SlideShare a Scribd company logo
1 of 82
Download to read offline
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM
KONDISI PASTI
KELOMPOK 7
1. Iqsal Aryo Syahputra (25423017)
2. Muhammad Daiyan Ramadhan (25423045)
3. Ratna Patmawati Wisnu Murti (25423081)
KELOMPOK 14
1. Laras Kun Rahmanti Putri (25423001)
2. Chintya Chaterina Hattu (25423031)
3. Ahmad Syauqani (25423061)
KONSEP
• Suatu Keputusan Dalam Kondisi Pasti Apabila Hasil Setiap
Alternatif Tindakan Dapat ditentukan Dengan Pasti.
• Kondisi Pasti Didukung Oleh Informasi Yang Lengkap
Sehingga Diramalkan Secara Tepat Hasil Dari Suatu Tindakan
• Dalam Kondisi Pasti Ini, Pengambil Keputusan Secara Pasti
Mengetahui Yang Akan Terjadi Dimasa Yang Akan
Datang.
TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DALAM KONDISI PASTI
PROGRAM LINEAR
A N A L I S I S
S E N S I V I T A S
( G R A P H I C M E T H O D )
A N A L I S I S S I M P L E X
3
PROGRAM
LINEAR
Linear Programming
merupakan metode
matematik dalam
mengalokasikan sumber
daya yang terbatas untuk
mencapai suatu tujuan yakni
memaksimumkan
keuntungan ataupun
meminimumkan biaya.
(Siringoringo, 2005)
FUNGSI
DALAM
PROGRAM
LINEAR
1. FUNGSI TUJUAN
(OBJEKTIF)
adalah fungsi yang
menggambarkan tujuan atau
sasaran di dalam permasalahan
LP yang berkaitan dengan
pengaturan secara optimal
sumber daya-sumber daya,
untuk memperoleh keuntungan
maksimal dan memperoleh
biaya minimal.
2. FUNGSI BATASAN
(CONSTRAIN)
Merupakan bentuk penyajian
secara matematis batasan-
batasan kapasitas yang
tersedia yang akan dialokasikan
secara optimal ke berbagai
kegiatan.
ASUMSI DALAM PROGRAM LINEAR
PROPORTIONALITY
Nilai Fungsi (Z) &
Penggunaan
Sumber Daya Yang
Tersedia Akan
Berubah Secara
Proporsional
Dengan Perubahan
Tingkat Aktivitas
(X)
ADDITIVITY
Nilai Fungsi Total
Dapat Diperoleh
Dengan
Menjumlahkan
Kontribusi Untuk
Setiap Individu
Dari Setiap
Aktivitas.
CERTAINTY
Semua Tujuan Dan
Koefisien
Pembatas Dari
Model LP Adalah
Konstanta Yang
Diketahui
DIVISIBILITY
Output Yang
Dihasilkan Oleh
Setiap Aktivitas
Dapat Berupa
Angka Pecahan
Dan Juga Nilai Z
Yang Dihasilkan
5
Syarat agar suatu persoalan dapat dipecahkan
dengan Teknik LP
Harus dapat dirumuskan secara
matematis
Harus jelas fungsi objektif linear yang
harus dibuat optimal
Pembatas-pembatas harus dinyatakan
dalam ketidaksamaan yang linear
LANGKAH ANALISIS
Defenisikan
Variabel
Keputusan (misal x1
dan x2, yang dalam
hal ini adalahvariable
yang nilainya akan
dicari)
Rumuskan Fungsi
Tujuan(Z)
(Memaksimumkan
atau
meminimumkan)
Rumuskan Fungsi
Kendala Sumber Daya
Tetapkan Kendala
non-negative
(Setiap keputusan
(kuantititif) yang
diambil tidak boleh
mempunyai nilai
negative).
CONTOH LINEAR PROGRAMMING
Battery A
(x1)
Battery B
(x2)
Maximum Daily Availability
Nikel 2 1 8
Lithium 3 2 5
Profit Rp 15.000 Rp 10.000
Berapa Produksi barang A dan B agar jumlah
hasil penjualan maksimum? (dengan
memperhatikan pembatas bahwa bahan mentah
yang dipergunakan dalam proses produksi tidak
boleh melebihi persediaan yang ada)
Langkah 1: Defenisikan Variabel
Keputusan (variable yang nilainya
akan dicari)
X1 = Produksi Batrei A (ton/hari)
X2 = Produksi Batrei B (ton/hari)
CONTOH LINEAR PROGRAMMING
Battery A
(x1)
Battery B
(x2)
Maximum Daily
Availability
Nikel 2 1 8
Lithium 3 2 5
Profit Rp 15.000 Rp 10.000
Langkah 2 : Tentukan optimasi yang ingin dicapai,
maksimalisasi atau minimalisasi?
Dalam hal ini yang yang dibicarakan adalah
keuntungan per hari dari kedua produk.
Karena keuntungan Baterai A adalah 15.000
dan Baterai B adalah 10.000 maka:
Total Profit Batrei A (x1) = 15x1
Total Profit Batrei B (x2) = 10x2
Dari fungsi ini, maksimalisasi keuntungan per hari (Z) adalah :
Z = 15x1 + 10x2
FUNGSI OBJEKTIF
CONTOH LINEAR PROGRAMMING
• LANGKAH 3 – FUNGSI BATASAN
(Penggunaan Bahan Baku) ≤ (Ketersediaan Maksimum Bahan Baku)
Battery A
(x1)
Battery B
(x2)
Maximum Daily
Availability
Nikel 2 1 8
Lithium 3 2 5
Profit Rp 15.000 Rp 10.000
2x1 + x2 ≤ 8
3x1 + 2x2 ≤ 5
CONTOH LINEAR PROGRAMMING
LANGKAH 4 – Merumuskan LP standar (Mengubah ketidaksamaan menjadi persamaan)
Untuk mencari nilai x1 dan x2 kita harus mengubah ketidaksamaan menjadi persaman dengan jalan
memasukkan nilai variable slack . Variabel slack dapat diartikan sebagai sisa bahan mentah. Oleh
karena bahan mentah tidak dijual, maka kita anggap harga jualnya nol. Sehingga ketidaksamaan
berubah menjadi persamaan yaitu variabel x3≥ 0 dan x4≥ 0.
Maksimum : Z = 15x1 + 10x2 + 0x3 + 0x4
Dengan Pembatas : 2x1 + x2 + x3 = 8
3x1 + 2x2 + x4 = 5
Battery A
(x1)
Battery B
(x2)
Maximum Daily
Availability
Variabel
Slack
Nikel 2 1 8 x3≥ 0
Lithium 3 2 5 x4≥ 0
Profit Rp 15.000 Rp 10.000
2x1 + x2 + x3 = 8
3x1 + 2x2 + x4 = 5
CONTOH LINEAR PROGRAMMING
LANGKAH 5 – Cari nilai Z yang terbesar yang memberi pemecahan optimal.
Dimana :
1. X1 dan X2 = 0
2. X1 dan X3 = 0
3. X1 dan X4 = 0
4. X2 dan X3 = 0
5. X2 dan X4 = 0
6. X3 dan X4 = 0
X1 = 0 X2 = 0 X3 = 8 X4 = 5
Z = 15x1 + 10x2 + 0x3 + 0x4
Z = 15(0) + 10 (0) + 0(8) + 0(5)
Z1 = 0
Battery A
(x1)
Battery B
(x2)
Maximum Daily
Availability
Variabel
Slack
Nikel 2 1 8 x3≥ 0
Lithium 3 2 5 x4≥ 0
Profit Rp 15.000 Rp 10.000
2x1 + x2 + x3 = 8
3x1 + 2x2 + x4 = 5
X1 = 0 X2 = 8 X3 = 0 X4 = -11
2x1 + x2 + x3 = 8
2(0) + x2 + 0 = 8
0 + x2 + 0 = 8
x2 = 8
3x1 + 2x2 + x4 = 5
3(0)+ 2(8) + x4 = 5
0+16+ x4 = 5
x4=5-16 = -11
Karena X4 bertanda negative maka dianggap tidak fisibel
sehingga Z2 tidak dihitung
CONTOH LINEAR PROGRAMMING
LANGKAH 5 – Cari nilai Z yang terbesar yang memberi pemecahan optimal.
Battery A
(x1)
Battery B
(x2)
Maximum Daily
Availability
Variabel
Slack
Nikel 2 1 8 x3≥ 0
Lithium 3 2 5 x4≥ 0
Profit Rp 15.000 Rp 10.000
2x1 + x2 + x3 = 8
3x1 + 2x2 + x4 = 5
X1 = 0 X2 =
𝟓
𝟐
X3 =
𝟏𝟏
𝟐
X4 = 0
2x1 + x2 + x3 = 8
2(0) + 5/2 + x3= 8
0 + 5/2 + x3 = 8
x3 = 8 - 5/2 = 11/2
3x1 + 2x2 + x4 = 5
3(0)+ 2x2 + 0 = 5
2x2 = 5
x2=5/2
Z3 = 15x1 + 10x2 + 0x3 + 0x4x3 =
Z3 = 15(0) + 10 (5/2)+ 0(11/2) + 0
Z3 = 0 + 25 + 0 + 0
Z3 = 25 (Rp 25.000)
X1 = 4 X2 = 0 X3 = 0 X4 = -7
2x1 + x2 + x3 = 8
2x1 + 0 + 0 = 8
x1 = 8/2
x1 = 4
3x1 + 2x2 + x4 = 5
3(4) + 2(0) + x4 = 5
12 + 0 + x4 = 5
X4 = 5-12 = -7
Karena X4 bertanda negative maka dianggap
tidak fisibel sehingga Z4 tidak dihitung
CONTOH LINEAR PROGRAMMING
Battery A
(x1)
Battery B
(x2)
Maximum Daily
Availability
Variabel
Slack
Nikel 2 1 8 x3≥ 0
Lithium 3 2 5 x4≥ 0
Profit Rp 15.000 Rp 10.000
2x1 + x2 + x3 = 8
3x1 + 2x2 + x4 = 5
X1 = 5/3 X2 = 0 X3 = 14/3 X4 = 0
2x1 + x2 + x3 = 8
2(5/3) + 0 + x3 = 8
10/3 + 0 + x3 = 8
x3 = 8 – 10/3
x3 = 14/3
3x1 + 2x2 + x4 = 5
3x1 + 2(0) + 0 = 5
3x1 = 5
x1 = 5/3
Z6 = 15x1 + 10x2 + 0x3 + 0x4 =
Z6 = 15(5/3) + 10(0) + 0(14/3) + 0(0)
Z6 = 25 (Rp 25.000)
X1 = 11 X2 = -14 X3 = 0 X4 = 0
2x1 + x2 + x3 = 8
2x1 + x2 + 0 = 8
2x1 + x2 = 8
x2 = 8 – 2x1
x2 = 8 - 2(11)
x2 = -14
3x1 + 2x2 + x4 = 5
3x1 + 2(8 – 2x1) + 0 = 5
3x1 + 16 – 4x1 = 5
-x1 = 5-16
-x1 = -11
x1 = 11
Karena X2 bertanda negative maka dianggap tidak fisibel
sehingga Z5 tidak dihitung
15
HASIL LP
NILAI Z X1 X2 X3 X4 Keterangan
Z1 0 0 8 5 0
Z2 0 8 0 -11 Tidak Fisibel
Z3 0 5
2
= 2,5
11
2
= 5,5 0 Rp 25.000
Z4 4 0 0 -7 Tidak Fisibel
Z5 11 -14 0 0 Tidak Fisibel
Z6
5
3
= 1,7 0 14
3
= 4,7 0 Rp 25.000
Dari ke-6 pemecahan dasar, terdapat 3 yang tidak fisibel yakni Z2, Z4 , dan Z5. sedangkan ada 2 yang fisibel yakni Z3
dan Z6 yang memiliki nilai yang sama yakni 25 sehingga Keputusannya “
Untuk mencapai Zmaks sebesar Rp 25.000 maka
• Batrei A tidak diproduksi, Batrei B diproduksi 2,5, Bahan mentah Nikel tersisa 5,5 dan bahan mentah Lithium
habis terpakai dalam proses produksi.
• Batrei A diproduksi 1,7. Batrei B tidak diproduksi, Bahan mentah Nikel tersisa 4,7 dan bahan mentah Lithium
habis terpakai dalam proses produksi.
catatan : interpretasi tergantung pada jenis persoalan. Contoh diatas sekedar untuk ilustrasi dan dalam praktiknya
jarang sekali suatu produk yang hanya memerlukan 2 bahan mentah saja sehingga contoh diatas menjadi tidak
realistis.
ANALISIS SENSITIVITAS
“GRAPHIC METHOD”
16
ANALISIS SENSITIVITAS/Post Optimality
Pada kebanyakan program linier,
koefisien fungsi tujuan dan fungsi
pembatas diberikan sebagai data input,
sehingga solusi optimum yang diperoleh
akan didasarkan atas nilai koefisien-
koefisien tadi.
Dalam praktek, harga koefisien tadi
jarang diketahui dengan pasti karena
beberapa dari koefisien tadi merupakan
fungsi beberapa parameter yang tidak
dapat dikendalikan. → Solusi masalah-
masalah praktis tidak lengkap hanya
dengan penentuan solusi optimum.
Terdapat suatu cara untuk
mempelajari bagaimana solusi
optimum akan berubah sehubungan
dengan perubahan koefisien input
(data). Hal ini diketahui sebagai
analisis sensitivitas atau post-
optimality.
TUJUAN
ANALISIS
SENSIVITAS
• Mengetahui kendala (sumberdaya) mana yang
dapat dilonggarkan (dinaikkan) dan seberapa
besar kelonggaran dapat dibenarkan, sehingga
menaikkan nilai Z (keuntungan) tanpa melakukan
perhitungan dari awal,
• Mengetahui kendala (sumberdaya) mana yang
dapat dikurangi tanpa mengurangi menurunkan
nilai Z (keuntungan) tanpa melakukan
perhitungan dari awal,
• Mengetahui Jumlah selisih keuntungan (nilai Z)
• Mengetahui Batasan penambahan dan atau
pengurangan sumberdaya tanpa mengubah
solusi optimum (keuntungan) atau tanpa
menghitung solusi optimum dari awal.
Solusi optimum yang telah
didapatkan → dioptimumkan
kembali → keuntungan
bertambah:
• Apakah terhadap sumberdaya
yang masih dapat dikurangi
lagi (misal bahan baku),
• apakah terdapat sumberdaya
yang dapat ditambah lagi
(misal tenaga kerja).
Analisis Sensivitas
Graphic Method
Changes in the
Right-Hand Side
(constraints) - Dual
Price
Changes in the
Objective Function
Algebraig Method
Changes in the
Objective Function -
Dual Price
Changes in the
Right-Hand Side –
Feasibility Range
ANALISIS SENSITIVITAS
GRAPHIC METHOD
Metode grafis adalah metode yang paling sederhana
untuk membuat keputusan. Metode ini dapat
menyelesaikan model pemrograman linier dengan 2
variabel
PROSEDUR GRAPHIC METHOD RUAS KANAN
Tentukan area solusi
yang layak (berada
dalam area garis-garis
linear pembatas)
Mencari Solusi
Optimum
Mengetahui
sumberdaya yang
sudah habis terpakai
dan yang masih
tersisa (idle)
Jika yang terpakai < yang
tersedia (ada yang
tersisa), maka
sumberdaya dapat
dikurangi tanpa
mengubah keuntungan.
Jika yang terpakai = yang
tersedia (tidak ada yang
tersisa), maka sumberdaya
tidak bisa dikurangi (agar
keuntungan tidak
berkurang).
Menggeser solusi (x,y)
ke solusi baru,
Mengidentifikasi titik
solusi baru (x,y
Mengidentifikasi
keuntungan baru
Mengidentifikasi
jumlah penambahan
bahan baku.
Menghitung selisih
keuntungan, berupa
penghematan bahan baku
maupun penambahan
keuntungan dari bahan baku
yang lain.
21
CONTOH KASUS PENERAPAN
GRAPHIC METHOD
Battery A
(x)
Battery B
(y)
Maximum
Daily
