SlideShare a Scribd company logo
Farmakokinetik klinik
DIGOKSIN
TAOFIK RUSDIANA,PHD., APT.
DRUG DELIVERY AND DISPOSITION, DEPT. OF PHARMACEUTIC,FF-UNPAD
Pendahuluan
Digoksin (DGx)
 Merupakan glikosida jantung yang utama dalam penggunaan klinis
 Utk treatment CHF (Congestive heart failure) karena adanya efek inotropik
pada miokardium
 Utk pengobatan AF (Atrial Fibrilation) karena danya efek konotropik pada
sistem elektofisiologi jantung
 Digunakan juga utk gagal jantung akut dan parah bila zat inotropik ringan atau
oral diperlukan
Digoksin tetap diberikan utk kontrol kecepatan ventricular pada pasien AF dan menjadi
pilihan terbaik bila pasiennya sedentary atau gagal jantung atau disfungsinya ventrikuler
kiri.
Dimungkinkan pula utk menggunakandigoksin kombinasi dengan b-bloker atau bloker
channel kalsium utk mengobati AF.
Efek inotropik positif digoksin ditimbulkan oleh ikatan pada adenosin trifosfatase yang
diaktivasi natrium dan kalium, yg dikenal sbg Na, K-ATPase atau pompa Natrium.
Inhibisi Na,K-ATPase yang diinduksi digoksin menurunkan transport Na keluar dari sel
miokardial dan meningkatkan konsentrasi Na intrasel sehingga membantu masuknya
Kalsium dan menurunkan eliminasi Kalsium via Na-Ca exchanger
Konsentrasi Terapeutik dan Toksik DGx
DGx mengikuti PK dua kompartemen bila diberikan secara oral atau IV
Fase distribusi yang panjang dan besar (8-12 jam)
Selama fase ditribusi, DGx di dalam serum tidak berada dalam
kesetimbangan dengan DGx dalam jaringan.
Jadi, konsentrasi DGx dalam serum sebaiknya TIDAK diukur hingga fase
distribusi selesai.
Setelah fase distribusi selesai, maka DGx di dalam serum berkesetimbangan
secara proporsional denan DGx dalam jaringan, sehingga konsentrasi DGx
dalam serum merefleksikan konsentrasi DGx dalam site of action nya.
Bila konsentrasi DGx di dalam serum sangat tinggi tetapi pasien
tidak menunjukkan gelaja overdosis, maka klinisi harus
mempertimbangkan kemungkinan bahwa sample darah yg
digunakan utk menentukan konsentrasi digoksin dalam serum
diperoleh pada saat fase distribusi masih berlangsung, itu terlalu
tinggi karena digoksin tidak memiliki kesempatan utk berdifusi keluar
dari darah ke dalam miokardium dan tidak merefleksikan konsentrasi
DGx dalam jaringan
PK-PD Digoksin
 Terdapat variasi inter dan intra-pasien dalam respons farmakodinamik
DGx
 Efek menguntungkan dari inotropik DGx terjadi pada konsentrasi steady
state = 0,5 - 1 ng/mL
 Peningkatan Css sekitar 1,2 - 1,5 : efek inotropiknya berkurang.
 Efek kronotropik terjadi pada Css = 0,8 - 1,5 ng/mL
 efek kronotropik tambahan dapat terjadi pada Css sebesar2nya 2 ng/mL
 ini menjadi dasar guideline awal, dan harus mendasarkan respons pasien
pada TDM DGx.
Efek samping
 Css > 2,5 ng/mL : Toksisitas DGx
 efek samping DGx terkait dengan : saluran GIT, sistem saraf pusat,
dan sistem kardiovaskuler.
 GIT : anoreksia, nausea, vomiting, diare, abdominal pain, kosntipasi
 SSP : sakit kepala, fatigue, insomnia, konfusion, vertigo.
o Gangguan visual (pandangan blur dan mengubah warna pandangan
disekitar obyek-spektrum kuning hingga hijau)
Harus ada perhatian lebih pada pasien yg mendapatkan glikosida jantung bila
efek2 tsb muncul
 Sistem Kardiovaskuler :
◦ blok atrioventrikuler tingkat 2 dan 3
◦ disosiasi atrioventrikuler
◦ bradikardia
◦ kontraksi ventrikuler prematur
◦ takhikardia ventrikuler
◦ aritmia jantung (karena keracunan DGx),tapi jarang.
utk antisipasi keracunan DGx : DIGIBIND (digoxin antigen binding fragments or
digoxin immune Fab)
PARAMETER PEMANTAUAN KLINIS
Pada pasien yang menerima digoxin untuk gagal jantung, tanda-tanda umum dan gejala CHF
harus dipantau secara rutin;
left-sided failure—
◦ dyspnea on exertion,
◦ paroxysmal nocturnal dyspnea,
◦ orthopnea,
◦ tachypnea,
◦ cough,
◦ hemoptysis,
◦ pulmonary rales/edema,
◦ S3 gallop, pleural effusion,
◦ Cheyne-Stokes respiration
right-sided failure—
◦ Abdominal pain,
◦ anorexia,
◦ nausea,
◦ bloating,
◦ constipation,
◦ ascites,
◦ peripheral edema,
◦ jugular venous distention,
◦ hepatojugular reflux,
◦ hepatomegaly
general symptoms—
o fatigue,
o weakness,
o nocturia,
o CNS symptoms,
o tachycardia,
o pallor,
o digital cyanosis,
o cardiomegaly
Klasifikasi untuk pasien gagal jantung diusulkan oleh New York Heart Association (NYHA)
Bila digunakan utk treatment AF, DGx tidak akan menghentikan Aritmia Atrial,
namun digunakan utk menurunkan atau mengontrol kecepaptan ventrikuler
pada nilai yang bisa diterima (biasanya < 100 bit/menit)
Elektrokardiogram digunakan utk mengontrol kcepatan atau pulsa ventrikular.
AF = 400-600 bit/menit
AF tidak bisa disembuhkan oleh Digoksin sendirian, tapi kombinasi dengan
antiaritmia spt flecainide, dofetilide, propafenone, amiodarone, or ibutilide. Juga
ditambah dengan Antikoagulan (warfarin).
Pasien-pasien dengan penyakit jantung yang parah seperti penyakit arteri
cornary (angina, myocardial infarction) dapat meningkatkan sensitivitas
farmakodinamik terhadap glikosida jantung, dan pasien-pasien yang menerima
obat-obat ini harus dimonitor secara ketat untuk efek-efek obat yang merugikan.
Respons farmakologi diperkuat dengan derivatif glikosida yg terjadi dengan
gangguan elektrolit seperti hipokalemia, hipomagnesimia, dan hipokalsemia
meskipun Css berada pada rentang terapeutik.
Perlu pemantauan konsentrasi terutama bila digunakan kombinasi 3 obat
bersama diuretik dan angiotensi 1 ACE, yg akan menyebabkan retensi Ka.
utk memjembatani respon klinik pasein, Css DGx pasca-distribusi (8-12 jam
setelah pemberian dosis) dapat diukur pada 3-5 x t ½ setelah dosis stabil
tercapai.
DGx terutama (75%) dieliminasi tanpa perubahan (bentuk utuh) melalui ginjal,
sehingga Cl lebih banyak dipengaruhi oleh fungsi renal
Once stable, therapeutic steady-state digoxin serum concentrations and dosage
levels have been established, serum creatinine measurements can be used to
detect changes in renal function which may result in digoxin clearance and
concentration alterations.
Hospitalizedpatients with severe or acute heart failure may need to have serum
creatinine determinations 2–3 times weekly to monitor renal function, while
ambulatory patients with stable heart failure may only need yearly serum
creatinine measurements.
BASIC CLINICAL PHARMACOKINETIC PARAMETERS
The primary route of digoxin elimination from the body is by the kidney via
glomerular filtration and active tubular secretion of unchanged drug (~75%).
The remainder of a digoxin dose (~25%) is removed by hepatic metabolism or
biliary excretion
The primary transporter involved in active tubular secretion and biliary excretion
is p-glycoprotein (PGP)
Enterohepatic recirculaton (reabsorption of drug from the gastrointestinal tract
after elimination in the bile) of digoxin occurs.
Digoxin is given as an intravenous injection or orally as a tablet, capsule, or elixir
Digoxin is given as an :
◦ intravenous injection or
◦ orally as a tablet, capsule, or elixir.
When given intravenously, doses should be infused over at least 5–10 minutes.
Average bioavailability constants (F) for the tablet, capsule, and elixir are 0.7,
0.9, and 0.8.
Digoxin is not usually administered intramuscularly due to erratic absorption and
severe pain at the injection site
Plasma protein binding is ~25% for digoxin
Usual digoxin doses
for adults are :
