Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1NajMah Usman
kita akan mempelajari tentang “Perhitungan sampel dalam penelitian epidemiologi”
Seringkali didalam melakukan sebuah penelitian, sumber daya yang tersedia baik itu berupa tenaga, waktu maupun dana sangatlah terbatas. Hal ini, tidak memungkinkan peneliti untuk menganalisa semua unit yang ada di dalam populasi. Oleh karena itu, perlunya dilakukan sampling dengan hanya mengambil sebagian sampel dari keseluruhan unit populasi yang ada. Sehingga, proses penelitian yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien terutama dalam hal biaya penelitian yang harus dikeluarkan.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo �Jakarta
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1NajMah Usman
kita akan mempelajari tentang “Perhitungan sampel dalam penelitian epidemiologi”
Seringkali didalam melakukan sebuah penelitian, sumber daya yang tersedia baik itu berupa tenaga, waktu maupun dana sangatlah terbatas. Hal ini, tidak memungkinkan peneliti untuk menganalisa semua unit yang ada di dalam populasi. Oleh karena itu, perlunya dilakukan sampling dengan hanya mengambil sebagian sampel dari keseluruhan unit populasi yang ada. Sehingga, proses penelitian yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien terutama dalam hal biaya penelitian yang harus dikeluarkan.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo �Jakarta
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)NajMah Usman
Prevalensi adalah proporsi orang yang berpenyakit dari suatu populasi pada satu titik waktu atau periode waktu. Prevalensi juga dapat menunjukkanmasalah kesehatan lainnya atau kondisi tertentu misalnya prevalensi perilaku merokok. Prevalensi dapat dirumuskan sebagai berikut (2, 6, 8):
Prevalensi terbagi menjadi 2 jenis yaitu prevalens titik (point prevalence) dan prevalens periodik (periodic prevalance). Prevalens titik adalah Prevalensi yang menunjukkan proporsi individu yang sakit pada satu titik waktu tertentu. Sedangkan prevalens periodik adalah prevalens yang memuat prevalensi titik dan juga kasus baru (insidensi).
Prevalensi titik menggambarkan jumlah kasus (individu yang sakit) dibandingkan dengan populasi berisiko pada satu titik waktu tertentu(5, 8).
Misalnya hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, menunjukkan prevalensi penderita hipertensi usia 18 sampai dengan 24 tahun berdasarkan hasil pengukuran pada riset ini adalah 12,2(9). Dari contoh ini terlihat bahwa numerator prevalensi titik adalah orang yang menderita hipertensi pada saat riset ini dilakukan. Titik waktu tidak hanya terbatas pada waktu berdasarkan kalender yang sama tetapi dapat juga berdasarkan peristiwa yang penting.Misalnya waktu hamil anak terakhir, saat diimunisasi, dan lain sebagainya.
Contoh prevalensi periode adalah prevalensi periode penyakit TB Paru yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada kelompok masyarakat yang tinggal di pedesaan pada tahun 2010 adalah 0,75 %(10). Numerator pada contoh ini merupakan orang yang sakit TB Paru selama tahun 2010 baik kasus lama maupun kasus baru.
Insidensi menunjukkan kasus baru yang ada dalam populasi. Insidensi juga merupakan kejadian (kasus) yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit. Insiden juga terbagi menjadi dua yaitu indensi kumulatif dan laju insidensi. Adapun rumus insiden adalah jumlah kejadian baru dibagi jumlah populasi berisiko dikali 1000.
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
Disain dan Lokasi
Survei potong lintang menggunakan kerangka sampel Blok
Sensus (BS) Susenas bulan Maret 2018 dari BPSPopulasi adalah rumah tangga mencakup seluruh provinsi dan
kabupaten/kota (34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota) di
Indonesia
Sumber : Bahan Paparan Litbangkes Kemenkes RI
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)NajMah Usman
Prevalensi adalah proporsi orang yang berpenyakit dari suatu populasi pada satu titik waktu atau periode waktu. Prevalensi juga dapat menunjukkanmasalah kesehatan lainnya atau kondisi tertentu misalnya prevalensi perilaku merokok. Prevalensi dapat dirumuskan sebagai berikut (2, 6, 8):
Prevalensi terbagi menjadi 2 jenis yaitu prevalens titik (point prevalence) dan prevalens periodik (periodic prevalance). Prevalens titik adalah Prevalensi yang menunjukkan proporsi individu yang sakit pada satu titik waktu tertentu. Sedangkan prevalens periodik adalah prevalens yang memuat prevalensi titik dan juga kasus baru (insidensi).
