Dokumen tersebut membahas tentang infeksi saluran kemih (ISK). ISK dapat menyerang berbagai bagian saluran kemih seperti uretra, kandung kemih, dan ginjal. Bakteri Escherichia coli merupakan penyebab utama ISK. Terapi antibiotik bergantung pada lokasi dan tingkat keparahan infeksi, serta kemungkinan infeksi berulang. Tujuan pengobatan adalah mengontrol infeksi dan mencegah komplikasi.
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5 gram/hari, hipoalbunemia <3,5 gram/hari, hiperkolesterolemia
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5 gram/hari, hipoalbunemia <3,5 gram/hari, hiperkolesterolemia
9. Terapi pada ARF :
• PREVENTION:
• Hidrasi dengan NS/0,5 NS
• Ca-antagonis sebelum pemberian nefrotoksik
• PHARMACOLOGIC TREATMENT:
• Fluid therapy
• Diuretics to change oliguria to non-oliguric state
• Low dose dopamin (1-3ug/kg/menit) infusion bila
respon diuretik
• Ca- channel blocker
• Dialysis
• Treatment of infections aggresively
9
10. Tujuan terapi :
Koreksi penyebab
Koreksi cairan dan ketidak seimbangan elektrolit
Apakah ada obstruksi? Anuria?
Pastikan ginjal ber-perfusi dengan volume yg
cukup, dengan atau tambahan obat
Terapi apabila ada infeksi
Terapi komplikasi
dialisis
10
11. Hidrasi
Volume intravaskular dan tekanan
arteri di-adjust ke baseline sangat
penting untuk menyelamatkan pasien
dari prerenal ARF
Type of fluid: NS or 0.45% saline.
Rate: 50-100ml/h, lower rate for
impaired cardiac function
11
12. DIURETICS
Merubah kondisi menjadi ‘mampu’
berkemih
Pilihan terapi : dengan diuresis kuat
(biasanya diberikan secara iv), hati-
hati efek samping myalgia
Perlu evaluasi curah jantung sebelum
pemberian diuresis kuat
12
13. HYPERKALEMIA
Ca Gluconate iv 10 ml of 10% sol
Insulin 10 U iv + Glucose 25g
Inhaled beta-agonist
Nabic iv
Cation exchange resin
13
15. Kondisi khusus :
HIPERTENSI
Pilihan utama kelas terapi : ACE-
Inhibitors dan atau Amlodipine dan
diuresis (baca JNC-VII/VIII)
Evaluasi dan estimasi fungsi ginjal
15
17. Harapan hasil terapi :
Memperlambat perburukan kondisi
ginjal
Mencegah dan memperbaiki kondisi,
memanage komplikasi yang mungkin
terjadi
17
18. Ragam komplikasi :
Hiper K
Gangguan asam basa darah
Gangguan kardiovaskuler
Gangguan hematologis
Gangguan neuro
Gangguan metabolisme mineral
Gangguan endokrin
Gangguan GI
Asam urat
18
19. Mengestimasi fungsi ginjal :
Tujuan : menganalisa keperluan perubahan dosis
COCKROFT-GAULT
BB: gunakan IBW kecuali BB<IBW
IBW : Pria 50+2.3/inch (TB>150 cm)
Wanita: 45.5 + 2.3/inch (TB>150 cm)
Pengukuran CrCl melalui urin tampung 24 jam
CrCl= Uvol x [U Cr]
[Cr*] x t
* kadar pada midpoint pengumpulan urin
Populasi: Critically ill, trauma, post-op
19
20. Melambatkan perburukan gagal
ginjal
Kontrol tekanan darah
Batasi konsumsi protein (Protein restriction
to 0,6g/kg/day in pt not on dialysis)
Kontrol GD
20
21. Melambatkan perburukan gagal
ginjal
Pada pasien DIABETICS:
◦ Deteksi dini mikroalbuminuria ACE I
◦ BP control
◦ Koreksi abnormalitas lipid
Pasien NON_DIABETICS:
◦ BP control
◦ Proteinuria: ACE I, Ca-antagonist
Obati komplikasi yang terjadi
21
24. Pendahuluan :
DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah
adanya mikroorganisme dalam urin
yang tidak dapat dihitung dari
kontaminasi, dan potensial untuk invasi
ke jaringan saluran kemih dan struktur
lain yang berdekatan.
