rantai Nilai Generik
Pasokan
Input Pra-
produksi
Produksi
Pasca
Produksi
Pengolahan
Industri
Distribusi
dan
Pemasaran
Lembaga Fasilitasi
Kebijakan, komersial, hukum, keuangan, informasi pasar, standar, pasar, teknologi, keamanan pangan, inovasi, hak milik, dll.
Lingkungan yang Memampukan
Iklim Makroekonomi - Kebijakan dan Regulasi
Memfasilitasi Layanan
Transportasi, penyimpanan, pemrosesan, pengemasan, impor, ekspor, dealer, komunikasi, dll.
Insentif
Nilai tambah oleh setiap fungsi untuk setiap peserta
Sumber: Agro-Value Chain Analysis and Development: The UNIDO Approach (2009), the United Nations Industrial Development Organization,
<https://www.unido.org/sites/default/files/2010-02/Agro_value_chain_analysis_and_development_0.pdf>
15
17. Teka-teki Empat Bagian Berpikir Rantai Nilai
Memahami
Konsumen
Kurangi
Pemborosan
Memenuhi
Persyaratan
Konsumen
Bangun
Kemitraan
17
18. Platform inovasi
Platform inovasi dapat berupa forum fisik semata, seperti pertemuan jaringan ataupun merujuk pada solusi
teknis di mana para partisipan dapat membuat prototipe alat dan membangun sesuatu.
Platform inovasi cenderung mengikuti siklus tujuh langkah.
Sumber: What are innovation platforms?, Innovation platforms practice brief 1, November 2013, the CGIAR
Humidtropics research program.
Para aktor sepanjang
rantai nilai perlu
bekerja sama dan
mengoordinasikan
kegiatan mereka.
18
19. Langkah-langkah dasar pendekatan UNIDO untuk
analisis dan pengembangan rantai nilai agro
1. Memilih dan memprioritaskan rantai nilai: sub sektor, produk atau komoditas
2. Menganalisis rantai nilai yang dipilih
Pemetaan Analisis Pasar Kapasitas teknis Performa ekonomi
3. Merumuskan strategi pemutakhiran untuk rantai nilai yang dipilih
Mengidentifikasi kendala dan peluang pengembangan Peran, tanggung jawab, dan mekanisme koordinasi
4. Menerapkan strategi peningkatan rantai nilai
Lingkungan yang
memungkinkan
Pengembangan
kapasitas untuk
lembaga atau
layanan pendukung
Pengembangan
infrastruktur dasar
Transfer
pengetahuan dan
teknologi
Membangun
kemitraan Promosi
investasi
5. Pemantauan dan evaluasi
Merancang alat pemantauan Penilaian dampak
19
20. Siklus Proyek VCD
Sumber: Herr, M.L. dan Muzira, T.J. (2009). Value Chain Development for Decent Work. ILO.
20
21. Pertanyaan umum yang ingin dijawab oleh analisis
rantai nilai
1. Siapa aktor yang berpartisipasi dalam bisnis lintas rantai nilai?
2. Apakah ada aktor yang mengoordinasikan kegiatan dalam rantai nilai secara keseluruhan?
3. Apa pengaturan kontrak di mana para pelaku membeli dan menjual produk?
4. Bagaimana para pelaku bertukar informasi dan belajar tentang solusi untuk ditingkatkan produk dan
kinerja bisnis?
5. Layanan teknis, bisnis, dan keuangan apa saja yang tersedia untuk mendukung para pelaku di rantai nilai?
6. Berapa banyak nilai yang ditambahkan aktor ke produk dalam langkah-langkah berbeda dalam rantai,
berapa biayanya dan bagaimana nilai ini didistribusikan?
7. Apa hubungan kekuasaan dalam rantai dan sejauh mana mereka menentukan bagaimana keuntungan
dan risiko ekonomi didistribusikan di antara para pelaku rantai?
