1. LTM AGAMA ISLAM
TOPIK 4
Dimensi Agama
Keluarga Islami
081395203503 - Sobri
Kampusbit.com
BinaryDigital SystemCenter|Software House |Digital Marketing|Free ConsultationIT
Mu`amalah adalah ajaran Islam yang menyangkut aturan-aturan dalam menata
hubungan antarsesama manusia dan antara manusia dengan makhluk lainnya. Penataan
dimaksud diatur demi terciptanya ke`adilan dan kedamaian dalam kerangka kehidupan
bermasyarakat. Aspek mu`amalah merupakan bagian prinsipil dalam ajaran Islam untuk
menata kehidupan yang lebih baik. Salah satu bentuk mu`amalah adalah mencipkan
keharmonisan dalam keluarga melalui ibadah nikah.5
Pernikahan merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat penting dan mulia untuk
mengatur tatanan kehidupan berkeluarga. Tanpa pernikahan tidak mungkin seorang laki-laki
dan perempuan dapat membentuk dan mengatur tatanan kehidupan keluarga yang dalam
bahasa keseharian :”mawaddah, sakinah, warahmah”. Aman, tentram saling mencintai dan
saling mengasihi, saling menyayangi.
Pernikahan merupakan azas utama dalam memelihara kemaslahatan ummat. Apabila
tidak ada aturan Allah Swt. dan rasulNya tentang pernikahan, tentu saja manusia akan hidup
sesuai dengan nafsu syahwatnya, yakni hidup bagikan binatang. Islam menganjurkan
ummatnya agar melakukan nikah.
Rasulullah Saw. bersabda: “Wahai para pemuda!, barangsiapa di antara kamu sudah
mampu dan berkeinginan untuk nikah, hendaknya kamu nikah, sebab nikah itu akan mampu
memenjamkan mata terhadap wanita yang tidak halal dilihatnya dan akan memelihara kamu
dari godaan syahwat/ Barangsia yang tidak mampu nikah, maka shaumlah, sebab dengan
shaum hawa nafsu terhadap wanita itu akan berkurang (HR. Jama`ah).
A. KRITERIA KELUARGA ISLAM
Menurut cendikiawan muslim, ada beberapa kriteria keluarga Islam, yakni;
2. 1. Keluarga dapat menjadi ma’wah/tempat berteduh/kembali. Sebuah keluarga harus
menjadi baiti jannati, ada kerinduan pada setiap anggota keluarga untuk kembali ke
keluarga. Seorang suami, meskipun sangat sibuk berdakwah, tetap merindukan
keluarga. Begitu juga dengan anak-anak kita, selalu merindukan kembali ke rumah.
Apalagi, saat ini, banyak di antara anak-anak yang lebih suka di jalan, suka bermain
bersama teman-teman, lupa dengan rumahnya. Tapi dengan keluarga menjadi ma’wah,
maka seorang anak akan selalu merindukan kembali ke rumahnya, sebab di rumahnya,
ada ketentraman, ada kebahagian.
2. Keluarga dapat menjadi madrasah. Keluarga harus dijadikan sebagai tempat membina
dan mengkader, sebagai madrasah buat suami, istri, terlebih lagi anak-anak kita. Di
dalam keluarga harus ada taklim dan tarbiyah, murabbi utamanya adalah seorang suami.
Menjadikan keluarga sebagai madrasah menjadi tanggung jawab bersama. Selama ini,
mungkin proses tarbiyah masih sedikit dalam keluarga. Kendalanya, kemampuan suami
istri masih sangat terbatas, serta kesibukan masing-masing keluarga.
