SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
BAB III
ULKUS & GANGREN DIABETIKUM
Ulkus Diabetikum
1. Pengertian
Ulkus adalah kerasakan lokal atau ekskavasi prmukaan organ atau
jaringan yang ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik yang
radang. (Kamus Kedokteran, Borland 1985)
Ulkus diabetikum adalah :
- Ulkus yang biasanya di ekstrimitas bawah yang berkaitan dengan,
DM. (Kamus Kedokteran, Dorland 1985)
- Penyakit kaki diabetik; termasuk komplikasi dari DM kronik.
- Luka yang berakhir dengan kematian saraf / jaringan, biasanya
dalam jumlah yang besar dan umumnya diikuti kehilangan
persediaan vaskular (nutrisi) serta diikuti oleh invasi bakteri dan
pembusukan. (Borland)
2. Penyebab ulkus / gangren diabetikum :
a. Pasokan darah yang berkurang. Dapat terjadi karena tekanan
pembuluh darah, misahiya pada pemasangan torniket, balutan yang
ketat dan pembengkakan tungkai.
b. Obstruksi pada pembuluh darah yang sehat, misahiya pada embolisme
arterial dan frost bite dimana pembuluh kapiler akan tersumbat.
c. Spasme pembuluh darah (pada keracunan orgot).
d. Trombosis yang disebabkan oleh penyakit pada pembuluh darah,
misalnya : aterosklerosis dalam pembuluh arteri, flebitik dalam vena.
(Kamus keperawatan)
3. Mekanisme terjadinya ulkus diabetikum :
Diabetes Mellitus menimbulkan beberapa komplikasi yang nantinya
meningkatkan resiko terjadinya infeksi kaki. Komplikasi tersebut adalah :
- Neuropati : Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya perasaan
nyeri dan sensibilitas tekanan sedangkan neuropati otonom
meningkatkan kekeringan dan pembentukan fisum pada kulit (yang
terjadi akibat penurunan perspirasi).
- Penyaki Vaskuler Perifer : Sirkulasi ekstrimitas bawah yang buruk
turut menyebabkan lamanya kesembuhan luka dan terjadinya
gangren.
- Penurunan daya imunitas : Hiperglikemia akan mengganggu
kemampuan lekosit khusus yang berfungsi menghancurkan bakteri.
Denan demikian, pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol
akan terjadi penurunan resistensi terhadap infeksi tertentu.
Komplikasi ini akan memacu serangkaian kejadian yang khas dalam proses
timbulnya ulkus diabetik pada kaki dimulai dari :
Cedera pada jaringan lunak kaki. Cedera tidak dirasakan oleh pasien
yang kepekaan kakinya sudah menghilang dan bisa berupa cedar
termal, kimia atau traumatik.
Pembentukan fisura antara jari-jari kaki atau di daerah kulit yang kering
atau pembentukan sebuah kalus. Jika pasien tidak mempunyai
kebiasaan untuk memeriksa kakinya setiap hari, cedera atau fisura
tersebut akan berlangsung tanpa diketahui sampai terjadi infeksi yang
serius.
Pengeluaran nanah, pembengkakan, kemerahan (akibat selulitis) atau
gangre pada tungkai biasanya merupakan tanda pertama masalah kaki
yang menjadi perhatian pasien. (Buku Ajar KMB 8ed. Bmnner &
Suddarth,EGC : Jakarta, 1996)
4. Tehnik perawatan ulkus diabetikum :
Tehnik perawatan ulkus diabetik disini ditekankan pada daerah kaki.
Perawatan kaki yang bersifat preventif mencakup :
a. Mencuci kaki dengan benar, mengeringkan dan meminyakinya, kita
haras berhati-hati agar jangan sampai celah diantara jari-jari kaki
meajadi basah oleh air atau lotion yang terakumulasi dibagian ini.
b. Inspeksi kaki haras dilakukan setiap hari untuk memeriksa apakah ada
gejala kemerahan, lepuh, fisura, kalus atau ulserasi.
c. Pasien haras diberitahu untuk mengenakan sepatu yang pas dan
tertutup pada bagian jari kaki.
d. Sepatu yang bara haras dikenakan sebentar-bentar (yaitu mula-mula
dikenakan selama 1-2 jam perhari, kemudian lama pemakaiannya
ditingkatkan secara berangsur-angsur) agar tidak terjadi lepuh.
e. Prilaku beresiko tinggi haras dihindari seperti berjalan dengan kaki
telanjang, menggunakan bantal pemanas pada kaki, mengenakan
sepatu yang terbuka pada begian jari kaki dan memangkas kalus.
f. Kuku jari kaki dipotong tanpa membuat lengkungan pada
sudut-sudutnya.
g. Pasien haras mendapatkan penyuluhan untuk mengurangj faktor
resiko seperti konseling tentang kebiasaan merokok dan kenaikan
lemak darah yang turat menimbulkan kelainan vaskuler perifer.
h. Pengendalian glukosa darah untuk menghindari penuranan resistensi
terhadap infeksi dan mencegah terjadinya neuropati diabetik.
(Baku Ajar KMB 8ed. Brunner & Suddarth,EGC: Jakarta , 1996)
5. Faktor resiko mengalami ulkus diabetikum :
Lama penyakit diabetes yang lebih dari 10 tahun
Usia pasien yang lebih dari 40 tahun
Riwayat merokok
Penuranan denyut nadi perifer
Penuranan sensibilitas
Deformitas anatomis atau bagian yang menonjol (seperti bunion dan
kalus)
Riwayat ulkus kaki atau amputasi.
(Buku Ajar KMB 8ed. Brunner & Suddarth,EGC : Jakarta ,1996)
Sumber lain menyebutkan bahwa faktor resiko timbulnya ulkus diabetik
adalah:
Faktor kadar glukosa darah
Kadar haemoglobin rendah
Lekosit lebih dari 10.000
Pendidikan rendah
Keadaan sosial ekonomi rendah
Starus gizi kurang
Indeks ankie brachial kurang dari 1 ,0
Insensitivitas terhadap monofilamen Semmes Weinstein.
(www. google. com)
6. Terapi ulkus diabetikum :
Terapi ulkus kaki meliputi tirah baring, pemberian antibiotik dan
debridemen. Disamping itu pengendalian glukosa darah cenderung ketat
ketika terjadi infeksi untuk mencegah lamanya kesembuhan luka.
7. Askep pada Ulkus diabetikum / gangren diabetikum : Pengkajian :
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : lemah, sulit berjalan, kram otot, gangguan istirahat.
Tanda : takikardi, penurunan kekuatan otot.
b. Makanan dan cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual, muntah.
Tanda : kulit kering, muntah.
c. Neurosensori
Gajala : pusing, kesemutan, paraestesi.
Tanda : disorientasi, gangren memori, kejang, koma.
d. Keamanan
Gajala : kulit kering, gatal, ulkus kering.
Tanda : demam, lesi/ulkus, paralis otot.
e. Seksualitas
Gejala: impoten pada pria
f. Integritas ego
Gajala: stress.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
Diagnosa:
a. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmosis
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakcukupan insulin
c. Sirkulasi resiko tinggi sepsis b.d perubahan pada sirkulasi
d. Perubahan sensori perseptual b.d perubahan kimia endogen
Perencanaan:
Tujuan :
a. Homeostasis dapat dipertahankan
b. Faktor- faktor penyebab/pencetus dapat dikontrol
c. Komplikasi dapat dicegah atau diminimalkan
d. Proses panyakit atau prognosa kebutuhan akan
perawatan diri dan pengobatannya dapat dipahami
Intervensi:
a. Pantau tanda-tanda vital (pola nafas, suhu, warna
kulit dan kelembaban)
b. Timbang berat badan tiap had
c. Tentukan program diet dan pola makan pasien
d. Lihat adanya ulkus dan tanda kemerahan
e. Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10)
f. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
g. Berikan tindakan kenyamanan (ubah posisi, pijatan punggung) dan
aktivitas terapeutik.
Evaluasi:
a. Tanda vital stabil, nadi perifer dapat teraba, turgor kulit dan pengisisn
kapiler baik.
b. Mencerna jumlah kalori yang tepat, menunjukkan tingkat energy
seperti biasanya, berat badan stabil.
c. Faktor resiko menurun, pasien dapat mendemonstrasikan cara tehnik
untuk mencegah infeksi.
d. Mempertahankan tingkat mental seperti biasanya, mengenali dan
mengkompensasi adanya kerasakan sensori.
(Fundamental of Nursing; Potter Perry, 1993)
8. Definisi gangren diabetikum :
Gas gangren:
- Kerusakan jaringan lokal yang berat, memiliki karakteristik
krepitasi jaringan karena adanya gas dalam jaringan.
- Nekrosis jaringan yang disebabkan adanya gas dan toksin yang
diproduksi oleh mikroorganisme (Clostridium perfringes,
Clostridium nouvi, Clostridium septicum) dalam jaringan yang
luka. (Scientific Foundation of Nursing, Nordmark, Rohweder)
Gangren diabetikum:
Gangren yang terjadi pada penderita DM, disetiap bagian tubuh dan
umumnya mengenai bagian tubuh yang terletak dibawah terutama
ekstrimitas bawah. Hal ini biasanya karena pasokan darah yang kurang
tetapi terkadang akibat infeksi, (Medical Surgical Nursing, A
Physiologic Approach 4th
Ed; Luckman &Sorensens, 1993 WE
Soundesr Company)
9. Mekanisme terjadinya gangren diabetikum :
Pada penderita DM kadar gula sangat tinggi, respon imunnya turun
sehingga rentan terhadap infeksi. Infeksi pada DM sukar sembuh karena
dalam keadaan biperglikemi kuman tumbuh subur sehingga terjadi
pembusukan dan timbullah gangren. (Medical Surgical Nursing, A
Physiologic Approach 4th
Ed; Luckman & Sorensens, 1993 WB Sounders
Company) .
10. Penanganan gangren diabetikum :
a. Menghilangkan nyeri
b. Melawan infeksi
c. Memperbaiki anemia
d. Menghentikan rokok penderita (kecuali mungkin bila
iskhemi merupakan akibat trauma)
e. Lindungi tungkai yang sehat.
(Ilmu Bedah Gawat Darurat, Hamilton Bailey, 1992)
11. Pengertian amputasi:
Amputasi berasal dari bahasa Yunani "amputare" yang berarti pancung.
Dalam Ilmu Kedokteran berarti membuang sebagian atau seluruh anggota
gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat (organ) tubuh. (Ilmu
Bedah Gawat Darurat, Hamilton Bailey, 1992)
12. Indikasi dilakukannya amputasi:
Gas gangren yang telah terbukti
Cedera vaskular besar yang tidak dapat diperbaiki
Iskemia otot menyeluruh yang irreversible
Anestesi telapak kaki
Stasis upna
Kehilangan kulit yang luas, misal: pengelupasan
Fraktur kecil dan devaskularisasi tulang besar
Penghancuran sendi
Kekurangan saraf motoris dan atau sensoris yang berarti.
(Ilmu Bedah Gawat Darurat, Hamilton Bailey, 1992)
13. Masalah psikososial pasien dengan amputasi:
Kemarahan secara terus terang atau tersembunyi
Depresi
Mudah menangis
Makan sangat sedikit
Kurang tidur atau banyak tidur
Menghindari interaksi dengan orang lain
Ketakutan klien akan tidak bisa berjalan lagi sama sekali.
(Medical Surgical Nursing, A Physiologic Approach 4th
Ed; Luckman &
Sorensens, 1993 WBSounders Company).
14. Cara melakukan amputasi:
Untuk tindakan life saving maka tindakan harus cepat, umumnya indikasi
karena kerusakan yang hebat dan tidak dapat dipertahankan baik akibat
kehilangan darah maupun akibat penyebaran infeksi (sepsis).
a. Di tempat yang sarananya tidak memadai, maka cara Guillotine masih
dapat dipertahankan yaitu : pemotongan ketinggian (level) dipilih
yang aman baik dari segi infeksi dengan melihat reactive zonenya atau
kerusakan jaringan lunaknya, karena tindakan cara Guillotine
memerlukan tindakan yang kedua yaitu mengadakan stump revision.
b. Apabila sarana memadai a.l. dapat dilakukan resusitasi dengan baik
dan dapat memonitor keadaan pasien selama tindakan amputasi, maka
sebaiknya dilakukan flop amputation dengan demikian tidak perlu
tindakan kedua untuk stump revision : oleh karena itu level yag dipilih
harus tepat dengan mengingat tindakan pasca bedah untuk
rehabilitasinya. Pada umumnya (general rules) menenrukan level
adalah sebagai berikut:
- Panjang puntung, (untuk anggota gerak atas sebaiknya
mempertahankan sepanjang mungkin) dengan memperhatikan
jarak dari sendi proximalnya.
- Daerah yang cukup vaskularisasi jaringan lunak/kulit yang akan
dipakai sebagai penutup (flap). Stabilitas sendi proximal.
15. Pengkajian pada pasien sebelum dilakukan amputasi perlu
memperimbangkan :
Keadaan fisik klien
Tipe amputasi yang akan dilakukan
Level amputasi yang dilakukan
Fungsi vaskuler perifer
Sikap klien secara umum menuju amputasi
Kemampuan klien dalam rehabilitasi
Tipe program rehabilitasi.
(Medical Surgical Nursing, A Physiologic Approach 4th
Ed; Luckman &
Sorensens, 1993 WBSounders Company).
16. Perawatan pasien postoperasi:
a. Balutan tekan dan drain dilepas 48-72 jam setelah operasi.
b. Lihat adanya tanda-tanda inflamasi seperti kemerahan dan bengkak
pada lokasi luka dan monitor proses penyembuhan luka.
c. Pembalut diganti setiap hari sampai jahitan pada luka dilepas .(google)
d. Berfokus pada managemen nyeri, pencegahan komplikasi, mobilisasi,
perawatan area,