8. Jenis hambatan apa yang ada bagi perusahaan untuk memasuki rantai nilai?
9. Bagaimana tingkat daya saing perusahaan dalam rantai nilai?
10. Kemacetan apa yang ada dan peluang apa yang tersedia untuk pengembangan (peningkatan) rantai nilai?
11. Kebijakan dan lembaga mana yang menghambat/mendukung pelaku rantai dan memfasilitasi nilai
pengembangan rantai?
21
22. Kegiatan Pelatihan (Rantai Nilai Pertanian)
Kegiatan 1: Memetakan rantai dan mengurangi pemborosan atau limbah
Kegiatan 2: Apa yang diinginkan konsumen?
Kegiatan 3: Apa yang diinginkan pelanggan?
Kegiatan 4: Menciptakan nilai
Kegiatan 5: Peluang pascapanen untuk petani
Kegiatan 6: Bekerja sebagai Mitra: Cara pilih mitra dan bangun hubungan
Kegiatan 7: Belajar dari rantai yang ada
22
23. Alat-alat untuk menganalisis berbagai dimensi rantai nilai
Sumber: Membuat Rantai Nilai Lebih Berpihak Pada Kaum Miskin: Buku Pegangan Bagi Praktisi Analisis Rantai Nilai, 2012, Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR).
23
25. Pengembangan Rantai Nilai
• Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)
• Metode yang dapat menemukenali dengan cepat potensi dan tantangan dalam
rangkaian proses, agar dapat diberikan nilai tambah pada setiap tahapan, baik
aktivitas transformasi maupun aktivitas transaksi suatu produk.
• Proses ataupun tahapan ini terjadi di sepanjang perjalanannya, mulai dari
produsen hinga ke konsumen pengguna (end user).
• Analisis rantai pasokan berpikir mengurangi biaya sedangkan analisis rantai
nilai berpikir bagaimana menambah nilai tambah dengan melakukan
koordinasi vertikal dan kolaborasinya para pelaku yang terlibat didalamnya.
• Value Chain Development juga dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja dan daya saing suatu industri, baik yang melayani
pasar-pasar tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional, juga
digunakan dalam menilai struktur dan dinamika setiap rantai nilai pada
setiap situasi lingkungan, baik di negara maju maupun di negara dengan
ekonomi yang baru dan rentan.
25
26. Rantai Nilai didefinisikan
• Sebuah rantai nilai pertanian menggambarkan berbagai pelaku dan
kegiatan mereka yang menambah nilai yang diperlukan untuk membawa
produk atau layanan melalui berbagai fase produksi, termasuk pengadaan
bahan baku dan input lainnya, perakitan, transformasi fisik, akuisisi layanan
yang diperlukan seperti sebagai transportasi, pendinginan, penyimpanan,
dan pada akhirnya menanggapi permintaan konsumen.
• Karenanya, rantai nilai mencakup semua tahapan / proses yang terhubung
secara vertikal, saling tergantung yang:
• menghasilkan nilai bagi konsumen,
• serta hubungan horisontal dengan rantai nilai lain yang menyediakan barang dan jasa
perantara,
• Rantai nilai dalam rantai nilai
26
27. Contoh pemetaan proses inti dalam rantai nilai singkong
Sumber: Membuat Rantai Nilai Lebih Berpihak Pada Kaum Miskin: Buku Pegangan Bagi Praktisi Analisis Rantai Nilai, 2012, Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR).27
28. Sistem Nilai
• Sistem nilai terdiri dari aktor rantai nilai, penyedia layanan dan lingkungan
kelembagaan tempat aktor rantai nilai dan penyedia layanan beroperasi,
termasuk lembaga yang mengatur tindakan dan interaksinya.
• Oleh karena itu, pengembangan rantai nilai membutuhkan pemikiran sistem.