3. Keluarga menjadi markas kecil perjuangan Islam. Ini yang perlu diingatkan bagi
keluarga. Sebab, menikah bukan sekedar mencari pasangan. Tapi lebih dari itu, kita
ingin keluarga menjadi batu bata dari bangunan perjuangan Islam. Dia menjadi
penyanggah utama dalam perjuangan Islam. Tentu saja, mencapai hal butuh perjuangan
dan pengorbanan.4
B. PILAR-PILAR KELUARGA ISLAM
Namun, untuk mencapai kriteria keluarga idaman tersebut, menurut Ust. Zaitun,
keluarga itu harus dibangun dari tujuh pilar. Ketujuh pilar itu, yakni3;
1. Iman.
Faktor iman, kita tidak terangkan secara mendetail ditempat ini, karena ini menjadi
materi tarbiyah dan materi taklim kita. Iman harus menjadi perhatian utama dalam
membangun keluarga. Setiap ada masalah, faktor iman harus dicek. Tidak mungkin
terjadi keluarga idaman, kalau iman ini diabaikan. Keluarga harus dibangun dari
seorang mukmin dan muslimat.
2. Cinta.
Keluarga idaman, tidak akan terwujud, jika tidak ada cinta di dalamnya. Tidak akan
mungkin ada ma’wah, kalau tidak ada cinta. Makanya, sebagian orang menghabiskan
waktunya di luar rumahnya, karena di dalam keluarganya tidak ada lagi cinta. Biasanya
hubungan keluarga tinggal hak dan kewajiban saja. Bahkan, kadang hanya menjaga
image saja, agar orang tidak mengetahui persoalan rumah tangga.
3. Faktor cinta ini, bukan sesuatu yang mudah dibahas, sebagaimana ungkapan Ibnu
Qayyim dalam bukunya, masalah cinta tidak mudah didefinisikan, namun ia sesuatu
yang bisa dibahas. Pada dasarnya cinta itu datangnya dari Allah. Sehingga, hubungan
cinta antara laki-laki dan perempuan harus diikat dengan ikatan suci, yang bernama
pernikahan.
Olehnya itu, cinta perlu dipelihara dan dipupuk dalam keluarga. Karena
keluarga adalah ibadah, keluarga untuk perjuangan, yang dibangun dalam sebuah ikatan
pernikahaan. Mungkin saja, ada sesuatu yang tidak disukai dari istri atau suami kita,
tapi itu tidak menyebabkan ikatan cinta akan memudar. Ingatlah pesan Rasulullah
dalam sabdanya, “kalau ada yang tidak kau sukai dari istrimu, mudah-mudahan masih
ada yang kau sukai dari yang lain”. Sabda Rasulullah ini harus benar-benar dimaknai
dalam kehidupan berkeluarga, sebab tidak seseorangpun yang sempurna, semuanya
pasti memiliki kekurangan. Tapi inipun tidak berarti, setiap kekurangan itu
menyebabkan hubungan suami istri menjadi renggang. Sebaliknya, kita harus menutupi
berbagai kekurangan itu. Dengan demikian kehidupan keluarga akan semakin harmoni.
3. Tarbiyah.
Faktor tarbiyah atau pembinaan sangat penting dalam menciptakan keluarga idaman.
Keluarga harus menjadi tempat sekaligus ajang tarbiyah /pembinaan bagi keluarga
terutama untuk anak-anak. Sebab, proses tarbiyah ini yang akan melahirkan generasi
Islam, yang paham dengan Islam, serta mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan.
4. Paham.
Dalam keluarga, saling memahami merupakan salah satu faktor penting dalam
membangun keluarga idaman, keluarga sakinah mawaddah warahmah. Kita harus
saling memahami hak dan kewajiban kita. Meskipun, di antara kita kadang muncul
sikap egois. Kita selalu mengingat kewajiban orang pada kita, namun kadang kita lalai
memperhatikan kewajiban kita terhadap orang lain.
5. Perhatian.
Pasangan suami istri harus punya perhatian terhadap pasangannya. Suami harus
memperhatikan, serta membimbing istri untuk meningkatkan ilmu, akhlak, dan, ibadah.
Dalam aktivitas duniawi, seorang suami harus punya perhatian terhadap istrinya.
Termasuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, selama dalam batas-
batas proporsional.
Termasuk perhatian suami terhadap istrinya, yakni; membelikan hadiah pada istri
setelah pulang kantor, terutama makanan yang disukai istri. Ini mungkin kecil, tapi
4. dapat semakin menumbuhkan cinta di antara pasangan suami istri. Begitu juga istri,
harus punya perhatian terhadap suaminya, misalnya, menyiapkan sepatu dan baju bola,
bagi istri yang punya suami hobi main bola. Seorang pasangan suami istri tidak boleh
berkomentar jelek terhadap hobi pasangannya.
