SlideShare a Scribd company logo
Sistem Perkemihan 1
•Gagal ginjal akut dan kronis
•Infeksi (cystitis, pyelonefritis, glumerulonefritis)
•Urinary inkontinens, retensi, refluks
•Tubuler nekrosis akut, calculli bladder, renal
•Neoplasme bladder
•Trauma bladder, uretral, scrotum
•Tumor uretral, testes
•BPH (benign prostate hypertropi)
Debby Christianti, M.Sc, Apt
GGA & GGK
IMPLIKASI
 Estimasi fungsi ginjal: Cockroft-Gault,
klirens kreatinin
 Tinjau perlu-tidaknya penyesuaian
dosis. Sesuaikan dosis khususnya pada
Renally excreted drug/metabolit
 Pilih obat dg nefrotoksisitas minimal
 Lakukan TDM
 Hindari penggunaan lama
4
IMPLIKASI
 Monitor efektifitas, ADR, toksisitas lebih
ketat
 Gangguan GI : awasi peresepan antasid
 Plasma protein binding : awas obat highly
protein bound (ikatan protein>90%)
 Na & air retensi: cek Na-content
 Awasi tekanan darah & efektivitas
antihipertensi
 Dialisis: sesuaikan dosis obat terdialisis
5
PROBLEM MEDIK UMUM
SULITNYA PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI: Anemia, kelainan
hematologi
 Hipertensi yang tidak terkontrol dg>3
AHT
 Uremia, acidosis
 Hiperuricemia,
Hiperkalemia/Hipokalemia
 Gangguan GIT
 Seringkali menjadi penyakit penyerta
 CKD, ARF + Infeksi (Pneumonia, UTI)
6
ACUTE RENAL FAILURE
 Def: pe fs ginjal scr mendadak
disertai akumulasi produk nitrogen.
 Anuria(<100 ml/24j) atau oligouria(100-
400ml/24j)
 Azotemia: pe  nitrogen waste (BUN,
Cr)
 Uremia: syndrome akibat azotemia
(anorexia, nausea, vomiting,
confusion)
7
PENYEBAB ARF :
 PRE-RENAL : CO, HIPOTENSI,
DEPLESI VOLUME, OBSTRUKSI
VASKULER
 INTRINSIK : GLOMERULAR DAMAGE
 POST-RENAL : OBSTRUKSI
URETER, URETRA & LEHER
KANDUNG KENCING
 DRUG INDUCED: AMFOTERISIN-B,
AMINOGLIKOSIDA, SULFONAMIDA
8
Terapi pada ARF :
• PREVENTION:
• Hidrasi dengan NS/0,5 NS
• Ca-antagonis sebelum pemberian nefrotoksik
• PHARMACOLOGIC TREATMENT:
• Fluid therapy
• Diuretics to change oliguria to non-oliguric state
• Low dose dopamin (1-3ug/kg/menit) infusion bila
respon diuretik
• Ca- channel blocker
• Dialysis
• Treatment of infections aggresively
9
Tujuan terapi :
 Koreksi penyebab
 Koreksi cairan dan ketidak seimbangan elektrolit
 Apakah ada obstruksi? Anuria?
 Pastikan ginjal ber-perfusi dengan volume yg
cukup, dengan atau tambahan obat
 Terapi apabila ada infeksi
 Terapi komplikasi
 dialisis
10
Hidrasi
 Volume intravaskular dan tekanan
arteri di-adjust ke baseline sangat
penting untuk menyelamatkan pasien
dari prerenal ARF
 Type of fluid: NS or 0.45% saline.
 Rate: 50-100ml/h, lower rate for
impaired cardiac function
11
DIURETICS
 Merubah kondisi menjadi ‘mampu’
berkemih
 Pilihan terapi : dengan diuresis kuat
(biasanya diberikan secara iv), hati-
hati efek samping myalgia
 Perlu evaluasi curah jantung sebelum
pemberian diuresis kuat
12
HYPERKALEMIA
 Ca Gluconate iv 10 ml of 10% sol
 Insulin 10 U iv + Glucose 25g
 Inhaled beta-agonist
 Nabic iv
 Cation exchange resin
13
Acidosis
 pH < 7,2, bicab < 15mEq/l
 Nabic iv or oral
14
Kondisi khusus :
HIPERTENSI
 Pilihan utama kelas terapi : ACE-
Inhibitors dan atau Amlodipine dan
diuresis (baca JNC-VII/VIII)
 Evaluasi dan estimasi fungsi ginjal
15
CHRONIC KIDNEY DISEASE
(CKD)
 Def:penurunan fs ginjal scr perlahan
ditandai BUN, CrCl, gejala uremia.
16
Harapan hasil terapi :
 Memperlambat perburukan kondisi
ginjal
 Mencegah dan memperbaiki kondisi,
memanage komplikasi yang mungkin
terjadi
17
Ragam komplikasi :
 Hiper K
 Gangguan asam basa darah
 Gangguan kardiovaskuler
 Gangguan hematologis
 Gangguan neuro
 Gangguan metabolisme mineral
 Gangguan endokrin
 Gangguan GI
 Asam urat
18
Mengestimasi fungsi ginjal :
 Tujuan : menganalisa keperluan perubahan dosis
 COCKROFT-GAULT
BB: gunakan IBW kecuali BB<IBW
IBW : Pria 50+2.3/inch (TB>150 cm)
Wanita: 45.5 + 2.3/inch (TB>150 cm)
 Pengukuran CrCl melalui urin tampung 24 jam
CrCl= Uvol x [U Cr]
[Cr*] x t
* kadar pada midpoint pengumpulan urin
Populasi: Critically ill, trauma, post-op
19
Melambatkan perburukan gagal
ginjal
 Kontrol tekanan darah
 Batasi konsumsi protein (Protein restriction
to 0,6g/kg/day in pt not on dialysis)
 Kontrol GD
20
Melambatkan perburukan gagal
ginjal
Pada pasien DIABETICS:
◦ Deteksi dini mikroalbuminuria  ACE I
◦ BP control
◦ Koreksi abnormalitas lipid
Pasien NON_DIABETICS:
◦ BP control
◦ Proteinuria: ACE I, Ca-antagonist
Obati komplikasi yang terjadi
21
MONITORING
 BIOKIMIA:
Cr, BUN, elektrolit (Na, K, Ca, PO4),
keseimbangan asam-basa, albumin, BSL, Asam
urat, ABG.
 HEMATOLOGI:
Hb,Fe,Folat, Hct, Thrombo, WBC.
 KARAKTERISTIK PASIEN:
BP, BB, temp.,KU, kulit.
 TERAPI OBAT: TDM, dosis, efek,
nefrotoksisitas
22
INFEKSI
Pendahuluan :
DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah
adanya mikroorganisme dalam urin
yang tidak dapat dihitung dari
kontaminasi, dan potensial untuk invasi
ke jaringan saluran kemih dan struktur
lain yang berdekatan.
Pendahuluan :
ISK memperlihatkan sindrom klinik yang
bervariasi meliputi :
urethritis (radang uretra)
cystitis (radang kandung kemih)
ISK bagian bawah
pyelonephritis (radang pada ginjal)
ISK bagian atas
Pendahuluan :
URETHRITIS
CYSTITIS
PYELO-
NEPHRITIS
ISK kambuhan mempunyai karakteristik episode
simptomatik yang bervariasi dengan periode
asimptomatik diantaranya. Infeksi ini meliputi
reinfeksi dan relaps.
Relaps menggambarkan timbulnya infeksi lagi
dengan penyebab organisme yang sama dengan
infeksi awal.
Reinfeksi disebabkan oleh organisme baru yang
berbeda dengan infeksi awal.
PATOFISIOLOGI
ISK didapatkan melalui 3 rute :
Asenden (paling banyak)
aliran darah
jalur limfatik
PATOFISIOLOGI
Bakteri kemudian akan masuk ke kandung kemih
melalui uretra.
Di kandung kemih, organisme akan berkembang
biak dengan cepat dan bergerak naik ke ginjal.
Infeksi di ginjal melalui penyebaran
mikroorganisme via aliran darah dan dapat
terjadi sebagai hasil dari penyebaran organisme
dari tempat infeksi primer di tubuh.
PATOFISIOLOGI
PENYEBAB
Penyebab paling umum ISK
uncomplicated adalah :
E Coli (sejumlah 85% infeksi yang
didapat dari masyarakat)
Stap Saprophyticus sejumlah 5 -
15%.
Pada pasien dg kateterisasi 
Candida sp
GEJALA & TANDA KLINIK
Tipe simptom pada ISK bagian bawah meliputi :
Dysuria (sukar & nyeri saat kencing)
Frequency (sering kencing tanpa
peningkatan volume harian)
Urgency (selalu ingin kencing)
Nyeri pada daerah suprapubik
Nocturia
Manifestasi klinik pada ISK bagian
atas meliputi :
Nyeri panggul
Nyeri abdomen
Simptom sistemik meliputi demam,
kaku-kaku, sakit kepala, mual,
muntah, rasa tak enak badan.
GEJALA & TANDA KLINIK
Gejala lain yang ditemukan :
Haematuria
Urin bau dan keruh
Proteinuria
Demam & bingung terutama pada
geriatrik dan pediatrik
PRINSIP UMUM TERAPI
Manajemen pasien ISK meliputi
evaluasi awal, seleksi antibiotik &
durasi terapi, dan evaluasi selanjutnya.
Pemilihan antibiotik berdasarkan :
1. tingkat keparahan tanda dan gejala
2. Sisi/tempat infeksi
3. Infeksi complicated atau
uncomplicated
TERAPI
ISK UNCOMPLICATED PADA
WANITA
Terapi dosis tunggal selama 12-24 jam
efektif pada cystitis akut.