 250 μg/d (range: 125–500 μg/d) in patients with good renal
function (creatinine clearance ≥80 mL/min) and
 125 μg every 2–3 days in patients with renal dysfunction (creatinine
clearnace ≤15 mL/min).
EFFECTS OF DISEASE STATES AND CONDITIONS ON DIGOXIN
PHARMACOKINETICS AND DOSING
Orang dewasa dengan fungsi ginjal normal (kreatinin klirens ≥80 mL /
mnt, Tabel 6-2) memiliki waktu paruh digoxin rata-rata 36 jam
(kisaran: 24-48 jam) dan volume distribusi 7 L / kg (kisaran: 5 –9 L /
kg) . Volume distribusinya besar karena pengikatan jaringan yang luas
dari digoxin dalam tubuh.
FarmakokinetikDigoxin tidak dipengaruhi oleh obesitas (> 30% dari
berat badan ideal), sehingga perkiraan distribusi dan dosis harus
didasarkan pada berat badan ideal.
EFFECTS OF DISEASE STATES AND CONDITIONS ON DIGOXIN
PHARMACOKINETICS AND DOSING
Karena digoxin pada dasarnya dihilangkan oleh ginjal, disfungsi
ginjal adalah keadaan penyakit terpenting yang mempengaruhi
farmakokinetik digoxin.
Tingkat pembersihan digoxin menurun secara proporsional
dengan izin kreatinin, dan hubungan ini akan digunakan untuk
membantu dalam perhitungan dosis awal kemudian dalam bab
ini (Gambar 6-2).
Persamaan yang memperkirakan klirens (CL) digoxin dari Klirens
kreatinin CrCL) adalah:
CL = 1.303 (CrCL) + CLNR,
◦ CL = Klirens DGx (mL/min),
◦ CrCL = klirens kreatinin (mL/min)
◦ CLNR = klirens digoxin oleh rute elimnasi selain ginjal by = 40 mL/min pada
paisen yg tidak menderita HF ringan atau tidak ada HF (NYHA CHF class I atau
II, Table 6-1)
Digoxin volume of distribution, in addition to clearance, decreases with
declining renal function, dengan mekanisme yang belum difahami dg baik.
Mungkin karena lepasnya ikatan DGx di tempat jaringan akibat suatu zat yang
muncul karena disfungsi renal, sehingga DGx yang tadinya terikat di jaringan
menjadi tidak terikat.
Maka molekul bebas DGx lepas dari jaringan dan pindah menuju plasma
menyebabkan Vd turun (karena C dalam plasma meningkat)
Sesuai dengan formula ini : ↓V = Vb + (fb / ↑ft) Vt
◦ V is digoxin volume of distribution, Vb is blood volume, Vt is tissue volume, fb is the unbound
fraction of digoxin in the blood, and ft is the unbound fraction of digoxin in the tissues.
Persamaan utk mengestimasi Vd dari Cl
 V is digoxin volume of distribution in L/70 kg,
 Wt is body weight in kilogram (use ideal body weight if >30% overweight) and
 CrCl is creatinine clearance in mL/min.
Because digoxin volume of distribution and clearance decrease simultaneously in
patients with renal failure, the average half-life for digoxin of 5 days is shorter than
what might be expected if clearance alone decreased
[t ½ = (0.693 ⋅ Vd) / Cl].
Digoksin tidak secara signifikan dieliminasi dengan hemodialisis atau dialisis
peritoneal. Hemofiltrasi menghilangkan digoxin dengan koefisien sieving 0,7.
Dalam banyak kasus, jumlah yang cukup dari digoxin tidak akan dibuang untuk
menjamin peningkatan dosis pemeliharaan.
Namun, karena variabilitas farmakokinetik, beberapa pasien mungkin
memerlukan dosis booster berkala untuk meningkatkan konsentrasi digoxin
Gagal jantung menurunkan curah jantung yang pada gilirannya menurunkan
aliran darah hati. Aliran darah hati merupakan faktor penting dalam penentuan
klirens hati untuk obat karena merupakan kendaraan yang menghantarkan
molekul obat ke hati untuk dieliminasi
Moderate-severe heart failure (NYHA CHF class III or IV, Table 6-1) decreases the
hepatic clearance of digoxin by this mechanism.
When estimating digoxin clearance for the purpose of computing initial drug
doses, it is necessary to decrease the nonrenal clearance (ClNR) factor to 20
mL/min in the equation to compansate for decreased hepatic clearance:
Cl = 1.303 (CrCl) + 20,
◦ where Cl is digoxin clearance in mL/min,
◦ CrCl is creatinine clearance in mL/min, and
◦ 20 is digoxin nonrenal clearance ClNR in mL/min.
Homone tiroid mengatur laju metabolisme basal, dan status tiroid akan
memengaruhi setiap sistem organ utama dalam tubuh termasuk jantung (detak
jantung dan curah jantung), hati (aliran darah hati, dan fungsi enzim pemroses
metabolisme mikrosomal), dan ginjal (aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus).
Pasien yang hipotiroid akan memiliki tingkat metabolisme yang lebih lambat
dan mengeliminasi digoxin lebih lambat daripada pasien euthryoid (t ½ = 48
jam dengan fungsi ginjal normal).
Pasien hipertiroid memiliki tingkat metabolisme yang lebih cepat dan
mengeliminasi digoksin lebih cepat daripada pasien eutiroid (t½ = 24 jam
dengan fungsi ginjal normal).
Pasien hipertiroid dapat memiliki fibrilasi atrium yang dapat diobati dengan
digoxin.
Secara umum, pasien-pasien ini memerlukan dosis digoxin yang lebih tinggi
untuk mengontrol laju ventrikel karena peningkatan pembersihan digoxin.
Pada Pediatrik/anak-anak
Similar to other drugs, digoxin clearance is lower in neonates and premature infants
because renal and hepatic function are not completely developed.
Premature infants and neonates have average digoxin half-lives equal to 60 hours and
45 hours, respectively.
In older babies and young children (6 months to 8 years old) renal and hepatic function
are fully developed and half-lives can be as short as 18 hours.
Older children (≥12 years old) have mean digoxin half-lives (t ½ = 36 hours) that are
similar to those found in adults.
Also, volume of distribution is larger in infants and children compared to adults as is
found with many other drugs.
Pediatric loading and maintenance doses are given in Table 6-3.
Malabsorption of oral digoxin has been reported in patients with :
◦ severe diarrhea,
◦ radiation treatments to the abdomen and
◦ gastrointestinal hypermotility.
In these cases, steady-state digoxin serum concentrations decrease
due to poor bioavailability of the drug.
DRUG INTERACTIONS
 Inhibition of P-glycoprotein, a drug efflux pump which is found in the kidney, liver, and
intestine, appears to be involved in the majority of digoxin interactions.
 Quinidine decreases both the renal and nonrenal clearance of digoxin and also decreases the
volume of distribution of digoxin
 Quinidin menginhibisi Pg-p, sehingga Cav(ss) dari DGx meningkat sekitar 30-70%.
 Verapamil, diltiazem, and bepridil inhibit digoxin clearance and increase mean digoxin steady-
state concentrations by various degrees.
 Of these calcium channel blockers, verapamil is the most potent inhibitor of digoxin clearance,
and increases digoxin steady state serum concentrations up to 70%.
 Diltiazem and bepridil therapy each increase average digoxin steady-state serum
concentrations by about 30%.
Amiodarone and propafenone are antiarrhythmic agents that decrease digoxin
clearance.
Amiodarone also simultaneously increases digoxin oral bioavailability, and it is
likely that P-glycoprotein inhibition is involved in the drug interaction between
these two drugs. Css DGx meningkat 2-3 kali akibat terapi bersamaan dengan
amiodaron.
Because amiodarone has a very long half-life (~50 hours), the onset of the drug
interaction with digoxin can be very long. As serum concentrations of
aminodarone slowly increase and approach steady-state values, digoxin
clearance and bioavailability are simultaneously slowly changing. The incidious
nature of the amiodarone-digoxin drug interaction can make it difficult to detect
