SlideShare a Scribd company logo
Website:
www.metopidfkmunsri.blogspot.com
Email :
najem240783@yahoo.com
Facebook:
Najmah Usman
NAJMAH, SKM, MPH | FACULTYOF PUBLIC HEALTH | SRIWIJAYA UNIVERSITY
EDISI EPIDEMIOLOGI
Perhitungan Dasar Epidemiologi II
Prevalens & Rasio
Prevalensi
▪ Prevalensi adalah proporsi orang yang
berpenyakit dari suatu populasi pada satu titik
waktu atau periode waktu. Prevalensi juga
dapat menunjukkanmasalah kesehatan lainnya
atau kondisi tertentu misalnya prevalensi
perilaku merokok. Prevalensi dapat dirumuskan
sebagai berikut (2, 6, 8):
Jenis Prevalensi
Prevalensi
PrevalensTitik
Prevalens Periodik
Prevalensi titik
menunjukkan proporsi
individu yang sakit pada
satu titik waktu tertentu
Prevalensi periode
memuat prevalensi titik
dan juga kasus baru
(insidensi)
Insidensi
Insidensi menunjukkan kasus baru yang ada dalam
populasi. Insidensi juga merupakan kejadian (kasus)
yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat
alamiah penyakit
Insidensi
Insidensi Kumulatif
Laju Insidensi
Contoh Kasus
Pada tahun 2010 diketahui terdapat 17.139 kasus
campak di Indonesia. Pada kasus ini seluruh penduduk
Indonesia pada tahun 2010 dianggap sebagai orang
yang terpapar risiko untuk terkena penyakit campak.
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah
237.641.326 jiwa. Sehingga diperoleh hasil angka
insidensi adalah 0,00073 atau dapat disederhanakan
angka insidensi penyakit campak pada tahun 2010 di
Indonesia adalah 7,3 per 10.000 penduduk (11)
Insidensi Kumulatif
Proporsi kasus baru pada populasi berisiko pada periode
waktu tertentu. Insidensi kumulatif dapat menaksir risiko
seseorang untuk terkena suatu penyakit pada jangka
waktu tertentu
*pada periode waktu tertentu
** pada permulaan periode
Laju Insidensi
Laju insidensi menunjukkan kecepatan kejadian baru
terjadi pada populasi. Laju insidensi merupakan proporsi
jumlah orang yang baru menderita penyakit diantara
jumlah orang dalam risiko dikali dengan lamanya ia
dalam risiko. Rumus laju insidensi:
PREVALENSI VS INSIDENSI
Prevalensi bergantung pada insidensi dan durasi penyakit.
Bila prevalensi rendah dan tidak ada perubahan berarti
dengan waktu, maka dapat dirumuskan :
Prevalensi (P) = Insidensi (I) x rata-rata durasi penyakit (D)
Rumus ini berlaku bila tidak ada pencegahan dan tidak
ada pengobatan untuk penyakit ini
Rasio & Risk
Risk Rasio
▪ Risk rasio atau disebut juga Relative risk (RR)
merupakan rasio dari risiko untuk terjadinya
penyakit pada kelompok terpapar
dibandingkan kelompok yang tidak terpapar
(2). Murti (1997, 182) mendefinisikan resiko
relatif sebagai ukuran yang dapat menunjukkan
berapa kali risiko untuk mengalami penyakit
pada populasi terpapar relatif dibandingkan
dengan populasi tidak terpapar (8)
Insidensi Kumulatif
KelompokTerpapar
Proporsi kasus baru pada
kelompok yang terpapar
insidensi kumulatif
kelompok tidak terpapar
Proporsi kasus baru pada kelompok
yang tidak terpapar
Rumus Risk Rasio:
 Biila hasil perhitungan = 1, artinya tidak ada asosiasi antara paparan
dan penyakit
 Bila hasil perhitungan > 1, artinya paparan merupakan faktor risiko
penyakit, paparan meningkatkan resiko terkena penyakit tertentu
 Bila hasil perhitungan < 1, artinya paparan memiliki efek protektif
terhadap penyakit, paparan melindungi atau mengurangi resiko
penyakit tertentu
Contoh Kasus
▪ Sebuah penelitian kohort ingin melihat risiko orang
yang merokok untuk terkena kanker paru di Provinsi
X. Pada awal penelitian sebanyak 5000 orang yang
merokok dijadikan subyek penelitian dan 5000 orang
lainnya sebagai kelompok pembanding (tidak
merokok). 20 tahun kemudian diketahui di antara
5000 orang yang merokok 200 orang di antaranya
mengalami kanker paru, dan di antara 5000 orang
yang tidak merokok terdapat 50 orang yang
mengalami kanker paru. Hitunglah risiko relatif
kelompok yang merokok untuk terkena penyakit
kanker paru dibandingkan dengan kelompok yang
tidak terpapar !
Tabel 11. Data penelitian kohort merokok untuk terkena
kanker paru di Provinsi X
Insidensi kelompok terpapar = 200/5000 = 0,04
Insidensi kelompok tidak terpapar = 50/5000 = 0,01
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dengan RR sebesar
4 dapat diinterpretasikan sebagai risiko orang yang
merokok untuk terkena kanker paru adalah 4 kali lebih
besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Odd Rasio
▪ Odds menunjukkan rasio dua nilai dikotomi. Odds kasus
artinya perbandingan jumlah kasus terpapar dengan
kasus tidak terpapar, sedangkan odds kontrol artinya
perbadingan jumlah kontrol terpapar dan kontrol tidak
terpapar.
▪ Odds Ratio (OR) atau rasio odds merupakan
perbandingan odds subyek sakit dengan odds subyek
tak sakit. Odds rasio merupakan sebuah pendekatan
risiko relatif yang digunakan dalam penelitian kasus
kontrol.
Contoh Kasus
▪ Sebuah penelitian kasus kontrol ingin mengetahui
faktor yang mempengaruhi kejadian difteri klinis pada
anak yang berusia < 15 tahun di Kabupaten
Bangkalan pasca sub PIN difteri tahun 2012 (Utama,
2013). Salah satu faktor yang diteliti adalah status
imunisasi DPT dasar. Status DPT dasar dalam
penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori, namun
dalam contoh ini cukup diklasifikasikan menjadi dua
kategori.
Attributable risk
Prevalensi Rasio (PR)
Potong Lintang
(Cross Sectional)
Prevalens
Rasio
Ukuran rasio prevalensi dapat menggunakan
rumus odd rasio (OR) maupun risk rasio (RR),
hanya saja data yang digunakan bukan data
kumulatif insidensi melainkan data prevalensi (2,
6, 8).
Tabel 13. Hubungan antara sumber
Informasi dan sikap terhadap
ODHA(Analisis Lanjut Data SDKI 2007)
Sumber:Yeni dkk, 2011
OR Approaches
RR Approaches
REFERENSI
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan
masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo (in progress)
THANK YOU!
FORYOUR ATTENTION
Website:
www.metopidfkmunsri.blogspot.com
Email :
najem240783@yahoo.com
Facebook:
Najmah Usman
SALAM CERDAS, TIADA BATAS UNTUK MENJADI CERDAS
Design by
Harun Al Rasyid

