SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
081395203503 - Sobri
Kampusbit.com
Binary Digital System Center | Software House | Digital Marketing | Free Consultation
IT
Aborsi Menurut Hukum Islam
Abdurrahman Al-Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam Islam
halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh
(nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan
masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi
para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian
memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.
Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w.
1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang
bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang
mengalami pertumbuhan.
Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567 M)
dalam kitabnya At Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan
Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak
bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada
kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk
menjadi makhluk baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan
dilindungi eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah
janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan
sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum
Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al Hadisah Pada Masalah-Masalah
Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang
Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah
Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman 77-79).
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi setelah
ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi
setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah
s.a.w telah bersabda:
ِ‫ن‬َّ َ‫ح‬َ‫د‬َ‫ك‬ َْ‫ي‬َ‫ج‬ ‫م‬َََُ‫خ‬َ‫ل‬ َ‫ح‬َ‫د‬َ‫ك‬ ‫ي‬َ‫ب‬ َّْ‫ن‬َّ َُ ِ‫ن‬َّ ‫أ‬‫م‬‫ج‬‫ن‬َُ َ‫َن‬َ‫ي‬َ‫و‬‫م‬َ‫ا‬ َُ‫م‬َ‫ج‬َّ‫ا‬ َ‫ن‬َُ‫و‬ ‫ي‬َ‫ب‬ ََُُّّ‫َخ‬‫ل‬ ًَََّ‫َّم‬ُ ‫ن‬َّ‫ذ‬َ‫ل‬َ‫ك‬َ‫ا‬ ََِّْ ََّْ‫ن‬ َُّ ِ‫ن‬َّ َ‫ح‬َ‫د‬َ‫ك‬ َْ‫ي‬َ‫ج‬ ‫م‬َََ‫ذ‬َّ‫ج‬ َ‫ح‬َ‫د‬َ‫ك‬ ‫ي‬َ‫ب‬ َّْ‫ن‬َّ َُ
َْ‫م‬َ ‫كد‬ َََُ‫ب‬ َّ‫ف‬َّ‫خ‬ َََ‫ب‬ َّ‫ح‬َ‫خ‬ًَ‫كد‬
“Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam
bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu pula, kemudian dalam bentuk
‘mudghah’ selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya.” [HR al-Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, Ahmad, dan at-Tirmidzi dari ‘Abdullah bin Mas’ud].
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti
membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan
yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’i berikut. Firman Allah SWT:
َ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫م‬ ‫أ‬‫م‬َ‫أ‬َ‫ا‬‫ك‬ََّ َ‫ن‬َُ‫ل‬َ‫د‬‫ك‬ َ‫ن‬‫أد‬َ‫و‬ َ‫م‬ ‫أ‬‫م‬ََْ‫ل‬ ََُ‫و‬ ‫نك‬َّ‫ذ‬ َ ‫ت‬َّ‫ل‬ ِ‫ت‬َ‫ا‬ ‫ن‬َّ ََ‫خ‬َ‫ل‬ ‫ن‬َّ َ‫و‬َ‫م‬ َِْ َ‫ك‬ ‫أ‬َ‫ج‬ َّْ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ك‬‫ن‬َ‫د‬‫أ‬َ‫ي‬َ‫ل‬ ََّْ ‫ن‬َّ‫ل‬‫ِأ‬ََُّ َ‫م‬ ‫ن‬َّ َََّّْ ََ َّ‫ن‬‫َم‬َ ‫ق‬ٍ َ‫ن‬‫ج‬ََّ ‫ن‬َ‫ج‬ ‫ن‬َّ‫ذ‬َُ َ‫ت‬‫م‬َ‫ا‬ ‫نك‬َّ‫خ‬َّ‫م‬ُ
َ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫م‬َ‫ك‬ ‫م‬َ‫و‬َ‫م‬‫أد‬َ‫و‬ ِ‫ت‬ََّ َّ ِ‫كم‬ َِْ َ‫ك‬ ‫ي‬َ‫م‬ِ‫د‬‫ك‬ َ ‫خ‬ِ ‫كد‬ ‫نك‬َّ‫خ‬َّ‫م‬َُ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫م‬ َ‫ن‬ََُ‫و‬ ‫أ‬َ‫ج‬ َ‫م‬ ‫أ‬َ‫ا‬ َ‫ج‬ َ َ‫ا‬َ‫م‬ ‫أ‬َ‫ج‬ َ َ‫كك‬ َ‫ن‬َ‫خ‬‫كد‬ ‫َّنك‬‫و‬َ َُْ‫ن‬َّ‫خ‬َُ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ن‬َّ ِ‫خ‬َ‫ي‬َ‫د‬ ََُ‫و‬ ‫ن‬َّ‫ذ‬‫أ‬ِ‫ع‬ َ‫م‬ ‫ن‬َّ َ‫د‬
“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua
orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.
Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu
kepadamu supaya kamu memahami (nya).” (QS al-An’âm [6]: 151)
‫ك‬‫م‬ ََ‫ت‬َ‫ذ‬ ‫أ‬‫م‬ُْ َ‫ل‬ َْ‫أ‬َ‫ذ‬ ‫ن‬َّ‫ا‬َ‫خ‬‫م‬ََ ََِّْ ‫ن‬َّ‫ذ‬‫ِأ‬ََُّ َ‫م‬ ‫ن‬َّ‫ا‬َََّّْ ََ َّ‫ن‬‫َم‬َ ‫ق‬ٍ َ‫ن‬‫ج‬ََّ ََََ‫َت‬‫ل‬ ‫ن‬َّ‫ذ‬َُ َ‫ت‬‫م‬َ‫ا‬ ‫نك‬َّ‫خ‬َّ‫م‬َُ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫م‬
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang
akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah suatu dosa yang besar.” (QS al-Isrâ` [17]: 31).
َّ‫ن‬ َُ‫م‬َََ‫د‬ َ‫ن‬َ‫د‬ ‫َأ‬ ‫خ‬َ‫ي‬َ ‫ل‬ََُ‫ب‬ ‫أ‬‫م‬‫ج‬‫ن‬َّ‫خ‬‫َّلل‬َ‫ج‬ ََْ‫م‬ََّ ‫ن‬َ‫ج‬ َ‫م‬ ‫م‬َ‫و‬َ‫م‬‫أد‬َ‫و‬ ِ‫ت‬ََّ َّ ِ‫كم‬ َِْ َ‫ك‬ ‫ي‬َ‫م‬ِ‫د‬‫ك‬ َ ‫خ‬ِ ‫كد‬ ‫نك‬َّ‫خ‬َّ‫م‬َُ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫أم‬‫م‬َ‫أ‬َُ‫خ‬ ‫ك‬‫م‬‫نم‬َّ‫ي‬ َ‫ج‬ َْ‫أ‬َ‫ذ‬ ََََُِّّ َْ‫م‬َُ‫كد‬ ‫ي‬َ‫ب‬ َ َ ‫َّا‬ُ َ‫ن‬َ‫ب‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli
waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan.” (Qs. Al-Israa` [17]: 33).
‫إ‬َ‫خ‬ََّْ‫ن‬ َّ‫م‬َُ‫م‬َُّ‫ن‬ًَ‫كد‬ ‫ك‬َ‫ك‬ََّ َ‫م‬(8) ‫إ‬َ‫خ‬َ‫م‬ََّ ‫ق‬ََْ‫ك‬ ‫َم‬‫ل‬َ‫ت‬َ‫و‬(٩)
“Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia
dibunuh.” (QS at-Takwîr [81]: 8-9).
Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa atau
telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak
kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.
Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di atas, para
fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat Abdul Qadim
Zallum (1998) dan Abdurrahman Al-Baghdadi (1998), hukum syara’ yang lebih rajih (kuat)
adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat
puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka
hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah
peniupan ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum
mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. (Abdul Qadim Zallum,
1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi
Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati,
halaman 45-56; Abdurrahman Al-Baghdadi, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam,
halaman 129 ).
Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam
atau lebih adalah hadis Nabi s.a.w berikut:
« َ‫م‬ ‫أ‬َ‫ا‬َ‫ي‬ًَ‫ن‬ َ‫و‬َ‫خ‬َ‫ل‬ َ‫م‬ ‫َأ‬‫ل‬َ‫م‬ ِ‫ن‬َ‫ي‬َ‫ب‬ ‫أ‬‫م‬ َ‫خ‬َ‫ج‬ ‫أ‬َ‫ا‬ََ‫د‬ََّ َّ ِ‫كم‬ َ‫ع‬َ‫ي‬َ‫و‬ ‫م‬ََ‫خ‬ََ‫د‬ َْ‫ن‬َّ‫ي‬َ‫و‬‫م‬َ‫ا‬ َ‫م‬ َْ‫أ‬َ‫م‬ َ َََ‫خ‬َُ ‫أد‬َ‫و‬ ِ َ‫ج‬ ‫ك‬َ‫ك‬ََّ‫َأ‬‫ل‬َ‫ل‬‫خ‬ َ َ‫م‬ ‫َأ‬‫ل‬َ َ‫ي‬َ‫و‬ َ‫ل‬‫أ‬ََ .ِ‫ن‬َّ ‫أ‬َ‫ا‬َ‫ج‬‫أ‬َ‫َّلل‬َ‫ل‬ َ‫م‬ ‫أ‬َ‫ا‬ًَ‫م‬َ‫د‬ َ‫م‬
ُ‫َأ‬‫ل‬ ‫أ‬َ‫ج‬ َ‫َح‬‫و‬َ‫م‬ ‫ر‬ َ‫ذ‬َََُ‫ب‬ ‫ر‬َ‫ي‬ََّ‫ا‬ َْ‫ا‬ ِ َ‫ذ‬َ‫ك‬َ‫ا‬ ‫م‬َََ‫م‬ ‫أ‬َُ . . . ».
“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus
seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat
pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu
malaikat itu bertanya (kepada Allah),’Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan)
menjadi laki-laki atau perempuan?’ Maka Allah kemudian memberi keputusan…” [HR
Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a.].
Dalam riwayat lain, Rasulullah s.a.w bersabda:
“(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam…”
Hadis di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggota-
anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian,
penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai
tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya (ma’shumud dam). Tindakan
penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter, diharamkan
menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa
dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang
gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia
sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadis shahih dalam masalah
tersebut. Rasulullah s.a.w bersabda:
‫ق‬ََ‫ج‬َ‫ا‬ ‫م‬َ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ت‬َ‫ل‬ ‫ق‬‫م‬ ِ َََّ‫و‬ ‫أ‬‫م‬‫م‬‫م‬َََ‫ج‬ َ‫ن‬ََُ‫ن‬ َْ‫أ‬ََ‫م‬َ‫د‬ ‫ي‬َ َ‫و‬ ‫ن‬َ‫ج‬ ‫ق‬‫م‬َ‫ا‬َ ‫كج‬ َ‫َن‬َ َ ‫ي‬َ‫ب‬ ‫منخن‬ َُ‫لخ‬ ‫ة‬ ‫عخر‬ َ‫ة‬ َّ‫ل‬‫ن‬َّ‫ن‬ َ‫م‬ ‫ر‬َ‫ذ‬ََ. . .
“Rasulullah s.a.w memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan Bani
Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak laki-laki
atau perempuan…” [HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a.]
Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh
(ja’iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi
janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah), belum sampai
pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai manusia.
Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum dapat
disamakan dengan ‘azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kehamilan. ‘Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki kehamilan
perempuan yang digaulinya, sebab ‘azl merupakan tindakan mengeluarkan sperma di luar
vagina perempuan. Tindakan ini akan mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana
akan mengakibatkan matinya sel telur, sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel
sperma dengan sel telur yang tentu tidak akan menimbulkan kehamilan.
Rasulullah s.a.w telah membolehkan ‘azl kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada
beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara dia tidak
menginginkan budak perempuannya hamil. Rasulullah s.a.w bersabda kepadanya:
‫ل‬ َ ‫أل‬َ‫ب‬ َ‫إ‬َْ‫ل‬ ََّْ : َ‫ل‬‫أ‬ََ (‫ن‬َّ‫م‬َْ‫ل‬ ‫ر‬ََِ‫ا‬ ‫ن‬َّ َ َ‫ك‬ ‫نك‬َّ‫ل‬‫ت‬َ‫ب‬ ‫ن‬َّ َ‫د‬ ِْ َ‫ك‬ ‫ن‬َّ‫ذ‬َّْ‫أ‬َ‫ا‬ََ) َََِْ‫ا‬ًَّ‫كد‬ َ‫ن‬‫و‬ َ‫ل‬ََ‫ي‬َ‫ن‬ ‫ن‬َ‫ل‬، َ‫إ‬َْ‫ل‬ ََّْ َ‫م‬ ، .‫ل‬ َ ‫ي‬َ‫ل‬ َ‫ن‬َ‫ب‬ َ‫إ‬َْ‫ل‬ ََّْ َ‫م‬
‫ل‬ َ ‫ي‬َ‫ل‬ َ‫ن‬َ‫ب‬.
“Dari Sa’id bin al-Musayyab (isteri-isterimu adalah lading bagimu, maka datangilah
ladangmu dari menurut kehendakmu), Rasulullah s.a.w. bersabda: Lakukanlah ‘azl padanya