25.
26. Pendahuluan :
ISK memperlihatkan sindrom klinik yang
bervariasi meliputi :
urethritis (radang uretra)
cystitis (radang kandung kemih)
ISK bagian bawah
pyelonephritis (radang pada ginjal)
ISK bagian atas
28. ISK kambuhan mempunyai karakteristik episode
simptomatik yang bervariasi dengan periode
asimptomatik diantaranya. Infeksi ini meliputi
reinfeksi dan relaps.
Relaps menggambarkan timbulnya infeksi lagi
dengan penyebab organisme yang sama dengan
infeksi awal.
Reinfeksi disebabkan oleh organisme baru yang
berbeda dengan infeksi awal.
30. PATOFISIOLOGI
Bakteri kemudian akan masuk ke kandung kemih
melalui uretra.
Di kandung kemih, organisme akan berkembang
biak dengan cepat dan bergerak naik ke ginjal.
Infeksi di ginjal melalui penyebaran
mikroorganisme via aliran darah dan dapat
terjadi sebagai hasil dari penyebaran organisme
dari tempat infeksi primer di tubuh.
31. PATOFISIOLOGI
PENYEBAB
Penyebab paling umum ISK
uncomplicated adalah :
E Coli (sejumlah 85% infeksi yang
didapat dari masyarakat)
Stap Saprophyticus sejumlah 5 -
15%.
Pada pasien dg kateterisasi
Candida sp
32. GEJALA & TANDA KLINIK
Tipe simptom pada ISK bagian bawah meliputi :
Dysuria (sukar & nyeri saat kencing)
Frequency (sering kencing tanpa
peningkatan volume harian)
Urgency (selalu ingin kencing)
Nyeri pada daerah suprapubik
Nocturia
33. Manifestasi klinik pada ISK bagian
atas meliputi :
Nyeri panggul
Nyeri abdomen
Simptom sistemik meliputi demam,
kaku-kaku, sakit kepala, mual,
muntah, rasa tak enak badan.
34. GEJALA & TANDA KLINIK
Gejala lain yang ditemukan :
Haematuria
Urin bau dan keruh
Proteinuria
Demam & bingung terutama pada
geriatrik dan pediatrik
35. PRINSIP UMUM TERAPI
Manajemen pasien ISK meliputi
evaluasi awal, seleksi antibiotik &
durasi terapi, dan evaluasi selanjutnya.
Pemilihan antibiotik berdasarkan :
1. tingkat keparahan tanda dan gejala
2. Sisi/tempat infeksi
3. Infeksi complicated atau
uncomplicated
36. TERAPI
ISK UNCOMPLICATED PADA
WANITA
Terapi dosis tunggal selama 12-24 jam
efektif pada cystitis akut.
Sulfisoksazol (2g),
Kotrimoksazole (Double Strenght),
Amoksisilin (3g)
37. TERAPI
ISK UNCOMPLICATED PADA
WANITA
Terapi jangka pendek (selama 3 hari)
Amoksisilin (500 mg tid),
Trimetoprim (100 mg bid)
Ciprofloksasin (250 mg bid)
lebih baik dari pada dosis
tunggal
38. TERAPI
SYMPTOMATIC ABACTERIURIA
Dosis tunggal atau terapi jangka pendek dengan
Kotrimoksazole efektif pada kasus ini.
Terapi Chlamydial :
Azitromisin 1 g (SD)
Doksisiklin 100 mg bid (selama 7 hari)
39. TERAPI
PYELONEPHRITIS AKUT
Adanya demam yg tinggi & rasa sakit pada
panggul harus diterapi sebagai pyelonephritis
akut dan penanganannya yg cepat perlu
dilakukan.
Pasien dgn penyakit yg parah harus dirawat di
RS dan diawali dgn pemberian obat secara iv.
Pengecatan gram segera dilakukan, diikuti
urinalisis, kultur & sensitivitas test.
40. TERAPI
PYELONEPHRITIS AKUT
Jika pasien dirawat 6 bln sebelumnya,
dengan kateter perlu diperhatikan
kemungkinan infeksi pseudomonas dan
enterococcus, atau organisme resisten.