More Related Content

What's hot

Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Muh Saleh
 
Materi case control
Materi case controlMateri case control
Materi case control
Basid Baidowi Fisio
 
GCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat KesadaranGCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat Kesadaran
Andry Sartika, S.Kep.,Ners.,M.Kep
 
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologiUkuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
lasnisiregar
 
Metodologi penelitian, desain studi &
Metodologi penelitian, desain  studi &Metodologi penelitian, desain  studi &
Metodologi penelitian, desain studi &Ira Masykura
 
4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit
phiqe kbn
 
Konsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiKonsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologi
Anggita Dewi
 
Bab v skrining penapisan dalam epidemiologi
Bab v  skrining penapisan dalam epidemiologiBab v  skrining penapisan dalam epidemiologi
Bab v skrining penapisan dalam epidemiologi
NajMah Usman
 
MAD Konsep P value dan Confidence Interval
MAD Konsep P value dan Confidence IntervalMAD Konsep P value dan Confidence Interval
MAD Konsep P value dan Confidence Interval
NajMah Usman
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabah
rickygunawan84
 
Bentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian EpidemiologiBentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian Epidemiologi
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Beberapa contoh-dummy-tabel
Beberapa contoh-dummy-tabelBeberapa contoh-dummy-tabel
Beberapa contoh-dummy-tabelDhyka Dyah
 
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case Control
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case ControlEpidemiologi Lanjut : Penelitian Case Control
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case ControlFachri Latif
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
Wahyu Purnama
 
KPSP & DDST
KPSP & DDST KPSP & DDST
KPSP & DDST
Amalia Senja
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
Muhammad Adi
 
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
NajMah Usman
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7tristyanto
 
Uji statistik
Uji statistikUji statistik
Uji statistik
Wira Kusuma
 

What's hot (20)

Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
 
Materi case control
Materi case controlMateri case control
Materi case control
 
GCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat KesadaranGCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat Kesadaran
 
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologiUkuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
 
Mortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan MorbiditasMortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan Morbiditas
 
Metodologi penelitian, desain studi &
Metodologi penelitian, desain  studi &Metodologi penelitian, desain  studi &
Metodologi penelitian, desain studi &
 
4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit
 
Konsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiKonsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologi
 
Bab v skrining penapisan dalam epidemiologi
Bab v  skrining penapisan dalam epidemiologiBab v  skrining penapisan dalam epidemiologi
Bab v skrining penapisan dalam epidemiologi
 
MAD Konsep P value dan Confidence Interval
MAD Konsep P value dan Confidence IntervalMAD Konsep P value dan Confidence Interval
MAD Konsep P value dan Confidence Interval
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabah
 
Bentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian EpidemiologiBentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian Epidemiologi
 
Beberapa contoh-dummy-tabel
Beberapa contoh-dummy-tabelBeberapa contoh-dummy-tabel
Beberapa contoh-dummy-tabel
 
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case Control
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case ControlEpidemiologi Lanjut : Penelitian Case Control
Epidemiologi Lanjut : Penelitian Case Control
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
KPSP & DDST
KPSP & DDST KPSP & DDST
KPSP & DDST
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
Bab II Perhitungan dalam epidemiologi(part 1)
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7
 
Uji statistik
Uji statistikUji statistik
Uji statistik
 

Viewers also liked

Bab vi studi desain epidemiologi
Bab vi studi desain epidemiologiBab vi studi desain epidemiologi
Bab vi studi desain epidemiologi
NajMah Usman
 
Bab iii konsep standardisasi (part 2)
Bab iii konsep standardisasi (part 2)Bab iii konsep standardisasi (part 2)
Bab iii konsep standardisasi (part 2)
NajMah Usman
 
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
NajMah Usman
 
Bab 1 Mengenal Stata
Bab 1 Mengenal StataBab 1 Mengenal Stata
Bab 1 Mengenal Stata
NajMah Usman
 
MAD: aplikasi uji kai kuadrat dan fisher exact
MAD: aplikasi uji kai kuadrat dan fisher exactMAD: aplikasi uji kai kuadrat dan fisher exact
MAD: aplikasi uji kai kuadrat dan fisher exact
NajMah Usman
 
Bab I Epidemiologi dasar (part i)
Bab I Epidemiologi dasar (part i)Bab I Epidemiologi dasar (part i)
Bab I Epidemiologi dasar (part i)
NajMah Usman
 
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular Ebola
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular EbolaBAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular Ebola
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular Ebola
NajMah Usman
 
MAD Analisa Deskripsi Data Kesehatan -SPSS
MAD Analisa Deskripsi Data Kesehatan -SPSSMAD Analisa Deskripsi Data Kesehatan -SPSS
MAD Analisa Deskripsi Data Kesehatan -SPSS
NajMah Usman
 
Bab 3 aplikasi stata pada perhitungan epidemiologi
Bab 3 aplikasi stata pada   perhitungan epidemiologiBab 3 aplikasi stata pada   perhitungan epidemiologi
Bab 3 aplikasi stata pada perhitungan epidemiologi
NajMah Usman
 
Bab iv faktor perancu (part 1)
Bab iv faktor perancu (part 1)Bab iv faktor perancu (part 1)
Bab iv faktor perancu (part 1)
NajMah Usman
 