Sulfisoksazol (2g),
Kotrimoksazole (Double Strenght),
Amoksisilin (3g)
TERAPI
ISK UNCOMPLICATED PADA
WANITA
Terapi jangka pendek (selama 3 hari)
Amoksisilin (500 mg tid),
Trimetoprim (100 mg bid)
Ciprofloksasin (250 mg bid)
lebih baik dari pada dosis
tunggal
TERAPI
SYMPTOMATIC ABACTERIURIA
Dosis tunggal atau terapi jangka pendek dengan
Kotrimoksazole efektif pada kasus ini.
Terapi Chlamydial :
Azitromisin 1 g (SD)
Doksisiklin 100 mg bid (selama 7 hari)
TERAPI
PYELONEPHRITIS AKUT
Adanya demam yg tinggi & rasa sakit pada
panggul harus diterapi sebagai pyelonephritis
akut dan penanganannya yg cepat perlu
dilakukan.
Pasien dgn penyakit yg parah harus dirawat di
RS dan diawali dgn pemberian obat secara iv.
Pengecatan gram segera dilakukan, diikuti
urinalisis, kultur & sensitivitas test.
TERAPI
PYELONEPHRITIS AKUT
Jika pasien dirawat 6 bln sebelumnya,
dengan kateter perlu diperhatikan
kemungkinan infeksi pseudomonas dan
enterococcus, atau organisme resisten.
Disarankan kombinasi aminoglikosida
dengan ceftazidime, ticarcillin-asam
klavulanat, aztreonam, imipenem atau
piperacillin.
TERAPI
PYELONEPHRITIS AKUT
Jika pasien respon terhadap kombinasi
awal, aminoglikosida dapat dihentikan
sesudah 3 hari dan diikuti dengan non-
aminoglikosida.
Kultur kuman sebaiknya dilakukan 2
minggu setelah terapi selesai.
TERAPI
ISK PADA PRIA
Terapi pada pria memerlukan waktu lebih
lama ± 2 minggu.
Kultur urine harus diperoleh sebelum terapi,
sebab penyebab infeksi pada pria tidak dapat
diprediksi seperti pada wanita
Jika dicurigai gram (-), diberikan terapi
dengan cotrimoksazole atau fluoroquinolon.
Terapi awal selama 10-14 hari.
Pada kasus kambuhan diperlukan terapi
selama 6 minggu.
TERAPI
INFEKSI KAMBUHAN
Relaps dan reinfeksi porsinya cukup
signifikan pada semua kasus ISK
Pasien pada umumnya wanita & dibagi
menjadi 2 kelompok :
1. kurang dari 2 atau 3 episode tiap
tahunnya
2. lebih dari 3 episode tiap tahunnya.
TERAPI
INFEKSI KAMBUHAN
Pada pasien kurang dari 2 atau 3episode/tahun, setiap
episode infeksi diterapi secara terpisah.
Terapi dosis tunggal atau terapi jangka pendek
digunakan pada wanita simptomatik dgn ISK bawah.
Pasien dengan lebih dari 3 episode/th,dilakukan terapi
profilaksis jangka panjang selama 6 bln & kultur urine
dilakukan secara periodik.
TERAPI
INFEKSI KAMBUHAN
Pada wanita dgn simptomatik reinfeksi
yg berkaitan dgn aktivitas seksual
- buang air kecil sesudah intercourse
bisa membantu mencegah infeksi
- terapi profilaksis dosis tunggal dgn
cotrimoksazole sesudah intercourse
dapat menurunkan kejadian infeksi.
TERAPI
INFEKSI KAMBUHAN
Wanita yg relapse sesudah terapi jangka
pendek sebaiknya menerima terapi selama 2
minggu.
Pada pasien yg relapse setelah 2 minggu,
terapi dilanjutkan untuk 2-4 minggu
berikutnya.
Jika relapse terjadi setelah 6 minggu terapi,
diperlukan terapi 6 bulan atau lebih panjang.
TERAPI
ISK PADA WANITA HAMIL
Pada pasien dgn bakteriurine yg signifikan,
symptomatik atau asymptomatik, terapi
direkomendasikan untuk mencegah
kemungkinan komplikasi selama hamil
Terapi menggunakan antibiotik yg efek
sampingnya relatif ringan :
sulfonamida, cephalexin, ampicillin,
amoxicillin, coamoxiclav, nitrofurantoin
selama 7 hari.
TERAPI
ISK PADA WANITA HAMIL
Tetrasiklin harus dihindari krn efek
teratogenik
Sulfonamid dihindari selama trismester III
krn menimbulkan kernikterus, dan
hiperbilirubinemia.
Quinolon tidak boleh diberikan sebab
potensial menghambat perkembangan tulang
pada bayi.
TERAPI
PASIEN DGN KATETER
Jika bakteriuria asymptomatik,
kateterisasi jangka pendek (< 30 hari)
terapi antibiotik harus ditunda & kateter
dilepas secepat mungkin.
Tidak ada bukti pemberian antibiotik
profilaksis mencegah demam,
pyelonephritis pada pasien dgn catether
jangka panjang.
TERAPI EMPIRIK PADA KONDISI KHUSUS
Diagnosis Patogen Terapi Keterangan
Cystitis Akut
uncomplicated
E. Coli
S. saprophyticus
1.Kotrimoksazol 3 hari
2.Quinolon 3 hari
Terapi jangka pendek
lebih efektif
dibanding dosis
tunggal
Kehamilan E. Coli
S. saprophyticus
1. Ampi-clav 7 hari
2. Sefalosporin 7 hari
3. Kotrimoksazol 7 hari
Hindari Kotrimoksazol
pada trimester III
Pyelonefritis akut
Uncomplicated
Complicated
E. Coli
E. Coli,
P. Mirabilis,
K pneumoniae,
Proteus sp,
P aeruginosa
1.Kotrimoksazol 14 hari
2.Quinolon 14 hari
1.Quinolon 14 hari
2. Penisilin spektrum
luas + aminoglikosida
Dapat diterapi sbg
pasien rawat jalan
Keparahan ISK
menentukan durasi
terapi IV. Dilanjutkan
terapi oral sampai
lengkap 14 hari.
ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK
Terapi oral Keterangan
Sulfonamid Telah banyak digantikan oleh obat lain karena resistensi
Kotrimoksazol Sangat efektif untuk sebagian besar bakteri enterik aerob,
kecuali Pseudomonas aeruginosa.
Kadarnya tinggi di jaringan sal kemih dan di urin, terutama
penting untuk ISK complicated
Efektif untuk profilaksis ISK kumat
Penisilin
Ampisilin
Amoksisilin
Co-amoksiclav
Karbenisilin indanyl
Ampisilin, mrp DOC untuk enterocci sensitif penisin
Karena meningkatnya resistensi E coli, digunakan terbatas
pada cystitis akut
Co-amoksiclav untuk mengatasi problem resistensi
Sefalosporin
Sefaleksin, Sefadrin
Sefaklor, Sefadroksil
Sefuroksim, Sefiksim,
Sefzil, Sefpodoksim
Tidak ada keunggulan dibanding obat lain untuk terapi ISK.
Biaya relatif mahal
Berguna pada kasus resistensi terhadap amoksisilin dan
Kotrimoksazol
Tidak aktif melawan enterococci.
ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK
Terapi oral Keterangan
Tetrasiklin
Tetrasiklin,
Doksisiklin
Minosiklin
Obat ini efektif untuk terapi awal pada ISK. Resistensinya
cepat sehingga penggunannya dibatasi. Obat ini juga efektif
melawan pertumbuhan candida, juga digunakan secara
primer untuk infeksi chlamydial
Quinolon
Siprofloksasin
Ofloksasin, Norfloksasin
Levofloksasin
Quinolon generasi baru mempunyai spektrum yang lebih
luas terhadap P.aeruginosa. Obat ini efektif untuk
pyelonefritis dan prostatitis. Hindari penggunaannya pada
kehamilan & anak-anak
Nitrofurantoin Obat ini efektif untuk terapi maupun untuk profilaktik pada
pasien dengan ISK kambuhan. Keuntungan utamanya
adalah sedikitnya resistensi meskipun digunakan untuk
terapi jangka panjang. Yang membatasi penggunaannya
ADR : intoleransi GI, neuropathy, reaksi pulmonary
Azitromisin Terapi single dose untuk infeksi chlamydial
Methanamin
hipurat/mandalat
Untuk profilaksis atau supresif antar episode infeksi
Fosfomisin Terapi single dose untuk infeksi uncomplicated
ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK
Terapi
parenteral
Keterangan
Aminoglikosida
Gentamisin
Tobramisin
Netilmisin
Amikasin
Gentamisin & tobramisin sama efektif namun gentamisin
lebih murah.
Tobramisin mempunyai aktivitas pseudomonal yang lbh
baik, hal ini penting untuk infeksi sistemik yg serius.
Amikasin digunakan secara umum untuk bakteri
multiresisten
Penisilin
Ampisilin
Ampisilin/Sulbaktam
Tikarsilin/klavulanat
Piperasilin
Piperasilin/tazobaktam
Obat-obat ini sama efektifnya.
Penisilin spektrum luas lebih efektif melawan P.aeruginosa
dan enterococci.