jika kamu suka, jika kamu (tak) menghendaki jangan kamu lalukan!” [HR. Ahmad, Muslim,
dan Abu Dawud]
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun
setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan
janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam
kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan
kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran
Islam, sesuai firman Allah SWT:
ََ َ ََََ‫و‬ ‫أ‬‫م‬‫ا‬‫َخ‬َ ََْ‫م‬ََ ‫ن‬َ‫ج‬ َََُِّ‫ا‬ َََْ‫س‬‫ك‬َ ‫ن‬ََّ ‫ي‬َ َ‫و‬ ‫ر‬َ‫خ‬َ‫ل‬ ‫َأ‬ ‫ت‬َ‫م‬َ‫ذ‬ َ‫ح‬َ‫د‬َ‫ك‬ َْ َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ج‬ ‫َأ‬‫ل‬‫أ‬ََ‫ك‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ج‬ َ‫م‬ ‫أ‬‫م‬‫ي‬ًَََ َِ‫أ‬ِ ‫كد‬ ََْ‫م‬ََ ‫أ‬ًَََِ‫ت‬َ َ‫ب‬ ََ‫م‬َِ‫ك‬ ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ق‬ُ‫أ‬َ‫ا‬َ‫ب‬ ‫م‬َ‫ا‬ ‫ق‬ ‫خ‬
َ‫ك‬ َ‫ل‬‫ي‬َ‫و‬ ‫ن‬َّ‫ا‬ َ‫ج‬ ‫ك‬‫م‬ ََ‫ي‬َ‫ذ‬ ََِّْ ِ‫ن‬َّ ََ‫َأ‬ ‫م‬َََ‫ت‬‫أد‬َ‫و‬ ‫َأ‬ َّ‫خ‬َّ‫ن‬ َّ‫م‬ ‫ن‬َّ‫ا‬‫ل‬َُ‫أ‬َ ‫ل‬ََُ‫د‬ َ‫م‬ ‫أ‬‫م‬‫ي‬ًَََ َِ‫أ‬ِ ‫كد‬ ‫أ‬ََ‫ك‬َ‫ا‬ ‫أ‬ًَََِ‫ت‬َ َ‫ب‬َْ‫ن‬َّ‫ب‬ َ ‫ا‬ًََّ‫د‬ ََ‫م‬َِ‫ك‬ ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫ح‬َ‫د‬
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,
kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS al-Mâ’idah [5]: 32).
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan. Sedangkan
Rasulullah s.a.w telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah s.a.w bersabda:
« ‫ق‬ْ‫ك‬َ َ‫م‬َ‫و‬ ‫ك‬‫م‬ َ‫كم‬َ‫ل‬َ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫م‬ ‫ك‬‫م‬ َ‫كم‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ب‬ ‫م‬ُ‫ك‬ َ‫م‬َُ ‫كُق‬َُ ‫م‬ََّْ َ‫د‬ ََْ‫ي‬َ َ‫م‬ َُ‫ك‬ َ‫ِم‬‫ل‬‫كد‬ َ‫م‬ َُ‫ِك‬‫ل‬‫كد‬ َ‫ل‬َ ََ‫ا‬ َ ِ‫كم‬ ََِّْ ».
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula
obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram!” [HR.
Ahmad].
Kaedah fikih dalam masalah ini menyebutkan:
‫أ‬ًََ‫ا‬‫م‬َ‫خ‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ََ‫أ‬َ َ‫ل‬‫أم‬َ‫و‬ ‫م‬‫ك‬‫م‬َ َِ ‫أ‬ًََّ‫ا‬ًََّ‫َّلل‬‫ل‬َ‫ا‬ َ‫ي‬َ‫ل‬‫م‬َّ‫م‬ َْ‫أ‬َ‫ل‬َ‫ل‬َ‫ا‬‫خ‬ًَ‫كد‬ ‫إ‬َِ َ‫أم‬َ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ك‬َ‫ك‬ََّ
“Jika berkumpul dua mafsadat (keburukan), maka harus dipertimbangkan yang lebih besar
madharatnya dan dipilih yang lebih ringan (madharatnya).” (Abdul Hamid Hakim, 1927,
Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaedah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika
keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh
janinnya. Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya
nyawa sang ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak
syak lagi bahwa menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada
menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan
keberadaan janin tersebut (Abdurrahman Al-Baghdadi, 1998).
Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel
sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang
tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur
dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu
pula dalam sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut
Ghanim Abduh dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85
adalah “sesuatu yang ada pada organisme hidup.” (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi).
Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita, membutuhkan
nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam
sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum rusak) sebenarnya sudah terdapat
kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan
dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya
terdapat dalam sel telur dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada
setelah pembuahan.
Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi setelah pertemuan sel
telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, adalah pendapat yang lemah,
sebab tidak didasarkan pada pemahaman fakta yang tepat akan pengertian kehidupan (al
hayah). Pendapat tersebut secara implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan
sel telur dan sel sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel telur dan sel sperma. Padahal
faktanya tidak demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima, niscaya segala sesuatu
aktivitas yang menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk ‘azl. Sebab dalam aktivitas
‘azl terdapat upaya untuk mencegah terjadinya kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada
sel sperma dan sel telur (sebelum bertemu). Padahal ‘azl telah dibolehkan oleh Rasulullah
s.a.w. Dengan kata lain, pendapat yang menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel
telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, akan bertentangan dengan
hadis-hadis yang membolehkan ‘azl.