6. Komunikasi.
Tentu saja, bukan hanya komunikasi langsung (verbal) yang kita maksudkan di sini.
Meskipun, ini juga perlu ditingkatkan, sebab juga menjadi faktor pendukung untuk
melahirkan keluarga idaman. Meskipun, menurut penelitian ahli psikologi seorang laki-
laki mengeluarkan kata-kata minimal 3 ribu/hari, sedangkan perempuan minimal 10
ribu/perhari. Olehnya itu, umumnya seorang istri menunggu untuk diajak komunikasi
oleh suaminya.
Makanya, seorang suami harus memulai berkomunikasi dengan istrinya, meskipun
sekadar basa-basi, misalnya sekadar bertanya, menjawab pertanyaan istri, atau memuji
istri, seperti masakan. Dengan komunikasi non verbal, bisa melalui telepon, atau sms.
Apalagi, jika seorang suami berada di luar kota, atau daerah.
7. Ungkapan-ungkapan mesra.
Masalah ungkapan-ungkapan mesra ini, kita belajar dari pribadi Rasulullan terhadap
istrinya. Beliau sering memanggil istri-istrinya dengan ungkapan mesra,
misalnya memanggil dengan panggilan humairah.Walaupun, saya tidak menemukan
dalilnya, namun panggilan habibati, tapi ini sangat bagus, sebagai ungkapan mesra
terhadap pasangan.
Jelas, ungkapan mesra ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan suami istri. Misalnya,
ungkapan sayang. Mungkin sebagian ini kita anggap berlebihan, kalau kita anggap
gombal, tapi tidak ada masalah sebab wanita pada umumnya itu suka digombal.
Olehnya, itu, seorang istri tidak mengapa kalau memulai dalam memanggil dengan
panggilan mesra terhadap suaminya.
Demikianlah sekelumit karakter keluarga Islam yang bisa penulis ketengahkan.
Tentunya masih banyak mutiara-mutiara hikmah berharga dari potret keluarga Islam
yang bertaburan dalam Al-Qur'an dan Sunnah yang dapat dijadikan pedoman oleh
setiap keluarga muslim. Langkah awal yang paling baik untuk mewujudkan sebuah
keluarga muslim ideal adalah dengan memahami kondisi psikologi, kelebihan dan
kekurangan keluarga masing-masing. Pemahaman yang baik terhadap keadaan dan
psikologi keluarga akan memudahkan kita untuk merancang langkah-langkah yang
5. hendak ditempuh dalam mencapai keluarga muslim sejati. Jadikanlah Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi saw. sebagai pedoman dan sumber inspirasi utama. Karena tidak ada
manhaj (konsep) hidup yang lebih sempurna selain yang telah digariskan oleh Al-
Qur'an dan Sunnah.
Pengertian Keluarga Sakinah
Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman,
ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi
rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam
kehidupan keluarga.
Keluarga sakinah juga sering disebut sebagai keluarga yang bahagia. Menurut pandangan
Barat, keluarga bahagia atau keluarga sejahtera ialah keluarga yang memiliki dan menikmati
segala kemewahan material. Anggota-anggota keluarga tersebut memiliki kesehatan yang baik
yang memungkinkan mereka menikmati limpahan kekayaan material. Bagi mencapai tujuan
ini, seluruh perhatian, tenaga dan waktu ditumpukan kepada usaha merealisasikan kecapaian
kemewahan kebendaan yang dianggap sebagai perkara pokok dan prasyarat kepada
kesejahteraan (Dr. Hasan Hj. Mohd Ali, 1993 : 15).