MAD UJI HIPOTESA
MAD UJI HIPOTESA MAD UJI HIPOTESA
MAD UJI HIPOTESA
NajMah Usman
 
MAD UJI REGRESI DAN KORELASI SPSS
MAD UJI REGRESI DAN KORELASI SPSSMAD UJI REGRESI DAN KORELASI SPSS
MAD UJI REGRESI DAN KORELASI SPSS
NajMah Usman
 
Bab iv faktor perancu (part 2)
Bab iv faktor perancu (part 2)Bab iv faktor perancu (part 2)
Bab iv faktor perancu (part 2)
NajMah Usman
 
MAD uji student t test and anova
MAD uji student t test and anovaMAD uji student t test and anova
MAD uji student t test and anova
NajMah Usman
 
Bab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epidBab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epid
NajMah Usman
 
BAB 12 Epidemiologi Penyakit Menular Flu burung
BAB 12 Epidemiologi Penyakit Menular Flu burungBAB 12 Epidemiologi Penyakit Menular Flu burung
BAB 12 Epidemiologi Penyakit Menular Flu burung
NajMah Usman
 
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPA
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPABAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPA
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPA
NajMah Usman
 

Viewers also liked (17)

Bab vi studi desain epidemiologi
Bab vi studi desain epidemiologiBab vi studi desain epidemiologi
Bab vi studi desain epidemiologi
 
Bab iii konsep standardisasi (part 2)
Bab iii konsep standardisasi (part 2)Bab iii konsep standardisasi (part 2)
Bab iii konsep standardisasi (part 2)
 
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
Bab i epidemiologi dasar (part ii konsep sehat sakit dan triad)
 
Bab 1 Mengenal Stata
Bab 1 Mengenal StataBab 1 Mengenal Stata
Bab 1 Mengenal Stata
 
MAD: aplikasi uji kai kuadrat dan fisher exact
MAD: aplikasi uji kai kuadrat dan fisher exactMAD: aplikasi uji kai kuadrat dan fisher exact
MAD: aplikasi uji kai kuadrat dan fisher exact
 
Bab I Epidemiologi dasar (part i)
Bab I Epidemiologi dasar (part i)Bab I Epidemiologi dasar (part i)
Bab I Epidemiologi dasar (part i)
 
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular Ebola
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular EbolaBAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular Ebola
BAB 13 Epidemiologi Penyakit Menular Ebola
 
MAD Analisa Deskripsi Data Kesehatan -SPSS
MAD Analisa Deskripsi Data Kesehatan -SPSSMAD Analisa Deskripsi Data Kesehatan -SPSS
MAD Analisa Deskripsi Data Kesehatan -SPSS
 
Bab 3 aplikasi stata pada perhitungan epidemiologi
Bab 3 aplikasi stata pada   perhitungan epidemiologiBab 3 aplikasi stata pada   perhitungan epidemiologi
Bab 3 aplikasi stata pada perhitungan epidemiologi
 
Bab iv faktor perancu (part 1)
Bab iv faktor perancu (part 1)Bab iv faktor perancu (part 1)
Bab iv faktor perancu (part 1)
 
MAD UJI HIPOTESA
MAD UJI HIPOTESA MAD UJI HIPOTESA
MAD UJI HIPOTESA
 
MAD UJI REGRESI DAN KORELASI SPSS
MAD UJI REGRESI DAN KORELASI SPSSMAD UJI REGRESI DAN KORELASI SPSS
MAD UJI REGRESI DAN KORELASI SPSS
 
Bab iv faktor perancu (part 2)
Bab iv faktor perancu (part 2)Bab iv faktor perancu (part 2)
Bab iv faktor perancu (part 2)
 
MAD uji student t test and anova
MAD uji student t test and anovaMAD uji student t test and anova
MAD uji student t test and anova
 
Bab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epidBab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epid
 
BAB 12 Epidemiologi Penyakit Menular Flu burung
BAB 12 Epidemiologi Penyakit Menular Flu burungBAB 12 Epidemiologi Penyakit Menular Flu burung
BAB 12 Epidemiologi Penyakit Menular Flu burung
 
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPA
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPABAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPA
BAB 14 Epidemiologi Kesehatan Masyarakat ISPA
 

Similar to Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)

PENGUKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI.pptx
PENGUKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI.pptxPENGUKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI.pptx
PENGUKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI.pptx
AnnisaIntanPratiwi
 
Ukuran epidemiologi
Ukuran epidemiologiUkuran epidemiologi
Ukuran epidemiologiAgus Candra
 
UKURAN_FREKWENSI_EPIDEMIOLOGI.pdf
UKURAN_FREKWENSI_EPIDEMIOLOGI.pdfUKURAN_FREKWENSI_EPIDEMIOLOGI.pdf
UKURAN_FREKWENSI_EPIDEMIOLOGI.pdf
viviindriyani2
 
UKURAN DAMPAK.pptx
UKURAN DAMPAK.pptxUKURAN DAMPAK.pptx
UKURAN DAMPAK.pptx
RadianIlmaskal
 
13319964.ppt
13319964.ppt13319964.ppt
13319964.ppt
irwan294453
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiSariana Csg
 
Ukuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologiUkuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologi
Irfrans D' Rayyan
 
Kelompok 6 Epidemiologi _Asosiasi dan Dampak.pptx
Kelompok 6 Epidemiologi _Asosiasi dan Dampak.pptxKelompok 6 Epidemiologi _Asosiasi dan Dampak.pptx
Kelompok 6 Epidemiologi _Asosiasi dan Dampak.pptx
renywidya4
 
Tugas Epid 6-sept-1.pptxabsnejsjfjsiwjri
Tugas Epid 6-sept-1.pptxabsnejsjfjsiwjriTugas Epid 6-sept-1.pptxabsnejsjfjsiwjri
Tugas Epid 6-sept-1.pptxabsnejsjfjsiwjri
AndreZeref
 
Ukuran epidemiologi
Ukuran epidemiologi Ukuran epidemiologi
Ukuran epidemiologi
Ngulya Imroatul
 
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdfMI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
AsepSaefunnajat
 
Aulia Dwi Juanita 22420014 perbedaan epid deskriptif dan analitik.pdf
Aulia Dwi Juanita 22420014 perbedaan epid deskriptif dan analitik.pdfAulia Dwi Juanita 22420014 perbedaan epid deskriptif dan analitik.pdf
Aulia Dwi Juanita 22420014 perbedaan epid deskriptif dan analitik.pdf
AuliaDwiJuanita
 
Konsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLBKonsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLB
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Konsep Epidemiologi
Konsep EpidemiologiKonsep Epidemiologi
Konsep Epidemiologi
pjj_kemenkes
 
Epidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptxEpidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptx
AnnaMurniNasution
 
Faktor Risiko Penyakit.pptx
Faktor Risiko Penyakit.pptxFaktor Risiko Penyakit.pptx
Faktor Risiko Penyakit.pptx
adella22
 
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf
fachrulshidiq3
 
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptxDasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
AlfrianaMargareta
 

Similar to Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2) (20)

PENGUKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI.pptx
PENGUKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI.pptxPENGUKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI.pptx
PENGUKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI.pptx
 
Ukuran epidemiologi
Ukuran epidemiologiUkuran epidemiologi
Ukuran epidemiologi
 
UKURAN_FREKWENSI_EPIDEMIOLOGI.pdf
UKURAN_FREKWENSI_EPIDEMIOLOGI.pdfUKURAN_FREKWENSI_EPIDEMIOLOGI.pdf
UKURAN_FREKWENSI_EPIDEMIOLOGI.pdf
 
UKURAN DAMPAK.pptx
UKURAN DAMPAK.pptxUKURAN DAMPAK.pptx
UKURAN DAMPAK.pptx
 
13319964.ppt
13319964.ppt13319964.ppt
13319964.ppt
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar Epidemiologi
 
Ukuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologiUkuran asosiasi epidemiologi
Ukuran asosiasi epidemiologi
 
Kelompok 6 Epidemiologi _Asosiasi dan Dampak.pptx
Kelompok 6 Epidemiologi _Asosiasi dan Dampak.pptxKelompok 6 Epidemiologi _Asosiasi dan Dampak.pptx
Kelompok 6 Epidemiologi _Asosiasi dan Dampak.pptx
 
Tugas Epid 6-sept-1.pptxabsnejsjfjsiwjri
Tugas Epid 6-sept-1.pptxabsnejsjfjsiwjriTugas Epid 6-sept-1.pptxabsnejsjfjsiwjri
Tugas Epid 6-sept-1.pptxabsnejsjfjsiwjri
 
2 epidemiologi ikm
2 epidemiologi ikm2 epidemiologi ikm
2 epidemiologi ikm
 
Ukuran epidemiologi
Ukuran epidemiologi Ukuran epidemiologi
Ukuran epidemiologi
 
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdfMI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
 
Aulia Dwi Juanita 22420014 perbedaan epid deskriptif dan analitik.pdf
Aulia Dwi Juanita 22420014 perbedaan epid deskriptif dan analitik.pdfAulia Dwi Juanita 22420014 perbedaan epid deskriptif dan analitik.pdf
Aulia Dwi Juanita 22420014 perbedaan epid deskriptif dan analitik.pdf
 
Konsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLBKonsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLB
 
Konsep Epidemiologi
Konsep EpidemiologiKonsep Epidemiologi
Konsep Epidemiologi
 
Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1
 
Epidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptxEpidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptx
 
Faktor Risiko Penyakit.pptx
Faktor Risiko Penyakit.pptxFaktor Risiko Penyakit.pptx
Faktor Risiko Penyakit.pptx
 
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf
6d386-pertemuan-5.-ukuran-frekuensi-penyakit-3-.pdf
 
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptxDasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
 

More from NajMah Usman

Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)
Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)
Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)
NajMah Usman
 
Social Epidemiology: Social determinants of health
Social Epidemiology: Social determinants of healthSocial Epidemiology: Social determinants of health
Social Epidemiology: Social determinants of health
NajMah Usman
 
Epidemiologi Sosial -Pengantar (Social Epidemiology-An Introduction)
Epidemiologi Sosial -Pengantar (Social Epidemiology-An Introduction)Epidemiologi Sosial -Pengantar (Social Epidemiology-An Introduction)
Epidemiologi Sosial -Pengantar (Social Epidemiology-An Introduction)
NajMah Usman
 
Mengkode Manual pada Data Kualitatif (Coding manuals for qualitative data)
Mengkode Manual pada Data Kualitatif (Coding manuals for qualitative data)Mengkode Manual pada Data Kualitatif (Coding manuals for qualitative data)
Mengkode Manual pada Data Kualitatif (Coding manuals for qualitative data)
NajMah Usman
 
Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Qualitative Research-An Introduction)
Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Qualitative Research-An Introduction)Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Qualitative Research-An Introduction)
Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Qualitative Research-An Introduction)
NajMah Usman
 
Analisa Tematik (Thematic analytic)
Analisa Tematik (Thematic analytic)Analisa Tematik (Thematic analytic)
Analisa Tematik (Thematic analytic)
NajMah Usman
 
Bab 8 uji reliabilitas dan validitas
Bab 8 uji reliabilitas dan validitasBab 8 uji reliabilitas dan validitas
Bab 8 uji reliabilitas dan validitas
NajMah Usman
 
Bab 5 analisis deskriptif pada SPSS
Bab 5 analisis deskriptif pada  SPSSBab 5 analisis deskriptif pada  SPSS
Bab 5 analisis deskriptif pada SPSS
NajMah Usman
 
Bab 13 paired t test
Bab 13 paired t testBab 13 paired t test
Bab 13 paired t test
NajMah Usman
 
Bab 12 uji anova stata dan spss
Bab 12 uji anova stata dan    spssBab 12 uji anova stata dan    spss
Bab 12 uji anova stata dan spss
NajMah Usman
 
Bab 11 uji independent student t-tes
Bab 11 uji independent student t-tesBab 11 uji independent student t-tes
Bab 11 uji independent student t-tes
NajMah Usman
 
Bab 10 uji chi square stata dan spss
Bab 10 uji chi square stata dan spssBab 10 uji chi square stata dan spss
Bab 10 uji chi square stata dan spss
NajMah Usman
 
Bab 9 aplikasi uji regresi linear sederhana dan berganda
Bab 9 aplikasi uji regresi linear  sederhana dan bergandaBab 9 aplikasi uji regresi linear  sederhana dan berganda
Bab 9 aplikasi uji regresi linear sederhana dan berganda
NajMah Usman
 
Bab 8 analisis regresi logistik sederhana dengan spss
Bab 8 analisis regresi logistik  sederhana dengan spssBab 8 analisis regresi logistik  sederhana dengan spss
Bab 8 analisis regresi logistik sederhana dengan spss
NajMah Usman
 