Disarankan kombinasi aminoglikosida
dengan ceftazidime, ticarcillin-asam
klavulanat, aztreonam, imipenem atau
piperacillin.
41. TERAPI
PYELONEPHRITIS AKUT
Jika pasien respon terhadap kombinasi
awal, aminoglikosida dapat dihentikan
sesudah 3 hari dan diikuti dengan non-
aminoglikosida.
Kultur kuman sebaiknya dilakukan 2
minggu setelah terapi selesai.
42. TERAPI
ISK PADA PRIA
Terapi pada pria memerlukan waktu lebih
lama ± 2 minggu.
Kultur urine harus diperoleh sebelum terapi,
sebab penyebab infeksi pada pria tidak dapat
diprediksi seperti pada wanita
Jika dicurigai gram (-), diberikan terapi
dengan cotrimoksazole atau fluoroquinolon.
Terapi awal selama 10-14 hari.
Pada kasus kambuhan diperlukan terapi
selama 6 minggu.
43. TERAPI
INFEKSI KAMBUHAN
Relaps dan reinfeksi porsinya cukup
signifikan pada semua kasus ISK
Pasien pada umumnya wanita & dibagi
menjadi 2 kelompok :
1. kurang dari 2 atau 3 episode tiap
tahunnya
2. lebih dari 3 episode tiap tahunnya.
44. TERAPI
INFEKSI KAMBUHAN
Pada pasien kurang dari 2 atau 3episode/tahun, setiap
episode infeksi diterapi secara terpisah.
Terapi dosis tunggal atau terapi jangka pendek
digunakan pada wanita simptomatik dgn ISK bawah.
Pasien dengan lebih dari 3 episode/th,dilakukan terapi
profilaksis jangka panjang selama 6 bln & kultur urine
dilakukan secara periodik.
45. TERAPI
INFEKSI KAMBUHAN
Pada wanita dgn simptomatik reinfeksi
yg berkaitan dgn aktivitas seksual
- buang air kecil sesudah intercourse
bisa membantu mencegah infeksi
- terapi profilaksis dosis tunggal dgn
cotrimoksazole sesudah intercourse
dapat menurunkan kejadian infeksi.
46. TERAPI
INFEKSI KAMBUHAN
Wanita yg relapse sesudah terapi jangka
pendek sebaiknya menerima terapi selama 2
minggu.
Pada pasien yg relapse setelah 2 minggu,
terapi dilanjutkan untuk 2-4 minggu
berikutnya.
Jika relapse terjadi setelah 6 minggu terapi,
diperlukan terapi 6 bulan atau lebih panjang.
47. TERAPI
ISK PADA WANITA HAMIL
Pada pasien dgn bakteriurine yg signifikan,
symptomatik atau asymptomatik, terapi
direkomendasikan untuk mencegah
kemungkinan komplikasi selama hamil
Terapi menggunakan antibiotik yg efek
sampingnya relatif ringan :
sulfonamida, cephalexin, ampicillin,
amoxicillin, coamoxiclav, nitrofurantoin
selama 7 hari.
48. TERAPI
ISK PADA WANITA HAMIL
Tetrasiklin harus dihindari krn efek
teratogenik
Sulfonamid dihindari selama trismester III
krn menimbulkan kernikterus, dan
hiperbilirubinemia.
Quinolon tidak boleh diberikan sebab
potensial menghambat perkembangan tulang
pada bayi.
49. TERAPI
PASIEN DGN KATETER
Jika bakteriuria asymptomatik,
kateterisasi jangka pendek (< 30 hari)
terapi antibiotik harus ditunda & kateter
dilepas secepat mungkin.
Tidak ada bukti pemberian antibiotik
profilaksis mencegah demam,
pyelonephritis pada pasien dgn catether
jangka panjang.