e. Amputasi , membantu pasien serta keluarga untuk mengatasi stress
psikologis karena kebilangan bagian tubuhnya.
f. Berikan analgesik sesuai indikasi selama beberapa hari
untuk mencegah infeksi.
g. Jaga stabilitas/integritas kulit dan hindari menggunakan krim karena
kelembaban dapat mengakibatkan kerusakan kulit dan infeksi bakteri.
(Manual of Nursing Care, Sounder)
17. Pengertian nekrotomi:
Pemotongan terhadap mayat
Eksisi suatu sekuesterum
Pembuanganjaringanmati
Diabetes Melitus:
1. Pengertian DM :
Adalah sindroma kronis heterogen ditandai dengan peninggian kadar
glukosa darah (hiperglikemi) kronik akibat defisiensi insulin relatif atau
absolut dan atau hiperghlkagonemia. (Seminar pencegahan dan
penanganan komplikasi DM)
2. Penyabab DM:
Kenaikan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin atau
reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik.
3. Tanda dan gejala DM :
Glukosuria, diuresis osmotik, poliuri, polidipsi, polifagia.
Keletihan dan kelemahan.
Napas bau buah
Luka yang lama sembuh
Infeksi vaginal
(Buku Saku KMB,Brunner & Suddarth)
4. Macam dan Patofisiologi DM :
Tipe I: Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin
dihancurkan oleh proses autoimun sehingga tubuh kekurangan insulin dan
akibatnya kadar gula dalam darah tinggi.
Tipe II: Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Timbul karena insulin tidak berfungsi dengan baik. Insulin yang
ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel berkurang
atau berabah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk
akibatnya sel mengalami kekurangan glukosa sedang di sisi lain glukosa
menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak
pembuluh darah dan menimbulkan berbagai komplikasi.
(Buku Saku KMB, Brunner & Suddarth)
5. Komplikasi DM:
Komplikasi Akut, terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dalam glukosa darah.
Hipoglikemia
Ketoasidosis diabetik (DKA)
Sindrom hiperglikemik biperosmolar non-ketotic (HHNK).
Komplikasi kronis, umumnya terjadi 10-15 tahun setelah awitan.
Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar) : mengenai
sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.
Mikrovaskular (penykit pembuluh darah kecil) : mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati)
Penyakit neuropati : mengenai saraf sensorik, motorik
dan autonom serta menunjang masalah seperti impotensi dan
ulkus pada kaki.
(Buku Saku KMB, Brunner & Suddarth)
6. Penanganan DM :
Managemen kolaborasi
Pengkajian:
a. Gejala yang berhubungan dengan hiperglikemia seperti
poliuria,polidipsi, polifagi, kehilangan berat badan dan fatigue.
b. Komplai pada kelemahan, perubahan penglihatan, sering terkena
infeksi kulit, kering dan gatal, masalah seksual dan
ketidaknyamanan vagina serta semua gejala pada komplikasi.
c. Retinopati yang nyata atau adanya katarak.
d. Perubahan kulit terutama pada lengan dan kaki, menggambarkan
kerusakan sirkulasi perifer.
e. Pada Tipe I, otot lemah dan kehilangan lemak subkutan.
f. Pada Tipe II, kurus, kehilangan lemak sekitar wajah, leher dan
abdomen,
g. Kehilangan turgor kulit dan membran mukosa kering b.d dehidrasi.
h. Penurunan nadi perifer, temperatur kulit dingin dan penurunan
reflek.
i. Hipotensi orthostatic
j. 98/Ketoasidosis diabetik (DKA), karakteristik napas bau buah
karena peningkatan produksi aseton.
Diagnosis keperawatan & Masalah kolaborasi
a. Resiko injuri b.d komplikasi
Pemenuhan pengobatan terbikti dengan kadar Hb glikosilat
normal.
Mengenali tanda dan gejala hiperglikemi dan hipoglikemia
secara cepat dan mengambil tindakan cepat untuk mencapai
kadar glukosa darah normal atau mencari bantuan darurat jika
memungkinkan.
Menunjukkan tidak ada tanda atau gejala komplikasi kronik,
seperti retinopati, nefropati atau neuropati.Pengalaman tidak
ada luka dari diabetes.
b. Ketidaksesuaian penyesuaian diri b.d penyakit kronik dan
pengobatan yang komplek.
Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran tentang diabetes dan
managemennya, memperoleh informasi dari sumber yang jelas.
Menjelaskan pemahaman resep pengobatan dan
mendemonstrasikan keterampilan dalam pengelolaannya.
Perencanaan & Implementasi
Konsultasi kepada ahli gizi untuk merencanakan diet yang
direkomendasikan mencakup kalori, protein,karbohidrat dan
lemak.
Memberi insulin atau obat anti diabetes oral.
Adanya partisipasi pasien dalam masa pengobatan.
Menjaga laporan yang akurat dari tanda vital, berat badan,
cairan tubuh urin output dan intake kalori. Monitor glikosa
serum dan kadar aseton urin.
Monitor komplikasi pasien dengan resep regimen diabetes
Monitor komplikasi akut dalam terapi diabetik terutama
hipoglikemia dan melihat tanda-tanda ketoasidosis dan HHNS
(poliuria, ketidaknormalan neurologi dan stupor)
Pengobatan reaksi hipoglikemia secara cepat dengan
pemberian karbohidrat seperti jus buah, kembang gula, madu
atau jika pasien tidak sadar beri glukagon atau i.v dextrose,
insulin dan kemungkinan penggantian potassium.
Monitor efek diabetes pada kardiovaskuler seperti
cerebrovaskular, arteri koroner, kerusakan vaskular perifer
serta efek diabetik pada perifer dan sistem, saraf otomatis.
Mengamati tanda-tanda tarktus urinary dan infeksi
vagina,adanya nefropati dan neuropati dan neurologi kandung
kemih.
Menetapkan perawatan kulit terutama pada tangan dan kaki.
Menganjurkan kepada pasien untuk mengutarakan secara
verbal tentang perasanya mengenai diabetes dan efek
terhadap kehidupannya
Adanya support secara emosional dan pengkajian realistik
tentang kondisinya, stress, dengan pengobatan yang sesuai
pasien dapat hidup normal.
Membantu pengembangan strategi koping pasien.
Evaluasi
Pencapaian tujuan tergantung pada kesuksesan managemen
kolaborasi. Untuk pasien dengan DM, evaluasi terfokus pada
kadekuatan kontrol kadar glukosa darah dengan diet, pengobatan dan
latihan, adanya luka dan komplikasi dan keadekuatan pengetahuan.
(Keperawatan Medikal Bedah)

