2. Anamnesis
• Nama : Ny. F (43 tahun)
• Tanggal masuk RS : 16 Maret 2019
• Tanggal anamnesis : 21 Maret 2019
• Keluhan utama : perut kembung sejak 2 minggu yang lalu
• Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang dengan keluhan perut
kembung sejak 2 minggu yang lalu. Pasien lemas, sulit BAB, tidak
kentut, terasa demam, mual ada, muntah tidak ada. Rasa begah
dikeluhkan diperut dan nyeri hilang timbul dikeluhkan pada ulu
hati. Terdapat perubahan pola defekasi yakni sejak September
2018 hingga 2 minggu SMRS BAB pasien menjadi lebih encer,
pasien bisa BAB 4-5x sehari tetapi karena hilang timbul keluhan
tersebut, pasien tidak berobat. BAB diakui tidak ada darah dan
berwarna kuning kecoklatan. BAK tidak ada keluhan dan
warnanya coklat.. Pasien pernah berobat ke RS Ketapang,
Kalimantan Barat dan saat diperiksa teraba masa di perut.
Terdapat penurunan BB 5 kg dalam 6 bulan terakhir dan nafsu
3. Anamnesis
•Riwayat Penyakit dahulu
• DM dan HT disangkal, pasien mengatakan ada maag kronis,
penyakit liver disangkal
•Riwayat Keluarga
• Tidak ada keluhan serupa dan tidak ada yang mengalami kanker
sebelumnya
•Riwayat Pengobatan
• Tidak ada, Radiasi sebelumnya tidak pernah
•Riwayat Sosioekonomi dan Kebiasaan Hidup
• Pasien merupakan penjual makanan di kantin sekolah, dalam
seminggu sangat sering mengonsumsi daging merah, tidak sering
makan jeroan ataupun makanan sejenis yang berlemak tinggi, tidak
suka buah dan sayur, minum hanya 1,5 L per hari, tidak merokok,
4. Pemeriksaan Fisik
• Kepala : normosefal, wajah simetris.
• Mata : sklera tidak ikterik,
konjungtiva pucat.
• Leher : tidak ada pembesaran KGB.
• Paru : simetris saat inspirasi dan
ekspirasi, ekspansi dada simetris,
fremitus sama dikedua lapang paru,
bunyi napas vesikuler di kedua
lapang paru
• Jantung : bunyi jantung S1/S2 normal,
tidak ada murmur, tidak ada gallop
• Abdomen : terdapat venektasi vena,
buncit, distensi, nyeri tekan epigastik,
amplitude bising usus meningkat
dengan frekuensi 4x/menit, massa
sulit diraba karena perut distensi,
pembesaran hepar dan lien sulit
dinilai karena perut distensi, asites
TTV
•Tensi : 101/70
•Suhu : 36.6oC
•SaO2 : 91%
•HR : 125 x/menit
•RR : 30 x/menit
DRE tidak dilakukan
5. Diagnosis Kerja dan Diagnosis
Banding
•Diagnosis Primer : Obstruksi usus mekanik
•Diagnosis Sekunder : Tumor kolon susp. Ganas pada
kolon transversum kanan dan desenden.
•Diagnosis banding :
• Polip Kolon
• GIST
• Gastritis kronis
• Ulseratif Kolitis
• Chron Disease
• Invaginasi/Instususepsi
6. Planning
• Pemeriksaan Penunjang
• Sedot NGT
• CBC, BUN, LFT
• FOBT
• CEA serum
• Barium enema double contrast
• Kolonoskopi
• CT Colangiography
• Chest radiography
• Contrast ultrasonography of the abdomen
and liver
• Terapi
• Akut
• Dugaan Obstruksi
• Dipuasakan
• Infus 8 jam pertama
• Gejala ringan, rehidrasi 1.500 mL
• NGT untuk dekompresi
• Kateter Urin pantau diuresis
• AGD lalu Koreksi Asidosis Metabolik
• Koreksi kehilangan elektrolit
• Antibiotik
• Monitor TTV
• Terapi
• Definitif
• Terapi Bedah: Kolektomi dan Kolostomi
• Kemoterapi : Adjuvan, Neoadjuvan, Paliatif
• Radioterapi : ↓ Risiko Kekambuhan
• Targeted Therapy : Antibodi monoklonal
• Prognosis
• Ad vitam : bonam
• Ad sanactionam : dubia ad bonam
• Ad functionam : dubia ad malam
7. •Panjang kolon mencapai 150 cm dan terbagi menjadi :
• Caecum
• Kolon asendens
• Kolon tranversal
• Kolon sigmoid
• Kolon desendens
Dipisahkan oleh ileocecal
valve
Memiliki mesenter dan
merupakan organ intraperitoneal
8. Arteri mesenterika
superior : ileocecal valve
- splenic flexure
Arteri mesenterika
inferior :
bagian distal dari splenic
flexure
9. Dinding kolon
memiliki 4 lapisan,
meliputi:
1. Mukosa
2. Submucosa
3. Muskularis
propria (sir-long,
meliputi 3 taenia
coli)
4. Serosa
10. Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologinya masih belum pasti
Faktor Risiko:
• Usia (>50 tahun)
• Diet (tinggi lemak dan kalori, rendah serat)
• Riwayat polip (bergantung pada ukuran, jumlah, dan tipe polip)
• Riwayat kanker sebelumnya / pada keluarga
• Faktor genetic (FAP, HNPCC)
• Inflammatory Bowel Disease (colitis ulseratif, chron’s disease)
• Irradiation
• Obesity
• Cigarette smoking
• Alcohol consumption
• Sedentary habits
11. Epidemiologi
•>95% kanker kolorektal adalah adenokarsinoma
(berasal dari sel glandula yang terdapar di lapisan
dinding kolon dan rektum).