in patients.
Propafenonetherapy increases mean digoxin steady-state
concentrations by 30–60% in a dose-dependent fashion with :
◦ propafenone doses of 450 mg/d causing digoxin concentration
changes in the lower end of the range (C min ss) and
◦ propafenone doses of 900 mg/d causing digoxin concentration
changes in the upper end of the range (C max ss).
Cyclosporine therapy has been reported to increase average steady-
state digoxin concentrations up to 50%.67 P-glycoprotein inhibition
by cyclosporine is the primary mechanism for this drug interaction
About 10% of patients receiving digoxin therapy have significant amounts of
Eubacterium letum in their gastrointestinal tract that metabolizes orally
administered digoxin before it can be absorbed.
Erythromycin, clarithromycin, and tetracycline are antibiotics that can kill this
bacteria. Digoxin steady-state serum concentrations increase an average of 30%
in these select patients when one of these three antibiotics have been
prescribed.
P-glycoprotein inhibition may be one of the mechanisms involved with this
interaction involving macrolide antibiotics
 Aluminum-containing antacids and kaolin-pectin physically adsorb digoxin
rending it unabsorbable.
 These compounds should be administered no closer than 2 hours to an oral
digoxin dose.
 Similarly, cholestyramine also reduces digoxin oral bioavailability by binding it
in the gastrointestinal tract and should be given no closer than 8 hours to a
digoxin oral dose.
 Sulfasalazine and neomycin each decrease digoxin oral bioavailability by
unknown mechanisms
Propantheline increases oral digoxin bioavailability by prolonging
gastrointestinal transit time,
metoclopramide and cisapride decreases oral digoxin bioavailability by
decreasing gastrointestinal transit time
Metoda PENENTUAN DOSIS AWAL DGx
Metode Pendosisan secara Farmakokinetik
◦ Fleksibel
◦ Mudah utk mengindividualisasikan Konsentrasi target bagi pasien
◦ Setiap Parameter PK dapat disesuaikan dengan kondisi dan keadaan penyakit pasien
◦ Namun, Perhitungannya cukup banyak
Jelliffe method
◦ Mirip metode PK, tapi target total body store (μg/kg) disesuaikan dengan kondisi dan keadaan
penyakit yang spesifik dari pasien
◦ Perhitungannya juga intens
◦ Terdapat nomogram yg telah disederhanakan asumsinya (ada 3 tabel)
PHARMACOKINETIC DOSING METHOD
Tujuan :
Menghitung dosis terbaik berdasarkan kondisi dan keadaan pasien yg
berpengaruh kpd parameter PK dan keadaan penyakit jantung yang sedang
diobati.
Cara :
PK parameter akan diestimasi sesuai kondisi dan keadaan penyakit pasien
(metode Jusko-Koup)
1. estimasikan CL
2. estimasikan Vd
3. Pilih model dan persamaan PK yang cocok
4. Pilih Css
Memperkirakan Cl
DGx terutama dieliminasi secara utuh ke dalam urin
ada hubungan yang baik atr Cl kreatinin dan Cldigoksin,
Shg bisa mengestimasi Cl Dgx utk pasien,
yg dapat digunakan utk menghitung dosis awal dari glikosida jantung.
◦ Cl is digoxin clearance in mL/min,
◦ CrCl is creatinine clearance in mL/min, and
◦ ClNR is digoxin clearance by non renal routes of elimination which equals 40
mL/min in patients with no or mild heart failure (NYHA CHF class I or II, Table
6-1)
Cl = 1,303(CrCl) + ClNR
Patients with moderate or severe heart failure (NYHA CHF classes III or IV) have significant
decreases in cardiac output which leads to a reduction in liver blood flow and digoxin hepatic
clearance.
digoxin nonrenal clearance = 20 mL/min
Pasien : HF Tidak ada atau ringan
CL kreatini (CRCL) = 10 ml/menit
Maka Cl DGx :
Cl = 1,303(CrCl) + ClNR
= 1,303(10) + 40
= 53,03 ml/min
CONTOH :
Pasien : HF moderat - parah
CL kreatini (CRCL) = 10 ml/menit
Maka Cl DGx :
Cl = 1,303(CrCl) + ClNR
= 1,303(10) + 20
= 33,03 ml/min
Memperkirakan Vd
o Vd normal = 7L/kg (tanpa kondisi dan keadaan penyakit)
o Obesitas tidak mengubah Vd DGx, maka utk Pasien Obese (> 30% diatas berat
badan ideal), faktor bobot badan yang digunakan adalah bobot badan ideal
pasien tsb.
o Utk pasien (70 kg) dg fungsi ginjal bagus, maka Vd estimasi adalah 490 L (=7
L/kg x70 kg)
o Utk pasien yang BB nya dibawah BB ideal, maka faktor bobot yg digunakan
adalah bobot badan aktualnya.
o Utk pasien yg BB nya berada diantara BB ideal dan 30% diatas BB Ideal, maka
Vd dihitung dari BB badan aktualnya, meskipun bbrp klinisi lebih suka
menggunakan BB ideal.
Estimasi Vd utk yang gangguan ginjal
(CrCl ≤ 30ml/menit)
Maka Vd dihitung berdasarkan CrCl dengan rumus :
For example, a 70-kg patient with significant renal dysfunction (CrCl = 10 mL/min) is to receive a
loading dose of digoxin and an estimate of digoxin volume of distribution is needed. The
estimated volume of distribution for this patient would be 302 L
In patients who are more than 30% above their ideal body weight, volume of distribution (V)
estimates should be based on ideal body weight, so the weight factor used in the equation would be
IBW.
Memilih model dan persamaan PK yang cocok
DGx mengikuti model PK 2 kompartemen (IV or oral)
Fase distribusi (α) berlangsung lama (8-12 jam)
Setelah selesai fase α, konsentrasi Dgx menurun secara pelan dan masuk ke fase β sesuai
dengan keadaan ginjal. T ½ sangat lama (normal = 36 jam; ESRD = 5 hari)
Rumus menghitung dosis :
Css = [F(D/τ)] / Cl atau D/τ = (Css ⋅ Cl) / F
◦ F is the bioavailability fraction for the oral dosage form (F = 1 for intravenous digoxin),
◦ D is the digoxin dose in μg,
◦ τ is the dosage interval in days, and
◦ Cl is digoxin clearance in L/d
LOADING DOSE :
LD = (Css ⋅ V) / F
When digoxin loading doses are administered, they are usually given in divided
doses separated by 4–6 hours (50% of dose at first, followed by two additional
doses of 25%).
A portion of the loading dose can be withheld if the patient is experiencing any
digoxin adverse effects such as a low pulse rate.
This technique is used to allow the assessment of clinical response before
additional digoxin is given in order to avoid accidental over dosage.
STEADY-STATE CONCENTRATION SELECTION
(Pemilihan Css)
• Css dipilih berdasarkan penyakit kardiovaskuler yang diderita
• Secara umum, Css HF efektif = 0,5-1 ng/mL
• Utk tujuan dosis awal : Css di set pada 0,8 ng/mL (cukup baik).
• Utk pasien AF (atrial fibrillation), Css = 0.8–1.5 ng/mL, diperlukan utk
mengontrol kecepatan ventrikular pada 100 beats/min atau kurang (biasanya
Css diset pada 1,2 ng/mL)
KASUS 1
MJ adalah seorang pasien AF laki-laki berumur 50 th, BB= 70kg dengan fibrilasi
atrium kurang dari 24 jam. Kreatinin serumnya saat ini adalah 0,9 mg / dL, dan
telah stabil selama 5 hari terakhir sejak masuk. Hitung dosis digoxin intravena
untuk pasien ini untuk mengontrol laju ventrikel
Estimasi CL kreatinin :
Cockcroft-Gault equation ;
Estimasi Nilai CL DGx :
Cl = 1.303 (CrCl) + ClNR = 1.303(97 mL/min) + 40 mL/min = 167 mL/min
Hitung Dosis
Loading Dose (bila diperlukan)
Ketika dosis pemuatan digoxin diberikan, mereka biasanya diberikan dalam dosis
terbagi yang dipisahkan oleh 4-6 jam (50% dari dosis pada awalnya, diikuti oleh
dua dosis tambahan 25%).
Dalam hal ini, dosis intravena awal 250 mg akan diberikan pada awalnya, diikuti
oleh dua dosis intravena tambahan masing-masing 125 mg.
Salah satu dosis pemuatan dapat ditahan jika denyut nadi kurang dari 50-60
denyut per menit atau efek samping digoxin yang tidak diinginkan dicatat.