Availability
Nikel 2 1 8
Lithium 3 2 5
Profit Rp 15.000 Rp 10.000
Fungsi Tujuan:
Z = 15x + 10y
Fungsi pembatas:
2x + y ≤ 8 ……….(1)
3x + 2y ≤ 5 ………(2)
x ≥ 0
y ≥ 0
23
CONTOH METODE GRAPHIC
Tentukan area
solusi yang
layak (berada
dalam area
garis-garis linier
pembatas
01
Persamaan 1
2x + y ≤ 8
Persamaan 2
3x + 2y ≤ 5
Jika x = 0 maka :
2x + y = 8
2(0) + y = 8
Maka y = 8
Titik 1 (x,y) = (0,8)
Jika y = 0 maka :
2x + y = 8
2x + 0 = 8
x = 8/2
x = 4
Titik 2 (x,y) = (4,0)
Jika x = 0 maka :
3x + 2y = 5
3(0) + 2y = 5
2y = 5
y = 5/2
Titik 3 (x,y) = (0,5/2)
Jika y = 0 maka :
3x + 2y = 5
3x + 2(0) = 5
3x = 5
x = 5/3
Titik 3 (x,y) = (5/3,0)
GRAPHIC
Titik 1 (0,8)
Titik 2 (4,0)
Titik 3 (0,
𝟓
𝟐
)
Titik 4 (
𝟓
𝟑
, 0)
Grafik = (insert → scatter
plot → straight line →
select data → ambil data
daftar x,y)
Mencari Solusi
Optimum
02
Titik Potong dari garis-garis
pembatas ialah pada titik T
(0,5/2) dan titik E (5/3,0)
Fungsi Tujuan: Z = 15x + 10y
Jika Z menggunakan titik T (0, 5/2) maka :
Z = 15x + 10y
Z = 15(0) + 10(
5
2
)
Z = 25 (Rp 25.000)
Jika Z menggunakan titik E (5/3, 0) maka :
Z = 15x + 10y
Z = 15(
5
3
) + 10(0)
Z = 25 (Rp 25.000)
Kedua solusi sama-sama optimum, keuntungan
optimal dapat dilakukan dengan 2 cara:
• Solusi T → Memproduksi baterai A saja sebanyak
5 per 3 ton/hari.
• Solusi E → Memproduksi baterai B saja sebanyak
5 per 2 ton/hari.
Mengetahui sumberdaya yang
sudah habis terpakai dan
yang masih tersisa (idle).
03 Kita gunakan solusi T (0;
5
2
),
disubsitusi ke persamaan Bahan
baku Nikel (persamaan 1) dan
Bahan baku Lithium (persamaan 2):
Persamaan (1) → bahan baku nikel
2x + y ≤ 8
Persamaan (2) → bahan baku litium
3x+2y≤5
x=0; y = 5
2
→ 2(0) + 5
2
= 2,5.
Jumlah terpakai < yang tersedia; masih terdapat sisa
(idle) sejumlah
8 - 2,5 = 5,5.
Artinya penggunaan bahan baku nikel dapat
dihemat 5,5 ton.
Penjelasan: Solusi yang menghasilkan keuntungan
optimal ialah 0,5/2. Dengan solusi tsb, ternyata
penggunaan nikel untuk memproduksi
baterai A shg mendapatkan keuntungan optimum
cukup 2,5 ton saja.
x=0; y = 5
2
→ 3(0) + 2(5
2
) = 5.
Jumlah terpakai = yang tersedia; tidak terdapat sisa
(idle) sejumlah.
Dengan solusi tsb, ternyata penggunaan litium
untuk memproduksi baterai A shg mendapat
keuntungan optimum sudah habis. Artinya, jumlah
litium tidak bisa dikurangi karena dapat
mengurangi keuntungan.
Maka untuk lebih mengoptimalkan keuntungan,
bahan baku litium dapat ditambah.
Seberapa banyak?
Jika jumlah yang terpakai < yang tersedia (ada yang tersisa), maka
sumberdaya dapat dikurangi tanpa mengubah keuntungan → sudah
dibahas; bahan baku nikel dapat dikurangi.
04
Jika yang terpakai = yang tersedia (tidak ada yang tersisa), maka
sumberdaya tidak bisa dikurangi (agar keuntungan tidak berkurang)
→ sumberdaya ditambah untuk memaksimalkan keuntungan (Bahan
Baku Litium).
05
Menggeser solusi (x,y) ke solusi baru.
• Yang digeser ialah fungsi kendala
bahan Litium (persamaan 2) / garis oren
• Penggeseran maksimal hingga batas
yang sama sehingga masih dalam batas
titik solusi ke titik solusi baru, gradien
garis sama).
06
J atau L ? → dicoba
satu-satu.
Mengidentifikasi Titik Solusi baru
(x,y)
07
Identifikasi dulu J dan L masing-masing berapa.
L = (4,0) sesuai dengan perhitungan
garis ungu (persamaan 1) sebelumnya.
J→ x=0, y=? → proporsi gradien
Sebelumnya sudah didapatkan
koordinat garis oren (Persamaan 2).
x y
0 5/2
5/3 0
Mengidentifikasi Keuntungan Baru
08
Substitusi solusi J dan L ke persamaan keuntungan / persamaan Z = 15x + 10y
Titik Shadow Price (Tambahan Keuntungan) Kesimpulan
Titik J (0,6)
Z= 15(0)+10(6)
Z= 60 (ribu)
Keuntungan baru dari jumlah penggunaan baru
bahan litium – keuntungan lama
= 60(ribu) – 25(ribu)
= 35ribu.
Jika penggunaan Litium (untuk
produksi baterai B) dinaikkan lagi,
tidak mendapat keuntungan.
Titik L (4,0)
Z= 15(4)+10(0)
Z= 60 (ribu)
Keuntungan dari jumlah penggunaan bahan litium
baru – keuntungan lama
= 60(ribu) – 25(ribu)
= 35ribu.
Jika penggunaan Litium (untuk
produksi baterai A) dinaikkan lagi,
tidak mendapat keuntungan.
Ternyatah solusi J dan L menghasilkan keuntungan yang sama, dimana:
• Solusi J = Litium digunakan untuk memproduksi baterai B saja sejumlah 6 ton;
• Solusi L = untuk memproduksi baterai A saja sejumlah 4 ton.
Keuntungan lebih besar → Solusi baru yang terpilih → pilih pilihan 1 atau 2.
Mengidentifikasi Jumlah penambahan bahan baku ybs (Litium)
Substitusi solusi baru ke fungsi kendala atau fungsi bahan baku ybs (Litium) : 3x + 2y ≤ 5
09
Jika menggunakan solusi J (baterai B saja
sejumlah 6 ton), untuk lebih
mengoptimalkan keuntungan, jumlah
maksimal penambahan bahan Litium=
penggunaan bahan baku dengan solusi J –
ketersediaan
= (3x + 2y) – 5
= (3(0) + 2(6)) – 5
= 12 – 5 = 7
Untuk mengoptimalkan produksi, bahan
Litium dapat ditambah hingga maksimal 7
ton.
Sama halnya jika menggunakan solusi L
(baterai A saja sejumlah 4 ton), untuk lebih
mengoptimalkan keuntungan, jumlah
maksimal penambahan bahan Litium=
penggunaan dengan solusi J – Ketersediaan
= (3x + 2y) – 5
= (3(4) + 2(0)) – 5
= 12 – 5
= 7.
Menghitung selisih keuntungan, berupa penghematan bahan
baku maupun penambahan keuntungan dari bahan baku yang
lain.
10
Optimasi Keuntungan Perusahaan
baterai :
BAHAN JENIS
PERUBAHAN
MAKS
SUMBERDAYA
PERUBAHAN MAKS
FUNGSI TUJUAN
SHADOW PRICE
(KENAIKAN
KEUNTUNGAN)
Nikel Ada sisa 2,5 – 8 = -5,5 25 ribu - 25 ribu = 0
0 (tetapi bahan baku
lebih hemat)
Litium
Tidak ada
sisa (Habis)
7 – 5 = 2
35 ribu – 25 ribu = 10
ribu
5 → 10 dibagi 2
Dah gitu.
GRADIEN
y = mx + k, gradiennya m
by = ax + k , b ≠ 0
y =
𝑎
𝑏
𝑥 +
𝑘
𝑏
, maka gradiennya
𝑎
𝑏
ax - by + k = o, maka gradiennya
𝑎
𝑏
ax + by + k = o, maka gradiennya -
𝑎
𝑏
ax1 + bx2 + k = 0, maka gradiennya -
𝑎
𝑏
y = h, maka gradiennya 0
x = k, maka gradiennya ∞
ANALISIS SENSIVITAS-PERUBAHAN
KOEFISIEN FUNGSI OBJEKTIF
Battery A
(x1)
Battery B
(x2)
Maximum Daily
Availability
Nikel 1 2 6
Lithium 2 1 8
Profit Rp 15.000 Rp 10.000
Fungsi Tujuan
Z = 15x1 + 10x2
Max Z = c1x1 + c2x2
Gradien Contraint 1 adalah -
1
2
Bila garis isoprofit (fungsi tujuan) yang baru lebih
landau dari garis constraint 1, maka solusi optimal
akan berubah dari A (
10
3
,
4
3
) ke (0,3)
yaitu pada saat :
-
𝑐1
𝑐2
≥ -
1
2
→
𝑐1
𝑐2
≤
1
2
Fungsi Kendala
x1 + 2x2 ≤ 6
2x1 + x2 ≤ 8
x1,x2 ≥ 0
ANALISIS SENSIVITAS-PERUBAHAN
KOEFISIEN FUNGSI OBJEKTIF
Battery A
(x1)
Battery B
(x2)
Maximum Daily
Availability
Nikel 1 2 6
Lithium 2 1 8
Profit Rp 15.000 Rp 10.000
Fungsi Tujuan
Z = 15x1 + 10x2
Max Z = c1x1 + c2x2
Gradien Contraint 2 adalah -2
Bila garis isoprofit (fungsi tujuan) yang baru lebih
landau dari garis constraint 2, maka solusi optimal
akan berubah dari A (
10
3
,
4
3
) ke (4,0)
yaitu pada saat :
-
𝑐1
𝑐2
≤ -2 →
𝑐1
𝑐2
≥
1
2
Fungsi Kendala
x1 + 2x2 ≤ 6
2x1 + x2 ≤ 8
x1,x2 ≥ 0
ANALISIS SENSIVITAS-PERUBAHAN
KOEFISIEN FUNGSI OBJEKTIF
Solusi optimal akan berubah dari
A(
10
3
,
4
3
) ke (0,3) saat
𝑐1
𝑐2
≤ 2
Solusi optimal akan berubah dari
A(
10
3
,
4
3
) ke (4,0) saat
𝑐1
𝑐2
≥ 2
Solusi optimal Tetap di A(
10
3
,
4
3
) jika
𝑐1
𝑐2
≥
1
2
dan
𝑐1
𝑐2
≤ 2
1
2
≤
𝑐1
𝑐2
≤ 2
ANALISIS SENSIVITAS-PERUBAHAN
KOEFISIEN FUNGSI OBJEKTIF
Fungsi Tujuan
Max Z =15X1 + 10X2
Fungsi Kendala
x1 + 2x2 ≤ 6
2x1 + x2 ≤ 8
x1,x2 ≥ 0
Rentang Optimalisasi
Max Z = c1x1 + c2x2
Gradien Constraint 1 adalah
1
2
Gradien Constraint 2 adalah -2
Solusi Optimal akan tetap di A jika :
-2 ≤
𝑐1
𝑐2
≤
1
2
1
2
≤
𝑐1
𝑐2
≤ 2
PENGGUNAANYA
Jika profit dari Battery A dan Battery B meningkat yaitu berturut-turut
Rp20.000 dan Rp 30.000, apakah solusi optimal saat ini tetap sama?
Maka max Z=2x1+3x2
Syarat:
1
2
≤
𝑐1
𝑐2
≤ 2
1
2
≤
2
3
≤ 2
Berarti solusi tetap optimal di titik A(
10
3
,
4
3
)
SIMPLEX
METHOD
38
METODE
SIMPLEX
Simplex Primal
Simplex Primal
With Artificial
variable
M-Method 2 Fase
Dual Simplex
DAFTAR ISTILAH DALAM METODE SIMPLEX
ISTILAH PENGERTIAN
Base Variabel Variabel yang nilainya tidak nol pada setiap iterasi.
Non-base variables Yang nilainya disetel ke nol pada setiap iterasi.
Slack variables
Variabel yang ditambahkan ke matematika
batasan model untuk mengubah ≤ pesanan
menjadi =
Surplus variables
Variabel yang ditambahkan ke matematika
batasan model untuk mengubah ≥ pesanan
menjadi =
Solution or right value Nilai sumber daya pembatas yang masih tersedia
Artificial variable
(R)
Variabel yang ditambahkan ke matematika kendala
model dengan bentuk ≥ atau = untuk berfungsi
sebagai variabel dasar awal.
DAFTAR ISTILAH DALAM METODE SIMPLEX
ISTILAH PENGERTIAN
Pivot Colum Kolom yang berisi variabel yang masuk
Pivot Rows
Salah satu baris dari antara variabel baris yang
berisi variabel keluar
Pivot Element
Elemen yang terletak di persimpangan kolom dan
baris pivot
Entering Variable
Variabel yang dipilih untuk menjadi variabel
dasarpada iterasi berikutnya.
Leaving Variable
Variabel yang keluar dari variabel dasar pada
iterasi berikutnya dan digantikan dengan variabel
yang masuk.
Iteration
Tahap perhitungan di mana nilai dalam
perhitungan tergantung pada nilai tabel
sebelumnya.
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI
DARI ITERASI SIMPLEX
Mengembangkan bentuk
persamaan masalah
Mengembangkan tabel simpleks
awal
Mengidentifikasi variabel masuk
dan variabel keluar
a. Memasukkan variabel dan
kolom Pivot
b. Variabel kiri dan baris Pivot
c. Elemen pivot
Tentukan solusi dasar yang baru
dengan menggunakan perhitungan
Gauss-Jordan yang sesuai
Lakukan iterasi untuk menemukan
solusi optimal (berdasarkan koefisien
dari variabel nonbasis pada baris ke-
z
01
02
03
04
05
SIMPLEX
PRIMAL
43
Simplex Primal
Simplex Primal adalah Teknik menerjemahkan
definisi geometris dari titik-titik ekstrim atau sudut-
sudut daerah layak ke dalam definisi aljabar.
Dimulai dari solusi dasar yang layak atau titik
ekstrem di "Daerah Layak" atau 'Ruang Solusi" yang
memenuhi semua kendala iterasi dari satu titik
ekstrem ke titik ekstrem berikutnya hingga
mencapai solusi optimal.
TAHAPAN DALAM SIMPLEX
PRIMAL
Persiapan Bentuk
Standar dari Iterasi
Model Program Linier
untuk Mencari Solusi
Optimal
Solusi Interpretasi
01
02
03
45
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
Mengembangkan bentuk
persamaan masalah
01
Persamaan masalah Maksimalkan
z = 5x1 + 4x2
Apakah persamaan kondisi membutuhkan variabel
slack atau variabel surplus?
Persamaan Masalah
Maksimalkan Z = 5X1 + 4X2 + 0S1 + 0S2 + 0S3 + 0S4
Persamaan Kondisi
6x1 + 4x2 + S1 = 24
x1 + 2x2 + S2 = 6
-x1 + x2 + S3 = 1
x2 + S4 = 2 = 2
x1, x2, S1, S2, S3, S4 ≥ 0
46
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
Mendefinisikan variabel dasar dan non-dasar ke
dalam table
- Dasar : s1, s2, s3, s4
- Non-dasar : x1,
Mengembangkan table
Simplex Awal
02
Basic Z X1 X2 S1 S2 S3 S4
Solution Ratio
Z-row 1 -5 -4 0 0 0 0 0
S1
S2
S3
S4
Persamaan Tujuan :
Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
