2. Populasi dan Sampel
Populasi atau semesta (universe) adalah
set lengkap observasi yang menjadi
perhatian peneliti.
Sampel (sample) adalah sejumlah observasi
yang diambil dari populasi
Sebaran sampel mengikuti pola distribusi
populasi.
2
4. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel (sampling)
merupakan suatu proses pemilihan atau
penarikan sampel secara acak dari populasi
dalam mengumpulkan data observasi yang
representatif untuk mengestimasikan
karakteristik populasi secara keseluruhan.
Teknik pengambilan sampel yang baik
dapat memberikan nilai statistik sampel
yang mewakili populasinya.
4
5. Alasan Pengambilan Sampel
Populasi besar, tidak mungkin seluruh anggota diteliti
Kendala keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber
daya manusia
Penelitian terhadap sampel bisa lebih reliabel, misalnya :
karena semakin banyak observasi memungkinkan
penurunan performa alat ukur yang kurang andal
(deterioration), serta kelelahan dan keteledoran pengukur.
Populasi homogen dengan variansi relatif kecil, penelitian
terhadap seluruh anggota dalam populasi menjadi tidak
masuk akal
Penelitian bersifat destruktif atau merusak
5
6. Proses Pengambilan Sampel
Menentukan lingkup populasi yang menjadi
fokus studi
Membangun sampling frame yang memuat
semua anggota atau kejadian yang
mungkin dalam populasi
Memilih metode sampling
Menentukan ukuran sampel
Menyusun...
6
7. Proses Pengambilan Sampel
Menyusun sampling plan
Melaksanakan pengambilan sampel dan
pengumpulan data
Mengevaluasi (akurasi dan presisi) dan
memilah-milah data yang representatif
7
8. Syarat Pengambilan Sampel Yang Baik
Tingkat akurasi yaitu tingkat ketepatan atau
bebas “bias” sampel terhadap populasi.
Sampel yang representatif mempunyai bias
penyimpangan relatif kecil. Pemusatan dan sebaran nilai
variabel sampel tidak berbeda signifikan dengan populasi.
Makin kecil bias pada sampel, makin akurat sampel
tersebut. Agar sampel dapat memprediksi populasi
dengan baik, setiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama terpilih sebagai sampel. Sampel
dipastikan ditarik dari populasi, tersebar dengan baik
dalam populasi dan dapat mewakili semua anggota
populasi.
8
9. Syarat Pengambilan Sampel Yang Baik
Presisi yaitu tingkat kedekatan estimasi
dengan karakteristik populasi.
Presisi diukur oleh simpangan baku. Makin kecil
perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari
sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi (σ),
makin tinggi pula tingkat presisinya.
9
10. Kesalahan Dalam Pengambilan Sampel
Random error, systematic error &
illegitimate error.
Sampling error & nonsampling error
10
11. Kesalahan Dalam Pengambilan Sampel
Random error
Karena faktor keacakan yang menyebabkan sebaran
sampel kurang merepresentasikan pola distribusi
populasi.
Systematic error
terjadi karena metode pengambilan sampel yang kurang
tepat, misalnya penentuan ukuran sampel yang kurang
atau penarikan sampel terkumpul di sebagian populasi
yang dibatasi rentang waktu tertentu atau lokasi tertentu.
Illegitimate error...
11
12. Kesalahan Dalam Pengambilan Sampel
Illegitimate error
terjadi karena keteledoran pada saat melakukan
pengambilan sampel, antara lain mengumpulkan sampel
dari populasi yang berbeda.
Kekeliruan dalam pengambilan sampel akan
menyebabkan hasil yang bias dan tidak
merepresentasikan populasi.
12
14. Kesalahan Dalam Pengambilan Sampel
Sampling error
Sampel tidak representatif, terdapat perbedaan
antara sampel dengan populasi. Sebaran
pengacakan sampel tidak sesuai dengan pola
distribusi populasi. Sampel berbeda akan
memberikan hasil yang berbeda. Kekeliruan
pengacakan ini tidak dapat dikendalikan. Dengan
menambahkan ukuran sampel dapat mengurangi
resiko kesalahan ini.
Nonsampling error..
14
15. Kesalahan Dalam Pengambilan Sampel
Nonsampling error
Berkaitan dengan kekeliruan yang terjadi pada
saat pengumpulan data atau saat pemilihan
sampel. Seringkali disebabkan karena kurang
baiknya perencanaan, keteledoran atau lainnya.
Data acquisition error
Kekeliruan alat, kekeliruan proses pengumpulan, kekeliruan interpretasi,
Nonresponse error
Sampel yang terpilih tidak merespon dengan baik, karena bukan anggota
populasi lagi, enggan berpartisipasi, susah dijangkau.