50. TERAPI EMPIRIK PADA KONDISI KHUSUS
Diagnosis Patogen Terapi Keterangan
Cystitis Akut
uncomplicated
E. Coli
S. saprophyticus
1.Kotrimoksazol 3 hari
2.Quinolon 3 hari
Terapi jangka pendek
lebih efektif
dibanding dosis
tunggal
Kehamilan E. Coli
S. saprophyticus
1. Ampi-clav 7 hari
2. Sefalosporin 7 hari
3. Kotrimoksazol 7 hari
Hindari Kotrimoksazol
pada trimester III
Pyelonefritis akut
Uncomplicated
Complicated
E. Coli
E. Coli,
P. Mirabilis,
K pneumoniae,
Proteus sp,
P aeruginosa
1.Kotrimoksazol 14 hari
2.Quinolon 14 hari
1.Quinolon 14 hari
2. Penisilin spektrum
luas + aminoglikosida
Dapat diterapi sbg
pasien rawat jalan
Keparahan ISK
menentukan durasi
terapi IV. Dilanjutkan
terapi oral sampai
lengkap 14 hari.
51. ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK
Terapi oral Keterangan
Sulfonamid Telah banyak digantikan oleh obat lain karena resistensi
Kotrimoksazol Sangat efektif untuk sebagian besar bakteri enterik aerob,
kecuali Pseudomonas aeruginosa.
Kadarnya tinggi di jaringan sal kemih dan di urin, terutama
penting untuk ISK complicated
Efektif untuk profilaksis ISK kumat
Penisilin
Ampisilin
Amoksisilin
Co-amoksiclav
Karbenisilin indanyl
Ampisilin, mrp DOC untuk enterocci sensitif penisin
Karena meningkatnya resistensi E coli, digunakan terbatas
pada cystitis akut
Co-amoksiclav untuk mengatasi problem resistensi
Sefalosporin
Sefaleksin, Sefadrin
Sefaklor, Sefadroksil
Sefuroksim, Sefiksim,
Sefzil, Sefpodoksim
Tidak ada keunggulan dibanding obat lain untuk terapi ISK.
Biaya relatif mahal
Berguna pada kasus resistensi terhadap amoksisilin dan
Kotrimoksazol
Tidak aktif melawan enterococci.
52. ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK
Terapi oral Keterangan
Tetrasiklin
Tetrasiklin,
Doksisiklin
Minosiklin
Obat ini efektif untuk terapi awal pada ISK. Resistensinya
cepat sehingga penggunannya dibatasi. Obat ini juga efektif
melawan pertumbuhan candida, juga digunakan secara
primer untuk infeksi chlamydial
Quinolon
Siprofloksasin
Ofloksasin, Norfloksasin
Levofloksasin
Quinolon generasi baru mempunyai spektrum yang lebih
luas terhadap P.aeruginosa. Obat ini efektif untuk
pyelonefritis dan prostatitis. Hindari penggunaannya pada
kehamilan & anak-anak
Nitrofurantoin Obat ini efektif untuk terapi maupun untuk profilaktik pada
pasien dengan ISK kambuhan. Keuntungan utamanya
adalah sedikitnya resistensi meskipun digunakan untuk
terapi jangka panjang. Yang membatasi penggunaannya
ADR : intoleransi GI, neuropathy, reaksi pulmonary
Azitromisin Terapi single dose untuk infeksi chlamydial
Methanamin
hipurat/mandalat
Untuk profilaksis atau supresif antar episode infeksi
Fosfomisin Terapi single dose untuk infeksi uncomplicated
53. ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK
Terapi
parenteral
Keterangan
Aminoglikosida
Gentamisin
Tobramisin
Netilmisin
Amikasin
Gentamisin & tobramisin sama efektif namun gentamisin
lebih murah.
Tobramisin mempunyai aktivitas pseudomonal yang lbh
baik, hal ini penting untuk infeksi sistemik yg serius.
Amikasin digunakan secara umum untuk bakteri
multiresisten
Penisilin
Ampisilin
Ampisilin/Sulbaktam
Tikarsilin/klavulanat
Piperasilin
Piperasilin/tazobaktam
Obat-obat ini sama efektifnya.
Penisilin spektrum luas lebih efektif melawan P.aeruginosa
dan enterococci.
Seringkali obat ini lebih dianjurkan dibanding sefalosporin.
Obat ini sangat berguna pada pasien dg gangguan renal
atau jika aminoglikosida tdk bisa digunakan.