•Berdasarkan frekuensi menempati urutan nomor 3 di
dunia
•Menempati penyebab kematian karena kanker tersering
nomor 4 di dunia
•Negara maju >>> negara berkembang (terkait intake
daging tinggi)
12. Patofisiologi
•Ca colon merupakan penyakit yang kompleks. Alterasi
genetic sering kali berkaitan dengan progression from
premalignant lesion (adenoma) to invasive
adenocarcinoma. Sequence of molecular and genetic
events leading to transformation from adenomatous
polyps to overt malignancy has been characterized by
Vogelstein and Fearon. [8]
•Mutasi gen APC (adenomatous polyposis gene)
pertama kali ditemukan pada pasien dengan familial
adenomatous polyposis (FAP).
• Protein yang dikode oleh APC berperan pentiing dalam aktivasi
onkogen c-myc dan cyclin D1 mengakibatkan terjadinya
perubahan lesi premaligna menjadi maligna
13. Patofisiologi
•Gen-gen penting lain:
• KRAS oncogene,
• chromosome 18 loss of heterozygosity (LOH) leading to
inactivation of SMAD4 (DPC4), and DCC (deleted in colon
cancer) tumor suppression genes.
• Chromosome arm 17p deletion and mutations affecting
the p53 tumor suppressor gene confer resistance to
programmed cell death (apoptosis) and are thought to be late
events in colon carcinogenesis.
16. Diagnosis: Anamnesis
1. Perubahan Pola BAB
• Ca Kolon Kiri
• Lebih sering skirotik stenosis
dan obstruksi
• Perubahan pola BAB sangat
menonjol (gejala obstruksi jelas)
• Ca Kolon Kanan
• Jarang stenosis dan feses
biasanya cair risiko rendah
obstruksi
• Perubahan pola BAB tidak
menonjol. Keluhannya justru diare
2. Perdarahan
• Ca Kolon Kiri
• Perdarahan
mikroskopik merah
segar
• Ca Kolon Kanan
• Perdarahan sedikit,
occult bleeding,
anemis darah
merah maroon
3. Nyeri
• Ca Kolon Kiri
• Nyeri dibawah
umbilikus
• Ca Kolon Kanan
• Nyeri dari
17. Diagnosis: PF
•Palpasi
Abdomen
•Teraba tumor
kondisi
lanjut
•Massa
sigmoid lebih
jelas teraba
•Metastasis:
•Thorax
•Tulang
•Kepala
• Colok dubur
• Tonus spincter: jepitan
kuat?