More Related Content

What's hot

Bayi tabung
Bayi tabungBayi tabung
Bayi tabung
Mun Imah
 
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islam
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islamKesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islam
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islam
Muhsin Hariyanto
 
Tafsir surah al baqarah 168-169
Tafsir surah al baqarah 168-169Tafsir surah al baqarah 168-169
Tafsir surah al baqarah 168-169
zack_93
 

What's hot (17)

Nifas dalam islam
Nifas dalam islamNifas dalam islam
Nifas dalam islam
 
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk HalusPendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
Pendekatan Dakwah Dalam Menangani Gangguan Makhluk Halus
 
Islamic birth
Islamic birthIslamic birth
Islamic birth
 
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryaniMakalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
 
PDF Hijrah, saaatnya berubah
 PDF Hijrah, saaatnya berubah PDF Hijrah, saaatnya berubah
PDF Hijrah, saaatnya berubah
 
Merindukan Pemimpin yang Adil di Tengan Umat
Merindukan Pemimpin yang Adil di Tengan UmatMerindukan Pemimpin yang Adil di Tengan Umat
Merindukan Pemimpin yang Adil di Tengan Umat
 
Dosa investasi
Dosa investasiDosa investasi
Dosa investasi
 
Bayi tabung
Bayi tabungBayi tabung
Bayi tabung
 
Hadis 6 : Halal Dan Haram (Melayu)
Hadis 6 : Halal Dan Haram (Melayu)Hadis 6 : Halal Dan Haram (Melayu)
Hadis 6 : Halal Dan Haram (Melayu)
 
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islam
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islamKesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islam
Kesurupan dan cara mengatasinya dalam pandangan islam
 
Road to #MaPaRa (Masirah Panji Rasulullah)
Road to #MaPaRa (Masirah Panji Rasulullah)Road to #MaPaRa (Masirah Panji Rasulullah)
Road to #MaPaRa (Masirah Panji Rasulullah)
 
Jamaatul muslimin
Jamaatul musliminJamaatul muslimin
Jamaatul muslimin
 
Pondasi Bisnis Syariah
Pondasi Bisnis SyariahPondasi Bisnis Syariah
Pondasi Bisnis Syariah
 
Tafsir surah al baqarah 168-169
Tafsir surah al baqarah 168-169Tafsir surah al baqarah 168-169
Tafsir surah al baqarah 168-169
 
Bangsa Islam Akhir Zaman
Bangsa Islam Akhir ZamanBangsa Islam Akhir Zaman
Bangsa Islam Akhir Zaman
 
Isu Halal Haram Pemakanan
Isu Halal Haram PemakananIsu Halal Haram Pemakanan
Isu Halal Haram Pemakanan
 
Bahaya Harta Haram
Bahaya Harta HaramBahaya Harta Haram
Bahaya Harta Haram
 

Similar to Ltm agama no edit 2

Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryaniMakalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Warnet Raha
 
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryaniMakalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Septian Muna Barakati
 
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani (2)
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani (2)Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani (2)
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani (2)
Septian Muna Barakati
 
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartinMakalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Septian Muna Barakati
 
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin (2)
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin (2)Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin (2)
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin (2)
Septian Muna Barakati
 
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartinMakalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Warnet Raha
 
