BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Farmakokinetik klinik digoksin, pengaruh kondisi dan keadaan penyakit gagal ginjal, hati, gagal jantung dan obesitas pada parameter farmakokinetik dan pengaturan dosis digoksin
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Farmakokinetik klinik digoksin, pengaruh kondisi dan keadaan penyakit gagal ginjal, hati, gagal jantung dan obesitas pada parameter farmakokinetik dan pengaturan dosis digoksin
Pharmaceutical Care adalah suatu konsep yang melibatkan tanggung jawab farmasis dalam menjamin terapi optimal terhadap pasien secara individu sehingga pasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat ( Quality of Life ) ( ASHP 1994 – 1995; Low, 1996 dan Winslade dkk, 1996 )
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada GeriatrikNesha Mutiara
Materi meliputi:
1. Definisi, Karakteristik Geriatrik, dan Klasifikasi Populasi Geriatrik
2. Farmakokinetik pada Pasien Geriatrik
3. Prinsip Umum Pemberian Obat dan Efek Samping Obat pada Geriatrik
4. Perhitungan dan Penyesuaian Dosis Obat pada Geriatrik
5. Konsep Fisiologi dan Kinetika pada Geriatrik
6. Pertimbangan Efek Terapeutik dan Toksisitas
7. Rute Penggunaan Obat yang disarankan pada Geriatrik
8. Interaksi Farmakokinetik
9. Daftar Obat yang Sering diresepkan dan yang Sebaiknya Dihindari Geriatrik
Ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan disposisi obat.
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Surya Amal
Pengaruh berbagai faktor yang mempengaruhi respons penderita terhadap obat dan efikasi pengobatan menyebabkan regimen dosis obat perlu disesuaikan. Penyesuaian dosis sesuai perhitungan ataupun perkiraan (“scientific guess”), sebagai langkah awal yang masih memerlukan penyesuain dosis berdasarkan respons klinik dan atau kadar obat plasma.
Pharmaceutical Care adalah suatu konsep yang melibatkan tanggung jawab farmasis dalam menjamin terapi optimal terhadap pasien secara individu sehingga pasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat ( Quality of Life ) ( ASHP 1994 – 1995; Low, 1996 dan Winslade dkk, 1996 )
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada GeriatrikNesha Mutiara
Materi meliputi:
1. Definisi, Karakteristik Geriatrik, dan Klasifikasi Populasi Geriatrik
2. Farmakokinetik pada Pasien Geriatrik
3. Prinsip Umum Pemberian Obat dan Efek Samping Obat pada Geriatrik
4. Perhitungan dan Penyesuaian Dosis Obat pada Geriatrik
5. Konsep Fisiologi dan Kinetika pada Geriatrik
6. Pertimbangan Efek Terapeutik dan Toksisitas
7. Rute Penggunaan Obat yang disarankan pada Geriatrik
8. Interaksi Farmakokinetik
9. Daftar Obat yang Sering diresepkan dan yang Sebaiknya Dihindari Geriatrik
Ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan disposisi obat.
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Surya Amal
Pengaruh berbagai faktor yang mempengaruhi respons penderita terhadap obat dan efikasi pengobatan menyebabkan regimen dosis obat perlu disesuaikan. Penyesuaian dosis sesuai perhitungan ataupun perkiraan (“scientific guess”), sebagai langkah awal yang masih memerlukan penyesuain dosis berdasarkan respons klinik dan atau kadar obat plasma.
