Dokumen tersebut membahas konsep investigasi KLB/wabah pada manusia dan hewan, termasuk definisi, kriteria, tujuan, alasan dilakukan, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB/wabah."
Bab v skrining penapisan dalam epidemiologiNajMah Usman
kita akan mempelajari tentang Skrining atau penapisan dalam Epidemiologi. Apa itu skrining ? Bagaimana melakukan skrining dalam kesehatan ? Dan bagaimana perhitungan dalam skrining berguna dalam mengkonfirmasi orang sakit ? Kita akan mengetahinya.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
Disain dan Lokasi
Survei potong lintang menggunakan kerangka sampel Blok
Sensus (BS) Susenas bulan Maret 2018 dari BPSPopulasi adalah rumah tangga mencakup seluruh provinsi dan
kabupaten/kota (34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota) di
Indonesia
Sumber : Bahan Paparan Litbangkes Kemenkes RI
Setiap pelaksanaan kegiatan di Puskesmas memiliki risiko. Risiko tersebut harus diidentifikasi, diprioritasi, dan kemudian dikelola sehingga bisa dihilangkan, dihindari dan/atau dikurangi dampaknya.
Update bisa diakses di: https://1drv.ms/p/s!Al8RLk3mI16-hO9nX3cuZlb7lt5_gg?e=iBalNv
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)NajMah Usman
Prevalensi adalah proporsi orang yang berpenyakit dari suatu populasi pada satu titik waktu atau periode waktu. Prevalensi juga dapat menunjukkanmasalah kesehatan lainnya atau kondisi tertentu misalnya prevalensi perilaku merokok. Prevalensi dapat dirumuskan sebagai berikut (2, 6, 8):
Prevalensi terbagi menjadi 2 jenis yaitu prevalens titik (point prevalence) dan prevalens periodik (periodic prevalance). Prevalens titik adalah Prevalensi yang menunjukkan proporsi individu yang sakit pada satu titik waktu tertentu. Sedangkan prevalens periodik adalah prevalens yang memuat prevalensi titik dan juga kasus baru (insidensi).
Prevalensi titik menggambarkan jumlah kasus (individu yang sakit) dibandingkan dengan populasi berisiko pada satu titik waktu tertentu(5, 8).
Misalnya hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, menunjukkan prevalensi penderita hipertensi usia 18 sampai dengan 24 tahun berdasarkan hasil pengukuran pada riset ini adalah 12,2(9). Dari contoh ini terlihat bahwa numerator prevalensi titik adalah orang yang menderita hipertensi pada saat riset ini dilakukan. Titik waktu tidak hanya terbatas pada waktu berdasarkan kalender yang sama tetapi dapat juga berdasarkan peristiwa yang penting.Misalnya waktu hamil anak terakhir, saat diimunisasi, dan lain sebagainya.
Contoh prevalensi periode adalah prevalensi periode penyakit TB Paru yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada kelompok masyarakat yang tinggal di pedesaan pada tahun 2010 adalah 0,75 %(10). Numerator pada contoh ini merupakan orang yang sakit TB Paru selama tahun 2010 baik kasus lama maupun kasus baru.
Insidensi menunjukkan kasus baru yang ada dalam populasi. Insidensi juga merupakan kejadian (kasus) yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit. Insiden juga terbagi menjadi dua yaitu indensi kumulatif dan laju insidensi. Adapun rumus insiden adalah jumlah kejadian baru dibagi jumlah populasi berisiko dikali 1000.
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Bab v skrining penapisan dalam epidemiologiNajMah Usman
kita akan mempelajari tentang Skrining atau penapisan dalam Epidemiologi. Apa itu skrining ? Bagaimana melakukan skrining dalam kesehatan ? Dan bagaimana perhitungan dalam skrining berguna dalam mengkonfirmasi orang sakit ? Kita akan mengetahinya.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
Disain dan Lokasi
Survei potong lintang menggunakan kerangka sampel Blok
Sensus (BS) Susenas bulan Maret 2018 dari BPSPopulasi adalah rumah tangga mencakup seluruh provinsi dan
kabupaten/kota (34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota) di
Indonesia
Sumber : Bahan Paparan Litbangkes Kemenkes RI
Setiap pelaksanaan kegiatan di Puskesmas memiliki risiko. Risiko tersebut harus diidentifikasi, diprioritasi, dan kemudian dikelola sehingga bisa dihilangkan, dihindari dan/atau dikurangi dampaknya.