• Ampula: kolaps/tidak
• Mukosa: licin/tidak
• Tumor:
• Arah jam (lokasi)
• Jarak dari anocutan
line
• Bentuk (sirkular/bulat)
• Ukuran
• Sensasi
• Terfiksir/Mobile
• Permukaan
• Margin
• Ekstensi tumor
• Rasakan pada
anterior (vagina/
19. Diagnosis: Pemeriksaan
Penunjang•Barium Enema dengan Kontras Ganda
•Endoskopi + Biopsi
• Jenis endoskopi : kolonoskopi Curiga di Rectum: Anuskopi, Protoskopi,
Rektoskopi
• Sensitivitas 95% untuk diagnosis adenokarsinoma dan polip
• Bisa sekaligus terapi dan biopsi
• Kerugian : sulit sampai sekum, perlu sedasi IV, tidak dapat melokalisir
tumor secara akurat
•CT Colonografi
• Sensitivitas tinggi, toleransi baik, bisa untuk stadium awal, dapat lihat
invasi dan metastasis
Kelebihan Kekurangan
• Sensitivitas tinggi (65-95%)
• Tingkat keberhasilan prosedur
tinggi
• Tidak perlu sedasi
• Terjangkau
• Lesi T1 susah terdeteksi
• Akurasi diagnosis lesi di rectosigmoid dengan
diverticulitis rendah
• Akurasi lesi tipe datar rendah
• Pasien terpapar radiasi
• Polip <1 cm sulit terdeteksi
26. Komplikasi : 1. Perdarahan
•Perdarahan : bila terjadi ulserasi tumor
•Presentasi Klinis
• Anemia
• Darah dalam tinja
• Kegagalan sirkulasi perifer hemoragik
• pusing, kelelahan, jantung berdebar, mual, haus, keringat dingin,
amaurosis, atau sinkop; kulit lembab; tempat tidur kuku pucat;
pengisian vena yang buruk dan kolapsnya vena superfisial; nadi lemah,
anggota tubuh berkeringat, detak jantung cepat, tekanan darah
menurun, dan bahkan syok; akhirnya, kelesuan, lekas marah, dan
bahkan tidak responsif dan kebingungan.
• Azotemia
• Demam
27. Komplikasi : 2. Obstruksi
•Obstruksi yang disebabkan oleh kanker usus besar terutama
dimanifestasikan sebagai obstruksi mekanis. Perubahan
fisiologis dan patologis utama pada pasien dengan obstruksi
akibat kanker usus besar meliputi pembesaran usus
proksimal ke tempat obstruksi, kehilangan cairan dan
elektrolit, dan infeksi (dan toksemia terkait).
•Presentasi Klinis
• Dilatasi Usus: distensi
• Kehilangan elektrolit
• Nyeri Abdomen
• Perubahan kesadaran
• Muntah Feculat
• Dehidrasi, akral dingin
• BU meningkat
28. Komplikasi : 3. Perforasi
•Jarang, tapi perforasi dapat terjadi pada pasien dengan
obstruksi akut, ulserasi akibat penetrasi massa tumor
Perforasi akibat obstruksi akut terutama terlihat di sekum.
•Tekanan intraluminal yang sangat tinggi dapat
menyebabkan iskemia, nekrosis, dan bahkan perforasi
dinding usus lokal.
•Fecal kemudian mengalir ke rongga perut peritonitis fekal
difus dan syok toksik.
•Infeksi dan toksisitas adalah dua faktor utama yang
mengancam jiwa.
•Presentasi Klinis
• Nyeri seluruh lapang perut, Defans muskular
• Tanda syok : TD menurun, akral dingin, perubahan
kesadaran
• Riwayat lama Konstipasi
• Perut kembung tanpa konstipasi
29. Penanganan Primer sebagai
Dokter Umum
•Perdarahan
• Cek FOBT
• Cek DPL
• Cek BUN
• Severe Bleeding : >500
mL/episode
• Severe Bleeding :
Transfusi 1500 mL/3
jam untuk koreksi shock
• Intravena Kristaloid:
Koloid (3:1)
• Monitor TTV dan Koreksi
Elektrolit
• Obstruksi
• Dipuasakan
• Infus 8 jam pertama
• Gejala ringan, rehidrasi 1.500
mL
• Dengan muntah yang jelas:
3.000 mL
• Gagal sirkulasi perifer dan
hipotensi : 4.000 mL
• Tambah kebutuhan harian yang
normal (sekitar 2.000 mL).
• Infus kalium intravena dapat
diresepkan jika output urin lebih
besar dari 40 mL / jam.
• NGT untuk dekompresi
• Kateter Urin pantau diuresis
• AGD lalu Koreksi Asidosis
Metabolik
• Koreksi kehilangan elektrolit
• Antibiotik
• Monitor TTV
30. Penanganan Primer sebagai
Dokter Umum
•Perforasi
• Dipuasakan
• Infus
• NGT
• Kateter urin Monitor Diuresis
• Koreksi asidosis metabolik
• Koreksi hipo/hiperglikemia
• Antibiotik
• Monitor TTV
32. Polipektomi dan Eksisi Lokal
•Polipektomi dan eksisi lokal
•Beberapa kanker usus besar awal (stadium 0 dan
beberapa tumor stadium awal) dan sebagian besar
polip dapat diangkat selama kolonoskopi.
• Untuk polipektomi, kanker diangkat sebagai bagian dari polip,
yang dipotong pada tangkainya memotong polip dari
dinding usus besar dengan wire loop yang dialiri arus listrik.