Pandangan yang dinyatakan oleh Barat jauh berbeda dengan konsep keluarga bahagia
atau keluarga sakinah yang diterapkan oleh Islam. Menurut Dr. Hasan Hj. Mohd Ali (1993: 18
– 19) asas kepada kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di dalam Islam terletak kepada
ketaqwaan kepada Allah SWT. Keluarga bahagia adalah keluarga yang mendapat keredhaan
Allah SWT. Allah SWT redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah SWT. Firman
Allah SWT: “Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada- Nya, yang demikian itu,
bagi orang yang takut kepada-Nya”. (Surah Al-Baiyyinah : 8)
Menurut Paizah Ismail (2003 : 147), keluarga bahagia ialah suatu kelompok sosial yang
terdiri dari suami istri, ibu bapak, anak pinak, cucu cicit, sanak saudara yang sama-sama dapat
merasa senang terhadap satu sama lain dan terhadap hidup sendiri dengan gembira, mempunyai
6. objektif hidup baik secara individu atau secara bersama, optimistik dan mempunyai keyakinan
terhadap sesama sendiri.
Dengan demikian, keluarga sakinah ialah kondisi sebuah keluarga yang sangat ideal yang
terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk keluarga bahagia sebagaimana
yang telah dinyatakan oleh negara Barat.
Ciri-Ciri Keluarga Sakinah
Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu perkara yang
abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang berumahtangga. Namun, terdapat
beberapa ciri-ciri keluarga sakinah, diantaranya :
a. Rumah Tangga Didirikan Berlandaskan Al-Quran Dan Sunnah
Asas yang paling penting dalam pembentukan sebuah keluarga sakinah ialah rumah
tangga yang dibina atas landasan taqwa, berpandukan Al-Quran dan Sunnah dan bukannya atas
dasar cinta semata-mata. Ia menjadi panduan kepada suami istri sekiranya menghadapi
perbagai masalah yang akan timbul dalam kehidupan berumahtangga.
Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa’ ayat 59
yang artinya :“Kemudian jikakamuselisih faham / pendapat tentang sesuatu, makakembalilah
kepada Allah (Al-Quran) dan Rasulullah (Sunnah)”.
b. Rumah Tangga Berasaskan Kasih Sayang (Mawaddah Warahmah)
Tanpa ‘al-mawaddah’ dan ‘al-Rahmah’, masyarakat tidak akan dapat hidup dengan
tenang dan aman terutamanya dalam institusi kekeluargaan. Dua perkara ini sangat-sangat
diperlukan kerana sifat kasih sayang yang wujud dalam sebuah rumah tangga dapat melahirkan
sebuah masyarakat yang bahagia, saling menghormati, saling mempercayai dan tolong-
7. menolong. Tanpa kasih sayang, perkawinan akan hancur, kebahagiaan hanya akan menjadi
angan-angan saja.1
c. Mengetahui Peraturan Berumahtangga
Setiap keluarga seharusnya mempunyai peraturan yang patut dipatuhi oleh setiap ahlinya
yang mana seorang istri wajib taat kepada suami dengan tidak keluar rumah melainkan setelah
mendapat izin, tidak menyanggah pendapat suami walaupun si istri merasakan dirinya betul
selama suami tidak melanggar syariat, dan tidak menceritakan hal rumahtangga kepada orang
lain. Anak pula wajib taat kepada kedua orangtuanya selama perintah keduanya tidak
bertentangan dengan larangan Allah.
Lain pula peranan sebagai seorang suami. Suami merupakan ketua keluarga dan
mempunyai tanggung jawab memastikan setiap ahli keluarganya untuk mematuhi peraturan
dan memainkan peranan masing-masing dalam keluarga supaya sebuah keluarga sakinah dapat
dibentuk.
Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa’: 34
yang artinya :“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,oleh Karena Allah
Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka
wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu
8. mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha
besar”.
d. Menghormati dan Mengasihi Kedua Ibu Bapak
Perkawinan bukanlah semata-mata menghubungkan antara kehidupan kedua pasangan
tetapi ia juga melibatkan seluruh kehidupan keluarga kedua belah pihak, terutamanya
hubungan terhadap ibu bapak kedua pasangan. Oleh itu, pasangan yang ingin membina sebuah
keluarga sakinah seharusnya tidak menepikan ibu bapak dalam urusan pemilihan jodoh,
terutamanya anak lelaki. Anak lelaki perlu mendapat restu kedua ibu bapaknya karena
perkawinan tidak akan memutuskan tanggungjawabnya terhadap kedua ibu bapaknya. Selain
itu, pasangan juga perlu mengasihi ibu bapak supaya mendapat keberkatan untuk mencapai
kebahagiaan dalam berumahtangga.