Aborsi Inseminasi Transplantasi Bayi Tabung.pptx
Aborsi Inseminasi Transplantasi Bayi Tabung.pptxAborsi Inseminasi Transplantasi Bayi Tabung.pptx
Aborsi Inseminasi Transplantasi Bayi Tabung.pptx
salmairmasuryani1203
 

Similar to Ltm agama no edit 2 (20)

Ltm agama islam aborsi
Ltm agama islam aborsiLtm agama islam aborsi
Ltm agama islam aborsi
 
Hukum seputar aborsi
Hukum seputar aborsiHukum seputar aborsi
Hukum seputar aborsi
 
Aborsi ditinjau dari sudut agama
Aborsi ditinjau dari sudut agamaAborsi ditinjau dari sudut agama
Aborsi ditinjau dari sudut agama
 
Kajian hukum islam
Kajian hukum islamKajian hukum islam
Kajian hukum islam
 
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryaniMakalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
 
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryaniMakalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
 
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani (2)
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani (2)Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani (2)
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani (2)
 
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryaniMakalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
 
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryaniMakalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
 
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryaniMakalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
 
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryaniMakalah aborsi dalam pandangan islam maryani
Makalah aborsi dalam pandangan islam maryani
 
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartinMakalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
 
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin (2)
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin (2)Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin (2)
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin (2)
 
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartinMakalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
 
Aborsi Inseminasi Transplantasi Bayi Tabung.pptx
Aborsi Inseminasi Transplantasi Bayi Tabung.pptxAborsi Inseminasi Transplantasi Bayi Tabung.pptx
Aborsi Inseminasi Transplantasi Bayi Tabung.pptx
 
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartinMakalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
 
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartinMakalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
 
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartinMakalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
 
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartinMakalah aborsi dalam islam wa ode minartin
Makalah aborsi dalam islam wa ode minartin
 
Husnul khatimah
Husnul khatimahHusnul khatimah
Husnul khatimah
 

More from Muhammad sobri maulana

More from Muhammad sobri maulana (20)

Implementasi akhlak
Implementasi akhlakImplementasi akhlak
Implementasi akhlak
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 
Perkembangan islam di indonesia kampus bit
Perkembangan islam di indonesia kampus bitPerkembangan islam di indonesia kampus bit
Perkembangan islam di indonesia kampus bit
 
Ltm agama keluarga islami kampus bit
Ltm agama keluarga islami kampus bitLtm agama keluarga islami kampus bit
Ltm agama keluarga islami kampus bit
 
Ltm agama (kampus bit)
Ltm agama (kampus bit)Ltm agama (kampus bit)
Ltm agama (kampus bit)
 
Kerajaan islam kampus bit
Kerajaan islam kampus bitKerajaan islam kampus bit
Kerajaan islam kampus bit
 
Jantung muhammad sobri maulana
Jantung   muhammad sobri maulanaJantung   muhammad sobri maulana
Jantung muhammad sobri maulana
 
Komplikasi diabetes melitus
Komplikasi diabetes melitusKomplikasi diabetes melitus
Komplikasi diabetes melitus
 
Electrolyte disorder muhammad sobri maulana
Electrolyte disorder  muhammad sobri maulanaElectrolyte disorder  muhammad sobri maulana
Electrolyte disorder muhammad sobri maulana
 
V ablaster tutorial
V ablaster tutorialV ablaster tutorial
V ablaster tutorial
 
Ca mammae muhammad sobri maulana
Ca mammae muhammad sobri maulanaCa mammae muhammad sobri maulana
Ca mammae muhammad sobri maulana
 
Ca colon muhammad sobri maulana
Ca colon muhammad sobri maulanaCa colon muhammad sobri maulana
Ca colon muhammad sobri maulana
 
Scoliosis
ScoliosisScoliosis
Scoliosis
 
Wsd
WsdWsd
Wsd
 
Failure of formation of parts sobri
Failure of formation of parts sobriFailure of formation of parts sobri
Failure of formation of parts sobri
 
Bph sobri
Bph sobriBph sobri
Bph sobri
 
Preskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotikPreskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotik
 
Soal latihan junior level - soal python
Soal latihan   junior level - soal pythonSoal latihan   junior level - soal python
Soal latihan junior level - soal python
 
Bhd dmrs hep
Bhd dmrs hepBhd dmrs hep
Bhd dmrs hep
 
Osteosarkoma sobri
Osteosarkoma sobriOsteosarkoma sobri
Osteosarkoma sobri
 

Recently uploaded

BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
Meboix
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
wisanggeni19
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
hurufd86
 

Recently uploaded (20)

KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 

Ltm agama no edit 2

  • 1. 081395203503 - Sobri Kampusbit.com Binary Digital System Center | Software House | Digital Marketing | Free Consultation IT Aborsi Menurut Hukum Islam Abdurrahman Al-Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya. Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan. Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995, Masail Fiqhiyah Al Hadisah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman 77-79).
  • 2. Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah s.a.w telah bersabda: ِ‫ن‬َّ َ‫ح‬َ‫د‬َ‫ك‬ َْ‫ي‬َ‫ج‬ ‫م‬َََُ‫خ‬َ‫ل‬ َ‫ح‬َ‫د‬َ‫ك‬ ‫ي‬َ‫ب‬ َّْ‫ن‬َّ َُ ِ‫ن‬َّ ‫أ‬‫م‬‫ج‬‫ن‬َُ َ‫َن‬َ‫ي‬َ‫و‬‫م‬َ‫ا‬ َُ‫م‬َ‫ج‬َّ‫ا‬ َ‫ن‬َُ‫و‬ ‫ي‬َ‫ب‬ ََُُّّ‫َخ‬‫ل‬ ًَََّ‫َّم‬ُ ‫ن‬َّ‫ذ‬َ‫ل‬َ‫ك‬َ‫ا‬ ََِّْ ََّْ‫ن‬ َُّ ِ‫ن‬َّ َ‫ح‬َ‫د‬َ‫ك‬ َْ‫ي‬َ‫ج‬ ‫م‬َََ‫ذ‬َّ‫ج‬ َ‫ح‬َ‫د‬َ‫ك‬ ‫ي‬َ‫ب‬ َّْ‫ن‬َّ َُ َْ‫م‬َ ‫كد‬ َََُ‫ب‬ َّ‫ف‬َّ‫خ‬ َََ‫ب‬ َّ‫ح‬َ‫خ‬ًَ‫كد‬ “Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu pula, kemudian dalam bentuk ‘mudghah’ selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya.” [HR al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan at-Tirmidzi dari ‘Abdullah bin Mas’ud]. Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’i berikut. Firman Allah SWT: َ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫م‬ ‫أ‬‫م‬َ‫أ‬َ‫ا‬‫ك‬ََّ َ‫ن‬َُ‫ل‬َ‫د‬‫ك‬ َ‫ن‬‫أد‬َ‫و‬ َ‫م‬ ‫أ‬‫م‬ََْ‫ل‬ ََُ‫و‬ ‫نك‬َّ‫ذ‬ َ ‫ت‬َّ‫ل‬ ِ‫ت‬َ‫ا‬ ‫ن‬َّ ََ‫خ‬َ‫ل‬ ‫ن‬َّ َ‫و‬َ‫م‬ َِْ َ‫ك‬ ‫أ‬َ‫ج‬ َّْ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ك‬‫ن‬َ‫د‬‫أ‬َ‫ي‬َ‫ل‬ ََّْ ‫ن‬َّ‫ل‬‫ِأ‬ََُّ َ‫م‬ ‫ن‬َّ َََّّْ ََ َّ‫ن‬‫َم‬َ ‫ق‬ٍ َ‫ن‬‫ج‬ََّ ‫ن‬َ‫ج‬ ‫ن‬َّ‫ذ‬َُ َ‫ت‬‫م‬َ‫ا‬ ‫نك‬َّ‫خ‬َّ‫م‬ُ َ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫م‬َ‫ك‬ ‫م‬َ‫و‬َ‫م‬‫أد‬َ‫و‬ ِ‫ت‬ََّ َّ ِ‫كم‬ َِْ َ‫ك‬ ‫ي‬َ‫م‬ِ‫د‬‫ك‬ َ ‫خ‬ِ ‫كد‬ ‫نك‬َّ‫خ‬َّ‫م‬َُ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫م‬ َ‫ن‬ََُ‫و‬ ‫أ‬َ‫ج‬ َ‫م‬ ‫أ‬َ‫ا‬ َ‫ج‬ َ َ‫ا‬َ‫م‬ ‫أ‬َ‫ج‬ َ َ‫كك‬ َ‫ن‬َ‫خ‬‫كد‬ ‫َّنك‬‫و‬َ َُْ‫ن‬َّ‫خ‬َُ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ن‬َّ ِ‫خ‬َ‫ي‬َ‫د‬ ََُ‫و‬ ‫ن‬َّ‫ذ‬‫أ‬ِ‫ع‬ َ‫م‬ ‫ن‬َّ َ‫د‬ “Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).” (QS al-An’âm [6]: 151) ‫ك‬‫م‬ ََ‫ت‬َ‫ذ‬ ‫أ‬‫م‬ُْ َ‫ل‬ َْ‫أ‬َ‫ذ‬ ‫ن‬َّ‫ا‬َ‫خ‬‫م‬ََ ََِّْ ‫ن‬َّ‫ذ‬‫ِأ‬ََُّ َ‫م‬ ‫ن‬َّ‫ا‬َََّّْ ََ َّ‫ن‬‫َم‬َ ‫ق‬ٍ َ‫ن‬‫ج‬ََّ ََََ‫َت‬‫ل‬ ‫ن‬َّ‫ذ‬َُ َ‫ت‬‫م‬َ‫ا‬ ‫نك‬َّ‫خ‬َّ‫م‬َُ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫م‬ “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS al-Isrâ` [17]: 31). َّ‫ن‬ َُ‫م‬َََ‫د‬ َ‫ن‬َ‫د‬ ‫َأ‬ ‫خ‬َ‫ي‬َ ‫ل‬ََُ‫ب‬ ‫أ‬‫م‬‫ج‬‫ن‬َّ‫خ‬‫َّلل‬َ‫ج‬ ََْ‫م‬ََّ ‫ن‬َ‫ج‬ َ‫م‬ ‫م‬َ‫و‬َ‫م‬‫أد‬َ‫و‬ ِ‫ت‬ََّ َّ ِ‫كم‬ َِْ َ‫ك‬ ‫ي‬َ‫م‬ِ‫د‬‫ك‬ َ ‫خ‬ِ ‫كد‬ ‫نك‬َّ‫خ‬َّ‫م‬َُ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫أم‬‫م‬َ‫أ‬َُ‫خ‬ ‫ك‬‫م‬‫نم‬َّ‫ي‬ َ‫ج‬ َْ‫أ‬َ‫ذ‬ ََََُِّّ َْ‫م‬َُ‫كد‬ ‫ي‬َ‫ب‬ َ َ ‫َّا‬ُ َ‫ن‬َ‫ب‬