More Related Content

What's hot (20)

St elevasi miokard infark
St elevasi miokard infarkSt elevasi miokard infark
St elevasi miokard infark
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi
 
Ppt dm
Ppt dmPpt dm
Ppt dm
 
Muntah pada Anak
Muntah pada AnakMuntah pada Anak
Muntah pada Anak
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
 
Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Managemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus HipoglikemiaManagemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus Hipoglikemia
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitPemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronik
 
Obat emergency
Obat emergencyObat emergency
Obat emergency
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri
 

Viewers also liked

Viewers also liked (17)

Asuhan keperawatan pada klien dengan gangren
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangrenAsuhan keperawatan pada klien dengan gangren
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangren
 
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus Diabetikum
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus DiabetikumAsuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus Diabetikum
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ulkus Diabetikum
 
Imobilisasi lama
Imobilisasi lamaImobilisasi lama
Imobilisasi lama
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
 
Askep pada pasien amputasi
Askep pada pasien amputasiAskep pada pasien amputasi
Askep pada pasien amputasi
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrinAsuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin
 
Lp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dmLp kmb ulkus dm
Lp kmb ulkus dm
 
Gestational dm
Gestational dmGestational dm
Gestational dm
 
Stroke 2003-151219052420
Stroke 2003-151219052420Stroke 2003-151219052420
Stroke 2003-151219052420
 
Lembar Balik Hipertensi
Lembar Balik HipertensiLembar Balik Hipertensi
Lembar Balik Hipertensi
 
Kolesterol
KolesterolKolesterol
Kolesterol
 
Rokok memperburuk penyakit
Rokok memperburuk penyakitRokok memperburuk penyakit
Rokok memperburuk penyakit
 
Asam urat tinggi
Asam urat tinggiAsam urat tinggi
Asam urat tinggi
 
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
06 prolanis
06 prolanis06 prolanis
06 prolanis
 
Power point-dietdiabetesmelitus1
Power point-dietdiabetesmelitus1Power point-dietdiabetesmelitus1
Power point-dietdiabetesmelitus1
 
Penyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusPenyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitus
 

Similar to ULKUS DIABETIK

pptulkusdiabetikumfeny-230301064111-ad2ef8cc.pdf
pptulkusdiabetikumfeny-230301064111-ad2ef8cc.pdfpptulkusdiabetikumfeny-230301064111-ad2ef8cc.pdf
pptulkusdiabetikumfeny-230301064111-ad2ef8cc.pdfsitiagusriantina
 
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docxSiskaHatta1
 
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docxSiskaHatta1
 
Luka ganggren, 2020
Luka ganggren, 2020Luka ganggren, 2020
Luka ganggren, 2020IwanHamzah1
 
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.ppt
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.pptfdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.ppt
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.pptIdehamSaid1
 