Update bisa diakses di: https://1drv.ms/p/s!Al8RLk3mI16-hO9nX3cuZlb7lt5_gg?e=iBalNv
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)NajMah Usman
Prevalensi adalah proporsi orang yang berpenyakit dari suatu populasi pada satu titik waktu atau periode waktu. Prevalensi juga dapat menunjukkanmasalah kesehatan lainnya atau kondisi tertentu misalnya prevalensi perilaku merokok. Prevalensi dapat dirumuskan sebagai berikut (2, 6, 8):
Prevalensi terbagi menjadi 2 jenis yaitu prevalens titik (point prevalence) dan prevalens periodik (periodic prevalance). Prevalens titik adalah Prevalensi yang menunjukkan proporsi individu yang sakit pada satu titik waktu tertentu. Sedangkan prevalens periodik adalah prevalens yang memuat prevalensi titik dan juga kasus baru (insidensi).
Prevalensi titik menggambarkan jumlah kasus (individu yang sakit) dibandingkan dengan populasi berisiko pada satu titik waktu tertentu(5, 8).
Misalnya hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, menunjukkan prevalensi penderita hipertensi usia 18 sampai dengan 24 tahun berdasarkan hasil pengukuran pada riset ini adalah 12,2(9). Dari contoh ini terlihat bahwa numerator prevalensi titik adalah orang yang menderita hipertensi pada saat riset ini dilakukan. Titik waktu tidak hanya terbatas pada waktu berdasarkan kalender yang sama tetapi dapat juga berdasarkan peristiwa yang penting.Misalnya waktu hamil anak terakhir, saat diimunisasi, dan lain sebagainya.
Contoh prevalensi periode adalah prevalensi periode penyakit TB Paru yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada kelompok masyarakat yang tinggal di pedesaan pada tahun 2010 adalah 0,75 %(10). Numerator pada contoh ini merupakan orang yang sakit TB Paru selama tahun 2010 baik kasus lama maupun kasus baru.
Insidensi menunjukkan kasus baru yang ada dalam populasi. Insidensi juga merupakan kejadian (kasus) yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit. Insiden juga terbagi menjadi dua yaitu indensi kumulatif dan laju insidensi. Adapun rumus insiden adalah jumlah kejadian baru dibagi jumlah populasi berisiko dikali 1000.
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoReniAnjarwati
AUDIT STUNTING BADUTA DESA BENGKAK YANG MENGALAMI MALNUTRISI
DARI HASIL RECALL 24 JAM DIPEROLEH HASIL :1. ENERGI 53,8 % (DEFISIT TINGKAT BERAT)2. KARBOHIDRAT 60,74% (DEFISIT TINGKAT BERAT)3. PROTEIN 113,5% (NORMAL)4.LEMAK 86,8% (DEFISIT TINGKAT RINGAN)
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
Konsep investigasi klb wabah
1. POKOK BAHASAN 1: KONSEP INVESTIGASI KLB /WABAH
Konsep Investigasi KLB /Wabah
Definisi KLB/ wabah pada manusia dan hewan
Kriteria kerja KLB/ wabah pada manusia dan hewan
Tujuan investigasi KLB/ wabah
Alasan dilakukannya Investigasi KLB/ wabah
Penyakit yang berpotensi KLB/ wabah
2. DEFINISI KLB/ WABAH
WABAH
kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Kejadian wabah harus ditentukan/dideklarasikan oleh
Menteri Kesehatan yang kemudian harus diikuti oleh
penanggulangan wabah sesuai dengan ketentuan yang
ada dan dilakukan secara terpadu (UU Nomor 4 Tahun
1984).
Kejadian Luar Biasa (KLB)
Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan
yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Disamping penyakit menular, penyakit yang juga dapat
menimbulkan KLB adalah penyakit tidak menular dan
keracunan serta keadaan tertentu yang rentan terjadinya KLB
yaitu keadaan bencana dan kedaruratan. (Permenkes
No.1501 Tahun 2010).
