Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien wanita berusia 42 tahun dengan diagnosa peptic ulcer disease (PUD) yang diderita. Pasien mengeluh nyeri perut, muntah, dan berat badan berkurang. Pemeriksaan menunjukkan ulcer pada lambung tetapi tes Helicobacter pylori negatif. Dokter meresepkan obat omeprazole, claritromycin, dan amoxicillin untuk pengobatan PUD meski tes H. pylori negatif.
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
PUD
1. PEPTIC ULCEAR DISEASE (PUD)
KELOMPOK O-1
Anggota :
1. Tri Setyo Ningsih (K100160176)
2. Andika Permana (K100160179)
3. Ashari Wahyu B.A (K100160188)
1
2. DEFINISI
Tukak peptik (peptic ulcer disease) adalah lesi pada
lambung atau duodenum yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara faktor agresif (sekresi asam lambung, pepsin, dan infeksi
bakteri Helicobacter pylori) dengan faktor defensif/ faktor pelindung
mukosa (produksi prostagladin, gastric mucus, bikarbonat, dan
aliran darah mukosa).
(Dipiro 6th Ed, 2005 : 668)
2
3. PUD berdasarkan etiologinya dapat dikelompokkan menjadi :
1. Helicobacter pylori,
2. NSAID,
3. Stress-related mucosal damage.
H. pylori dan NSAID merupakan faktor risiko terbesar terjadinya PUD, selain
itu ada salah satu kejadian PUD yang disebabkan karena ZES dengan
hipersekresi asam lambung, merokok, dan diet.
(Dipiro 10th Ed, 2017 : 1494)
ETIOLOGI 3
4. P
A
T
O
L
O
G
I
Patofisiologi PUD ditentukan oleh keseimbangan antara
agresif dan faktor pelindung. Asam lambung diproduksi oleh sel
parietal lambung yang mengandung reseptor untuk histamine,
gastrin, dan asetilkolin. Asam merupakan faktor independent yang
berkontribusi terhadap gangguan integritas mukosa. Peningkatan
produksi asam terjadi pasien dengan ulkus duodenum, dimana hal
tersebut mungkin kaitannya dengan konsekuensi akibat infeksi H.
pylori. Sebaliknya, pasien dengan tukak lambung biasanya
memproduksi asam yang cenderung normal atau bahkan
menurunkan laju ekskresi asam (hipoklorhidria).
4
5. KASUS
Ny. KR (42 tahun, 155 cm, 60 kg) minggu sore datang ke RS karena
mengeluh nyeri perut seperti terbakar seminggu terakhir, kemarin dia muntah
dan muntahanya agak hitam, tinjanya juga berwarna kehitam-hitaman.
Beberapa hari ini kalau malam sering terbangun karena merasa sakit perut.
Nyeri perut juga lebih terasa jika makan. Dia juga mengeluh sering
bersendawa, merasa letih dan lesu karena beberapa kali muntah setelah
makan. Sebelumnya tidak ada riwayat PUD atau perdarahan pada GI. Ia
mengatakan beberapa minggu ini sangat stress karena pekerjaannya yang
sangat banyak. Dia juga mengeluh akhir-akhir ini berat badanya berkurang.