Bab 7 analisis spss data sekunder
Bab 7 analisis spss data sekunderBab 7 analisis spss data sekunder
Bab 7 analisis spss data sekunder
NajMah Usman
 
Bab 6 analisa deskriptif ii data kesehatan dengan spss
Bab 6 analisa deskriptif ii data   kesehatan dengan spssBab 6 analisa deskriptif ii data   kesehatan dengan spss
Bab 6 analisa deskriptif ii data kesehatan dengan spss
NajMah Usman
 
Bab 5 analisis deskriptif pada spss
Bab 5 analisis deskriptif pada  spssBab 5 analisis deskriptif pada  spss
Bab 5 analisis deskriptif pada spss
NajMah Usman
 
Bab 4 aplikasi stata pada regresi cox (STATA)
Bab 4 aplikasi stata pada regresi   cox (STATA)Bab 4 aplikasi stata pada regresi   cox (STATA)
Bab 4 aplikasi stata pada regresi cox (STATA)
NajMah Usman
 
Bab 2 univariat, logistik sederhana dan berganda pada STATA
Bab 2 univariat, logistik sederhana  dan berganda pada STATABab 2 univariat, logistik sederhana  dan berganda pada STATA
Bab 2 univariat, logistik sederhana dan berganda pada STATA
NajMah Usman
 
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular MalariaBAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
NajMah Usman
 

More from NajMah Usman (20)

Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)
Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)
Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)
 
Social Epidemiology: Social determinants of health
Social Epidemiology: Social determinants of healthSocial Epidemiology: Social determinants of health
Social Epidemiology: Social determinants of health
 
Epidemiologi Sosial -Pengantar (Social Epidemiology-An Introduction)
Epidemiologi Sosial -Pengantar (Social Epidemiology-An Introduction)Epidemiologi Sosial -Pengantar (Social Epidemiology-An Introduction)
Epidemiologi Sosial -Pengantar (Social Epidemiology-An Introduction)
 
Mengkode Manual pada Data Kualitatif (Coding manuals for qualitative data)
Mengkode Manual pada Data Kualitatif (Coding manuals for qualitative data)Mengkode Manual pada Data Kualitatif (Coding manuals for qualitative data)
Mengkode Manual pada Data Kualitatif (Coding manuals for qualitative data)
 
Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Qualitative Research-An Introduction)
Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Qualitative Research-An Introduction)Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Qualitative Research-An Introduction)
Pengantar Metode Penelitian Kualitatif (Qualitative Research-An Introduction)
 
Analisa Tematik (Thematic analytic)
Analisa Tematik (Thematic analytic)Analisa Tematik (Thematic analytic)
Analisa Tematik (Thematic analytic)
 
Bab 8 uji reliabilitas dan validitas
Bab 8 uji reliabilitas dan validitasBab 8 uji reliabilitas dan validitas
Bab 8 uji reliabilitas dan validitas
 
Bab 5 analisis deskriptif pada SPSS
Bab 5 analisis deskriptif pada  SPSSBab 5 analisis deskriptif pada  SPSS
Bab 5 analisis deskriptif pada SPSS
 
Bab 13 paired t test
Bab 13 paired t testBab 13 paired t test
Bab 13 paired t test
 
Bab 12 uji anova stata dan spss
Bab 12 uji anova stata dan    spssBab 12 uji anova stata dan    spss
Bab 12 uji anova stata dan spss
 
Bab 11 uji independent student t-tes
Bab 11 uji independent student t-tesBab 11 uji independent student t-tes
Bab 11 uji independent student t-tes
 
Bab 10 uji chi square stata dan spss
Bab 10 uji chi square stata dan spssBab 10 uji chi square stata dan spss
Bab 10 uji chi square stata dan spss
 
Bab 9 aplikasi uji regresi linear sederhana dan berganda
Bab 9 aplikasi uji regresi linear  sederhana dan bergandaBab 9 aplikasi uji regresi linear  sederhana dan berganda
Bab 9 aplikasi uji regresi linear sederhana dan berganda
 
Bab 8 analisis regresi logistik sederhana dengan spss
Bab 8 analisis regresi logistik  sederhana dengan spssBab 8 analisis regresi logistik  sederhana dengan spss
Bab 8 analisis regresi logistik sederhana dengan spss
 
Bab 7 analisis spss data sekunder
Bab 7 analisis spss data sekunderBab 7 analisis spss data sekunder
Bab 7 analisis spss data sekunder
 
Bab 6 analisa deskriptif ii data kesehatan dengan spss
Bab 6 analisa deskriptif ii data   kesehatan dengan spssBab 6 analisa deskriptif ii data   kesehatan dengan spss
Bab 6 analisa deskriptif ii data kesehatan dengan spss
 
Bab 5 analisis deskriptif pada spss
Bab 5 analisis deskriptif pada  spssBab 5 analisis deskriptif pada  spss
Bab 5 analisis deskriptif pada spss
 
Bab 4 aplikasi stata pada regresi cox (STATA)
Bab 4 aplikasi stata pada regresi   cox (STATA)Bab 4 aplikasi stata pada regresi   cox (STATA)
Bab 4 aplikasi stata pada regresi cox (STATA)
 
Bab 2 univariat, logistik sederhana dan berganda pada STATA
Bab 2 univariat, logistik sederhana  dan berganda pada STATABab 2 univariat, logistik sederhana  dan berganda pada STATA
Bab 2 univariat, logistik sederhana dan berganda pada STATA
 
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular MalariaBAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
 

Recently uploaded

0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 

Recently uploaded (20)

0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 

Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)