  • 3. “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (Qs. Al-Israa` [17]: 33). ‫إ‬َ‫خ‬ََّْ‫ن‬ َّ‫م‬َُ‫م‬َُّ‫ن‬ًَ‫كد‬ ‫ك‬َ‫ك‬ََّ َ‫م‬(8) ‫إ‬َ‫خ‬َ‫م‬ََّ ‫ق‬ََْ‫ك‬ ‫َم‬‫ل‬َ‫ت‬َ‫و‬(٩) “Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia dibunuh.” (QS at-Takwîr [81]: 8-9). Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam. Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat Abdul Qadim Zallum (1998) dan Abdurrahman Al-Baghdadi (1998), hukum syara’ yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. (Abdul Qadim Zallum, 1998, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, halaman 45-56; Abdurrahman Al-Baghdadi, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, halaman 129 ). Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam atau lebih adalah hadis Nabi s.a.w berikut: « َ‫م‬ ‫أ‬َ‫ا‬َ‫ي‬ًَ‫ن‬ َ‫و‬َ‫خ‬َ‫ل‬ َ‫م‬ ‫َأ‬‫ل‬َ‫م‬ ِ‫ن‬َ‫ي‬َ‫ب‬ ‫أ‬‫م‬ َ‫خ‬َ‫ج‬ ‫أ‬َ‫ا‬ََ‫د‬ََّ َّ ِ‫كم‬ َ‫ع‬َ‫ي‬َ‫و‬ ‫م‬ََ‫خ‬ََ‫د‬ َْ‫ن‬َّ‫ي‬َ‫و‬‫م‬َ‫ا‬ َ‫م‬ َْ‫أ‬َ‫م‬ َ َََ‫خ‬َُ ‫أد‬َ‫و‬ ِ َ‫ج‬ ‫ك‬َ‫ك‬ََّ‫َأ‬‫ل‬َ‫ل‬‫خ‬ َ َ‫م‬ ‫َأ‬‫ل‬َ َ‫ي‬َ‫و‬ َ‫ل‬‫أ‬ََ .ِ‫ن‬َّ ‫أ‬َ‫ا‬َ‫ج‬‫أ‬َ‫َّلل‬َ‫ل‬ َ‫م‬ ‫أ‬َ‫ا‬ًَ‫م‬َ‫د‬ َ‫م‬ ُ‫َأ‬‫ل‬ ‫أ‬َ‫ج‬ َ‫َح‬‫و‬َ‫م‬ ‫ر‬ َ‫ذ‬َََُ‫ب‬ ‫ر‬َ‫ي‬ََّ‫ا‬ َْ‫ا‬ ِ َ‫ذ‬َ‫ك‬َ‫ا‬ ‫م‬َََ‫م‬ ‫أ‬َُ . . . ». “Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat
  • 4. pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah),’Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan?’ Maka Allah kemudian memberi keputusan…” [HR Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a.]. Dalam riwayat lain, Rasulullah s.a.w bersabda: “(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam…” Hadis di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggota- anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya (ma’shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya. Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter, diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari. Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadis shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah s.a.w bersabda: ‫ق‬ََ‫ج‬َ‫ا‬ ‫م‬َ‫ا‬ ‫ق‬‫ل‬‫ت‬َ‫ل‬ ‫ق‬‫م‬ ِ َََّ‫و‬ ‫أ‬‫م‬‫م‬‫م‬َََ‫ج‬ َ‫ن‬ََُ‫ن‬ َْ‫أ‬ََ‫م‬َ‫د‬ ‫ي‬َ َ‫و‬ ‫ن‬َ‫ج‬ ‫ق‬‫م‬َ‫ا‬َ ‫كج‬ َ‫َن‬َ َ ‫ي‬َ‫ب‬ ‫منخن‬ َُ‫لخ‬ ‫ة‬ ‫عخر‬ َ‫ة‬ َّ‫ل‬‫ن‬َّ‫ن‬ َ‫م‬ ‫ر‬َ‫ذ‬ََ. . . “Rasulullah s.a.w memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan…” [HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a.] Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai manusia.
  • 5. Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum dapat disamakan dengan ‘azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kehamilan. ‘Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki kehamilan perempuan yang digaulinya, sebab ‘azl merupakan tindakan mengeluarkan sperma di luar vagina perempuan. Tindakan ini akan mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana akan mengakibatkan matinya sel telur, sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel telur yang tentu tidak akan menimbulkan kehamilan. Rasulullah s.a.w telah membolehkan ‘azl kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara dia tidak menginginkan budak perempuannya hamil. Rasulullah s.a.w bersabda kepadanya: ‫ل‬ َ ‫أل‬َ‫ب‬ َ‫إ‬َْ‫ل‬ ََّْ : َ‫ل‬‫أ‬ََ (‫ن‬َّ‫م‬َْ‫ل‬ ‫ر‬ََِ‫ا‬ ‫ن‬َّ َ َ‫ك‬ ‫نك‬َّ‫ل‬‫ت‬َ‫ب‬ ‫ن‬َّ َ‫د‬ ِْ َ‫ك‬ ‫ن‬َّ‫ذ‬َّْ‫أ‬َ‫ا‬ََ) َََِْ‫ا‬ًَّ‫كد‬ َ‫ن‬‫و‬ َ‫ل‬ََ‫ي‬َ‫ن‬ ‫ن‬َ‫ل‬، َ‫إ‬َْ‫ل‬ ََّْ َ‫م‬ ، .