Basic Z X1 X2 S1 S2 S3 S4
Solutio
n
Ratio
Z-row 1 -5 -4 0 0 0 0 0
S1 0 6 4 1 0 0 0 24
S2 0 1 2 0 1 0 0 6
S3 0 -1 1 0 0 1 0 1
S4 0 0 1 0 0 0 1 2
Persamaan Kondisi
6x1 + 4x2 + S1 = 24
x1 + 2x2 + S2 = 6
-x1 + x2 + S3 = 1
x2 + S4 = 2 = 2
x1, x2, S1, S2, S3, S4 ≥ 0
48
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
Mengidentifikasi
variable; masuk dan
variable keluar
03
Problem equation
Maximize Z= 5X1 + 4X2 + 0S1 + 0S2 + 0S3+0S4
Objektive equation
Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
49
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
Mengidentifikasi
variable; masuk dan
variable keluar
03
a. Koefisien Negative dalam persamaan tujuan.
Persamaan Tujuan :
Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
50
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
Mengidentifikasi
variable; masuk dan
variable keluar
03
b. Rasio non Negative
Persamaan Tujuan :
Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
51
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
Mengidentifikasi
variable; masuk dan
variable keluar
03
c. Elemen Pivot
Persamaan Tujuan :
Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
Tentukan solusi dasar yang baru (Menukar variabel
yang masuk x1 dengan variabel yang keluar baris s1,
sebagai variabel dasar yang baru)
04
Persamaan Tujuan :
Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
Tentukan solusi
dasar yang baru
05
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI
ITERASI SIMPLEX
Solusi Optimal Persamaan Masalah
(Maksimalkan)
X1 = 3
X2 = 1,5
Z = 5x1 + 4x2
Z = 5(3)+ 4(1,5)
Z = 15 + 6
Z = 21
SIMPLEX PRIMAL WITH ARTIFICIAL
VARIABLE
M-METHOD
o Tidak semua model program linear mempunyai variabel Slack →
tidak siap diolah dengan Metoda Simplek Primer
o diperlukan variabel tiruan→ sebagai variabel slack
TEKNIK 2 FASE
o Kelemahan Teknik M→ konstanta M sangat besar sehingga
memungkinkan kesalahan.
o Konstanta M dihapus dengan penyelesaian persoalan dua fase :
60
Simplex Primal M-Method
Constraints
1. Xe + 2 Xi ≤ 6
2. 2Xe + Xi ≤ 8
3. -Xe + Xi ≤ 1
4. Xi ≤ 2
Constraints
1. 3Xe + Xi = 3
2. 4Xe + Xi ≥ 6
3. Xe + 2 Xi ≤ 4
SIMPLEX
M-METHOD
61
CONTOH SOAL
Pemerintah ingin mengembangkan lahan budidaya untuk kegiatan industri dan pertanian dengan
meminimalkan biaya pembangunan.
Variabel kendala: (1) Permintaan, (2)Tenaga kerja , (3) Sumber daya air
Min Z = 4 X1 + X2
Setiap unit pengembangan
lahan membutuhkan biaya
sebagai berikut:
• Industri membutuhkan
4 unit biaya per unit
pengembangan lahan
• Pertanian
membutuhkan 1 unit
biaya per unit
pengembangan lahan
3X1 + X2 = 3
Setiap unit pengembangan
lahan menghasilkan nilai
produksi sebagai berikut:
• Industri menghasilkan
produk senilai 3 unit per
unit pengembangan
lahan
• Pertanian menghasilkan
produk senilai 1 unit per
unit pengembangan
lahan
• Total permintaan untuk
kedua kegiatan tersebut
harus sama dengan 3
unit
4X1 + 3X3 ≥ 6
Setiap unit pengembangan
lahan membutuhkan
tenaga kerja sebagai
berikut:
• Industri membutuhkan 4
unit tenaga kerja per unit
pengembangan lahan
• Pertanian membutuhkan
3 unit tenaga kerja per
unit pengembangan
lahan
• Total tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk kedua
kegiatan tersebut harus
lebih besar atau sama
dengan 6 unit
X1 + 2 X2 ≤ 4
Setiap unit pengembangan
lahan membutuhkan
sumber daya air sebagai
berikut:
• Industri membutuhkan 1
unit sumber daya air per
unit pengembangan
lahan
• Pertanian membutuhkan
2 unit sumber daya air
per unit pengembangan
lahan
• Total kebutuhan sumber
daya air tidak boleh lebih
dari atau sama dengan 4
unit
62
SIMPLEX M-METHOD
Industri x1
(unit)
Pertanian x2
(unit)
Maximum Daily
Availability (unit)
Nilai Produksi 3 1 = 3
Tenaga Kerja 4 3 ≥ 6
Sumber Daya Air 1 2 ≤ 4
Biaya 4 Unit 1 Unit
3x1 + x2 = 3
4x1 + 3x2 ≥ 6
x1 + 2x2 ≤ 4
Fungsi Tujuan
Minimum : Z = 4 X1 + X2
x1, x2 ≥ 0
Langkah Simplex M-Method
• Ubah pertidaksamaan tersebut dengan
mengurangi S1 (surplus) pada kendala 2, dan
menambahkan S2 (slack) pada kendala 3,
sehingga menjadi:
Min Z = 4x1 + x2
Kondisi:
3X1 + X2 = 3
4X1 + 3X2 – S1 = 6
X1 + 2X2 + S2 = 4
X1, X2, S1, S2 ≥ 0
Langkah 1
• Tambahkan persamaan 1 dan 2 dengan
varaiabel tiruan R1 dan R2 sebagai variable
Slack dan memberikan koefisien M pada
fungsi sasaran
Min Z = 4x1 + x2 + MR1 + MR2
Kondisi:
3X1 + X2 + R1 = 3
4X1 + 3X2 – S1 + R2 = 6
X1 + 2X2 + S2 = 4
X1, X2, S1, S2 .R1.R2 ≥ 0
Langkah 2
Langkah analisis simplex
Akomodasikan persoalan sehingga
bila diletakan dalam table maka kolom
sisi kanan akan memberikan solusi
awal secara langsung → Substitusikan
R1 dan R2 dalam persamaan sasaran.
3X1 + X2 + R1 = 3
R1 = 3- 3X1 - X2
4X1 + 3X2 – S1 + R2= 6
R2 = 6 – 4X1 - 3X2 + S1
Langkah 3
Fungsi Sasaran Menjadi
Z = 4x1 + x2 + MR1 + MR2
Z = 4x1 + x2 + M(3- 3x1 - x2) + M(6 – 4x1 - 3x2 + S1 )
Z = 4x1 + x2 + 3M - 3x1M - x2M + 6M – 4x1M - 3x2 + S1M
Z = 4x1 + x2 + 9M – 7x1M – 4x2M + S1M
Z = (4 - 7M)x1 + (1-4M)x2 + 9M + S1M
Dengan Batasan
3X1 + X2 + R1 = 3
4X1 + 3X2 – S1 + R2 = 6
X1 + 2X2 + S2 = 4
X1, X2, S1, S2 ≥ 0
Langkah 4
Initial Tabel
Basic X1 X2 S1 R1 S2 R2 RHS
Z -4 -1 0 -M 0 -M 0
R1 3 1 0 1 0 0 3
R2 4 3 -1 0 0 1 6
S2 1 2 0 0 1 0 4
Starting Tabel
Basic X1 X2 S1 R1 S2 R2 RHS Ratio
Z -4+7M -1+4M -M 0 0 0 9M 9M(-4+7M)
R1 3 1 0 1 0 0 3 3/3
R2 4 3 1 0 0 1 6 6/4
S2 1 2 0 0 1 0 4 4/1
First Iteration
Second Iteration
Basic X1 X2 S1 R1 S2 R2 RHS Ratio
Z 0 (1+5M)/3 -M (4-7M)/3 0 0 4+2M (4+2M)/(1+5M)/3
R1 1 1/3 0 1/3 0 0 1 1/(1/3)
R2 0 5/3 -1 -4/3 0 0 2 2/(5/3)
S2 0 5/2 0 -1/3 1 1 3 3/(5/3)
Basic X1 X2 S1 R1 S2 R2 RHS Ratio
Z 0 0 1/5 8/5-M 0 -1/5-M 18/5
18/5
1/5
R1 1 0 1/5 3/5 0 -1/5 3/5
3/5
1/5
R2 0 1 -3/5 -4/5 0 3/5 6/5
6/5
−3/5
S2 0 0 1 1 1 -1 1 1/1
Third Iteration
Basic X1 X2 S1 R1 S2 R2 RHS
Z 0 0 0
7
5
- M -
1
5
-M
17
5
R1 1 0 0
2
5
-
1
5
0
2
5
R2 0 1 0 -
1
5
-
3
5
0
9
5
S2 0 0 1 1 1 -1 1
Solusi optimal:
Z= 17/5 > 3,4
X1= 2/5 > 0,4
X2= 9/5 > 1,8
Min Z = 4x1 + x2
= 4(0,4) + 1,8
= 1,6 + 1,8
= 3,4
TEKNIK 2
FASE
69
70
Teknik 2 Fase
Fase 1
Memperbanyak variabel tiruan bila perlu untuk menjamin suatu solusi awal:
- Membentuk suatu fungsi sasaran baru yang meminimalkan jumlah
variabel tiruan yang memenuhi kendala persoalan yang sesungguhnya:
- Bila nilai minimal fungsi sasaran baru nol (semua variabel tiruan nol).
- Persoalan mempunyai solusi→ lanjut ke fase 2.
- Bila nilai minimal fungsi sasaran baru tidak nol→ berhenti.
Fase 2
Gunakan solusi basis optimal tahap 1 sebagai solusi
awal persoalan sesungguhnya.
CONTOH SOAL
Min Z = 4X1 + X2
Kondisi:
3X1 + X2 = 3
4X1 + 3X2 ≥ 6
X1 + 2X2 ≤ 4
X1, X2, ≥ 0
FASE 1
Min r = R1 + R2
Kondisi:
3X1 + X2 + R1 = 3
4X1 + 3X2 - S1 + R2 = 6
X1 + 2X2 + S2 = 4
X1, X2, S1, S2, ≥ 0
• Mengingat R1 dan R2
merupakan variabel basis dalam
solusi awal MAKA harus keluar
dari fungsi sasaran
Untuk memulai metode simpleks, kembangkan tujuan baru persamaan baru dengan variabel
non-dasar disertakan/tanpa variabel dasar
Min r = R1 + R2
Kondisi:
3X1 + X2 + R1 = 3
4X1 + 3X2 - S1 + R2 = 6
X1 + 2X2 + S2 = 4
X1, X2, S1, S2, ≥ 0
r - R1 + R2 = 0
Kondisi:
R1 = 3 – 3x1 –x2
R2 = 6 – 4x1 -3x2 + S1
Persamaan Baru :
r + 7x1 + 4x2 – S1 = 9
Initial Tabel
Basic r X1 X2 R1 R2 S1 S2 Solution Ratio
r-row 1 7 4 0 0 -1 0 9 1.29
R1 0 3 1 1 0 0 0 3 1
R2 0 4 3 0 1 -1 0 6 1.5
S2 0 1 2 0 0 0 1 4 4
Firs iteration Phase 1
Basic r X1 X2 R1 R2 S1 S2 Solution Ratio
r-row 1 0 1,67 -2,33 0 -1 0 2
R1 0 1 0.33 0,33 0 0 0 1 3
R2 0 0 1,67 -1.33 1 -1 0 2 1,2
S2 0 0 1,67 -0,33 0 0 1 3 1,8
Second iteration Phase 1
Basic r X1 X2 R1 R2 S1 S2 Solution
r-row 1 0 0 -1 -1 0 0 0
R1 0 1 0 0,60 -0,20 0,20 0 0,60
R2 0 0 1 -0,80 0,60 -0,60 0 1,2
S2 0 0 0 1 -1 1 1 1,0
Min Z = 4x1 + x2
Kondisi:
X1 + 0,2 S1 = 0,6
X2 – 0,6 S1 = 1,2
S1 + S2 = 1
X1,X2,S1,S2 ≥ 0
Z - 4x1 - x2 = 0
Kondisi:
X1 = 0,6 – 0.2S1
X2 = 1.2 + 0,6S1
Persamaan Baru :
Z + 0,2 S1 = 3,6
Initial Simplex Table (Phase 2)
Basic z X1 X2 S1 S2 Solution Ratio
z-row 1 0 0 0,2 0 3,6
X1 0 1 0 0,2 0 0,6 3
X2 0 0 1 -0,6 0 1.2 -2
S2 0 0 0 1 1 1,0 1
Firs iteration Phase 2
Basic z X1 X2 S1 S2 Solution
z-row 1 0 0 0 -0,2 3,4
X1 0 1 0 0 -0,2 0,4
X2 0 0 1 0 0,6 1,8
S1 0 0 0 1 1 1
Solusi Optimal
X1 = 0,4
X2 = 1,8
Min Z = 4x1 + x2
= 4(0,4) + 1,8
= 1,6 + 1,8
= 3,4
Duality Simplex
Method
Jika suatu iterasi terdapat
persoalan program linear yang
telah optimum (berdasarkan
kondisi optimalitas), tetapi
belum fisibel (ada pembatas
nonnegative yang tidak
terpenuhi), maka persoalan
tersebut dapat diselesaikan
dengan metode dual simpleks.
Seluruh pembatas harus merupakan
pertidaksamaan yang bertanda (≤),
sedangkan fungsi tujuan bisa berupa
maksimasi atau minimasi.
Syarat Penggunaan
Metode Duality
Simplex Method
Perbedaan dengan Tabel
Primal
1. Leaving variable (kondisi fisibilitas), merupakan variable yang memiliki nilai negative
terbesar. Jika semua variable basis bernilai positif atau nol maka fisibel telah
tercapai.
2. Entering variable (kondisi optimalitas),
a. Tentukan perbandingan (rasio) antara koefisien persamaan z dengan koefisien
leaving variable. Abaikan penyebut yang positif atau nol, jika telah positif atau nol
maka variable tersebut tidak memiliki solusi fisible.
b. Lalu, untuk persoalan minimasi, entering variable adalah variable dengan rasio
terkecil, sedangkan untuk persoalan maksimasi, entering variable adalah variable
dengan rasio terkecil.
Fungsi Tujuan (Objektif)
Minimumkan : Z = 2x1 + x2
Berdasarkan Pembatas :
3x1 + x2 ≥ 3
4x1 +3x2 ≥ 6
x1 + 2x2 ≤ 3
x1, x2 ≥ 0
CONTOH DUALITY SIMPLEX METHOD
LANGKAH 1
Ubah pertidaksamaan menjadi ≤ dengan
mengalikan dengan -1 sehingga
persamaannya menjadi :
-3x1 - x2 + s1 = 3
-4x1 - 3x2 + s2 = 6
x1 + 2x2 = 3
x1, x2, s1, s2, s3 ≥ 0
-2x1 – x2 – 0s1 – 0s2 – 0s3 = 0
CONTOH DUALITY SIMPLEX METHOD
Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi OBE
0
Z -2 -1 0 0 0 0 b1
S1 -3 -1 1 0 0 -3 b2
S2 4/3 1 0 -1/3 0 2 b3/-3
S3 1 2 0 0 1 3 b4
Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
0
Z -2 -1 0 0 0 0
S1 -3 -1 1 0 0 -3
S2 -4 -3 0 1 0 -6
S3 1 2 0 0 1 3
Rasio 1/2 1/3 - - - -
LANGKAH 2
Buat Tabel Simplex
CONTOH DUALITY SIMPLEX METHOD
Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi OBE
1
Z -2/3 0 0 -1/3 0 2 b1+b3’
S1 -5/3 0 1 -1/3 0 -1 b2 + b3’
S2 4/3 1 0 -1/3 0 2 b3/-3
S3 5/3 0 0 2/3 1 -1 b4 + (-2_b3
Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
1
Z -2/3 0 0 -1/3 0 2
S1 -5/3 0 1 -1/3 0 -1
S2 4/3 1 0 -1/3 0 2
S3 5/3 0 0 2/3 1 -1
Rasio 2/5 - 1 - -
CONTOH DUALITY SIMPLEX METHOD
Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
2
Z -2/3 0 0 -1/3 0 2
S1 1 0 -3/5 1/5 0 3/5
X2 4/3 1 0 -1/3 0 2
S3 5/3 0 0 2/3 1 -1
Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
2
Z 0 0 -2/5 -1/5 0 12/5
X1 1 0 -3/5 1/5 0 3/5
X2 0 1 4/5 -3/5 0 6/5
S3 0 0 -1 1 1 0
Solusi optimal dan
fisibel tercapai
X1 3/5
X2 6/5
Z 12/5
THANK YOU
Presentation Title 82