Riwayat penyakit: -
Riwayat pengobatan, masih dipakai:
Asam mefenamat 500mg 3-4x sehari
5
6. Pemeriksaan tanda vital :
BP 120/82, HR 100x/menit, RR 18x/menit, T 37,8o
C
Pemeriksaan Laboratorium :
Na : 144 mEq/L Hgb : 9.2 g/dL Ca : 9.2 mg/dL
K : 3.9 mEq/L Hct : 26.2% Mg : 2.0 mEq/L
Cl : 98 mEq/L Plt : 230 × 103/mm3 WBC : 8.4 × 103/mm3
Phos : 4.0 mg/dL CO2 : 30 mEq/L FBG : 154 mg/dL
Albumin : 3.9 g/dL BUN : 10 mg/dL Fe : 49 mcg/dL
SCr : 1.1 mg/dL Retic : 0.3%
GDP : 120 mg/dL, GD2PP : 180 mg/dL
6
7. Kemudian dokter menyarankan untuk dilakukan
endoskopi. Hasil endoskopi terlihat adanya ulcer
dan tes terhadap H. Pylori hasilnya negatif
Diagnosa: PUD
Dokter kemudian meresepkan:
Omeprazole 20 mg twice daily,
Clarithromycin 500 mg twice daily,
Amoxicillin 1 g twice daily,
7
8. IDENTITAS
PASIEN
Nama Pasien : Ny. KR
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang : -
Umur : 42 tahun
BB/TB : 60 kg/ 155 cm
Tanggal MRS : -
Diagnosa : PUD
Alergi : -
8
9. Keluhan utama :
- Perut terasa sakit seperti terasa terbakar
- Sering bersendawa
- Mual muntah
- Perut terasa lebih sakit jika selesai makan
- Sering terbangun di malam hari sekitar jam karena merasakan sakit pada
perutnya
- Tinjanya bewarna hitam
- Berat badan berkurang
- Stress
- Letih dan lesu
SUBYEKTIF 9
10. S
U
B
Y
E
K
T
I
F
Riwayat penyakit sekarang :
- Peptic ulcer disease (PUD)
- Perut terasa sakit seperti terasa terbakar
- Mual muntah
- Perut terasa lebih sakit jika selesai makan
- Sering terbangun di malam hari sekitar jam karena merasakan
sakit pada perutnya
- Tinjanya bewarna hitam
- Berat badan berkurang
- Stress
- Letih dan lesu
10
11. Riwayat Penyakit Terdahulu (Past Medical History)
Tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga (Family History)
Tidak ada.
Riwayat Sosial (Social History)
Stres karena pekerjaan yang sangat banyak
SUBYEKTIF
11
13. Asam Mefenamat
- Indikasi : sebagai anti nyeri ringan sampai
sedang termasuk dismenore primer (DIH 17th Ed,
2009: 4453).
- Rute : Peroral
- Dosis : 500 mg
- Frekuensi : 3-4 x sehari
- Lama Penggunaan : Masih digunakan sampai sekarang
- Efek/Kesulitan : Tidak ada
RIWAYAT PENGOBATAN
13
14. KONDISI KLINIS
Kondisi Klinis
Nyeri perut seperti terbakar
Muntah agak kehitaman
Sering bersendawa
Letih dan lesu
Berat badan turun
14
16. FUNGSI HATI
Parameter Satuan Nilai Rujukan
Tanggal Pemeriksaan
Albumin g/L 37 – 52 3,9 (N)
ELEKTROLIT
Parameter Satuan Nilai Rujukan
Tanggal
Pemeriksaan
Sr Kreatinin mg/dL 0,8 - 1,2 1,1 (N)
Natrium mmol/L 134 – 145 144 (N)
Klorid mmol/L 94 – 111 98 (N)
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0 3,9 (N)
BUN mg/dL 8 - 25 10 (N)
Ca2+ mg/dl 8,8-10,4 9,2 (N)
Mg2+ mg/dl 1,7-2,3 2,0 (N) 16
17. ANALIS GAS DARAH
LAIN-LAIN
Parameter Satuan Nilai Rujukan
Tanggal
Pemeriksaan
CO2 mEq/L 22-32 30 (N)
Parameter Satuan Nilai Rujukan
Tanggal
Pemeriksaan
Gula Darah Puasa (GDP) mg/dL <126 120 (N)
Gula Darah 2 jam PP mg/dL <200 180 (N)
Phos mg/dL 4,0
Fe mcg/dL 49
17
18. TERAPI PASIEN
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi
Tanggal
Omeprazole Peroral 20 mg 2 x sehari
Clarithromycin Peroral 500
mg
2 x sehari
Amoxicillin Peroral 1 g 2 x sehari
18
19. M
E
K
A
N
I
S
M
E
Obat sebelumnya :
Asam Mefenamat
Mekanisme aksi : menghambat enzim cyclooxygenase-1 dan 2
(COX-1 dan 2), yang berakibat pada penurunan pembentukan
prekursor prostaglandin; memiliki sifat antipiretik, analgesik, dan
antiinflamasi.