Prevalensi titik menggambarkan jumlah kasus (individu yang sakit) dibandingkan dengan populasi berisiko pada satu titik waktu tertentu(5, 8).
Misalnya hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, menunjukkan prevalensi penderita hipertensi usia 18 sampai dengan 24 tahun berdasarkan hasil pengukuran pada riset ini adalah 12,2(9). Dari contoh ini terlihat bahwa numerator prevalensi titik adalah orang yang menderita hipertensi pada saat riset ini dilakukan. Titik waktu tidak hanya terbatas pada waktu berdasarkan kalender yang sama tetapi dapat juga berdasarkan peristiwa yang penting.Misalnya waktu hamil anak terakhir, saat diimunisasi, dan lain sebagainya.
Contoh prevalensi periode adalah prevalensi periode penyakit TB Paru yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada kelompok masyarakat yang tinggal di pedesaan pada tahun 2010 adalah 0,75 %(10). Numerator pada contoh ini merupakan orang yang sakit TB Paru selama tahun 2010 baik kasus lama maupun kasus baru.
Insidensi menunjukkan kasus baru yang ada dalam populasi. Insidensi juga merupakan kejadian (kasus) yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit. Insiden juga terbagi menjadi dua yaitu indensi kumulatif dan laju insidensi. Adapun rumus insiden adalah jumlah kejadian baru dibagi jumlah populasi berisiko dikali 1000.
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
Disain dan Lokasi
Survei potong lintang menggunakan kerangka sampel Blok
Sensus (BS) Susenas bulan Maret 2018 dari BPSPopulasi adalah rumah tangga mencakup seluruh provinsi dan
kabupaten/kota (34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota) di
Indonesia
Sumber : Bahan Paparan Litbangkes Kemenkes RI
2. DEFINISI
Design research atau rancangan penelitian adalah suatu rencana
tentang cara mengumpulkan dan mengolah data agar dapat
dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian
3. Rancangan penelitian kesehatan
berdasarkan klasifikasi penelitian
Rancangan Jenis Contoh
Observasional (non-
eksperimen)
Deskriptif
Analitik
Lap kasus
Studi kasus
Survei
Cross sectional
Kasus kontrol
Kohort
Eksperimen Laboratorium
Klinik
Epidemiologi
Biomedik
Trial klinik
Intervensi komunitas
6. CROSS SECTIONAL
– Penelitian Cross Sectional adalah penelitian observaional dimana pengambilan
data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali waktu pada saat
yang bersamaan
– Populasinya adalah semua responden baik yang mempunyai kriteria variabel bebas
dan variabel tergantung maupun tidak
– Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur
– Populasinya adalah: Semua Wanita Usia Subur (baik yang menggunakan depo
provera maupun tidak, serta baik yang obesitas maupun tidak)
– Cara pengambilan data, setiap responden diambil datanya untuk dua variabel
sekaligus
– Setiap responden (WUS) dilakukan pengambilan dua data sekaligus, yaitu data
tentang memakai depo propera atau tidak, sekaligus diukur sedang mengalami
obesitas atau tidak.
8. CIRI-CIRI PENELITIAN
Observasi terhadap variabel independent (faktor resiko) dan
dependent (efek) dilakukan satu kali, pada saat yang sama.
Dapat untuk deskriptif maupun analitik.
Dapat diketahui jumlah subjek yang mengalami efek pada
kelompok yang mempunyai faktor resiko dan yang tidak.
Rasio prevalens menggambarkan peran faktor resiko terhadap
terjadinya efek.
Paling sering digunakan untuk studi klinik/lapangan.
8
9. Tahapan CROSS SECTIONAL
– Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
– Mengidentifikasi variabel penelitian
– Menetapkan subjek penelitian
– Melakukan observasi/ pengukuran
– Melakukan analisis
10.