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5 gram/hari, hipoalbunemia <3,5 gram/hari, hiperkolesterolemia
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan berdasarkan literatur:
1)Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
2)Permenkes Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
3)Permenkes Nomor 9 Tahun 2022 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika
4)Permenkes Nomor 10 Tahun 2022 tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
1. STUDI KASUS
INFEKSI PNEUMONIA
PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI II
KELOMPOK : C-2
GESTI KUMORO RATRI (2017210134)
ISABELLA ROMU (2017210110)
IVANA AMADEA LUBIS (2017210112)
JASON MATTHEW DOORNIK (2017210117)
MAULIDA FITRIA (2017210134)
NADIA VIDYA SAVIRA (2017210151)
NAUFAL DAFFA SETIAWAN (2017210154)
NESHA MUTIARA (2017210155)
2. RUMAH SAKIT UNIVERSITAS PANCASILA
LEMBAR CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN DAN TERAPI
(CPPT) 2
Inisial pasien : SF
Umur : 1 tahun
Berat badan : 6,7 kg
Tinggi badan : 70 cm
10. • Hasil leukosit esterase yang positif 1 dapat disebabkan oleh
pemberian vitamin C selama terapi pemberian obat
• Hasil Kristal urin positif 1, masih masuk ke dalam nilai normal
karena positif 0-2
• Suhu tubuh naik (38OC) ketika obat sehari telah dihentikan.
Sebaiknya parasetamol tetap diberikan
• Bobot badan menurun ketika setelah penghentian (asam
folat, B kompleks, dan vitamin C), seharusnya tetap
diberikan agar bobot badan pasien tetap meningkat
KOMENTAR TERHADAP DATA KLINIK DAN
DATA LABORATORIUM
11. Pneumonia peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Klasifikasi:
• Berdasarkan klinis dan epideologis :
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial
pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
• Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal.
b. Pneumonia bakterial / tipikal.
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder
• Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris
b. Bronkopneumonia
c. Pneumonia interstisial
Patofisiologi
12. • Risiko infeksi di paru sangat tergantung
pada kemampuan mikroorganisme untuk
sampai dan merusak permukaan epitel
saluran napas. Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan :
a. Inokulasi langsung
b. Penyebaran melalui pembuluh darah
c. Inhalasi bahan aerosol
d. Kolonisasi dipermukaan mukosa
LANJUTAN
15. Profil Obat
Parameter Monitoring
Efektivitas dan Efek Samping Obat/ESO
Komentar dan Alasan (disertai
referensi)
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi Indikasi
Ka En 1 B I.V. 500 cc dan 250 cc /24 jam Kekurangan natrium klorida dan dextrose
PME: kadar Na, Cl dalam darah, ada tidaknya rasa
lemas
ESO: mual, muntah, diare
(PIONAS)
Susu F75 NGT Drip P.O. 75 ml 2 x 1
Gizi buruk, terapi tambahan pada diare
dan dehidrasi berat
PME: kenaikan bobot badan, frekuensi diare
ESO: mual
(Terapi Gizi oleh Direktorat Bina Gizi
Masyarakat Departemen Kesehatan
Republik Indonesia)
Parasetamol P.O. 5 ml 3 x 1 Nyeri ringan sampai sedang
PME: Suhu tubuh
ESO: Ruam kulit, hipotensi
(PIONAS)
D5 1/4 250 ml /24 jam
Kekurangan natrium, kalsium, magnesium,
dan kalium
PME: kadar Na, Ca, Mg, K dalam darah
ESO: mual, muntah, diare
(PIONAS)
Parasetamol DRIP I.V. 75 mg 3 x 1 mg Nyeri ringan sampai sedang
PME: Suhu tubuh
ESO: Ruam kulit, hipotensi
(PIONAS)
Asam folat P.O. 1 mg 1 x 1 Perawatan pengobatan anemia
PME:
ESO: mual
(PIONAS)
Vitamin C P.O. 30 mg 1 x 1
Meningkatkan sistem imun tubuh dan
membantu mempercepat pemulihan
PME:
ESO: sakit kepala
(PIONAS)
B complex P.O. 1 tablet 1 x 1 Perawatan gangguan gastrointestinal
PME:
ESO: sakit kepala
(PIONAS)
Cefotaxime I.V. 250 mg 3 x 1
Infeksi bakteri Gram positif dan Gram
negatif
PME:
ESO: diare, mual
(PIONAS)
Ambroxol P.O. 3 mg 3 x 1 Sekretolitik
PME: jumlah sputum yang dihasilkan
ESO: demam
(PIONAS)
16. Salbutamol P.O. 0,3 mg dan 0,7 mg 3 x 1
Asma dan kondisi lain yang
berkaitan dengan obstruksi
saluran napas yang reversibel
PME: Ada tidaknya sesak napas
ESO: Nyeri, sakit kepala, mual
(PIONAS)
Cetirizine P.O. 1 mg 2 x 1
Rinitis menahun, rinitis alergi
seasonal, konjungtivitis, pruritus,
urtikaria idiopati kronis.