More Related Content

What's hot

9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx
adaptifakhlak
 
Biofarmasetika i
Biofarmasetika iBiofarmasetika i
Biofarmasetika i
husnul khotimah
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamolYudia Susilowati
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
Indra Gunawan
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Surya Amal
 
Farmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik CarbamazepinFarmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik Carbamazepin
Taofik Rusdiana
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
Surya Amal
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
Surya Amal
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
sisabihi
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULITBIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
Surya Amal
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
'ekka' Siie Ceweggh Cancerr
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Surya Amal
 
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASPENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
Taofik Rusdiana
 
Penggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latinPenggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latin
'whuland' Cyankimhankcha
 
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
Eka Selvina
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Taofik Rusdiana
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
Ilma Nurhidayati
 

What's hot (20)

9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx
 
Biofarmasetika i
Biofarmasetika iBiofarmasetika i
Biofarmasetika i
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamol
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
 
Farmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik CarbamazepinFarmakokinetik Klinik Carbamazepin
Farmakokinetik Klinik Carbamazepin
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULITBIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
 
Mikromeritik
Mikromeritik Mikromeritik
Mikromeritik
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
 
Metode soap
Metode soapMetode soap
Metode soap
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASPENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITAS
 
Penggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latinPenggunaan bahasa latin
Penggunaan bahasa latin
 
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 

Similar to Farmakokinetik Klinik Digoxin

14. FARMAKOKINETIKA DIGOKSIN.pdf
14. FARMAKOKINETIKA DIGOKSIN.pdf14. FARMAKOKINETIKA DIGOKSIN.pdf
14. FARMAKOKINETIKA DIGOKSIN.pdf
deskazelzuela
 
Penyakit Jantung Iskemik dan Angina.pptx
Penyakit Jantung Iskemik dan Angina.pptxPenyakit Jantung Iskemik dan Angina.pptx
Penyakit Jantung Iskemik dan Angina.pptx
azimahakim1
 
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart FailureStudi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
Nesha Mutiara
 
Konsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
Konsiderasi Perioperatif Diabetes MellitusKonsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
Konsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
TezarAndrean1
 
Kasus 2 hiperglikemia ec dm2, dispnea susp broncopneumonia dd tb, arf, anorex...
Kasus 2 hiperglikemia ec dm2, dispnea susp broncopneumonia dd tb, arf, anorex...Kasus 2 hiperglikemia ec dm2, dispnea susp broncopneumonia dd tb, arf, anorex...
Kasus 2 hiperglikemia ec dm2, dispnea susp broncopneumonia dd tb, arf, anorex...
Gilang Rizki
 
Farmakologi .pptx
Farmakologi .pptxFarmakologi .pptx
Farmakologi .pptx
TriyaMustika
 
Obat gagal jantung
Obat gagal jantungObat gagal jantung
Obat gagal jantung
aufia w
 
120-Article Text-190-2-10-20200402.pdf
120-Article Text-190-2-10-20200402.pdf120-Article Text-190-2-10-20200402.pdf
120-Article Text-190-2-10-20200402.pdf
iwdwsiwmedikal
 
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptxPeran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
sonaandrian1
 
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptxPeran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
sonaandrian1
 
Hypertensionhosppharm
HypertensionhosppharmHypertensionhosppharm
Hypertensionhosppharm
Diana Fernandez
 
Farmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensiFarmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensi
Fuadrizalfauzi
 
Gout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptxGout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptx
Rosyid Ridho
 
Diabetes skpa 6
Diabetes skpa 6Diabetes skpa 6
Diabetes skpa 6
Zulpakor Oktoba Tarmidzi
 
Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-
pjj_kemenkes
 
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping ObatJenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
pjj_kemenkes
 
Pertimbangan anestesi pada pasien diabetes mellitus (1) (2).pptx
Pertimbangan anestesi pada pasien diabetes mellitus (1) (2).pptxPertimbangan anestesi pada pasien diabetes mellitus (1) (2).pptx
Pertimbangan anestesi pada pasien diabetes mellitus (1) (2).pptx
TaraManurung
 
AH 2.docx
AH 2.docxAH 2.docx
AH 2.docx
dodyprasetia2
 
AH 2.docx
AH 2.docxAH 2.docx
AH 2.docx
dodyprasetia2
 
Farkot Terapan B_Kelompok 3_Studi Kasus Gangguan Koagulasi.pptx
Farkot Terapan B_Kelompok 3_Studi Kasus Gangguan Koagulasi.pptxFarkot Terapan B_Kelompok 3_Studi Kasus Gangguan Koagulasi.pptx
Farkot Terapan B_Kelompok 3_Studi Kasus Gangguan Koagulasi.pptx
NadyaRahmawatiPutri
 