More Related Content

Similar to PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdf

Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasisuperjnr
 
Ekonomi manajerial linier programming metode grafik
Ekonomi manajerial linier programming metode grafikEkonomi manajerial linier programming metode grafik
Ekonomi manajerial linier programming metode grafikatphmateriku
 
Tugas Program Linier
Tugas Program LinierTugas Program Linier
Tugas Program LinierEnggar Dewa
 
21_Angelika Simbolon Kalkulus.pptx
21_Angelika Simbolon Kalkulus.pptx21_Angelika Simbolon Kalkulus.pptx
21_Angelika Simbolon Kalkulus.pptx21010AngelikaSimbolo
 
Berbagai Teknik Optimasi dan Peralatan Manajemen Baru (19 April 2020).pptx
Berbagai Teknik Optimasi dan Peralatan Manajemen Baru (19 April 2020).pptxBerbagai Teknik Optimasi dan Peralatan Manajemen Baru (19 April 2020).pptx
Berbagai Teknik Optimasi dan Peralatan Manajemen Baru (19 April 2020).pptxBobySaputra15
 
Program Linear _ Analisa Sensitivitas.pptx
Program Linear _ Analisa Sensitivitas.pptxProgram Linear _ Analisa Sensitivitas.pptx
Program Linear _ Analisa Sensitivitas.pptxSandiPawiro
 
berbagai teknik optimasi dan peralatan manajemen baru
berbagai teknik optimasi dan peralatan manajemen baruberbagai teknik optimasi dan peralatan manajemen baru
berbagai teknik optimasi dan peralatan manajemen barumas karebet
 
Kelas xii bab 1
Kelas xii bab 1Kelas xii bab 1
Kelas xii bab 1pitrahdewi
 
03. Integer Programming.pdf
03. Integer Programming.pdf03. Integer Programming.pdf
03. Integer Programming.pdfTiksnaShaint1
 
fdokumen.com_aljabar-56ae3e63c52bb.ppt
fdokumen.com_aljabar-56ae3e63c52bb.pptfdokumen.com_aljabar-56ae3e63c52bb.ppt
fdokumen.com_aljabar-56ae3e63c52bb.pptZahirah7
 
Integral(5) Mr imam Awaludin
Integral(5) Mr imam AwaludinIntegral(5) Mr imam Awaludin
Integral(5) Mr imam AwaludinFeni_Triminarni
 
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programmingITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programmingFransiska Puteri
 

Similar to PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdf (20)

Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasi
 
TRO 03.pdf
TRO 03.pdfTRO 03.pdf
TRO 03.pdf
 
Ekonomi manajerial linier programming metode grafik
Ekonomi manajerial linier programming metode grafikEkonomi manajerial linier programming metode grafik
Ekonomi manajerial linier programming metode grafik
 
Laporan Matematika
Laporan MatematikaLaporan Matematika
Laporan Matematika
 
Tugas Program Linier
Tugas Program LinierTugas Program Linier
Tugas Program Linier
 