(DIH 17thEd, 2009, hal : 4456)
19
20. M
E
K
A
N
I
S
M
E
Obat sekarang
1. Omeprazole
Inhibitor pompa Action Proton; menekan lambung basal dan sekresi asam terstimulasi
dengan menghambat sel parietal H+/ K+ pompa ATP.
2. Clarithromycin
Menerapkan aksi antibakteri dengan mengikat sub unit ribosom 50S yang menghasilkan
penghambatan sintesis protein. Metabolit 14-OH klaritromisin dua kali lebih aktif dari
senyawa induk terhadap organisme tertentu.
3. Amoxicillin
Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih protein
pengikat penisilin (PBP) yang pada gilirannya menghambat langkah transpeptidasi
akhir sintesis peptidoglikan pada dinding sel bakteri, sehingga menghambat
biosintesis dinding sel. Bakteri akhirnya lisis karena aktivitas enzim autolitik
dinding sel yang sedang berlangsung (autolysins dan murein hidrolase)
sementara perakitan dinding sel ditangkap.
(DIH 17th Ed, 2009)
20
21. M
E
K
A
N
I
S
M
E
Obat direkomendasikan :
Paracetamol
Mekanisme aksi : Menghambat sintesis prostaglandin di sistem
syaraf pusat dan menghalangi perifer menimbulkan impuls nyeri,
menghasilkan antipiretik dari penghambatan hipotalamus sebagai
pusat pengatur panas.
(DIH 17thEd, 2009, hal : 139)
21
22. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Problem medik : PUD
Subyektif :
- Nyeri perut
- Muntah agak hitam
- Merasa letih dan lesu
- Berat badan berkurang
Obyektif : Negatif H. pylori.
TERAPI :
Omeprazole 20 mg 2 x sehari
Clarithromycin 500 mg 2x sehari
Amoxicilin 1 g 2x sehari
22
23. ANALISIS
Tepat Indikasi :
Omeprazole
Pada kasus PUD, algoritma pengobatan untuk pasien yang menunjukan adanya gejala PUD dan ketika di
endoskopi, hasil endoskopinya terihat adanya ulcer dan hasil test H. pylori negatif dapat diterapi dengan obat
golongan PPI (Dipiro, 2012: 253).
Clarithromycin
Clarithromycin diindikasikan untuk pengobatan PUD sebagai pengeradikasi Helicobacter pylori (DiPiro 10th Ed,
2017 hal : 1507)
Amoxicillin
Amoxicillin diindikasikan untuk pengobatan PUD sebagai pengeradikasi Helicobacter pylori (DiPiro 10th Ed, 2017
hal : 1507)
Pada kasus Ny. KR, pasien didiagnosa menderita PUD. Obat yang diresepkan oleh dokter yaitu omeprazole
(golongan PPI), clarithromycin dan amoxicilin . untuk omeraprozole sudah tepat indikasi sedangkan
clarithromycin dan amoxicilin tidak tepat indikasi karena Ny. KR negatif H. pylori.
23
24. Tepat obat :
Omeprazole
Menurut guideline pengobatan PUD aktif ulcer dengan H.pylori negatif terapi utama (first line) yang
digunakan untuk pengobatan yaitu golongan PPI, chlaritromycin dan amoxicilin atau metronidazole (Dipiro,
2012: 252).