Governance and
Relationships
VCD adalah pendekatan yang berorientasi pasar
Lima (5) kunci pendorong
perubahan yang bisa
mendorong VCD:
1. Efisiensi Sistem
2. Kualitas produk
3. Diferensiasi produk
4. Standar sosial & lingkungan
5. Mengaktifkan lingkungan
ekosistem bisnis
28
30. Pendekatan pengembangan rantai nilai
• Membangun rantai nilai kompetitif:
• Memahami permintaan akan produk dan layanan di pasar-pasar utama,
• Berinvestasi dalam input faktor, kapasitas, dan layanan untuk memenuhi
kebutuhan pasar tersebut, dan
• Meningkatkan kebijakan dan lingkungan kelembagaan bisnis
• Dalam pasar regional dan global yang semakin terintegrasi,
perusahaan tidak hanya bersaing dengan perusahaan – tetapi rantai
nilai bersaing dengan rantai nilai.
• Kerangka rantai nilai, karenanya, memastikan analisis sistematis dan
sistemik rantai nilai dan faktor serta hubungan yang memengaruhi
daya saingnya.
30
31. 1. Memilih
rantai nilai untuk
pengembangan
2. Menganalisis
rantai nilai
3. Menentukan
strategi
pengembangan
rantai
4. Menerapkan
pengembangan
rantai nilai
5. Memantau
dan mengelola
dampak
Proses Pengembangan Rantai Nilai
1. Menentukan ruang lingkup rantai nilai
yang akan dikembangkan
2. Melakukan riset pasar
3. Memprioritaskan rantai nilai alternatif
1. Pemetaan rantai nilai
2. Mengukur rantai nilai secara rinci
3. Analisis ekonomi dan teknis dari rantai nilai
4. Identifikasi kendala dan peluang
1. Menetapkan visi/model dan strategi
untuk pengembangan rantai nilai
2. Menetapkan tujuan dan kegiatan
pengembangan operasional
3. Mengidentifikasi aktor untuk
melaksanakan kegiatan pembangunan
4. Mengklarifikasi peran publik, swasta dan
donor
1. Memperkuat hubungan bisnis (memfasilitasi
integrasi vertikal dan kolaborasi horisontal,
2. Memperkuat layanan dalam rantai nilai
(menilai kebutuhan layanan, dan penyediaan
layanan, memperkuat penyediaan layanan
swasta, memperkuat penyediaan layanan
publik)
3. Pembiayaan pengembangan rantai nilai
(menjadi perantara pembiayaan rantai nilai
swasta dan publik)
4. Meningkatkan kebijakan dan lingkungan
kelembagaan rantai nilai)
1. Fokus adalah pada hasil, bukan hanya
pada input dan kegiatan
2. Logic Model (LM), Kerangka Kinerja (PF),
Kerangka pengukuran kinerja (PMF)
3. Pengumpulan data
4. Perbandingan kinerja dengan visi
5. Menjelaskan penyimpangan dan
memberi umpan balik kepada
manajemen proyek
31
32. 2. Analisis rantai nilai
1. Analisis rantai nilai memecah rantai ke bagian-bagiannya untuk lebih
memahami komponen dan fungsinya
2. Mengidentifikasi pelaku rantai di setiap tahap dan mengetahui fungsi
dan hubungan mereka
3. Menganalisis layanan yang tersedia untuk pelaku rantai
4. Menganalisis tata kelola rantai
5. Mengidentifikasi kegiatan penambahan nilai dalam rantai dan
menetapkan biaya dan nilai tambah
6. Mengevaluasi aliran barang, informasi, dan keuangan melalui berbagai
tahapan rantai
7. Mengidentifikasi kendala dan peluang rantai
8. Meneliti interaksi rantai dan kebijakan dan lingkungan institusionalnya
(lingkungan yang memungkinkannya)
9. Mengembangkan visi dan strategi peningkatan rantai
32
33. Diagram Alir Analisis Rantai Nilai Generik
Sumber: Value Chain Diagnostics for Industrial Development: Building blocks for a holistic and rapid
analytical tool, 2009, Vienna, UNIDO
Jenis kemungkinan peningkatan -
dengan fokus pada kaum miskin:
1. Peningkatan proses: efisiensi produksi
2. Peningkatan produk: memperkenalkan
produk baru atau meningkatkan produk
lama
3. Peningkatan fungsional: mengubah ke
tingkat nilai tambah yang lebih tinggi
dalam rantai nilai
33
34. Tata Kelola Rantai Nilai
• Tata kelola mengacu pada aturan yang beroperasi dalam rantai nilai, dan
sistem koordinasi, regulasi, dan kontrol di mana nilai dihasilkan.