M2 lp- met grafik
M2  lp- met grafikM2  lp- met grafik
M2 lp- met grafik
 
peta kendali variabel
peta kendali variabelpeta kendali variabel
peta kendali variabel
 
21_Angelika Simbolon Kalkulus.pptx
21_Angelika Simbolon Kalkulus.pptx21_Angelika Simbolon Kalkulus.pptx
21_Angelika Simbolon Kalkulus.pptx
 
Berbagai Teknik Optimasi dan Peralatan Manajemen Baru (19 April 2020).pptx
Berbagai Teknik Optimasi dan Peralatan Manajemen Baru (19 April 2020).pptxBerbagai Teknik Optimasi dan Peralatan Manajemen Baru (19 April 2020).pptx
Berbagai Teknik Optimasi dan Peralatan Manajemen Baru (19 April 2020).pptx
 
Program Linear _ Analisa Sensitivitas.pptx
Program Linear _ Analisa Sensitivitas.pptxProgram Linear _ Analisa Sensitivitas.pptx
Program Linear _ Analisa Sensitivitas.pptx
 
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4
 
berbagai teknik optimasi dan peralatan manajemen baru
berbagai teknik optimasi dan peralatan manajemen baruberbagai teknik optimasi dan peralatan manajemen baru
berbagai teknik optimasi dan peralatan manajemen baru
 
Kelas xii bab 1
Kelas xii bab 1Kelas xii bab 1
Kelas xii bab 1
 
03. Integer Programming.pdf
03. Integer Programming.pdf03. Integer Programming.pdf
03. Integer Programming.pdf
 
fdokumen.com_aljabar-56ae3e63c52bb.ppt
fdokumen.com_aljabar-56ae3e63c52bb.pptfdokumen.com_aljabar-56ae3e63c52bb.ppt
fdokumen.com_aljabar-56ae3e63c52bb.ppt
 
Fgs kubik
Fgs kubikFgs kubik
Fgs kubik
 
Ema.2 (r)
Ema.2 (r)Ema.2 (r)
Ema.2 (r)
 
Integral(5) Mr imam Awaludin
Integral(5) Mr imam AwaludinIntegral(5) Mr imam Awaludin
Integral(5) Mr imam Awaludin
 
Em.2
Em.2Em.2
Em.2
 
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programmingITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
ITP UNS SEMESTER 2 Integer programming
 

More from Laras Kun Rahmanti Putri

Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12BLaporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12BLaras Kun Rahmanti Putri
 
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node DistrictLaras Kun Rahmanti Putri
 
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node DistrictLaras Kun Rahmanti Putri
 
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node DistrictLaras Kun Rahmanti Putri
 
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota BatamLaporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota BatamLaras Kun Rahmanti Putri
 
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri RayaStudio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri RayaLaras Kun Rahmanti Putri
 
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota KendalStudio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota KendalLaras Kun Rahmanti Putri
 
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-NgampelStudio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-NgampelLaras Kun Rahmanti Putri
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraMelihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyantoPemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyantoLaras Kun Rahmanti Putri
 
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau RuangLaporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau RuangLaras Kun Rahmanti Putri
 

More from Laras Kun Rahmanti Putri (20)

Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12BLaporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
 
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
 
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
 
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
 
Laporan Perkim Penggaron Kidul
Laporan Perkim Penggaron KidulLaporan Perkim Penggaron Kidul
Laporan Perkim Penggaron Kidul
 
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota BatamLaporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
 
Review Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah PerkimReview Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah Perkim
 
Perencanaan BRT Kota Semarang
Perencanaan BRT Kota SemarangPerencanaan BRT Kota Semarang
Perencanaan BRT Kota Semarang
 
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri RayaStudio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
 
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota KendalStudio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
 
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-NgampelStudio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
 
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio PerencanaanLaporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
 
Studio Perencanaa - Proposal teknis
Studio Perencanaa - Proposal teknisStudio Perencanaa - Proposal teknis
Studio Perencanaa - Proposal teknis
 
Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
 
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraMelihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
 
Jurnal Kesadaran Sosial Bandara Kualanamu
Jurnal Kesadaran Sosial Bandara KualanamuJurnal Kesadaran Sosial Bandara Kualanamu
Jurnal Kesadaran Sosial Bandara Kualanamu
 
Jurnal KTI Smt 2
Jurnal KTI Smt 2Jurnal KTI Smt 2
Jurnal KTI Smt 2
 
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyantoPemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
 
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau RuangLaporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
 