3. PENETAPAN KLB
Pada sektor kesehatan manusia, penetapan KLB dilakukan oleh:
Kadinkes Kab/Kota, Kadinkes Prov, atau Menteri Kesehatan dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB.
Kadinkes Kab/Kota atau Kadinkes Prov. menetapkan suatu daerah dalam keadaan KLB di wilayah kerjanya
masing-masing dengan menerbitkan laporan KLB.
Dalam hal Kadinkes Kab./Kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, Kadinkes
Prov. dapat menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.
Dalam hal Kadinkes Prov. atau Kadinkes Kab./kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan
KLB, Menteri menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.
4. WABAH PADA SEKTOR KESEHATAN HEWAN
Pada sektor kesehatan hewan tidak mengenal istilah KLB, melainkan hanya wabah.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian RI No. 61/Permentan/PK.320/12/2015 tentang Pemberantasan
Penyakit Hewan, wabah adalah kejadian luar biasa yang dapat berupa timbulnya suatu penyakit hewan
menular baru di suatu wilayah atau kenaikan kasus penyakit hewan menular mendadak yang dikategorikan
sebagai bencana non-alam.
Penetapan daerah wabah ditentukan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi pejabat Otoritas Veteriner
nasional.
Otoritas Veteriner setempat dapat melakukan tindakan pemberantasan meskipun bupati/walikota atau
gubernur belum melaporkan indikasi terjadinya wabah kepada Menteri untuk dinyatakan sebagai wabah.
Jika wabah sudah dapat dikendalikan, perubahan status menjadi daerah tertular atau daerah bebas juga
dilakukan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi dari pejabat Otoritas Veteriner nasional.
5. PENCABUTAN STATUS KLB
Pencabutan status KLB dilakukan oleh Menteri Kesehatan, Gubernur, Kadinkes Provinsi,
Bupati/walikota dan Kadinkes Kab/Kota apabila dalam 2 kali masa inkubasi terpanjang penyakit KLB di
wilayah tersebut tidak ditemukan lagi insiden serupa.
6. PENYEBAB KLB
Menurut Huang and Manuel Bayona, 2004:
Individu yang rentan masuk ke dalam
area endemis suatu infeksi penyakit
Penyakit infeksius baru masuk ke
dalam populasi yang rentan.
Penyakit infeksi yang sudah ada
terjadi di daerah dengan endemisitas
rendah dan menginfeksi orang yang
rentan sebagai hasil dari interaksi
sosial yang tidak biasa.
Kerentanan dan respon individu/host
dimodifikasi secara natural oleh obat
(perawatan penyakit kanker),
malnutrisi, atau penyakit, seperti
HIV/AIDS.
7. PERBEDAAN KLB DAN WABAH
No. Parameter KLB Wabah
1. Cakupan Suatu wilayah tertentu
(kabupaten/kota)
Terjadi pada beberapa
kabupaten/kota atau provinsi
2. Pihak yang menetapkan Bupati, Kadinkes Kab/Kota,
Guberur, Kadinkes Prov, atau Menteri
Menteri
3. Jenis penyakit Penyakit menular, penyakit tidak
menular, keracunan, bencana dan
kedaruratan
Penyakit menular
4. Sektor Kesehatan manusia Kesehatan manusia dan kesehatan
hewan
8. KRITERIA KERJA KLB/WABAH PADA MANUSIA DAN HEWAN
Pada manusia Peraturan Menteri Kesehatan No. 1501 Tahun 2010:
Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya.
Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari
atau minggu menurut jenis penyakitnya.
Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50%
(lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama.
Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
9. KRITERIA KERJA KLB/WABAH PADA MANUSIA DAN HEWAN
Pada sector hewan tidak ada kriteria khusus yang diatur dalam peraturan atau keputusan menteri
pertanian terkait KLB pada hewan. Prinsip yang terpenting dalam menentukan wabah pada hewan
adalah jumlah kasusnya meningkat dari bulan sebelumnya.