Similar to Farmakokinetik Klinik Digoxin (20)

14. FARMAKOKINETIKA DIGOKSIN.pdf
14. FARMAKOKINETIKA DIGOKSIN.pdf14. FARMAKOKINETIKA DIGOKSIN.pdf
14. FARMAKOKINETIKA DIGOKSIN.pdf
 
Penyakit Jantung Iskemik dan Angina.pptx
Penyakit Jantung Iskemik dan Angina.pptxPenyakit Jantung Iskemik dan Angina.pptx
Penyakit Jantung Iskemik dan Angina.pptx
 
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart FailureStudi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
 
Konsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
Konsiderasi Perioperatif Diabetes MellitusKonsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
Konsiderasi Perioperatif Diabetes Mellitus
 
Kasus 2 hiperglikemia ec dm2, dispnea susp broncopneumonia dd tb, arf, anorex...
Kasus 2 hiperglikemia ec dm2, dispnea susp broncopneumonia dd tb, arf, anorex...Kasus 2 hiperglikemia ec dm2, dispnea susp broncopneumonia dd tb, arf, anorex...
Kasus 2 hiperglikemia ec dm2, dispnea susp broncopneumonia dd tb, arf, anorex...
 
Farmakologi .pptx
Farmakologi .pptxFarmakologi .pptx
Farmakologi .pptx
 
Obat gagal jantung
Obat gagal jantungObat gagal jantung
Obat gagal jantung
 
120-Article Text-190-2-10-20200402.pdf
120-Article Text-190-2-10-20200402.pdf120-Article Text-190-2-10-20200402.pdf
120-Article Text-190-2-10-20200402.pdf
 
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptxPeran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
 
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptxPeran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
Peran SGLT2 Inhibitor sebagai proteksi Ginjal dan jantung.pptx
 
Hypertensionhosppharm
HypertensionhosppharmHypertensionhosppharm
Hypertensionhosppharm
 
Farmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensiFarmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensi
 
Gout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptxGout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptx
 
Diabetes skpa 6
Diabetes skpa 6Diabetes skpa 6
Diabetes skpa 6
 
Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-
 
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping ObatJenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
 
Pertimbangan anestesi pada pasien diabetes mellitus (1) (2).pptx
Pertimbangan anestesi pada pasien diabetes mellitus (1) (2).pptxPertimbangan anestesi pada pasien diabetes mellitus (1) (2).pptx
Pertimbangan anestesi pada pasien diabetes mellitus (1) (2).pptx
 
AH 2.docx
AH 2.docxAH 2.docx
AH 2.docx
 
AH 2.docx
AH 2.docxAH 2.docx
AH 2.docx
 
Farkot Terapan B_Kelompok 3_Studi Kasus Gangguan Koagulasi.pptx
Farkot Terapan B_Kelompok 3_Studi Kasus Gangguan Koagulasi.pptxFarkot Terapan B_Kelompok 3_Studi Kasus Gangguan Koagulasi.pptx
Farkot Terapan B_Kelompok 3_Studi Kasus Gangguan Koagulasi.pptx
 

More from Taofik Rusdiana

FARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIERFARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIER
Taofik Rusdiana
 
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Taofik Rusdiana
 
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPANPengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Taofik Rusdiana
 
Konversi dosis
Konversi dosisKonversi dosis
Konversi dosis
Taofik Rusdiana
 
Pengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDMPengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDM
Taofik Rusdiana
 
Kuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok KeimananKuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Taofik Rusdiana
 
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai   ppt - untuk mahasiswa newSilabus pai   ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa new
Taofik Rusdiana
 

More from Taofik Rusdiana (8)

FARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIERFARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIER
 
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
 
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPANPengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
Pengantar BIOFARMASETIK TERAPAN
 
Konversi dosis
Konversi dosisKonversi dosis
Konversi dosis
 
Pengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDMPengantar farmakokinetika klinik-TDM
Pengantar farmakokinetika klinik-TDM
 
Kuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok KeimananKuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
Kuliah 2 - Pokok-pokok Keimanan
 
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai   ppt - untuk mahasiswa newSilabus pai   ppt - untuk mahasiswa new
Silabus pai ppt - untuk mahasiswa new
 
Yes i can
Yes i canYes i can
Yes i can
 

Recently uploaded

Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 

Recently uploaded (20)

Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 

Farmakokinetik Klinik Digoxin

  • 1. Farmakokinetik klinik DIGOKSIN TAOFIK RUSDIANA,PHD., APT. DRUG DELIVERY AND DISPOSITION, DEPT. OF PHARMACEUTIC,FF-UNPAD
  • 2. Pendahuluan Digoksin (DGx)  Merupakan glikosida jantung yang utama dalam penggunaan klinis  Utk treatment CHF (Congestive heart failure) karena adanya efek inotropik pada miokardium  Utk pengobatan AF (Atrial Fibrilation) karena danya efek konotropik pada sistem elektofisiologi jantung  Digunakan juga utk gagal jantung akut dan parah bila zat inotropik ringan atau oral diperlukan
  • 3. Digoksin tetap diberikan utk kontrol kecepatan ventricular pada pasien AF dan menjadi pilihan terbaik bila pasiennya sedentary atau gagal jantung atau disfungsinya ventrikuler kiri. Dimungkinkan pula utk menggunakandigoksin kombinasi dengan b-bloker atau bloker channel kalsium utk mengobati AF. Efek inotropik positif digoksin ditimbulkan oleh ikatan pada adenosin trifosfatase yang diaktivasi natrium dan kalium, yg dikenal sbg Na, K-ATPase atau pompa Natrium. Inhibisi Na,K-ATPase yang diinduksi digoksin menurunkan transport Na keluar dari sel miokardial dan meningkatkan konsentrasi Na intrasel sehingga membantu masuknya Kalsium dan menurunkan eliminasi Kalsium via Na-Ca exchanger
  • 4. Konsentrasi Terapeutik dan Toksik DGx DGx mengikuti PK dua kompartemen bila diberikan secara oral atau IV Fase distribusi yang panjang dan besar (8-12 jam) Selama fase ditribusi, DGx di dalam serum tidak berada dalam kesetimbangan dengan DGx dalam jaringan. Jadi, konsentrasi DGx dalam serum sebaiknya TIDAK diukur hingga fase distribusi selesai. Setelah fase distribusi selesai, maka DGx di dalam serum berkesetimbangan secara proporsional denan DGx dalam jaringan, sehingga konsentrasi DGx dalam serum merefleksikan konsentrasi DGx dalam site of action nya.
  • 5.
  • 6. Bila konsentrasi DGx di dalam serum sangat tinggi tetapi pasien tidak menunjukkan gelaja overdosis, maka klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa sample darah yg digunakan utk menentukan konsentrasi digoksin dalam serum diperoleh pada saat fase distribusi masih berlangsung, itu terlalu tinggi karena digoksin tidak memiliki kesempatan utk berdifusi keluar dari darah ke dalam miokardium dan tidak merefleksikan konsentrasi DGx dalam jaringan
  • 7. PK-PD Digoksin  Terdapat variasi inter dan intra-pasien dalam respons farmakodinamik DGx  Efek menguntungkan dari inotropik DGx terjadi pada konsentrasi steady state = 0,5 - 1 ng/mL  Peningkatan Css sekitar 1,2 - 1,5 : efek inotropiknya berkurang.  Efek kronotropik terjadi pada Css = 0,8 - 1,5 ng/mL  efek kronotropik tambahan dapat terjadi pada Css sebesar2nya 2 ng/mL  ini menjadi dasar guideline awal, dan harus mendasarkan respons pasien pada TDM DGx.
  • 8. Efek samping  Css > 2,5 ng/mL : Toksisitas DGx  efek samping DGx terkait dengan : saluran GIT, sistem saraf pusat, dan sistem kardiovaskuler.  GIT : anoreksia, nausea, vomiting, diare, abdominal pain, kosntipasi  SSP : sakit kepala, fatigue, insomnia, konfusion, vertigo. o Gangguan visual (pandangan blur dan mengubah warna pandangan disekitar obyek-spektrum kuning hingga hijau) Harus ada perhatian lebih pada pasien yg mendapatkan glikosida jantung bila efek2 tsb muncul
  • 9.  Sistem Kardiovaskuler : ◦ blok atrioventrikuler tingkat 2 dan 3 ◦ disosiasi atrioventrikuler ◦ bradikardia ◦ kontraksi ventrikuler prematur ◦ takhikardia ventrikuler ◦ aritmia jantung (karena keracunan DGx),tapi jarang. utk antisipasi keracunan DGx : DIGIBIND (digoxin antigen binding fragments or digoxin immune Fab)
  • 10. PARAMETER PEMANTAUAN KLINIS Pada pasien yang menerima digoxin untuk gagal jantung, tanda-tanda umum dan gejala CHF harus dipantau secara rutin; left-sided failure— ◦ dyspnea on exertion, ◦ paroxysmal nocturnal dyspnea, ◦ orthopnea, ◦ tachypnea, ◦ cough, ◦ hemoptysis, ◦ pulmonary rales/edema, ◦ S3 gallop, pleural effusion, ◦ Cheyne-Stokes respiration
  • 11. right-sided failure— ◦ Abdominal pain, ◦ anorexia, ◦ nausea, ◦ bloating, ◦ constipation, ◦ ascites, ◦ peripheral edema, ◦ jugular venous distention, ◦ hepatojugular reflux, ◦ hepatomegaly
  • 12. general symptoms— o fatigue, o weakness, o nocturia, o CNS symptoms, o tachycardia, o pallor, o digital cyanosis, o cardiomegaly
  • 13. Klasifikasi untuk pasien gagal jantung diusulkan oleh New York Heart Association (NYHA)
  • 14. Bila digunakan utk treatment AF, DGx tidak akan menghentikan Aritmia Atrial, namun digunakan utk menurunkan atau mengontrol kecepaptan ventrikuler pada nilai yang bisa diterima (biasanya < 100 bit/menit) Elektrokardiogram digunakan utk mengontrol kcepatan atau pulsa ventrikular. AF = 400-600 bit/menit AF tidak bisa disembuhkan oleh Digoksin sendirian, tapi kombinasi dengan antiaritmia spt flecainide, dofetilide, propafenone, amiodarone, or ibutilide. Juga ditambah dengan Antikoagulan (warfarin).
  • 15. Pasien-pasien dengan penyakit jantung yang parah seperti penyakit arteri cornary (angina, myocardial infarction) dapat meningkatkan sensitivitas farmakodinamik terhadap glikosida jantung, dan pasien-pasien yang menerima obat-obat ini harus dimonitor secara ketat untuk efek-efek obat yang merugikan. Respons farmakologi diperkuat dengan derivatif glikosida yg terjadi dengan gangguan elektrolit seperti hipokalemia, hipomagnesimia, dan hipokalsemia meskipun Css berada pada rentang terapeutik.
  • 16. Perlu pemantauan konsentrasi terutama bila digunakan kombinasi 3 obat bersama diuretik dan angiotensi 1 ACE, yg akan menyebabkan retensi Ka. utk memjembatani respon klinik pasein, Css DGx pasca-distribusi (8-12 jam setelah pemberian dosis) dapat diukur pada 3-5 x t ½ setelah dosis stabil tercapai.
  • 17. DGx terutama (75%) dieliminasi tanpa perubahan (bentuk utuh) melalui ginjal, sehingga Cl lebih banyak dipengaruhi oleh fungsi renal Once stable, therapeutic steady-state digoxin serum concentrations and dosage levels have been established, serum creatinine measurements can be used to detect changes in renal function which may result in digoxin clearance and concentration alterations. Hospitalizedpatients with severe or acute heart failure may need to have serum creatinine determinations 2–3 times weekly to monitor renal function, while ambulatory patients with stable heart failure may only need yearly serum creatinine measurements.
  • 18. BASIC CLINICAL PHARMACOKINETIC PARAMETERS The primary route of digoxin elimination from the body is by the kidney via glomerular filtration and active tubular secretion of unchanged drug (~75%). The remainder of a digoxin dose (~25%) is removed by hepatic metabolism or biliary excretion The primary transporter involved in active tubular secretion and biliary excretion is p-glycoprotein (PGP) Enterohepatic recirculaton (reabsorption of drug from the gastrointestinal tract after elimination in the bile) of digoxin occurs. Digoxin is given as an intravenous injection or orally as a tablet, capsule, or elixir
  • 19. Digoxin is given as an : ◦ intravenous injection or ◦ orally as a tablet, capsule, or elixir. When given intravenously, doses should be infused over at least 5–10 minutes. Average bioavailability constants (F) for the tablet, capsule, and elixir are 0.7, 0.9, and 0.8. Digoxin is not usually administered intramuscularly due to erratic absorption and severe pain at the injection site Plasma protein binding is ~25% for digoxin