Seringkali obat ini lebih dianjurkan dibanding sefalosporin.
Obat ini sangat berguna pada pasien dg gangguan renal
atau jika aminoglikosida tdk bisa digunakan.
Sefalosporin generasi
I,II,III
Generasi II & III mempunyai spektrum luas untuk melawan
bakteri Gram Negatif, tapi tidak aktif melawan Enterococci
dan mempunyai aktivitas yg terbatas untuk melawan
P.aeruginosa (kecuali ceftazidim & cefepim) Obat ini sangat
berguna pada infeksi nosokomial dan urosepsis
ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK
Terapi
parenteral
Keterangan
Imipenem/silastatin
Meropenem
Obat ini mempunyai spektrum luas thd Gram Positif,Gram
negatif, & bakteri anaerob. Obat ini juga efektif melawan
P.aeruginosa dan enterococci. Tapi terutama yang terkait
dengan superinfeksi candidal
Aztreonam Monobactam yang hanya aktif thd bakteri Gram Negatif
termasuk beberapa strain P.aeruginosa dan organisme
resisten lainnya. Digunakan secara umum untuk infeksi
nosokomial ketika aminoglikosida tidak bisa digunakan dan
pada pasien yang sensitif thd penisilin.
Quinolon
Siprofloksasin
Ofloksasin
Levofloksasin
Sparfloksasin
Mempunyai aktivitas spektrim luas thd bakteri Gram Negatif
termasuk P. aeruginosa dan organisme resisten lainnya.
Obat ini mempunyai kadar yang tinggi di jaringan dan di
urin serta secara aktif disekresi pada kondisi fungsi ginjal
Yang menurun
URINARY INKONTINENS,
RETENSI, REFLUKS
Retensi
 Ketidak mampuan untuk berkemih
(ischuria)
 Merupakan komplikasi yang paling
sering dijumpai pada BPH
 Penyebab :
◦ Gangguan persyarafan
◦ Konstipasi
◦ Infeksi
◦ Penggunaan obat-obat khusus 
antidepresan, antikolinergik, opioid
Terapi pada retensi urine :
 Pada pasien dengan BPH :
finasterid/dutasterid  menekan
perbesaran kelenjar prostat (ES :
penurunan libido, lemas, pusing).
Angka keberhasilan terapi rendah.
 Pemasangan kateter
 Operasi : pada pasien BPH dengan
TURP (transuretral resection prostate)
Inkontinens
 Urinary incontinence = involuntary
urination
 Enuresis  inkontinen urine pada
anak-anak
 Terapi : penyesuaian tingkah laku,
terapi bladder retraining dan pelvic
floor, reposisi bladder (posisi terlalu
turun kelengkung vagina)
TUBULER NEKROSIS AKUT,
CALCULLI BLADDER,
RENAL
Acute tubular necrosis :
 Sel epitel di tubuler yang tidak
berkembang
 Biasanya sebagai komplikasi pada
akut kidney injury
 Terapi  seperti dengan ARF/AKI
Terapi pada ARF :
• Pencegahan :
• Hidrasi dengan NS/0,5 NS
• Ca-antagonis sebelum pemberian nefrotoksik
• Terapi farmakologis :
• Terapi cairan
• Diuretik spy oliguria
• Low dose dopamin (1-3ug/kg/menit) infusion bila
respon diuretik
• Ca- channel blocker
• Dialisa
• Bila ada infeksi harus segera diobati
61
Tujuan terapi :
 Koreksi penyebab
 Koreksi cairan dan ketidak seimbangan elektrolit
 Apakah ada obstruksi? Anuria?
 Pastikan ginjal ber-perfusi dengan volume yg
cukup, dengan atau tambahan obat
 Terapi apabila ada infeksi
 Terapi komplikasi
 dialisis
62
Calculli bladder, renal
 Pebble = agregasi kristal berbentuk
padat berasal dari bahan mineral
(kalsium, asam urat)
 80% terjadi pada pria
 Diklasifikasikan berdasarkan lokasi :
◦ Ginjal  nephrolithiasis
◦ Ureter  ureterolithiasis
◦ Bladder  cystolithiasis
 Penyebab utama adalah dehidrasi
karena kurang intake cairan
 Lain-lain : intake protein hewani
 Oleh karena penyakit metabolik :
asidosis tubuler ginjal, hiperparatiroid,
crohn disease (karena malabsorpsi
magnesium)
 Calcium (Ca) = mrpk kebanyakan
konten batu ginjal (calculli)
Tipe batu ginjal Populasi Kondisi yg
terjadi
Keterangan
Ca oksalat 80% pH urine alkali
(pH>5.5)
Oksalat  sayuran hijau
merambat
Ca fosfat 5-10% Idem -
Asam urat 5-10% pH urine asam Karena diet tinggi purin
dan protein hewani
Struvite 10-15% Infeksi ginjal Tidak berhubungan
dengan intake dan diet
Cystine 1-2%
Jarang
Biasanya karena
genetika
Cystine = asam amino
 Pencegahan tergantung dari tipe batu,
digunakan untuk meminimalkan
bentukan yang baru
◦ Meningkatkan intake cairan (dan output
urine) khususnya yg bersifat asam
(lemon, jeruk)
◦ Optimal diet kalsium (1,0-1,2g per hari)
◦ Pembatasan intake vitamin C (<1g per
hari), soft drink.
Pencegahan & penanganan :
 Pengalkali urine (chemolysis) 
asetazolamid 250mg, Na bicarbonate 500mg
(bisa s.d 4x1g)
 Diuretik thiazide  menghambat bentukan
batu Ca
 Allopurinol mengurangi bentukan kembali
batu ginjal, dg mengganggu pembentukan
asam urat di liver
 Analgetik untuk penanganan nyeri
 Ekspulsi terapi (lithotripsy) 
‘memungkinkan’ keluarnya batu spontan
 Operasi (uretroscopic)
BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA
 Hiperplasia pada stromal dan sel
epiteliat prostat  pembesaran nodul
pada bagian peri uretral  bila
pembesarannya cukup besar akan
‘menghimpit ‘ urethra.
 Simptom : retensi urine, berkemih
sering terutama pada malam hari,
infeksi
 Pertumbuhan kelanjar prostat mulai
usia ± 30tahun
 Rectal examination, PSA test
 Penanganan :
◦ £ bloker : tamsulosin, doxazosin,
terazosin
MK : merelakskan otot halus pada prostat
dan bladder neck, shg aliran urine lbh
lancar.
◦ Reduktase 5 £ inhibitor : finasteride,
dutasteride
MK : menghambat produksi DHT (hormon
yg menyebabkan pembesaran prostat)
 Kombinasi  menurunkan
progresivitas BPH
 Operasi TURP sbg golden standart,
tidak boleh untuk laki-laki yg masih
akan bereproduksi (sterile).
BLADDER CANCER
 Maglinant epitel dari bladder
 Tanda dan gejala : hematuria, sulit
berkemih, nyeri saat berkemih
 ROKOK!!! Kontributor utama
keganasan pada bladder
 Menurunkan resiko kanker bladder dg
diet sayur dan dan buah berwarna
kuning-orange  wortel (mengandung
selenium)
 Staging T (primary tumor), N (lymph
nodes), M (distant metastase)
 Pengambilan sample dg TUR dpt
digunakan untuk mendeteksi staging
 Cystectomy (bladder dipotong di
beberapa bagian)
 Kemoterapi dan radiasi
Rejimen kemoterapi 1 :
 Pemetrexed iv 500mg/m2 infus
10menit 1 hari, diulang tiap 21hari
pemetrexete
 ...sedang dalam tahap trial klinis...
 MK : sebagai antifolat, menghambat
inhibisi purin dan timidin pada sintesa
protein
 Ikatan protein 73-81%
 E : urine
 Pemberian secara infus selama 10menit
 Adjustment dosis sampai dengan 75%
pada pasien dengan OT/PT 3x lipat dari
normal
 Pada pasien dengan Clcr <45ml/menit
tidak direkomendasikan.
rejimen kemoterapi 2 kombinasi dengan
radioterapi : cisplatin - 5FU
 Cisplatin 15mg/m2/hari, hari ke-
1,2,3,15,16,17
 5FU iv 400mg/m2/hari, hari ke-
1,2,3,15,16,17
Cisplatin
 Menghambat sintesa DNA pada formasi
crosslink DNA
 Pemberian dengan diawali dengan hidrasi
1-2L cairan dasar yg direkomendasikan,
pantau output urine (>100mL/jam)
 Kecepatan infus 1mg/menit sesuaikan
dengan protokol
 D : secara cepat ke jaringan
 Ikatan protein >90%
 M : non enzymatic
 E : urine (90%) dan faeces (10%)
5-FU
 Menghambat timidilate sintetase pada
sintesa RNA
 D : 22% cairan tubuh, mampu
menembus cairan ekstraseluler.
 M : hepatik
 E : paru-paru sbg bentuk CO2, urine
 Pemberian secara iv bolus 5-15menit,
bila dosis >1000mg diberikan secara
infus 24jam
 Pelarut injeksi dengan NS, D5
kmb 2 bph DEBBY.pptx

