3. TUMOR GANAS
KARAKTERISTIK
1. Bentuk tidak teratur
2. Konsistensi padat dan keras
3. Kapsul tidak jelas atau tidak ada
4. Batas tidak tegas
5. Hipervaskularisasi atau neovaskularisasi
6. Rapuh dan mudah berdarah
7. Ada bagian-bagian yang nekrosis atau menunjukkan ulserasi
8. Ada infiltrasi atau perlengketan ke organ sekitarnya
4. TUMOR MARKER
• PSA (Prostate Specific Antigen) = Prostat
• CEA (Carcino-embryonic Antigen) = Kolorektal, Payudara
• AFP (Alpha Fetoprotein) = Hepatoseluler
• Ca 19-9 = Pankreas
• Ca 15-3 = Payudara
5. TUMOR JINAK PAYUDARA
FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)
• Neoplasma jinak, dijumpai pada wanita muda
• Benjolan bulat atau berbenjol, bebas digerakkan, konsistensi
kenyal padat
• Tidak melekat dgn jaringan sekitar
• Umumnya tidak nyeri
• Pertumbuhan cepat dan kadang banyak
• Kambuh saat rangsangan estrogen meninggi
• Terapi: eksisi tumor
6.
7. FIBROKISTIK
• Tersering, dijumpai perempuan usia 20-50th
• Timbul karena ketidakseimbangan hormon
• Nyeri terutama bila haid, ukuran dapat berubah menjelang haid
• Setelah haid, nyeri berkurang
• Berbatas tegas, permukaan kasar/noduler, konsistensi padat kenyal
• Tidak berbahaya
• Terapi: eksissi
TUMOR JINAK PAYUDARA
8. TUMOR PHYLLOIDES
• Pertumbuhan cepat dan besar (melon appearance)
• Menyerang semua usia, kebanyakan umur 30 tahun
• Terapi > eksisi luas, jika tumor besar: mastektomi simple,
Jika gas > mastektomi radikal.
TUMOR JINAK PAYUDARA
9. KEGANASAN PADA PAYUDARA
FAKTOR RESIKO
• Usia lanjut (>30 th)
• Anak pertama lahir pada usia ibu >35 th
• Tidak kawin
• Usia menopause > 55 th
• Riwayat operasi tumor jinak payudara
• Mendapat terapi hormonal yang lama
• Terdapat kanker payudara kontralateral
• Riwayat radiasi dinding dada
• Riwayat keluarga menderita kanker
ANAMNESIS
Di payudara/area sekitar: benjolan, kecepatan tumbuh, rasa sakit, nipple
discharge, retraksi putting, krusta pada areola. Kelainan kulit: dimpling,
peau d’orange, ulserasi, venektasi, perubahan warna kulit, benjolan
ketiak, edema lengan
Keluhan lain (berhubungan dengan metastasis):
• Otak: nyeri kepala, mual muntah, epilepsy, ataksia, paresis/parestesia
• Pleura: efusi, sesak napas
• Paru-paru: batuk
• Hati: kadang asimptomatis, bisa ada massa dan icterus obstruksi
• Tulang: nyeri,patah tulang
Terdapat faktor resiko
10.
11. Status Lokalis
• massa tumor: lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan, bentuk dan batas tumor, jumlah
tumor, terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara (kulit, m. pektoralis dan dinding
dada)
• Perubahan kulit: kemerahan, dimpling, edema, nodul, satelit, peau d’orange, ulserasi
• Putting/nipple: tertarik ,erosi, krusta, discharge
Status kelenjar getah bening
• Pem.fis axila, infraklavikula, supraklavikula. Yg dinilai: jumlah, ukuran, konsistensi,
terfiksir satu sama lain atau jaringan sekitar.
Pemeriksaan daerah lain yang dicuriga metastasis
KEGANASAN PADA PAYUDARA
12. PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK / IMAGING
1. Diharuskan (recommended)
• USG payudara dan Mammografi utk tumor <3cm
• Foto thorax
• USG Abdomen (hepar)
2. Optional (atas indikasi)
• Bone scanning atau dan bone survey (lesi >5cm)
• CT Scan
13. Pemeriksaan FNAB (Fine needle aspiration biopsy)
Dilakukan jika lesi secara klinis dan radiologi curiga ganas
14. SCREENING PADA CA MAMMAE
1. SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri, dilakukan pada wanita
usia subur, setiap 1 minggu setelah hari pertama
menstruasi terakhir
2. PEMERIKSAAN FISIK OLEH DOKTER
3. MAMMOGRAFI
• Pada wanita >35th-50 th dilakukan setiap 2 tahun
• Pada wanita diatas >50th dilakukan setiap 1 tahun
15.
16.
17.
18. OPERASI
BREAST CONSERVING SURGERY (BCS)
Pengangkatan massa dan jaringan yg terkena tumor namun semaksimal mungkin menjaga
tampilan kosmetik payudara. Tumor stadium Tis, T1, dan T2.
MASTEKTOMI SIMPLE
Seluruh kelenjar payudara diangkat termasuk putting dengan menyisakan kelenjar limfe aksila
dan otot pektoralis. Dilakukan bilsa dipastikan tidak ada penyebaran ke kelenjar limfe
MASTEKTOKMI RADIKAL
Meliputi seluruh kelenjar payudara dan Sebagian besar kulitnya, otot pektoralis mayor dan
minor, dan seluruh kelenjar limfe disekitarnya.