Ulkus kaki diabetes dokter spesialis bedah
Ulkus kaki diabetes   dokter spesialis bedahUlkus kaki diabetes   dokter spesialis bedah
Ulkus kaki diabetes dokter spesialis bedahFaeruzy Arnandi
 
Asuhan keperawatan pada dekubitus
Asuhan keperawatan pada dekubitusAsuhan keperawatan pada dekubitus
Asuhan keperawatan pada dekubitusocto zulkarnain
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Sap perawatan kaki
Sap perawatan kakiSap perawatan kaki
Sap perawatan kakiNovia Astuti
 
5966-19683-1-PB (1).pdf
5966-19683-1-PB (1).pdf5966-19683-1-PB (1).pdf
5966-19683-1-PB (1).pdfciaaa16
 
Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)Rahma Setya
 

Similar to ULKUS DIABETIK (20)

PPT ULKUS DIABETIKUM FENY.pptx
PPT ULKUS DIABETIKUM FENY.pptxPPT ULKUS DIABETIKUM FENY.pptx
PPT ULKUS DIABETIKUM FENY.pptx
 
pptulkusdiabetikumfeny-230301064111-ad2ef8cc.pdf
pptulkusdiabetikumfeny-230301064111-ad2ef8cc.pdfpptulkusdiabetikumfeny-230301064111-ad2ef8cc.pdf
pptulkusdiabetikumfeny-230301064111-ad2ef8cc.pdf
 
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
 
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
396884843 2536-makalah-ulkus-diabetikum-1-docx
 
Luka ganggren, 2020
Luka ganggren, 2020Luka ganggren, 2020
Luka ganggren, 2020
 
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.ppt
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.pptfdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.ppt
fdokumen.com_kaki-diabetes-569c2c29c596b.ppt
 
Ulkus kaki diabetes dokter spesialis bedah
Ulkus kaki diabetes   dokter spesialis bedahUlkus kaki diabetes   dokter spesialis bedah
Ulkus kaki diabetes dokter spesialis bedah
 
Preskas ulkus dekubitus wagner 3
Preskas ulkus dekubitus wagner 3Preskas ulkus dekubitus wagner 3
Preskas ulkus dekubitus wagner 3
 
LUKA-GANGGREN-esa-unggul.pptx
LUKA-GANGGREN-esa-unggul.pptxLUKA-GANGGREN-esa-unggul.pptx
LUKA-GANGGREN-esa-unggul.pptx
 
6. perawatan luka gangren AKPER PEMKAB MUNA
6. perawatan luka gangren AKPER PEMKAB MUNA 6. perawatan luka gangren AKPER PEMKAB MUNA
6. perawatan luka gangren AKPER PEMKAB MUNA
 
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
 
LUKA DIABETES.pptx
LUKA DIABETES.pptxLUKA DIABETES.pptx
LUKA DIABETES.pptx
 
Asuhan keperawatan pada dekubitus
Asuhan keperawatan pada dekubitusAsuhan keperawatan pada dekubitus
Asuhan keperawatan pada dekubitus
 
Luka diabetik
Luka diabetikLuka diabetik
Luka diabetik
 
Asuhan gangguan muskuloskeletal
Asuhan gangguan muskuloskeletalAsuhan gangguan muskuloskeletal
Asuhan gangguan muskuloskeletal
 
Endokarditis AKPER PEMKAB MUNA
Endokarditis AKPER PEMKAB MUNA Endokarditis AKPER PEMKAB MUNA
Endokarditis AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus  AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
 
Sap perawatan kaki
Sap perawatan kakiSap perawatan kaki
Sap perawatan kaki
 
5966-19683-1-PB (1).pdf
5966-19683-1-PB (1).pdf5966-19683-1-PB (1).pdf
5966-19683-1-PB (1).pdf
 
Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)
 

Recently uploaded

MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 

Recently uploaded (18)

MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 

ULKUS DIABETIK

  • 1. BAB III ULKUS & GANGREN DIABETIKUM Ulkus Diabetikum 1. Pengertian Ulkus adalah kerasakan lokal atau ekskavasi prmukaan organ atau jaringan yang ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik yang radang. (Kamus Kedokteran, Borland 1985) Ulkus diabetikum adalah : - Ulkus yang biasanya di ekstrimitas bawah yang berkaitan dengan, DM. (Kamus Kedokteran, Dorland 1985) - Penyakit kaki diabetik; termasuk komplikasi dari DM kronik. - Luka yang berakhir dengan kematian saraf / jaringan, biasanya dalam jumlah yang besar dan umumnya diikuti kehilangan persediaan vaskular (nutrisi) serta diikuti oleh invasi bakteri dan pembusukan. (Borland) 2. Penyebab ulkus / gangren diabetikum : a. Pasokan darah yang berkurang. Dapat terjadi karena tekanan pembuluh darah, misahiya pada pemasangan torniket, balutan yang ketat dan pembengkakan tungkai. b. Obstruksi pada pembuluh darah yang sehat, misahiya pada embolisme arterial dan frost bite dimana pembuluh kapiler akan tersumbat. c. Spasme pembuluh darah (pada keracunan orgot). d. Trombosis yang disebabkan oleh penyakit pada pembuluh darah, misalnya : aterosklerosis dalam pembuluh arteri, flebitik dalam vena. (Kamus keperawatan) 3. Mekanisme terjadinya ulkus diabetikum : Diabetes Mellitus menimbulkan beberapa komplikasi yang nantinya meningkatkan resiko terjadinya infeksi kaki. Komplikasi tersebut adalah : - Neuropati : Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya perasaan nyeri dan sensibilitas tekanan sedangkan neuropati otonom meningkatkan kekeringan dan pembentukan fisum pada kulit (yang
  • 2. terjadi akibat penurunan perspirasi). - Penyaki Vaskuler Perifer : Sirkulasi ekstrimitas bawah yang buruk turut menyebabkan lamanya kesembuhan luka dan terjadinya gangren. - Penurunan daya imunitas : Hiperglikemia akan mengganggu kemampuan lekosit khusus yang berfungsi menghancurkan bakteri. Denan demikian, pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan terjadi penurunan resistensi terhadap infeksi tertentu. Komplikasi ini akan memacu serangkaian kejadian yang khas dalam proses timbulnya ulkus diabetik pada kaki dimulai dari : Cedera pada jaringan lunak kaki. Cedera tidak dirasakan oleh pasien yang kepekaan kakinya sudah menghilang dan bisa berupa cedar termal, kimia atau traumatik. Pembentukan fisura antara jari-jari kaki atau di daerah kulit yang kering atau pembentukan sebuah kalus. Jika pasien tidak mempunyai kebiasaan untuk memeriksa kakinya setiap hari, cedera atau fisura tersebut akan berlangsung tanpa diketahui sampai terjadi infeksi yang serius. Pengeluaran nanah, pembengkakan, kemerahan (akibat selulitis) atau gangre pada tungkai biasanya merupakan tanda pertama masalah kaki yang menjadi perhatian pasien. (Buku Ajar KMB 8ed. Bmnner & Suddarth,EGC : Jakarta, 1996) 4. Tehnik perawatan ulkus diabetikum : Tehnik perawatan ulkus diabetik disini ditekankan pada daerah kaki. Perawatan kaki yang bersifat preventif mencakup : a. Mencuci kaki dengan benar, mengeringkan dan meminyakinya, kita haras berhati-hati agar jangan sampai celah diantara jari-jari kaki meajadi basah oleh air atau lotion yang terakumulasi dibagian ini. b. Inspeksi kaki haras dilakukan setiap hari untuk memeriksa apakah ada gejala kemerahan, lepuh, fisura, kalus atau ulserasi. c. Pasien haras diberitahu untuk mengenakan sepatu yang pas dan tertutup pada bagian jari kaki.
  • 3. d. Sepatu yang bara haras dikenakan sebentar-bentar (yaitu mula-mula dikenakan selama 1-2 jam perhari, kemudian lama pemakaiannya ditingkatkan secara berangsur-angsur) agar tidak terjadi lepuh. e. Prilaku beresiko tinggi haras dihindari seperti berjalan dengan kaki telanjang, menggunakan bantal pemanas pada kaki, mengenakan sepatu yang terbuka pada begian jari kaki dan memangkas kalus. f. Kuku jari kaki dipotong tanpa membuat lengkungan pada sudut-sudutnya. g. Pasien haras mendapatkan penyuluhan untuk mengurangj faktor resiko seperti konseling tentang kebiasaan merokok dan kenaikan lemak darah yang turat menimbulkan kelainan vaskuler perifer. h. Pengendalian glukosa darah untuk menghindari penuranan resistensi terhadap infeksi dan mencegah terjadinya neuropati diabetik. (Baku Ajar KMB 8ed. Brunner & Suddarth,EGC: Jakarta , 1996) 5. Faktor resiko mengalami ulkus diabetikum : Lama penyakit diabetes yang lebih dari 10 tahun Usia pasien yang lebih dari 40 tahun Riwayat merokok Penuranan denyut nadi perifer Penuranan sensibilitas Deformitas anatomis atau bagian yang menonjol (seperti bunion dan kalus) Riwayat ulkus kaki atau amputasi. (Buku Ajar KMB 8ed. Brunner & Suddarth,EGC : Jakarta ,1996) Sumber lain menyebutkan bahwa faktor resiko timbulnya ulkus diabetik adalah: Faktor kadar glukosa darah Kadar haemoglobin rendah Lekosit lebih dari 10.000 Pendidikan rendah Keadaan sosial ekonomi rendah Starus gizi kurang Indeks ankie brachial kurang dari 1 ,0
  • 4. Insensitivitas terhadap monofilamen Semmes Weinstein. (www. google. com) 6. Terapi ulkus diabetikum : Terapi ulkus kaki meliputi tirah baring, pemberian antibiotik dan debridemen. Disamping itu pengendalian glukosa darah cenderung ketat ketika terjadi infeksi untuk mencegah lamanya kesembuhan luka. 7. Askep pada Ulkus diabetikum / gangren diabetikum : Pengkajian : a. Aktivitas dan istirahat Gejala : lemah, sulit berjalan, kram otot, gangguan istirahat. Tanda : takikardi, penurunan kekuatan otot. b. Makanan dan cairan Gejala : hilang nafsu makan, mual, muntah. Tanda : kulit kering, muntah. c. Neurosensori Gajala : pusing, kesemutan, paraestesi. Tanda : disorientasi, gangren memori, kejang, koma. d. Keamanan Gajala : kulit kering, gatal, ulkus kering. Tanda : demam, lesi/ulkus, paralis otot. e. Seksualitas Gejala: impoten pada pria f. Integritas ego Gajala: stress. Tanda : ansietas, peka rangsang. Diagnosa: a. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmosis b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakcukupan insulin c. Sirkulasi resiko tinggi sepsis b.d perubahan pada sirkulasi d. Perubahan sensori perseptual b.d perubahan kimia endogen