More Related Content

Similar to kmb 2 bph DEBBY.pptx

Askep ketoasidosis-diabetikum-ppt
Askep ketoasidosis-diabetikum-pptAskep ketoasidosis-diabetikum-ppt
Askep ketoasidosis-diabetikum-ppt
rikiab
 
slide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxslide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptx
SarahShadiqa
 
materi modul intervensi biopsi ginj.pptx
materi modul intervensi biopsi ginj.pptxmateri modul intervensi biopsi ginj.pptx
materi modul intervensi biopsi ginj.pptx
YuyunRasulong1
 
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptxGANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
DreyDrey9
 
treatment of dhiarrea MHS.pptx
treatment of dhiarrea MHS.pptxtreatment of dhiarrea MHS.pptx
treatment of dhiarrea MHS.pptx
DiniMardhiyani4
 
------------Acute Kidney Injury---------------
------------Acute Kidney Injury---------------------------Acute Kidney Injury---------------
------------Acute Kidney Injury---------------
nurulamelya2
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
retno915824
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
Ayu Rahayu
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
eric214073
 
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptxFARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
IryaIryani02
 
CHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASECHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASE
Rafi Mahandaru
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
arie setyawan
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
AnnisaRizkaFauziah
 
Leptospirosis Case Report Presentation.pptx
Leptospirosis Case Report Presentation.pptxLeptospirosis Case Report Presentation.pptx
Leptospirosis Case Report Presentation.pptx
Hanun15
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau gga
Umy Meimei
 
kasus sulit.ppt
kasus sulit.pptkasus sulit.ppt
kasus sulit.ppt
NitariRahmi
 
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptxasuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
dionziel
 
Diare akut
Diare akutDiare akut
Diare akut
fikri asyura
 
Gout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptxGout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptx
Rosyid Ridho
 
267768431.ppt
267768431.ppt267768431.ppt
267768431.ppt
JefriSandika2
 

Similar to kmb 2 bph DEBBY.pptx (20)

Askep ketoasidosis-diabetikum-ppt
Askep ketoasidosis-diabetikum-pptAskep ketoasidosis-diabetikum-ppt
Askep ketoasidosis-diabetikum-ppt
 
slide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptxslide perdarahan scba.pptx
slide perdarahan scba.pptx
 
materi modul intervensi biopsi ginj.pptx
materi modul intervensi biopsi ginj.pptxmateri modul intervensi biopsi ginj.pptx
materi modul intervensi biopsi ginj.pptx
 
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptxGANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.pptx
 
treatment of dhiarrea MHS.pptx
treatment of dhiarrea MHS.pptxtreatment of dhiarrea MHS.pptx
treatment of dhiarrea MHS.pptx
 