MASTEKTOMI RADIKAL MODIFIKASI
Mempertahankan otot pektoralis mayor dan minor jika memang jelas otot tersebut bebas dari
tumor.
21. PERITONITIS
• Peradangan pada peritoneum
Peritonitis lokal: peradangan pada bagian tertentu dari peritoneum
Peritonitis general: mengenai seluruh peritoneum
• Etiologi
Primer
Sekunder: sering akibat perforasi saluran cerna
• Gejala
Demam tinggi, nausea, vomiting, nyeri abdomen,perut kembung, tidak dapat
flatus dan defekasi (ileus)
• Tanda
Distensi abdomen, nyeri tekan difus, defans muscular, pekak hepar
menghilang (perforasi usus), rectal touche (penurunan tonus sphincter anal)
22. Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium : Leukositosis
• Radiologi : Lemak pre-peritoneal tidak terlihat jelas,
daerah lusen pada subdiafragma
Terapi
• Pemasangan NGT
• Pemasangan kateter
• Rehidrasi
• Pemberian antibiotic
• Operasi
PERITONITIS
23. ILEUS OBSTRUKSI
Gangguan pasase usus akibat adanya
sumbatan/hambatan lumen usus akibat perlekatan atau
massa tumor. Adanya sumbatan ini akan menyebabkan
peristaltik usus meningkat sebagai usaha untuk
mengatasi hambatan.
GAMBARAN KLINIS
SUBJEKTIF
• Sakit perut hebat hilang timbul
• Anoreksia, nausea, dan vomitus
• Tidak bisa flatus dan defekasi
• Ada riwayat laparotomi sebelumnya -> obstruksi
karena adhesi pasca operasi
• Ada riwayat gangguan pola defekasi
PEMERIKSAAN FISIK
• Penderita kesakitan/gelisah, hingga
dehidrasi/syok
• Tampak gambaran kontur usus (darm contour)
dan gerak peristaltik usus (darm steifung) pada
abdomen
• Bising usus meninggi -> metallic sound
• RT: ampula rekti kolaps pada obstruksi rendah
25. TERAPI ILEUS OBSTRUKSI
PENANGANAN AWAL
• Perbaiki keadaan umum
• Pemasangan infus untuk rehidrasi
• Koreksi elektrolit/asam basa
• Pemasangan kateter urin > monitor cairan
• Berikan antibiotik
• Pemasangan pipa lambung >mengurangi tekanan intraabdominal
• Bila jelas krn obstruksi > laparotomi eksplorasi
26. APPENDICITIS AKUT
• Etiologi: infeksi bakteri
• Faktor pencetus: sumbatan lumen appendiks (akibat
hyperplasia jaringan limfe, fecalith, tumor, cacing
askaris) dan erosi mukosa appendiks akibat parasit
seperti E. hytolitica
• Nyeri samar-samar dan tumpul di daerah
umbilicus/epigastrium bawah
• Dalam beberapa jam nyeri akan pindah ke titik mc
burney
27. APPENDICITIS
Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung:
• Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (rovsing sign)
• Nyeri kanan bawah bila tekanan kiri dilepaskan (Blumberg sign)
• Nyeri saat batuk (Dunphy Sign)
28.
29. HERNIA
Penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
Hernia terdiri dari
CINCIN KANTONG ISI HERNIA
Menurut sifatnya hernia dibedakan menjadi :
• HERNIA REPONIBEL
Isi hernia dapat keluar dan masuk lagi kedalam rongga asal
• HERNIA IRREPONIBEL / HERNIA AKRETA
Isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga asal, karena perlengketan isi kantong
dengan peritonium kantong hernia.
• HERNIA INKARSERATA
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut disertai terjadinya gangguan pasase usus.
• HERNIA STRANGULATA
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan terjadi gangguan pasase usus serta
gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis.
30. ETIOLOGI
• Prosesus vaginalis yang tidak menutup
• Annulus inguinalis internus yang lebar
• Peninggian tekanan intraabdomen
• Kelemahan otot dinding perut karena usia
35. FRAKTUR
• Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang
• Fraktur dapat terjadi akibat trauma, stress berulang (terutama
pada atlet/penari), serta kelainan akibat kelainan pada tulang
(fraktur patologis; misalnya osteoporosis)
39. • FRAKTUR TERTUTUP
Bila tidak terdaapt luka yang menghubungkan
tulang yang fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit
• FRAKTUR TERBUKA
Bila terdapat luka yang menghubungkan tulang
yang fraktur dengan udara luar atau permukaan
kulit
40.
41. PRINSIP PENANGAN FRACTUR (4R)
• Recognize (mengenali)
Mengenali kerusakan apa saja yang terjadi baik pada jaringan lunak maupun
tulang serta mengetahui mekanisme trauma
• Reduction (mengembalikan)
Mengembalikan jaringan atau fragmen ke posisi semula
• Retaining (mempertahankan)
Mempertahankan hasil reposisi dengan fiksasi (imobilisasi).
• Rehabilitation (rehabilitasi)
Mengembalikan kemampuan anggota tubuh yang sakit agar dapat berfungsi
kembali