PME:
ESO: sakit kepala, pusing
(PIONAS)
Berotec + NaCl
0,9%
Inhalasi 5 tetes + 5 cc 3 x 1
Gejala asma bronkhial dan
kondisi lainnya dengan
penyempitan jalan napas
yang reversibel
PME: ada tidaknya sesak napas
ESO: batuk, sakit kepala, lemas
(PIONAS)
Myco Z Topikal 2 x 1 Infeksi kulit oleh jamur
PME:
ESO: hipersentivitas
(PIONAS)
Meropenem I.V. 100 mg 3 x 1
Infeksi bakteri Gram positif dan
Gram negatif
PME:
ESO: nyeri perut, diare, mual, muntah
(PIONAS)
18. Obat Assesment (Identifikasi DRP) Plan/Rekomendasi
Analisis
Evidenc e
Based
Nama
Obat
Rute
Aturan
Pakai
Problem Causes Intervensi Acceptance Outcome
Cefotaxime
250 mg
IV 3 x 1
P1
Efektivitas terapi
P11
Obat tidak
efektif/pengobata
n gagal
C1
Pemilihan obat
C11
Pemilihan obat tidak
tepat menurut
pedoman/formulariu
m
I3
Pada level obat
I35
Obat dihentikan
A1
Intervensi
diterima
A1
Intervensi
diterima dan
dilaksanakan
sepenuhnya
Menurut data kultur urin dan resistensi
pasien resisten dengan cefotaxime namun
masih diberikan pada 14-17 November
sedangkan obat yang lebih efektif
tersedia yaitu meropenem
Pneumonia
Komuniti PDPI
2003
Parasetamol
DRIP
IV 3 x 1
P1
Efektifivitas terapi
P13
Ada indikasi/gejala
yang tidak diterapi
C4
Penentuan lama
pengobatan
C41
Lama pengobatan
terlalu pendek
I3
Pada level obat
I36
Obat baru mulai
diberikan
A2
Intervensi tidak
diterima
A24
Alasan tidak
diketahui
Pada tanggal 24 suhu pasien meningkat
menjadi 38O celcius namun tidak diberikan
obat antipiretik analgesik, sehingga
disarankan untuk melanjutkan pemberian
parasetamol pada pasien sampai suhu
menjadi normal
BNF for
Children
Asam folat
Vitamin C
B complex
(Puyer gizi)
PO 1 x 1
P1
Efektivitas terapi
P13
Ada indikasi/gejala
yang tidak diterapi
C4
Penentuan lama
pengobatan
C41
Lama pengobatan
terlalu pendek
I3
Pada level obat
I36
Obat baru mulai
diberikan
A2
Intervensi tidak
diterima
A24
Alasan tidak
diketahui
Pada tanggal 23 November bobot badan
pasien menurun menjadi 6,8 kg sehingga
disarankan untuk melanjutkan pemberian
puyer gizi
BNF for
Children
WHO
Standard BB
normal untuk
anak usia 1
tahun
19. 1. Ada terapi yang lebih efektif dari cefotaxime, yaitu meropenem
2. Terapi parasetamol drip tetap dilanjutkan sampai suhu tubuh kembali
normal
3. Terapi puyer gizi tetap dilanjutkan
KESIMPULAN
20. • BNF for Children
• WHO (Standard BB normal untuk anak usia 1 tahun)
• Pneumonia Komuniti (PDPI, 2003)
• Dipiro T. 2015. Pharmacotherapy Handbook 9th Edition
• Badan POM RI. 2008. Informatorium Obat Nasional
Indonesia. Jakarta: Sagung Seto
DAFTAR PUSTAKA