Clarithromycin
Clarithromycin merupakan regimen obat yang dikombinasikan dengan omeprazole dan amoxicillin untuk
pasien PUD dengan positif H. pylori sebagai obat lini pertamanya, sedangkan Ny. KR negatif H. pylori (DiPiro
10th Ed, 2017 hal: 1507).
Amoxicillin
Amoxicillin merupakan regimen obat yang dikombinasikan dengan omeprazole dan clarithromycin untuk
pasien PUD dengan positif H. pylori sebagai obat lini pertamanya, sedangkan Ny. KR negatif H. pylori (DiPiro
10th Ed, 2017 hal: 1507).
Pada kasus Ny. KR, pasien didiagnosa menderita PUD. Obat yang diresepkan oleh dokter yaitu omeprazole
(golongan PPI), clarithromycin dan amoxicilin . untuk omeraprozole sudah tepat obat sedangkan
clarithromycin dan amoxicilin tidak tepat obat karena Ny. KR negatif H. pylori.
ANALISIS
24
25. ANALISIS
Tepat pasien :
Omeprazole
Ny. KR didiagnosa menderita PUD. Penggunaaan Omeprazole, merupakan pilihan obat yang tepat
sesuai dengan pasiennya. Karena tidak ada kontraindikasi dengan pasien Ny. KR.
Clarithromycin
Ny. KR didiagnosa menderita PUD. Penggunaaan Clarithromycin tidak sesuai dengan pasiennya.
Karena Ny. KR negatif H. pylori.
Amoxicillin
Ny. KR didiagnosa menderita PUD. Penggunaaan Amoxicillin, tidak sesuai dengan pasiennya. Karena
Ny. KR negatif H. pylori.
25
26. ANALISIS
Tepat dosis :
Untuk terapi PUD rekomendasi dosis untuk pengobatan yaitu omeprazole 20 mg 2 kali sehari,
amoxicilin 1 g 2 kali sehari dan clarythromycin 500 mg 2 kali sehari (IONI, 2008). Dalam pengobatan
Ny. KR dosis omeprazole yang digunakan 20 mg 2 kali sehari hal ini sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan. Dosis amoxicilin yang digunakan Ny. KR yaitu 1 g 2 kali sehari sesuai dengan
dosis yang direkomendasikan. Untuk Clarithromycin dosis yang biasa digunakan yaitu 250-500 mg 2-4
kali sehari (DIH edisi 17). Dilihat dari segi dosis, penggunaan Clarithromycin pada Ny. KR dengan
dosis 500 mg 2 kali sehari sudah tepat dosis.
26
27. DRPs : Clarithromycin dan Amoxicillin TIDAK TEPAT
INDIKASI, OBAT, DAN PASIEN.
REKOMENDASI :
Terapi tetap dilanjutkan untuk Omeprazole,
sedangkan untuk Clarithromycin dan
Amoxicillim tidak dilanjutkan.
MONITORING :
Efektefitas obat: nyeri perut berkurang.
ESO: sakit kepala, pusing, ruam, dan diare
(DIH 17th, 2009).
27
28. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Problem medik : Nyeri perut
Subyektif : Nyeri perut
Obyektif : -.
TERAPI :
Asam Mefenamat 500 mg 3-4x sehari
28
29. ANALISIS
Tepat Indikasi :
Ny. KR merasakan nyeri perut sehingga
digunakan asam mefenamat sebagai
anti nyeri. Berdasarkan DiPiro 10th
Edition (2017), disebutkan bahwa nyeri
akut dapat diobati dengan golongan
obat NSAID (asam mefenamat
termasuk golongan NSAID).
Tepat Obat :
Ny. KR menunjukkan gejala menderita
PUD yang diakibatkan oleh stress yang
dialaminya. Berdasarkan DiPiro 10th
Edition (2017), dijelaskan bahwa
penggunaan obat golongan NSAID
dapat menginduksi atau memperburuk
PUD.