• Tata kelola mengacu pada aturan formal dan lembaga persaingan informal
yang memengaruhi bagaimana produksi dan pemasaran disusun.
• Karenanya, tata kelola bertujuan untuk memahami faktor-faktor apa yang
memengaruhi organisasi produksi dan posisi pelaku rantai dalam
pengaturan.
• Instrumen tata kelola berkisar dari:
1. kontrak antara peserta rantai nilai hingga
2. kerangka peraturan pemerintah, hingga
3. norma tidak tertulis yang menentukan siapa yang dapat berpartisipasi dalam pasar.
• Persyaratan dapat resmi atau tidak resmi, dan dapat berasal dari dalam
atau di luar rantai.
34
38. Kerangka Sistem Pangan
Sumber: “The Food Systems Dashboard is a new tool to inform better food policy” by Jessica Fanzo et al. (2020), Nature Food, Vol. 1, pp. 243-246.
<https://www.nature.com/articles/s43016-020-0077-y>,
38
42. Ancaman Covid-19 terhadap Sektor Agribisnis
• Gangguan suplai pangan,
• Penurunan permintaan produk pertanian lebih dari 60%,
• Daya beli mengalami penurunan,
• Ancaman krisis pangan,
• Restriksi ekspor pangan global,
• Ancaman ketersediaan stok pangan nasional yang bersumber dari impor
seperti daging sapi, bawang putih, dan kedelai,
• Kesulitan mendapatkan pemasukan,
• Meningkatnya biaya produksi,
• Tertundanya pembayaran cicilan kredit ke lembaga keuangan maupun
perbankan
42
43. Sasaran Produksi 2021 Sesuai Surat Bersama Pagu
Indikatif (SBPI)
• Anggaran Rp18,43 triliun akan dimanfaatkan melalui lima program:
• Dukungan manajemen;
• Ketersediaan, akses dan konsumsi pangan berkualitas;
• Nilai tambah dan daya saing industri;
• Riset dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
• Program pendidikan dan pelatihan vokasi.
• Target produksi beberapa komoditas pangan utama:
• Padi 63,5 juta ton,
• Jagung sebesar 26 juta ton,
• Kedelai 480.000 ton,
• Daging sapi/kerbau sebesar 463.000 ton,
• Bawang merah 1,74 juta ton;
• Cabai 1,45 juta ton.
43
44. Kebijakan Rantai Pasokan Pangan
• Mempermudah pemenuhan kebutuhan mulai dari bibit, benih, pupuk,
pestisida, hingga pakan ternak,
• Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP),
• Peningkatan produktivitas pangan pokok,
• Melancarkan distribusi pangan,
• Permudah akses transportasi,
• Memberikan jaminan ketersediaan pasar,
• Menjaga stabilisasi harga yang layak,
• Pengembangkan stok penyangga (buffer stock),
• Operasi pasar.
44
45. Pasar Digital
• Perilaku konsumen dari yang tadinya off-line mode menjadi on-line
mode.
• Kemitraan dengan perdagangan daring, panen masih bisa
menjangkau konsumen secara nasional, khususnya selagi orang-orang
tidak bisa pergi ke pasar seperti biasa.
• Platform e-commerce China Alibaba telah membuka Taobao Live
untuk petani secara gratis dan juga kanal Foodie Livestream untuk
menghubungkan mereka kepada 41 juta pengikut daring di seluruh
China. Sejumlah 15 juta kilogram produk terjual selama tiga hari
pertama siaran langsung itu dilakukan.
• Digitalisasi Bulog, Food Station, dll.