10. TUJUAN INVESTIGASI KLB/WABAH
mengidentifikasi cara penanggulangan
penularan suatu penyakit agar penyakit
tersebut tidak meluas dan menimbulkan
kematian yang lebih banyak
mengidentifikasi agen
penyebab terjadinya
KLB/wabah,
mencari sumber infeksi dan
cara penularan
berdasarkan deskripsi
orang, tempat, dan waktu,
serta
memformulasikan
rekomendasi untuk
mencegah penyebaran
KLB/wabah.
menemukan faktor risiko
Huang, 2004
11. ALASAN DILAKUKAN INVESTIGASI KLB/WABAH
Keresahan
masyarakat
Kepentingan
Umum dan
Ekonomi
Pertimbangan
Program
kesempatan
mengadakan
penelitian dan
pelatihan
penanggulangan
dan pencegahan
12. PENYAKIT YANG BERPOTENSI KLB/WABAH
diatur masing-masing pada
Peraturan Menteri Kesehatan dan
Keputusan Menteri Pertanian.
Keduanya telah menetapkan ada
17 penyakit, berikut adalah
rinciannya:
Pada Manusia (Permenkes Nomor 1501 Tahun
2010)
Pada Hewan (Kepmentan
Nomor 4026 Tahun 2013)
Avian Influenza (H5N1) Avian Influenza (H5N1)
Rabies Rabies
Antraks Antraks
Leptospirosis Leptosporiosis
Swine Influenza (H1N1) Swine Influenza (H1N1)
Campak Salmonellosis
Polio Bovine TB
Difteri Toxoplasmosis
DBD Brucellosis (B.abortus)
Kolera Brucellosis (B.suis)
Pes Nipah
Pertusis Para TB
Hepatitis Campylobacteriosis
Meningitis Cysticercosis
Yellow Fever Q Fever
Chikungunya BSE (ditulis kepanjangan)
Malaria RVF (ditulis kepanjangan)
Editor's Notes
Penyakit infeksius baru masuk ke dalam populasi yang rentan. Contohnya adalah kontaminasi makanan oleh bakteri, virus, atau bahan beracun.
Penyakit infeksi yang sudah ada terjadi di daerah dengan endemisitas rendah dan menginfeksi orang yang rentan sebagai hasil dari interaksi sosial yang tidak biasa. Contohnya adalah saat pengungsi berimigrasi ke suatu tempat.
Kerentanan dan respon individu/host dimodifikasi secara natural oleh obat (perawatan penyakit kanker), malnutrisi, atau penyakit, seperti HIV/AIDS.
Untuk melakukan penanggulangan dan pencegahan
Alasan utama pengendalian KLB/wabah adalah untuk mencegah penyebaran dan terjadinya kasus tambahan.
Adanya kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
Beberapa penyakit infeksi pertama kali ditemukan melalui investigasi KLB/wabah. Hal ini juga dapat dilakukan untuk mengetahui sifat agen demi mencegah KLB/wabah dengan sumber yang mirip. Selain itu, investigasi KLB/wabah juga dapat menjadi sarana yang tepat untuk melatih kemampuan staf kesehatan untuk menganalisis situasi. Melakukan investigasi KLB/wabah dengan skala kecil dapat membantu staf kesehatan memperoleh pengalaman dan kepercayaan diri untuk menangani kasus dengan skala besar.
Pertimbangan Program
Dengan melakukan investigasi KLB/wabah, informasi yang diperoleh dapat memberikan kewaspadaan dini terhadap mekanisme transmisi penyakit. Hal ini dapat memberikan pertimbangan terhadap program untuk mencegah tersebarnya infeksi.
Kepentingan Umum dan Ekonomi
Investigasi KLB/wabah yang dilakukan segera akan memberikan keuntungan secara ekonomi dengan menekan biaya perawatan dan fasilitas kesehatan untuk pasien yang terkena infeksi. Selain itu, penurunan angka kesakitan dan kematian hewan juga berkaitan dengan ekonomi suatu daerah tertentu.
Keresahan masyarakat
Suatu penyakit yang meresahkan masyarakat, terutama penyakit-penyakit baru yang belum dikenal masyarakat