‫ل‬ َ ‫ي‬َ‫ل‬ َ‫ن‬َ‫ب‬ َ‫إ‬َْ‫ل‬ ََّْ َ‫م‬ ‫ل‬ َ ‫ي‬َ‫ل‬ َ‫ن‬َ‫ب‬. “Dari Sa’id bin al-Musayyab (isteri-isterimu adalah lading bagimu, maka datangilah ladangmu dari menurut kehendakmu), Rasulullah s.a.w. bersabda: Lakukanlah ‘azl padanya jika kamu suka, jika kamu (tak) menghendaki jangan kamu lalukan!” [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud] Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT: ََ َ ََََ‫و‬ ‫أ‬‫م‬‫ا‬‫َخ‬َ ََْ‫م‬ََ ‫ن‬َ‫ج‬ َََُِّ‫ا‬ َََْ‫س‬‫ك‬َ ‫ن‬ََّ ‫ي‬َ َ‫و‬ ‫ر‬َ‫خ‬َ‫ل‬ ‫َأ‬ ‫ت‬َ‫م‬َ‫ذ‬ َ‫ح‬َ‫د‬َ‫ك‬ َْ َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ج‬ ‫َأ‬‫ل‬‫أ‬ََ‫ك‬َ‫ا‬ ‫ن‬َ‫ج‬ َ‫م‬ ‫أ‬‫م‬‫ي‬ًَََ َِ‫أ‬ِ ‫كد‬ ََْ‫م‬ََ ‫أ‬ًَََِ‫ت‬َ َ‫ب‬ ََ‫م‬َِ‫ك‬ ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ق‬ُ‫أ‬َ‫ا‬َ‫ب‬ ‫م‬َ‫ا‬ ‫ق‬ ‫خ‬ َ‫ك‬ َ‫ل‬‫ي‬َ‫و‬ ‫ن‬َّ‫ا‬ َ‫ج‬ ‫ك‬‫م‬ ََ‫ي‬َ‫ذ‬ ََِّْ ِ‫ن‬َّ ََ‫َأ‬ ‫م‬َََ‫ت‬‫أد‬َ‫و‬ ‫َأ‬ َّ‫خ‬َّ‫ن‬ َّ‫م‬ ‫ن‬َّ‫ا‬‫ل‬َُ‫أ‬َ ‫ل‬ََُ‫د‬ َ‫م‬ ‫أ‬‫م‬‫ي‬ًَََ َِ‫أ‬ِ ‫كد‬ ‫أ‬ََ‫ك‬َ‫ا‬ ‫أ‬ًَََِ‫ت‬َ َ‫ب‬َْ‫ن‬َّ‫ب‬ َ ‫ا‬ًََّ‫د‬ ََ‫م‬َِ‫ك‬ ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫ح‬َ‫د‬ “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah- olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
  • 6. kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS al-Mâ’idah [5]: 32). Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan. Sedangkan Rasulullah s.a.w telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah s.a.w bersabda: « ‫ق‬ْ‫ك‬َ َ‫م‬َ‫و‬ ‫ك‬‫م‬ َ‫كم‬َ‫ل‬َ‫ل‬ َ‫ت‬ َ‫م‬ ‫ك‬‫م‬ َ‫كم‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ب‬ ‫م‬ُ‫ك‬ َ‫م‬َُ ‫كُق‬َُ ‫م‬ََّْ َ‫د‬ ََْ‫ي‬َ َ‫م‬ َُ‫ك‬ َ‫ِم‬‫ل‬‫كد‬ َ‫م‬ َُ‫ِك‬‫ل‬‫كد‬ َ‫ل‬َ ََ‫ا‬ َ ِ‫كم‬ ََِّْ ». “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram!” [HR. Ahmad]. Kaedah fikih dalam masalah ini menyebutkan: ‫أ‬ًََ‫ا‬‫م‬َ‫خ‬َ‫ل‬َ‫ا‬ ََ‫أ‬َ َ‫ل‬‫أم‬َ‫و‬ ‫م‬‫ك‬‫م‬َ َِ ‫أ‬ًََّ‫ا‬ًََّ‫َّلل‬‫ل‬َ‫ا‬ َ‫ي‬َ‫ل‬‫م‬َّ‫م‬ َْ‫أ‬َ‫ل‬َ‫ل‬َ‫ا‬‫خ‬ًَ‫كد‬ ‫إ‬َِ َ‫أم‬َ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ك‬َ‫ك‬ََّ “Jika berkumpul dua mafsadat (keburukan), maka harus dipertimbangkan yang lebih besar madharatnya dan dipilih yang lebih ringan (madharatnya).” (Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35). Berdasarkan kaedah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya. Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut (Abdurrahman Al-Baghdadi, 1998). Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh dalam kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah “sesuatu yang ada pada organisme hidup.” (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi).
  • 7. Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita, membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih baik, belum rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah pembuahan. Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, adalah pendapat yang lemah, sebab tidak didasarkan pada pemahaman fakta yang tepat akan pengertian kehidupan (al hayah). Pendapat tersebut secara implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel telur dan sel sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel telur dan sel sperma. Padahal faktanya tidak demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima, niscaya segala sesuatu aktivitas yang menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk ‘azl. Sebab dalam aktivitas ‘azl terdapat upaya untuk mencegah terjadinya kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada sel sperma dan sel telur (sebelum bertemu). Padahal ‘azl telah dibolehkan oleh Rasulullah s.a.w. Dengan kata lain, pendapat yang menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, akan bertentangan dengan hadis-hadis yang membolehkan ‘azl.