  • 1. Website: www.metopidfkmunsri.blogspot.com Email : najem240783@yahoo.com Facebook: Najmah Usman NAJMAH, SKM, MPH | FACULTYOF PUBLIC HEALTH | SRIWIJAYA UNIVERSITY EDISI EPIDEMIOLOGI Perhitungan Dasar Epidemiologi II
  • 3. Prevalensi ▪ Prevalensi adalah proporsi orang yang berpenyakit dari suatu populasi pada satu titik waktu atau periode waktu. Prevalensi juga dapat menunjukkanmasalah kesehatan lainnya atau kondisi tertentu misalnya prevalensi perilaku merokok. Prevalensi dapat dirumuskan sebagai berikut (2, 6, 8):
  • 4. Jenis Prevalensi Prevalensi PrevalensTitik Prevalens Periodik Prevalensi titik menunjukkan proporsi individu yang sakit pada satu titik waktu tertentu Prevalensi periode memuat prevalensi titik dan juga kasus baru (insidensi)
  • 5. Insidensi Insidensi menunjukkan kasus baru yang ada dalam populasi. Insidensi juga merupakan kejadian (kasus) yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit Insidensi Insidensi Kumulatif Laju Insidensi
  • 6. Contoh Kasus Pada tahun 2010 diketahui terdapat 17.139 kasus campak di Indonesia. Pada kasus ini seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2010 dianggap sebagai orang yang terpapar risiko untuk terkena penyakit campak. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237.641.326 jiwa. Sehingga diperoleh hasil angka insidensi adalah 0,00073 atau dapat disederhanakan angka insidensi penyakit campak pada tahun 2010 di Indonesia adalah 7,3 per 10.000 penduduk (11)
  • 7. Insidensi Kumulatif Proporsi kasus baru pada populasi berisiko pada periode waktu tertentu. Insidensi kumulatif dapat menaksir risiko seseorang untuk terkena suatu penyakit pada jangka waktu tertentu *pada periode waktu tertentu ** pada permulaan periode
  • 8. Laju Insidensi Laju insidensi menunjukkan kecepatan kejadian baru terjadi pada populasi. Laju insidensi merupakan proporsi jumlah orang yang baru menderita penyakit diantara jumlah orang dalam risiko dikali dengan lamanya ia dalam risiko. Rumus laju insidensi:
  • 10. Prevalensi bergantung pada insidensi dan durasi penyakit. Bila prevalensi rendah dan tidak ada perubahan berarti dengan waktu, maka dapat dirumuskan : Prevalensi (P) = Insidensi (I) x rata-rata durasi penyakit (D) Rumus ini berlaku bila tidak ada pencegahan dan tidak ada pengobatan untuk penyakit ini
  • 12. Risk Rasio ▪ Risk rasio atau disebut juga Relative risk (RR) merupakan rasio dari risiko untuk terjadinya penyakit pada kelompok terpapar dibandingkan kelompok yang tidak terpapar (2). Murti (1997, 182) mendefinisikan resiko relatif sebagai ukuran yang dapat menunjukkan berapa kali risiko untuk mengalami penyakit pada populasi terpapar relatif dibandingkan dengan populasi tidak terpapar (8) Insidensi Kumulatif KelompokTerpapar Proporsi kasus baru pada kelompok yang terpapar insidensi kumulatif kelompok tidak terpapar Proporsi kasus baru pada kelompok yang tidak terpapar
  • 13. Rumus Risk Rasio:  Biila hasil perhitungan = 1, artinya tidak ada asosiasi antara paparan dan penyakit  Bila hasil perhitungan > 1, artinya paparan merupakan faktor risiko penyakit, paparan meningkatkan resiko terkena penyakit tertentu  Bila hasil perhitungan < 1, artinya paparan memiliki efek protektif terhadap penyakit, paparan melindungi atau mengurangi resiko penyakit tertentu
  • 14. Contoh Kasus ▪ Sebuah penelitian kohort ingin melihat risiko orang yang merokok untuk terkena kanker paru di Provinsi X. Pada awal penelitian sebanyak 5000 orang yang merokok dijadikan subyek penelitian dan 5000 orang lainnya sebagai kelompok pembanding (tidak merokok). 20 tahun kemudian diketahui di antara 5000 orang yang merokok 200 orang di antaranya mengalami kanker paru, dan di antara 5000 orang yang tidak merokok terdapat 50 orang yang mengalami kanker paru. Hitunglah risiko relatif kelompok yang merokok untuk terkena penyakit kanker paru dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar !
  • 15. Tabel 11. Data penelitian kohort merokok untuk terkena kanker paru di Provinsi X Insidensi kelompok terpapar = 200/5000 = 0,04 Insidensi kelompok tidak terpapar = 50/5000 = 0,01
  • 16. Berdasarkan perhitungan diatas, maka dengan RR sebesar 4 dapat diinterpretasikan sebagai risiko orang yang merokok untuk terkena kanker paru adalah 4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
  • 17. Odd Rasio ▪ Odds menunjukkan rasio dua nilai dikotomi. Odds kasus artinya perbandingan jumlah kasus terpapar dengan kasus tidak terpapar, sedangkan odds kontrol artinya perbadingan jumlah kontrol terpapar dan kontrol tidak terpapar. ▪ Odds Ratio (OR) atau rasio odds merupakan perbandingan odds subyek sakit dengan odds subyek tak sakit. Odds rasio merupakan sebuah pendekatan risiko relatif yang digunakan dalam penelitian kasus kontrol.
  • 18. Contoh Kasus ▪ Sebuah penelitian kasus kontrol ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian difteri klinis pada anak yang berusia < 15 tahun di Kabupaten Bangkalan pasca sub PIN difteri tahun 2012 (Utama, 2013). Salah satu faktor yang diteliti adalah status imunisasi DPT dasar. Status DPT dasar dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori, namun dalam contoh ini cukup diklasifikasikan menjadi dua kategori.
  • 19.
  • 21. Prevalensi Rasio (PR) Potong Lintang (Cross Sectional) Prevalens Rasio Ukuran rasio prevalensi dapat menggunakan rumus odd rasio (OR) maupun risk rasio (RR), hanya saja data yang digunakan bukan data kumulatif insidensi melainkan data prevalensi (2, 6, 8).
  • 22. Tabel 13. Hubungan antara sumber Informasi dan sikap terhadap ODHA(Analisis Lanjut Data SDKI 2007) Sumber:Yeni dkk, 2011 OR Approaches RR Approaches
  • 23. REFERENSI Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo (in progress)
  • 24. THANK YOU! FORYOUR ATTENTION Website: www.metopidfkmunsri.blogspot.com Email : najem240783@yahoo.com Facebook: Najmah Usman SALAM CERDAS, TIADA BATAS UNTUK MENJADI CERDAS Design by Harun Al Rasyid