45
48. Fungsi
Inti
Penawaran Permintaan
Infrastruktur
Informasi
Jasa terkait
Fungsi
Pendukung
Menginformasikan
& berkomunikasi
Hukum
Aturan &
norma
informal
Peraturan non-
hukum
Peraturan &
standar khusus
sektor
Aturan
Pengaturan &
penegakan aturan
Sektor SwastaPemerintah
Jaringan
informal
Sektor nirlaba
Organisasi
Anggota
Bisnis
Pelaku Pasar
Memberikan &
menyediakan
berbagai fungsi
Koordinasi
R&D
Keahlian & Kapasitas
Organisasi
anggota kerja/
karyawan
Sumber: Springfield Centre
Sistem Pasar
48
49. Rantai nilai pertanian
Sumber: Sumber: Methu J, Nyangaga J, Waweru A, Akishule D. 2013. Agricultural innovation systems and value chains development:
a training manual. ASARECA, Entebbe, Uganda.
49
50. Contoh kendala dan batasan sistem rantai nilai (dari analisis SWOT)
Sumber: Sumber: Methu J, Nyangaga J,
Waweru A, Akishule D. 2013.
Agricultural innovation systems and
value chains development: a training
manual. ASARECA, Entebbe, Uganda.
50
54. Apa itu food estate?
• Kawasan industri pangan (food estate) merupakan konsep
pengembangan produksi pangan yang dilakukan secara terintegrasi
mencakup pertanian, perkebunan, bahkan peternakan yang berada di
suatu kawasan lahan yang sangat luas.
• Budidaya tanaman pangan berskala besar (food estate) adalah proses
penataan pengelolaan lahan sebagai usaha pertanian pangan dan
bioenergi yang terintegrasi dalam skala besar untuk mencapai sasaran
kecukupan pangan dalam negeri dan ekspor.
54
55. Food estate di Kalimantan Tengah sebagai cadangan
logistik strategis
• Presiden mengatakan, food estate perlu dibangun untuk mengantisipasi ancaman situasi darurat krisis
pangan akibat pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19), berdasarkan peringatan dari Food and
Agriculture Organization (FAO).
• Penyiapan Food Estate merujuk UU 3/2002 tentang Pertahanan Negara untuk mengantisipasi potensi
ancaman nirmiliter seperti krisis pangan.
• Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, Indonesia memang mengalami penurunan produksi padi
pada 2018 dan 2019. Pada 2018, total produksi padi di Indonesia sebesar 59.200.533 ton, sedangkan pada
2019 jumlahnya menjadi 54.604.033 ton. Produksi padi tersebut dihasilkan dari luas panen 11.377.934
hektare pada 2018, menjadi 10.677.877 hektare pada 2019.
• Food Estate di Kalimantan Tengah akan berfungsi sebagai cadangan logistik strategis untuk pertahanan
negara.
• Proyek food estate dibangun di atas lahan seluas 178.000 hektare.
• Tahun ini, ditargetkan 30.000 hektare selesai, dengan pembagian di Kabupaten Kapuas 20.000 hektare dan
Pulang Pisau 10.000 hektare.
• Sementara tahap kedua ditargetkan 148.000 hektare yang akan rampung dikerjakan dalam waktu satu
setengah hingga dua tahun.
• Food estate merupakan salah satu program strategis nasional 2020-2024.
• Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, proyek lumbung pangan nasional digarap di
atas kawasan aluvial pada lahan bekas gambut yang potensial seluas 165.000 hektare. Dari luas tersebut,
85.456 hektare merupakan lahan intensifikasi dan 79.142 hektare lahan ekstensifikasi.