Sefalosporin generasi
I,II,III
Generasi II & III mempunyai spektrum luas untuk melawan
bakteri Gram Negatif, tapi tidak aktif melawan Enterococci
dan mempunyai aktivitas yg terbatas untuk melawan
P.aeruginosa (kecuali ceftazidim & cefepim) Obat ini sangat
berguna pada infeksi nosokomial dan urosepsis
54. ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK
Terapi
parenteral
Keterangan
Imipenem/silastatin
Meropenem
Obat ini mempunyai spektrum luas thd Gram Positif,Gram
negatif, & bakteri anaerob. Obat ini juga efektif melawan
P.aeruginosa dan enterococci. Tapi terutama yang terkait
dengan superinfeksi candidal
Aztreonam Monobactam yang hanya aktif thd bakteri Gram Negatif
termasuk beberapa strain P.aeruginosa dan organisme
resisten lainnya. Digunakan secara umum untuk infeksi
nosokomial ketika aminoglikosida tidak bisa digunakan dan
pada pasien yang sensitif thd penisilin.
Quinolon
Siprofloksasin
Ofloksasin
Levofloksasin
Sparfloksasin
Mempunyai aktivitas spektrim luas thd bakteri Gram Negatif
termasuk P. aeruginosa dan organisme resisten lainnya.
Obat ini mempunyai kadar yang tinggi di jaringan dan di
urin serta secara aktif disekresi pada kondisi fungsi ginjal
Yang menurun
56. Retensi
Ketidak mampuan untuk berkemih
(ischuria)
Merupakan komplikasi yang paling
sering dijumpai pada BPH
Penyebab :
◦ Gangguan persyarafan
◦ Konstipasi
◦ Infeksi
◦ Penggunaan obat-obat khusus
antidepresan, antikolinergik, opioid
57. Terapi pada retensi urine :
Pada pasien dengan BPH :
finasterid/dutasterid menekan
perbesaran kelenjar prostat (ES :
penurunan libido, lemas, pusing).
Angka keberhasilan terapi rendah.
Pemasangan kateter
Operasi : pada pasien BPH dengan
TURP (transuretral resection prostate)
58. Inkontinens
Urinary incontinence = involuntary
urination
Enuresis inkontinen urine pada
anak-anak
Terapi : penyesuaian tingkah laku,
terapi bladder retraining dan pelvic
floor, reposisi bladder (posisi terlalu
turun kelengkung vagina)
60. Acute tubular necrosis :
Sel epitel di tubuler yang tidak
berkembang
Biasanya sebagai komplikasi pada
akut kidney injury
Terapi seperti dengan ARF/AKI
61. Terapi pada ARF :
• Pencegahan :
• Hidrasi dengan NS/0,5 NS
• Ca-antagonis sebelum pemberian nefrotoksik
• Terapi farmakologis :
• Terapi cairan
• Diuretik spy oliguria
• Low dose dopamin (1-3ug/kg/menit) infusion bila
respon diuretik
• Ca- channel blocker
• Dialisa
• Bila ada infeksi harus segera diobati
61
62. Tujuan terapi :
Koreksi penyebab
Koreksi cairan dan ketidak seimbangan elektrolit
Apakah ada obstruksi? Anuria?
Pastikan ginjal ber-perfusi dengan volume yg
cukup, dengan atau tambahan obat
Terapi apabila ada infeksi
Terapi komplikasi
dialisis
62
63. Calculli bladder, renal
Pebble = agregasi kristal berbentuk
padat berasal dari bahan mineral
(kalsium, asam urat)
80% terjadi pada pria
Diklasifikasikan berdasarkan lokasi :
◦ Ginjal nephrolithiasis
◦ Ureter ureterolithiasis
◦ Bladder cystolithiasis
64. Penyebab utama adalah dehidrasi
karena kurang intake cairan
Lain-lain : intake protein hewani
Oleh karena penyakit metabolik :
asidosis tubuler ginjal, hiperparatiroid,
crohn disease (karena malabsorpsi
magnesium)
Calcium (Ca) = mrpk kebanyakan
konten batu ginjal (calculli)
65. Tipe batu ginjal Populasi Kondisi yg
terjadi
Keterangan
Ca oksalat 80% pH urine alkali
(pH>5.5)
Oksalat sayuran hijau
merambat
Ca fosfat 5-10% Idem -
Asam urat 5-10% pH urine asam Karena diet tinggi purin
dan protein hewani
Struvite 10-15% Infeksi ginjal Tidak berhubungan
dengan intake dan diet
Cystine 1-2%
Jarang
Biasanya karena
genetika
Cystine = asam amino
66. Pencegahan tergantung dari tipe batu,
digunakan untuk meminimalkan
bentukan yang baru
◦ Meningkatkan intake cairan (dan output
urine) khususnya yg bersifat asam
(lemon, jeruk)
◦ Optimal diet kalsium (1,0-1,2g per hari)
◦ Pembatasan intake vitamin C (<1g per
hari), soft drink.