Editor's Notes

  1. Assalamualaikum Warahmatullahiwabarakatu, Apa kabar semuanya ? Pada Pertemuan E-learning kali ini, kita akan melanjutkan materi ajr kita tentang Perhitungan Dasar dalam Epidemiologi. Pada sesi ke II ini bahasan yang akan dipelajari adalah mengenai Prevalensi dan Rasio. Langsung saja silahkan mendengarkan dan dipahami.
  2. Pertama, kita akan mempelajari mengenai Prevalensi dan kemudian kita akan mempelajari mengenai ukuran rasio dalam epidemiologi.
  3. Prevalensi adalah proporsi orang yang berpenyakit dari suatu populasi pada satu titik waktu atau periode waktu. Prevalensi juga dapat menunjukkanmasalah kesehatan lainnya atau kondisi tertentu misalnya prevalensi perilaku merokok. Prevalensi dapat dirumuskan sebagai berikut (2, 6, 8): Nilai Prevalensi adalah fungsi dari jumlah individu yang sakit dibagi jumlah populasi yang berisiko dikali konstanta 1000.
  4. Prevalensi terbagi menjadi 2 jenis yaitu prevalens titik (point prevalence) dan prevalens periodik (periodic prevalance). Prevalens titik adalah Prevalensi yang menunjukkan proporsi individu yang sakit pada satu titik waktu tertentu. Sedangkan prevalens periodik adalah prevalens yang memuat prevalensi titik dan juga kasus baru (insidensi). Prevalensi titik menggambarkan jumlah kasus (individu yang sakit) dibandingkan dengan populasi berisiko pada satu titik waktu tertentu(5, 8). Misalnya hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, menunjukkan prevalensi penderita hipertensi usia 18 sampai dengan 24 tahun berdasarkan hasil pengukuran pada riset ini adalah 12,2(9). Dari contoh ini terlihat bahwa numerator prevalensi titik adalah orang yang menderita hipertensi pada saat riset ini dilakukan. Titik waktu tidak hanya terbatas pada waktu berdasarkan kalender yang sama tetapi dapat juga berdasarkan peristiwa yang penting.Misalnya waktu hamil anak terakhir, saat diimunisasi, dan lain sebagainya. Contoh prevalensi periode adalah prevalensi periode penyakit TB Paru yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada kelompok masyarakat yang tinggal di pedesaan pada tahun 2010 adalah 0,75 %(10). Numerator pada contoh ini merupakan orang yang sakit TB Paru selama tahun 2010 baik kasus lama maupun kasus baru.
  5. Insidensi menunjukkan kasus baru yang ada dalam populasi. Insidensi juga merupakan kejadian (kasus) yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit. Insiden juga terbagi menjadi dua yaitu indensi kumulatif dan laju insidensi. Adapun rumus insiden adalah jumlah kejadian baru dibagi jumlah populasi berisiko dikali 1000.
  6. Berikut merupakan contoh kasus dalam perhitungan insidens. Pada tahun 2010 diketahui terdapat 17.139 kasus campak di Indonesia. Pada kasus ini seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2010 dianggap sebagai orang yang terpapar risiko untuk terkena penyakit campak. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237.641.326 jiwa. Sehingga diperoleh hasil angka insidensi adalah 0,00073 atau dapat disederhanakan angka insidensi penyakit campak pada tahun 2010 di Indonesia adalah 7,3 per 10.000 penduduk (11)
  7. Insiden kumulatif adalah Proporsi kasus baru pada populasi berisiko pada periode waktu tertentu. Insidensi kumulatif dapat menaksir risiko seseorang untuk terkena suatu penyakit pada jangka waktu tertentu.
  8. Laju insidensi menunjukkan kecepatan kejadian baru terjadi pada populasi. Laju insidensi merupakan proporsi jumlah orang yang baru menderita penyakit diantara jumlah orang dalam risiko dikali dengan lamanya ia dalam risiko. Rumus laju insidensi adalah jumlah kasus baru penyakit dibagi jumlah perkalian antara orang dalam populasi berisiko dan lamanya masing-masing risiko, kemudian dikali konstanta 1000. Perbedaan insidensi kumulatif dan laju insidensi terletak pada denominatornya. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan individu atau subyek anggota populasi berisiko adalah individu atau subjek tersebut harus memenuhi kriteria: (1) tidak sedang/telah terjangkit penyakit yang diteliti (kecuali variabel hasilnya adalah kematian), (2) tidak imun terhadap penyakit yang diteliti, (3) memiliki sasaran penyakit, (4) hidup, dan (5) masih dalam jangkauan pengamatan(8) .
  9. Perbedaan utama prevalensi dan insidensi adalah prevalensi menunjukkan proporsi individu yang sakit dari populasi berisiko pada waktu tertentu sedangkan insidensi menunjukkan proporsi kasus baru pada populasi berisiko kasus pada periode waktu tertentu. Perbedaan prevalensi dan insidensi secara rinci dapat dilihat pada Tabel berikut.
  10. Program pencegahan yang berhasil akan menurunkan insidensi. Pengobatan yang berhasil untuk penyakit akut, akan berdampak pada pengurangan prevalensi, dan untuk penyakit kronis kadangkala akan meningkatkan angka prevalensi. Misalnya saja pengobatan HIV AIDS, pengobatan ini bukan mengurangi jumlah orang yang mengidap HIV tetapi memperpanjang usia orang dengan HIV, sehingga prevalensi orang yang mengidap HIV tetap atau bahkan meningkat. Dalam penelitian untuk menentukan faktor risiko insidensi lebih bermanfaat dibandingkan dengan prevalensi. Namun, dalam pengalokasian intervensi kesehatan masyarakat, prevalensi lebih bernilai dibandingkan dengan insidensi.
  11. Ukuran asosiasi dalam epidemiologi merupakan ukuran yang digunakan untuk melihat hubungan paparan dengan penyakit. Ukuran ini dapat diekspresikan dalam bentuk ukuran rasio dan ukuran beda Beberapa ukuran rasio diantaranya adalah risk rasio, odd rasio, dan rasio prevalensi. Informasi yang didapat mengenai status paparan dan penyakit dapat kita sederhanakan dalam bentuk Tabel. Umumnya paparan diklasifikasikan menjadi dua kategori sehingga akan sering digunakan Tabel kontingensi (Tabel 2x2).