Sumber: Akbar Ridwan, 'Prabowo pimpin food estate: Dalih militer turun gunung urus pangan?', 15 Juli 2020, <https://www.alinea.id/nasional/prabowo-
pimpin-food-estate-dalih-militer-urus-pangan-b1ZQq9vJq> [diakses 18 Juli 2020]
55
56. Presiden pada 9 Juli 2020 berada di Kabupaten Pulang Pisau, yang menjadi lokasi food estate,
menyampaikan rencana pengembangan food estate di Kalimantan Tengah sebagai cadangan
logistik strategis
56
64. Ketahanan pangan di persimpangan jalan?
Kegagalan
Proyek Food
Estate Masa
Lalu
Perampasan tanah
dan konflik
kepemilikan lahan
Lahan yang rusak,
tidak produktif,
dan menganggur
Kegagalan
petani
memenuhi swa
sembada
pangan
Kegagalan
berulang untuk
mengatasi
ketahanan
pangan dan dan
bioenergi
Patokan ketahanan pangan: ketersediaan (availability),
keterjangkauan (affordability), dan keamanan (safety) pangan.
64
65. Apakah urusan pangan diberikan kepada petani atau
korporasi?
Petani
• Sistem pertanian atau perladangan kolektif
berbasis kearifan lokal
• Diversifikasi pangan dan mengembangkan
pangan lokal
• Mekanisasi teknologi bagi petani terbatas dan
mahal
• Peran tengkulak yang mendominasi rantai
pasokan
• Petani sering mengadu keberuntungan
dengan ketidakpastian harga dan mutu
• Permindahan kepemilikan lahan mudah dan
konversi lahan cukup tinggi
• Lemah dalam mewujudkan swasembada
Korporasi
• Sistem pertanian dan penggunaan lahan skala
luas berbasiskan pada ketahanan pangan
• Monokultur jenis pangan yang mempunyai
nilai jual tinggi
• Mekanisasi lebih efisien memenuhi skala
ekonomi
• Peran korporasi sebagai pengumpul (offtaker)
dan penjamin mutu
• Adanya kontrak pertanian yang kestabilan
mutu dan harga yang menjamin margin
• Permindahan kepemilikan lahan sulit dan
konversi lahan rendah
• Terbukti dapat menjamin pasokan
65
66. Narasi Berulang Proyek Lumbung Pangan:
Proyek lumbung pangan kerap mandek di tengah jalan
• Soeharto mencanangkan proyek Rice Estate di lahan gambut Sumatera Selatan pada akhir
1960an.
• Pertamina ditunjuk mendanai proyek senilai US$ 150 juta tersebut.
• Target penyelesaiannya pada 1979 gagal terwujud karena di tengah jalan Pertamina terbelit utang dan mengalami
krisis keuangan.
• Presiden Soeharto mencanangkan Program Pengembangan Lahan Gambut (PLG) 1 Juta Hektare.
• Presiden Soeharto pernah mencanangkan Program Pengembangan Lahan Gambut (PLG) Satu Juta Hektare sekitar 25
tahun lalu di lokasi yang sama dengan lumbung pangan Kalimantan Tengah era Jokowi.
• Proyek untuk mewujudkan posisi Indonesia sebagai negara swasembada beras yang mulai pada 26 Desember 1995
itu berakhir gagal total.
• Lahan gambut terbukti tidak cocok untuk penanaman padi.
• Sekitar setengah dari 15.594 keluarga transmigran yang ditempatkan di kawasan itu meninggalkan lokasi.
• Penduduk setempat mengalami kerugian akibat kerusakan alam serta dampak hidrologi dari proyek tersebut.
• Proyek ini berhenti setelah keluar Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 1999.
• Era Presiden SBY pada 2009 memunculkan proyek food estate.
• Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) di area 1,2 juta hektare, pemerintah berencana membuat
pertanian kelapa sawit dan tanaman pangan lainnya.
• MIFEE dibuat untuk mengintegrasikan produk pertanian dan energi, mengikuti kisah sukses pertanian skala besar di
Brasil.
• Proyek miliaran dolar Amerika Serikat itu mengancam kawasan konservasi hutan perawan, daerah resapan air, serta
habitat masyarakat adat di Papua.
Sumber: Sorta Tobing, 'Narasi Berulang Proyek Lumbung Pangan', 13 Juli 2020, <https://katadata.co.id/sortatobing/indepth/5f0d27c73eed5/narasi-
berulang-proyek-lumbung-pangan> [diakses 18 Juli 2020]
66
67. Kritik Umum Terhadap Food Estate
• Alih-alih membawa pertanian Indonesia maju, food estate justru akan semakin menyengsarakan petani.