------------Acute Kidney Injury---------------
------------Acute Kidney Injury---------------------------Acute Kidney Injury---------------
------------Acute Kidney Injury---------------
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
 
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptxFARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
 
CHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASECHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASE
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
 
Leptospirosis Case Report Presentation.pptx
Leptospirosis Case Report Presentation.pptxLeptospirosis Case Report Presentation.pptx
Leptospirosis Case Report Presentation.pptx
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau gga
 
kasus sulit.ppt
kasus sulit.pptkasus sulit.ppt
kasus sulit.ppt
 
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptxasuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
 
Diare akut
Diare akutDiare akut
Diare akut
 
Gout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptxGout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptx
 
267768431.ppt
267768431.ppt267768431.ppt
267768431.ppt
 

Recently uploaded

342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
serdangahmad
 
MATERI KEBIJAKAN DAN EVALUAS PPROGRAM KIA - GIZI.pptx
MATERI KEBIJAKAN DAN EVALUAS PPROGRAM KIA - GIZI.pptxMATERI KEBIJAKAN DAN EVALUAS PPROGRAM KIA - GIZI.pptx
MATERI KEBIJAKAN DAN EVALUAS PPROGRAM KIA - GIZI.pptx
MeiLia12
 
Implan di Indonesia - pemasangan efek samping komplikasi Mei 2024.pdf
Implan di Indonesia - pemasangan efek samping komplikasi Mei 2024.pdfImplan di Indonesia - pemasangan efek samping komplikasi Mei 2024.pdf
Implan di Indonesia - pemasangan efek samping komplikasi Mei 2024.pdf
uncinbatuu
 
lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah staselp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
jeanlomirihi1
 
peran desa dalam narkoba dan pencegahannya.pptx
peran desa dalam narkoba dan pencegahannya.pptxperan desa dalam narkoba dan pencegahannya.pptx
peran desa dalam narkoba dan pencegahannya.pptx
DionFranata2
 
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.pptPenanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
SuryaniAnggun2
 
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 202425 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
SriyantiSulaiman
 
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdfBuku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
SIMRS Cendana
 
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatanLp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
jeanlomirihi1
 

Recently uploaded (9)

342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
 
MATERI KEBIJAKAN DAN EVALUAS PPROGRAM KIA - GIZI.pptx
MATERI KEBIJAKAN DAN EVALUAS PPROGRAM KIA - GIZI.pptxMATERI KEBIJAKAN DAN EVALUAS PPROGRAM KIA - GIZI.pptx
MATERI KEBIJAKAN DAN EVALUAS PPROGRAM KIA - GIZI.pptx
 
Implan di Indonesia - pemasangan efek samping komplikasi Mei 2024.pdf
Implan di Indonesia - pemasangan efek samping komplikasi Mei 2024.pdfImplan di Indonesia - pemasangan efek samping komplikasi Mei 2024.pdf
Implan di Indonesia - pemasangan efek samping komplikasi Mei 2024.pdf
 
lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah staselp HERNIA keperawatan medical bedah stase
lp HERNIA keperawatan medical bedah stase
 
peran desa dalam narkoba dan pencegahannya.pptx
peran desa dalam narkoba dan pencegahannya.pptxperan desa dalam narkoba dan pencegahannya.pptx
peran desa dalam narkoba dan pencegahannya.pptx
 
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.pptPenanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
Penanggulangan Penyakit FLU SINGAPURA.ppt
 
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 202425 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
25 Kecakapan Kader.pptx Puskesmas Kota Ratu Tahun 2024
 
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdfBuku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
Buku Panduan Penggunaan Terminologi LOINC.pdf
 
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatanLp persalinan normal maternitas keperawatan
Lp persalinan normal maternitas keperawatan
 