  12. Risk rasio atau disebut juga Relative risk (RR) merupakan rasio dari risiko untuk terjadinya penyakit pada kelompok terpapar dibandingkan kelompok yang tidak terpapar (2). Murti (1997, 182) mendefinisikan resiko relatif sebagai ukuran yang dapat menunjukkan berapa kali risiko untuk mengalami penyakit pada populasi terpapar relatif dibandingkan dengan populasi tidak terpapar (8). Insidensi kumulatif kelompok terpapar merupakan proporsi kasus baru pada kelompok yang terpapar, sedangkan insidensi kumulatif kelompok tidak terpapar merupakan proporsi kasus baru pada kelompok yang tidak terpapar. Risiko rasio disebut juga rasio insidensi kumulatif/Cummulative Incidence Ratio (CIR).
  13. Berikut adalah rumus risiko rasio (RR). Rumus RR adalah insidensi kumulatif terpapar dibagi insidensi kumulatif kelompok tidak terpapar. Biila hasil perhitungan = 1, artinya tidak ada asosiasi antara paparan dan penyakit Bila hasil perhitungan > 1, artinya paparan merupakan faktor risiko penyakit, paparan meningkatkan resiko terkena penyakit tertentu Bila hasil perhitungan < 1, artinya paparan memiliki efek protektif terhadap penyakit, paparan melindungi atau mengurangi resiko penyakit tertentu
  14. Kita akan melihat contoh kasus RR. Sebuah penelitian kohort ingin melihat risiko orang yang merokok untuk terkena kanker paru di Provinsi X. Pada awal penelitian sebanyak 5000 orang yang merokok dijadikan subyek penelitian dan 5000 orang lainnya sebagai kelompok pembanding (tidak merokok). 20 tahun kemudian diketahui di antara 5000 orang yang merokok 200 orang di antaranya mengalami kanker paru, dan di antara 5000 orang yang tidak merokok terdapat 50 orang yang mengalami kanker paru. Hitunglah risiko relatif kelompok yang merokok untuk terkena penyakit kanker paru dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar !
  15. Ini adlaah tabel 2x2 penelitian kohort merokok untuk terkena kanker paru di Provinsi X dimana Insidensi kelompok terpapar = 200/5000 = 0,04 dan Insidensi kelompok tidak terpapar = 50/5000 = 0,01
  16. Hasil perbandingan insidens kumulatif terpapar dan tidak terpapar menunjukkan bahwa nilai RR adalah 4. Maka dengan RR sebesar 4 dapat diinterpretasikan sebagai risiko orang yang merokok untuk terkena kanker paru adalah 4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
  17. Pada penelitian kasus kontrol, laju insidensi hampir tidak mungkin diketahui karena paparan tidak diamati dari awal penelitian (2, 6, 8). Odds menunjukkan rasio dua nilai dikotomi. Odds kasus artinya perbandingan jumlah kasus terpapar dengan kasus tidak terpapar, sedangkan odds kontrol artinya perbadingan jumlah kontrol terpapar dan kontrol tidak terpapar. Odds ratio (OR) atau rasio odds merupakan perbandingan odds subyek sakit dengan odds subyek tak sakit. Odds rasio merupakan sebuah pendekatan risiko relatif yang digunakan dalam penelitian kasus kontrol. Pada penelitian kasus kontrol, laju insidensi hampir tidak mungkin diketahui karena paparan tidak diamati dari awal penelitian (2, 6, 8). Rumus Rasio Odds adalah perbandingan antara odds kasus dengan odds kontrol.
  18. Kita memiliki kasus sebagai berikut. Sebuah penelitian kasus kontrol ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian difteri klinis pada anak yang berusia < 15 tahun di Kabupaten Bangkalan pasca sub PIN difteri tahun 2012 (Utama, 2013). Salah satu faktor yang diteliti adalah status imunisasi DPT dasar. Status DPT dasar dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori, namun dalam contoh ini cukup diklasifikasikan menjadi dua kategori.
  19. Hasil perhitungan ini dapat diinterpretasikan bahwa risiko anak yang tidak pernah imunisasi dasar atau status imunisasi dasar tidak lengkap untuk terkena difteri klinis di Kabupaten Bangkalan pasca sub PIN difteri tahun 2012 adalah 7 kali dibandingkan anak dengan riwayat status imunisasi DPT dasar lengkap.
  20. Selain OR, ada perhitungan Resiko yang berkontribusi atau Attributable risk pada desain kasus kontrol. Kita tidak bisa menghitung angka insidens pada penyakit kelompok yang terpapar dan tidak terpapar pada desain kasus kontrol, tetapi kita bisa menghitung proporsi yang berkontribusi atau attributable fraction dengan rumus dibawah ini. Hasil Attributable fraction pada kasus difteri adalah 85,6 % yang berarti 85,6 % proporsi difteri diantara anak-anak yang tidak pernah imunisasi dasar atau status imunisasi dasar tidak lengkap benar-benar dikontribusi dari status imunisasi yang tidak pernah atau tidak lengkap, sehingga difteri sebenarnya dapat dicegah jika anak-anak diimunisasi dengan lengkap.
  21. Penelitian potong lintang (cross sectional)merupakan penelitian dengan data prevalensi. Untuk melihat hubungan antara paparan dan penyakit maka digunakanlah ukuran rasio prevalensi/prevalence ratio (PR). Ukuran rasio prevalensi dapat menggunakan rumus odd rasio maupun risk rasio, hanya saja data yang digunakan bukan data kumulatif insidensi melainkan data prevalensi(2, 6, 8).
  22. Sebagai contoh, sebuah penelitian oleh Yenni dkk ingin melihat faktor yang mempengaruhi sikap penduduk terhadap ODHA berdasarkan Data SDKI tahun 2007 (13). Salah satunya faktor yang diteliti adalah sumber informasi. Data SDKI tahun 2007 berupa sumber informasi dan sikap terhadap ODHA dapat dilihat pada Tabel 13. Kesimpulannya, bahwa ada hubungan antara sumber informasi dengan perilaku diskriminasi dengan perilaku diskriminasi atau stigma penduduk dengan sumber informasi berupa media. Penduduk dengan sumber informasi ODHA cenderung 1,36 kali (OR) atau 1.16 (RR) mempunyai sikap negatif terhadap ODHA dibandingkan kelompok penduduk dengan sumber informasi berupa non media.
  23. Referensi Materi ini Najmah, 2014, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat
  24. Terimakasih