• Secara praktis budidaya bertani food estate hanya akan cocok bagi para pemilik modal kuat yakni perusahaan besar.
• Adapun tujuan utama bari perusahaan pangan yang akan berinvestasi di food estate ini hanya memperpendek payback
periode untuk meraup untung besar.
• Food estate bukanlah solusi krisis pangan.
• Food esate merupakan mono kultur dan merusak keragaman hayati dan habitatnya.
• Proyek food estate akan menghadapi masalah terkait sosial masyarakat, hukum adat, dan hak ulayat.
• Program food estate di Kalimantan Tengah berpotensi besar merusak lahan gambut dan memicu kebakaran hutan dan
lahan (karhutla).
• Hampir semua proyek food estate di Indonesia yang bertumpu pada pembangunan skala luas dan modal dari anggaran
pemeritah dengan melibatkan perusahaan terus mengalami kegagalan dan dibarengi dengan isu korupsi.
• Program FE minim transparansi dan partisipasi masyarakat.
• Pemerintah kemungkinan besar mengulangi kesalahan masa lalu dan kembali membangun malapetaka yang baru.
• Pemerintah perlu berhenti menggunakan pandemi sebagai alasan untuk mengeksploitasi gambut.
• FE memicu ketimpangan kepemilikan dan konflik lahan. Program lama menunjukkan bahwa perkebunan sawit jadi
penguasa lahan dan tanah adat terampas.
• Seringkali pelaksanan proyek molor atau bahkan mangkrak.
• Proyek pembangunan food estate tidak dirumuskan secara matang.
• Rencana pembangunan food estate di lahan gambut menunjukkan ketidakpedulian negara terhadap perlindungan
ekosistem rawa gambut. 67
68. Apa yang salah?
• Membangun lumbung pangan tidaklah mudah apalagi dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang terbatas dan tidak adanya pembangunan
manusia dalam modernisasi pertanian.
• Tidak terwujudnya janji tentang penyerapan tenaga kerja dari komunitas lokal disebabkan adanya kesenjangan tingkat pendidikan dan akses terhadap alat
produksi modern.
• Proyek food estate semata hanya menjadi ambisi peningkatan ekspor pangan yang didorong oleh pemerintah tanpa benar-benar mensejahterakan petani
lokal.
• Proses modernisasi pertanian yang dilakukan secara sepihak memperburuk keadaan penduduk lokal.
• Pemerintah kurang memahami kehidupan petani, tapi mencoba mengintervensinya dengan informasi dan sumber daya yang mereka monopoli untuk
mendukung capaian program.
• Program-program pangan yang terintegrasi kenyataannya hanya menguntungkan lembaga-lembaga negara, bukannya petani. Petani tidak diberi ruang
untuk menegosiasikan cara produksinya di hadapan negara, sehingga fenomena modernization without development terus menguat (Sajogyo, 2004).
• Program redistribusi lahan yang diklaim sebagai tanah negara, tetapi pada saat yang sama tidak menyelesaikan pasar (jual beli) lahan dan konversi lahan.
• Keterbatasan infrastruktur seperti jaringan irigasi, jaringan jalan, dan listrik.
• Perusahaan yang terlibat dalam proyek food estate menghadapi problem pemasaran produk dan produktivitas yang rendah.
• Masalah dalam perizinan pelepasan lahan.
• Perbedaan pandangan antara korporasi serta pemerintah dalam penentuan komoditas pangan yang akan ditanam.
• Persoalan terhadap degradasi lingkungan.
• Ketidakjelasan penjamiman atas hak milik atas tanah para petani yang mempercepat proses pemindahtanganan tanah.
• Ketidakjelasan status pelepasan tanah adat untuk peruntukan program food estate menyebabkan konflik dengan penduduk lokal.