Recently uploaded

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdf

  • 1. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI KELOMPOK 7 1. Iqsal Aryo Syahputra (25423017) 2. Muhammad Daiyan Ramadhan (25423045) 3. Ratna Patmawati Wisnu Murti (25423081) KELOMPOK 14 1. Laras Kun Rahmanti Putri (25423001) 2. Chintya Chaterina Hattu (25423031) 3. Ahmad Syauqani (25423061)
  • 2. KONSEP • Suatu Keputusan Dalam Kondisi Pasti Apabila Hasil Setiap Alternatif Tindakan Dapat ditentukan Dengan Pasti. • Kondisi Pasti Didukung Oleh Informasi Yang Lengkap Sehingga Diramalkan Secara Tepat Hasil Dari Suatu Tindakan • Dalam Kondisi Pasti Ini, Pengambil Keputusan Secara Pasti Mengetahui Yang Akan Terjadi Dimasa Yang Akan Datang.
  • 3. TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI PROGRAM LINEAR A N A L I S I S S E N S I V I T A S ( G R A P H I C M E T H O D ) A N A L I S I S S I M P L E X 3
  • 4. PROGRAM LINEAR Linear Programming merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan yakni memaksimumkan keuntungan ataupun meminimumkan biaya. (Siringoringo, 2005) FUNGSI DALAM PROGRAM LINEAR 1. FUNGSI TUJUAN (OBJEKTIF) adalah fungsi yang menggambarkan tujuan atau sasaran di dalam permasalahan LP yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumber daya-sumber daya, untuk memperoleh keuntungan maksimal dan memperoleh biaya minimal. 2. FUNGSI BATASAN (CONSTRAIN) Merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan- batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.
  • 5. ASUMSI DALAM PROGRAM LINEAR PROPORTIONALITY Nilai Fungsi (Z) & Penggunaan Sumber Daya Yang Tersedia Akan Berubah Secara Proporsional Dengan Perubahan Tingkat Aktivitas (X) ADDITIVITY Nilai Fungsi Total Dapat Diperoleh Dengan Menjumlahkan Kontribusi Untuk Setiap Individu Dari Setiap Aktivitas. CERTAINTY Semua Tujuan Dan Koefisien Pembatas Dari Model LP Adalah Konstanta Yang Diketahui DIVISIBILITY Output Yang Dihasilkan Oleh Setiap Aktivitas Dapat Berupa Angka Pecahan Dan Juga Nilai Z Yang Dihasilkan 5
  • 6. Syarat agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan Teknik LP Harus dapat dirumuskan secara matematis Harus jelas fungsi objektif linear yang harus dibuat optimal Pembatas-pembatas harus dinyatakan dalam ketidaksamaan yang linear
  • 7. LANGKAH ANALISIS Defenisikan Variabel Keputusan (misal x1 dan x2, yang dalam hal ini adalahvariable yang nilainya akan dicari) Rumuskan Fungsi Tujuan(Z) (Memaksimumkan atau meminimumkan) Rumuskan Fungsi Kendala Sumber Daya Tetapkan Kendala non-negative (Setiap keputusan (kuantititif) yang diambil tidak boleh mempunyai nilai negative).
  • 8. CONTOH LINEAR PROGRAMMING Battery A (x1) Battery B (x2) Maximum Daily Availability Nikel 2 1 8 Lithium 3 2 5 Profit Rp 15.000 Rp 10.000 Berapa Produksi barang A dan B agar jumlah hasil penjualan maksimum? (dengan memperhatikan pembatas bahwa bahan mentah yang dipergunakan dalam proses produksi tidak boleh melebihi persediaan yang ada) Langkah 1: Defenisikan Variabel Keputusan (variable yang nilainya akan dicari) X1 = Produksi Batrei A (ton/hari) X2 = Produksi Batrei B (ton/hari)
  • 9. CONTOH LINEAR PROGRAMMING Battery A (x1) Battery B (x2) Maximum Daily Availability Nikel 2 1 8 Lithium 3 2 5 Profit Rp 15.000 Rp 10.000 Langkah 2 : Tentukan optimasi yang ingin dicapai, maksimalisasi atau minimalisasi? Dalam hal ini yang yang dibicarakan adalah keuntungan per hari dari kedua produk. Karena keuntungan Baterai A adalah 15.000 dan Baterai B adalah 10.000 maka: Total Profit Batrei A (x1) = 15x1 Total Profit Batrei B (x2) = 10x2 Dari fungsi ini, maksimalisasi keuntungan per hari (Z) adalah : Z = 15x1 + 10x2 FUNGSI OBJEKTIF
  • 10. CONTOH LINEAR PROGRAMMING • LANGKAH 3 – FUNGSI BATASAN (Penggunaan Bahan Baku) ≤ (Ketersediaan Maksimum Bahan Baku) Battery A (x1) Battery B (x2) Maximum Daily Availability Nikel 2 1 8 Lithium 3 2 5 Profit Rp 15.000 Rp 10.000 2x1 + x2 ≤ 8 3x1 + 2x2 ≤ 5
  • 11. CONTOH LINEAR PROGRAMMING LANGKAH 4 – Merumuskan LP standar (Mengubah ketidaksamaan menjadi persamaan) Untuk mencari nilai x1 dan x2 kita harus mengubah ketidaksamaan menjadi persaman dengan jalan memasukkan nilai variable slack . Variabel slack dapat diartikan sebagai sisa bahan mentah. Oleh karena bahan mentah tidak dijual, maka kita anggap harga jualnya nol. Sehingga ketidaksamaan berubah menjadi persamaan yaitu variabel x3≥ 0 dan x4≥ 0. Maksimum : Z = 15x1 + 10x2 + 0x3 + 0x4 Dengan Pembatas : 2x1 + x2 + x3 = 8 3x1 + 2x2 + x4 = 5 Battery A (x1) Battery B (x2) Maximum Daily Availability Variabel Slack Nikel 2 1 8 x3≥ 0 Lithium 3 2 5 x4≥ 0 Profit Rp 15.000 Rp 10.000 2x1 + x2 + x3 = 8 3x1 + 2x2 + x4 = 5
  • 12. CONTOH LINEAR PROGRAMMING LANGKAH 5 – Cari nilai Z yang terbesar yang memberi pemecahan optimal. Dimana : 1. X1 dan X2 = 0 2. X1 dan X3 = 0 3. X1 dan X4 = 0 4. X2 dan X3 = 0 5. X2 dan X4 = 0 6. X3 dan X4 = 0 X1 = 0 X2 = 0 X3 = 8 X4 = 5 Z = 15x1 + 10x2 + 0x3 + 0x4 Z = 15(0) + 10 (0) + 0(8) + 0(5) Z1 = 0 Battery A (x1) Battery B (x2) Maximum Daily Availability Variabel Slack Nikel 2 1 8 x3≥ 0 Lithium 3 2 5 x4≥ 0 Profit Rp 15.000 Rp 10.000 2x1 + x2 + x3 = 8 3x1 + 2x2 + x4 = 5 X1 = 0 X2 = 8 X3 = 0 X4 = -11 2x1 + x2 + x3 = 8 2(0) + x2 + 0 = 8 0 + x2 + 0 = 8 x2 = 8 3x1 + 2x2 + x4 = 5 3(0)+ 2(8) + x4 = 5 0+16+ x4 = 5 x4=5-16 = -11 Karena X4 bertanda negative maka dianggap tidak fisibel sehingga Z2 tidak dihitung
  • 13. CONTOH LINEAR PROGRAMMING LANGKAH 5 – Cari nilai Z yang terbesar yang memberi pemecahan optimal. Battery A (x1) Battery B (x2) Maximum Daily Availability Variabel Slack Nikel 2 1 8 x3≥ 0 Lithium 3 2 5 x4≥ 0 Profit Rp 15.000 Rp 10.000 2x1 + x2 + x3 = 8 3x1 + 2x2 + x4 = 5 X1 = 0 X2 = 𝟓 𝟐 X3 = 𝟏𝟏 𝟐 X4 = 0 2x1 + x2 + x3 = 8 2(0) + 5/2 + x3= 8 0 + 5/2 + x3 = 8 x3 = 8 - 5/2 = 11/2 3x1 + 2x2 + x4 = 5 3(0)+ 2x2 + 0 = 5 2x2 = 5 x2=5/2 Z3 = 15x1 + 10x2 + 0x3 + 0x4x3 = Z3 = 15(0) + 10 (5/2)+ 0(11/2) + 0 Z3 = 0 + 25 + 0 + 0 Z3 = 25 (Rp 25.000) X1 = 4 X2 = 0 X3 = 0 X4 = -7 2x1 + x2 + x3 = 8 2x1 + 0 + 0 = 8 x1 = 8/2 x1 = 4 3x1 + 2x2 + x4 = 5 3(4) + 2(0) + x4 = 5 12 + 0 + x4 = 5 X4 = 5-12 = -7 Karena X4 bertanda negative maka dianggap tidak fisibel sehingga Z4 tidak dihitung
  • 14. CONTOH LINEAR PROGRAMMING Battery A (x1) Battery B (x2) Maximum Daily Availability Variabel Slack Nikel 2 1 8 x3≥ 0 Lithium 3 2 5 x4≥ 0 Profit Rp 15.000 Rp 10.000 2x1 + x2 + x3 = 8 3x1 + 2x2 + x4 = 5 X1 = 5/3 X2 = 0 X3 = 14/3 X4 = 0 2x1 + x2 + x3 = 8 2(5/3) + 0 + x3 = 8 10/3 + 0 + x3 = 8 x3 = 8 – 10/3 x3 = 14/3 3x1 + 2x2 + x4 = 5 3x1 + 2(0) + 0 = 5 3x1 = 5 x1 = 5/3 Z6 = 15x1 + 10x2 + 0x3 + 0x4 = Z6 = 15(5/3) + 10(0) + 0(14/3) + 0(0) Z6 = 25 (Rp 25.000) X1 = 11 X2 = -14 X3 = 0 X4 = 0 2x1 + x2 + x3 = 8 2x1 + x2 + 0 = 8 2x1 + x2 = 8 x2 = 8 – 2x1 x2 = 8 - 2(11) x2 = -14 3x1 + 2x2 + x4 = 5 3x1 + 2(8 – 2x1) + 0 = 5 3x1 + 16 – 4x1 = 5 -x1 = 5-16 -x1 = -11 x1 = 11 Karena X2 bertanda negative maka dianggap tidak fisibel sehingga Z5 tidak dihitung
  • 15. 15 HASIL LP NILAI Z X1 X2 X3 X4 Keterangan Z1 0 0 8 5 0 Z2 0 8 0 -11 Tidak Fisibel Z3 0 5 2 = 2,5 11 2 = 5,5 0 Rp 25.000 Z4 4 0 0 -7 Tidak Fisibel Z5 11 -14 0 0 Tidak Fisibel Z6 5 3 = 1,7 0 14 3 = 4,7 0 Rp 25.000 Dari ke-6 pemecahan dasar, terdapat 3 yang tidak fisibel yakni Z2, Z4 , dan Z5. sedangkan ada 2 yang fisibel yakni Z3 dan Z6 yang memiliki nilai yang sama yakni 25 sehingga Keputusannya “ Untuk mencapai Zmaks sebesar Rp 25.000 maka • Batrei A tidak diproduksi, Batrei B diproduksi 2,5, Bahan mentah Nikel tersisa 5,5 dan bahan mentah Lithium habis terpakai dalam proses produksi. • Batrei A diproduksi 1,7. Batrei B tidak diproduksi, Bahan mentah Nikel tersisa 4,7 dan bahan mentah Lithium habis terpakai dalam proses produksi. catatan : interpretasi tergantung pada jenis persoalan. Contoh diatas sekedar untuk ilustrasi dan dalam praktiknya jarang sekali suatu produk yang hanya memerlukan 2 bahan mentah saja sehingga contoh diatas menjadi tidak realistis.
  • 17. ANALISIS SENSITIVITAS/Post Optimality Pada kebanyakan program linier, koefisien fungsi tujuan dan fungsi pembatas diberikan sebagai data input, sehingga solusi optimum yang diperoleh akan didasarkan atas nilai koefisien- koefisien tadi. Dalam praktek, harga koefisien tadi jarang diketahui dengan pasti karena beberapa dari koefisien tadi merupakan fungsi beberapa parameter yang tidak dapat dikendalikan. → Solusi masalah- masalah praktis tidak lengkap hanya dengan penentuan solusi optimum. Terdapat suatu cara untuk mempelajari bagaimana solusi optimum akan berubah sehubungan dengan perubahan koefisien input (data). Hal ini diketahui sebagai analisis sensitivitas atau post- optimality.
  • 18. TUJUAN ANALISIS SENSIVITAS • Mengetahui kendala (sumberdaya) mana yang dapat dilonggarkan (dinaikkan) dan seberapa besar kelonggaran dapat dibenarkan, sehingga menaikkan nilai Z (keuntungan) tanpa melakukan perhitungan dari awal, • Mengetahui kendala (sumberdaya) mana yang dapat dikurangi tanpa mengurangi menurunkan nilai Z (keuntungan) tanpa melakukan perhitungan dari awal, • Mengetahui Jumlah selisih keuntungan (nilai Z) • Mengetahui Batasan penambahan dan atau pengurangan sumberdaya tanpa mengubah solusi optimum (keuntungan) atau tanpa menghitung solusi optimum dari awal. Solusi optimum yang telah didapatkan → dioptimumkan kembali → keuntungan bertambah: • Apakah terhadap sumberdaya yang masih dapat dikurangi lagi (misal bahan baku), • apakah terdapat sumberdaya yang dapat ditambah lagi (misal tenaga kerja).
  • 19. Analisis Sensivitas Graphic Method Changes in the Right-Hand Side (constraints) - Dual Price Changes in the Objective Function Algebraig Method Changes in the Objective Function - Dual Price Changes in the Right-Hand Side – Feasibility Range ANALISIS SENSITIVITAS
  • 20. GRAPHIC METHOD Metode grafis adalah metode yang paling sederhana untuk membuat keputusan. Metode ini dapat menyelesaikan model pemrograman linier dengan 2 variabel
  • 21. PROSEDUR GRAPHIC METHOD RUAS KANAN Tentukan area solusi yang layak (berada dalam area garis-garis linear pembatas) Mencari Solusi Optimum Mengetahui sumberdaya yang sudah habis terpakai dan yang masih tersisa (idle) Jika yang terpakai < yang tersedia (ada yang tersisa), maka sumberdaya dapat dikurangi tanpa mengubah keuntungan. Jika yang terpakai = yang tersedia (tidak ada yang tersisa), maka sumberdaya tidak bisa dikurangi (agar keuntungan tidak berkurang). Menggeser solusi (x,y) ke solusi baru, Mengidentifikasi titik solusi baru (x,y Mengidentifikasi keuntungan baru Mengidentifikasi jumlah penambahan bahan baku. Menghitung selisih keuntungan, berupa penghematan bahan baku maupun penambahan keuntungan dari bahan baku yang lain. 21
  • 22. CONTOH KASUS PENERAPAN GRAPHIC METHOD Battery A (x) Battery B (y) Maximum Daily Availability Nikel 2 1 8 Lithium 3 2 5 Profit Rp 15.000 Rp 10.000 Fungsi Tujuan: Z = 15x + 10y Fungsi pembatas: 2x + y ≤ 8 ……….(1) 3x + 2y ≤ 5 ………(2) x ≥ 0 y ≥ 0