Selection bias atau coverage error
Terdapat anggota populasi yang tidak terwakili
15
16. Faktor Pertimbangan Pengambilan Sampel
Tingkat keberartian (α), yang juga
menunjukkan probabilitas penolakan data
yang sebenarnya bagian dari populasi
Power statistik (1-β), yang juga berkaitan
dengan probabilitas galat tipe 2 (β)
penerimaan data di luar populasi
Derajat homogenitas yang berhubungan
dengan standar deviasi atau variansi
16
17. Faktor Pertimbangan Pengambilan Sampel
Besarnya tingkat kepentingan dan tingkat
keseriusan efek penggunaan sampel
sebagai pendekatan populasi
Proporsi sampel dan sebarannya dalam
populasi
Dampak anggota populasi yang tidak
terpilih sebagai sampel
Rasio ukuran sampel antar bagian populasi
Toleransi margin error.
17
18. Metode Pengambilan Sampel
Probability sampling
simple random sampling, systematic random
sampling, stratified random sampling, cluster
random sampling, dan multistage random
sampling
Nonprobability sampling
convenience sampling, consecutive sampling,
accidental sampling, volunteer sampling,
opportunity sampling, judgement/purposive
sampling, quota sampling dan snowball sampling
18
19. Penentuan Metode Pengambilan Sampel
Memperhatikan syarat sampel representatif
berikut :
Setiap anggota populasi mempunyai peluang
yang sama terpilih sebagai sampel.
Sampel ditarik dari populasi yang menjadi fokus
studi.
Sampel tidak terduplikasi
Sebaran acak sampel mewakili pola distribusi
populasi
Maka ...
19
20. Penentuan Metode Pengambilan Sampel
Maka pada saat pemilihan sampel perlu
memperhatikan tujuan pengambilan sampel
Jika sampel dipergunakan untuk melakukan
generalisasi, inferensi atau aproksimasi populasi, maka
probability sampling yang harus digunakan.
Jika sampel dipergunakan untuk mendapatkan
gambaran awal situasi masalah atau mengevaluasi
sebagian kasus tanpa adanya penarikan kesimpulan
umum terhadap populasi, nonprobability sampling
boleh dipergunakan.
20
21. Pengacakan Dalam Pengambilan Sampel
Menggunakan bilangan acak
tahun 1927, Cambridge University Press
mempublikasikan tabel berisikan 41.600
bilangan acak
tahun 1955, RAND Corporation
mempublikasikan sejuta bilangan acak
Menggunakan alat bantu pengacakan atau
undian
koin, dadu, kartu, bola, stik, gulungan kertas,
roda roulette, dan lain-lain
21
22. Pengacakan Dalam Pengambilan Sampel
Menggunakan algoritma pengacakan
berbasis komputer (pseudo random number
generator)
tahun 1951, John von Newman mengembangkan
The Middle-Square Method.
Tahun 1951, Derrick Henry Lehmer mengembangkan
Linear Congruential Generator.
Tekniknya : Inverse Transform, Composition, Convolution,
Rejection Sampling, Adaptive Rejection Sampling, Acceptance-Rejection
Sampling, Importance Sampling, Slice Sampling, Markov-Chain Monte-
Carlo, Metropolis-Hastings Algorithm, Gibbs Sampling, Ziggurat Algorithm,
Box–Muller Transform, Marsaglia Polar Method, dan lain-lain.