• Sebagian besar hutan memiliki tanah yang tidak cocok untuk peruntukan pertanian.
• Pemanfaatan lahan dalam proyek food estate tidak dilaksanakan secara berkelanjutan menyebabkan petani harus menghadapi gagal panen.
Sumber: Sajogyo 2004, ‘Etika pembangunan, siapa yang punya? Kasus: Ide koperasi’, Unisia, 4(27), pp. 343–350.
68
70. Faktor Kunci Keberhasilan
Regulasi
Kelayakan
Infrastruktur
Inovasi Teknologi
Produksi dan
Distribusi
Tata Niaga
Pertanian dan
Tata Kelola
Kelembagaan
Tanaman,
Kesesuaian
Tanah, dan Iklim
Sumber Daya
Manusia
Jaringan irigasi di lahan food
estate, bebas banjir, sarana
dan prasarana produksi
pangan, Pemerintah
menyediakan infrastruktur
dasar
Para petani yang terlibat atau
para pekerja di bidang food
estate memiliki etos kerja
yang sangat baik.
Kepatuhan terhadap
ketentuan ketika bekerja di
perusahaan bidang food
estate. Kompetensi SDM.
Pelatihan dan sertifikasi.
Sekolah vokasi.
Berbasis pada sumber daya,
kelembagaan, dan budaya
lokal, pelaku utama, akses
pasar, akses modal
Efisiensi sistem usaha pangan
dengan teknologi produksi pangan
yang ramah lingkungan, Sistem
sertifikasi produk pertanian atau
Good Agricultural Practices (GAP)
yang bersifat berkelanjutan, benih
unggul, penanganan hama,
pertanian presisi, e-commerce
Luasan lahan
produktif,
kewilayahan
Insentif untuk mendapat
pupuk bersubsidi, benih
gratis, dan pembebasan
PPN
70
71. Pola Pengembangan Food Estate
• Gapoktan
• Koperasi
• BUMDES
• Agribisnis
Sumberluar
(outsource)
• Alokasi Areal Kerja
• Pengaturan pola tanam
• Peningkatan Mutu dan
Volume Produksi
• Pendampingan dan
Pengawasan
Food Estate • Kontrak pembelian
• Jaminan pasar
• Segmentasi pasar
Pengumpul
(offtaker)
Pelibatan masyarakat lokal yang didukung penuh oleh swasta atau Badan Usaha Milik Negera (BUMN) sebagai fasilitator,
pengelolaan lahan tanpa mengalihkan kepemilikan, dan peran Badan Pengembangan Lumbung Pangan Nasional
Kontrak Kerja/
Perjanjian Kerja
Pertanian Kontrak
(contract farming)
Pemutusan
Hubungan Kerja
Pembinaan/
Penelusuran
(traceability)
71
72. Pertanyaan
• Apa yang salah dengan kegagalan pertanian berskala besar ditinjau dari
pandangan pengembangan rantai nilai (value chain development)?
• Apa yang perlu diperhatikan dalam:
• Perencanaan (termasuk regulasi),
• Pelaksanaan, dan
• Pemantauan?
• Apa saja mekanisme yang ada di masyarakat untuk berbagi, memelihara,
dan secara kolektif mengembangkan keterampilan dan pengetahuan?
• Bisakah petani biasa terlibat?
• Bisakah para petani melakukannya (menyalinnya)?
• Bagaimana menjamin keberlanjutan (sustainability) pertanian berskala
besar?
72
74. Penutup
• Pendekatan Rantai Nilai (VC) dapat menjadi alat yang ampuh untuk
menciptakan kesejahteraan di komunitas dan untuk mempromosikan
pertumbuhan ekonomi yang adil.
• Melihat produsen sebagai bagian dari rantai nilai, dan rantai nilai
sebagai bagian dari sistem pasar, menawarkan peluang untuk
perubahan sistemik daripada pendekatan subsidi tradisional.
• Apa yang Anda bisa sarankan untuk masa depan yang lebih cerah
melalui aplikasi pengembangan rantai nilai?
74