  • 23. 23 CONTOH METODE GRAPHIC Tentukan area solusi yang layak (berada dalam area garis-garis linier pembatas 01 Persamaan 1 2x + y ≤ 8 Persamaan 2 3x + 2y ≤ 5 Jika x = 0 maka : 2x + y = 8 2(0) + y = 8 Maka y = 8 Titik 1 (x,y) = (0,8) Jika y = 0 maka : 2x + y = 8 2x + 0 = 8 x = 8/2 x = 4 Titik 2 (x,y) = (4,0) Jika x = 0 maka : 3x + 2y = 5 3(0) + 2y = 5 2y = 5 y = 5/2 Titik 3 (x,y) = (0,5/2) Jika y = 0 maka : 3x + 2y = 5 3x + 2(0) = 5 3x = 5 x = 5/3 Titik 3 (x,y) = (5/3,0)
  • 24. GRAPHIC Titik 1 (0,8) Titik 2 (4,0) Titik 3 (0, 𝟓 𝟐 ) Titik 4 ( 𝟓 𝟑 , 0) Grafik = (insert → scatter plot → straight line → select data → ambil data daftar x,y)
  • 25. Mencari Solusi Optimum 02 Titik Potong dari garis-garis pembatas ialah pada titik T (0,5/2) dan titik E (5/3,0) Fungsi Tujuan: Z = 15x + 10y Jika Z menggunakan titik T (0, 5/2) maka : Z = 15x + 10y Z = 15(0) + 10( 5 2 ) Z = 25 (Rp 25.000) Jika Z menggunakan titik E (5/3, 0) maka : Z = 15x + 10y Z = 15( 5 3 ) + 10(0) Z = 25 (Rp 25.000) Kedua solusi sama-sama optimum, keuntungan optimal dapat dilakukan dengan 2 cara: • Solusi T → Memproduksi baterai A saja sebanyak 5 per 3 ton/hari. • Solusi E → Memproduksi baterai B saja sebanyak 5 per 2 ton/hari.
  • 26. Mengetahui sumberdaya yang sudah habis terpakai dan yang masih tersisa (idle). 03 Kita gunakan solusi T (0; 5 2 ), disubsitusi ke persamaan Bahan baku Nikel (persamaan 1) dan Bahan baku Lithium (persamaan 2): Persamaan (1) → bahan baku nikel 2x + y ≤ 8 Persamaan (2) → bahan baku litium 3x+2y≤5 x=0; y = 5 2 → 2(0) + 5 2 = 2,5. Jumlah terpakai < yang tersedia; masih terdapat sisa (idle) sejumlah 8 - 2,5 = 5,5. Artinya penggunaan bahan baku nikel dapat dihemat 5,5 ton. Penjelasan: Solusi yang menghasilkan keuntungan optimal ialah 0,5/2. Dengan solusi tsb, ternyata penggunaan nikel untuk memproduksi baterai A shg mendapatkan keuntungan optimum cukup 2,5 ton saja. x=0; y = 5 2 → 3(0) + 2(5 2 ) = 5. Jumlah terpakai = yang tersedia; tidak terdapat sisa (idle) sejumlah. Dengan solusi tsb, ternyata penggunaan litium untuk memproduksi baterai A shg mendapat keuntungan optimum sudah habis. Artinya, jumlah litium tidak bisa dikurangi karena dapat mengurangi keuntungan. Maka untuk lebih mengoptimalkan keuntungan, bahan baku litium dapat ditambah. Seberapa banyak?
  • 27. Jika jumlah yang terpakai < yang tersedia (ada yang tersisa), maka sumberdaya dapat dikurangi tanpa mengubah keuntungan → sudah dibahas; bahan baku nikel dapat dikurangi. 04 Jika yang terpakai = yang tersedia (tidak ada yang tersisa), maka sumberdaya tidak bisa dikurangi (agar keuntungan tidak berkurang) → sumberdaya ditambah untuk memaksimalkan keuntungan (Bahan Baku Litium). 05 Menggeser solusi (x,y) ke solusi baru. • Yang digeser ialah fungsi kendala bahan Litium (persamaan 2) / garis oren • Penggeseran maksimal hingga batas yang sama sehingga masih dalam batas titik solusi ke titik solusi baru, gradien garis sama). 06 J atau L ? → dicoba satu-satu.
  • 28. Mengidentifikasi Titik Solusi baru (x,y) 07 Identifikasi dulu J dan L masing-masing berapa. L = (4,0) sesuai dengan perhitungan garis ungu (persamaan 1) sebelumnya. J→ x=0, y=? → proporsi gradien Sebelumnya sudah didapatkan koordinat garis oren (Persamaan 2). x y 0 5/2 5/3 0
  • 29. Mengidentifikasi Keuntungan Baru 08 Substitusi solusi J dan L ke persamaan keuntungan / persamaan Z = 15x + 10y Titik Shadow Price (Tambahan Keuntungan) Kesimpulan Titik J (0,6) Z= 15(0)+10(6) Z= 60 (ribu) Keuntungan baru dari jumlah penggunaan baru bahan litium – keuntungan lama = 60(ribu) – 25(ribu) = 35ribu. Jika penggunaan Litium (untuk produksi baterai B) dinaikkan lagi, tidak mendapat keuntungan. Titik L (4,0) Z= 15(4)+10(0) Z= 60 (ribu) Keuntungan dari jumlah penggunaan bahan litium baru – keuntungan lama = 60(ribu) – 25(ribu) = 35ribu. Jika penggunaan Litium (untuk produksi baterai A) dinaikkan lagi, tidak mendapat keuntungan. Ternyatah solusi J dan L menghasilkan keuntungan yang sama, dimana: • Solusi J = Litium digunakan untuk memproduksi baterai B saja sejumlah 6 ton; • Solusi L = untuk memproduksi baterai A saja sejumlah 4 ton. Keuntungan lebih besar → Solusi baru yang terpilih → pilih pilihan 1 atau 2.
  • 30. Mengidentifikasi Jumlah penambahan bahan baku ybs (Litium) Substitusi solusi baru ke fungsi kendala atau fungsi bahan baku ybs (Litium) : 3x + 2y ≤ 5 09 Jika menggunakan solusi J (baterai B saja sejumlah 6 ton), untuk lebih mengoptimalkan keuntungan, jumlah maksimal penambahan bahan Litium= penggunaan bahan baku dengan solusi J – ketersediaan = (3x + 2y) – 5 = (3(0) + 2(6)) – 5 = 12 – 5 = 7 Untuk mengoptimalkan produksi, bahan Litium dapat ditambah hingga maksimal 7 ton. Sama halnya jika menggunakan solusi L (baterai A saja sejumlah 4 ton), untuk lebih mengoptimalkan keuntungan, jumlah maksimal penambahan bahan Litium= penggunaan dengan solusi J – Ketersediaan = (3x + 2y) – 5 = (3(4) + 2(0)) – 5 = 12 – 5 = 7.
  • 31. Menghitung selisih keuntungan, berupa penghematan bahan baku maupun penambahan keuntungan dari bahan baku yang lain. 10 Optimasi Keuntungan Perusahaan baterai : BAHAN JENIS PERUBAHAN MAKS SUMBERDAYA PERUBAHAN MAKS FUNGSI TUJUAN SHADOW PRICE (KENAIKAN KEUNTUNGAN) Nikel Ada sisa 2,5 – 8 = -5,5 25 ribu - 25 ribu = 0 0 (tetapi bahan baku lebih hemat) Litium Tidak ada sisa (Habis) 7 – 5 = 2 35 ribu – 25 ribu = 10 ribu 5 → 10 dibagi 2 Dah gitu.
  • 32. GRADIEN y = mx + k, gradiennya m by = ax + k , b ≠ 0 y = 𝑎 𝑏 𝑥 + 𝑘 𝑏 , maka gradiennya 𝑎 𝑏 ax - by + k = o, maka gradiennya 𝑎 𝑏 ax + by + k = o, maka gradiennya - 𝑎 𝑏 ax1 + bx2 + k = 0, maka gradiennya - 𝑎 𝑏 y = h, maka gradiennya 0 x = k, maka gradiennya ∞
  • 33. ANALISIS SENSIVITAS-PERUBAHAN KOEFISIEN FUNGSI OBJEKTIF Battery A (x1) Battery B (x2) Maximum Daily Availability Nikel 1 2 6 Lithium 2 1 8 Profit Rp 15.000 Rp 10.000 Fungsi Tujuan Z = 15x1 + 10x2 Max Z = c1x1 + c2x2 Gradien Contraint 1 adalah - 1 2 Bila garis isoprofit (fungsi tujuan) yang baru lebih landau dari garis constraint 1, maka solusi optimal akan berubah dari A ( 10 3 , 4 3 ) ke (0,3) yaitu pada saat : - 𝑐1 𝑐2 ≥ - 1 2 → 𝑐1 𝑐2 ≤ 1 2 Fungsi Kendala x1 + 2x2 ≤ 6 2x1 + x2 ≤ 8 x1,x2 ≥ 0
  • 34. ANALISIS SENSIVITAS-PERUBAHAN KOEFISIEN FUNGSI OBJEKTIF Battery A (x1) Battery B (x2) Maximum Daily Availability Nikel 1 2 6 Lithium 2 1 8 Profit Rp 15.000 Rp 10.000 Fungsi Tujuan Z = 15x1 + 10x2 Max Z = c1x1 + c2x2 Gradien Contraint 2 adalah -2 Bila garis isoprofit (fungsi tujuan) yang baru lebih landau dari garis constraint 2, maka solusi optimal akan berubah dari A ( 10 3 , 4 3 ) ke (4,0) yaitu pada saat : - 𝑐1 𝑐2 ≤ -2 → 𝑐1 𝑐2 ≥ 1 2 Fungsi Kendala x1 + 2x2 ≤ 6 2x1 + x2 ≤ 8 x1,x2 ≥ 0
  • 35. ANALISIS SENSIVITAS-PERUBAHAN KOEFISIEN FUNGSI OBJEKTIF Solusi optimal akan berubah dari A( 10 3 , 4 3 ) ke (0,3) saat 𝑐1 𝑐2 ≤ 2 Solusi optimal akan berubah dari A( 10 3 , 4 3 ) ke (4,0) saat 𝑐1 𝑐2 ≥ 2 Solusi optimal Tetap di A( 10 3 , 4 3 ) jika 𝑐1 𝑐2 ≥ 1 2 dan 𝑐1 𝑐2 ≤ 2 1 2 ≤ 𝑐1 𝑐2 ≤ 2
  • 36. ANALISIS SENSIVITAS-PERUBAHAN KOEFISIEN FUNGSI OBJEKTIF Fungsi Tujuan Max Z =15X1 + 10X2 Fungsi Kendala x1 + 2x2 ≤ 6 2x1 + x2 ≤ 8 x1,x2 ≥ 0 Rentang Optimalisasi Max Z = c1x1 + c2x2 Gradien Constraint 1 adalah 1 2 Gradien Constraint 2 adalah -2 Solusi Optimal akan tetap di A jika : -2 ≤ 𝑐1 𝑐2 ≤ 1 2 1 2 ≤ 𝑐1 𝑐2 ≤ 2
  • 37. PENGGUNAANYA Jika profit dari Battery A dan Battery B meningkat yaitu berturut-turut Rp20.000 dan Rp 30.000, apakah solusi optimal saat ini tetap sama? Maka max Z=2x1+3x2 Syarat: 1 2 ≤ 𝑐1 𝑐2 ≤ 2 1 2 ≤ 2 3 ≤ 2 Berarti solusi tetap optimal di titik A( 10 3 , 4 3 )
  • 39. METODE SIMPLEX Simplex Primal Simplex Primal With Artificial variable M-Method 2 Fase Dual Simplex
  • 40. DAFTAR ISTILAH DALAM METODE SIMPLEX ISTILAH PENGERTIAN Base Variabel Variabel yang nilainya tidak nol pada setiap iterasi. Non-base variables Yang nilainya disetel ke nol pada setiap iterasi. Slack variables Variabel yang ditambahkan ke matematika batasan model untuk mengubah ≤ pesanan menjadi = Surplus variables Variabel yang ditambahkan ke matematika batasan model untuk mengubah ≥ pesanan menjadi = Solution or right value Nilai sumber daya pembatas yang masih tersedia Artificial variable (R) Variabel yang ditambahkan ke matematika kendala model dengan bentuk ≥ atau = untuk berfungsi sebagai variabel dasar awal.
  • 41. DAFTAR ISTILAH DALAM METODE SIMPLEX ISTILAH PENGERTIAN Pivot Colum Kolom yang berisi variabel yang masuk Pivot Rows Salah satu baris dari antara variabel baris yang berisi variabel keluar Pivot Element Elemen yang terletak di persimpangan kolom dan baris pivot Entering Variable Variabel yang dipilih untuk menjadi variabel dasarpada iterasi berikutnya. Leaving Variable Variabel yang keluar dari variabel dasar pada iterasi berikutnya dan digantikan dengan variabel yang masuk. Iteration Tahap perhitungan di mana nilai dalam perhitungan tergantung pada nilai tabel sebelumnya.
  • 42. PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX Mengembangkan bentuk persamaan masalah Mengembangkan tabel simpleks awal Mengidentifikasi variabel masuk dan variabel keluar a. Memasukkan variabel dan kolom Pivot b. Variabel kiri dan baris Pivot c. Elemen pivot Tentukan solusi dasar yang baru dengan menggunakan perhitungan Gauss-Jordan yang sesuai Lakukan iterasi untuk menemukan solusi optimal (berdasarkan koefisien dari variabel nonbasis pada baris ke- z 01 02 03 04 05
  • 44. Simplex Primal Simplex Primal adalah Teknik menerjemahkan definisi geometris dari titik-titik ekstrim atau sudut- sudut daerah layak ke dalam definisi aljabar. Dimulai dari solusi dasar yang layak atau titik ekstrem di "Daerah Layak" atau 'Ruang Solusi" yang memenuhi semua kendala iterasi dari satu titik ekstrem ke titik ekstrem berikutnya hingga mencapai solusi optimal. TAHAPAN DALAM SIMPLEX PRIMAL Persiapan Bentuk Standar dari Iterasi Model Program Linier untuk Mencari Solusi Optimal Solusi Interpretasi 01 02 03
  • 45. 45 PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX Mengembangkan bentuk persamaan masalah 01 Persamaan masalah Maksimalkan z = 5x1 + 4x2 Apakah persamaan kondisi membutuhkan variabel slack atau variabel surplus? Persamaan Masalah Maksimalkan Z = 5X1 + 4X2 + 0S1 + 0S2 + 0S3 + 0S4 Persamaan Kondisi 6x1 + 4x2 + S1 = 24 x1 + 2x2 + S2 = 6 -x1 + x2 + S3 = 1 x2 + S4 = 2 = 2 x1, x2, S1, S2, S3, S4 ≥ 0
  • 46. 46 PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX Mendefinisikan variabel dasar dan non-dasar ke dalam table - Dasar : s1, s2, s3, s4 - Non-dasar : x1, Mengembangkan table Simplex Awal 02 Basic Z X1 X2 S1 S2 S3 S4 Solution Ratio Z-row 1 -5 -4 0 0 0 0 0 S1 S2 S3 S4 Persamaan Tujuan : Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
  • 47. PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX Basic Z X1 X2 S1 S2 S3 S4 Solutio n Ratio Z-row 1 -5 -4 0 0 0 0 0 S1 0 6 4 1 0 0 0 24 S2 0 1 2 0 1 0 0 6 S3 0 -1 1 0 0 1 0 1 S4 0 0 1 0 0 0 1 2 Persamaan Kondisi 6x1 + 4x2 + S1 = 24 x1 + 2x2 + S2 = 6 -x1 + x2 + S3 = 1 x2 + S4 = 2 = 2 x1, x2, S1, S2, S3, S4 ≥ 0