11. Kelebihan Cross Sectional
– Mudah, ekonomis, hasil cepat didapat
– Dapat meneliti banyak variabel sekaligus
– Kemungkinan subjek “drop out” kecil
– Tidak banyak hambatan etik
– Dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya
12. Kelemahan cross sectional
– Sulit menetapkan mekanisme sebab akibat
– Subjek penelitian cukup besar terutama bila variabel banyak
– Kurang tepat untuk mempelajari penyakit dengan durasi sakit yang
pendek
– Kesimpulan korelasi paling lemah dibanding case control atau cohort
– Tidak dapat menggambarkan perjalanan penyakit
13. PENDEKATAN CASE CONTROL
– Merupakan penelitian dimana pengambilan data variabel akibat
(dependent) dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru diukur varibel
sebab yang telah terjadi pada waktu yang lalu (retrospektif)
– Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita
Usia Subur
– Jika penelitian menggunakan pendekatan Retrospektif, maka populasinya
adalah:
– Semua Wanita Usia Subur yang mengalami obesitas (Kelompok sampel)
– Sedang kelompok kontrolnya adalah semua WUS yang tidak mengalami obesitas
14. Tahapan Case Control
1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
2. Menetapkan variabel penelitian
3. Menetapkan subjek penelitian
4. Melakukan pengukuran variabel
5. Analisis hasil
15.
16. Menentukan Kontrol
– Batasan
Merupakan kelompok yg digunakan sbg pembanding dan memiliki
kriteria:
1. Mempunyai potensi terpajan oleh faktor risiko yang sama dgn klp kasus
2. Tidak menderita penyakit yang diteliti
3. Bersedia ikut dalam penelitian
17. Menentukan Kontrol
– Sumber kontrol
1. Pasien rumah sakit yang memenuhi kriteria
2. Dapat diambil dari masyarakat tempat kasus berasal. Subyek studi
ayng telah ditentukan dan semua individu yang memenuhi kriteria di
daerah tersebut adalah populasi studi kemudian diambil sampel scr
acak untuk menjadi klp kontrol.
3. Teman, saudara, tetangga dan keluarga penderita yang memenuhi
syarat
18. Menentukan Kontrol
– Banyaknya kontrol/kasus
– Jumlah kasus dan kontrol tidak harus selalu sama, karena:
1. Lebih mudah mencari kontrol dibanding kasus
2. Memperkecil jumlah kasus yg dibutuhkan
– Contoh
√ 1:2 √ 0,8
√ 1:3 √ 1,5
19. ODSS RATIO
– Odds ratio merupakan ukuran besarnya efek, menjelaskan kekuatan
hubungan antara dua nilai data biner
– Digunakan pada analisis bivariat dengan desain case control
20. ODSS RATIO
– Menentukan OR secara manual : OR = ad/bc
Interpretasi
< 1 (kondisi/penyakit kurang cenderung terjadi pada kelompok kasus)
= 1 (kondisi/penyakit kemungkinan terjadi pada kedua kelompok)
>1 ( kondisi/peyakit lebih mungkin terjadi pada kelompok kasus)
Penyakit
Kasus (+) Kontrol (-) Jumlah
Pajanan
+ a b a+b
- c d c+d
Jumlah a+c b+d N
21. – Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui hubungan antara hepatomegali dgn
terjadinya syok pada pasien anak yang mengalami DBD. Desain
penelitian yg digunakan adalah case control
22. Syok
ya tidak Jumlah
Hepatomegali
ya 18 34 52
tidak 14 94 108
Jumlah 32 128 160
OR = 1692/476
= 3,55
Artinya “pasien dengan hepatomegali mempunyai kemungkinan
3,55 kali mengalami syok dibanding pasien yang tidak mengalami
hepatomegali”
23. Confounding (perancu)
– Merupakan pengaruh variabel eksternal yang seluruhnya/sebagian
dapat mempengaruhi efek hubungan antara pajanan & penyakit yang
sesungguhnya.
– Mis: Antara pajanan & penyakit yg tampaknya menunjukkan ada
hubungan padahal sesungguhnya tidak, atau
– Tampak tidak ada hubungan padahal sebenarnya ada.
24. Confounding (perancu)
– Ciri-ciri faktor perancu
– Merupakan faktor risiko terhadap timbulnya penyakit yg diteliti
– Memiliki asosiasi non-kausal dengan pajanan yang diteliti
– Cara pengendalian
– Perhitungan secara terpisah
– Stratifikasi
– matching
25. Matching
– Merupakan cara untuk menyamakan variabel-variabel tertentu antara
klp kasus dan klp kontrol.
– Variabel yang dapat di gunakan
– Umur
– Jenis kelamin
– Pendidikan
– Pekerjaan
– Gol. Darah
– dll
26. Matching
– Dilakukan untuk menghindari bias yang timbul akibat tidak
komparabelnya klp kasus dan kontrol.