67. Pencegahan & penanganan :
Pengalkali urine (chemolysis)
asetazolamid 250mg, Na bicarbonate 500mg
(bisa s.d 4x1g)
Diuretik thiazide menghambat bentukan
batu Ca
Allopurinol mengurangi bentukan kembali
batu ginjal, dg mengganggu pembentukan
asam urat di liver
Analgetik untuk penanganan nyeri
Ekspulsi terapi (lithotripsy)
‘memungkinkan’ keluarnya batu spontan
Operasi (uretroscopic)
69. Hiperplasia pada stromal dan sel
epiteliat prostat pembesaran nodul
pada bagian peri uretral bila
pembesarannya cukup besar akan
‘menghimpit ‘ urethra.
Simptom : retensi urine, berkemih
sering terutama pada malam hari,
infeksi
Pertumbuhan kelanjar prostat mulai
usia ± 30tahun
70. Rectal examination, PSA test
Penanganan :
◦ £ bloker : tamsulosin, doxazosin,
terazosin
MK : merelakskan otot halus pada prostat
dan bladder neck, shg aliran urine lbh
lancar.
◦ Reduktase 5 £ inhibitor : finasteride,
dutasteride
MK : menghambat produksi DHT (hormon
yg menyebabkan pembesaran prostat)
71. Kombinasi menurunkan
progresivitas BPH
Operasi TURP sbg golden standart,
tidak boleh untuk laki-laki yg masih
akan bereproduksi (sterile).
73. Maglinant epitel dari bladder
Tanda dan gejala : hematuria, sulit
berkemih, nyeri saat berkemih
ROKOK!!! Kontributor utama
keganasan pada bladder
Menurunkan resiko kanker bladder dg
diet sayur dan dan buah berwarna
kuning-orange wortel (mengandung
selenium)
74. Staging T (primary tumor), N (lymph
nodes), M (distant metastase)
Pengambilan sample dg TUR dpt
digunakan untuk mendeteksi staging
Cystectomy (bladder dipotong di
beberapa bagian)
Kemoterapi dan radiasi
76. pemetrexete
...sedang dalam tahap trial klinis...
MK : sebagai antifolat, menghambat
inhibisi purin dan timidin pada sintesa
protein
Ikatan protein 73-81%
E : urine
Pemberian secara infus selama 10menit
Adjustment dosis sampai dengan 75%
pada pasien dengan OT/PT 3x lipat dari
normal
Pada pasien dengan Clcr <45ml/menit
tidak direkomendasikan.
77. rejimen kemoterapi 2 kombinasi dengan
radioterapi : cisplatin - 5FU
Cisplatin 15mg/m2/hari, hari ke-
1,2,3,15,16,17
5FU iv 400mg/m2/hari, hari ke-
1,2,3,15,16,17
78. Cisplatin
Menghambat sintesa DNA pada formasi
crosslink DNA
Pemberian dengan diawali dengan hidrasi
1-2L cairan dasar yg direkomendasikan,
pantau output urine (>100mL/jam)
Kecepatan infus 1mg/menit sesuaikan
dengan protokol
D : secara cepat ke jaringan
Ikatan protein >90%
M : non enzymatic
E : urine (90%) dan faeces (10%)
79. 5-FU
Menghambat timidilate sintetase pada
sintesa RNA
D : 22% cairan tubuh, mampu
menembus cairan ekstraseluler.
M : hepatik
E : paru-paru sbg bentuk CO2, urine
Pemberian secara iv bolus 5-15menit,
bila dosis >1000mg diberikan secara
infus 24jam
Pelarut injeksi dengan NS, D5