29
30. Tepat Pasien :
Asam mefenamat tidak tepat digunakan
oleh Ny. KR karena dikontraindikasikan
bagi penderita inflamasi kronik pada
saluran gastrointestinal (mengakami
PUD) (DIH 17th Edition, 2009).
Tepat Dosis :
Menurut DIH 17th Edition (2009), dosis
asam mefenamat untuk orang dewasa
yaitu 500 mg 3-4x sehari. Pada kasus,
Ny KR menggunakan asam mefenamat
500 mg 3-4x sehari sehingga
penggunaan dosis sudah tepat.
ANALISIS
30
31. DRPs : Tidak tepat pasien karena asam mefenamat
dikontraindikasikan bagi penderita PUD (DIH 17th
Edition, 2009).
Tidak tepat obat karena golongan NSAID (asam
mefenamat) dapat menginduksi atau
memperburuk PUD (DiPiro 10th Edition,
2017).
REKOMENDASI :
Penggunaan Asam mefenamat dihentikan,
dan diganti dengan Parasetamol 3-4x sehari
dengan dosis 500 mg.
MONITORING :
Ruam.
31
32. DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
Korelasi obat dg masalah medis
(Correlation between drug therapy &
medical problem)
Adakah obat tanpa indikasi medis?
Tidak terdapat bakteri H. pylori yang dapat
dieradikasi oleh Clarithromycin dan
Amoxicillin pada PUD akibat penggunaan
AINS.
Adakah masalah medis yang tidak diobati
Ketepatan Pengobatan (Appropriate
Therapy)
Apakah obat yang digunakan efektif/ mencapai
hasil yang diinginkan (therapeutic outcome)?
Belum dilakukan terapi
Apakah obat yang digunakan dikontraindikasikan
untuk pasien?
Clarithromycin dan
Amoxicillin tidak diberikan pada pasien PUD
akibat penggunaan AINS (asam mefenamat).
Apakah obat yang digunakan merupakan drug of
choice?
Omeprazole merupakan drug of choice untuk
terapi PUD akibat AINS
Apakah terapi non-obat diperlukan? Diperlukan pengurangan rasa stress
32
33. Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat untuk pasien?
Apakah frekuensi pemberian sudah tepat?
Apakah lama pemberian obat sudah tepat?
Duplikasi terapi/Polifarmasi Adakah terjadi duplikasi terapi?
Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang disebabkan oleh
obat?
Penggunaan asam mefenamat
memperburuk PUD
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- makanan yg berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- pemeriksaan laboratorium yang
berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi terhadap obat ?
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan pasien terhadap
penggunaan obat?
Apakah pasien mengalami hambatan/ kesulitan dalam
penggunaan obat?
33
34. KESIMPULAN
REKOMENDASI
- Obat NSAID diganti dengan PPI.
- Obat Omeprazole dilanjutkan
terapinya dengan dosis 20 mg
frekuensi pemberian 2 x sehari,
clarythromycin dan amoxicilin
dihentikan pemakaiannya.
- Asam mefenamat diganti dengan
Paracetamol dengan dosis 500 mg
3-4x sehari
34
35. KONSELING
- Mengelola stres.
- Hindari makan makanan yang pedas dan minuman yang mengandung
kafein agar tidak memperparah PUD.
- Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air
- Minum dari sumber yang sehat
- Mengelola makanan dan mencuci makanan.
35
36. DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug
Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists
Association.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008, Informatorium Obat
Nasional Indonesia (IONI), Jakarta, BPOM RI.
BNF, 2007, British National Formulary 54th Edition, London, BMJ Publishing Group.
Dipiro, et al., 2005, Pharmacoterapy a Phatophysiologic Approach 6th Edition, Mc Graw
Hill, New York.
Dipiro, et al., 2017, Pharmacoterapy a Phatophysiologic Approach 10th Edition, Mc
Graw Hill, New York.
36