– Dilakukan pada saat persiapan yaitu saat pengambilan sampel.
– Dapat juga dilakukan pada saat analisis = disebut postmatching
27. Matching
– Syarat matching
– Variabel yang digunakan untuk matching tidak berhubungan dgn pajanan
thd faktor risiko
– Bukan merupakan sebab timbulnya penyakit
– Dapat merupakan fk. Risiko yang berasal dari variabel penyebab akibat
adanya asosiasi nonkausal
28. – Kriteria matching menurut Wold (1956) dan Susser (1973)
A
E
F
D
B
E
F
D
E = PAJANAN
F = VARIABEL PERANCU/
FAKTOR MATCHING
D = PENYAKIT
ASOSIASI KAUSAL
ASOSIASI NONKAUSAL
29. Kelebihan kasus kontrol
1. Cocok untuk mempelajari penyakit yg jarang ditemukan
2. Hasil cepat, ekonomis
3. Subjek penelitian bisa lebih sedikit
4. Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin
berhubungan dengan penyakit
5. Kesimpulan korelasi > baik, krn ada pembatasan dan pengendalian
faktor risk
6. Tidak mengalami kendala etik
30. Kelemahan kasus kontrol
– Bias
– Tdk diketahui pengaruh variabel luar yg tak terkendali dgn teknik
matching
– Pemilihan kontrol dgn mathcing akan sulit bila faktor risiko yg di
“matching”kan banyak
– Kelompok kasus dan kontrol tidak random apakah faktor luar
seimbang?
31. PENDEKATAN COHORT
– Merupakan penelitian dimana pengambilan data variabel bebas
(sebab) dilakukan terlebih dahulu, setelah beberapa waktu
kemudian baru dilakukan pengambilan data variabel tergantung
(akibat)
– Populasi adalah semua responden yang mempunyai kriteria variabel
sebab (sebagai kelompok studi)
– Pada penelitian cohort perlu kontrol, yaitu kelompok yang tidak
mempunyai kriteria variabel sebab
32. Skema Studi Kohort Prospektif
W a k t u p e n e lit ia n d im u la i
S u b y e k t a n p a
f a k t o r r is ik o &
t a n p a e f e k
F a k t o r r is ik o ( + )
F a k t o r r is ik o ( - )
E f e k ( + )
E f e k ( - )
E f e k ( - )
E f e k ( + )
A p a k a h t e r ja d i e f e k ?D IIK U T I P R O S P E K T IF
33. Skema Studi Kohort retrospektif
Pengambilan kelompok
kohort dari data yang
telah lalu
Saat pelaksanaan
penelitian
Faktor
risiko
Klp studi (+)
Klp kontrol (-)
insiden
insiden
Efek (+)
Efek (-)
Efek (+)
Efek (-)
34. – Syarat umum subyek dapat dimasukkan dalam studi kohort
1. Tidak menderita efek yang diteliti
2. Belum terpajan terhadap faktor risiko yang diteliti
– Pemilihan kelompok kontrol
bagian dr populasi yg tdk terpajan faktor risiko
– Keuntungan :
1. Berasal dari populasi yang sama
2. Dapat dilakukan follow up dgn prosedur yg sama
35. Mengamati timbulnya efek
– Pengamatan dalam periode tertentu
– Lama waktu pengamatan tergantung pada karakteristik penyakit atau
efek yang diteliti
– Loss to follow-up. Batas: 10% untuk studi klinis dan 15 % untuk studi
lapangan
– Pengamatan tunggal: dilakukan 1X pada akhir penelitian
– Pengamatan berkala: periodik menurut interval waktu yang ditetapkan
sampai akhir penelitian
36. Analisis hasil
– Membandingkan insiden penyakit antara kelompok dengan faktor risiko dengan
kelompok tanpa risiko Risiko Relatif (Relative Risk RR)
– Menyertakan interval kepercayaan
– Kai-kuadrat dan RR
37. Risiko Relatif
EFEK
Ya Tidak Jumlah
FAKTOR
RISIKO
Ya a b a+b
Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
Sel a: subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek
Sel b: subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
Sel c: subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
Sel d: subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek
Relative Risk (RR) =Relative Risk (RR) = Insiden pada kelompok terpaparInsiden pada kelompok terpapar
Insiden pada kelompok tidak terpaparInsiden pada kelompok tidak terpapar
A(A+B)/C(C+D)A(A+B)/C(C+D)