  • 5. Perencanaan: Tujuan : a. Homeostasis dapat dipertahankan b. Faktor- faktor penyebab/pencetus dapat dikontrol c. Komplikasi dapat dicegah atau diminimalkan d. Proses panyakit atau prognosa kebutuhan akan perawatan diri dan pengobatannya dapat dipahami Intervensi: a. Pantau tanda-tanda vital (pola nafas, suhu, warna kulit dan kelembaban) b. Timbang berat badan tiap had c. Tentukan program diet dan pola makan pasien d. Lihat adanya ulkus dan tanda kemerahan e. Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10) f. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi g. Berikan tindakan kenyamanan (ubah posisi, pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik. Evaluasi: a. Tanda vital stabil, nadi perifer dapat teraba, turgor kulit dan pengisisn kapiler baik. b. Mencerna jumlah kalori yang tepat, menunjukkan tingkat energy seperti biasanya, berat badan stabil. c. Faktor resiko menurun, pasien dapat mendemonstrasikan cara tehnik untuk mencegah infeksi. d. Mempertahankan tingkat mental seperti biasanya, mengenali dan mengkompensasi adanya kerasakan sensori. (Fundamental of Nursing; Potter Perry, 1993) 8. Definisi gangren diabetikum : Gas gangren: - Kerusakan jaringan lokal yang berat, memiliki karakteristik krepitasi jaringan karena adanya gas dalam jaringan. - Nekrosis jaringan yang disebabkan adanya gas dan toksin yang
  • 6. diproduksi oleh mikroorganisme (Clostridium perfringes, Clostridium nouvi, Clostridium septicum) dalam jaringan yang luka. (Scientific Foundation of Nursing, Nordmark, Rohweder) Gangren diabetikum: Gangren yang terjadi pada penderita DM, disetiap bagian tubuh dan umumnya mengenai bagian tubuh yang terletak dibawah terutama ekstrimitas bawah. Hal ini biasanya karena pasokan darah yang kurang tetapi terkadang akibat infeksi, (Medical Surgical Nursing, A Physiologic Approach 4th Ed; Luckman &Sorensens, 1993 WE Soundesr Company) 9. Mekanisme terjadinya gangren diabetikum : Pada penderita DM kadar gula sangat tinggi, respon imunnya turun sehingga rentan terhadap infeksi. Infeksi pada DM sukar sembuh karena dalam keadaan biperglikemi kuman tumbuh subur sehingga terjadi pembusukan dan timbullah gangren. (Medical Surgical Nursing, A Physiologic Approach 4th Ed; Luckman & Sorensens, 1993 WB Sounders Company) . 10. Penanganan gangren diabetikum : a. Menghilangkan nyeri b. Melawan infeksi c. Memperbaiki anemia d. Menghentikan rokok penderita (kecuali mungkin bila iskhemi merupakan akibat trauma) e. Lindungi tungkai yang sehat. (Ilmu Bedah Gawat Darurat, Hamilton Bailey, 1992) 11. Pengertian amputasi: Amputasi berasal dari bahasa Yunani "amputare" yang berarti pancung. Dalam Ilmu Kedokteran berarti membuang sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat (organ) tubuh. (Ilmu Bedah Gawat Darurat, Hamilton Bailey, 1992)
  • 7. 12. Indikasi dilakukannya amputasi: Gas gangren yang telah terbukti Cedera vaskular besar yang tidak dapat diperbaiki Iskemia otot menyeluruh yang irreversible Anestesi telapak kaki Stasis upna Kehilangan kulit yang luas, misal: pengelupasan Fraktur kecil dan devaskularisasi tulang besar Penghancuran sendi Kekurangan saraf motoris dan atau sensoris yang berarti. (Ilmu Bedah Gawat Darurat, Hamilton Bailey, 1992) 13. Masalah psikososial pasien dengan amputasi: Kemarahan secara terus terang atau tersembunyi Depresi Mudah menangis Makan sangat sedikit Kurang tidur atau banyak tidur Menghindari interaksi dengan orang lain Ketakutan klien akan tidak bisa berjalan lagi sama sekali. (Medical Surgical Nursing, A Physiologic Approach 4th Ed; Luckman & Sorensens, 1993 WBSounders Company). 14. Cara melakukan amputasi: Untuk tindakan life saving maka tindakan harus cepat, umumnya indikasi karena kerusakan yang hebat dan tidak dapat dipertahankan baik akibat kehilangan darah maupun akibat penyebaran infeksi (sepsis). a. Di tempat yang sarananya tidak memadai, maka cara Guillotine masih dapat dipertahankan yaitu : pemotongan ketinggian (level) dipilih yang aman baik dari segi infeksi dengan melihat reactive zonenya atau kerusakan jaringan lunaknya, karena tindakan cara Guillotine memerlukan tindakan yang kedua yaitu mengadakan stump revision. b. Apabila sarana memadai a.l. dapat dilakukan resusitasi dengan baik dan dapat memonitor keadaan pasien selama tindakan amputasi, maka
  • 8. sebaiknya dilakukan flop amputation dengan demikian tidak perlu tindakan kedua untuk stump revision : oleh karena itu level yag dipilih harus tepat dengan mengingat tindakan pasca bedah untuk rehabilitasinya. Pada umumnya (general rules) menenrukan level adalah sebagai berikut: - Panjang puntung, (untuk anggota gerak atas sebaiknya mempertahankan sepanjang mungkin) dengan memperhatikan jarak dari sendi proximalnya. - Daerah yang cukup vaskularisasi jaringan lunak/kulit yang akan dipakai sebagai penutup (flap). Stabilitas sendi proximal. 15. Pengkajian pada pasien sebelum dilakukan amputasi perlu memperimbangkan : Keadaan fisik klien Tipe amputasi yang akan dilakukan Level amputasi yang dilakukan Fungsi vaskuler perifer Sikap klien secara umum menuju amputasi Kemampuan klien dalam rehabilitasi Tipe program rehabilitasi. (Medical Surgical Nursing, A Physiologic Approach 4th Ed; Luckman & Sorensens, 1993 WBSounders Company). 16. Perawatan pasien postoperasi: a. Balutan tekan dan drain dilepas 48-72 jam setelah operasi. b. Lihat adanya tanda-tanda inflamasi seperti kemerahan dan bengkak pada lokasi luka dan monitor proses penyembuhan luka. c. Pembalut diganti setiap hari sampai jahitan pada luka dilepas .(google) d. Berfokus pada managemen nyeri, pencegahan komplikasi, mobilisasi, perawatan area, e. Amputasi , membantu pasien serta keluarga untuk mengatasi stress psikologis karena kebilangan bagian tubuhnya. f. Berikan analgesik sesuai indikasi selama beberapa hari untuk mencegah infeksi.