22
29. Penentuan Ukuran Sampel
Mempertimbangkan bias pada mean dan
hanya faktor α
29
2
22
)(2
ε
σαZ
n =
Di mana :
n = sample size
Zα = desired significance level
σ = standard deviation
ε = margin of error
30. Penentuan Ukuran Sampel
Mempertimbangkan bias pada proportion
dan hanya faktor α
30
2
2
)1()(2
ε
α ppZ
n
−
=
Di mana :
n = sample size
Zα = desired significance level
p = proportion
ε = margin of error
31. Penentuan Ukuran Sampel
Mempertimbangkan bias pada percentile
dan hanya faktor α
31
2
2
)100()(2
ε
α pcpcZ
n
−
=
Di mana :
n = sample size
Zα = desired significance level
pc = percentile
ε = margin of error
32. Penentuan Ukuran Sampel
Mempertimbangkan bias pada mean
dengan faktor α dan β
32
2
22
)(2
ε
σβα ZZ
n
+
=
Di mana :
n = sample size
Zα = desired significance level
Zβ = desired power
σ = standard deviation
ε = margin of error
33. Penentuan Ukuran Sampel
Mempertimbangkan bias pada proportion
dengan faktor α dan β
33
2
2
)1()(2
ε
βα ppZZ
n
−+
=
Di mana :
n = sample size
Zα = desired significance level
Zβ = desired power
p = proportion
ε = margin of error
34. Penentuan Ukuran Sampel
Mempertimbangkan bias pada percentile
dengan faktor α dan β
34
2
2
)100()(2
ε
βα pcpcZZ
n
−+
=
Di mana :
n = sample size
Zα = desired significance level
Zβ = desired power
pc = percentile
ε = margin of error
35. Penentuan Ukuran Sampel
Hair et. al. (1998)
Rasio antara jumlah subjek dan jumlah variabel
independen dalam analisis multivariat dianjurkan
sekitar 15 sampai 20 subjek per variabel
independen
35
36. Penentuan Ukuran Sampel
Gay & Diehl (1992)
Ukuran minimum sampel yang dapat diterima
berdasarkan pada desain penelitian yang
digunakan, yaitu :
•Metode deskriptif, minimal 10% populasi. Namun untuk populasi
yang relatif kecil min 20%
•Metode deskriptif-korelasional, minimal 30 subyek
•Penelitian perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok,
•Metode ex post facto, minimal 15 subyek per kelompok
•Metode eksperimental, minimal 15 subyek per kelompok
36
37. Penentuan Ukuran Sampel
Roscoe (1975)
Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500
elemen. Jika sampel dipecah lagi ke dalam
subsampel, jumlah minimum subsampel 30.
Pada penelitian multivariate ukuran sampel harus
beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah
variable yang akan dianalisis. Untuk penelitian
eksperimen yang sederhana, dengan
pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa
antara 10 s/d 20 elemen.
37
38. Penentuan Ukuran Sampel
Rodney
Sebaiknya menggunakan ukuran sampel
minimal 100 untuk mendapatkan variasi yang
berarti.
Pada ukuran sampel sebanyak 350, power
statistik mencapai nilai asimtot. Pertambahan
ukuran sampel lebih dari 350 tidak
menambahkan power yang signifikan.
Kepercayaan publik secara tradisional
membutuhkan ukuran sampel minimal 1.000.
38
40. Penentuan Ukuran Sampel
Isaac & Michael (1981)
40
222
22
..
..
σε
σ
α
α
ZN
NZ
n
+
=
Di mana :
n = sample size
N = population
σ = standard deviation
Zα = desired significance level
ε = margin of error
42. Penentuan Ukuran Sampel
Krejcie & Morgan (1970)
42
)1.(.)1.(
)1.(..
22
2
ppN
ppN
n
−+−
−
=
χε
χ
Di mana :
n = sample size
N = population
p = proportion
χ2
= desired significance level & degree of freedom
ε = margin of error
46. References
Gay, L.R. & Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and
Management, Macmillan Pub, Pennsylvania
Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L. & Black, W.C. (1998),
Multivariate Analysis, 5th ed., Prentice Hall, New York
Isaac, S. & Michael, W.B. (1981), Handbook in Research and Evaluation, 2nd
ed., EdITS Publishers, San Diego
Krejcie, R.V. & Morgan, D.W. (1970), “Determining Sample Size for Research
Activities”, Educational and Psychological Measurement. Vol.30.
Patton, M.Q. (1990), Qualitative Evaluation and Research Methods, 2nd ed., Sage
Publications, California
Roscoe, J.T. (1975), Fundamental Research Statistics for The Behavioural
Sciences, 2nd ed., Holt Rinehart & Winston, New York
Smith, M.F. (1983), Sampling Considerations in Evaluating Cooperative Extension
Programs, Florida Cooperative Extension Service, Florida
46
48. Acceptance Sampling
Acceptance sampling yaitu prosedur
pengambilan sampel untuk inspeksi kualitas
produk meliputi penerimaan (acceptance)
atau penolakan (rejection) sebagai salah
satu aspek penjaminan kualitas.
Terdapat beberapa rancangan skema
acceptance sampling, meliputi : lot-by-lot
sampling, chain sampling, continuous
sampling, dan skip-lot sampling.
48
50. Alasan Acceptance Sampling
1. Pengujian bersifat destruktif atau merusak
2. Biaya inspeksi 100% (keseluruhan) sangat
tinggi.
3. Teknologi yang dipergunakan untuk
inspeksi tidak layak atau tidak tersedia.
4. Membutuhkan waktu yang lama sehingga
menyebabkan jadwal produksi terganggu
serius.
5. ...