Firman Allah SWT yang menerangkan kewajiban anak kepada ibu bapaknya dalam
Surah al-Ankabut : 8
yang artinya :“Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepadadua orang ibu-
bapanya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya
kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku khabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”
e. Menjaga Hubungan Kerabat dan Ipar
Antara tujuan ikatan perkawinan ialah untuk menyambung hubungan keluarga kedua
belah pihak termasuk saudara ipar kedua belah pihak dan kerabat-kerabatnya. Karena biasanya
masalah seperti perceraian timbul disebabkan kerenggangan hubungan dengan kerabat dan
ipar.
Cara Membangun Keluarga Sakinah
Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata upaya mewujudkan keluarga yang sakinah
bukanlah perkara yang mudah, ditengah-tengah arus kehidupan seperti ini,. Jangankan untuk
mencapai bentuk keluarga yang ideal, bahkan untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga
saja sudah merupakan suatu prestasi tersendiri, sehingga sudah saat-nya setiap keluarga perlu
9. merenung apakah mereka tengah berjalan pada koridor yang diinginkan oleh Allah dalam
mahligai tersebut, ataukah mereka justru berjalan bertolak belakang dengan apa yang
diinginkan oleh-Nya.
Islam mengajarkan agar keluarga dan rumah tangga menjadi institusi yang aman, bahagia
dan kukuh bagi setiap ahli keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan atau unit
masyarakat yang terkecil yang berperan sebagai satu lembaga yang menentukan corak dan
bentuk masyarakat. Institusi keluarga harus dimanfaatkan untuk membincangkan semua hal
sama ada yang menggembirakan maupun kesulitan yang dihadapi di samping menjadi tempat
menjana nilai-nilai kekeluargaan dan kemanusiaan. Kasih sayang, rasa aman dan bahagia serta
perhatian yang dirasakan oleh seorang ahli khususnya anak-anak dalam keluarga akan memberi
kepadanya keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri untuk menghadapi berbagai persoalan
hidupnya. Ibu bapak adalah orang pertama yang diharapkan dapat memberikan bantuan dan
petunjuk dalam menyelesaikan masalah anak. Sementara seorang ibu adalah lambang kasih
sayang, ketenangan dan juga ketenteraman.
Al-Qur’an merupakan landasan dari terbangunnya keluarga sakinah, dan mengatasi
permasalahan yang timbul dalam keluarga dan masyarakat. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga
sakinah itu ada lima, yaitu :
memiliki kecenderungan kepada agama
yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda
sederhana dalam belanja
santun dalam bergaul dan
selalu introspeksi.
Dalam keluarga Harus Ada Mawaddah dan Rahmah
Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan
rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang
dicintai.
Rasa damai dan tenteram hanya dicapai dengan saling mencintai. Maka rumah tangga
muslim punya ciri khusus, yakni bersih lahir baathin, tenteram, damai dan penuh hiasan ibadah.
Firman Allah SWT Surat Ar-Rum : 21
10. yang artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”
Refrensi :
1. Abdul Hakam, Menuju Keluarga Sakinah (Terjmahan Kitab Al-Usrah Al-Muslimah:
Ususun wa Mabaadi’u oleh Abdul Haiyi’ie al-Kattani Uqinu Attaqi), (Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana,2004), hlm. 2.
2. Yendri Junaidi, Lc., Jurnal Al Insan Jilid (Jakarta: Kelompok Gema Insani, 2008),hlm.2
3. Ibnu Musthafa, Keluarga Islam Menyongsong Abad 21, (Jakarta: Al-Bayan, 1992), hlm.
92.
4. Mohammad Faudzil Adhim, Mencapai Pernikahan Barakah, Cetakan X, (Yogyakarta:
Mitra Pustaka,2001), hlm. 2.
5. http://www.google.co.id/url-keluargaislami&source-file.upi.edu-Direktori%2FKD-
PURWAKARTA-KELUARGA-ISLAMI.pdf
081395203503 - Sobri
Kampusbit.com