  • 9. g. Jaga stabilitas/integritas kulit dan hindari menggunakan krim karena kelembaban dapat mengakibatkan kerusakan kulit dan infeksi bakteri. (Manual of Nursing Care, Sounder) 17. Pengertian nekrotomi: Pemotongan terhadap mayat Eksisi suatu sekuesterum Pembuanganjaringanmati Diabetes Melitus: 1. Pengertian DM : Adalah sindroma kronis heterogen ditandai dengan peninggian kadar glukosa darah (hiperglikemi) kronik akibat defisiensi insulin relatif atau absolut dan atau hiperghlkagonemia. (Seminar pencegahan dan penanganan komplikasi DM) 2. Penyabab DM: Kenaikan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik. 3. Tanda dan gejala DM : Glukosuria, diuresis osmotik, poliuri, polidipsi, polifagia. Keletihan dan kelemahan. Napas bau buah Luka yang lama sembuh Infeksi vaginal (Buku Saku KMB,Brunner & Suddarth) 4. Macam dan Patofisiologi DM : Tipe I: Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun sehingga tubuh kekurangan insulin dan akibatnya kadar gula dalam darah tinggi. Tipe II: Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
  • 10. Timbul karena insulin tidak berfungsi dengan baik. Insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berabah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk akibatnya sel mengalami kekurangan glukosa sedang di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan berbagai komplikasi. (Buku Saku KMB, Brunner & Suddarth) 5. Komplikasi DM: Komplikasi Akut, terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dalam glukosa darah. Hipoglikemia Ketoasidosis diabetik (DKA) Sindrom hiperglikemik biperosmolar non-ketotic (HHNK). Komplikasi kronis, umumnya terjadi 10-15 tahun setelah awitan. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar) : mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral. Mikrovaskular (penykit pembuluh darah kecil) : mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati) Penyakit neuropati : mengenai saraf sensorik, motorik dan autonom serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki. (Buku Saku KMB, Brunner & Suddarth) 6. Penanganan DM : Managemen kolaborasi Pengkajian: a. Gejala yang berhubungan dengan hiperglikemia seperti poliuria,polidipsi, polifagi, kehilangan berat badan dan fatigue. b. Komplai pada kelemahan, perubahan penglihatan, sering terkena infeksi kulit, kering dan gatal, masalah seksual dan ketidaknyamanan vagina serta semua gejala pada komplikasi. c. Retinopati yang nyata atau adanya katarak. d. Perubahan kulit terutama pada lengan dan kaki, menggambarkan
  • 11. kerusakan sirkulasi perifer. e. Pada Tipe I, otot lemah dan kehilangan lemak subkutan. f. Pada Tipe II, kurus, kehilangan lemak sekitar wajah, leher dan abdomen, g. Kehilangan turgor kulit dan membran mukosa kering b.d dehidrasi. h. Penurunan nadi perifer, temperatur kulit dingin dan penurunan reflek. i. Hipotensi orthostatic j. 98/Ketoasidosis diabetik (DKA), karakteristik napas bau buah karena peningkatan produksi aseton. Diagnosis keperawatan & Masalah kolaborasi a. Resiko injuri b.d komplikasi Pemenuhan pengobatan terbikti dengan kadar Hb glikosilat normal. Mengenali tanda dan gejala hiperglikemi dan hipoglikemia secara cepat dan mengambil tindakan cepat untuk mencapai kadar glukosa darah normal atau mencari bantuan darurat jika memungkinkan. Menunjukkan tidak ada tanda atau gejala komplikasi kronik, seperti retinopati, nefropati atau neuropati.Pengalaman tidak ada luka dari diabetes. b. Ketidaksesuaian penyesuaian diri b.d penyakit kronik dan pengobatan yang komplek. Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran tentang diabetes dan managemennya, memperoleh informasi dari sumber yang jelas. Menjelaskan pemahaman resep pengobatan dan mendemonstrasikan keterampilan dalam pengelolaannya. Perencanaan & Implementasi Konsultasi kepada ahli gizi untuk merencanakan diet yang direkomendasikan mencakup kalori, protein,karbohidrat dan lemak. Memberi insulin atau obat anti diabetes oral.
  • 12. Adanya partisipasi pasien dalam masa pengobatan. Menjaga laporan yang akurat dari tanda vital, berat badan, cairan tubuh urin output dan intake kalori. Monitor glikosa serum dan kadar aseton urin. Monitor komplikasi pasien dengan resep regimen diabetes Monitor komplikasi akut dalam terapi diabetik terutama hipoglikemia dan melihat tanda-tanda ketoasidosis dan HHNS (poliuria, ketidaknormalan neurologi dan stupor) Pengobatan reaksi hipoglikemia secara cepat dengan pemberian karbohidrat seperti jus buah, kembang gula, madu atau jika pasien tidak sadar beri glukagon atau i.v dextrose, insulin dan kemungkinan penggantian potassium. Monitor efek diabetes pada kardiovaskuler seperti cerebrovaskular, arteri koroner, kerusakan vaskular perifer serta efek diabetik pada perifer dan sistem, saraf otomatis. Mengamati tanda-tanda tarktus urinary dan infeksi vagina,adanya nefropati dan neuropati dan neurologi kandung kemih. Menetapkan perawatan kulit terutama pada tangan dan kaki. Menganjurkan kepada pasien untuk mengutarakan secara verbal tentang perasanya mengenai diabetes dan efek terhadap kehidupannya Adanya support secara emosional dan pengkajian realistik tentang kondisinya, stress, dengan pengobatan yang sesuai pasien dapat hidup normal. Membantu pengembangan strategi koping pasien. Evaluasi Pencapaian tujuan tergantung pada kesuksesan managemen kolaborasi. Untuk pasien dengan DM, evaluasi terfokus pada kadekuatan kontrol kadar glukosa darah dengan diet, pengobatan dan latihan, adanya luka dan komplikasi dan keadekuatan pengetahuan. (Keperawatan Medikal Bedah)