kmb 2 bph DEBBY.pptx

  • 1. Sistem Perkemihan 1 •Gagal ginjal akut dan kronis •Infeksi (cystitis, pyelonefritis, glumerulonefritis) •Urinary inkontinens, retensi, refluks •Tubuler nekrosis akut, calculli bladder, renal •Neoplasme bladder •Trauma bladder, uretral, scrotum •Tumor uretral, testes •BPH (benign prostate hypertropi) Debby Christianti, M.Sc, Apt
  • 2.
  • 4. IMPLIKASI  Estimasi fungsi ginjal: Cockroft-Gault, klirens kreatinin  Tinjau perlu-tidaknya penyesuaian dosis. Sesuaikan dosis khususnya pada Renally excreted drug/metabolit  Pilih obat dg nefrotoksisitas minimal  Lakukan TDM  Hindari penggunaan lama 4
  • 5. IMPLIKASI  Monitor efektifitas, ADR, toksisitas lebih ketat  Gangguan GI : awasi peresepan antasid  Plasma protein binding : awas obat highly protein bound (ikatan protein>90%)  Na & air retensi: cek Na-content  Awasi tekanan darah & efektivitas antihipertensi  Dialisis: sesuaikan dosis obat terdialisis 5
  • 6. PROBLEM MEDIK UMUM SULITNYA PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI: Anemia, kelainan hematologi  Hipertensi yang tidak terkontrol dg>3 AHT  Uremia, acidosis  Hiperuricemia, Hiperkalemia/Hipokalemia  Gangguan GIT  Seringkali menjadi penyakit penyerta  CKD, ARF + Infeksi (Pneumonia, UTI) 6
  • 7. ACUTE RENAL FAILURE  Def: pe fs ginjal scr mendadak disertai akumulasi produk nitrogen.  Anuria(<100 ml/24j) atau oligouria(100- 400ml/24j)  Azotemia: pe  nitrogen waste (BUN, Cr)  Uremia: syndrome akibat azotemia (anorexia, nausea, vomiting, confusion) 7
  • 8. PENYEBAB ARF :  PRE-RENAL : CO, HIPOTENSI, DEPLESI VOLUME, OBSTRUKSI VASKULER  INTRINSIK : GLOMERULAR DAMAGE  POST-RENAL : OBSTRUKSI URETER, URETRA & LEHER KANDUNG KENCING  DRUG INDUCED: AMFOTERISIN-B, AMINOGLIKOSIDA, SULFONAMIDA 8
  • 9. Terapi pada ARF : • PREVENTION: • Hidrasi dengan NS/0,5 NS • Ca-antagonis sebelum pemberian nefrotoksik • PHARMACOLOGIC TREATMENT: • Fluid therapy • Diuretics to change oliguria to non-oliguric state • Low dose dopamin (1-3ug/kg/menit) infusion bila respon diuretik • Ca- channel blocker • Dialysis • Treatment of infections aggresively 9
  • 10. Tujuan terapi :  Koreksi penyebab  Koreksi cairan dan ketidak seimbangan elektrolit  Apakah ada obstruksi? Anuria?  Pastikan ginjal ber-perfusi dengan volume yg cukup, dengan atau tambahan obat  Terapi apabila ada infeksi  Terapi komplikasi  dialisis 10
  • 11. Hidrasi  Volume intravaskular dan tekanan arteri di-adjust ke baseline sangat penting untuk menyelamatkan pasien dari prerenal ARF  Type of fluid: NS or 0.45% saline.  Rate: 50-100ml/h, lower rate for impaired cardiac function 11
  • 12. DIURETICS  Merubah kondisi menjadi ‘mampu’ berkemih  Pilihan terapi : dengan diuresis kuat (biasanya diberikan secara iv), hati- hati efek samping myalgia  Perlu evaluasi curah jantung sebelum pemberian diuresis kuat 12
  • 13. HYPERKALEMIA  Ca Gluconate iv 10 ml of 10% sol  Insulin 10 U iv + Glucose 25g  Inhaled beta-agonist  Nabic iv  Cation exchange resin 13
  • 14. Acidosis  pH < 7,2, bicab < 15mEq/l  Nabic iv or oral 14
  • 15. Kondisi khusus : HIPERTENSI  Pilihan utama kelas terapi : ACE- Inhibitors dan atau Amlodipine dan diuresis (baca JNC-VII/VIII)  Evaluasi dan estimasi fungsi ginjal 15
  • 16. CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)  Def:penurunan fs ginjal scr perlahan ditandai BUN, CrCl, gejala uremia. 16
  • 17. Harapan hasil terapi :  Memperlambat perburukan kondisi ginjal  Mencegah dan memperbaiki kondisi, memanage komplikasi yang mungkin terjadi 17
  • 18. Ragam komplikasi :  Hiper K  Gangguan asam basa darah  Gangguan kardiovaskuler  Gangguan hematologis  Gangguan neuro  Gangguan metabolisme mineral  Gangguan endokrin  Gangguan GI  Asam urat 18
  • 19. Mengestimasi fungsi ginjal :  Tujuan : menganalisa keperluan perubahan dosis  COCKROFT-GAULT BB: gunakan IBW kecuali BB<IBW IBW : Pria 50+2.3/inch (TB>150 cm) Wanita: 45.5 + 2.3/inch (TB>150 cm)  Pengukuran CrCl melalui urin tampung 24 jam CrCl= Uvol x [U Cr] [Cr*] x t * kadar pada midpoint pengumpulan urin Populasi: Critically ill, trauma, post-op 19
  • 20. Melambatkan perburukan gagal ginjal  Kontrol tekanan darah  Batasi konsumsi protein (Protein restriction to 0,6g/kg/day in pt not on dialysis)  Kontrol GD 20
  • 21. Melambatkan perburukan gagal ginjal Pada pasien DIABETICS: ◦ Deteksi dini mikroalbuminuria  ACE I ◦ BP control ◦ Koreksi abnormalitas lipid Pasien NON_DIABETICS: ◦ BP control ◦ Proteinuria: ACE I, Ca-antagonist Obati komplikasi yang terjadi 21
  • 22. MONITORING  BIOKIMIA: Cr, BUN, elektrolit (Na, K, Ca, PO4), keseimbangan asam-basa, albumin, BSL, Asam urat, ABG.  HEMATOLOGI: Hb,Fe,Folat, Hct, Thrombo, WBC.  KARAKTERISTIK PASIEN: BP, BB, temp.,KU, kulit.  TERAPI OBAT: TDM, dosis, efek, nefrotoksisitas 22
  • 24. Pendahuluan : DEFINISI Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah adanya mikroorganisme dalam urin yang tidak dapat dihitung dari kontaminasi, dan potensial untuk invasi ke jaringan saluran kemih dan struktur lain yang berdekatan.
  • 25.
  • 26. Pendahuluan : ISK memperlihatkan sindrom klinik yang bervariasi meliputi : urethritis (radang uretra) cystitis (radang kandung kemih) ISK bagian bawah pyelonephritis (radang pada ginjal) ISK bagian atas
  • 28. ISK kambuhan mempunyai karakteristik episode simptomatik yang bervariasi dengan periode asimptomatik diantaranya. Infeksi ini meliputi reinfeksi dan relaps. Relaps menggambarkan timbulnya infeksi lagi dengan penyebab organisme yang sama dengan infeksi awal. Reinfeksi disebabkan oleh organisme baru yang berbeda dengan infeksi awal.
  • 29. PATOFISIOLOGI ISK didapatkan melalui 3 rute : Asenden (paling banyak) aliran darah jalur limfatik
  • 30. PATOFISIOLOGI Bakteri kemudian akan masuk ke kandung kemih melalui uretra. Di kandung kemih, organisme akan berkembang biak dengan cepat dan bergerak naik ke ginjal. Infeksi di ginjal melalui penyebaran mikroorganisme via aliran darah dan dapat terjadi sebagai hasil dari penyebaran organisme dari tempat infeksi primer di tubuh.
  • 31. PATOFISIOLOGI PENYEBAB Penyebab paling umum ISK uncomplicated adalah : E Coli (sejumlah 85% infeksi yang didapat dari masyarakat) Stap Saprophyticus sejumlah 5 - 15%. Pada pasien dg kateterisasi  Candida sp
  • 32. GEJALA & TANDA KLINIK Tipe simptom pada ISK bagian bawah meliputi : Dysuria (sukar & nyeri saat kencing) Frequency (sering kencing tanpa peningkatan volume harian) Urgency (selalu ingin kencing) Nyeri pada daerah suprapubik Nocturia
  • 33. Manifestasi klinik pada ISK bagian atas meliputi : Nyeri panggul Nyeri abdomen Simptom sistemik meliputi demam, kaku-kaku, sakit kepala, mual, muntah, rasa tak enak badan.
  • 34. GEJALA & TANDA KLINIK Gejala lain yang ditemukan : Haematuria Urin bau dan keruh Proteinuria Demam & bingung terutama pada geriatrik dan pediatrik
  • 35. PRINSIP UMUM TERAPI Manajemen pasien ISK meliputi evaluasi awal, seleksi antibiotik & durasi terapi, dan evaluasi selanjutnya. Pemilihan antibiotik berdasarkan : 1. tingkat keparahan tanda dan gejala 2. Sisi/tempat infeksi 3. Infeksi complicated atau uncomplicated