38. Interpretasi RR
– RR>1 Paparan merupakan faktor risiko
– RR<1 Paparan merupakan faktor protektif
– RR=1 Paparan bukan merupakan faktor risiko
39. – Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita
Usia Subur
– Jika penelitian menggunakan pendekatan Cohort, maka populasinya
adalah:
– Semua Wanita Usia Subur yang menggunakan Depo Propera (kelompok
sampel)
– Sedangkan kelompok kontrolnya adalah semua WUS yang tidak
menggunakan Depo Propera
40. – Setelah diamati beberapa waktu tertentu (misal 1 tahun), dilakukan
pengambilan data obesitas (variabel akibat), baik pada kelompok
sebab maupun kelompok akibat
– Kemudian data kedua kelompok studi dan kontrol dianalisa dengan
menggunakan uji statistik yang sesuai
41. Contoh Studi Kohort
– Anemia pada ibu hamil BBLR
– Kebiasaan merokok pada orang tua ISPA pada balita
– Kebiasaan menggunakan alas kaki kecacingan pada anak SD
– Cuci tangan dengan sabun diare pada anak
42. Kelebihan Kohort
– Dapat digunakan untuk menguji hipotesis mengenai hubungan faktor risiko
yg diperkirakan sbg penyebab timbulnya penyakit dgn akibatnya
– Menghitung rate insiden scr langsung
– Mengetahui perubahan2 yg terjadi dgn berjalannya waktu atau parjalanan
penyakit alamiah
– Menghitung besarnya risiko kelompok terpajan dan kelompok tdk terpajan
hingga dapat dihitung risiko atribut dan risiko relatif atau population
atributable risk (PAR) secara langsung
– Mempelajari berbagai efek terhadap suatu pajanan hingga dapat diperoleh
informasi yang lebih mendalam.
43. Kelemahan Kohort
– Membutuhkan waktu lama
– Membutuhkan biaya dan tenaga yang besar
– Lamanya pengamatan dan kemajuan yg pesat dalam bidang kedokteran
mengakibatkan perubahan pada masalah yang dihadapi sehingga
kemungkinan hasil penelitian menjadi tidak relevan
– Tidak efisien untuk penyakit yang jarang atau penyakit dengan fase laten
yang panjang
– Seringkali sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap dalam
penelitian, terutama bila pengamatan dilakukan berulang-ulang dan
membutuhkan waktu yang lama karena penderita menjadi bosan.
44. Eksperimental
– Memberikan perlakuan/manipulasi terhadap subjek dan diamati efek perlakuan
tersebut
– Disebut juga rancangan percobaan
– Kapasitas korelasi paling tinggi dibandingkan rancangan penelitian yang lain
– Variabel penelitian:
– Var. tercoba, yang dipelajari efek perlakuan
– Var. eksperimental, yang dimanipulasi
– Var. non-eksperimental
– Var. terkendali, var. luar yang dapat dikendalikan
– Var. tak terkendali, var. luar yang tidak dapat dikendalikan
– Pengendalian dengan:
– rancangan penelitian
– statistik
45. Kelebihan Eksperimental
– Memungkinkan untuk dilakukan randomisasi dan melakukan penilaian penelitian
dengan double-blind. Teknik randomisasi hanya dapat dilakukan pada
penelitian intervensi dibandingkan penelitian observasional.
– Teknik randomisasi bertujuan untuk menciptakan karakteristik antar
kelompok hampir sama dalam penelitian.
– Desain ini juga memungkinkan peneliti melakukan double-blind, dimana peneliti
maupun responden tidak mengetahui status responden apakah apakah
termasuk dalam kelompok intervensi atau non-intervensi.
– Desain ini dapat meminimalisir faktor perancu yang dapat menyebabkan bias
dalam hasil penelitian
46. Kelemahan Eksperimental
– Berhubungan dengan masalah etika, waktu dan masalah
pengorganisasian penelitian
– Butuh managemen yang tidak mudah karena melibatkan
banyak pihak.
– Contoh : intervensi bekaitan dengan manusia, dan
membutuhkan kerjasama dari responden pada kelompok
intervensi atau non intervensi, tenaga kesehatan, peneliti,
laboran dan sebagaimananya terkait penelitian