• Eksisi lokal menggunakan colonoskopi untuk menghilangkan
kanker-kanker kecil pada lapisan dalam usus besar bersama
dengan sejumlah kecil jaringan sehat yang mengelilinginya di
dinding usus besar.
33. Kolektomi
• Definisi : mengangkat seluruh
atau sebagian dari usus besar.
Nodus limfa di dekatnya juga
diangkat.
• Sebagian dari usus besar yang
diangkat= hemicolectomy,
colectomy parsial, atau reseksi
segmental seperempat
hingga sepertiga dari usus
besar diangkat, tergantung
pada ukuran dan lokasi kanker.
Bagian kolon yang tersisa
disambungkan kembali. 12
kelenjar getah bening di
dekatnya juga diangkat
diperiksa untuk kemungkinan
invasi kanker.
• Jika semua usus besar diangkat,
itu disebut colectomy total.
Kolektomi total tidak sering
diperlukan untuk mengobati
34. Prinsip
Anastomosis
•Penyambungan anastomosis dapat
dibangun kembali dengan beberapa cara.
• End-to-end
• End-to-side
• Side-to-Side (fungsional end-to-end)
• Prinsip dasar bedah pasokan vaskular,
ketegangan, dan kontrol kontaminasi
mungkin memainkan peran yang lebih
penting daripada jenis anastomosis.
Biasanya dilakukan anastomosis side to side
functional end to end dengan staples dan
jahitan.
• Setelah anastomosis selesai, defek
mesenterium biasanya ditutup untuk
mencegah pembentukan hernia internal.
35. Terapi Pembedahan : Kanker
Kolon Kanan
•Hemikolektomi kanan
•Penatalaksanaan bedah kanker kolon melibatkan
pengangkatan sebagian usus dan pembuluh
darah yang memasok proksimal dan distal ke lesi.
•Setelah persiapan usus dan antibiotik, pasien
diposisikan dalam posisi terlentang dan dieksplorasi
melalui sayatan garis tengah vertikal untuk
menyingkirkan adanya penyakit metastasis.
36. Terapi Pembedahan : Kanker
Kolon Transversum
•Kolektomi transversal atau subtotal.
•Kedua operasi dilakukan dengan pasien terlentang.
•Mesenterium yang sesuai dibagi bersama dengan pembuluh
marginal. Jumlah usus yang direseksi tergantung pada lokasi
lesi dan pasokan vaskular usus besar.
•Lesi yang terletak di dekat fleksura hepatik memerlukan
perluasan kolektomi kanan untuk mendapatkan margin yang
memadai. Jika kolon kanan dan kolon transversal perlu
direseksi, ileum dianastomosis ke kolon kiri yang tersisa.
•Lesi di dekat fleksura limpa membutuhkan pengangkatan
cabang desendens dari kolik tengah dan pembuluh kolik kiri.
37. Terapi Pembedahan : Kanker
Kolon Kiri
•Lesi pada kolon kiri dikelola dengan kolektomi kiri atau
subtotal. Setelah pasien diposisikan dalam posisi Lloyd-
Davies yang dimodifikasi, eksplorasi dilakukan melalui
sayatan garis tengah vertikal.
•Sebagian besar lesi pada usus besar kiri akan
membutuhkan mobilisasi fleksura lien untuk
mendapatkan panjang kolon yang adekuat untuk
membuat anastomosis
•Untuk membangun kembali kontinuitas usus, sebagian
besar ahli bedah melakukan end-to-end anastomosis
sampai anus
40. Referensi
1. Landmann R, Weiser M. Surgical Management of Locally Advanced
and Locally Recurrent Colon Cancer. Clinics in Colon and Rectal
Surgery. 2005;18(03):182-9.
2. Yang XF, Pan K. Diagnosis and management of acute complications in
patients with colon cancer: bleeding, obstruction, and perforation.
Chinese Journal of Cancer Research. 2014;26(3):331-40
3. https://www.cancer.org/cancer/colon-rectal-cancer/treating/colon-
surgery.html
4. Ridereau-Zins C. Imaging in colonic cancer. Diagnostic and
Interventional Imaging. 2014;95(5):475-83.
5. Sjamsuhidajat R, Prasetyono TO, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu Bedah
Vol 1-3. Ed 4. Jakarta: EGC;2017
6. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Pedoman Pelayanan Kanker
Kolorektal. Jakarta: Kemenkes RI.
7. Lawrence PF. Essential of General Surgery. 5th Ed. Philadelphia:
Lipincott William & Wilkins;2013.