  • 36. TERAPI ISK UNCOMPLICATED PADA WANITA Terapi dosis tunggal selama 12-24 jam efektif pada cystitis akut. Sulfisoksazol (2g), Kotrimoksazole (Double Strenght), Amoksisilin (3g)
  • 37. TERAPI ISK UNCOMPLICATED PADA WANITA Terapi jangka pendek (selama 3 hari) Amoksisilin (500 mg tid), Trimetoprim (100 mg bid) Ciprofloksasin (250 mg bid) lebih baik dari pada dosis tunggal
  • 38. TERAPI SYMPTOMATIC ABACTERIURIA Dosis tunggal atau terapi jangka pendek dengan Kotrimoksazole efektif pada kasus ini. Terapi Chlamydial : Azitromisin 1 g (SD) Doksisiklin 100 mg bid (selama 7 hari)
  • 39. TERAPI PYELONEPHRITIS AKUT Adanya demam yg tinggi & rasa sakit pada panggul harus diterapi sebagai pyelonephritis akut dan penanganannya yg cepat perlu dilakukan. Pasien dgn penyakit yg parah harus dirawat di RS dan diawali dgn pemberian obat secara iv. Pengecatan gram segera dilakukan, diikuti urinalisis, kultur & sensitivitas test.
  • 40. TERAPI PYELONEPHRITIS AKUT Jika pasien dirawat 6 bln sebelumnya, dengan kateter perlu diperhatikan kemungkinan infeksi pseudomonas dan enterococcus, atau organisme resisten. Disarankan kombinasi aminoglikosida dengan ceftazidime, ticarcillin-asam klavulanat, aztreonam, imipenem atau piperacillin.
  • 41. TERAPI PYELONEPHRITIS AKUT Jika pasien respon terhadap kombinasi awal, aminoglikosida dapat dihentikan sesudah 3 hari dan diikuti dengan non- aminoglikosida. Kultur kuman sebaiknya dilakukan 2 minggu setelah terapi selesai.
  • 42. TERAPI ISK PADA PRIA Terapi pada pria memerlukan waktu lebih lama ± 2 minggu. Kultur urine harus diperoleh sebelum terapi, sebab penyebab infeksi pada pria tidak dapat diprediksi seperti pada wanita Jika dicurigai gram (-), diberikan terapi dengan cotrimoksazole atau fluoroquinolon. Terapi awal selama 10-14 hari. Pada kasus kambuhan diperlukan terapi selama 6 minggu.
  • 43. TERAPI INFEKSI KAMBUHAN Relaps dan reinfeksi porsinya cukup signifikan pada semua kasus ISK Pasien pada umumnya wanita & dibagi menjadi 2 kelompok : 1. kurang dari 2 atau 3 episode tiap tahunnya 2. lebih dari 3 episode tiap tahunnya.
  • 44. TERAPI INFEKSI KAMBUHAN Pada pasien kurang dari 2 atau 3episode/tahun, setiap episode infeksi diterapi secara terpisah. Terapi dosis tunggal atau terapi jangka pendek digunakan pada wanita simptomatik dgn ISK bawah. Pasien dengan lebih dari 3 episode/th,dilakukan terapi profilaksis jangka panjang selama 6 bln & kultur urine dilakukan secara periodik.
  • 45. TERAPI INFEKSI KAMBUHAN Pada wanita dgn simptomatik reinfeksi yg berkaitan dgn aktivitas seksual - buang air kecil sesudah intercourse bisa membantu mencegah infeksi - terapi profilaksis dosis tunggal dgn cotrimoksazole sesudah intercourse dapat menurunkan kejadian infeksi.
  • 46. TERAPI INFEKSI KAMBUHAN Wanita yg relapse sesudah terapi jangka pendek sebaiknya menerima terapi selama 2 minggu. Pada pasien yg relapse setelah 2 minggu, terapi dilanjutkan untuk 2-4 minggu berikutnya. Jika relapse terjadi setelah 6 minggu terapi, diperlukan terapi 6 bulan atau lebih panjang.
  • 47. TERAPI ISK PADA WANITA HAMIL Pada pasien dgn bakteriurine yg signifikan, symptomatik atau asymptomatik, terapi direkomendasikan untuk mencegah kemungkinan komplikasi selama hamil Terapi menggunakan antibiotik yg efek sampingnya relatif ringan : sulfonamida, cephalexin, ampicillin, amoxicillin, coamoxiclav, nitrofurantoin selama 7 hari.
  • 48. TERAPI ISK PADA WANITA HAMIL Tetrasiklin harus dihindari krn efek teratogenik Sulfonamid dihindari selama trismester III krn menimbulkan kernikterus, dan hiperbilirubinemia. Quinolon tidak boleh diberikan sebab potensial menghambat perkembangan tulang pada bayi.
  • 49. TERAPI PASIEN DGN KATETER Jika bakteriuria asymptomatik, kateterisasi jangka pendek (< 30 hari) terapi antibiotik harus ditunda & kateter dilepas secepat mungkin. Tidak ada bukti pemberian antibiotik profilaksis mencegah demam, pyelonephritis pada pasien dgn catether jangka panjang.
  • 50. TERAPI EMPIRIK PADA KONDISI KHUSUS Diagnosis Patogen Terapi Keterangan Cystitis Akut uncomplicated E. Coli S. saprophyticus 1.Kotrimoksazol 3 hari 2.Quinolon 3 hari Terapi jangka pendek lebih efektif dibanding dosis tunggal Kehamilan E. Coli S. saprophyticus 1. Ampi-clav 7 hari 2. Sefalosporin 7 hari 3. Kotrimoksazol 7 hari Hindari Kotrimoksazol pada trimester III Pyelonefritis akut Uncomplicated Complicated E. Coli E. Coli, P. Mirabilis, K pneumoniae, Proteus sp, P aeruginosa 1.Kotrimoksazol 14 hari 2.Quinolon 14 hari 1.Quinolon 14 hari 2. Penisilin spektrum luas + aminoglikosida Dapat diterapi sbg pasien rawat jalan Keparahan ISK menentukan durasi terapi IV. Dilanjutkan terapi oral sampai lengkap 14 hari.
  • 51. ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK Terapi oral Keterangan Sulfonamid Telah banyak digantikan oleh obat lain karena resistensi Kotrimoksazol Sangat efektif untuk sebagian besar bakteri enterik aerob, kecuali Pseudomonas aeruginosa. Kadarnya tinggi di jaringan sal kemih dan di urin, terutama penting untuk ISK complicated Efektif untuk profilaksis ISK kumat Penisilin Ampisilin Amoksisilin Co-amoksiclav Karbenisilin indanyl Ampisilin, mrp DOC untuk enterocci sensitif penisin Karena meningkatnya resistensi E coli, digunakan terbatas pada cystitis akut Co-amoksiclav untuk mengatasi problem resistensi Sefalosporin Sefaleksin, Sefadrin Sefaklor, Sefadroksil Sefuroksim, Sefiksim, Sefzil, Sefpodoksim Tidak ada keunggulan dibanding obat lain untuk terapi ISK. Biaya relatif mahal Berguna pada kasus resistensi terhadap amoksisilin dan Kotrimoksazol Tidak aktif melawan enterococci.
  • 52. ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK Terapi oral Keterangan Tetrasiklin Tetrasiklin, Doksisiklin Minosiklin Obat ini efektif untuk terapi awal pada ISK. Resistensinya cepat sehingga penggunannya dibatasi. Obat ini juga efektif melawan pertumbuhan candida, juga digunakan secara primer untuk infeksi chlamydial Quinolon Siprofloksasin Ofloksasin, Norfloksasin Levofloksasin Quinolon generasi baru mempunyai spektrum yang lebih luas terhadap P.aeruginosa. Obat ini efektif untuk pyelonefritis dan prostatitis. Hindari penggunaannya pada kehamilan & anak-anak Nitrofurantoin Obat ini efektif untuk terapi maupun untuk profilaktik pada pasien dengan ISK kambuhan. Keuntungan utamanya adalah sedikitnya resistensi meskipun digunakan untuk terapi jangka panjang. Yang membatasi penggunaannya ADR : intoleransi GI, neuropathy, reaksi pulmonary Azitromisin Terapi single dose untuk infeksi chlamydial Methanamin hipurat/mandalat Untuk profilaksis atau supresif antar episode infeksi Fosfomisin Terapi single dose untuk infeksi uncomplicated