  • 20. Usual digoxin doses for adults are :  250 μg/d (range: 125–500 μg/d) in patients with good renal function (creatinine clearance ≥80 mL/min) and  125 μg every 2–3 days in patients with renal dysfunction (creatinine clearnace ≤15 mL/min).
  • 21. EFFECTS OF DISEASE STATES AND CONDITIONS ON DIGOXIN PHARMACOKINETICS AND DOSING Orang dewasa dengan fungsi ginjal normal (kreatinin klirens ≥80 mL / mnt, Tabel 6-2) memiliki waktu paruh digoxin rata-rata 36 jam (kisaran: 24-48 jam) dan volume distribusi 7 L / kg (kisaran: 5 –9 L / kg) . Volume distribusinya besar karena pengikatan jaringan yang luas dari digoxin dalam tubuh. FarmakokinetikDigoxin tidak dipengaruhi oleh obesitas (> 30% dari berat badan ideal), sehingga perkiraan distribusi dan dosis harus didasarkan pada berat badan ideal.
  • 22. EFFECTS OF DISEASE STATES AND CONDITIONS ON DIGOXIN PHARMACOKINETICS AND DOSING Karena digoxin pada dasarnya dihilangkan oleh ginjal, disfungsi ginjal adalah keadaan penyakit terpenting yang mempengaruhi farmakokinetik digoxin. Tingkat pembersihan digoxin menurun secara proporsional dengan izin kreatinin, dan hubungan ini akan digunakan untuk membantu dalam perhitungan dosis awal kemudian dalam bab ini (Gambar 6-2).
  • 23.
  • 24.
  • 25.
  • 26. Persamaan yang memperkirakan klirens (CL) digoxin dari Klirens kreatinin CrCL) adalah: CL = 1.303 (CrCL) + CLNR, ◦ CL = Klirens DGx (mL/min), ◦ CrCL = klirens kreatinin (mL/min) ◦ CLNR = klirens digoxin oleh rute elimnasi selain ginjal by = 40 mL/min pada paisen yg tidak menderita HF ringan atau tidak ada HF (NYHA CHF class I atau II, Table 6-1)
  • 27. Digoxin volume of distribution, in addition to clearance, decreases with declining renal function, dengan mekanisme yang belum difahami dg baik. Mungkin karena lepasnya ikatan DGx di tempat jaringan akibat suatu zat yang muncul karena disfungsi renal, sehingga DGx yang tadinya terikat di jaringan menjadi tidak terikat. Maka molekul bebas DGx lepas dari jaringan dan pindah menuju plasma menyebabkan Vd turun (karena C dalam plasma meningkat) Sesuai dengan formula ini : ↓V = Vb + (fb / ↑ft) Vt ◦ V is digoxin volume of distribution, Vb is blood volume, Vt is tissue volume, fb is the unbound fraction of digoxin in the blood, and ft is the unbound fraction of digoxin in the tissues.
  • 28. Persamaan utk mengestimasi Vd dari Cl  V is digoxin volume of distribution in L/70 kg,  Wt is body weight in kilogram (use ideal body weight if >30% overweight) and  CrCl is creatinine clearance in mL/min. Because digoxin volume of distribution and clearance decrease simultaneously in patients with renal failure, the average half-life for digoxin of 5 days is shorter than what might be expected if clearance alone decreased [t ½ = (0.693 ⋅ Vd) / Cl].
  • 29. Digoksin tidak secara signifikan dieliminasi dengan hemodialisis atau dialisis peritoneal. Hemofiltrasi menghilangkan digoxin dengan koefisien sieving 0,7. Dalam banyak kasus, jumlah yang cukup dari digoxin tidak akan dibuang untuk menjamin peningkatan dosis pemeliharaan. Namun, karena variabilitas farmakokinetik, beberapa pasien mungkin memerlukan dosis booster berkala untuk meningkatkan konsentrasi digoxin Gagal jantung menurunkan curah jantung yang pada gilirannya menurunkan aliran darah hati. Aliran darah hati merupakan faktor penting dalam penentuan klirens hati untuk obat karena merupakan kendaraan yang menghantarkan molekul obat ke hati untuk dieliminasi
  • 30. Moderate-severe heart failure (NYHA CHF class III or IV, Table 6-1) decreases the hepatic clearance of digoxin by this mechanism. When estimating digoxin clearance for the purpose of computing initial drug doses, it is necessary to decrease the nonrenal clearance (ClNR) factor to 20 mL/min in the equation to compansate for decreased hepatic clearance: Cl = 1.303 (CrCl) + 20, ◦ where Cl is digoxin clearance in mL/min, ◦ CrCl is creatinine clearance in mL/min, and ◦ 20 is digoxin nonrenal clearance ClNR in mL/min.
  • 31. Homone tiroid mengatur laju metabolisme basal, dan status tiroid akan memengaruhi setiap sistem organ utama dalam tubuh termasuk jantung (detak jantung dan curah jantung), hati (aliran darah hati, dan fungsi enzim pemroses metabolisme mikrosomal), dan ginjal (aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus). Pasien yang hipotiroid akan memiliki tingkat metabolisme yang lebih lambat dan mengeliminasi digoxin lebih lambat daripada pasien euthryoid (t ½ = 48 jam dengan fungsi ginjal normal). Pasien hipertiroid memiliki tingkat metabolisme yang lebih cepat dan mengeliminasi digoksin lebih cepat daripada pasien eutiroid (t½ = 24 jam dengan fungsi ginjal normal). Pasien hipertiroid dapat memiliki fibrilasi atrium yang dapat diobati dengan digoxin. Secara umum, pasien-pasien ini memerlukan dosis digoxin yang lebih tinggi untuk mengontrol laju ventrikel karena peningkatan pembersihan digoxin.
  • 32. Pada Pediatrik/anak-anak Similar to other drugs, digoxin clearance is lower in neonates and premature infants because renal and hepatic function are not completely developed. Premature infants and neonates have average digoxin half-lives equal to 60 hours and 45 hours, respectively. In older babies and young children (6 months to 8 years old) renal and hepatic function are fully developed and half-lives can be as short as 18 hours. Older children (≥12 years old) have mean digoxin half-lives (t ½ = 36 hours) that are similar to those found in adults. Also, volume of distribution is larger in infants and children compared to adults as is found with many other drugs. Pediatric loading and maintenance doses are given in Table 6-3.
  • 33.
  • 34. Malabsorption of oral digoxin has been reported in patients with : ◦ severe diarrhea, ◦ radiation treatments to the abdomen and ◦ gastrointestinal hypermotility. In these cases, steady-state digoxin serum concentrations decrease due to poor bioavailability of the drug.
  • 35. DRUG INTERACTIONS  Inhibition of P-glycoprotein, a drug efflux pump which is found in the kidney, liver, and intestine, appears to be involved in the majority of digoxin interactions.  Quinidine decreases both the renal and nonrenal clearance of digoxin and also decreases the volume of distribution of digoxin  Quinidin menginhibisi Pg-p, sehingga Cav(ss) dari DGx meningkat sekitar 30-70%.  Verapamil, diltiazem, and bepridil inhibit digoxin clearance and increase mean digoxin steady- state concentrations by various degrees.  Of these calcium channel blockers, verapamil is the most potent inhibitor of digoxin clearance, and increases digoxin steady state serum concentrations up to 70%.  Diltiazem and bepridil therapy each increase average digoxin steady-state serum concentrations by about 30%.
  • 36. Amiodarone and propafenone are antiarrhythmic agents that decrease digoxin clearance. Amiodarone also simultaneously increases digoxin oral bioavailability, and it is likely that P-glycoprotein inhibition is involved in the drug interaction between these two drugs. Css DGx meningkat 2-3 kali akibat terapi bersamaan dengan amiodaron. Because amiodarone has a very long half-life (~50 hours), the onset of the drug interaction with digoxin can be very long. As serum concentrations of aminodarone slowly increase and approach steady-state values, digoxin clearance and bioavailability are simultaneously slowly changing. The incidious nature of the amiodarone-digoxin drug interaction can make it difficult to detect in patients.