50
51. Alasan Acceptance Sampling
5. Inspeksi yang sangat banyak
menyebabkan keandalan pengujian
berkurang dan kesalahan inspeksi
bertambah.
6. Berdasarkan data historis menunjukkan
kualitas pemasok atau kapabilitas proses
sangat bagus.
7. Resiko akibat diterimanya produk yang
semestinya ditolak tidak berdampak serius.
51
52. Keuntungan Acceptance Sampling
1. Lebih ekonomis karena inspeksi lebih
sedikit.
2. Mengurangi kerusakan, karena sedikit
penanganan produk.
3. Lebih tepat digunakan untuk pengujian
destruktif.
4. Sedikit kuantitas dan utilisasi sumber daya
yang diperlukan saat aktivitas inspeksi.
5. ...
52
53. Keuntungan Acceptance Sampling
5. Menjaga keandalan dan mengurangi
kesalahan inspeksi.
6. Penolakan (rejection) lot produk yang tidak
sesuai dengan sedikit kerusakan
mendorong pemasok untuk melakukan
perbaikan kualitas.
53
54. Kelemahan Acceptance Sampling
1. Terdapat resiko menerima lot produk jelek,
ataupun sebaliknya menolak produk
bagus.
2. Informasi yang diperoleh lebih sedikit dari
data produk ataupun proses yang
diinspeksi.
3. Membutuhkan perencanaan dan
dokumentasi yang baik terkait prosedur
acceptance-sampling.
54
55. Klasifikasi Acceptance Sampling
Berdasarkan jenis data, terdiri dari Attribute
dan Variables
Berdasarkan langkah replikasi inspeksi,
terdiri dari single sampling plan, double
sampling plan dan multiple-sampling plan.
55
57. Klasifikasi Acceptance Sampling
ASQ standards
ANSI/ASQ Z1.9-2008, Sampling Procedures and Tables for Inspection by Variables
for Percent Nonconforming
ANSI/ASQ Z1.4-2008, Sampling Procedures and Tables for Inspection by Attributes
ASTM standards
ASTM E105, Standard Practice for Probability Sampling Of Materials
ASTM E122, Standard Practice for Calculating Sample Size to Estimate, With a
Specified Tolerable Error, the Average for Characteristic of a Lot or Process
ASTM E141, Standard Practice for Acceptance of Evidence Based on the Results of
Probability Sampling
ASTM E1402, Standard Terminology Relating to Sampling
ASTM E1994, Standard Practice for Use of Process Oriented AOQL and LTPD
Sampling Plans
ASTM E2234, Standard Practice for Sampling a Stream of Product by Attributes
Indexed by AQL
57
58. Klasifikasi Acceptance Sampling
ISO standards
ISO 2859-1:1999, Sampling procedures for inspection by attributes
JIS standards
JIS Z 9015-1:2006, Sampling procedures for inspection by attributes, JIS Z 9015-
1:2006
Military Standard
MIL-STD-414, Sampling Procedures and Tables for Inspection by Variables for
Percent Nonconforming
MIL-STD-105E, Sampling Procedures and Tables for Inspection by Attributes
MIL-STD-1916, DOD Preferred Methods for Acceptance of Product
MIL-STD-1235C, Single and Multi-Level Continuous Sampling Procedures and
Tables for Inspection by Attributes
58
59. Skema Acceptance Sampling
Single sampling plans: One sample of items is selected
at random from a lot and the disposition of the lot is determined from
the resulting information.
Double sampling plans: After the first sample is tested, it
decide to accept/reject the lot or take the second sample to make
decision based on the combination result of both samples.
Multiple sampling plans: An extension of the double
sampling plans where more than two samples are needed to reach a
conclusion.
59
60. Skema Acceptance Sampling
Sequential sampling plans: This is the ultimate
extension of multiple sampling where items are selected from a lot one
at a time and after inspection of each item a decision is made to
accept or reject the lot or select another unit.
Skip lot sampling plans: Skip lot sampling means that
only a fraction of the submitted lots are inspected.
60
61. Macam Inspeksi dalam Acceptance Sampling
Pemeriksaan normal (normal inspection)
Pemeriksaan ketat (tightened inspection)
Pemeriksaan longgar (reduced inspection)
61
62. Standar dalam Acceptance Sampling
Acceptable Quality Level (AQL)
Lot Tolerance Percent Defective (LTPD)
Producer’s Risk (Type I Error)
Consumer’s Risk (Type II Error)
Operating Characteristic (OC) Curve
Average Outgoing Quality (AOQ)
Average Outgoing Quality Level (AOQL)
Average Total Inspection (ATI)
Average Sample Number (ASN)
62