  • 53. ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK Terapi parenteral Keterangan Aminoglikosida Gentamisin Tobramisin Netilmisin Amikasin Gentamisin & tobramisin sama efektif namun gentamisin lebih murah. Tobramisin mempunyai aktivitas pseudomonal yang lbh baik, hal ini penting untuk infeksi sistemik yg serius. Amikasin digunakan secara umum untuk bakteri multiresisten Penisilin Ampisilin Ampisilin/Sulbaktam Tikarsilin/klavulanat Piperasilin Piperasilin/tazobaktam Obat-obat ini sama efektifnya. Penisilin spektrum luas lebih efektif melawan P.aeruginosa dan enterococci. Seringkali obat ini lebih dianjurkan dibanding sefalosporin. Obat ini sangat berguna pada pasien dg gangguan renal atau jika aminoglikosida tdk bisa digunakan. Sefalosporin generasi I,II,III Generasi II & III mempunyai spektrum luas untuk melawan bakteri Gram Negatif, tapi tidak aktif melawan Enterococci dan mempunyai aktivitas yg terbatas untuk melawan P.aeruginosa (kecuali ceftazidim & cefepim) Obat ini sangat berguna pada infeksi nosokomial dan urosepsis
  • 54. ANTIMIKROBA UNTUK TERAPI ISK Terapi parenteral Keterangan Imipenem/silastatin Meropenem Obat ini mempunyai spektrum luas thd Gram Positif,Gram negatif, & bakteri anaerob. Obat ini juga efektif melawan P.aeruginosa dan enterococci. Tapi terutama yang terkait dengan superinfeksi candidal Aztreonam Monobactam yang hanya aktif thd bakteri Gram Negatif termasuk beberapa strain P.aeruginosa dan organisme resisten lainnya. Digunakan secara umum untuk infeksi nosokomial ketika aminoglikosida tidak bisa digunakan dan pada pasien yang sensitif thd penisilin. Quinolon Siprofloksasin Ofloksasin Levofloksasin Sparfloksasin Mempunyai aktivitas spektrim luas thd bakteri Gram Negatif termasuk P. aeruginosa dan organisme resisten lainnya. Obat ini mempunyai kadar yang tinggi di jaringan dan di urin serta secara aktif disekresi pada kondisi fungsi ginjal Yang menurun
  • 56. Retensi  Ketidak mampuan untuk berkemih (ischuria)  Merupakan komplikasi yang paling sering dijumpai pada BPH  Penyebab : ◦ Gangguan persyarafan ◦ Konstipasi ◦ Infeksi ◦ Penggunaan obat-obat khusus  antidepresan, antikolinergik, opioid
  • 57. Terapi pada retensi urine :  Pada pasien dengan BPH : finasterid/dutasterid  menekan perbesaran kelenjar prostat (ES : penurunan libido, lemas, pusing). Angka keberhasilan terapi rendah.  Pemasangan kateter  Operasi : pada pasien BPH dengan TURP (transuretral resection prostate)
  • 58. Inkontinens  Urinary incontinence = involuntary urination  Enuresis  inkontinen urine pada anak-anak  Terapi : penyesuaian tingkah laku, terapi bladder retraining dan pelvic floor, reposisi bladder (posisi terlalu turun kelengkung vagina)
  • 60. Acute tubular necrosis :  Sel epitel di tubuler yang tidak berkembang  Biasanya sebagai komplikasi pada akut kidney injury  Terapi  seperti dengan ARF/AKI
  • 61. Terapi pada ARF : • Pencegahan : • Hidrasi dengan NS/0,5 NS • Ca-antagonis sebelum pemberian nefrotoksik • Terapi farmakologis : • Terapi cairan • Diuretik spy oliguria • Low dose dopamin (1-3ug/kg/menit) infusion bila respon diuretik • Ca- channel blocker • Dialisa • Bila ada infeksi harus segera diobati 61
  • 62. Tujuan terapi :  Koreksi penyebab  Koreksi cairan dan ketidak seimbangan elektrolit  Apakah ada obstruksi? Anuria?  Pastikan ginjal ber-perfusi dengan volume yg cukup, dengan atau tambahan obat  Terapi apabila ada infeksi  Terapi komplikasi  dialisis 62
  • 63. Calculli bladder, renal  Pebble = agregasi kristal berbentuk padat berasal dari bahan mineral (kalsium, asam urat)  80% terjadi pada pria  Diklasifikasikan berdasarkan lokasi : ◦ Ginjal  nephrolithiasis ◦ Ureter  ureterolithiasis ◦ Bladder  cystolithiasis
  • 64.  Penyebab utama adalah dehidrasi karena kurang intake cairan  Lain-lain : intake protein hewani  Oleh karena penyakit metabolik : asidosis tubuler ginjal, hiperparatiroid, crohn disease (karena malabsorpsi magnesium)  Calcium (Ca) = mrpk kebanyakan konten batu ginjal (calculli)
  • 65. Tipe batu ginjal Populasi Kondisi yg terjadi Keterangan Ca oksalat 80% pH urine alkali (pH>5.5) Oksalat  sayuran hijau merambat Ca fosfat 5-10% Idem - Asam urat 5-10% pH urine asam Karena diet tinggi purin dan protein hewani Struvite 10-15% Infeksi ginjal Tidak berhubungan dengan intake dan diet Cystine 1-2% Jarang Biasanya karena genetika Cystine = asam amino
  • 66.  Pencegahan tergantung dari tipe batu, digunakan untuk meminimalkan bentukan yang baru ◦ Meningkatkan intake cairan (dan output urine) khususnya yg bersifat asam (lemon, jeruk) ◦ Optimal diet kalsium (1,0-1,2g per hari) ◦ Pembatasan intake vitamin C (<1g per hari), soft drink.
  • 67. Pencegahan & penanganan :  Pengalkali urine (chemolysis)  asetazolamid 250mg, Na bicarbonate 500mg (bisa s.d 4x1g)  Diuretik thiazide  menghambat bentukan batu Ca  Allopurinol mengurangi bentukan kembali batu ginjal, dg mengganggu pembentukan asam urat di liver  Analgetik untuk penanganan nyeri  Ekspulsi terapi (lithotripsy)  ‘memungkinkan’ keluarnya batu spontan  Operasi (uretroscopic)
  • 69.  Hiperplasia pada stromal dan sel epiteliat prostat  pembesaran nodul pada bagian peri uretral  bila pembesarannya cukup besar akan ‘menghimpit ‘ urethra.  Simptom : retensi urine, berkemih sering terutama pada malam hari, infeksi  Pertumbuhan kelanjar prostat mulai usia ± 30tahun
  • 70.  Rectal examination, PSA test  Penanganan : ◦ £ bloker : tamsulosin, doxazosin, terazosin MK : merelakskan otot halus pada prostat dan bladder neck, shg aliran urine lbh lancar. ◦ Reduktase 5 £ inhibitor : finasteride, dutasteride MK : menghambat produksi DHT (hormon yg menyebabkan pembesaran prostat)
  • 71.  Kombinasi  menurunkan progresivitas BPH  Operasi TURP sbg golden standart, tidak boleh untuk laki-laki yg masih akan bereproduksi (sterile).
  • 73.  Maglinant epitel dari bladder  Tanda dan gejala : hematuria, sulit berkemih, nyeri saat berkemih  ROKOK!!! Kontributor utama keganasan pada bladder  Menurunkan resiko kanker bladder dg diet sayur dan dan buah berwarna kuning-orange  wortel (mengandung selenium)
  • 74.  Staging T (primary tumor), N (lymph nodes), M (distant metastase)  Pengambilan sample dg TUR dpt digunakan untuk mendeteksi staging  Cystectomy (bladder dipotong di beberapa bagian)  Kemoterapi dan radiasi
  • 75. Rejimen kemoterapi 1 :  Pemetrexed iv 500mg/m2 infus 10menit 1 hari, diulang tiap 21hari
  • 76. pemetrexete  ...sedang dalam tahap trial klinis...  MK : sebagai antifolat, menghambat inhibisi purin dan timidin pada sintesa protein  Ikatan protein 73-81%  E : urine  Pemberian secara infus selama 10menit  Adjustment dosis sampai dengan 75% pada pasien dengan OT/PT 3x lipat dari normal  Pada pasien dengan Clcr <45ml/menit tidak direkomendasikan.
  • 77. rejimen kemoterapi 2 kombinasi dengan radioterapi : cisplatin - 5FU  Cisplatin 15mg/m2/hari, hari ke- 1,2,3,15,16,17  5FU iv 400mg/m2/hari, hari ke- 1,2,3,15,16,17
  • 78. Cisplatin  Menghambat sintesa DNA pada formasi crosslink DNA  Pemberian dengan diawali dengan hidrasi 1-2L cairan dasar yg direkomendasikan, pantau output urine (>100mL/jam)  Kecepatan infus 1mg/menit sesuaikan dengan protokol  D : secara cepat ke jaringan  Ikatan protein >90%  M : non enzymatic  E : urine (90%) dan faeces (10%)
  • 79. 5-FU  Menghambat timidilate sintetase pada sintesa RNA  D : 22% cairan tubuh, mampu menembus cairan ekstraseluler.  M : hepatik  E : paru-paru sbg bentuk CO2, urine  Pemberian secara iv bolus 5-15menit, bila dosis >1000mg diberikan secara infus 24jam  Pelarut injeksi dengan NS, D5