  • 37. Propafenonetherapy increases mean digoxin steady-state concentrations by 30–60% in a dose-dependent fashion with : ◦ propafenone doses of 450 mg/d causing digoxin concentration changes in the lower end of the range (C min ss) and ◦ propafenone doses of 900 mg/d causing digoxin concentration changes in the upper end of the range (C max ss). Cyclosporine therapy has been reported to increase average steady- state digoxin concentrations up to 50%.67 P-glycoprotein inhibition by cyclosporine is the primary mechanism for this drug interaction
  • 38. About 10% of patients receiving digoxin therapy have significant amounts of Eubacterium letum in their gastrointestinal tract that metabolizes orally administered digoxin before it can be absorbed. Erythromycin, clarithromycin, and tetracycline are antibiotics that can kill this bacteria. Digoxin steady-state serum concentrations increase an average of 30% in these select patients when one of these three antibiotics have been prescribed. P-glycoprotein inhibition may be one of the mechanisms involved with this interaction involving macrolide antibiotics
  • 39.  Aluminum-containing antacids and kaolin-pectin physically adsorb digoxin rending it unabsorbable.  These compounds should be administered no closer than 2 hours to an oral digoxin dose.  Similarly, cholestyramine also reduces digoxin oral bioavailability by binding it in the gastrointestinal tract and should be given no closer than 8 hours to a digoxin oral dose.  Sulfasalazine and neomycin each decrease digoxin oral bioavailability by unknown mechanisms
  • 40. Propantheline increases oral digoxin bioavailability by prolonging gastrointestinal transit time, metoclopramide and cisapride decreases oral digoxin bioavailability by decreasing gastrointestinal transit time
  • 41. Metoda PENENTUAN DOSIS AWAL DGx Metode Pendosisan secara Farmakokinetik ◦ Fleksibel ◦ Mudah utk mengindividualisasikan Konsentrasi target bagi pasien ◦ Setiap Parameter PK dapat disesuaikan dengan kondisi dan keadaan penyakit pasien ◦ Namun, Perhitungannya cukup banyak Jelliffe method ◦ Mirip metode PK, tapi target total body store (μg/kg) disesuaikan dengan kondisi dan keadaan penyakit yang spesifik dari pasien ◦ Perhitungannya juga intens ◦ Terdapat nomogram yg telah disederhanakan asumsinya (ada 3 tabel)
  • 42.
  • 43.
  • 44.
  • 45. PHARMACOKINETIC DOSING METHOD Tujuan : Menghitung dosis terbaik berdasarkan kondisi dan keadaan pasien yg berpengaruh kpd parameter PK dan keadaan penyakit jantung yang sedang diobati. Cara : PK parameter akan diestimasi sesuai kondisi dan keadaan penyakit pasien (metode Jusko-Koup) 1. estimasikan CL 2. estimasikan Vd 3. Pilih model dan persamaan PK yang cocok 4. Pilih Css
  • 46. Memperkirakan Cl DGx terutama dieliminasi secara utuh ke dalam urin ada hubungan yang baik atr Cl kreatinin dan Cldigoksin, Shg bisa mengestimasi Cl Dgx utk pasien, yg dapat digunakan utk menghitung dosis awal dari glikosida jantung. ◦ Cl is digoxin clearance in mL/min, ◦ CrCl is creatinine clearance in mL/min, and ◦ ClNR is digoxin clearance by non renal routes of elimination which equals 40 mL/min in patients with no or mild heart failure (NYHA CHF class I or II, Table 6-1) Cl = 1,303(CrCl) + ClNR
  • 47. Patients with moderate or severe heart failure (NYHA CHF classes III or IV) have significant decreases in cardiac output which leads to a reduction in liver blood flow and digoxin hepatic clearance. digoxin nonrenal clearance = 20 mL/min Pasien : HF Tidak ada atau ringan CL kreatini (CRCL) = 10 ml/menit Maka Cl DGx : Cl = 1,303(CrCl) + ClNR = 1,303(10) + 40 = 53,03 ml/min CONTOH : Pasien : HF moderat - parah CL kreatini (CRCL) = 10 ml/menit Maka Cl DGx : Cl = 1,303(CrCl) + ClNR = 1,303(10) + 20 = 33,03 ml/min
  • 48. Memperkirakan Vd o Vd normal = 7L/kg (tanpa kondisi dan keadaan penyakit) o Obesitas tidak mengubah Vd DGx, maka utk Pasien Obese (> 30% diatas berat badan ideal), faktor bobot badan yang digunakan adalah bobot badan ideal pasien tsb. o Utk pasien (70 kg) dg fungsi ginjal bagus, maka Vd estimasi adalah 490 L (=7 L/kg x70 kg) o Utk pasien yang BB nya dibawah BB ideal, maka faktor bobot yg digunakan adalah bobot badan aktualnya. o Utk pasien yg BB nya berada diantara BB ideal dan 30% diatas BB Ideal, maka Vd dihitung dari BB badan aktualnya, meskipun bbrp klinisi lebih suka menggunakan BB ideal.
  • 49. Estimasi Vd utk yang gangguan ginjal (CrCl ≤ 30ml/menit) Maka Vd dihitung berdasarkan CrCl dengan rumus : For example, a 70-kg patient with significant renal dysfunction (CrCl = 10 mL/min) is to receive a loading dose of digoxin and an estimate of digoxin volume of distribution is needed. The estimated volume of distribution for this patient would be 302 L In patients who are more than 30% above their ideal body weight, volume of distribution (V) estimates should be based on ideal body weight, so the weight factor used in the equation would be IBW.
  • 50. Memilih model dan persamaan PK yang cocok DGx mengikuti model PK 2 kompartemen (IV or oral) Fase distribusi (α) berlangsung lama (8-12 jam) Setelah selesai fase α, konsentrasi Dgx menurun secara pelan dan masuk ke fase β sesuai dengan keadaan ginjal. T ½ sangat lama (normal = 36 jam; ESRD = 5 hari) Rumus menghitung dosis : Css = [F(D/τ)] / Cl atau D/τ = (Css ⋅ Cl) / F ◦ F is the bioavailability fraction for the oral dosage form (F = 1 for intravenous digoxin), ◦ D is the digoxin dose in μg, ◦ τ is the dosage interval in days, and ◦ Cl is digoxin clearance in L/d
  • 51. LOADING DOSE : LD = (Css ⋅ V) / F When digoxin loading doses are administered, they are usually given in divided doses separated by 4–6 hours (50% of dose at first, followed by two additional doses of 25%). A portion of the loading dose can be withheld if the patient is experiencing any digoxin adverse effects such as a low pulse rate. This technique is used to allow the assessment of clinical response before additional digoxin is given in order to avoid accidental over dosage.
  • 52. STEADY-STATE CONCENTRATION SELECTION (Pemilihan Css) • Css dipilih berdasarkan penyakit kardiovaskuler yang diderita • Secara umum, Css HF efektif = 0,5-1 ng/mL • Utk tujuan dosis awal : Css di set pada 0,8 ng/mL (cukup baik). • Utk pasien AF (atrial fibrillation), Css = 0.8–1.5 ng/mL, diperlukan utk mengontrol kecepatan ventrikular pada 100 beats/min atau kurang (biasanya Css diset pada 1,2 ng/mL)
  • 53. KASUS 1 MJ adalah seorang pasien AF laki-laki berumur 50 th, BB= 70kg dengan fibrilasi atrium kurang dari 24 jam. Kreatinin serumnya saat ini adalah 0,9 mg / dL, dan telah stabil selama 5 hari terakhir sejak masuk. Hitung dosis digoxin intravena untuk pasien ini untuk mengontrol laju ventrikel
  • 54. Estimasi CL kreatinin : Cockcroft-Gault equation ; Estimasi Nilai CL DGx : Cl = 1.303 (CrCl) + ClNR = 1.303(97 mL/min) + 40 mL/min = 167 mL/min Hitung Dosis
  • 55. Loading Dose (bila diperlukan) Ketika dosis pemuatan digoxin diberikan, mereka biasanya diberikan dalam dosis terbagi yang dipisahkan oleh 4-6 jam (50% dari dosis pada awalnya, diikuti oleh dua dosis tambahan 25%). Dalam hal ini, dosis intravena awal 250 mg akan diberikan pada awalnya, diikuti oleh dua dosis intravena tambahan masing-masing 125 mg. Salah satu dosis pemuatan dapat ditahan jika denyut nadi kurang dari 50-60 denyut per menit atau efek samping digoxin yang tidak diinginkan dicatat.