  • 48. 48 PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX Mengidentifikasi variable; masuk dan variable keluar 03 Problem equation Maximize Z= 5X1 + 4X2 + 0S1 + 0S2 + 0S3+0S4 Objektive equation Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
  • 49. 49 PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX Mengidentifikasi variable; masuk dan variable keluar 03 a. Koefisien Negative dalam persamaan tujuan. Persamaan Tujuan : Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
  • 50. 50 PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX Mengidentifikasi variable; masuk dan variable keluar 03 b. Rasio non Negative Persamaan Tujuan : Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
  • 51. 51 PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX Mengidentifikasi variable; masuk dan variable keluar 03 c. Elemen Pivot Persamaan Tujuan : Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
  • 52. PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX Tentukan solusi dasar yang baru (Menukar variabel yang masuk x1 dengan variabel yang keluar baris s1, sebagai variabel dasar yang baru) 04 Persamaan Tujuan : Z – 5X1 - 4X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 – 0S4 = 0
  • 53. PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX Tentukan solusi dasar yang baru 05
  • 54. PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX
  • 55. PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX
  • 56. PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX
  • 57. PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX
  • 58. PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX
  • 59. PROSEDUR KOMPUTASI TERPERINCI DARI ITERASI SIMPLEX Solusi Optimal Persamaan Masalah (Maksimalkan) X1 = 3 X2 = 1,5 Z = 5x1 + 4x2 Z = 5(3)+ 4(1,5) Z = 15 + 6 Z = 21
  • 60. SIMPLEX PRIMAL WITH ARTIFICIAL VARIABLE M-METHOD o Tidak semua model program linear mempunyai variabel Slack → tidak siap diolah dengan Metoda Simplek Primer o diperlukan variabel tiruan→ sebagai variabel slack TEKNIK 2 FASE o Kelemahan Teknik M→ konstanta M sangat besar sehingga memungkinkan kesalahan. o Konstanta M dihapus dengan penyelesaian persoalan dua fase : 60 Simplex Primal M-Method Constraints 1. Xe + 2 Xi ≤ 6 2. 2Xe + Xi ≤ 8 3. -Xe + Xi ≤ 1 4. Xi ≤ 2 Constraints 1. 3Xe + Xi = 3 2. 4Xe + Xi ≥ 6 3. Xe + 2 Xi ≤ 4
  • 62. CONTOH SOAL Pemerintah ingin mengembangkan lahan budidaya untuk kegiatan industri dan pertanian dengan meminimalkan biaya pembangunan. Variabel kendala: (1) Permintaan, (2)Tenaga kerja , (3) Sumber daya air Min Z = 4 X1 + X2 Setiap unit pengembangan lahan membutuhkan biaya sebagai berikut: • Industri membutuhkan 4 unit biaya per unit pengembangan lahan • Pertanian membutuhkan 1 unit biaya per unit pengembangan lahan 3X1 + X2 = 3 Setiap unit pengembangan lahan menghasilkan nilai produksi sebagai berikut: • Industri menghasilkan produk senilai 3 unit per unit pengembangan lahan • Pertanian menghasilkan produk senilai 1 unit per unit pengembangan lahan • Total permintaan untuk kedua kegiatan tersebut harus sama dengan 3 unit 4X1 + 3X3 ≥ 6 Setiap unit pengembangan lahan membutuhkan tenaga kerja sebagai berikut: • Industri membutuhkan 4 unit tenaga kerja per unit pengembangan lahan • Pertanian membutuhkan 3 unit tenaga kerja per unit pengembangan lahan • Total tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kedua kegiatan tersebut harus lebih besar atau sama dengan 6 unit X1 + 2 X2 ≤ 4 Setiap unit pengembangan lahan membutuhkan sumber daya air sebagai berikut: • Industri membutuhkan 1 unit sumber daya air per unit pengembangan lahan • Pertanian membutuhkan 2 unit sumber daya air per unit pengembangan lahan • Total kebutuhan sumber daya air tidak boleh lebih dari atau sama dengan 4 unit 62
  • 63. SIMPLEX M-METHOD Industri x1 (unit) Pertanian x2 (unit) Maximum Daily Availability (unit) Nilai Produksi 3 1 = 3 Tenaga Kerja 4 3 ≥ 6 Sumber Daya Air 1 2 ≤ 4 Biaya 4 Unit 1 Unit 3x1 + x2 = 3 4x1 + 3x2 ≥ 6 x1 + 2x2 ≤ 4 Fungsi Tujuan Minimum : Z = 4 X1 + X2 x1, x2 ≥ 0
  • 64. Langkah Simplex M-Method • Ubah pertidaksamaan tersebut dengan mengurangi S1 (surplus) pada kendala 2, dan menambahkan S2 (slack) pada kendala 3, sehingga menjadi: Min Z = 4x1 + x2 Kondisi: 3X1 + X2 = 3 4X1 + 3X2 – S1 = 6 X1 + 2X2 + S2 = 4 X1, X2, S1, S2 ≥ 0 Langkah 1 • Tambahkan persamaan 1 dan 2 dengan varaiabel tiruan R1 dan R2 sebagai variable Slack dan memberikan koefisien M pada fungsi sasaran Min Z = 4x1 + x2 + MR1 + MR2 Kondisi: 3X1 + X2 + R1 = 3 4X1 + 3X2 – S1 + R2 = 6 X1 + 2X2 + S2 = 4 X1, X2, S1, S2 .R1.R2 ≥ 0 Langkah 2
  • 65. Langkah analisis simplex Akomodasikan persoalan sehingga bila diletakan dalam table maka kolom sisi kanan akan memberikan solusi awal secara langsung → Substitusikan R1 dan R2 dalam persamaan sasaran. 3X1 + X2 + R1 = 3 R1 = 3- 3X1 - X2 4X1 + 3X2 – S1 + R2= 6 R2 = 6 – 4X1 - 3X2 + S1 Langkah 3 Fungsi Sasaran Menjadi Z = 4x1 + x2 + MR1 + MR2 Z = 4x1 + x2 + M(3- 3x1 - x2) + M(6 – 4x1 - 3x2 + S1 ) Z = 4x1 + x2 + 3M - 3x1M - x2M + 6M – 4x1M - 3x2 + S1M Z = 4x1 + x2 + 9M – 7x1M – 4x2M + S1M Z = (4 - 7M)x1 + (1-4M)x2 + 9M + S1M Dengan Batasan 3X1 + X2 + R1 = 3 4X1 + 3X2 – S1 + R2 = 6 X1 + 2X2 + S2 = 4 X1, X2, S1, S2 ≥ 0 Langkah 4
  • 66. Initial Tabel Basic X1 X2 S1 R1 S2 R2 RHS Z -4 -1 0 -M 0 -M 0 R1 3 1 0 1 0 0 3 R2 4 3 -1 0 0 1 6 S2 1 2 0 0 1 0 4 Starting Tabel Basic X1 X2 S1 R1 S2 R2 RHS Ratio Z -4+7M -1+4M -M 0 0 0 9M 9M(-4+7M) R1 3 1 0 1 0 0 3 3/3 R2 4 3 1 0 0 1 6 6/4 S2 1 2 0 0 1 0 4 4/1
  • 67. First Iteration Second Iteration Basic X1 X2 S1 R1 S2 R2 RHS Ratio Z 0 (1+5M)/3 -M (4-7M)/3 0 0 4+2M (4+2M)/(1+5M)/3 R1 1 1/3 0 1/3 0 0 1 1/(1/3) R2 0 5/3 -1 -4/3 0 0 2 2/(5/3) S2 0 5/2 0 -1/3 1 1 3 3/(5/3) Basic X1 X2 S1 R1 S2 R2 RHS Ratio Z 0 0 1/5 8/5-M 0 -1/5-M 18/5 18/5 1/5 R1 1 0 1/5 3/5 0 -1/5 3/5 3/5 1/5 R2 0 1 -3/5 -4/5 0 3/5 6/5 6/5 −3/5 S2 0 0 1 1 1 -1 1 1/1
  • 68. Third Iteration Basic X1 X2 S1 R1 S2 R2 RHS Z 0 0 0 7 5 - M - 1 5 -M 17 5 R1 1 0 0 2 5 - 1 5 0 2 5 R2 0 1 0 - 1 5 - 3 5 0 9 5 S2 0 0 1 1 1 -1 1 Solusi optimal: Z= 17/5 > 3,4 X1= 2/5 > 0,4 X2= 9/5 > 1,8 Min Z = 4x1 + x2 = 4(0,4) + 1,8 = 1,6 + 1,8 = 3,4
  • 70. 70 Teknik 2 Fase Fase 1 Memperbanyak variabel tiruan bila perlu untuk menjamin suatu solusi awal: - Membentuk suatu fungsi sasaran baru yang meminimalkan jumlah variabel tiruan yang memenuhi kendala persoalan yang sesungguhnya: - Bila nilai minimal fungsi sasaran baru nol (semua variabel tiruan nol). - Persoalan mempunyai solusi→ lanjut ke fase 2. - Bila nilai minimal fungsi sasaran baru tidak nol→ berhenti. Fase 2 Gunakan solusi basis optimal tahap 1 sebagai solusi awal persoalan sesungguhnya.
  • 71. CONTOH SOAL Min Z = 4X1 + X2 Kondisi: 3X1 + X2 = 3 4X1 + 3X2 ≥ 6 X1 + 2X2 ≤ 4 X1, X2, ≥ 0 FASE 1 Min r = R1 + R2 Kondisi: 3X1 + X2 + R1 = 3 4X1 + 3X2 - S1 + R2 = 6 X1 + 2X2 + S2 = 4 X1, X2, S1, S2, ≥ 0 • Mengingat R1 dan R2 merupakan variabel basis dalam solusi awal MAKA harus keluar dari fungsi sasaran
  • 72. Untuk memulai metode simpleks, kembangkan tujuan baru persamaan baru dengan variabel non-dasar disertakan/tanpa variabel dasar Min r = R1 + R2 Kondisi: 3X1 + X2 + R1 = 3 4X1 + 3X2 - S1 + R2 = 6 X1 + 2X2 + S2 = 4 X1, X2, S1, S2, ≥ 0 r - R1 + R2 = 0 Kondisi: R1 = 3 – 3x1 –x2 R2 = 6 – 4x1 -3x2 + S1 Persamaan Baru : r + 7x1 + 4x2 – S1 = 9
  • 73. Initial Tabel Basic r X1 X2 R1 R2 S1 S2 Solution Ratio r-row 1 7 4 0 0 -1 0 9 1.29 R1 0 3 1 1 0 0 0 3 1 R2 0 4 3 0 1 -1 0 6 1.5 S2 0 1 2 0 0 0 1 4 4 Firs iteration Phase 1 Basic r X1 X2 R1 R2 S1 S2 Solution Ratio r-row 1 0 1,67 -2,33 0 -1 0 2 R1 0 1 0.33 0,33 0 0 0 1 3 R2 0 0 1,67 -1.33 1 -1 0 2 1,2 S2 0 0 1,67 -0,33 0 0 1 3 1,8
  • 74. Second iteration Phase 1 Basic r X1 X2 R1 R2 S1 S2 Solution r-row 1 0 0 -1 -1 0 0 0 R1 0 1 0 0,60 -0,20 0,20 0 0,60 R2 0 0 1 -0,80 0,60 -0,60 0 1,2 S2 0 0 0 1 -1 1 1 1,0 Min Z = 4x1 + x2 Kondisi: X1 + 0,2 S1 = 0,6 X2 – 0,6 S1 = 1,2 S1 + S2 = 1 X1,X2,S1,S2 ≥ 0 Z - 4x1 - x2 = 0 Kondisi: X1 = 0,6 – 0.2S1 X2 = 1.2 + 0,6S1 Persamaan Baru : Z + 0,2 S1 = 3,6
  • 75. Initial Simplex Table (Phase 2) Basic z X1 X2 S1 S2 Solution Ratio z-row 1 0 0 0,2 0 3,6 X1 0 1 0 0,2 0 0,6 3 X2 0 0 1 -0,6 0 1.2 -2 S2 0 0 0 1 1 1,0 1 Firs iteration Phase 2 Basic z X1 X2 S1 S2 Solution z-row 1 0 0 0 -0,2 3,4 X1 0 1 0 0 -0,2 0,4 X2 0 0 1 0 0,6 1,8 S1 0 0 0 1 1 1 Solusi Optimal X1 = 0,4 X2 = 1,8 Min Z = 4x1 + x2 = 4(0,4) + 1,8 = 1,6 + 1,8 = 3,4
  • 76. Duality Simplex Method Jika suatu iterasi terdapat persoalan program linear yang telah optimum (berdasarkan kondisi optimalitas), tetapi belum fisibel (ada pembatas nonnegative yang tidak terpenuhi), maka persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan metode dual simpleks. Seluruh pembatas harus merupakan pertidaksamaan yang bertanda (≤), sedangkan fungsi tujuan bisa berupa maksimasi atau minimasi. Syarat Penggunaan Metode Duality Simplex Method
  • 77. Perbedaan dengan Tabel Primal 1. Leaving variable (kondisi fisibilitas), merupakan variable yang memiliki nilai negative terbesar. Jika semua variable basis bernilai positif atau nol maka fisibel telah tercapai. 2. Entering variable (kondisi optimalitas), a. Tentukan perbandingan (rasio) antara koefisien persamaan z dengan koefisien leaving variable. Abaikan penyebut yang positif atau nol, jika telah positif atau nol maka variable tersebut tidak memiliki solusi fisible. b. Lalu, untuk persoalan minimasi, entering variable adalah variable dengan rasio terkecil, sedangkan untuk persoalan maksimasi, entering variable adalah variable dengan rasio terkecil.
  • 78. Fungsi Tujuan (Objektif) Minimumkan : Z = 2x1 + x2 Berdasarkan Pembatas : 3x1 + x2 ≥ 3 4x1 +3x2 ≥ 6 x1 + 2x2 ≤ 3 x1, x2 ≥ 0 CONTOH DUALITY SIMPLEX METHOD LANGKAH 1 Ubah pertidaksamaan menjadi ≤ dengan mengalikan dengan -1 sehingga persamaannya menjadi : -3x1 - x2 + s1 = 3 -4x1 - 3x2 + s2 = 6 x1 + 2x2 = 3 x1, x2, s1, s2, s3 ≥ 0 -2x1 – x2 – 0s1 – 0s2 – 0s3 = 0
  • 79. CONTOH DUALITY SIMPLEX METHOD Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi OBE 0 Z -2 -1 0 0 0 0 b1 S1 -3 -1 1 0 0 -3 b2 S2 4/3 1 0 -1/3 0 2 b3/-3 S3 1 2 0 0 1 3 b4 Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi 0 Z -2 -1 0 0 0 0 S1 -3 -1 1 0 0 -3 S2 -4 -3 0 1 0 -6 S3 1 2 0 0 1 3 Rasio 1/2 1/3 - - - - LANGKAH 2 Buat Tabel Simplex
  • 80. CONTOH DUALITY SIMPLEX METHOD Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi OBE 1 Z -2/3 0 0 -1/3 0 2 b1+b3’ S1 -5/3 0 1 -1/3 0 -1 b2 + b3’ S2 4/3 1 0 -1/3 0 2 b3/-3 S3 5/3 0 0 2/3 1 -1 b4 + (-2_b3 Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi 1 Z -2/3 0 0 -1/3 0 2 S1 -5/3 0 1 -1/3 0 -1 S2 4/3 1 0 -1/3 0 2 S3 5/3 0 0 2/3 1 -1 Rasio 2/5 - 1 - -
  • 81. CONTOH DUALITY SIMPLEX METHOD Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi 2 Z -2/3 0 0 -1/3 0 2 S1 1 0 -3/5 1/5 0 3/5 X2 4/3 1 0 -1/3 0 2 S3 5/3 0 0 2/3 1 -1 Iterasi Basis X1 X2 S1 S2 S3 Solusi 2 Z 0 0 -2/5 -1/5 0 12/5 X1 1 0 -3/5 1/5 0 3/5 X2 0 1 4/5 -3/5 0 6/5 S3 0 0 -1 1 1 0 Solusi optimal dan fisibel tercapai X1 3/5 X2 6/5 Z 12/5